id
stringlengths
1
7
url
stringlengths
31
389
title
stringlengths
1
250
text
stringlengths
2
534k
4077
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Banyumas
Kabupaten Banyumas
Kabupaten Banyumas () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Purwokerto, kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Brebes di utara; Kabupaten Purbalingga, Kabupaten Banjarnegara, dan Kabupaten Kebumen di timur, serta Kabupaten Cilacap di sebelah selatan dan barat. Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah terdapat di ujung utara wilayah kabupaten ini. Kabupaten Banyumas merupakan bagian dari wilayah budaya Banyumasan, yang berkembang di bagian barat Jawa Tengah. Bahasa yang dituturkan adalah bahasa Banyumasan, atau yang lebih akrab disebut Ngapak, yaitu salah satu ragam dialek bahasa Jawa. Geografis Secara astronomis, Kabupaten Banyumas terletak antara 7°15'05"–7°37'10" Lintang Selatan dan antara 108°39'17"–109°27'15" Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Banyumas sekitar 1.327,60 km2 atau setara dengan 132.759,56 ha, dengan keadaan wilayah antara daratan dan pegunungan dengan struktur pegunungan terdiri dari sebagian lembah Sungai Serayu untuk tanah pertanian, sebagian dataran tinggi untuk pemukiman dan pekarangan, dan sebagian pegunungan untuk perkebunan dan hutan tropis terletak di lereng Gunung Slamet sebelah selatan. Berdasarkan ketinggian dari permukaan laut, dataran di Kabupaten Banyumas terdiri dari 49,64 % berada di ketinggian 0–100 m, 32,14 % berada di ketinggian 101–500 m dan 18,22 % berada di ketinggian 501–3400 m. Titik tertingi Kabupaten Banyumas berada di Puncak Surono, Gunung Slamet dengan ketinggian 3428 m. Bumi dan kekayaan Kabupaten Banyumas masih tergolong potensial karena terdapat pegunungan Slamet dengan ketinggian puncak dari permukaan air laut sekitar 3.432 m dan masih aktif. Keadaan cuaca dan iklim di Kabupaten Banyumas memiliki iklim tropis basah. Karena terletak di antara lereng pegunungan jauh dari pesisir pantai maka pengaruh angin laut tidak begitu tampak. Namun dengan adanya dataran rendah yang seimbang dengan pantai selatan angin hampir tampak bersimpangan antara pegunungan dengan lembah dengan tekanan rata-rata antara 1.001 mbs, dengan suhu udara berkisar antara 21,4 °C–30,9 °C. Batas Wilayah Batas-batas Kabupaten Banyumas adalah: Sejarah Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Ibu kota Kabupaten Banyumas adalah Purwokerto, di mana meliputi kecamatan Purwokerto Barat, Purwokerto Timur, Purwokerto Selatan, dan Purwokerto Utara. Purwokerto dulunya merupakan Kota Administratif, namun sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, tidak dikenal adanya kota administratif, dan Purwokerto kembali menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Banyumas. Di antara kota-kota kecamatan yang cukup signifikan di Kabupaten Banyumas adalah: Banyumas, Ajibarang, Wangon, Sokaraja, Buntu dan Sumpiuh. Transportasi Kabupaten Banyumas dilalui jalan negara yang menghubungkan kota Tegal-Purwokerto, Purwokerto-Temangggung-Magelang/Semarang, serta jalan lintas selatan Bandung-Yogyakarta-Surabaya. Wangon merupakan persimpangan jalur Yogyakarta-Bandung dan Tegal-Cilacap. Angkutan umum bus antarkota di antaranya jurusan Jakarta, Tegal/Cirebon, Bandung, Semarang, Yogyakarta/Solo. Kabupaten ini juga terdapat dua jalur kereta api utama di Pulau Jawa, yaitu lintas tengah Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui dan lintas selatan Jawa menghubungkan dengan Surabaya. Stasiun terbesar dan tersibuk di Kabupaten Banyumas adalah Stasiun Purwokerto, yang melayani seluruh perjalanan kereta api menuju berbagai tujuan di Pulau Jawa, dan menjadi stasiun pusat/induk dari pengelolaan Daerah Operasi V Purwokerto. Selain itu, stasiun yang juga tidak kalah penting adalah Stasiun Sumpiuh yang melayani beberapa perjalanan kereta api. Pendidikan Demografi Bahasa Bahasa yang digunakan oleh penduduk Kabupaten Banyumas adalah bahasa Jawa Banyumasan yang dituturkan oleh mayoritas masyarakat Banyumas. Secara historis, bahasa Sunda juga pernah menjadi bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Banyumas, meskipun sekarang penuturnya sudah sangat menyusut dan hanya menyisakan beberapa penutur di Desa Dermaji, Kecamatan Lumbir (untuk selengkapnya dapat dibaca pada artikel tentang penggunaan bahasa Sunda di Kabupaten Banyumas). Agama Mayoritas penduduk di Kabupaten Banyumas beragama Islam dengan minoritas Kristen, Buddha, dan Hindu yang cukup sedikit. Berikut adalah persentase pemeluk agama di Kabupaten Banyumas: Islam (98,13%) Kristen (1,67%) Protestan (1,05%) Katolik (0,62%) Buddha (0,11%) Hindu (0,02%) Lainnya (0,07%) Kesenian Di antara seni pertunjukan yang terdapat di Banyumas antara lain: Wayang kulit gagrag Banyumas, yaitu kesenian wayang kulit khas Banyumasan. Terdapat dua gagrak (gaya), yakni Gragak Kidul Gunung dan Gragak Lor Gunung. Kekhasan wayang kulit gragak Banyumasan adalah napas kerakyatannya yang begitu kental dalam pertunjukannya. Begalan, adalah seni tutur tradisional yang pada upacara pernikahan. Kesenian ini menggunakan peralatan dapur yang memiliki makna simbolis berisi falsafah Jawa bagi pengantin dalam berumah tangga nantinya. Kesenian musik tradisional Banyumas juga memiliki kekhasan tersendiri dibanding dengan kesenian musik Jawa lainnya, di antaranya: Calung, adalah alat musik yang terbuat dari potongan bambu yang diletakkan melintang dan dimainkan dengan cara dipukul. Perangkat musik khas Banyumas yang terbuat dari bambu wulung mirip dengan gamelan Jawa, terdiri atas gambang barung, gambang penerus, dhendhem, kenong, gong dan kendang. Selain itu ada juga Gong Sebul dinamakan demikian karena bunyi yang dikeluarkan mirip gong tetapi dimainkan dengan cara ditiup (Bahasa Jawa: disebul), alat ini juga terbuat dari bambu dengan ukuran yang besar. Dalam penyajiannya calung diiringi vokalis yang lazim disebut sinden. Aransemen musikal yang disajikan berupa gending-gending Banyumasan, gending gaya Banyumasan, Surakarta-Yogyakarta dan sering pula disajikan lagu-lagu pop yang diaransemen ulang. Kenthongan (sebagian menyebut tek-tek), adalah alat musik yang terbuat dari bambu. Kenthong adalah alat utamanya, berupa potongan bambu yang diberi lubang memanjang disisinya dan dimainkan dengan cara dipukul dengan tongkat kayu pendek. Kenthongan dimainkan dalam kelompok yang terdiri dari sekitar 20 orang dan dilengkapi dengan bedug, seruling, kecrek dan dipimpin oleh mayoret. Dalam satu grup kenthongan, kenthong yang dipakai ada beberapa macam sehingga menghasilkan bunyi yang selaras. Salawatan Jawa, yakni salah satu seni musik bernapaskan Islam dengan perangkat musik berupa terbang jawa. Dalam pertunjukan kesenian ini menyajikan lagu-lagu yang diambil dari kitab Barzanji. bongkel, yakni peralatan musik tradisional sejenis angklung, namun terdiri empat bilah berlaras slendro. Sejumlah tarian khas Banyumasan antara lain: lengger, merupakan tarian yang dimainkan oleh dua orang perempuan atau lebih. Di tengah-tengah pertunjukkan hadir seorang penari laki-laki disebut badhud (badut/bodor). Tarian ini umumnya dilakukan di atas panggung dan diiringi oleh alat musik calung. sintren, adalah tarian yang dimainkan oleh laki-laki yang mengenakan baju perempuan. Tarian ini biasanya melekat pada kesenian ebeg. Di tengah-tengah pertunjukan biasanya pemain ditindih dengan lesung dan dimasukan ke dalam kurungan, di mana dalam kurungan itu ia berdandan secara wanita dan menari bersama pemain yang lain. aksimuda, yakni kesenian bernapaskan Islam berupa silat yang digabung dengan tari-tarian. angguk, yakni kesenian tari-tarian bernapaskan Islam. Kesenian ini dilakukan oleh delapan pemain, di mana pada akhir pertunjukan pemain tidak sadarkan diri. aplang atau daeng, yakni kesenian yang serupa dengan angguk, dengan pemain remaja putri. buncis, yaitu paduan antara kesenian musik dan tarian yang dimainkan oleh delapan orang. Kesenian ini diiringi alat musik angklung. ebeg, adalah kuda lumping khas Banyumas. Pertunjukan ini diiringi oleh gamelan yang disebut bendhe. Pariwisata Banyumas memiliki beberapa tempat wisata andalan, kebanyakan berupa keindahan alam seperti gua, air terjun dan wana wisata. Wisata alam Baturraden Pancuran Pitu Pancuran Telu Gua SaraBadak Curug Gede Curug Ceheng Curug Belot Curug Cipendok Bumi Perkemahan Kendalisada Telaga Sunyi Mata Air Panas Kalibacin Bendung Gerak Serayu Wahana Wisata Lembah Combong Batur Agung Adventure Forest Curug Nangga Pekuncen Ajibarang Bukit Tranggulasih Curug Jenggala Kalipagu Ketenger Small World Baturraden The Village Purwokerto Caping Park Hutan Pinus Limpakuwus Baturaden Kebun Raya Baturraden Wisata sejarah Masjid Saka Tunggal Museum Wayang Sendang Mas Museum BRI Purwokerto Museum Jenderal Soedirman Wisata keluarga Combong Valley Paint Ball and War Games Serayu River Voyage Dreamland Spring Water Park Depo Bay Taman Rekreasi Andhang Pangrenan Baturraden The Forest Island Baturraden Perayaan Kabupaten Banyumas memiliki beberapa acara yaitu: Banyumas Extravaganza Kuliner Kuliner khas dari Banyumas di antaranya adalah: Masakan Masakan khas Banyumas, yaitu: Mendoan Sate Bebek Tambak Sroto Sokaraja Gethuk Goreng Sokaraja Nasi Nyangku Kampelan (gorengan dari tempe dan ketupat) Minuman Minuman khas Banyumas, yaitu: Es Dawet Banyumas Wedang Runtah Jajanan Jajanan pasar khas Banyumas, yaitu: Getuk goreng sokaraja Jenang jaket khas Mersi (Purwokerto Timur) Kraca Keripik tempe Kue Gelombang Samudra Oleh-oleh Oleh-oleh khas banyumas, yaitu: Nopia Mino (Mini Nopia) Batik Banyumasan Banyumas juga menghasilkan batik, meskipun tidak setenar Solo, Yogyakarta dan Pekalongan. Batik Banyumas mempunyai keunikan karena kedua sisi muka dan belakang mempunyai kualitas yang hampir sama. Batik banyumas yang sekarang ini cukup terkenal adalah Batik produksi Pak Sugito dari Sokaraja. Selain itu sentra batik Banyumasan yang lengkap berada di jalan Mruyung di dalam kompleks alun-alun kota Banyumas. Olahraga Persibas Banyumas adalah tim sepak bola yang bermarkas di Stadion Satria, Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Persibas saat ini berkompetisi di Liga 3 Zona Jawa Tengah. Referensi Bacaan lanjutan Koderi, M., Banyumas Wisata dan Budaya. Purwokerto: Penerbit Metro, 1991. Pranala luar Kabupaten Banyumas Banyumas Banyumas DAS Serayu
4078
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Batang
Kabupaten Batang
Batang () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Batang Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Kendal di timur, Kabupaten Banjarnegara di selatan, serta Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan di barat. Geografi Sebagian besar wilayah Kabupaten Batang merupakan perbukitan dan pegunungan. Dataran rendah di sepanjang pantai utara tidak begitu lebar. Di bagian selatan adalah terdapat Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Parahu (2.590 meter). Ibu kota Kabupaten Batang terletak di ujung barat laut wilayah kabupaten, yakni tepat di sebelah timur Kota Pekalongan, sehingga kedua kota ini seolah-olah menyatu. Kabupaten Batang terletak pada 6° 51' 46" sampai 7° 11' 47" Lintang Selatan dan antara 109° 40' 19" sampai 110° 03' 06" Bujur Timur di pantai utara Jawa Tengah . Luas daerah 78.864,16 Ha. Batas Wilayah Sejarah Kabupaten Batang saat ini merupakan gabungan antara Jabarangkah dan Kabupaten Batang lama di Pesisiran. Kabupaten Batang pada masa Majapahit ikut pada wilayah Mancanegara Majapahit yang bernama Kembang Jenar. Kabupaten Batang di masa lampau juga berkaitan dengan Kerajaan Holing yang dipimpin oleh Maharani Shima. Beberapa hipotesis terutama yang dikemukakan Van Der Meulen juga menyatakan bahwa pusat kerajaan Kalingga terletak di Kabupaten Batang bagian Timur tepatnya di sekitar Prasasti Sojomerto saat ini. Nama kota Lempevangih yang di Prasasti Sojomerto berkaitan dengan Wangsa Sailendra juga serupa dengan nama Limpungwangi (Limpung) yang merupakan kecamatan yang dekat dengan keberadaan Prasasti Sojomerto saat ini. Kabupaten Batang dapat dibagi dalam 3 periodisasi sejarah. Berdiri sebagai Kabupaten sejak awal abad 17 dan bertahan sampai dengan 31 Desember 1935. Per 1 Januari 1936, Batang secara resmi digabungkan kedalam Pemerintahan Kabupaten Pekalongan. Tahun 1946, mulai ada gagasan untuk menuntut kembalinya status Kabupaten Batang. Ide pertama lahir dari Mohari yang disalurkan melalui sidang KNI Daerah dibawah pimpinan H.Ridwan. Sidang bertempat di gedung bekas rumah Contrder Belanda (Komres Kepolisian 922). Tahun 1952, terbentuk sebuah Panitia yang menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Batang. Panitia ini dinamakan Panitia Pengembalian Kabupaten Batang, yang bertugas menjalankan amanat masyarakat Batang. Dalam kepanitiaan ini duduk dari kalangan badan legislatif serta pemuka masyarakat yang berpengaruh saat itu. Susunan panitianya terdiri atas RM Mandojo Dewono (Direktur SGB Batang) sebagai Ketua, R. Abutalkah dan R. Soedijono (anggota DPRDS Kabupaten Pekalongan) sebagai Wakil Ketua. Panitia juga dilengkapi dengan dua anggota yaitu R. Soenarjo (anggota DPRDS yang juga Kepala Desa Kauman) dan Rachmat (anggota DPRDS). Tahun 1953, Panitia menyampaikan Surat Permohonan terbentuknya kembali status Kabupaten Batang lengkap satu berkas, yang langsung diterima oleh Presiden Soekarno pada saat mengadakan peninjauan daerah dan menuju ke Semarang dengan jawaban akan diperhatikan. Tahun 1955, Panitia mengutus delegasi ke pemerintah pusat, yang terdiri atas RM Mandojo Dewono, R.Abutalkah, dan Sutarto (dari DPRDS). Tahun 1957, dikirim dua delegasi lagi. Delegasi I, terdiri atas M. Anwar Nasution (wakil ketua DPRDS), R.Abutalkah, dan Rachmat (Ketua DPRD Peralihan). Sedangkan delegasi II dipercayakan kepada Rachmat (Kepala Daerah Kabupaten Pekalongan), R.Abutalkah, serta M.Anwar Nasution. Tahun 1962, mengirimkan utusan sekali. Utusan tersebut dipercayakan kepada M. Soenarjo (anggota DPRD Kabupaten Pekalongan dan juga Wedana Batang) sebagai ketua, sebagai pelapor ditetapkan Soedibjo (anggota DPRD), serta dibantu oleh anggota yaitu H. Abdullah Maksoem dan R. Abutalkah. Tahun 1964, dikirim empat delegasi. Delegasi I, ketuanya dipercayakan R. Abutalkah, sedang pelapor adalah Achmad Rochaby (anggota DPRD). Delegasi ini dilengkapi lima orang anggota DPRD Kabupaten Pekalongan, yaitu Rachmat, R. Moechjidi, Ratam Moehardjo, Soedibjo, dan M. Soenarjo. Delegasi II, susunan keanggotaannya sama dengan Delegasi I tersebut, sebelum menyampaikan tuntutan rakyat Batang seperti pada delegasi-delegasi terdahulu, yaitu kepada Menteri Dalam Negeri di Jakarta diawali penyampaian tuntutan tersebut kepada Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Tengah di Semarang. Delegasi III, yang juga susunan keanggotaannya sama dengan Delegasi I dan II kembali mengambil langkah menyampaikan tuntutan rakyat Batang langsung kepada Mendagri. Sedang Delegasi IV mengalami perubahan susunan keanggotaan. Dalam delegasi ini sebagai ketua R. Abutalkah, sebagai wakil ketua Rachmat, sedangkan sebagai pelapor adalah Ratam Moehardjo, Ahmad Rochaby sebagai sekretaris I, R. Moechjidi sebagai sekretaris II serta dilengkapi anggota yaitu Soedibjo dan M. Soenarjo. Tahun 1965, diutus delegasi terakhir. Sebagai ketua R. Abutalkah, wakil ketua Rachmat, sekretaris I Achmad Rochaby, sekretaris II R. Moechjidi, pelapor Ratam Moehardjo serta dilengkapi dua orang anggota yaitu M. Soenarjo dan Soedibjo. Delegasi terakhir atau kesepuluh itu, memperoleh kesempatan untuk menyaksikan sidang paripurna DPR GR dalam acara persetujuan dewan atas Rancangan Undang-undang tentang Pembentukan Pemerintah Kabupaten Batang menjadi Undang-undang. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1965, yang dimuat dalam Lembaran Negara Nomor 52, tanggal 14 Juni 1965 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 Tahun 1965, tanggal 14 Juli 1965. Tanggal 8 April 1966, bertepatan hari Jumat Kliwon, yaitu hari yang dianggap penuh berkah bagi masyarakat tradisional Batang, dengan mengambil tempat di bekas Kanjengan Batang lama (rumah dinas yang sekaligus kantor para Bupati Batang lama) dilaksanakan peresmian pembentukan Daerah Tingkat II Batang. Upacara yang berlangsung khidmat dari jam 08.00 s/d 11.00 itu, ditandai antara lain dengan Pernyataan Pembentukan Kabupaten Batang oleh Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Tengah Brigjend (Tit) KKO-AL Mochtar, pelantikan R. Sadi Poerwopranoto sebagai Pejabat Bupati Kepala Daerah Batang, serah terima wewenang wilayah dari Bupati KDH Pekalongan kepada Pejabat Bupati KDH Batang, serta sambutan dari Gubernur Kepala Daerah Jawa Tengah. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Kecamatan-kecamatan itu dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Batang. Di samping Batang, kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Tulis, Subah, Banyuputih, Gringsing (Plelen); keempatnya berada di jalur pantura serta Limpung sebagai segitiga emas pertemuan bisnis Tersono, Bawang, Reban, dan Bandar. Juga di selatan kota Batang ada kota Bandar yang saat ini berkembang pesat yang merupakan sentra penghasil cengkih, petai dan pisang. Pendidikan Kampus Universitas Selamat Sri (UNISS) Batang merupakan kampus pertama di Batang dan salah satu kampus kebanggaan Warga Mbatang. Terdiri dari 6 Fakultas, mulai dari Fakultas Komputer dan Desain, Fakultas Psikologi, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik dan Rekayasa, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan yang menangungi 10 jurusan. Satu kompleks dengan SMP dan SMA Pondok Modern Selamat (PMS) Batang, UNISS Batang mengadopsi kurikulum pesantren. Aksesnya sangat mudah karena tepat di pinggir Jalan Raya Batang Semarang km 14. Kampus berjargon Smart with Morality ini sudah terakreditasi Baik dari BAN PT dan diakui oleh dikti. Transportasi Batang dilalui oleh jaringan Jalan Provinsi Subah–Banyuputih–Batang. Selain itu, Batang juga dilalui jalan nasional (rute 1) jalur pantura ("Jalan Daendels 1808 M"), yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi). Meski jalan nasional tersebut memiliki 5 lajur, 3 di kanan dan 2 di kiri, namun saat musim mudik lebaran terjadi kemacetan di jalur ini. Tersedia jalur alternatif untuk menghindari kemacetan ini, yaitu melalui: Batang–Warungasem–Wonotunggal– Bandar–Pecalungan–Limpung–Tersono–Plantungan–Sukorejo–Pageruyung–Weleri–Semarang. Batang–Warungasem–Wonotunggal–Bandar–Blado–Reban–Sojomerto–Bawang–Plantungan–Sukorejo–Patean–Parakan–Temanggung–Magelang–Sleman-Yogyakarta. Adapun wilayah Batang yang dilalui Jalan Pantura meliputi Batang–Kandeman–Tulis–Subah–Banyuputih–Gringsing Batang juga dilalui Jalan Tol Pemalang-Batang dan Jalan Tol Batang-Semarang yang merupakan bagian dari Jalan Tol Trans Jawa. Wilayah-wilayah yang dilalui Tol TransJawa di Kabupaten Batang antara lain: Warungasem–Batang–Kandeman–Ujungnegoro–Kedungsegog–Roban–Gondang–Kuripan–Celong–Plabuan–Tawang–Kalikutho. Kabupaten Batang juga dilintasi jalur kereta api lintas utara pulau Jawa (Jakarta-Surabaya). Karena terlalu dekat dengan Kota Pekalongan yang memiliki stasiun Pekalongan yang lebih besar, tidak ada kereta api yang berhenti di stasiun Batang dan stasiun Batang Baru. Naik kereta api melalui wilayah Kabupaten Batang sangat menarik dan tidak membosankan, karena sebelah rel berada tepat di tepi pantai yang memiliki pemandangan yang indah. Jalur Provinsi selatan antara Kabupaten Batang Dengan kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara dengan Pemandangan Yang indah menuju Dieng Jalan Kahyangan mirip Jalan tol dibeton sangat Halus dan Nyaman. Bus Antarkota Terminal angkutan Bus terpenting di Kabupaten Batang adalah Terminal Limpung dan Terminal Banyuputih yang selalu ramai disinggahi bus antarkota dalam provinsi. Sedangkan bus antarkota antarprovinsi akan singgah untuk istirahat di banyak restoran atau rumah makan di Kecamatan Gringsing. Angkutan Kereta api Stasiun Batang merupakan Stasiun aktif dan yang bangunan baru jarak dari Stasiun Batang lama (SCS). Rel kereta api dengan Pemandangan Laut antara Stasiun Plabuan–Stasiun Weleri. Angkutan Barang Terminal angkutan barang / truk ada di Banyuputih dan Timbang, sehngga Batang yang terletak di pertengahan pulau Jawa selalu disinggahi truk-truk barang antar pulau di Indonesia . Ekonomi Posisi wilayah Kabupaten Batang berada pada jalur ekonomi pulau Jawa sebelah utara. Arus transportasi dan mobilitas yang tinggi di jalur pantura memungkinkan berkembangnya kawasan tersebut yang cukup prospektif di sektor jasa transit dan transportasi. Kondisi wilayah Kabupaten Batang yang merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan, menjadikan Kabupaten Batang berpotensi yang sangat besar untuk agroindustri, agrowisata dan agrobisnis. Potensi Investasi Terdapat banyak industri tekstil di wilayah Kabupaten Batang, dari skala rumah tangga sampai industri berorientasi ekspor, antara lain PT Primatex dan PT Saritex. Wilayah Kabupaten Batang sangat strategis dari sisi ekonomi, karena dilewati oleh jalur perdagangan nasional, jalan pantura. Wilayahnya yang memiliki garis pantai yang terhitung panjang berpotensi untuk dikembangkan menjadi pelabuhan perikanan maupun pelabuhan kargo untuk barang-barang hasil produksi industri setempat. Rencana Pemerintah Pusat untuk membangun jaringan transmisi gas bumi dari Cirebon, Jawa Barat ke Gresik, Jawa Timur memiliki potensi tumbuhnya industri besar disepanjang jalur pipa gas tersebut. Pasokan listrik di wilayah Batang juga dapat diandalkan, karena dilewati oleh jaringan SUTET milik PT PLN (persero). Di beberapa wilayah juga memiliki potensi energi hidro yang dapat dikembangkan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH). Wilayah Batang yang sangat luas, dengan sejarah bencana geologi yang hampir tidak ada, ditunjang sumber daya manusia yang melimpah akan menguntungkan bagi investor yang hendak membangun industri di wilayah ini. Pariwisata Kabupaten Batang memiliki wilayah yang kaya akan sumber daya alam, hutan dan laut, sehingga sangat strategis untuk dikembangkan sebagai daerah wisata. Beberapa objek wisata antara lain: Tempat Wisata Wanawisata Alas Polowono Terletak di Desa Lobang Kecamatan Limpung dengan jarak ± 3 km dari alun-alun Kecamatan Limpung dan ± 8 km dari Jalan Pantura Banyuputih. Wanawisata ini menyuguhkan pemandangan hutan pinus khas dataran tinggi. Bahkan di beberapa spot terlihat jelas keramaian kota Limpung, kendaraan yang melintas di Jalur Pantura dan Trans Jawa bahkan kapal-kapal yang berlayar di Laut Jawa dari puncak bukit nan jauh. Sri Gunung Terletak di Kecamatan Banyuputih Batang dengan jarak ± 3 km dari Jalan Pantura Kecamatan Banyuputih. Sri Gunung merupakan wisata yang menyuguhkan pemandangan dari puncak perbukitan dengan pemandangan yang dapat dilihat dari segala sisinya. Dari Puncak Sri Gunung dapat dilihat berbagai pemandangan seperti Wilayah Limpung dan Pegunungan Dieng di Selatan, Laut Jawa di Utara dan Hamparan Alas Roban yang dapat dilihat di sisi timur dan baratnya. Pantai Celong Mangonsari Terletak di Desa Kedawung Kecamatan Banyuputih. Pantai ini mempunyai Panorama yang indah dengan rel kereta api yang sangat berdekatan dengan lautan. Pantai Kuripan Terletak di Desa Kuripan Kecamatan Subah. Pantai ini mempunyai Panorama yang indah dan berbagai fasilitas penunjang wisata lainnya. Agrowisata Salak Sodong Terletak di Desa Sodong Kecamatan Wonotunggal dengan jarak ± 17 km dari ibu kota Kabupaten Batang dengan ketinggian 600 – 800 m dari permukaan laut. Desa Sodong memiliki potensi yang dalam pembangunan yaitu Curug dan Agrowisata Salak Sodong, selain itu juga dikenal sebagai penghasil kapulaga, vanili, dan cengkih. Salak Sodong pada tahun 1999 pernah menjadi juara lomba buah Tingkat Jawa Tengah. Curug Genting Curug Genting terletak di wilayah Kecamatan Blado, kurang lebih 38 km ke arah selatan dari Kota Batang. Air terjun indah dengan ketinggian 40 m ini dikelilingi hutan pinus. Dengan udara yang masih segar dan alam pedesaan alami menghijau, Curug Genting sangat cocok sebagai tempat rekreasi yang menyenangkan. Curug Gombong Air terjun dengan ketinggian 13 m membelah batuan berlapis rata alami (batu rai). Terletak di desa Gombong 6 km sebelah selatan Kecamatan Subah. Sejauh ini belum ada investor yang mengembangkan Curug Gombong sebagai objek wisata potensial. Pantai Sigandu Panorama menawan pantai Kota Batang di sore hari, sementara perahu nelayan pulang bersandar membongkar ikan hasil tangkapannya. Upacara Nyadran Di pantai tempat bermuaranya kali Sambong yang membelah kota ini diselenggarakan upacara selamatan pantai (nyadran) dengan arak-arakan dan lomba perahu dayung tradisional oleh seluruh nelayan di Batang. Upacara tersebut diagendakan setiap tahun bertepatan dengan hari raya Idul Fitri sebagai rasa syukur kepada Tuhan yang maha esa atas rijeki yang dilimpahkan kepada umatNya. Pantai Ujung Negoro Pantai ini berada di kawasan pantai utara Batang yang terletak 14 km arah timur laut dari Kota Batang. Salah satu bagian tepi pantainya berketinggian 14 m dari permukaan air laut, yang jarang terdapat di sepanjang pantai utara Jawa. Pada dataran pantai yang tinggi terdapat Gua Aswotomo dan sebuah pemakaman kecil peninggalan Syeikh Maulana Maghribi. Di sekitar daerah ini tersedia pula tempat menarik untuk naik sampan dan memancing. Saat ini di sekitaran pantai telah banyak dibukanya usaha warga lokal seperti kafe dan restoran boga bahari. Pantai Pelabuhan Terletak di Desa Ketanggan Kecamatan Gringsing dengan jarak ± 50 km dari pusat kota Batang. Pantai ini baik sebagai tempat untuk memancing dan terdapat sumber air tawar di tepi pantai. Sendang Bale Kambang Terletak di Desa Sidorejo Kecamatan Gringsing dengan jarak 250 m dari wisata pantai jodo. Sendang ini biasanya wisata paket dengan pantai jodo dan sebagai sumber irigasi para petani. Mini Safari Batang Dolphins Center Terletak dalam satu jalur dengan kawasan pantai Sigandu, di jalan pantai sigandu–ujungnegoro, desa Klidang lor mempunyai daya tarik yang luar biasa. Di bawah naungan Taman safari Indonesia ini bisa melihat berbagai macam satwa liar dari 5 benua dan hewan langka di indonesia. Selain itu juga bisa merasakan sensasi menemani perawat satwa sambil memberi makan kemudian ada berbagai reptil dan ular, bisa berfoto dengan satwa dan bisa menunggangi unta. Di samping itu ada permainan kereta mini, gajah terbang dan lain-lain. Menariknya, disini juga bisa menyaksikan pertunjukan Dholphin show (pukul 11.00, 13.00, 16.00), Various animal atau pertunjukan aneka satwa (pukul 12.30, 15.30), dan Bird of Prey show (pukul 10.00, 14.00). Curug Kanoman Gringgingsari Terletak di Desa Gringgingsari, kecamatan Wonotunggal, sekitar 15 KM arah selatan dari alun–alun Batang. Kebun Teh Pagilaran Terletak di desa Keteleng,kecamatan Blado, sekitar 38 KM arah selatan dari alun–alun Batang. Agrowisata Way Kambang Terletak di desa Selopajang Timur, kecamatan Blado. Referensi. Batang Update Media Kepercayaan Warga Batang Pranala luar Situs resmi Pemerintah Kabupaten Batang BPS Kabupaten Batang Batang Batang
4079
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Blora
Kabupaten Blora
Blora (, alihaksara: Blora, ) adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Blora Kota. Kabupaten ini terletak di bagian timur Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati di utara, Kabupaten Tuban dan Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur) di sebelah timur, Kabupaten Ngawi di selatan, serta Kabupaten Grobogan di bagian barat. Asal usul nama Blora Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata belor yang berarti lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran yang akhirnya sampai sekarang lebih dikenal dengan nama blora. Secara etimologi Blora berasal dari kata wai + lorah. Wai berarti air, dan lorah berarti jurang atau tanah rendah. Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti kata. Sehingga seiring dengan perkembangan zaman kata wailorah menjadi bailorah, dari bailorah menjadi balora dan kata balora akhirnya menjadi blora. Jadi nama Blora berarti tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan pengertian tanah berlumpur. Namun mitos yang beredar, pengucapannya di luar bahasa Jawa, terdengar seperti kata "flora" yang artinya "sesuatu yang berhubungan/berkaitan dengan bunga". Sejarah Masa kerajaan Kadipaten Jipang Blora berada di bawah pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih di bawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah kekuasaannya meliputi Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri. Akan tetapi, setelah Jaka Tingkir (Hadiwijaya) mewarisi takhta Demak, pusat pemerintahan dipindah ke Pajang. Dengan demikian, Blora masuk Kerajaan Pajang. Masa kerajaan Mataram Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede, Yogyakarta. Blora termasuk wilayah Mataram bagian timur atau daerah Bang Wetan. Pada masa pemerintahan Pakubuwana I (1704-1719) daerah Blora diberikan kepada putranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = ¾ hektare). Pada tahun 1719–1727 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Amangkurat IV, sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan Amangkurat IV. Blora pada zaman Perang Mangkubumi (tahun 1727–1755) Pada saat Mataram di bawah Pakubuwana II (1727–1749), terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangkubumi dan Mas Sahid, Mangkubumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangkubumi diangkat oleh rakyatnya menjadi raja di Yogyakarta. Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan bahwa Mangkubumi menjadi raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangkubumi menjadi raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, di antaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora. Blora di bawah Kasultanan Perang Mangkubumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama 'palihan negari', karena dengan perjanjian tersebut Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Pakubuwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam palihan negari itu, Blora menjadi wilayah kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga dia pilih mundur dari jabatannya. Blora sebagai kabupaten Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram, Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini karena Blora terkenal dengan hutan jatinya. Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan Hari Jadi Kabupaten Blora. Adapun bupati pertamanya adalah Wilatikta. Perjuangan rakyat Blora menentang penjajahan Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu. Pada tahun 1882, pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemilik tanah (petani). Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh Samin Surosentiko. Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal bersenjata. Beberapa indikator penyebab adanya pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah Belanda antara lain: Berbagai macam pajak diimplementasikan di daerah Blora Perubahan pola pemakaian tanah komunal Pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh penduduk Indikator-indikator ini mempunyai hubungan langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunyai corak millinarisme, yaitu gerakan yang menentang ketidakadilan dan mengharapkan zaman emas yang makmur. Situs kuno Situs fosil fauna purba Lokasi situs fosil hewan purba terletak di Dukuh Kawung dan Singget, Desa Menden dan Dukuh Sunggun, Desa Medalem, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Blora. Lokasinya berada di tepian daerah aliran sungai Bengawan Solo dan berjarak kurang lebih 65 km arah selatan dari Kota Blora. Di lokasi ini telah ditemukan fosil Kepala kerbau purba, kura-kura purba, dan Gajah Purba. Diperkirakan umur fosil antara 200.000-300.000 tahun. Fosil ini awalnya ditemukan oleh penduduk kemudian diamankan oleh Yayasan Mahameru. Sekarang sedang diteliti oleh ahli antropologi dari Bandung, Fahrul Azis dan tim dari Universitas Wolongong, Australia, yang dipimpin Gertz Vandenburg. Situs Wura-Wari Lokasi situs Wura-Wari ini terletak di desa Ngloram. Haji Wura-Wari adalah penguasa bawahan (vasal) yang pada tahun 1017 Masehi menyerang Kerajaan Mataram Hindu (semasa Raja Darmawangsa Teguh). Saat itu Kerajaan Mataram Hindu berpusat di daerah yang sekarang dikenal dengan Maospati, Magetan, Jawa Timur. Serangan dilakukan ketika pesta pernikahan putri Raja Darmawangsa Teguh dengan Airlangga, yang juga keponakan raja, sedang dilangsungkan. Membalas dendam atas kematian istri, mertua, dan kerabatnya, Airlangga yang lolos dari penyerangan dan tinggal di Wanagiri (di daerah perbatasan Jombang-Lamongan), akhirnya balik menghancurkan Haji Wura-Wari. Namun, sebelumnya Haji Wura-Wari terlebih dahulu menyerang Airlangga sehingga dia terpaksa mengungsi dan keluar dari keratonnya di Wattan Mas (sekarang Kecamatan Ngoro, Pasuruan, Jawa Timur). Serangan balik Airlangga, yang ketika itu sudah dinobatkan menggantikan Darmawangsa Teguh, ditulis dalam Prasasti Pucangan (abad XI) yang terjadi pada tahun 1032 M. Serangan itu pula yang memperkuat dugaan batu bata kuno berserakan di sekitar situs tersebut. Situs yang ditemukan tim ekspedisi berada di tengah tegalan, di tepi persawahan, berupa tumpukan batu bata kuno berlumut yang kini dijadikan areal pemakaman. Sejak tahun 2000, telah dikumpulkan serpihan batu bata kuno berukuran 20 x 30 sentimeter dengan tebal sekitar 4 cm, serpihan keramik, serta serpihan perunggu yang kini disimpan di Museum Mahameru. Temuan di situs itu memperkuat isi Prasasti Pucangan bertarikh Saka 963 (1041/1042 Masehi) yang pernah diuraikan ahli huruf kuno (epigraf) Boechori dari Universitas Indonesia. Boechori menyebutkan, "Haji Wura-Wari mijil sangke Lwaram". Mijil mempunyai arti keluar (muncul dari). Hasil analisis toponimi (nama tempat), kemungkinan nama Lwaram berubah menjadi Desa Ngloram sekarang. “Pelesapan konsonan ’w’, penyengauan di awal kata, dan perubahan vokal ’a’ menjadi ’o’ menjadikan nama lama Lwaram menjadi Ngloram sekarang. Penjelasan seperti itu pula yang membantah berbagai pendapat terdahulu yang menyebutkan Haji Wura-Wari berasal dari daerah Indocina atau Sumatra sebagai koalisi Sriwijaya. Cepu memiliki data arkeologis, toponimi, dan geografis kuat untuk melokasikannya di tepian Bengawan Solo di Desa Ngloram. Petilasan Kadipaten Jipang Panolan Petilasan Kadipaten Jipang Panolan berada di Desa Jipang, sekitar 8 kilometer dari Cepu. Petilasannya berwujud makam Gedong Ageng yang dahulu merupakan pusat pemerintahan dan bandar perdagangan Kadipaten Jipang. Di tempat tersebut juga terlihat Petilasan Siti Hinggil, Petilasan Semayam Kaputren, Petilasan Bengawan Sore, dan Petilasan Masjid. Ada juga makam kerabat kerajaan, antara lain makam R. Bagus Sumantri, R. Bagus Sosrokusumo, R. A. Sekar Winangkrong, dan Tumenggung Ronggo Atmojo. Di sebelah utara Makam Gedong Ageng, terdapat Makam Santri Songo. Disebut demikian karena di situ ada sembilan makam santri dari Kerajaan Pajang yang dibunuh oleh prajurit Jipang karena dicurigai sebagai telik sandi atau mata-mata Sultan Hadiwijaya. Geografi Wilayah Kabupaten Blora terdiri atas dataran rendah dan perbukitan dengan ketinggian 20-280 meter dpl. Bagian utara merupakan kawasan perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Bagian selatan berupa dataran rendah. Ibu kota kabupaten Blora sendiri terletak di cekungan Pegunungan Kapur Utara. Separuh dari wilayah Kabupaten Blora merupakan kawasan hutan, terutama di bagian utara, timur, dan selatan. Dataran rendah di bagian tengah umumnya merupakan areal persawahan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Blora merupakan daerah krisis air (baik untuk air minum maupun untuk irigasi) pada musim kemarau, terutama di daerah pegunungan kapur. Sementara pada musim penghujan, rawan banjir longsor di sejumlah kawasan. Sungai Bengawan solo merupakan sungai terbesar di Kabupaten Blora, dan sungai Lusi adalah sungai terbesar kedua, bermata air di Pegunungan Kapur Utara (Rembang), mengalir ke arah barat melintasi kota Purwodadi yang akhirnya bergabung dengan Kali Serang. Kabupaten Blora berbatasan dengan beberapa wilayah administratif seperti Seperti wilayah lain di Indonesia, Kabupaten Blora beriklim tropis dengan tipe monsunal (Am) yang memiliki dua perbedaan musim yang disebabkan oleh pergerakan angin monsun, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan dipengaruhi oleh angin monsun baratan yang bersifat basah, lembap, serta banyak membawa uap air dan biasanya terjadi pada periode November hingga April. Sementara itu, musim kemarau di wilayah Blora disebabkan oleh angin monsun timuran yang bersifat kering dan sedikit membawa uap air dan biasanya berlangsung pada periode Mei hingga Oktober. Suhu udara di wilayah Blora rata-rata berada dalam rentang 23°–35 °C dengan tingkat kelembapan relatif berkisar antara 60% hingga 90%. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kecamatan Perencanaan daerah Bupati Blora dan Pemkab Blora mempunyai beberapa rencana jangka panjang dan jangka pendek untuk membangun Kabupaten Blora, diantaranya: Taman Patung Barongan Blora Membangun Taman Kota yang pada bagian tengah taman tersebut dibangun Patung Barongan khas Blora yaitu Barongan Gembong Amijoyo, seperti Kota Semarang memiliki Taman Pandanaran Semarang yang terdapat Patung Warak ngendok (sejenis barongan Khas Kota Semarang). Membangun jalur sepeda & becak yang jalan rayanya di cat hijau dan di beri semacam trotoar pemisah dengan jalan raya mobil dan motor. Jalur sepeda agar meningkatkan minat bersepeda dan meninggalkan kendaraan bermotor supaya Blora udaranya tidak polusi. ' Sawah Organik Menjadikan seluruh sawah di Blora menjadi sawah organik, yaitu padi organik, jagung organik, blewah organik, dll. Blora Barongan Carnival Mengadakan acara perayaan tahunan Blora Barongan Carnival yang diikuti berbagai jenis Barongan seluruh Indonesia, yaitu Barongan Gembong Amijoyo, Barong Loreng Gonteng, Barongan Dencong, Barongan Gembong Kamijoyo, Barongan Singo Karya, Singo Ulung, Barong Bali, Reog Ponorogo, Ondel-Ondel, Hudoq, Bebegig Sumantri, Barong Kemiren, dll. Membangun TEAK LAND Kota Johor ada LEGOLAND Malaysia harusnya Kabupaten Blora memiliki taman bermain seperti DUFAN (Dunia Fantasi) tetapi bertema hutan jati yang di berinama "TEAKLAND Indonesia", tempat besar dan luas dengan arena wahana berbentuk pohon jati, kayu jati, daun jati, ulat jati, bunga pohon jati, dll. Selain sebagai tempat wisata juga semakin memperkuat brand Blora sebagai Kota yang peduli hutan terutama hutan jati. Ekonomi Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Kabupaten Blora. Pada subsektor kehutanan, Blora adalah salah satu daerah utama penghasil kayu jati berkualitas tinggi di Pulau Jawa. Daerah Cepu sejak lama dikenal sebagai daerah tambang minyak bumi, yang dieksploitasi sejak era Hindia Belanda. Blora mendapat sorotan internasional ketika di kawasan Blok Cepu ditemukan cadangan minyak bumi sebanyak 250 juta barel. Bulan Maret 2006 Kontrak Kerja Sama antara pemerintah dan kontraktor (PT Pertamina EP Cepu, Exxon Mobil Cepu Ltd, PT Ampolex Cepu) telah ditandatangani, dan Exxon Mobil Cepu Ltd. ditunjuk sebagai operator lapangan, sesuai kesepakatan Joint Operating Agreement (JOA) dari ketiga kontraktor tersebut, perkembangan terakhir untuk saat ini Plan Of Development (POD) Lapangan Banyu Urip telah disahkan Menteri ESDM. Namun ironinya, walau Blora terkenal dengan hutan jati dan minyak bumi yang dikelola sejak zaman kolonial Belanda sampai dengan pemerintah NKRI sekarang ini, tetapi perekonomian rakyat Blora termasuk salah satu yang terendah di Jawa Tengah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh kabupaten Blora ternyata tidak mampu mengangkat taraf kehidupan dan taraf ekonomi masyarakatnya. Hal ini disebabkan karena semua hasil SDA dinikmati oleh pemerintah pusat dan pegawai perusahaan yang sebagian besar dari luar Blora, tanpa ada program yang jelas untuk meningkatkan perekonomian rakyat sekitar. Potensi ekonomi Minyak bumi di desa Cepu Batik Blora di desa Klopoduwur dan desa Blumbangrejo Gula Merah di desa Sendangwates Sentra Kerajinan Kayu Jati, di Desa Jepon Sentra Tanaman Kelor Indonesia, di Kecamatan Kunduran Sentra Gas Alam, di Desa Sumber Pusat perbelanjaan Mall dan swalayan di Blora: Luwes Mall Blora MD Mall Blora Alfim Swalayan Blora Gajah Mas Swalayan Blora Gajah Mas Centre Blora Morodadi Swalayan Blora Bravo Mall Cepu Blok T Blora Cepu City Center Pasar di Blora: Pasar Induk Kota Blora Pasar Modern Jepon Pasar Medang (Blok M) Pasar Jiken Pasar Sambong Pasar Induk Cepu Pasar Kedungtuban Pasar Menden Pasar Randublatung Pasar Doplang Pasar Kunduran Pasar Todanan Pasar Japah Pasar Tunjungan Pasar Banjarejo Pasar Puledagel Pasar Bleboh Pasar Pelem Pasar Ponan Pasar Ngronggah Pasar Tinapan Pasar Ngawen Transportasi Bus Blora dilalui jalan provinsi yang menghubungkan Kota Semarang dengan Kota Surabaya lewat Purwodadi. Jalur ini cukup ramai, jika dibandingkan dengan jalur Semarang-Surabaya lewat Rembang, karena kondisi jalannya yang kalah lebar. Blora juga dapat dicapai dengan menempuh jalur Semarang-Kudus-Rembang-Blora. Blora sendiri setidaknya memiliki dua terminal bus tipe B; yaitu Terminal Gagak Rimang di Kecamatan Blora, Terminal Lama Blora dekat Stasiun Blora, dan satu Terminal tipe A Cepu di Cepu. ]] Blora juga memiliki tiga subterminal bertipe C; diantaranya Subterminal Kunduran, Subterminal Ngawen, SubTerninal Kedungtuban Subterminal Sambong Dan Subterminal Randublatung. Kereta api Jalur kereta api melewati wilayah Kabupaten Blora, namun tidak melintasi ibu kota kabupaten ini. Jalur tersebut melintas di bagian selatan. Stasiun merupakan stasiun kereta api utama di kabupaten ini yang terletak di lintas utara Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya, kecuali KA . Pada jalur kereta Semarang-Demak-Godong-Purwodadi-Wirosari-Kunduran-Blora-Cepu sebenarnya terdapat empat stasiun yang kini sudah tak beroperasi, yaitu: Stasiun Kunduran Stasiun Ngawen Stasiun Blora Stasiun Jepon Stasiun Cepu Kota Jalur kereta itu sendiri saat ini sudah tidak difungsikan lagi. Rencananya akan beroperasi kembali segera dan akan melayani kembali dengan dua pilihan jalur. Pesawat Blora terdapat moda trasportasi jalur udara dengan adanya Bandar Udara Ngloram.(Bandara Aryo Penagsang) Diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 17 Desember 2021 dengan Konsep ramah lingkungan dengan metode Nuansa Pohon Jati yang dimaksudkan Blora akan kota Jati Pesawat sementara Citilink anak buah Garuda Indonesia Dengan rute Jakarta Halim–Blora PP Pariwisata Tempat Wisata Tempat wisata di Kabupaten Blora: Siung Kesongo (oro² kesongo Vulkano) Gabusan Bumi perkemahan Pramuka Waduk Greneng, di Desa Tunjungan Goa Terawang, di Desa Kedungwungu Waduk Tempuran, di Desa Tempuran Kampoeng Bluron, di Desa Tempuran Waduk Bentolo, di Desa Tinapan Wisata Kereta Lokomotif Cepu, di Kota Cepu Pemandian Sayuran, di Desa Soko Taman Rekreasi Tirtonadi, di kelurahan Kedungjenar Taman Water Splash Sarbini, di JL.JEND.Ahmad Yani kelurahan Karangjati Gunung Manggir, di Desa Ngumbul Goa Sentono, di Desa Mendenrejo Gunung Pencu, di Desa Bogorejo Blora City Park, di kelurahan Bangkle Taman Seribu Lampu, di Kota Cepu Taman Mustika, di pusat kota Blora tepatnya Jalan Pemuda Kelurahan Kedungjenar Taman Patung Sate di dekat perbatasan kabupaten sebelah barat yaitu di Desa Gagaan Air Terjun Temajang, di Banjarejo Kampoeng Gojekan, di Desa Tempuran Desa Wisata, di Desa Tempuran Sendang Banyu Biru, di Desa Kedungwungu Air Terjun Kedung Mansur, di desa Jatisari Bendungan Randugunting, di desa Kalinanas Perayaan Tradisi Blora mempunya beberapa acara perayaan, yaitu: Blora Expo, di desa Gersi Blora Barongan Festival (BBF), di desa Gersi Parade Seni Budaya Blora, di desa Gersi Gas Deso atau Sedekah Bumi Kirab Budaya hari jadi Kabupaten Blora Kuliner khas Masakan Masakan khas Blora adalah: Soto Klethuk khas Blora Nasi Pecel Blora Sayur Menir Sayur Lodeh Sate Ayam Blora Sate Sapi Blora | depost = Lihat di bawah. Iwak Asin Sego Jagung Oseng-Oseng Ungker Lontong Tahu Betiti Mie Puyang Kuah (Mie Ramen khas Blora) Mie Puyang tanpa kuah Mangut ikan panggang Rawon khas Blora Sego Kobong Lontong Opor Ngloram Sambel Iwak Jendil Lontong Sambel Jajanan pasar Jajanan pasar khas Blora adalah: Egg Roll Waloh khas Blora Arem–Arem khas Blora Tahu Penthol khas Blora Manco Kerupuk Kulit Sapi Bolang-Baling khas Blora Kerupuk Sarmiyer Dumbek Minuman Minuman khas Blora adalah: Wedang Cemohe Limun Kawis Kopi Santan Bubur Kacang Ijo Wedang Ronde Kesenian Kesenian khas Blora adalah: Barongan Tayub Ketoprak Wayang kulit Wayang krucil Kentrung Bahasa Berdasarkan tutur bahasa Jawa, dialek Aneman merupakan bahasa pergaulan dan termasuk tataran ngoko atau bahasa kasar. Jadi, di daerah Blora tataran Krama (halus) maupun Madya (biasa, campuran krama dan ngoko) tetap digunakan selain tataran dialek pergaulan ngoko kasar tersebut. Madya adalah salah satu tingkatan bahasa Jawa yang paling umum dipakai di kalangan orang Jawa. Tingkatan ini merupakan bahasa campuran antara ngoko dan krama, bahkan kadang dipengaruhi dengan bahasa Indonesia. Bahasa madya ini mudah dipahami dan dimengerti. Bahasa yang digunakan di daerah kabupaten Blora adalah bahasa Indonesia dan Aneman/Mataraman Pesisir dalam tingkat tutur ngoko, madya maupun krama oleh penggunanya masing-masing (formal "mis: pidato tema-solving-analisis, dll" maupun non formal dalam wawancara atau dialog percakapan–lancar / njagong;epyek). Pendidikan SMA/SMK negeri SMAN 1 Blora SMAN 2 Blora SMAN 1 Tunjungan SMAN 1 Cepu SMAN 2 Cepu SMAN 1 Ngawen SMAN 1 Randublatung SMAN 1 Jepon SMKN 1 Blora SMKN 2 Blora SMKN 1 Kunduran SMKN 1 Cepu SMKN 1 Jati SMKN 1 Jepon Perguruan tinggi Kabupaten Blora memiliki beberapa perguruan tinggi, yaitu: Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe Cepu STAI Muhammadiyah Blora POLITEKNIK Energi, Minyak dan Gas Bumi, di Jalan Srogo No. 1 Cepu IAI Al-Muhammad Cepu STAI Khozinatul Ulum STKIP Muhammadiyah Blora Universitas Terbuka Blora Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Blora: RSUD Dr. R Soetijono Blora, tipe C: Jalan Dr Sutomo No.42 Blora RSU Suprapto Cepu, tipe C: Jalan RSU No.50 Cepu RS PPT Migas Cepu: Jalan Diponegoro No.9 Cepu Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Cepu: J. RSU Cepu RS Permata: Jalan Reksodiputro No.57 Blora RS NU Cepu Media massa Televisi Digital Radio Beberapa stasiun radio di Kabupaten Blora: RSPD Blora (RSPD Gagak Rimang), AM 711 kHz Radio Blora Sakti (RBS), AM 909v kHz Radio GPN FM, FM 92.5 MHz Radio M9 (Thomson Radio Network), FM 92.0 MHz Radio Raka FM, 98.7 MHz Radio Thomson Blora, FM 94.1 MHz Radio XFM (Thomson Radio Network), FM 99.2 MHz Radio Citra FM, FM 100.8 MHz Radio Duta Suara FM, FM 102.7 MHz RSPD Blora (RSPD Gagak Rimang), FM 105.9 MHz Radio Gloria FM, FM 106.7 MHz Radio Sion Blora, FM 107.7 MHz Media Online Beberapa media di Kabupaten Blora: seputarblora.my.id harianblora.com infoblora.com kabarblora.com bloranews.com haloblora.co lintasblora.com lingkarblora.com bloraupdates.com portalblora.com lingkarjateng.id ( Koran Lingkar Jateng ) Julukan Sate Dijuluki Daerah Sate, karena di Blora terdapat sate khas dengan bumbu khas Blora. Barongan Dijuluki Barongan, karena Blora adalah daerahyang paling gencar melestarikan seni budaya Barongan. Samin Dijuluki Daerah Samin, karena daerah ini merupakan ibu kota kabupaten yang masyarakatnya banyak terdapat masyarakat Samin, pusat kegiatannya berada di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Blora. Kayu Jati Dijuluki Kayu Jati, karena Blora merupakan penghasil kayu jati terbesar se-pulau Jawa. Kayu jati dari Blora dikenal memiliki kualitas paling baik se-Indonesia, bahkan kayu jati Blora juga dikenal di mancanegara. Tokoh terkenal Tokoh terkenal asal Kabupaten Blora adalah: Tokoh kolosal Aryo Penangsang Pocut Meurah Intan, pejuang Aceh yang dibuang Belanda ke Blora dan meninggal serta dimakamkan di Desa Temurejo, Blora. Tokoh politik Tirto Adhi Soerjo Marco Kartodikromo Ali Moertopo Mukti Ali LB Moerdani Samin Surosentiko pelopor Ajaran Samin (Saminisme). Mas Sutardjo Kertohadikusumo; pencetus Petisi Sutarjo Prasetyo Tokoh selebriti Farid Aja Maria Asteria Sastrayu Rahajeng Yeni Inka Tokoh olahraga Pratama Arhan Tokoh Sastrawan, Penulis dan Aktivis Literasi Pramoedya Ananta Toer Soesilo Toer Kalis Mardiasih Dian Marta Wijayanti Tokoh Kepolisian Agus Andrianto,Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia sejak 24 Juni 2023 sampai sekarang Syahar Diantono,Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia Sejak 2022 sampai sekarang Mashudi (polisi) Kapusinafis Bareskrim Polri Sejak 2021 Sampai Sekarang Guntur Setyanto Mantan Kapolda Bengkulu Dari Tanggal 1 Juni 2021-17 Desember 2021 Tokoh Militer Harry Indarto, Komandan Lantamal III/Jakarta Sejak 31 Januari 2023 Sampai Sekarang Mayor Jenderal TNI (Purn.) Jaswandi Mantan Perwira Tinggi TNI / Mantan Pangdam Jaya periode 23 Februari 2017-2 Maret 2018 Laksamana madya Tentara Nasional Indonesia Purnawirawan Agung Prasetiawan mantan perwira tinggi Tentara Nasional Indonesia Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang sekarang menjabat sebagai Sekjen PPAL Referensi Pranala luar Situs web resmi Pemerintah Kabupaten Blora Blora Blora
4081
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Boyolali
Kabupaten Boyolali
Boyolali () adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Boyolali. Kabupaten ini terletak sekitar 25 km sebelah barat Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan Kabupaten Grobogan di utara; Kabupaten Sragen, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta di timur; Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta) di selatan; serta Kabupaten Magelang dan Kabupaten Semarang di barat. Kabupaten ini termasuk kawasan Solo Raya. Sejarah Asal mula Nama Boyolali Menurut cerita serat Babad Pengging Serat Mataram, nama Boyolali tak disebutkan. Demikian juga pada masa Kerajaan Demak Bintoro maupun Kerajaan Pengging, nama Boyolali belum dikenal. Menurut legenda nama Boyolali berhubungan dengan ceritera Ki Ageng Pandan Arang (Bupati Semarang pada abad XVI). Alkisah, Ki Ageng Pandan Arang yang lebih dikenal dengan Tumenggung Notoprojo diramalkan oleh Sunan Kalijogo sebagai Wali penutup menggantikan Syeh Siti Jenar. Oleh Sunan Kalijogo, Ki Ageng Pandan Arang diutus untuk menuju ke Gunung Jabalakat di Tembayat (Klaten) untuk syiar agama Islam. Dalam perjalananannya dari Semarang menuju Tembayat Ki Ageng banyak menemui rintangan dan batu sandungan sebagai ujian. Ki Ageng berjalan cukup jauh meninggalkan anak dan istri ketika berada di sebuah hutan belantara dia dirampok oleh tiga orang yang mengira dia membawa harta benda ternyata dugaan itu keliru maka tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Salatiga. Perjalanan diteruskan hingga sampailah disuatu tempat yang banyak pohon bambu kuning atau bambu Ampel dan tempat inilah sekarang dikenal dengan nama Ampel yang merupakan salah satu kecamatan di Boyolali. Dalam menempuh perjalanan yang jauh ini, Ki Ageng Pandan Arang semakin meninggalkan anak dan istri. Sambil menunggu mereka, Ki Ageng beristirahat di sebuah Batu Besar yang berada di tengah sungai. Dalam istirahatnya Ki Ageng berucap "Båyå wis lali wong iki" yang dalam bahasa indonesia artinya "Sudah lupakah orang ini". Dari kata "Båyå Wis Lali" maka jadilah nama Boyolali. Batu besar yang berada di Kali Pepe yang membelah kota Boyolali mungkinkah ini tempat beristirahat Ki Ageng Pandan Arang. Mungkin tak ada yang bisa menjawab dan sampai sekarang pun belum pernah ada meneliti tentang keberadaan batu ini. Demikian juga sebuah batu yang cukup besar yang berada di depan Pasar Sunggingan Boyolali, konon menurut masyarakat setempat batu ini dulu adalah tempat untuk beristirahat Nyi Ageng Pandan Arang. Dalam istirahatnya Nyi Ageng mengetuk-ngetukan tongkatnya di batu ini dan batu ini menjadi berlekuk-lekuk mirip sebuah dakon (mainan anak-anak tempo dulu). Karena batu ini mirip dakon, masyarakat disekitar Pasar Sunggingan menyebutnya mBah Dakon dan hingga sekarang batu ini dikeramatkan oleh penduduk dan merekapun tak ada yang berani mengusiknya. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Bahasa Bahasa yang digunakan oleh penduduk di kabupaten Boyolali adalah Bahasa Jawa Surakarta yang dituturkan oleh seluruh masyarakat Boyalali. Selain itu, karena Kabupaten Boyalali masih termasuk wilayah inti dari kerajaan Kasunanan Surakarta maka berpengaruh juga dengan percakapan sehari-hari, yaitu dengan memperhatikan etika bahasa atau sering disebut unggah-ungguh, yaitu tingkat tingkat tutur krama madya dan krama inggil untuk menghormati lawan bicara, ciri khas aksen orang Boyolali terdengar medhok namun lembut seperti wayang Janoko dapat dikatakan pula sebagai dialek mataram yang halus. Meskipun tergolong sebagai pengguna bahasa jawa standar, sebenarnya banyak dialek yang digunakan masyarakat dalam komunikasi sehari-hari, sayangnya sampai saat ini belum ada gagasan untuk mengembangkannya ke dalam kamus bahasa Jawa. Kependudukan Pada tahun 2020, jumlah penduduk kabupaten Boyolali mencapai lebih dari satu juta orang. Berikut jumlah penduduk per kecamatan pada tahun 2022: Kecamatan Ngemplak: 92.405 orang, Sawit: 32.644 orang, Banyudono: 53.483 orang, Sambi: 48.636 orang, Nogosari: 74.039 orang, Simo: 51.636 orang, Klego: 50.446 orang, Andong: 63.176 orang, Karanggede: 47.495 penduduk, Kemusu: 35.692 orang, Wonosegoro: 40.254 orang, Wonosamodro: 31.788 orang, Juwangi: 36.016 orang, Selo: 30.639 orang, Cepogo: 61.437 orang, Musuk: 32.834 orang, Tamansari: 30.328 orang, Gladagsari: 43.548 orang, Ampel 41.511 orang, Boyolali 73.980 orang, Mojosongo 60.544 orang, Teras 50.993 orang. Transportasi Wilayah Kabupaten Boyolali dilewati jalan nasional dan jalan tol yang menghubungkan Semarang-Surakarta. Jalur ini merupakan jalur yang berbukit-bukit, khususnya di utara kota kabupaten sampai kota kecamatan Ampel. Kabupaten Boyolali Juga terhubung Jalur Kereta Api Semarang - Solo (termasuk percabangan menuju Bandara Adi Soemarmo yang merupakan jalur kereta api yang melewati pinggir jalan tol Solo - Semarang ) dan Solo - Boyolali Kota. Untuk Stasiun yang masih aktif ialah Stasiun Telawa dan Stasiun Bandara Adi Soemarmo, untuk koridor Solo - Boyolali Kota ( Jalur Kereta Api Purwosari - Boyolali ) diperkirakan nonaktif pada masa kependudukan Jepang. Jalan nasional yang menghubungkan kota Boyolali dengan kota Klaten merupakan jalan yang menghubungkan Boyolali langsung ke Yogyakarta. Selain itu, terdapat jalan kabupaten yang menghubungkan Boyolali dengan kota Sragen lewat Kecamatan Karanggede dan yang menghubungkan Boyolali dengan Mungkid, Muntilan, dan Magelang melalui "Selo Pass" yang melintasi celah di antara Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Bandara Internasional Adisumarmo secara administratif masuk wilayah Kabupaten Boyolali dan dikelola oleh pemkot Surakarta. Pariwisata Boyolali terletak di kaki sebelah timur Gunung Merapi dan Gunung Merbabu yang memiliki pemandangan sangat indah dan mempesona, sayuran hijau yang luas dan berbukit-bukit serta aktivitas Gunung Merapi yang terlihat dengan jelas aliran lahar dan asapnya. Jalur Surakarta-Boyolali-Cepogo-Selo-Borobudur (SSB) yang melintasi kedua gunung tersebut dipromosikan menjadi jalur wisata menarik yang menjadi pilihan bagi wisatawan baik domestik maupun negara asing dari kota budaya Surakarta menuju Candi Borobudur untuk melintasi Kabupaten Boyolali. Kecamatan Selo dikenal sebagai daerah peristirahatan sementara bagi para pendaki Gunung Merapi dan Merbabu yang mempunyai tempat penjualan cenderamata yang representatif. Kecamatan Cepogo dan Selo merupakan sentra penghasil sayuran hijau yang segar dan murah serta pusat kerajinan tembaga di Boyolali. Selain panorama Gunung Merapi dan Merbabu, kabupaten Boyolali juga memiliki tempat wisata berupa mata air alami yang mengalir secara terus menerus dan sangat jernih yang dikelola dengan baik menjadi tempat wisata air, kolam renang, kolam pancing dan restoran seperti di Tlatar (sekitar 7 km arah utara kota Boyolali) dan Pengging di Kecamatan Banyudono (sekitar 10 km arah timur kota Boyolali). Kedua tempat wisata air ini memiliki keunikan sendiri-sendiri. Kalau di Tlatar memiliki keunggulan di mana lokasinya masih sangat luas dan memiliki beberapa pilihan kolam renang berikut tempat mancing dan restoran terapung, maka di Penging memiliki keunggulan di mana dulunya merupakan tempat mandi keluarga Kasunanan Surakarta . Sehingga disekitar Pengging ini masih dapat ditemukan bangunan-bangunan bersejarah yang unik milik Kasunanan Surakarta. Juga terdapat makam salah seorang pujangga Keraton Surakarta yaitu Raden Ngabehi Yosodipuro. dan masih ada lagi waduk sidorejo (WKS) yang tak kalah menarik dengan waduk kedung ombo (WKO) yang pasnya terletak dusun sidorjo.desa ngleses.kecamatan juwangi.kab boyolali.dan disini bisa menikmati pemandangan yang luar biasa Agrowisata Agrowisata Sapi Perah Cepogo dan Selo Kabupaten Boyolali terkenal dengan usaha pengembangan sapi perah dan penggemukan sapi. Jarak dari Kabupaten Boyolali adalah 13 km ke arah Barat. Jalan ke Cepogo menanjak karena topografinya merupakan pegunungan. Hal ini menyebabkan iklim yang dingin sehingga memungkinkan pemeliharaan sapi perah. Cepogo ditetapkan menjadi lokasi agrowisata sapi perah. Jika ingin lebih ke atas ke dekat puncak Merapi dan Merbabu, di kawasan kecamatan Selo terdapat Desa Wisata Samiran yang juga menjadi basis agrowisata sapi perah di Boyolali. Jika Anda berkunjung ke Boyolali, sempatkanlah datang ke tempat pemerahan sapi yang terletak di Kecamatan Cepogo. Kondisi kendaraan harus prima karena medan yang menanjak dan jalan yang berkelok-kelok. Anda dapat melihat proses pemerasan susu sapi. Jika ingin mencoba dapat juga berpartisipasi memerah susu sapi dengan tuntunan peternak. Dan yang pasti, Anda dapat meminum susu yang masih segar hasil perasan peternak sapi, sekaligus hasil-hasil olahan susu, seperti keju, yogurt, kerupuk susu, stik susu, dan dodol susu. Keju dengan merek "Meneer" merupakan produksi pabrik keju PT Nedin yang berlokasi di Desa Samiran dan menggunakan susu asli Samiran. Yogurt dengan merek "Mer's Yogurt" juga produksi desa Samiran. Melalui produk-produk tersebut diharapkan dapat menaikkan kembali citra Boyolali sebagai Kota Susu. Agrowisata Sayur Selo Terletak di kawasan objek wisata Selo, 25 km ke arah Barat dari Kabupaten Boyolali. Para pengunjung dapat menikmati dan memetik sendiri aneka ragam sayuran, antara lain: wortel, kol, daun adas, dan lain-lain. Agrowisata Padi Jarak 10 km ke arah Timur Kabupaten Boyolali. Agro wisata padi merupakan wahana yang tepat untuk menumbuh-kembangkan kecintaan generasi muda pada padi. Dengan adanya agro wisata padi, generasi muda akan dapat berinteraksi langsung dengan objek wisata. Kampung Lele kampung lele terletak di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit. Kampung lele merupakan usaha kementrian perikanan Indonesia untuk memenuhi target 2015 sebagai penghasil perkanan terbesar. Pembudidayaan ikan lele di Kampung Lele dianggap berhasil memberikan kontribusi bagi ketahanan pangan baik lokal maupun nasional. Bahkan keberhasilan pembudidayaan ikan lele di kampung lele tidak hanya dikenal di skala nasional, melainkan hingga kawasan Asia Tenggara. Kolam pembesaran ikan lele dapat berupa kolam tanah, kolam semen dan kolam tanah dengan dinding dikelilingi oleh karung berisi tanah yang berfungsi agar dinding kolam tidak longsor. Kolam tanah dan kolam yang terbuat dari semen atau kolam permanen memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kolam tanah dapat membuat daya tahan tubuh kuat, tidak berlemak tetapi mudah mengalami kebocoran karena lele memiliki sifat menggali tanah. Kolam permanen lebih tahan lama untuk penggunaan dalam waktu jangka panjang, tidak mudah bocor dinding-dinding kolam, mudah dalam penanganan dan pembersihan tetapi kolam permanen ikan yang dihasilkan tidak tahan penyakit dan daging berlemak. Tempat wisata Air Terjun Kedung Kayang Objek wisata ini terletak di Desa Klakah yang berjarak 5 kilometer ke arah barat dari Kecamatan Selo. Daerah wisata ini memiliki pemandangan alam berupa air terjun yang terletak di antara 2 kabupaten, yaitu Boyolali dan Magelang. Air Terjun Kedung Kayang yang memiliki ketinggian 30 meter ini masih alami dan belum dieksploitasi besar-besaran, mengingat jalan menuju ke objek wisata tersebut seperti layaknya jalan di daerah perkampungan. Di sekitar objek wisata ini terdapat tanah datar yang cocok untuk area perkemahan. Potensial untuk aktivitas camping, hiking, climbing. Fasilitas yang tersedia berupa penginapan/ homestay, perkemahan, dan warung. Waktu yang paling ramai dikunjungi adalah hari sabtu-minggu dan hari libur nasional terutama bagi pasangan muda-mudi. Waduk Badhe Terletak di Desa Bade Kecamatan Klego sekitar 40 km ke arah utara dari Kota Boyolali sebagai sarana irigasi bagi pertanian dan perikanan bagi masyarakat sekitar, memiliki pemandangan alam yang mempesona. Failitas yang terdapat disini adalah: rumah makan, wisata air, pemancingan, dan area lomba burung. Waduk Cengklik Objek wisata ini terletak di Desa Ngargorejo dan Sobokerto, Kecamatan Ngemplak ± 20 km, ke arah timur laut Kota Boyolali, Bila dari Bandara Adi Sumarmo ± 1,5 KM (di sebelah barat bandara tepatnya). waduk dengan luas genangan 300 ha ini dibangun pada zaman Belanda, tujuannya untuk mengairi lahan sawah seluas 1.578 ha, bisa untuk latihan sky air. Letaknya sangat strategis, berdekatan dengan Bandara Adi Sumarmo, Asrama Haji Donohudan, Monumen POPDA, dan Lapangan Golf. Fasilitas: wisata air (water resort), pemancingan (fishing area), rumah makan lesehan (floating restaurant). Waduk Kedung Ombo Objek wisata ini terletak di Desa Wonoharjo, Kecamatan Kemusu, sekitar ± 50 km ke arah utara Kota Boyolali menjanjikan rekreasi hutan dan air yang menyegarkan serta pemancingan. Fasilitas: bumi perkemahan, hutan wisata, tempat pemancingan, rumah makan apung, wisata air. Waduk Sidorejo Wisata ini yang terletak di desa Sidorejo, Juwangi, Boyolali. sekitar + 10 km ke utara dari (waduk kedung ombo) dan di sini bisa menikmatti pemandangan, air terjun pleret dan menikmati warung makan di atas kincir air raksasa Gunung Merapi dan Gunung Merbabu Terletak 25 km dari Kota Boyolali kearah barat. Objek Wisata Gunung Merapi dan Gunung Merbabu. Selain itu pemandangan alamnya sangat indah serta panorama alam masih asli. Bagi pecinta alam yang senang berpetualang, jalur pendakian Gunung Merapi via Selo, Boyolali merupakan jalur terpendek untuk mencapai puncak gunung Merapi. Dan untuk ke puncak Merbabu, jalur pendakian Gunung Merbabu via Selo merupakan jalur pendakian yang ramah untuk pendaki pemula. Untuk mencapai puncak Merbabu, pendaki hanya butuh waktu sekitar 8 jam perjalanan saja. Setiap malam 1 Suro diadakan Upacara Tradisional Sedekah Gunung sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Lonjakan wisata pendakian pada menjelang tgl 1 Suro, Tahun Baru, 17 Agustus (Pengibaran Bendera Merah Putih di Puncak Merapi dan Puncak Merbabu),reog jathilan campursari MEGO MENDUNG ds.Randukuning Lampar Musuk Boyolali Fasilitasnya antara lain TIC (Tourism Information Centre) Joglo Merapi I, Home Theatre New Selo, Wall Climbing, Lapangan Tenis, Gedung Diklat, Bungalow Tersenyum, Home Stay, Warung Makan/ Makanan Khas Selo, Souvenir. Wisata susur sungai dan air terjur di lereng timur Merbabu mulai menjadi favorit di Boyolali, jalur susur sungai yang dimulai dari samping situs sejarah Makam dan Masjid Ki Ageng Pantaran yang berlokasi di Desa Candisari, Kecamatan Ampel, menempuh perjalanan sekitar 1 jam hingga persimpangan sungai (tempuran) di kaki bukit Ogal Agil. Di sebelah utara tempuran (sebelah kanan) terdapat air terjun, dan bila perjalanan diteruskan ke kanan hingga hulu sungai yang bernama Semuncar akan menemui 4 air terjun yang indah. Petualangan susur sungai ke Semuncar melalui medan alami tetapi masih memungkinkan pemula untuk sampai hulu. Perjalanan ke kiri tempuran akan menuju hulu yang bernama Sipendok. Perjalanan ke Sipendok disarankan untuk petualang yang sudah berpengalaman. Mitos-mitos terkait dengan Semuncar dan Sipendok masih kuat pada masyarakat sekitarnya. Bukit Ogal Agil juga dipercaya masyarakat setempat sebagai bukit dalam legenda Baru Klinting. Daerah Semuncar dan Sipendok merupakan daerah sumber air bagi masyarakat Ampel, sehingga pengunjung diharuskan menjaga lingkungan dan menghormati alam. Umbul Tlatar Umbul Tlatar Terletak di Dukuh Tlatar, Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali dengan jarak tempuh dari kota kira-kira 4 km ke arah utara. Nuansa pesona alam terhampar dengan latar belakang budaya desa dan air yang melimpah, aroma kelezatan masakan ikan air tawar yang disajikan baik secara goreng maupun bakar sambil memancing dan duduk santai sungguh merupakan rekreasi menyegarkan di Objek Wisata Tlatar. Pemandian ini adalah pemandian untuk keluarga dengan sumber air berasal dari mata air. Ada 2 buah pemandian de, yaitu Pemandian Umbul Pengilon dan Pemandian Umbul Asem. Selain itu ada beberapa kolam renang rekreasi, termasuk kolam renang berstandar olimpiade. Setiap dua hari menjelang bulan Puasa diadakan even Padusan. Upacara Padusan ini juga diselenggarakan di Umbul Pengging dan Pantaran. Acara ini bertujuan untuk menyucikan diri sebelum melaksanakan ibadah puasa. Fasilitas yang tersedia: rumah makan lesehan, pemancingan, kios cenderamata, kolam renang anak dan dewasa, taman wisata air, lapangan woodball, panggung hiburan setiap menjelang bulan Puasa Pemandian Umbul Pengging Umbul Pengging terletak di Banyudono, merupakan wahana wisata kreasi air. Penging memiliki keunggulan di mana dulunya merupakan tempat mandi keluarga Kasunanan Surakarta (Pemandian Tirto Marto). Sehingga disekitar Pengging ini masih dapat ditemukan bangunan-bangunan bersejarah yang unik milik Kasunanan Surakarta. Juga terdapat makam salah seorang pujangga Keraton Surakarta yaitu Raden Ngabehi Yosodipuro. Wisata Budaya Sedekah Gunung Upacara ini diselenggarakan di Desa Lencoh, Kecamatan Selo setiap malam 1 Suro. Acara ini merupakan prosesi persembahan kepala kerbau dan sesaji ke kawah gunung Merapi sebagai tanda syukur masyarakat Selo dan sekitarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Upacara ini dimeriahkan dengan tarian dan atraksi oleh masyarakat setempat. Waktu pelaksanaan mulai jam 22:00 sampai 24:00 dan diakhiri dengan kirab potongan kepala kerbau serta gunungan nasi jagung sebagai sesaji yang diletakkan di Pasar Bubrah.Terdapat tiga acara utama selama prosesi upacara berlangsung, yaitu kirab sirah maeso atau kepala kerbau, kirab saji Gunung Merapi serta kirab ratusan obor. Kirab ratusan obor menjadi daya tarik lebih karena baru diadakan pada tahun 2010. Tradisi ini bermula dari ritual tolak bala yang dilakukan Pakubuwono X dari Kasunanan Surakarta dengan menumbalkan seekor kerbau ke Gunung Merapi. Seiring waktu, kini warga hanya menumbalkan bagian kepalanya saja. Kirab budaya Tradisi ini berada di desa Samiran kecamatan Selo kabupaten Boyolali. dilaksanakan setiap tanggal 2 sura. dimulai dari pelataran gua raja, yang menurut legenda dahulu kala gua itu dijadikan tempat peristirahatan pangeran Diponegoro. Kirab dimulai dengan pengambilan air suci barokah yang berada di kawasan gua raja dan diarak beserta iring-iringan tumpeng-tumpeng hasil bumi dari kawasan sekitar Selo. Ribuan warga desa Samiran ikut serta mengiring arak-arakan tumpen beserta air tersebut, dengan mengenakan pakaian adat, untuk menuju ke pesanggrahan Kebo Kanigoro.sesampainya di Kebokanigoro, air suci barokah dari Guaraja di satukan dengan air perwita sari air yang diambil dari kawasan pesangrahan Kebo Kanigoro. Sadranan Sadranan yaitu suatu tradisi masyarakat untuk membersihkan makam leluhur dan ziarah kubur dengan prosesi penyampaian doa dan kenduri yang dilaksanakan oleh warga setempat berujud aneka makanan dan nasi tumpeng.Tradisi ini dilaksanakan setiap tahun pada pertengahan bulan Ruwah (penanggalan jawa) menjelang datangnya bulan Ramadan.Selain mengirim doa kepada para leluhur dan sanak keluarga yang telah meninggal, Sadranan bertujuan juga untuk melestarikan budaya peninggalan nenek moyang yang sudah berlangsung turun-temurun. Acara diawali dengan bersih-bersih makam pada pagi hari. Dengan bermodalkan cangkul dan sabit, masyarakat membersihkan rumput-rumput yang tumbuh di sekitar makam. Setelah selesai mereka pulang dan kembali ke pemakaman sambil membawa tenong yang berisi makanan dan buah-buahan.Sebelum kendurenan sadranan dimulai, warga membaca tahlil dan dzikir, berdoa bersama kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah selesai berdoa dilanjutkan dengan makan bersama. Sadranan tidak hanya diikuti oleh orang dewasa, anak-anak pun ikut berpartisipasi sehingga suasana menjadi meriah. Ngalap Berkah Paringan Apem Kukus Keong Emas Dilaksanakan di kawasan wisata Pengging di lingkungan Makam Astana luhur R. Ng. Yosodipuro pada hari Jum'at pertengahan bulan Sapar. R. Ng. Yosodipuro adalah seorang Pujangga Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Karena kearifannya sering kali rakyat Pengging memohon petunjuk termasuk pada saat petani meminta bantuannya untuk mengatasi serangan hama keong mas. Atas petunjuk R. Ng Yosodipuro para petani mengambil keong mas tersebut kemudian dimasak dengan cara dikukus. Sebelumnya keong tersebut dibalut dengan janus yang dibentuk seperti keong mas. Setiap kali panen padi janur bekas balutan keong mas tersbut digunakan untuk membuat apem kukus. Apem kukus itu kemudian dibagi-bagikan pada petani sebagi wujud syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang diberikan dan juga berkurangnya hama keong. Tradisi bagi-bagi apem akhirnya terus berkembang hingga berjalan sampai sekarang. Upacara ini merupakan tradisi berebut makanan dengan perwujudan menerima pembagian kue terbungkus janur yang telah didukung dengan mantra dan do'a oleh Kyai ulama yang berlokasi di makam Astono luhur R. Ng. Yosodipuro pada malam Jum'at pertengahan bulan Sapar dan dibagikan pada Jum'at siang setelah salat jum'at. Bagi masyarakat yang percaya jika berhasil mendapatkan apem maka diyakini akan mendatangkan berkat. Kawasan Pengging Pemandian Tirto Marto Pemandian Tirto Marto terletak di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono dengan jarak tempuh dari kota Boyolali adalah 12 km. Pemandian ini dahulu digunakan oleh Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat SSDISKS Susuhunan Pakubuwana X beserta kerabatnya. Di dalam pemandian ini terdapat tiga buah umbul, yaitu Umbul Penganten, Umbul Ngabean, dan Umbul Duda. Sekarang, di pemandian ini sering digunakan oleh peziarah untuk mengadakan ritual yang disebut Ritual Kungkum. Ritual Kungkum adalah ritual merendam diri peziarah di dalam air sebatas leher yang dimulai mulai pukul 24.00–03.00 wib pada malam Jum'at. Selain ritual tersebut ada juga Even Padusan yang dilaksanakan 2 (dua) hari menjelang bulan puasa. Masjid Cipto Mulyo Masjid Cipto Mulyo adalah Masjid Peninggalan SSDISKS Susuhunan Pakubuwana X. Terletak di Kawasan Wisata Pengging Kecamatan Banyudono. Lokasi wisata ini dapat dijangkau dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum dengan jarak kurang lebih 1,5 km dari Jalan Raya Surakarta -Semarang. Dari pusat kota Boyolali, lokasi wisata ini berjarak kurang lebih 15 km. Umbul Sungsang Umbul Sungsang adalah tempat untuk ritual Kungkum (berendam dalam air sambil menunggu hasil Sanggaran di makam R. Ng. Yosodipuro) Pengging Fair Pengging fair adalah salah satu acara dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan RI yang diselenggarakan di Desa Pengging, Kec. Banyudono dengan menampilkan pasar malam dan festival seni budaya. Acara ini dilaksanakan selama seminggu dan diadakan sekali dalam satu tahun. Pasar Malam dimeriahkan oleh pedagang baik lokal maupun luar daerah yang menjajakan dagangannya selama Festival berlangsung. Festival budaya diadakan oleh masyarakat setempat seperti karnaval dan hiburan seni. Karnaval dilaksanakan disepanjang jalan Pasar Pengging diteruskan oleh drum band, reog, dan barongsai. Hiburan seni menampilkan campursari, band remaja, dan wayang kulit semalam suntuk. Jika Anda berkunjung ke Boyolali pada bulan Agustus, sempatkanlah untuk menyaksikan Pengging fair. Makam R. Ng. Yosodipuro R. Ng. Yosodipuro adalah seorang Pujangga Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dengan jarak tempuh dari kota 12 km, makam ini setiap malam Jumat Pahing diadakan Upacara Sanggaran. Masih disekitar Makam R. Ng. Yosodipuro,Upacara Ngalap Berkah Paringan Apem Keong Emas ini dilaksanakan, pada pertengahan Bulan Sapar. Upacara ini merupakan tradisi berebut apem (makanan khas yang terbuat dari tepung beras) yang terbungkus janur (daun kelapa yang masih muda) dan telah didoakan oleh Kyai/ Ulama dan dibagikan pada Jumat siang setelah Sholat Jumat. Ada Masjid peninggalan Sunan Paku Buwana X. Legenda Bandung Bandawasa Di zaman dahulu, terdapat Kerajaan Pengging yang bersamaan dengan Kerajaan Boko di Prambanan. Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Prabu Damar Moyo yang arif bijaksana, yang mempunyai putra bernama Bandung Bandawasa (Bandung Bondowoso). Bandung Bondowoso ini yang terkait dalam Legenda Rara Jonggrang dan Candi Prambanan. Dalam Babad Prambanan, selain Pengging, beberapa daerah di Boyolali juga disebutkan, misalkan Slembi yang hingga pada zaman Mataram Islam dikenal sebagai salah satu gerbang Mataram. Dalam Pesanggrahan Pracimoharjo Merupakan petilasan Sri Susuhunan Paku Buwono X sebagai objek wisata minat khusus/ ziarah, Terletak di Desa Paras, Kecamatan Cepogo. Makam Ki Ageng Pantaran Di Pantaran Desa Candisari Kecamatan Ampel. Jarak tempuh dari kota 17 km. Makam ini cukup potensial sebagai tempat ziarah, karena terdapat Petilasan Ki Kebo Kanigoro, petilasan Syeh Maulana Malik Ibrahim Maghribi, Petilasan Ki Ageng Pantaran. Pengunjung dapat menikmati pemandangan alam di kaki gunung Merbabu dan air terjun Semuncar dan Sipendok. Setiap tanggal 20 Suro diadakan event upacara tradisional Buka Luwur. Fasilitas: Bangsal tempat tirakat, Bukit Perkemahan Indraprasta. Makam Prabu Handayaningrat Objek wisata ini terletak di dukuh Malang, desa Dukuh, kecamatan Banyudono. Makam ini merupakan trah dari majapahit. Prabu Handayaningrat adalah ayah Ki Ageng Kebo Kenanga dan Ki Ageng Kebo Kanigara (Kebo Kanigoro), dan beberapa anak lainnya (referensi). Prabu Handayaningrat dikenal dengan nama Ki Ageng Pengging Sepuh. Dalam cerita fiksi Nagasasra Sabukinten karya S. H. Mintardja, tokoh fiktif Mahesa Jenar merupakan murid Ki Ageng Pengging Sepuh. Makam Ki Ageng Kebo Kenanga Objek wisata ini terletak di dukuh Pengging, desa Jembungan, kecamatan Banyudono. Banyak oranga yang berkunjung dengan berbagai tujuan. Ki Ageng Kebo Kenanga dikenal sebagai Ki Ageng Pengging. Joko Tingkir yang kemudian menjadi Sultan Hadiwijaya pendiri Kasultanan Pajang adalah putra Ki Ageng Kebo Kenanga. Kebo Kenongo berteman dengan Syekh Siti Jenar, dan kemudian terlibat dalam konflik dengan Kasultanan Demak, sebagaimana diceritakan dalam Babad Tanah Jawi. Petilasan Kebo Kanigara Petilasan ini berlokasi di Dukuh Pojok, Desa Samiran, Kecamatan Selo. Lokasi ini dipercaya sebagai lokasi Kyai Kebo Kanigara (Kebo Kanigoro) melakukan serangkaian semadi. Setiap malam jumat petilasan ini sering dikunjungi para peziarah. Setiap 1 Muharam (1 Suro) ada ritual Mapag Tanggal yang diselengarakan masyarakat Desa Samiran. Gunung Tugel dan Makam Ki Ageng Singaprana Objek wisata ini terletak di Desa Nglembu, Kecamatan Sambi, sekitar ± 15 km ke arah timur laut Kota Boyolali. Lokasi ini lebih dekat ditempuh dari kota kecamatan Simo yang berjarak hanya sekitar 3 km dari pusat kota. Tempat ini menjanjikan rekreasi perbukitan dan ratusan tangga menuju makam Ki Ageng Singaprana (Singoprono) di puncak Gunung Tugel. Objek Wisata Khasanah yang di kunjungi setiap malam Jumat dan malam Selasa Kliwon, Lokasi Makam Ki Ageng Singoprono yang menarik dengan letaknya yang sangat indah. Fasilitas: Bumi Perkemahan, Hutan Wisata, Tempat Menyepi dan Tempat Berdoa di puncak Gunung Tugel. Nama Ki Ageng Singaprana dan penamaan daerah Simo disebutkan ketika Sunan Kudus hendak menemui Ki Ageng Pengging ketika terjadi konflik antara Kesultanan Demak dan Pengging (rujukan). Candi Lawang Candi Lawang merupakan candi Hindu abad ke-9. Namanya berasal dari kata 'lawang' dalam bahasa Jawa yang berarti 'pintu'. Candi ini sangat mencolok bentuk pintunya. Candi ini juga masih berbentuk susunan batu candi, beberapa di antaranya masih direnovasi. Seperti candi Hindu pada umumnya, candi Lawang juga menghadap ke barat. Di bilik utama ada yoni tanpa lingga. Yoninya pun unik karena memiliki saluran berlubang sebagai tempat keluarnya air. Mirip dengan yang ada di Candi Merak. Di sekeliling candi tidak ditemukan arca maupun relief. Yang ada hanya batu berornamen. Sekitar candi tersebar bebatuan yang belum disusun. Candi ini tepat berada di belakang rumah. Sepertinya keberadaan candi ini sudah diketahui sejak dulu. Candi Lawang terletak di Dusun Gedangan, Kec. Cepogo, Kab. Boyolali, Jawa Tengah. Dari Jogja menuju kota Boyolali bisa ditempuh selama 1,5 jam menggunakan sepeda motor. Rute yang paling singkat adalah Jogja-Klaten-Boyolali tanpa perlu melewati Kartasura. Untuk menuju Kec. Cepogo, arahkan kendaraan ke jalur menuju Ketep Pass. Sedangkan untuk menuju Candi Lawang, alangkah baiknya kalau bertanya kepada warga. Memang terdapat beberapa papan penunjuk ke arah candi. Namun perlu bantuan warga untuk sampai ke lokasi. Museum Hamong Wardoyo Museum ini terletak di Jalan Raya Surakarta-Semarang dan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah yang baru di Boyolali. Nama R. Hamong Wardoyo sendiri diambil dari nama bupati Boyolali ke-10 yang memimpin pada 1947. Museum ini berisi beberapa koleksi bersejarah, serta kisah berdirinya kabupaten Boyolali. Uniknya, bangunan atap museum mirip dengan piramida namun dibuat dari kaca. Ruangan museum pun didominasi ornamen-ornamen dari kayu. Selain itu, tangga penghubung antara lantai satu dengan lantai dua museum bergaya spiral atau memutar. Di sepanjang selasar tangga, pengunjung bisa menikmati sajian foto-foto suasana Kabupaten Boyolali dalam berbagai sudut dan momen. Situs bersejarah lainnya Masih banyak situs bersejarah lainnya di Boyolali, antara lain Candi Sari, Situs Candi, Situs Sumur Songo, Situs Petirtaan, Situs Musuk, Petirtaan Semboja, Petirtaan Sendang Pitu, Candi Kunthi, Petirtaan Lerep, dan Petirtaan Kalitelon. Sayangnya dapat dibilang tidak terawat. Kuliner Khas makanan khas Boyolali, adalah: Soto Daging Bening (Soto Boyolali) Sambal Lethok/sambal tumpang Jenang Pecel Dodol Susu Tahu Susu Mentho Jadah Bakar Julukan Susu Dikenal sebagai penghasil susu, Boyolali terdapat banyak patung-patung sapi di sejumlah sudut kota. nieuw Zeeland van Java Boyolali bisa disebut pula nieuw Zeeland van Java Belanda menyebut nieuw Zeeland untuk negara New Zealand. Boyolali dikarenakan mirip dengan Selandia Baru terkenal sebagai negara produsen susu dan daging sapi, begitupula dengan Boyolali yang merupakan produsen susu terbesar di Pulau Jawa. Boyolali juga dikenal sebagai pusat daging sapi lokal, dengan ampel sebagai tempat pemotongan hewan serta pusat produsen berbagai macam abon abon sapi. Boyolali Tersenyum Boyolali memiliki slogan pembangunan Boyolali Tersenyum (Tertib, Elok, Rapi, Sehat, Nyaman untuk Masyarakat). Pendidikan Ekonomi Peternakan Sapi Boyolali dikenal sebagai penghasil susu, karena merupakan salah satu sentra terbesar penghasil susu sapi segar di Jawa Tengah. Peternakan sapi perah umumnya berada di daerah selatan dan dataran tinggi yang berudara dingin, karena sapi perah yang dikembangkan saat ini berasal dari wilayah sub-stropis Australia dan Selandia Baru. Selain itu susu dapat di olah menjadi keju oleh pabrik keju asal Boyolali yaitu keju Indrakila, didaerah Kecamatan Ampel juga terdapat sentra industri Abon dan Dendeng. Perindustrian Banyak terdapat perindustrian di wilayah Boyolali yang dapat menampung tenaga kerja yang potensial. Mayoritas industri yang ada di wilayah Boyolali adalah bergerak dalam bidang tekstil, antara lain PT Sari Warna Asli, PT Safaritex, PT Bupatex, PT Jesi Jason Surja Wibowo dll. Di Kecamatan Ampel misaalnya, telah disediakan Kawasan Industri baru yang luasnya berkisar 272-300 hektare (ha). Kawasan industri Boyolali dirancang untuk industri berbasis TPT terintegrasi, termasuk dilengkapi dengan infrastruktur yang memadai dan fasilitas pusat pelatihan dan inovasi. Kawasan ini difokuskan untuk industri tekstil kering (garmen) karena keterbatasan air. Produksi Tanaman Perkebunan Kelapa = 4.396,20 hektare = 10.766.450 butir Cengkih = 892,13 hektare = 4.317,30 kwintal Teh = 28,62 hektare = 161,60 kwintal Tembakau = 2.884,20 hektare = 1.819.299 kilogram Kencur = 573,85 hektare = 4.605.290 kilogram Jahe = 300,50 hektare = 1.805.100 kilogram Kopi Robusta = 224,67 hektare = 75.703 kilogram Kopi Arabika = 186,61 hektare = 13,24 ton Jambu Mete = 129,53 hektare = 50.781 kilogram Potensi ekonomi Tembakau Rajangan, di Kecamatan Mojosongo, Banyudono, Musuk, Selo, Cepogo, Ampel, Teras dan Sawit. Produksi 4.178.543 ton/tahun, meliputi areal 5.369,35 hektare. Manfaat: bahan baku industri rokok. Pemasaran: ke wilayah Jateng dan Jatim. Tembakau Asapan, di Kecamatan Mojosongo, Banyudono, Teras, Ampel, dan Sawit. Produksi 1.760,79 ton/tahun dengan areal seluas 2.635 hektare. Manfaat: Bahan baku industri rokok. Pemasaran di wilayah Jateng dan Jatim. Peluang investasi Tembakau: Industri Pabrik Rokok di Kecamatan Selo, Ampel, Musuk, Cepogo, Mojosongo, Teras, Sawit dan Banyudono Potensi: Produksi 4.178,543 ton/tahun pada areal 5.369,35 hektare. Kegunaan: Bahan baku industri rokok. Kopi Arabika: Budidaya tanaman kopi arabika di Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel, dan Musuk. Potensi: Produksi 172,790 ton/tahun pada areal 234 hektare. Kegunaan: memenuhi kebutuhan pasar ekspor dan bahan baku industri kopi bubuk/instant. Jahe: Budidaya tanaman jahe dan Industri pengolahan jamu tradisional di Kecamatan Ampel, Musuk, Cepogo, Boyolali, dan Selo. Potensi: Produksi 4.363,170 ton/tahun pada areal 611,85 hektare. Kegunaan: Bahan baku industri jamu tradisional. Kencur: Budidaya tanaman kencur dan industri pengolahan jamu tradisional di Kecamatan Simo, Andong, Klego, Sambi, dan Nogosari. Potensi: Produksi 5.670,290 ton/tahun pada areal 490,95 hektare. Kegunaan: Bahan baku industri jamu tradisional. Teh: Industri pengolahan teh wangi di Kecamatan Ampel, Selo, dan Cepogo. Potensi: Produksi 191,63 kg/tahun pada areal 27,88 hektare. Kegunaan: Bahan baku pengolahan teh wangi. Jarak: Budidaya tanaman jarak dan Industri pengolahan minyak jarak di Kecamatan Klego, Andong, Kemusu, Juwangi, Wonosegoro dan Nogosari. Potensi areal: 10.409 hektare. Kegunaan: bahan baku industri minyak jarak. Tokoh dari Boyolali Boyolali telah banyak melahirkan putra-putri yang berhasil dan banyak dikenal di seantero wilayah Indonesia, bahkan dunia. Beberapa putra terkenal kelahiran Boyolali adalah sebagai berikut: Prof. dr. Soeharso. Dokter terkenal dan pendiri YPAC, merupakan salah satu pahlawan nasional. Surastri Karma Trimurti (S. K. Trimurti). Seorang Pahlawan Kemerdekaan, penerima Bintang Mahaputra Tingkat V, seorang guru, istri Sayuti Melik (pengetik naskah Proklamasi), salah satu dari pengibaran Sang Merah Putih seusai Proklamasi, wartawan tiga zaman, pejuang empat zaman, tokoh pergerakan, penulis, dan pendiri berbagai media dan penerbitan pergerakan, anggota KNPI, eksekutif Partai Buruh dan pemmpin sayap kanan partai, Menteri Tenaga Kerja pertama Indonesia (di Kabinet Amir Syarifuddin I dan Kabinet Amir Syarifuddin II, 1947-1948), turut mendirikan Gerwis (1950) cikal bakal Gerwani, salah satu penanda tangan Petisi 50. Sukmo Harsono, S.E., M.M. Duta Besar Republik Indonesia untuk Republik Panama (sejak 2020) merangkap Kostarika, Honduras, dan Nikaragua, dilantik oleh Presiden Joko Widodo Laksamana TNI (Purn) Widodo Adi Sucipto. Ia pernah menjabat sebagai KSAL, panglima TNI dan Menkopolhukam pada era pemerintahan Presiden SBY. Ir. Joko Kirmanto. Ia adalah Menteri Pekerjaan Umum pada era pemerintahan presiden SBY. Joko Susilo. Ia pernah menjadi wartawan Jawa Pos, pernah menjadi anggota DPR-MPR, dan saat ini sebagai Duta Besar RI untuk Swiss, Kelahiran Banaran kota Boyolali Joko Sasongko–pemain Arema Indonesia, kelahiran Teras Gogon–Pelawak Srimulat berasal dari Pengging Banyudono. Dr. Susilo Siswoutomo.Ia adalah Wakil Menteri ESDM pada periode Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II. Dr. Bambang Widiatmoko M.Eng. Peneliti kelahiran Boyolali tahun 1965 yang telah menghasilkan karya bermanfaat bagi masyarakat dan diakui dunia internasional, terutama berbasis laser, dengan karya terbesarnya adalah Optical Frequency Comb Generator (OFCG), dan telah mencatatkan 30 paten di Jepang. Komodor Udara Sutopo. Menjabat DANKOHARMATAU (1966), Menteri Perhubungan pada Kabinet Ampera I (1966-1967) dan Ampera II (1967-1968) Maria Febe Kusumastuti adalah salah satu pemain bulu tangkis Tunggal Putri Indonesia. Jenderal TNI Mulyono adalah seorang perwira tinggi TNI-AD yang saat ini menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Darat. Afifat Yuris Wirawan adalah salah satu pemain bulu tangkis Ganda Putra asal Indonesia Kol TNI (Purn.) dr. Abdul Aziz Saleh. Seorang dokter dan politikus Indonesia, pernah 9 tahun menjabat sebagai menteri (Menteri Perindustrian ke-7), sejak Kabinet Djuanda sampai Kabinet Dwikora I, salah seorang penandatangan Petisi 50, Wakil Ketua Kwartir Nasional sekaligus Ketua Harian pertama . Mayjen TNI Widagdo Hendro Sukoco. Tenaga Ahli Bidang Politik LEMHANNAS RI Marsda TNI Dento Priyono. Menjabat DANKOHARMATAU Mayjen TNI (Purn) Sumardi. Alumni Akmil 1984, menjabat DANKODIKLAT TNI (2016-2017) Mayor CKM. drh. Joko Suranto. Dokter kuda DENKAVKUD, Parongpong, Kab. Bandung Barat. Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB yang sering muncul memberikan informasi jika terjadi bencana di Indonesia. Jeihan Sukmantoro, pelukis terkenal era 1960-an, kelahiran Candi, Ampel. Ibnu "Iben" Wahyudi, sastrawan, pelukis, dan dosen sastra di Universitas Indonesia, kelahiran Ampel. Agus Nugroho (Kunz Agus). Sutradara kelahiran Boyolali. Penghargaan Pemerintah Kabupaten Boyolali mendapatkan apresiasi dari Kementerian ATR/BPN dalam membebaskan atau memberikan keringanan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) bagi peserta program PTSL. Media Massa Radio Komunitas Radio Komunitas adalah lembaga penyiaran yang didirikan dari, oleh dan untuk komunitas. Siarannya terbatas dalam jangkaun 2,5 KM dengan power maksimal 50 watt. Radio ini bukan komersial karena memang berwatak sosial dan pengejawantahan dari semangat gotong royong yang diwujudkan melalui penyiaran yang berkualaitas, berbudaya dan tetap memperkuat kearifan lokal Radio Komunitas Merapi fm radio ini berlokasi di cluntang, musuk Boyolali sebagai media informasi petani Radio Komunitas MMC fm Radio Komunitas ini berlokasi di dukuh kuncen Rt 1/1, Samiran, Selo, Boyolali sebagai media informasi kaum tani. Selain informasi pertanian radio ini juga aktif menyiarkan perkembangan Merapi dan mengelola blog www.mmcfm.wordpress. Referensi https://kemlu.go.id/panama/id/news/9605/duta-besar-sukmo-harsono-tancap-gas-membantu-proses-repatriasi-17-abk-wni-dari-panama# Pranala luar Boyolali Boyolali
4082
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Brebes
Kabupaten Brebes
Kabupaten Brebes (; ) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Brebes Kota. Luas wilayahnya 1.769,62 km², jumlah penduduknya berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia 2020 berjumlah 1.978.759 jiwa.. Brebes merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk paling banyak di Jawa Tengah, dan paling luas di Jawa Tengah ke-2 setelah Kabupaten Cilacap. Sejarah Ada beberapa pendapat mengenai asal usul nama Brebes. Salah satu pendapat menyatakan bahwa nama Brebes berasal dari kata "Bara" dan "Basah", bara berarti hamparan tanah luas dan basah berarti banyak mengandung air. Keduanya cocok dengan keadaan daerah Brebes yang merupakan dataran luas yang berair. Karena perkataan bara di ucapkan bere sedangkan basah di ucapkan besah maka untuk mudahnya di ucapkan Brebes. Dalam Bahasa Jawa perkataan Brebes atau mbrebes berarti tansah metu banyune yang berarti selalu keluar airnya. Nama Brebes muncul sejak zaman Mataram. Kota ini berderet dengan kota-kota tepi pantai lainnya seperti Pekalongan, Pemalang, dan Tegal. Brebes pada saat itu merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Tegal. Pada tanggal 17 Januari 1678 di Jepara diadakan pertemuan Adipati Kerajaan Mataram se Jawa Tengah, termasuk Arya Martalaya, Adipati Tegal dan Arya Martapura, Adipati Jepara. Karena tidak setuju dengan acara penandatanganan naskah kerjasama antara Amangkurat Admiral dengan Belanda terutama dalam menumpas pemberontakan Trunajaya dengan imbalan tanah-tanah milik Kerajaan Mataram, maka terjadi perang tanding antara kedua adipati tersebut. Peristiwa berdarah ini merupakan awal mula terjadinya Kabupaten Brebes dengan Bupati berwenang .Sehari setelah peristiwa berdarah tersebut yaitu tanggal 18 Januari 1678, Sri Amangkurat II yang berada di Jepara mengangkat beberapa Adipati/ Bupati sebagai pengagganti Adipati-adipati yang gugur. Untuk kabupaten Brebes di jadikan kabupaten mandiri dengan adipati Arya Suralaya yang merupakan adik dari Arya Martalaya. Pengangkatan Arya Suralaya sekaligus titimangsa pemecahan Kadipaten Tegal menjadi dua bagian yaitu Timur tetap disebut Kadipaten Tegal dan bagian barat di sebut Kabupaten Brebes. Geografi Kabupaten Brebes terletak di bagian Utara paling Barat Provinsi Jawa Tengah, di antara koordinat 108° 41'37,7"–109° 11'28,92" Bujur Timur dan 6° 44'56'5"–7° 20'51,48 Lintang Selatan dan berbatasan langsung dengan wilayah Provinsi Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Namun terdapat Kenyataan pula bahwa sebagian penduduk Kabupaten Brebes juga bertutur dalam bahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda menunjukan bahwa pada masa lalu sebagian barat wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda, sedangkan bagian timurnya merupakan wilayah Majapahit. Daerah yang masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda atau biasa disebut dengan Bahasa Sunda Brebes, adalah meliputi Kecamatan Salem, Banjarharjo, dan Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa desa di Kecamatan Losari, Tanjung, Kersana, Ketanggungan dan Larangan. Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali (sekarang disebut sebagai Kali Brebes atau Kali Pemali yang melintasi pusat kota Brebes) dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah. Ibu kota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal, sehingga kedua kota ini dapat dikatakan "menyatu". Brebes merupakan kabupaten yang sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet. Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 18,94 mm per bulan. Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya. Batas Wilayah Karakteristik Wilayah Pantai Pantai yang berada di Kabupaten Brebes merupakan tempat bermuaranya sungai besar dan kecil yang menyebabkan daerah pantainya makin bertambah ke arah laut (prograding). Pantai di Brebes dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis pantai, yaitu: pantai delta (Delta Losari dan Pemali), pantai teluk (Teluk Bangsri) dan pantai lurus (Randusanga). Berdasarkan tingkat perkembangan atau penambahan daerah pantainya, pantai delta mengalami perubahan paling dinamis, diikuti oleh pantai teluk kemudian oleh pantai lurus. Pembagian zonasi pantai terdiri dari bagian barat mulai dari Losari (Prapag Kidul dan Prapag Lor), Teluk Bangsri sampai dengan sekitar muara sungai Nippon (Desa Sawojajar dan Kaliwlingi) baik untuk pengembangan konservasi tanaman bakau (mangrove) yang dapat berfungsi untuk pemulihan daya dukung lingkungan, sedangkan wilayah pantai bagian timur mulai sebelah timur sungai kamal sampai dengan Pantai Randusanga Kulon sangat baik untuk dikembangkan menjadi Kawasan Pelabuhan Antarpulau maupun Kawasan Pariwisata Pantai. Perairan daerah pantai bagian barat relatif dangkal, untuk mencapai kedalaman laut 5 meter berjarak lebih kurang 2.25 km dari garis pantai, sedang di perairan bagian timur, kedalaman laut 5 meter, berjarak lebih kurang 1,4 km. Makin kearah lepas pantai kedalaman laut berubah secara gradual (morfologi dasar lautnya landai) dengan pola garis kontur tidak lagi mengikuti bentuk garis pantainya. Wilayah pesisir pantai Kabupaten Brebes yang mempunyai panjang pantai ± 72,93 km yang meliputi 14 desa di 5 kecamatan memiliki potensi yang tak ternilai bagi masyarakat. Perairan pantai tidak saja menjadi sumber pangan yang produktif, tetapi juga sebagai gudang mineral, alur pelayaran, tempat rekreasi dan juga sebagai tangki pencerna bahan buangan hasil kegiatan manusia. Besarnya sumber alam yang terkandung di dalamnya, hayati maupun non hayati serta aneka kegunaan yang bersifat ganda merupakan bukti yang tidak dapat disangkal, bahkan menjadi tumpuan harapan manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat pada masa mendatang. Nama Sungai Sebagai daerah yang mempunyai wilayah cukup luas yang terdiri dari pegunungan dan wilayah pantai, terdapat sungai-sungai yang mempunyai arus cukup deras terutama saat musim hujan. Aliran sungai yang melintas pada umumnya membentang dari arah dataran tinggi di wilayah selatan (daerah hulu), ke dataran rendah di wilayah utara (daerah hilir) menuju ke Laut Jawa yaitu: Sungai Kaligangsa Sungai Pemali Sungai Balaikambang Sungai Luwungmalang Sungai Bangsri Sungai Pakijangan Sungai Kluwut Sungai Babakan Sungai Buntiris Sungai Kebuyutan Sungai Sinung Sungai Tanjung Sungai Bancang Sungai Cisanggarung Sungai Cikeruh Sungai Erang Sungai Pedes Sungai Ciegelagah Sungai Cigunung Sungai Cilakart Sungai Ciraja Sungai Cigunung Sungai Rambatan Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Satuan Kerja Perangkat Daerah Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Badan Perencana Pembangunan Daerah Inspektorat Daerah Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Badan Kepegawaian Daerah Dinas Pendidikan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perikanan dan Kelautan Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Peternakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Dinas Pariwisata, Kebudayaan,Pemuda dan Olah Raga Dinas Perhubungan Dinas Kesehatan Dinas Sosial Dinas Pengairan dan Sumber Daya Mineral Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi Kantor Pengolahan Data dan Kearsipan Dinas Komunikasi, Informasi dan Statistik Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Dinas Koperasi dan UKM Dinas Lingkungan Hidup Instansi Pemerintah Kantor Bupati Pendopo / Rumah Gedung DPRD Markas Kodim0713 Brebes Polres Brebes Kejaksaan Negeri Brebes Pengadilan Negeri Brebes Badan Pusat Statistik Brebes Badan Pertanahan Nasional Brebes Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) Bumiayu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah / Bappeda Dinas Pekerjaan Umum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Kesehatan Dinas Kelautan dan Perikanan Dinas Peternakan Dinas Perhubungan Dinas Lingkungan Hidup Kantor Lembaga Perlindungan Konsumen KOMNAS LKPI Dinas Kehutanan dan Perkebunan Infrastruktur Ibu kota kabupaten Brebes terletak sekitar 412 km sebelah barat Kota Surabaya dan 330 km sebelah timur Jakarta. Kabupaten ini dilalui jalur utara Pulau Jawa dan menjadi pintu masuk utama Jawa Tengah di sisi barat dari arah Jawa Barat beserta Jakarta, sehingga Brebes memiliki posisi yang cukup strategis. Selain itu, juga terdapat jalan provinsi sebagai jalur alternatif menuju ke kota-kota di Jawa Tengah bagian selatan beserta Daerah Istimewa Yogyakarta seperti Purwokerto, Kebumen, dan Yogyakarta. Terdapat pula Jalan Tol yang menguhubungkan provinsi Jawa Barat dengan Jawa Tengah yaitu ruas jalan tol Kanci–Pejagan sepanjang 35 KM yang 12 KM di antaranya melintasi wilayah Kabupaten Brebes yang pintu gerbangnya terdapat di desa Tegongan serta ruas jalan tol Pejagan–Pemalang yang terdapat dua pintu tol Brebes Barat dan Brebes Timur . Dengan adanya jalan tol ini, lalu-lintas semakin lancar terutama untuk yang menuju arah Purwokerto/Yogyakarta apalagi saat musim mudik hari raya Idulfitri. Ada dua jalur rel kereta api utama yang melintasi Kabupaten Brebes yaitu, lintas utara Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Semarang dan lintas tengah Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui . Stasiun kereta api utama adalah Stasiun Brebes dan yang berada di lintas utara Jawa beserta dan di lintas tengah Jawa. Di wilayah kecamatan Losari, masih dapat dijumpai alat transportasi tradisional yaitu Dokar atau masyarakat setempat menyebutnya dengan nama Per. Ekonomi Pertanian dan Perkebunan Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trade mark mengingat posisinya sebagai penghasil terbesar komoditas tersebut di tataran nasional. Pusat bawang merah tersebar di 11 kecamatan (dari 17 kecamatan) dengan luas panen per tahun 20.000–25.000 hektare. sentra bawang merah tersebar di Kecamatan Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tonjong, Losari, Kersana, Ketanggungan, Larangan, Songgom, Jatibarang, dan sebagian Banjarharjo. Sektor pertanian merupakan sektor yang dominan di Brebes. Dari sekitar 1,7 juta penduduk Brebes, sekitar 70 persen bekerja pada sektor pertanian. Sektor ini menyumbang 53 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Brebes, yang 50 persen dari pertanian bawang merah. Budidaya bawang merah diperkirakan mulai berkembang di Brebes sekitar tahun 1950, diperkenalkan warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Brebes. Hingga kini budidaya bawang merah menjadi napas kehidupan masyarakat. Berbagai varietas bawang unggulan juga dihasilkan dari Brebes, antara lain varietas Bima Brebes yang berwarna merah menyala, rasa lebih pedas, dan lebih keras dibandingkan bawang dari luar daerah atau luar negeri. Saat ini, sekitar 23 persen pasokan bawang merah nasional berasal dari Brebes. Sementara untuk wilayah Jawa Tengah, Brebes memasok sekitar 75 persen kebutuhan bawang merah. Di sektor pertanian sebagai sektor dominan, Kabupaten Brebes tidak hanya menghasilkan bawang merah, namun terdapat komoditas lain. Berbagai komoditas lain yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan bagi para investor baik yang berasal dari dalam maupun dari luar Kabupaten Brebes antara lain: kentang granula, cabe merah dan pisang raja, bawang daun dan kubis. Tanaman perkebunan yang berkembang antara lain: nilam, tebu, teh, cengkih, kapas, kapulaga, mlinjo dan kopi jenis robusta. Produk buah - buahan yang cukup signifikan antara lain ; mangga, semangka dan rambutan. Peternakan Di luar sektor pertanian dan perkebunan, Kabupaten Brebes juga mempunyai potensi hijauan makanan ternak yang melimpah dan tersebar hampir di setiap kecamatan. Kondisi itu menjadikan kabupaten ini berkembang berbagai usaha peternakan baik jenis ternak besar maupun kecil antara lain; ternak sapi (jenis lokal sapi jabres), kerbau, domba, kelinci rex, ayam petelur, ayam kampung, ayam potong dan itik. Telur hasil ternak itik diolah oleh masyarakat setempat menjadi produk telur asin yang popularitas atas kualitasnya sangat dikenal dan tidak diragukan. Banyak yang menyebut Brebes adalah Kota Telur Asin. Kehutanan Di sektor kehutanan yang tersebar diwilayah bagian selatan, komoditas yang menjadi unggulan yaitu jati, pinus, mahoni dan sonokeling yang produksinya cukup mengalami peningkatan. Pertambangan dan bahan galian Kabupaten Brebes memiliki beberapa potensi sumber daya mineral yang potensial untuk dieksploitasi, meliputi batu kapur, trass, batu splite, dan batu bata, serta potensi sumber minyak bumi dan panas bumi. Cadangan batu bara: Di wilayah Kabupaten Brebes bagian selatan, ditemukan potensi cadangan batu bara muda di desa Bentarsari sebanyak 24,24 juta ton dengan kandungan minyak mencapai 5,30 liter per ton berdasarkan temuan Kementerian ESDM pada tahun 2008. Kandungan batu bara muda ini baru dapat dimanfaatkan sekitara 50 sampai 100 tahun ke depan karena menunggu proses pelapukan dan pengkristalan Perikanan Sebagai salah satu daerah yang terletak dalam wilayah pantai utara Pulau Jawa, Kabupaten Brebes mempunyai 5 wilayah kecamatan yang cocok untuk mengembangkan produksi perikanan yakni Brebes, Wanasari, Bulakamba, Tanjung dan Losari. Hasil produksi perikanan yang menonjol meliputi; bandeng, udang windu, kepiting, rajungan, teri nasi, mujair dan berbagai jenis ikan laut yang lain. Hasil produk perikanan ini oleh masyarakat setempat telah dikembangkan usaha pembuatan Bandeng Presto Duri Lunak dan Terasi. Industri Sektor industri merupakan salah satu sektor penting dalam membantu laju perekonomian, oleh sebab itu keberadaan industri sebagai salah satu pilar perekonomian di Kabupaten Brebes telah memberi pengaruh dalam perekonomian daerah, meskipun secara demografi mata pencaharian sebagaian besar penduduk adalah sebagai petani.Kegiatan Industri di Kabupaten Brebes dibagi menjadi beberapa kelompok dan cabang yaitu kelompok industri formal cabang agro, kelompok indutri formal cabang tekstil dan kelompok indutri formal cabang logam, mesin dan elektronik.Industri yang ada di Kabupaten Brebes meliputi industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri rumah tangga. Kelompok industri besar merupakan industri formal agro (pabrik teh, pabrik jamur, pabrik gula dan gondorukem).Kelompok industri kecil yang ada di Kabupaten Brebes meliputi industri kecil formal dan non formal. Kelompok industri kecil formal terdiri dari cabang industri agro; elektronika dan aneka; mesin, logam, dan perekayasaan. Sedangkan kelompok industri non formal meliputi industri kimia, agro dan hasil hutan serta elektronika dan aneka. Kelompok industri kecil yang ada di Kabupaten Brebes meliputi industri kecil formal dan non formal. Kelompok industri kecil formal terdiri dari cabang industri agro; elektronika dan aneka; mesin, logam, dan perekayasaan. Sedangkan kelompok industri non formal meliputi industri kimia, agro dan hasil hutan serta elektronika dan aneka. Sektor industri yang potensial untuk dikembangkan adalah industri garam iodium di wilayah Kecamatan Wanasari dan Bulakamba, Industri garam curah dengan sentra produksi di wilayah kecamatan Losari, Tanjung, Wanasari dan Brebes, dan industri pengolahan bawang merah telur asin Pusat Perbelanjaan Pasar Induk Kota Brebes Pasar Swalayan Nirmala Kota Brebes Toserba Yogya, Jl Jenderal Sudirman Kota Brebes Toserba Yogya, Ketanggungan Toserba Yogya, Losari Toserba Jadi Baru, Jl Raya Langkap Bumiayu Daftar Bank Bank BNI: Brebes, Ketanggungan, Bumiayu Bank Rakyat Indonesia (BRI): Brebes, Bumiayu, Ketanggungan, Salem Bank Mega, Brebes Bank CIMB Niaga, Brebes Bank Mandiri: Brebes, Jatibarang, Bumiayu Bank BCA: Brebes, Bumiayu, Ketanggungan, Jatibarang Bank BTPN, Kota Brebes Bank Jabar Banten, Kota Brebes Kesehatan Disamping adanya pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang tersebar di seluruh ibu kota kecamatan dan di beberapa desa, terdapat pula rumah sakit baik yang dikelola pemerintah maupun swasta antara lain: RSUD Brebes, Jl Jend. Sudirman Kota Brebes RSUD Bumiayu, di Bumiayu RSUD Ketanggungan (dalam pembangunan), di Ketanggungan RSI Siti Asiyah RS PKU Muhammadiyah "Siti Aminah" RS PKU Muhammadiyah "Ibnu Shina" RS PKU Muhammadiyah Larangan RS Bhakti Asih Jl Raya Pesantunan RS Dedy Jaya,Jl A. Yani, Kota Brebes RS Harapan Sehat, di Jatibarang RS Harapan Sehat, di Bumiayu RSIA Mutiara Bunda, di Tanjung RSIA Amal Bakti RS Dera As-Syifa An-Nahdliyah, di Banjarharjo RS Hj. Mahmudah Pendidikan Perguruan Tinggi Berikut daftar beberapa perguruan tinggi. Universitas Muhadi Setiabudi (UMUS) Sekolah Tinggi Agama Islam Brebes (STAIB) Universitas Peradaban, di Paguyangan Universitas Terbuka Pokjar Bumiayu Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggalia Akademi Kebidanan YPBHK Brebes Akademi Keperawatan Al-Hikmah Politeknik Mitra Karya Mandiri, di Jl Jend. Sudirman No.441 Ketanggungan Pariwisata Tempat Wisata Pabrik Gula Kersana Waduk Malahayu Waduk Penjalin Paguyangan Mata Air Sungai Pemali Pantai Randusanga Indah Pemandian Air Panas Cipanas Bantarkawung Pemandian Air Panas Cipanas Kedungoleng Cagar Alam Telaga Ranjeng Mata Air Cibentar, Bentarsari, Salem Air Terjun Waru Doyong Mata Air Dua Suhu Ciblon Waterboom Brebes Agrowisata Kaligua, di Paguyangan Agrowisata Sepoor Teboe PG Jatibarang Kebun Durian Antap Sari di desa Rajawetan, Tonjong Cipanas Jalatunda di desa Ciseureuh Curug Putri di desa Benda, Sirampog Wisata Pulau Hutan Mangrove Pandansari Brebes Kalibaya Park, Salem Bukit Panenjoan, Salem Bukit Bintang, Desa Capar Salem Wisata Air Terjun dan Rafting Ranto Canyon, Salem Curug Cantel, Sirampog Bangunan dan tempat bersejarah Kebanyakan tempat yang bersejarah yang berbentuk arsitekur bangunannya merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda Kompleks Pendopo Kabupaten Brebes Kompleks Perumahan dan Bekas Bangunan Pabrik Gula di Kersana, Brebes Kompleks Perumahan dan Bekas Bangunan Pabrik Gula di Banjaratma Kompleks Pabrik Gula Jatibarang Masjid Agung Brebes Masjid Al Kurdi didesa Karangmalang yang dibangun tahun 1917 Jembatan Sakalimolas di Bumiayu, Brebes Beberapa Gedung Pegadaian di Bumiayu, Brebes, Ketanggungan, Brebes dan Tanjung, Brebes Gedung Nasional (Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggalia) Gedung SD Negeri 3 Brebes Gedung SMA Negeri 1 Brebes Wisata kuliner dan makanan khas Telur asin asli khas Brebes yang banyak di jual di kios-kios sebelah barat jembatan Sungai Pemali Sate kambing muda khas Brebes dengan bumbu kecap, bawang dan cabe rawit, yang tersebar disejumlah tempat seperti di pertigaan Tanjung, Kota Brebes, Ketanggungan dan Jatibarang dan tempat lainnya. Rujak Belut Mak Ribut di desa Cigedong Kupat Glabed dan Sate Blengong, merupakan sate yang terbuat dari daging blengong (sejenis itik) yang biasanya dimakan dengan ketupat, banyak terdapat di warung sekitar alun-alun kota Brebes Pusat penjualan telur asin asli Brebes dan oleh–oleh khas Brebes lainnya di sepanjang Jalan Jend. Sudirman Ketanggungan Bandeng Presto Duri Lunak khas Brebes yang banyak diproduksi oleh warga di sekitar Limbangan kota Brebes Nasi lengko, menu sarapan pagi yang terdiri dari nasi, Ketimun, tahu, tauge, emping, sambal kacang dan kecap. Tape ketan daun jambu, terbuat dari beras ketan (biasanya berwarna hijau) dan dikemas dengan menggunakan daun jambu, sehingga menambah aroma dan rasa. Teh Poci Wasgitel, yaitu minuman teh yang wangi, sepet, legi dan kentel, merupakan minuman khas Kabupaten Brebes dan Tegal yang penyajiannya menggunakan poci dan cangkir yang terbuat dari tanah liat. Dihidangkan dalam keadaan panas dengan pemanis berupa gula batu. Kerupuk rambak yang diprodukis di wilayah Bumiayu, Brebes yang terbuat dari kulit kerbau. Kerupuk rambak (terbuat dari kulit lembu), di daerah Bumiayu Bakso Dengkil, Kersana Swike yaitu sebuah hidangan berupa daging katak yg dimasakan dengan rempah asli brebes menciptakan rasa tersendiri yg sangat khas, Menu ini mempunyai dua pilihan penyajian yaitu swike dengan kuah (Saus Padang,Saus tiram,Asam manis) dan swike goreng (memakai tepung) Kebudayaan Lokasi Brebes sebagai tempat pertemuan antara kebudayaan Tegalan, Banyumasan dan Cirebon membuat daerah ini memiliki kesenian yang beragam. Kesenian daerah yang berkembang antara lain: Seni Burok/Burokan Sintren Dogdog Kaliwon Kuntulan Tarling Wayang Kulit Tari Topeng Brebes Tari Topeng Sinok Reog Banjarharjo Rupa-rupa Batik Salem Kerajinan keramik hias di desa Malahayu yang memiliki bentuk artistik sehingga tidak kalah dengan keramik hias asal Cina Kerajinan sanggul asal Kelurahan Limbangan Wetan Kerajinan Rebana asal desa Kaliwadas yang telah banyak dipasarkan ke dalam negeri maupun tujuan ekspor ke luar negeri Industri kecil / rakyat pembuatan tambang untuk kapal di Kubangwungu & Dukuhturi Bahasa Bahasa Jawa dialek Tegal: Brebes Kota, Songgom, Jatibarang, Wanasari, Bulakamba, Tanjung, Kersana (bagian utara), Larangan (bagian utara), Ketanggungan (bagian utara). Bahasa Sunda Brebes: Larangan (sebagian wilayah selatan), Tanjung (beberapa desa bagian selatan), Losari (beberapa desa bagian selatan), Ketanggungan (sebagian wilayah selatan), Banjarharjo, Salem, Bantarkawung, Kersana (desa Pende, Sindangjaya, Kradenan, dan Kubangpari). Bahasa Jawa Dialek Cirebon: Losari (bagian utara). Bahasa Jawa Dialek Bumiayu: Bumiayu, Tonjong, Sirampog, Paguyangan, Bantarkawung (desa Cinanas dan Pangebatan). Untuk bahasa di Brebes bagian utara menggunakan dialek Tegal sementara di Brebes selatan merupakan pertemuan antara bahasa Jawa Tegal dengan bahasa Jawa Banyumasan yang serupa dengan dialek bahasa Jawa di Bumijawa dan Margasari di Kabupaten Tegal bagian selatan. Sebagian masyarakat Brebes menggunakan bahasa Sunda karena sebagian wilayah Brebes terutama daerah yang berada di barat sungai Pemali masuk kedalam wilayah Kerajaan Sunda hingga akhir abad ke-16, sedangkan wilayah Brebes yang berada di timur Sungai Pemali yang meliputi Brebes Kota, Songgom, Jatibarang, Bumiayu, Tonjong, Sirampog, dan Paguyangan merupakan kekuasaan Kerajaan Majapahit sebelum akhirnya dikuasai Kesultanan Demak dan Kesultanan Mataram. Tokoh Brebes Berikut beberapa tokoh baik yang berskala nasional maupun daerah yang dilahirkan di Kabupaten Brebes Soekmono, (lahir di Ketanggungan, kabupaten Brebes, 14 Juli 1922–meninggal di Jakarta, 9 Juli 1997 pada umur 74 tahun) adalah salah satu arkeolog dari Indonesia dan pernah memimpin proyek pemugaran Candi Borobudur pada tahun 1971-1983. Urip Santoso, (lahir di Brebes, 19 September 1923–meninggal di Jakarta, 1 Desember 2012 pada umur 89 tahun) adalah seorang perwira tinggi militer yang berperan besar membentuk Kopaska (Komando Pasukan Katak) TNI Angkatan Laut Titiek Sandhora Penyanyi pada era awal 1970-an dari Salem Irjen Pol Dr. H. Anas Yusuf, S.H., M.H., M.M., perwira tinggi Polri Kapolda Jatim Dr. H. Taufiqurrohman Syahuri, S.H., M.H., ahli Ilmu Tata Negara dan anggota Komisi Yudisial dari Wanasari Sudirman Said, pernah sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral di Kabinet Kerja Agung Widyantoro, Anggota DPR RI dari Partai Golongan Karya Periode 2014 Hingga 2019 Dr. Muallimin Abdi, S.H., Dirjen Hak Asasi Manusia, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia Brigjen Pol Drs. Basarudin, S.H., M.H., perwira tinggi Polri sekarang menjabat Kapolda Sumatera Barat Mr. Mas Besar Mertokoesoemo, advokat pertama Indonesia dan anggota BPUPKI, serta Wali kota dan atau Bupati Kota Tegal Masa Pemerintahan 1942–1945 Prof. Dr. H. Yahya A. Muhaimin, Mantan Dekan FISIPOL Universitas Gadjah Mada, dan mantan Mendiknas RI masa Presiden Abdurrahman Wahid, dari Bumiayu Saurip Kadi, Mantan Aster KSAD Bunasor Sanim, Guru Besar Emeritus IPB dan Komisaris Utama BRI Hermawan Aksan, sastrawan, penulis nasional, wartawan BOLA, redaktur harian Tribun Bandung Jawa Barat, dari Bantarkawung Oge Arthemus, Pesulap Indonesia yang menganut Aliran Escapologist atau aliran Magic ahli dalam meloloskan diri Sutarno, pesulap yang juga pernah mengikuti ajang pencarian bakat The Master (season 3) dari Losari Bedu, salah satu pelawak dan juga mantan anggota Cagur asal Wanasari Chrismanto Eka Prastio, merupakan pelawak tunggal, aktor, dan presenter. Hj. Aminah Djamali, dermawan dalam bidang sosial dan pendidikan, dari Desa Dukuhturi, Bumiayu Chaizi Nasucha, Pejabat di Departemen Keuangan, dari Bumiayu Masruri Mughni, Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Tengah Maufur , Wakil Wali kota Kota Tegal periode 2004–2009, kelahiran Ketanggungan, Brebes Prof. Dr. .Ir. H. Chunaeni Latief, M.Eng.Sc., profesor riset bidang opto elektronika dan aplikasi laser (Peneliti LAPAN), dari Kauman Brebes. Darsono Wisadirana, Guru besar ilmu sosiologi Universitas Brawijaya Malang Juri Ardiantoro, Tenaga Ahli Utama Kedeputian I Kantor Staf Presiden Republik Indonesia Urip Santoso, Guru besar peternakan Universitas Bengkulu Soewardi Wirjaatmadja, SH, Mantan Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Mantan Anggota DPR RI Bambang Purwantara, guru besar IPB, Mantan Direktur SEAMEO–BIOTROP, Ketua Umum Perhimpunan Bioteknologi Pertanian Indonesia. Sugiarto S Citroatmojo, pakar Occupational Health Safety & Environmental (HSE), Industri Minyak dan Gas Bumi. Tim Independen Pengendalian Keselamatan Migas Indonesia (TIPKM), Kementrian ESDM RI. Nur Hasyim, peneliti ahli mineral dan energi, LEMIGAS. Dadang Supardan, Guru Besar (Proffesor) Pendidikan Sejarah (IPS) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI, Bandung). asal dari Cikakak, Banjarharjo Arief Rahman, Sekjen KPU Pusat, asal Bumiayu Muhadi Setiabudi, pengusaha dan pendiri Universitas Muhadi Setiabudi asal Cimohong, Bulakamba Dedy Yon Supriyono, Wali kota Kota Tegal periode 2019 s.d. 2024 asal Cimohong, Bulakamba Paramitha Widya Kusuma, anggota DPR dari Fraksi PDIP periode 2019–2024 Sri Ayu Kurnia lebih dikenal dengan Ayu D'Academy 2 peserta kontes musik dangdut dari Losari Lor, Losari, Brebes Narji, presenter dan pelawak lahir di Ketanggungan, Brebes Wawan Hendrawan, pemain sepak bola nasional (kiper) di Liga 1 dari Larangan Aji Bayu Putra, pemain sepak bola nasional sebagai kiper saat ini membela klub Persiraja Banda Aceh dari Kubangputat, Tanjung Khusnul Yakin, adalah pemain sepak bola Indonesia yang mulai menjajaki dunia kepelatihan. Desi Paraswati peserta kontes dangdut Bintang Pantura, dari Banjarharjo Ellya Kadung peserta kontes dangdut Bintang Pantura, dari Losari Munief M Makki, pengusaha asal Jatibarang yang saat ini di Arab Saudi pemilik Almunief Group serta pengasuh Yayasan Panti Asuhan dan Pendidikan Munief M Makki Jatibarang. Mirnawati, pedangdut senior nasional Indonesia, berasal dari Bantarkawung, Brebes KH Jafar Shidiq, ketua PWNU Bangka Belitung. Berasal dari Sitanggal Larangan Brebes. Dimyati Rois tokon NU kelahiran Tegalglagah, Bulakamba. Ki Ageng Rangga Sasana, merupakan manajer klub sepakbola Persab Brebes dan juga pernah menjadi petinggi Sunda Empire yang berasal dari Grinting, Bulakamba. Legenda dan Cerita Rakyat Berikut ini beberapa legenda dan cerita rakyat Brebes sebagai berikut: Babad Brebes Jaka Poleng Ciung Wanara Organisasi Masyarakat Forum Edukasi Sosial Budaya Kerja Brebes (FESBUKER BREBES) Himpunan Intelektual Muda Peduli Brebes (HIMPB) Persatuan Sepak Bola Brebes (Persab) Jalan Veteran Brebes Asosiasi Bawang Merah Indonesia Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB) Rumpun Mahasiswa Brebes Tasikmalaya (RUMAH BETA) Keluarga Mahasiswa STAN Daerah Brebes (KMSDB) Himpunan Mahasiswa Brebes Universitas Gadjah Mada (HIMABES UGM) Himpunan Mahasiswa Diponegoro Daerah Brebes (HIMADA Brebes) Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Brebes (KPMDB UNNES) Komisariat Mahasiswa Brebes Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (KOMABES UMY) Jalan Taman Teratai, Kasihan, Bantul, DIY Persatuan Ramaja Islam Masjid Agung (PRIMA) Brebes Jalan Ustad Abbas No. 7 Brebes Remaja Islam Masjid At'Taqwa (RISMA), Desa Banjaran Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kab. Brebes Jalan Tritura, Brebes Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Kec. Brebes Jalan K.S. Tubun, Brebes Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kab. Brebes Jalan Yos Sudarso, Brebes Majelis Silaturahmi Warga Brebes (Masigab) Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Maju Jaya Limbangan Wetan Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Sumber Pangan Gandasuli Kelompok ternak sapi Napak Tilas Desa Wlahar Kelompok ternak sapi Cikoneng Sejahtera Desa Malahayu Kelompok Tani Ternak Itik (KTTI) Adem Ayem desa Pakijangan Koperasi Petani Tebu Rakyat (KPTR) Jati Lestari Jatibarang Youth Discuss on Sexuality Regional Brebes (YDoS Brebes) Sanggar Kesenian Langgeng Budaya Purwa, Kecamatan Losari Komunitas Masyarakat Brebes (KOMBES) Paguyuban Wong Brebes di Jabodetabek (PWBJ) Asosiasi Central of Regeneration (ASRI), Karang Bale, Larangan, Brebes Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PC PMII) Kab. brebes Kedungbokor Bersatu Korea (KEBEK) Referensi Pranala luar Situs web resmi Bappeda kabupaten Brebes Situs web resmi SCBD kabupaten Brebes Situs web resmi warga Brebes Situs web berita daring seputar Brebes Situs web Lembaga Perlindungan Konsumen Brebes Situs web resmi KPU Brebes Brebes
4084
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Demak
Kabupaten Demak
Demak () adalah salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Demak Kota, kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di barat, Kabupaten Jepara di utara, Kabupaten Kudus di timur, Kabupaten Grobogan di tenggara, serta Kota Semarang dan Kabupaten Semarang di sebelah barat. Kabupaten Demak memiliki luas 897,43 km² dan berpenduduk 1.158.772 jiwa (2019).. Etimologi "Demak" berasal dari kata Bahasa Arab, yaitu "Dhima" yang artinya rawa. Hal ini mengingat tanah di Demak adalah tanah bekas rawa alias tanah lumpur. Bahkan sampai sekarang jika musim hujan di daerah Demak sering digenangi air, dan pada musim kemarau tanahnya banyak yang retak, karena bekas rawa alias tanah lumpur. Karena tanah Demak adalah tanah labil, maka jalan raya yang dibangun mudah rusak, oleh karena itu jalan raya di Demak menggunakan beton. Geografi Kabupaten Demak adalah salah satu Kabupaten di Jawa Tengah yang terletak pada 6°43'26"–7°09'43" LS dan 110°27'58"–110°48'47" BT dan terletak sekitar 25 km di sebelah timur Kota Semarang. Demak dilalui Jalan Nasional Rute 1 (pantura) yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya-Banyuwangi. Kabupaten Demak memiliki luas wilayah seluas ± 1.149,07 km², yang terdiri dari daratan seluas ± 897,43 km², dan lautan seluas ± 252,34 km². Kabupaten Demak mempunyai pantai sepanjang 34,1 Km, terbentang di 13 desa yaitu desa Sriwulan, Bedono, Timbulsloko dan Surodadi (Kecamatan Sayung), kemudian Desa Tambakbulusan Kecamatan Karangtengah, Desa Morodemak, Purworejo dan Desa Betahwalang (Kecamatan Bonang) selanjutnya Desa Wedung, Berahankulon, Berahanwetan, Wedung dan Babalan (Kecamatan Wedung). Sepanjang pantai Demak ditumbuhi vegetasi mangrove seluas sekitar 476 Ha. Batas Wilayah Batas wilayah administrasi Kabupaten Demak meliputi: Geologi dan Topografi Berdasarkan kondisi tekstur tanahnya, wilayah Kabupaten Demak terdiri atas tekstur tanah halus (lanau) dan tekstur tanah sedang (lempung). Dilihat dari sudut kemiringan tanah, rata-rata datar. Dengan ketinggian permukaan tanah dari permukaan air laut (sudut elevasi) wilayah kabupaten Demak terletak mulai dari 0 m sampai dengan 100 m. Berdasarkan letak ketinggian dari permukaan air laut, wilayah Kabupaten Demak dibagi atas tiga wilayah meliputi: Wilayah A: Elevasi 0 – 3 meter, meliputi sebagian besar Kecamatan Bonang, Demak, Karangtengah, Mijen, Sayung dan Wedung; Wilayah B: Elevasi 3 – 10 meter, meliputi sebagian besar dari tiap‐tiap kecamatan di Kabupaten Demak; Elevasi 10 – 25 meter meliputi sebagian dari Kecamatan Dempet, Karangawen dan Mranggen; Elevasi 25 – 100 meter meliputi sebagian kecil dari Kecamatan Mranggen dan Kecamatan Karangawen; Region C: Elevasi lebih dari 100 meter meliputi sebagian kecil dari Kecamatan Karangawen dan Mranggen. Hidrologi Beberapa sungai yang mengalir di Demak antara lain: Kali Tuntang, Kali Buyaran, dan yang terbesar adalah Kali Serang yang membatasi kabupaten Demak dengan kabupaten Kudus dan Jepara. Sungai – sungai yang terdapat di Kabupaten Demak ini memiliki fungsi kompleks, yaitu digunakan sebagai jalur transportasi dan juga berguna sebagai sumber penyediaan air. Bila dikembangkan dengan teknologi yang lebih maju, sungai-sungai itu bisa menjadi sumber pengairan teknis persawahan, serta berbagai keperluan lainnya. Wilayah kerja pengairan di Kabupaten Demak terbagi manjadi 3 (tiga), yaitu : Pengairan Serang Hilir, Pengairan Serang Hilir yang termasuk dalam Kabupaten Demak ada 2 (dua) daerah irigasi, yaitu : D.I. Sedadi Dempet (7.671 ha) dan D.I. Klambu Kiri (21.457 ha). Pengairan Serang Hulu, Pengairan Serang Hulu yang termasuk dalam Kabupaten Demak adalah daerah irigasi Sedadi Godong. Daerah irigasi Sedadi Godong mempunyai luas 8.494 Ha, meliputi : Kabupaten Demak ( 1.440,5 Ha ) dan Kabupaten Grobogan ( 7.053,5 Ha ) Pengairan Tuntang Hilir, Pengairan Tuntang Hilir yang termasuk dalam Kabupaten Demak adalah : D.I. Guntur Kanan, D.I. Guntur Kiri, D.I. Polder Batu, D.I. Gablok, D.I. Glapan Kanan, D.I. Glapan Kiri, D.I. Jragung, D.I. Pelayaran Sayung Batu, D.I. Pelayaran Buyaran, D.I. Dolok Kanan, D.I. Dolok Kiri dan D.I. Pucanggading Kanan. Demak memiliki potensi cekungan air tanah yang cukup tinggi yakni air tanah dangkal sebesar 166,2 juta m³/th dan air tanah dalam sebesar 4,1 juta m³/th. Namun demikian, air tanah dangkal (sumur gali), dan air tanah dalam (sumur bor) di Demak rata‐rata kualitas airnya kurang memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai air minum. Hal ini disebabkan air tanah di Demak banyak mengandung unsur besi dan pada musim kemarau kapasitasnya tidak memenuhi kebutuhan sehari‐hari. Iklim Suhu udara di wilayah Demak bervariasi antara 21°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±80%. Wilayah Kabupaten Demak beriklim tropis dengan tipe muson tropis (Am) dengan dua musim yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Demak berlangsung pada periode Mei–Oktober yang merupakan periode bertiupnya angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan bulan terkering adalah bulan Agustus. Musim penghujan di daerah Demak berlangsung pada periode November–April yang merupakan saat berhembusnya angin muson barat laut–barat daya yang bersifat basah dan lembap dan bulan terbasah terjadi pada bulan Januari dengan jumlah curah hujan bulanan lebih dari 400 mm per bulan. Curah hujan tahunan untuk wilayah Demak berkisar antara 1.800–2.400 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100–140 hari hujan per tahun. Sejarah Tanggal 28 Maret 1503 ditetapkan sebagai hari jadi kabupaten Demak. Hal ini merujuk pada peristiwa penobatan Raden Patah menjadi Sultan Demak yang jatuh pada tanggal 12 Rabiulawal atau 12 Mulud Tahun 1425 Saka (dikonversikan menjadi 28 Maret 1503). Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Rencana pengembangan Pemkab Demak dan Bupati Demak mempunyai beberapa rencana jangka panjang dan jangka pendek untuk membangun Kabupaten Demak, diantaranya: Brown Canyon, Pemerintah Desa Kebonbatur dan Kecamatan Mranggen bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Demak untuk menjadikan Brown Canyon menjadi tempat wisata. (Jangka Pendek) Tugu Barongan Khas Demak yaitu Membangun Taman seperti "Taman Pandanaran Semarang" tetapi menggunakan Patung BARONGAN DEMAK (Barongan Singo Karya) bukan menggunakan Patung Warak Ngendog (Barongan khas Semarang). Rumah Sakit Kecamatan Mijen, Pemkab Demak bekerjasama dengan Swasta/Investor mendirikan Rumah Sakit Umum Mijen karena lebih potensial mengingat Mijen merupakan salah satu kecamatan terluar dari Kabupaten Demak, sehingga perlu diperhatikan kesehatannya dengan membangun Rumah Sakit di Kecamatan Mijen(Jangka Panjang) Event "DEMAK MEAL EXPO", seharusnya Pemkab Demak mengadakan event Demak Meals Expo, (artinya: festival makanan khas Demak) supaya Kabupaten Demak tidak hanya dikenal wisata religi, tetapi juga terkenal makanan khasnya. Sehingga Demak bisa menjadi kota wisata kuliner. * Taman Air Bertema Rawa, pemkab Demak berpotensi untuk mengajak investor untuk membangun wahana wisata buatan "Waterpark" dengan mengusung bertema Rawa-Rawa, karena sesuai dengan asal-usul Kabupaten Demak adalah rawa-rawa. waterpark tersebut cocok diberi nama DEMAK SWAMP PARK atau DEMAK MARSH PARK yang keduanya artinya sama yaitu Taman Rawa Demak. Meminta pihak swasta maupun pemerintah yang hendak ingin membangun wisata air waterboom di Kabupaten Demak, diharap menggunakan nama Demak Swamp Park (Taman Rawa Demak) mengingat Demak dahulunya merupakan rawa. Dan apabila masih ada yang membuat wisata air waterboom maka diharapkan menggunakan nama Demak Palace Park (Taman Istana Demak) mengingat Demak dahulunya merupakan kerajaan Demak serta memasang ornamen bendera kerajaan Demak dan arsitektur masa kerajaan Demak pada Demak Palace Park. Jalur Sepeda dan Becak, Membangun Jalur sepeda & Becak yang jalan rayanya di cat hijau dan di beri semacam trotoar pemisah dengan jalan raya mobil dan motor. jalur sepedanya dari Alun-Alun Demak hinga Jepara, dari Alun-Alun Demak hinga Kudus, dari Alun-Alun Demak hinga Kota Semarang. jalur sepeda agar meningkatkan minat bersepeda dan meninggalkan kendaraan bermotor supaya Demak udaranya tidak polusi. (Jangka Pendek) Sawah Organik, Menjadikan seluruh sawah di Demak menjadi sawah organik, yaitu padi organik, blewah organik, dll. (Jangka Pendek) Trotoar Ramah Disabilitas, yaitu membangun trotoar yang aman dan nyaman bagi kaum disabilitas baik itu pengguna kursi roda maupun pengguna tongkat. Taman Ramah Disabilitas, membangun taman yang aman dan nyaman bagi kaum disabilitas baik itu pengguna kursi roda maupun pengguna tongkat, dengan berbagai fasilitas yang dapat mempermudahkan kaum disabilitas mengunjungi alun-alun. Alun-Alun Ramah Disabilitas, membangun alun-alun yang aman dan nyaman bagi kaum disabilitas baik itu pengguna kursi roda maupun pengguna tongkat, dengan berbagai fasilitas yang dapat mempermudahkan kaum disabilitas mengunjungi alun-alun. Demak Barong Karnival, Mengadakan even tahunan yaitu "DEMAK BARONG CARNIVAL" yang merupakan perayaan yang digelar dengan atraksi unjuk kepiawaian memainkan Barongan Singo Karya (Barongan Khas Demak). Juga mengundang berbagai Barongan seluruh Indonesia untuk memeriahkan Demak Barong Carnival, yaitu: Barongan Dencong, Barong Loreng Gonteng, Singo Ulung, Barong Bali, Reog Ponorogo, Barongan Gembong Kamijoyo, Ondel-Ondel, Hudoq, Bebegig Sumantri, Barong Kemiren, dll. Ekonomi Pertanian Jambu air merah delima merupakan buah khas yang tumbuh tersebar di Kecamatan Wonosalam, Mijen, Guntur, Wedung dan Demak Kota. Kekhasan dari jambu air ini adalah rasa manis dan buahnya tebal. Selain jambu air, buah yang tersohor adalah Belimbing Demak. Buah belimbing unggulan yaitu Belimbing Demak kapur dan Belimbing Demak Kunir yang pusatnya di daerah Betokan. Terdapat pula buah unggulan lain seperti Kelengkeng Pingpong dan Itoh yang berada di Trengguli Kecamatan Wonosalam dan Mlatiharjo Kecamatan Gajah. Selain itu, pada tahun 2009, Demak adalah pemasok beras terbesar di Jawa Tengah, dan saat itu pula pemasok beras terbesar di indonesia adalah Jawa Tengah. Pertanian padi juga termasuk pertanian unggulan daerah Demak. Potensi Ekonomi Pertanian Belimbing Demak di Betokan Pertanian Jambu Demak di Betokan Pertanian Melon di Dempet Pertanian Cabe Keriting di Dempet Pertanian Kelengkeng Pingpong di Trengguli Pertanian Kelengkeng Itoh di Mlatiharjo Pertanian Semangka di Cabean Pertanian Blewah Madu di Sumberejo Pertanian Bawang merah di Pasir Kesenian Batik Demak di Karangmlati Perikanan Lele di Trengguli Perikanan Ikan Bandeng dan Udang di Surodadi Industri Jilbab Bordir di Jungsemi Industri Kerupuk di Ngaluran Industri Tempe di Bandungrejo Industri Garam di Wedung Kuliner Soto SawahKarangboyo di Mranggen Seni Budaya Kabupaten Demak terdapat beberapa kesenian, yaitu: Barongan Singo Karya Tari Zippin Pesisiran Singo Barong Kademangan Rebana Hadroh Jamuro Pertunjukan Kabupaten Demak terdapat beberapa acara perayaan, yaitu: Pertunjukan Tradisional Grebeg Besar Demak, di Bintoro Uler-Uler, di Jungsemi Megengan, di Bintoro Ancaan, di Kadilangu Pesta Sedekah Laut, di Morodemak Pertunjukan Modern Demak Expo, di Bintoro Demak Fair, di Bintoro Demak Barongan Carnival, di Bintoro (belum pernah diadakan) Demak Meals Expo, di Alun-Alun (masih dalam rencana) Pariwisata Kabupaten Demak terdapat beberapa tempat wisata, yaitu: Wisata Alam Pantai Morosari, di Bedono Pantai Surodadi, di Surodadi Pantai Onggojoyo, di Wedung Pantai Glagah Wangi, di Tambak Bulusan Brown Canyon, di Kebonbatur Rowo Mijen, di Gempolsongo Rowo Tanjung, di Jatirogo Mangrove dan Pantai Morodemak, di Morodemak Watu Lempit, di Banyumeneng Air Terjun Marhaban, di Banyumeneng Air Terjun Delik, di Jragung Wisata Sejarah Masjid Agung Demak, di Bintoro Bekas Stasiun Demak, di Bintoro Stasiun Brumbung, di Mranggen Wisata keluarga Taman Ria Demak, di Mangunjiwan Kolam Renang Polaris, di Botorejo Waterboom Niagara, di Mangunjiwan Wisata Religi Makam Sunan Kalijaga, di Kadilangu Makam Raden Patah, di Bintoro Wisata Belanja Aneka Jaya Market, di Bintoro Aneka Jaya Market, di Bandungrejo GOORI Market, di Bandungrejo Luwes Mranggen, di Mranggen Maharani Market, di Bintoro Kuliner Khas Masakan Demak memiliki beberapa masakan khas, yaitu: Nasi Kropokhan Nasi Ndoreng Nasi Brongkos Botok Telur Asin Asem-Asem Demak Sop Balungan Bakso Balungan Sambal Terong Minuman Demak memiliki beberapa minuman khas, yaitu: Wedang Pekak Es Rames Wedang Bubur Jamu Coro Oleh-oleh Demak memiliki beberapa oleh-oleh khas, yaitu: Belimbing Demak Jambu Demak (Jambu Citra Delima) Koktail Belimbing Bintang 5 Jus Belimbing Bintang 5 Sirup Belimbing Bintang 5 Kerupuk Catak Kerupuk Udang Tambak Kerupuk Blido Kesehatan RSUD Sunan Kalijaga Demak, di Demak RS Nahdhatul Ulama Demak, di Wonosalam, Demak RS PKU Hj Fatimah Sulhan Demak, di Mangunjiwan, Demak RS Pelita Anugerah, di Mranggen, Demak RSUD Sultan Fatah Demak, di Karangawen, Demak Konservasi Alam Kawasan Pelestarian Burung Hantu (Tlogoweru Owl Conservation), di Tlogoweru Kawasan Pelestarian Burung Kuntul (Bedono Egret Conservation), di Bedono Julukan Kabupaten Demak menyandang beberapa julukan, yaitu: Kota Wali Karena Demak dahulu adalah tempat rapatnya wali songo. Kota Belimbing Karena Dahulu Demak terkenal sebagai penghasil buah belimbing. Kota Jambu Kota ini sangat terkenal dengan hasil pertanian jambunya terutama jenis Jambu Citra Delima, bahkan Jambu Citra Delima dikenal orang luar Demak disebut Jambu Demak. Kota Beramal Beramal singkatan dari Bersih, Elok, Rapi, Anggun, Maju, Aman dan Lestari. Transportasi Kabupaten Demak dilintasi Jalur Pantura dan Ke arah selatan (Solo) via Purwodadi (Kabupaten Grobogan) Angkutan kereta api Kabupaten Demak dilintasi rel kereta api yang dari dan ke berbagai tujuan, namun hanya di lintas utara Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya dan Malang via Semarang. Stasiun Brumbung adalah stasiun kereta api terbesar di Kabupaten Demak. Selain itu, terdapat rel kereta yang di nonaktif SJS Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (Sekarang Juwana) Berikut adalah Stasiun nonaktif di Kabupaten Demak: Stasiun Demak Halte Dempet Olahraga PSD Demak dan Persidem Demak merupakan klub sepak bola yang berkompetisi di Divisi 3 Liga Indonesia. Yang bermarkas di Stadion Pancasila, Kabupaten Demak. Referensi Pranala luar Demak Demak
4085
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Grobogan
Kabupaten Grobogan
Grobogan (atau lebih dikenal oleh masyarakat umum dengan nama ibu kota kabupatennya yaitu Purwodadi, adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Purwodadi. Pada Sensus Penduduk Indonesia 2020, penduduk kabupaten Grobogan berjumlah 1.453.526 jiwa, dengan kepadatan penduduk 719 jiwa/km2. Geografi Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten terluas kedua di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap, dan berbatasan langsung dengan 9 kabupaten lain. Letak astronomis wilayah antara 110° 15' BT – 111° 25' BT dan 7° LS–7°30’ LS, dengan jarak bentang dari utara ke selatan ± 37 km dan dari barat ke timur ± 83 km. Secara geografis, Grobogan merupakan lembah yang diapit oleh dua pegunungan kapur, yaitu Pegunungan Kendeng di bagian selatan dan Pegunungan Kapur Utara di bagian utara. Bagian tengah wilayahnya adalah dataran rendah. Dua sungai besar yang mengalir adalah Kali Serang dan Kali Lusi. Dua pegunungan tersebut merupakan hutan jati, mahoni dan campuran yang memiliki fungsi sebagai resapan air hujan disamping juga sebagai lahan pertanian meskipun dengan daya dukung tanah yang rendah. Lembah yang membujur dari barat ke timur merupakan lahan pertanian yang produktif, yang sebagian telah didukung jaringan irigasi. Lembah ini selain dipadati oleh penduduk juga aliran banyak sungai, jalan raya dan jalan kereta api. Sebelumnya ibu kota kabupaten Grobogan terletak di Kecamatan Grobogan bukan di Kecamatan Purwodadi, akan tetapi kemudian dipindah di Purwodadi, Bupati Grobogan pertama kali adalah Raden Surokerti Abinarang dan Bupati yang paling legendaris adalah Soegiri. Budaya yang paling terkenal di Grobogan ini adalah seni tayub, dengan pemainnya yang legendaris adalah Lasmi dari desa Kropak. Topografi Sebagian besar wilayah terletak pada permukaan yang relatif datar dengan kemiringan kurang dari 5%, daerah berbukit dan pegunungan terletak di bagian utara dan selatan, tepatnya di sekitar jalur pegunungan kendeng utara dan selatan. Secara umum kondisi topografi yang ada dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok: Daerah dataran, berada pada ketinggian sampai dengan 50 mdpl, dengan kelerengan 0–8% Daerah perbukitan, berada pada ketinggian antara 50 -100 mdpl, dengan kelerengan 8–15% Daerah dataran tinggi, berada pada ketinggian antara 100–500 mdpl, dengan kelerengan >15% Geologi dan Jenis Tanah Berdasarkan bentang alam dan asosiasi batuan penyusunnya, terdapat 7 jenis batuan, yaitu paleosen fasies sedimen, paleosen fasies batu gamping, pleistosen fasies sedimen, miosen fasies batu gamping, dan aluminium. Dari jenis batuan tersebut yang sebarannya merata adalah batuan aluminium dan paleosen fasies sedimen. Hasil pelapukan batuan dan sedimentasi menghasilkan jenis tanah yang ada saat ini, yaitu aluvial dengan bahan induknya endapan liat dan pasir; Asosiasi Litosol, Mediteran kuning dan Rensina dengan bahan induknya batu kapur dan napal lunak; Komplek Regosol kelabu dan Grumosol kelabu tua dengan bahan induknya batu kapur dan napal; Grumosol dengan bahan induk endapan liat; Grumosol dengan bahan induk batu kapur dan napal; Asosiasi Grumosol tua coklat dengan bahan induk napal lunak; Asosiasi Mediteran merang kekuningan dan Mediteran coklat kekuningan dengan bahan induk batu liat lunak; Komplek Mediteran coklat kemerahan dan Litosol dengan bahan induk batu kapur dan napal. Dari jenis tersebut, aluvial kelabu dan aluvial coklat keabuan mempunyai sebaran yang hampir merata pada seluruh wilayah. Batas Wilayah Berikut merupakan batas wilayah Kabupaten Grobogan. Etimologi Asal mula daerah itu disebut Grobogan menurut cerita tutur yang beredar di daerah Grobogan, suatu ketika pasukan kesultanan Demak di bawah pimpinan Sunan Ngundung dan Sunan Kudus menyerbu ke pusat kerajaan Majapahit. Dalam pertempuran tersebut pasukan Demak memperoleh kemenangan gemilang. Runtuhlah Kerajaan Majapahit. Ketika Sunan Ngundung memasuki istana, dia menemukan banyak pusaka Majapahit yang ditinggalkan. Benda-benda itu dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam sebuah grobog, kemudian dibawa sebagai barang boyongan ke Demak. Di dalam perjalanan kembali ke Demak, grobog tersebut tertinggal di suatu tempat karena sesuatu sebab, tempat itulah yang kemudian disebut Grobogan. Grobog juga adalah tempat menyimpan senjata/barang pusaka, wayang, perhiasan, dan sebagainya. Peristiwa tersebut sangat mengesankan hati Sunan Ngundung, sebagai kenangan, tempat tersebut di beri nama Grobogan, yaitu tempat grobog tertinggal. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Transportasi Purwodadi, ibu kota Kabupaten Grobogan, berada di jalan provinsi yang menghubungkan Semarang-Surabaya lewat Cepu, dan Pantura Jawa Tengah (Demak/ Jepara/ Kudus/ Pati/ Rembang/ Blora) dengan Solo atau Surakarta/ Yogyakarta Angkutan kereta api juga melintasi wilayah kabupaten ini, khususnya kawasan selatan Purwodadi. Terdapat dua jalur kereta api di lintas utara Jawa, yakni: Lintas utara Jawa (lintas utama): Jakarta – (segmen –) Lintas utara Jawa (jalur percabangan): Jakarta Gambir–– (segmen Brumbung–) Kabupaten Grobogan memiliki sejumlah stasiun kereta api, Stasiun Ngrombo adalah stasiun utama kereta api di Kabupaten Grobogan dimana kereta api antarkota jalur utara Pulau Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya dan kereta api komuter serta lokal seperti dan singgah di stasiun tersebut. Sedangkan stasiun-stasiun kereta api yang lain hanya dilewati kereta api tersebut seperti Stasiun Kradenan di Kecamatan Kradenan dan Stasiun Gundih di Kecamatan Geyer. Pariwisata Wisata Alam Tempat wisata alam di Kabupaten Grobogan adalah: Api Abadi Mrapen, di Manggarmas Waduk Kedung Ombo, di Rambat Cindelaras, di Ngrandah Bledug Kuwu, di Kuwu , Bledug Cangkring Di Kradenan Bledug Kesongo, di Gabus Bledug Medang Kawit, di Tanjungharjo White Canyon, di Mrisi Air Terjun Widuri, di Kemaduhbatur Air Terjun Ngasinan, di Kemaduhbatur Air Terjun Ngayongan, di Karangasem Air Terjun Gulingan, di Sedayu Goa Urang, di Kemaduhbatur Goa Gajah, di Kemaduhbatur Goa Macan, di Sedayu Goa Lowo, di Sedayu Goa Gogor, di Sumber Jatipohon Goa Angil-Angil, di Kemaduhbatur Goa Ngesong, di Tegalrejo Goa Teges, di Tegalrejo Wisata pager gunung (kec. Brati) Wisata Pemandian Tempat wisata pemandian di Kabupaten Grobogan adalah: Pemandian Sanggeh, di Tambirejo Pemandian Mudal, di Karangasem Pemandian Segoro Gunung, di Nglinduk Sendang Keyongan, di Penganten Sendang Wangi, di Karangasem Sendang Coyo, di Mlowokarangtalun Sendang Bulusan, di Jipang Sendang Sungapan, di Sembungharjo Wisata Keluarga Tempat wisata keluarga di Kabupaten Grobogan adalah: Bloombang Waterpark, di Kuripan Wisata Pesawat & Air Master Park, di Kuripan Mulia Waterpark Klambu, di Klambu Kolam Renang Jatipohon, di Sumber Jatipohon Wisata Religi Tempat wisata religi di Kabupaten Grobogan adalah: Makam Ki Ageng Selo, di Selo Makam Ki Ageng Tarub, di Tarub Makam Ki Ageng Getas Pendowo, di Kuripan, Purwodadi Makam Kyai Ageng Kafiluddin, di Menduran Brati Makam Ki Ageng Tirta, di Wirosari Wisata Kuliner Tempat wisata kuliner di Kabupaten Grobogan adalah: Babalu Cafe, Jalan Diponegoro Ayam Goreng Noroyono, Jalan R. Suprapto Resto Serba Sambel, Jalan Hayamwuruk Danau Resto, Jalan Gajahmada Suka Rasa, Jl Raya Solo–Purwodaadi KM 3 Dapur Mentari, Jl Kauman Mojoagung Perayaan Kabupaten Grobogan terdapat beberapa event acara perayaan, yaitu: Pekan Raya Grobogan, di Alun-Alun Purwodadi Expo, di Alun-Alun Kuliner Khas Grobogan memiliki beberapa makanan khas yang ekstrimkstrem, yaitu: Botok Lebos (pohon talas) Swike Kodok Botok Yuyu Asem-Asem Bekicot Rica Bekicot Rica Biawak Peyek Laron Oseng Ungker (Oseng Ulat Jati) Walang Goreng (Belalang Goreng) Sayur Becek Garang Asem Nasi Jagung Nasi Pager Pecel Gambreng (Pecel di Stasiun Gambrengan) Asem–Asem Kesehatan Sarana Kesehatan Rumah sakit di Grobogan, adalah: Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R Soemodiardjo Purwodadi Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi Rumah Sakit Islam Purwodadi Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Gubug Rumah Sakit Sekar Laras Purwodadi Rumah Sakit Umum Daerah Ki Ageng Getas Pendowo Gubug Rumah Sakit Umum Daerah Ki Ageng Selo Wirosari Rumah Sakit Habibullah Gabus Rumah Sakit Siaga Utama Khusus Bedah Pendidikan Sekolah Menengah Atas SMK GAJAH MADA PURWODADI GROBOGAN MA Miftahut Thullab Putatsari Grobogan SMK GAJAH MADA PURWODADI SMA Negeri 1 Purwodadi MA Multimedia YATPI Godong SMA Negeri 1 Grobogan SMA Negeri 1 Wirosari SMA Negeri 1 Kradenan SMA Negeri 1 Toroh SMA Negeri 1 Karangrayung SMA Negeri 2 Karangrayung SMA Negeri 1 Godong SMA Negeri 1 Pulokulon SMA Negeri 1 Gubug SMA Negeri 1 Gabus SMA Negeri 1 Geyer SMK Negeri 1 Purwodadi SMK Negeri 2 Purwodadi SMK Negeri 1 Wirosari MAN 1 Grobogan MAN 2 Grobogan SMK PEMBNAS Purwodadi MA Darut Taqwa Purwodadi MA MANBA'UL A'LAA Purwodadi SMK PANCASILA PURWODADI SMK Astra Mitra Purwodadi SMK Al–Wahhab Bago Kradenan Grobogan MA Sunniyyah Selo Tawangharjo SMK YASEMI Karangrayung SMK Pengudhi Luhur Karangrayung Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Purwodadi SMP Negeri 2 Purwodadi SMP Negeri 3 Purwodadi SMP Negeri 4 Purwodadi SMP Negeri 5 Purwodadi SMP Negeri 6 Purwodadi SMP Negeri 1 Wirosari SMP Negeri 1 Grobogan SMP Negeri 1 Brati SMP Negeri 1 Godong SMP Negeri 1 Tawangharjo SMP Negeri 1 Penawangan SMP Negeri 1 Tanggungharjo SMP Negeri 2 Tanggungharjo SMP Negeri 7 Purwodadi SMP Negeri 1 Gubug SMP Negeri 3 Wirosari SMP Negeri 1 Toroh SMP Negeri 2 Toroh SMP Negeri 1 Karangrayung SMP Negeri 2 Karangrayung SMP Negeri 3 Karangrayung SMP Negeri 4 Satu Atap Karangrayung SMP Panca Bhakti Karangrayung MTs Negeri Wirosari MTs Negeri Jeketro MTS Tsamrotul Huda Karangharjo MTs. Manba'ul A'laa Purwodadi MTs Putera Sunniyyah Selo Tawangharjo SMP Negeri 1 Tegowanu SMP Negeri 2 Tegowanu SMP Negeri 3 Tegowanu SMP Negeri 1 Pulokulon SMP Negeri 2 Pulokulon SMP Negeri 3 Pulokulon SMP Islam Walisongo Penawangan SMP Islam Integral SMP Al Firdaus SMP Pelita Lembaga Kursus ELCI School Media Massa Koran dan Majalah Koran Lingkar Koran Jawapost Radar Kudus Media Online bloranews.com lingkarateng.id orbitnews.id Tokoh Bondan Kajawan, leluhur dinasti Mataram Islam Ki Ageng Enis, guru dan penasihat Joko Tingkir Ki Ageng Sela, penyebar agama Islam di Grobogan Nyai Ageng Serang, pejuang dan pahlawan nasional Indonesia Nani Soedarsono, Menteri Sosial Republik Indonesia ke-20 (1983–1988) Soekemi Sosrodihardjo, ayah dari Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia Mohamad Agung Budijono, Wakapolda Kalimantan Tengah Sejak 23 Desember 2022 Sampai Sekarang Mohammad Ali Shodiqin (Gus Ali Gondrong) Referensi Pranala luar Grobogan Grobogan
4086
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Jepara
Kabupaten Jepara
Jepara (, ) adalah salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya berada di kecamatan Jepara. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di bagian Barat dan Utara, Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di bagian Timur, serta Kabupaten Demak di bagian Selatan. Wilayah kabupaten Jepara juga meliputi Karimunjawa, yang berada di Laut Jawa. Jumlah penduduk Jepara pada akhir tahun 2022 sebanyak 1.252.566 jiwa. Etimologi Menurut sejarahwan Hindia Belanda Cornelis Lekkerkerker, nama Jepara berasal dari kata Ujungpara yang kemudian berubah menjadi kata Ujung Mara, Jumpara, dan akhirnya Jepara atau Japara. Kata Ujungpara berasal dari bahasa Jawa yang terdiri atas dua kata, yaitu Ujung dan Para. Kata Ujung berarti “bagian darat yang menjorok jauh ke laut”, sedangkan kata Para, berarti "menunjukkan arah”. Dengan demikian, kata Ujungpara berarti “suatu daerah yang letaknya menjorok jauh ke laut”. Dalam sumber lain, kata Para merupakan kependekan dari Pepara, yang artinya "bebakulan mrono mrene" (berdagang ke sana ke mari). Dengan artian ini, maka kata Ujungpara juga berarti "sebuah ujung tempat bermukimnya para pedagang dari berbagai daerah". Geografis Secara geografis Kabupaten Jepara terletak pada posisi 110°9'48,02" sampai 110°58'37,40" Bujur Timur dan 5°43'20,67" sampai 6°47'25,83" Lintang Selatan, sehingga merupakan daerah paling ujung sebelah utara dari Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Jepara terletak di Pantura Timur Jawa Tengah yang bagian barat dan utaranya dibatasi oleh laut. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan daerah pegunungan. Luas wilayah daratan Kabupaten Jepara 1.004,132 km2 dengan panjang garis pantai 72 km. Wilayah tersempit adalah Kecamatan Kalinyamatan (24,179 km²) sedangkan wilayah terluas adalah Kecamatan Keling (231,758 km²). Wilayah Kabupaten Jepara juga meliputi Kepulauan Karimunjawa, yakni gugusan pulau-pulau di Laut Jawa. Dua pulau terbesarnya adalah Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Sebagian besar wilayah Karimunjawa dilindungi dalam Cagar Alam Laut Karimunjawa. Batas Wilayah Batas wilayah administrasi Kabupaten Jepara meliputi: Topografi Secara topografi, Kabupaten Jepara dapat dibagi dalam empat wilayah yaitu wilayah pantai di bagian pesisir Barat dan Utara, wilayah dataran rendah di bagian tengah dan Selatan, wilayah pegunungan di bagian Timur yang merupakan lereng Barat dari Gunung Muria dan wilayah perairan atau kepulauan di bagian utara merupakan serangkaian Kepulauan Karimunjawa. Dengan kondisi topografi demikian, Kabupaten Jepara memiliki variasi ketinggian antara 0 m sampai dengan 1.301 mdpl (dari permukaan laut), daerah terendah adalah Kecamatan Kedung antara 0–2 mdpl yang merupakan dataran pantai, sedangkan daerah yang tertinggi adalah Kecamatan Keling antara 0-1.301 mdpl merupakan perbukitan. Variasi ketinggian tersebut menyebabkan Kabupaten Jepara terbagai dalam empat kemiringan lahan, yaitu datar 41.327,060 Ha, bergelombang 37.689,917 Ha, curam 10.776 Ha, dan sangat curam 10.620,212 Ha. Hidrologi Daratan utama Kabupaten Jepara berdasarkan sistem hidrologi merupakan kawasan yang berada pada lereng Gunung Muria bagian barat yang mengalir sungai-sungai besar yang memiliki beberapa anak sungai. Sungai-sungai besar tersebut antara lain Sungai Gelis, Keling, Jarakan, Jinggotan, Banjaran, Mlonggo, Gung, Wiso, Pecangaan, Bakalan, Mayong, dan Tunggul. Berdasarkan karakteristik topografi wilayah, aliran sungai relatif dari daerah hulu di bagian timur (Gunung Muria) ke arah barat (barat daya, barat, dan barat laut) yaitu daerah hilir (laut Jawa). Geologi Daratan utama Kabupaten Jepara memiliki beberapa jenis tanah, yang dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis tanah berikut Andosol coklat, terdapat diperbukitan bagian utara dan puncak Gunung Muria seluas 3.525,469 Ha, Regosol terdapat dibagian utara seluas 2.700,857 Ha, Alluvial terdapat di sepanjang pantai utara seluas 9.126,433 Ha, Asosiasi Mediterian terdapat di pantai barat seluas 19.400,458 Ha, dan Latosol yang merupakan jenis tanah paling dominan di Kabupaten Jepara terdapat di perbukitan Gunung Muria seluas 65.659,972 Ha. Iklim Suhu udara di wilayah Jepara bervariasi antara 21°–34 °C dengan kelembapan nisbi sebesar ±81%. Iklim di wilayah Jepara adalah iklim tropis dengan tipe muson tropis (Am) yang memiliki dua musim yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Jepara berlangsung saat angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin bertiup, yakni pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus yang curah hujan bulanannya kurang dari 25 mm per bulan. Sementara itu, musim penghujan di Jepara berlangsung ketika periode bertiupnya angin muson barat daya–barat laut yang bersifat basah dan lembap, angin muson ini berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 500 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Jepara berkisar antara 2.200–2.800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100–150 hari hujan per tahun. Sejarah Asal nama Jepara berasal dari perkataan Ujung Para, Ujung Mara, dan Jumpara yang kemudian menjadi Jepara, yang berarti sebuah tempat permukiman para pedagang yang berniaga ke berbagai daerah. Menurut buku “Sejarah Baru Dinasti Tang (618–906 M)” mencatat bahwa pada tahun 674 M seorang musafir Tionghoa bernama I-Tsing pernah mengunjungi negeri Holing atau Kaling atau Kalingga yang juga disebut Jawa atau Japa dan diyakini berlokasi di Keling, kawasan timur Jepara sekarang ini, serta dipimpin oleh seorang raja wanita bernama Ratu Shima yang dikenal sangat tegas. Menurut seorang penulis Portugis bernama Tomé Pires dalam bukunya “Suma Oriental”, Jepara baru dikenal pada abad ke-XV (1470 M) sebagai bandar perdagangan yang kecil yang baru dihuni oleh 90–100 orang dan dipimpin oleh Aryo Timur dan berada di bawah pemerintahan Demak. Kemudian Aryo Timur digantikan oleh putranya yang bernama Pati Unus (1507–1521). Pati Unus mencoba untuk membangun Jepara menjadi kota niaga. Pati Unus dikenal sangat gigih melawan penjajahan Portugis di Malaka yang menjadi mata rantai perdagangan nusantara. Setelah Pati Unus wafat digantikan oleh ipar Faletehan /Fatahillah yang berkuasa (1521–1536). Kemudian pada tahun 1536 oleh penguasa Demak yaitu Sultan Trenggono, Jepara diserahkan kepada anak dan menantunya yaitu Ratu Retno Kencono dan Pangeran Hadirin, suaminya. Namun setelah tewasnya Sultan Trenggono dalam Ekspedisi Militer di Panarukan Jawa Timur pada tahun 1546, timbulnya geger perebutan takhta kerajaan Demak yang berakhir dengan tewasnya Pangeran Hadiri oleh Aryo Penangsang pada tahun 1549. Kematian orang-orang yang dikasihi membuat Ratu Retno Kencono sangat berduka dan meninggalkan kehidupan istana untuk bertapa di Bukit Danaraja. Setelah terbunuhnya Aryo Penangsang oleh Sutowijoyo, Ratu Retno Kencono bersedia turun dari pertapaan dan dilantik menjadi penguasa Jepara dengan gelar Nimas Ratu Kalinyamat. Pada masa pemerintahan Ratu Kalinyamat (1549–1579), Jepara berkembang pesat menjadi Bandar Niaga utama di Pulau Jawa, yang melayani ekspor-impor. Di samping itu juga menjadi Pangkalan Angkatan Laut yang telah dirintis sejak masa Kerajaan Demak. Sebagai seorang penguasa Jepara, yang gemah ripah loh jinawi karena keberadaan Jepara kala itu sebagai Bandar Niaga yang ramai, Ratu Kalinyamat dikenal mempunyai jiwa patriotisme anti penjajahan. Hal ini dibuktikan dengan pengiriman armada perangnya ke Malaka guna menggempur Portugis pada tahun 1551 dan tahun 1574. Adalah tidak berlebihan jika orang Portugis saat itu menyebut sang Ratu sebagai Rainha de Jepara Senora de Rica, yang artinya Raja Jepara seorang wanita yang sangat berkuasa dan kaya raya. Serangan sang Ratu yang gagah berani ini melibatkan hampir 40 buah kapal yang berisikan lebih kurang 5.000 orang prajurit. Namun, serangan ini gagal, ketika prajurit Kalinyamat ini melakukan serangan darat dalam upaya mengepung benteng pertahanan Portugis di Malaka, tentara Portugis dengan persenjataan lengkap berhasil mematahkan kepungan tentara Kalinyamat. Namun semangat Patriotisme sang Ratu tidak pernah luntur dan gentar menghadapi penjajah bangsa Portugis, yang pada abad 16 itu sedang dalam puncak kejayaan dan diakui sebagai bangsa pemberani di Dunia. Dua puluh empat tahun kemudian atau tepatnya Oktober 1574, sang Ratu Kalinyamat mengirimkan armada militernya yang lebih besar di Malaka. Ekspedisi militer kedua ini melibatkan 300 buah kapal di antaranya 80 buah kapal jung besar berawak 15.000 orang prajurit pilihan. Pengiriman armada militer kedua ini di pimpin oleh panglima terpenting dalam kerajaan yang disebut orang Portugis sebagai Quilimo. Walaupun demikian, akhirnya perang kedua ini yang berlangsung berbulan-bulan tentara Kalinyamat juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Namun, hal tersebut telah membuat Portugis takut dan jera berhadapan dengan Raja Jepara ini, terbukti dengan bebasnya Pulau Jawa dari Penjajahan Portugis pada abad 16 itu. Sebagai peninggalan sejarah dari perang besar antara Jepara dan Portugis, sampai sekarang masih terdapat di Malaka komplek kuburan yang disebut sebagai Makam Tentara Jawa. Selain itu, tokoh Ratu Kalinyamat ini juga sangat berjasa dalam membudayakan seni ukir yang sekarang ini jadi andalan utama ekonomi Jepara yaitu perpaduan seni ukir Majapahit dengan seni ukir Patih Badarduwung yang berasal dari Negeri Cina. Menurut catatan sejarah, Ratu Kalinyamat wafat pada tahun 1579 dan dimakamkan di Desa Mantingan Jepara, di sebelah makam suaminya Pangeran Hadirin. Mengacu pada semua aspek positif yang telah dibuktikan oleh Ratu Kalinyamat sehingga Jepara menjadi negeri yang makmur, kuat, dan mashur maka penetapan Hari Jadi Jepara yang mengambil waktu dia dinobatkan sebagai penguasa Jepara atau yang bertepatan dengan tanggal 10 April 1549 ini telah ditandai dengan Candra Sengkala Trus Karya Tataning Bumi atau terus bekerja keras membangun daerah. Untuk Tahun 2010 ini, Jepara telah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis terhadap produk ukirnya yang sangat khas. Kerajaan di Jepara terdapat beberapa Kerajaan pada masanya, yaitu: Kerajaan Kalingga Kerajaan Kalinyamat Pemerintahan Bupati Bupati yang menjabat di kabupaten Jepara saat ini ialah Edy Supriyanta, yang bertugas sebagai penjabat bupati. Sebelumnya, posisi bupati Jepara dijabat oleh Ahmad Marzuqi sebagai pemenang dalam Pemilihan umum Bupati Jepara 2017, bersama wakil bupati terpilih, Dian Kristiandi. Bagi Ahmad, jabatan tersebut merupakan jabatan periode kedua sebagai bupati Jepara. Namun pada 13 Mei 2019, Ahmad Marzuqi ditangkap oleh Komisi Pemberantasan Korupsi atas kasus suap Hakim Pengadilan Negeri Semarang dan divonis tiga tahun penjara pada 2019. Pelaksana tugas bupati kemudian dijabat oleh Dian Kristiandi. Setelah menjabat selama kurang lebih setahun, ia dilantik sebagi bupati Jepara, pada 2 Juni 2020. Selanjutnya, setelah masa tugas Dian sebagai bupati berakhir, jabatan bupati sebagai penjabat bupati diserahkan kepada Edy Supriyanta, sejak 22 Mei 2022. Edy sebelumnya menjabat sebagai Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah. Dewan Perwakilan Kecamatan Referensi Buku Pranala luar Jepara Jepara
4087
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Karanganyar
Kabupaten Karanganyar
Kabupaten Karanganyar () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Karanganyar Kota. Sekitar 14 km sebelah timur Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sragen di utara, Kabupaten Magetan, Kabupaten Ngawi di timur, Kabupaten Wonogiri di selatan, serta Kabupaten Boyolali, Kota Surakarta, dan Kabupaten Sukoharjo di barat. Kabupaten Karanganyar memiliki sebuah kecamatan eksklave yang terletak di antara Kabupaten Boyolali, Kabupaten Sukoharjo, dan Kota Surakarta yaitu Kecamatan Colomadu. Jumlah penduduk Karanganyar pada akhir tahun 2021 mencapai 931.963 jiwa. Asal nama Nama Karanganyar berasal dari pedukuhan yang berada di kabupaten ini. Nama ini diberikan oleh Raden Mas Said (Mangkunagara I), karena di tempat inilah, ia menemukan kemantapan akan perjanjian baru () untuk menjadi penguasa setelah memakan wahyu keraton dalam wujud burung Derkuku. Pada waktu yang sama dikenal juga Kabupaten Karanganyar-Roma (Sekarang bagian Kabupaten Kebumen) sebuah kabupaten bagian dari Kasultanan Yogyakarta hingga dihapuskan oleh Kolonial Belanda dengan alasan politis pada tanggal 1 Januari 1936. Geografi Bagian barat Kabupaten Karanganyar merupakan dataran rendah, yakni lembah Bengawan Solo yang mengalir menuju ke utara. Bagian timur berupa pegunungan, yakni bagian sistem dari Gunung Lawu. Sebagian besar daerah pegunungan ini masih tertutup hutan. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Ekonomi Kabupaten Karanganyar yang merupakan salah satu daerah penyangga Kota Surakarta, memiliki karakteristik umum daerah agraris, dimana sebagian besar wilayahnya digunakan sebagai lahan pertanian. Di sisi lain dengan semakin tumbuh berkembangnya perekonomian di Kabupaten Karanganyar, sektor industri pun juga mulai tumbuh. Industri Garment dan Tekstil cukup banyak berdiri di Kabupaten Karanganyar terutama di seputaran perbatasan antara Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen dan Kota Surakarta, salah satunya adalah PT Kusuma Hadi (Perusahaan tekstil domestik dengan brand nama Danarhadi). Selain itu juga terdapat beberapa industri hilir lainnya semisal industri pengolahan bijih plastik dan industri pengemasan teh. Industri jasa di Kabupaten Karanganyar juga sudah mulai tumbuh. Hal ini terbukti dengan semakin menjamurnya industri penginapan, "resort" dan perhotelan di Kabupaten Karanganyar. Bahkan tercatatat beberap hotel berbintang sudah mulai beroperasi, meskipun tidak tersebar merata di semua kecamatan. Hotel-hotel yang dapat menjadi referensi pilihan menginap selain di Kota Surakarta adalah "Hotel Lor In Bandara" (Hotel Bintang 5), "The Alana Hotel and Convention Center" (Hotel Bintang 4), "The Edelweiss Hideaway Hotel" (Hotel Bintang 3), "Grand Laguna Hotel and Villa" (Hotel Bintang 3), "Grand Bintang Hotel" Tawangmangu, "Pondok Indah Resort and Garden", serta sejumlah hotel dan penginapan lainnya. Industri perbankan sebagai urat nadi perekonomian sebuah daerah juga telah banyak dibuka dan beroperasi di Kabupetan Karanganyar misalnya saja BRI, BNI, Bank Mandiri, BCA dan Bank Jateng serta beberapa perbankan nasional dan Bank Perkreditan Rakyat. Selain itu di Kabupaten Karanganyar juga tumbuh menjamur perumahan-perumahan rakyat, baik dalam bentuk perumahan bersubsidi sampai dengan perumahan mewah dengan model "cluster". Perumahan-perumahan ini tersebar di beberapa kecamatan yang ada di Karanganyar seperti halnya di kecamatan Colomadu ada komplek perumahan "Palm Permata", "Grand Aliza" dan "Tiara Agung" serta di kecamatan Jaten terdapat komplek perumahan "Safira Asri", "Loh Agung" dan "Griya Adi". Transportasi Wilayah Kabupaten Karanganyar dilalui Jalan Nasional yang menghubungkan kota Yogyakarta-Solo-Ngawi-Surabaya, meski jalur ini tidak melintasi ibu kota Kabupaten Karanganyar. Karanganyar sendiri berada sekitar 14 km sebelah timur kota Surakarta. Salah satu titik strategis wilayah ini adalah daerah Palur yang menjadi pintu keluar masuk angkutan dan transportasi Jalur Tengah antarkota dari Jawa Timur/Ngawi menuju ke Kota Surakarta (Jawa Tengah) dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekitar wilayah ini telah tumbuh menjadi kawasan pusat perekonomian yang padat yang menyambung hingga ke Kota Solo. Selain itu juga terdapat wilayah yang ditetapkan dalam program pengembangan kawasan industri yang menyangga Wilayah Surakarta dari arah Timur. Bagian barat kabupaten ini termasuk wilayah pengembangan Kota Surakarta, khususnya di Kecamatan Jaten. Ibu kota Kabupaten Karanganyar berada di jalur wisata Solo-Tawangmangu-Sarangan-Magetan-Madiun. Angkutan umum dilayani oleh angkutan bus jurusan Solo-Karanganyar-Tawangmangu, Solo-Karanganyar-Matesih. Angkutan Antarkota Bus antarkota yang melayani Kabupaten Karanganyar antara lain: Langsung Jaya, Rosalia Indah, STJ, Laju Prima, dan lain-lain. Angkutan bus antarkota di Kabupaten Karanganyar dilayani di terminal utama, yaitu terminal Tegalgede (atau biasa disebut Terminal Bejen). Selain itu, juga didukung oleh terminal kecil lainnya yang tersebar di kecamatan yang salah satunya adalah Terminal Tawangmangu. Kereta Api Meski dilintasi jalur kereta api lintas selatan dan tengah Jawa di segmen Solo Balapan–Kertosono dan lintas utara Jawa di segmen Solo Balapan–Gundih, hanya Stasiun Palur yang melayani naik/turun penumpang tujuan Surakarta atau Yogyakarta maupun sebaliknya, yang melayani Commuter Line Yogyakarta. Untuk Stasiun Kemiri hanya melayani persilangan/persusulan antar kereta api saja. Makanan Khas Timus Balung Kethek Super Grubi Ayam Tim Sate Landak Sate Kelinci Soto Karang Sup Buntut Bollen Ubigo Kripik Gatot Bakpia Wirda Pariwisata Kabupaten Karanganyar memiliki sejumlah tempat bersejarah dan alam yang khas (terutama pegunungan) sebagai objek pariwisata. Tempat Wisata Sejarah Di Kabupaten Karanganyar berlokasi Candi Sukuh, Candi Cetho, dan paling tidak dua sisa-sisa kompleks pemujaan Hindu dari masa-masa akhir Kerajaan Majapahit. Di dekat puncak Gunung Lawu juga ditemukan susunan batuan yang diduga berasal dari peninggalan zaman pra-Hindu (megalitikum). Di Kecamatan Matesih berlokasi dua kompleks pemakaman penguasa Mangkunagaran yang berdekatan, yaitu Astana Mangadeg dan Astana Girilayu. Di dekatnya terdapat Pemandian Pablengan yang telah ada sejak masa Kesultanan Mataram. Selain itu juga berlokasi makam Presiden II Republik Indonesia H.M.Soeharto yang berlokasi di Kompleks makam keluarga di Astana Giribangun. Makam ini juga menjadi salah satu objek wisata yang berkembang sejak dimakamkannya Pak Harto di sana tahun 2008. Di dekat kota Karanganyar (tepatnya di Desa Janti) berlokasi tempat penandatanganan Perjanjian Giyanti, perjanjian yang menjadi tanda awalnya kolonialisme VOC dan Belanda di bumi Mataram. Tempat Wisata Di Kabupaten karanganyar ini pula terletak kawasan wisata pegunungan yang sangat populer di Indonesia yakni Tawangmangu, dengan objek wisata unggulannya adalah Air Terjun [[Grojogan Sewu]di tawangmangu]Air terjun Jumog dikelurahan Berjo ngargoyoso. Kawasan wisata ini terletak di dataran tinggi dekat puncak Gunung Lawu ke arah perbatasan Provinsi Jawa Tengah dengan Jawa Timur, tepatnya Kabupaten Karanganyar dengan Kabupaten Magetan (Provinsi Jawa Timur). Terdapat pula bumi perkemahan di lereng gunung Lawu dan bersebelahan dengan objek wisata Tawangmangu yaitu Bumi Perkemahan Camping Lawu Resort dan Sekipan. Kabupaten Karanganyar juga memiliki objek wisata perkebunan teh yang terletak di daerah kemuning. Di Kemuning tersebut kita bisa menikmati hamparan hijau kebun teh sebagaimana layaknya wisata kebun teh yang terkenal di Puncak Ciawi Bogor. Terdapat beberapa tempat rumah makan dan kafetaria semisal di Rumah Teh Ndoro Donker. di Desa Segoro Gunung Kemuning juga terdapat lokasi untuk aero sport Paralayang. Selain itu juga terdapat kawasan wisata Sondokoro yang terletak dalam kawasan Pabrik Gula Tasikmadu, Karanganyar di wilayah Kecamatan Tasikmadu yang telah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda. Sejatinya dalam wilayah kabupaten Karanganyar ini ada juga Pabrik Gula yang bersejarah lainnya yang bernama Pabrik Gula Colomadu yang terletak di wilayah Kecamatan Colomadu. Namun pabrik gula yang juga dibangun sejak masa penjajahan Belanda itu kini sudah tidak beroperasi lagi. Hal ini karena wilayahnya sudah termasuk dalam area padat di tengah kota yang langsung berbatasan dengan Pusat Kotamadya Surakarta (Solo). Tokoh Terkenal Arief Tri Bawanto Barep Wahyudi Basuki Endropranoto Darno Dadang Hendra Yudha Ganjar Pranowo Hajriyanto Y. Thohari Harsiwi Achmad Ilyas Akbar Almadani Bagus Selo Juliyatmono Paryono Raden Sumarto Ribka Sugiarto Rina Iriani Rohadi Widodo Rian Agung Saputro Rozik Boedioro Soetjipto Suhardi Hardjolukito Satochid Kartanegara Sedyatmo Teddy Sumarno Warsito Taruno Wahyu Wiji Astanto Yudomo Sastrosuhardjo Tirta Mandira Hudhi Referensi Pranala luar Karanganyar Karanganyar
4089
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Kendal
Kabupaten Kendal
Kendal () adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Kendal yang masuk dalam Wilayah Metropolitan Kedungsepur yang merupakan Wilayah Metropolitan terbesar keempat setelah Jabodetabekpunjur, Gerbangkertosusila, dan Cekungan Bandung. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kota Semarang dan Kabupaten Semarang di timur, Kabupaten Temanggung di selatan, serta Kabupaten Batang di barat. Kendal dikenal sebagai Kota Santri karena terdapat ribuan Ponpes terutama di Kecamatan Kaliwungu, serta juga dikenal dengan Kota Seni dan Budaya. Sejarah Umum Nama Kendal diambil dari nama sebuah pohon yakni Pohon Kendal. Pohon itu pada mulanya tidak ada yang tahu namanya tetapi ketika Pakuwojo bersembunyi di pohon itu di dalam pohon itu terang benderang akhirnya pohon itu dinamakan pohon Qondhali yang berarti penerang dan akhirnya daerah tempat pohon itu dinamakan Qondhali karena orang Jawa tidak fasih berbahasa Arab maka jadi Kendal. Pohon yang berdaun rimbun itu sudah dikenal sejak masa Kerajaan Demak pada tahun 1500–1546 M yaitu pada masa Pemerintahan Sultan Trenggono. Pada awal pemerintahannya tahun 1521, Sultan Trenggono pernah memerintah Sunan Katong untuk memesan Pusaka kepada Pakuwojo. Peristiwa yang menimbulkan pertentangan dan mengakibatkan kematian itu tercatat dalam Prasasti. Bahkan hingga sekarang makam kedua tokoh dalam sejarah Kendal yang berada di Desa Protomulyo Kecamatan Kaliwungu itu masih dikeramatkan masyarakat secara luas. Menurut kisah, Sunan Katong pernah terpana memandang keindahan dan kerindangan pohon Kendal yang tumbuh di lingkungan sekitar. Sambil menikmati pemandangan pohon Kendal yang tampak "sari" itu, Dia menyebut bahwa di daerah tersebut kelak bakal disebut "Kendalsari". Pohon besar yang oleh warga masyarakat disebut-sebut berada di pinggir Jalan Pemuda Kendal itu juga dikenal dengan nama Kendal Growong karena batangnya berlubang atau growong. Dari kisah tersebut diketahui bahwa nama Kendal dipakai untuk menyebutkan suatu wilayah atau daerah setelah Sunan Katong menyebutnya. Kisah penyebutan nama itu didukung oleh berita-berita perjalanan Orang-orang Portugis yang oleh Tomé Pires dikatakan bahwa pada abad ke 15 di Pantai Utara Jawa terdapat Pelabuhan terkenal yaitu Semarang, Tegal dan Kendal. Bahkan oleh Dr. H.J. de Graaf dikatakan bahwa pada abad 15 dan 16 sejarah Pesisir Tanah Jawa itu memiliki yang arti sangat penting. Sejarah Berdirinya Kabupaten Kendal Adalah seorang pemuda bernama Joko Bahu seorang abdi dalem kerajaan Mataram. Joko Bahu dikenal sebagai seorang yang mencintai sesama dan pekerja keras hingga Joko Bahu pun berhasil memajukan daerahnya. Atas keberhasilan itulah akhirnya Sultan Agung Adi Prabu Hanyokrokusumo mengangkatnya menjadi Bupati Kendal bergelar Tumenggung Bahurekso. Selain itu Tumenggung Bahurekso juga diangkat sebagai Panglima Perang Mataram pada tanggal 26 Agustus 1628 untuk memimpin puluhan ribu prajurit menyerbu VOC di Batavia. Pada pertempuran tanggal 21 Oktober 1628 di Batavia Tumenggung Bahurekso beserta ke dua putranya gugur sebagai Kusuma Bangsa. Dari perjalanan Sang Tumenggung Bahurekso memimpin penyerangan VOC di Batavia pada tanggal 26 Agustus 1628 itulah kemudian dijadikan patokan sejarah lahirnya Kabupaten Kendal. Perkembangan lebih lanjut dengan momentum gugurnya Tumenggung Bahurekso sebagi penentuan Hari jadi dinilai beberapa kalangan kurang tepat. Karena momentum tersebut merupakan sejarah kelam bagi seorang tokoh yang bernama Bahurekso. Sehingga bila tanggal tersebut diambil sebagai momentum hari jadi dikhawatirkan akan membawa efek psikologis. Munculnya istilah "gagal dan gugur" dalam mitologi Jawa dikawatirkan akan membentuk bias-bias kejiwaan yang berpengaruh pada perilaku pola rasa, cipta dan karsa warga Kabupaten Kendal, sehingga dirasa kurang tepat jika dijadikan sebagai pertanda awal mula munculnya Kabupaten Kendal. Dari Hasil Seminar yang diadakan tanggal 15 Agustus 2006, dengan mengundang para pakar dan pelaku sejarah, seperti Prof. Dr. Djuliati Suroyo (guru besar Fakultas sastra Undip Semarang), Dr. Wasino, M.Hum (dosen Pasca Sarjana Unnes), H. Moenadi (Tokoh Masyarakat Kendal), dengan moderator Dr. Singgih Tri Sulistiyono, serta setelah diadakan penelitian dan pengkajian secara komprehensif menyepakati dan menyimpulkan bahwa momentum pengangkatan Bahurekso sebagai Bupati Kendal, dijadikan titik tolak diterapkannya hari jadi. Pengangkatan bertepatan pada 12 Rabiul Awal 1014 H atau 28 Juli 1605. Tanggal tersebut persis hari Kamis Legi malam jumat pahing tahun 1527 Saka. Penentuan Hari Jadi ini selanjutnya ditetapkan melalui Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Kendal Nomor 20 Tahun 2006, tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Kendal (Lembaran Daerah no 20 Tahun 2006 Seri E nomor 15). Sejarah Kendal juga terdapat di perpustakaan Leiden University, Leiden, Belanda. Kaliwungu pernah berjaya sebagai pusat pemerintahan sejak awal berdirinya Kabupaten Kendal. Namun karena kondisi perpolitikan di pusat Mataram pada waktu itu dan adanya pertimbangan untuk perkembangan pemerintahan, menyebabkan pusat pemerintahan tersebut pindah ke Kota Kendal hingga sekarang. Sehingga akhirnya Kaliwungu hanya digunakan untuk tempat tinggal kerabat Ayah Bupati yang sering disebut sebagai Kasepuhan. Sedangkan pemerintahannya dijadikan sebagai daerah administrasi yaitu Distrik Kaliwungu. Lambang Lambang pertama Kabupaten Kendal ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kendal Tahun 1967 tentang Lambang Daerah Kabupaten Kendal. Pada tahun 2011, Bupati Widya Kandi Susanti meluncurkan lambang baru, dan dikukuhkan dengan Perda No. 21 Tahun 2011. Lambang ini memuat: perisai kuning yang di atasnya terdapat pita merah putih dan selendang hijau motto di antara sebilah keris roda gerigi 10 gigi padi 28 butir dan kapas 7 kuntum perahu bermotif batik mengapung di atas lautan nama Pada tahun 2017, sejumlah pihak mengajukan komplain terhadap lambang baru Kabupaten Kendal. Bupati Mirna Annisa membuat sebuah surat keputusan untuk mengkaji ulang serta memberi kesempatan kepada masyarakat terkait penggunaan lambang Kendal 2011. Menanggapi hal tersebut, Teguh Yuwono, pakar kebijakan publik Universitas Diponegoro, menyebut bahwa lambang sangat penting sebagai sebuah identitas daerah, mengatakan bahwa "tanpa logo, orang tidak mengenal suatu daerah atau negara." Anis Rufiyanto selaku pakar desain grafis mengatakan bahwa logo lama Kendal cukup sakral, sementara "logo baru sangat standar." Masduki Yussak selaku mantan Bupati Kendal juga menyayangkan penggantian lambang daerah karena "hilangnya kendil" di lambang baru. Pemerintah Kabupaten Kendal memutuskan untuk mengembalikan lambang tersebut ke lambang lama pada September 2019. Kabag Hukum Setda Kendal Nur Fuad mengatakan bahwa sosialisasi diadakan untuk menyerap aspirasi dan menyebarkan informasi terkait penggantian lambang, sebelum disampaikan ke DPRD Kendal. Proposal kembali ke lambang lama tersebut ditolak mentah-mentah oleh Pansus II DPRD Kabupaten Kendal. Susanti, yang kelak menjadi anggota DPRD Kendal cukup menyayangkan pencopotan spanduk, baliho, dan atribut kampanye lainnya oleh Satpol PP karena dianggap "tebang pilih (...) Logo Kendal yang sekarang bukan logo tersebut, kenapa Satpol PP tidak berani mencopotnya?" Bintang Yudha Daneswara juga menyoroti tenda-tenda di seputaran Alun-alun Kendal di depan Kantor Bupati, masih menggunakan lambang lama, seraya berkata bahwa pemasangan logo yang tidak sesuai dianggap "menyalahi perda." Ironisnya, Annisa menganggap bahwa penggunaan lambang lama "tidak menyalahi aturan (...) Perda itu justru dibuat pada masa Bupati Widya Kandi Susanti, bukan saya." Geografi Batas Wilayah Kabupaten Kendal terletak pada 109°40'–110°18' Bujur Timur dan 6°32'–7°24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten Kendal meliputi: Jarak terjauh wilayah Kabupaten Kendal dari Barat ke Timur adalah sejauh 40 Km, sedangkan dari Utara ke Selatan adalah sejauh 36 Km.Kabupaten Kendal dan terletak 25 km di sebelah barat Kota Semarang Kendal dilalui jalan Pantura (jalan negara) yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Kendal mempunyai luas wilayah sebesar 1.002,23 Km2 untuk daratan dan luas wilayah sebesar 313,20 Km2 totalnya seluas 1315,43 Km2 yang terbagi menjadi 20 Kecamatan dengan 265 Desa serta 20 Kelurahan. Kabupaten Kendal mempunyai pantai sepanjang 41,0 Km2, terbentang di 25 Kelurahan/Desa yaitu desa Mororejo, Wonorejo (Kecamatan Kaliwungu), kemudian Desa Purwokerto,Turunrejo (Kecamatan Brangsong), kemudian Kelurahan Banyutowo, Karangsari, Bandengan, Balok, Kalibuntu (Kecamatan Kendal), kemudian Desa Wonosari, Kartika Jaya, Pidodo Wetan, Pidodo Kulon (Kecamatan Patebon), kemudian Desa Margorejo, Korowelang Anyar, Korowelang Kulon, Kalirandu Gede, Kali Ayu,Juwiring, Sidomulyo (Kecamatan Cepiring), selanjutnya Desa Kali Rejo,Tanjung Mojo, Jungsemi, Sendang Kulon (Kecamatan Kangkung), serta Desa Sendang Sikucing, Gempol Sewu (Kecamatan Rowosari). Topografi Secara umum, wilayah Kabupaten Kendal terbagi menjadi 2 (dua) daerah dataran, yaitu daerah dataran rendah (pantai) dan daerah dataran tinggi (pegunungan). Wilayah Kabupaten Kendal bagian utara merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 0–10 meter dpl, yang meliputi Kecamatan: Weleri Rowosari Kangkung Cepiring Gemuh Ringinarum Pegandon Ngampel Patebon Kota Kendal Brangsong Kaliwungu Wilayah Kabupaten Kendal bagian selatan merupakan daerah dataran tinggi yang terdiri atas tanah pegunungan dengan ketinggian antara 10–2.579 meter dpl, meliputi Kecamatan: Plantungan Pageruyung Sukorejo Patean Boja Limbangan Singorojo Kaliwungu Selatan Iklim dan Curah Hujan Mengingat wilayah Kabupaten Kendal yang terbagi menjadi 2 (dua) daerah dataran, maka kondisi tersebut memengaruhi kondisi iklim wilayah Kabupaten Kendal. Wilayah Kabupaten Kendal bagian utara yang didominasi oleh daerah dataran rendah dan berdekatan dengan Laut Jawa, maka kondisi iklim di daerah tersebut cenderung lebih panas dengan suhu rata-rata 27 °C. Sedangkan wilayah Kabupaten Kendal bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan dan dataran tinggi, kondisi iklim di daerah tersebut cenderung lebih sejuk dengan suhu rata-rata 25 °C. Curah Hujan Rata-rata Tahunan 2.200 mm/Tahun. Dalam Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air (RPSDA) Wilayah Sungai Bodri Kuto yang disahkan sesuai Peraturan Gubernur Jawa Tengah No. 40 Tahun 2012 tanggal 23 Agustus 2012, di Kabupaten Kendal ada 11 Daerah Aliran Sungai (DAS) sebagai berikut: Daerah Irigasi di DAS Buntu sudah menjadi kawasan pemukiman Kota Kendal, demikian pula di DAS Waridin, DAS Aji dan DAS Plumbon telah alih fungsi menjadi Kawasan Industri Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Website Desa dan Kelurahan Sistem Informasi Desa dan Kelurahan Terintegrasi (DOKAR) di kembangkan pada tahun 2019 oleh Kabupaten Kendal dengan tujuan untuk menginformasikan berita, kegiatan, potensi, wisata dan menjadi satu data di Dashboard Informasi Kabupaten Kendal. Berikut alamat website Desa dan Kelurahan di Kabupaten Kendal: Rencana Pembangunan Daerah The Light Library Kendal (Perpustakaan Kendal) Alun-alun Boja Creative Hub Command Center Revitalisasi Alun-alun Kendal Revitalisasi Alun-alun Kaliwungu jalur sepeda Kenjuran Pendidikan Sektor pendidikan di Kabupaten Kendal terdiri dari berbagai macam. Dari mulai pendidikan formal, informal, dan non formal. Hampir disetiap Kecamatan terdapat sarana dan prasarana pendidikan. Terkait dengan pendidikan formalnya, di Kabupaten ini telah memiliki ratusan TK dan Sekolah Dasar atau yang sederajat. Demikian pula dengan SMP atau yang sederajat, semua kecamatan di kabupaten ini terdapat SMP atau yang sederajat. Demikian pula dengan pendidikan menengah. Di Kabupaten kendal pada awal tahun 2008 memiliki 30 SMA yang terdiri dari 14 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta. Berdasarkan program yang dibuka dari 30 sekolah terdapat 4 sekolah yang memiliki program lengkap IPA, IPS dan Bahasa adalah: (1) SMA 1 Kendal, (2) SMA 1 Boja, (3) SMA 1 Weleri, dan (4) SMA 1 Sukorejo. Sedangkan pendidikan menengah kejuruan (SMK) memiliki 22 SMK yang terdiri dari 7 SMK Negeri dan 13 SMK Swasta dan 2 SMK kelas jauh di Pondok pesantren. Untuk tingkat sekolah menengah pertama di kabupaten Kendal memililik SMP yang berstatus RSBI yaitu Rintisan Sekolah Berstandar Internasional. SMP RSBI di kabupaten Kendal ada dua yaitu: (1) SMP Negeri 1 Weleri dan (2) SMP Negeri 2 Kendal SMA Negeri & Swasta SMAN 1 Kendal Jalan Soekarno Hatta Kendal SMAN 1 Rowosari Jalan Bahari rowosari Kendal SMAN 2 Kendal Keluraha Jetis Kendal SMAN 1 Gemuh Jalan Pamriyan Gemuh Kendal SMAN 1 Weleri Jalan Bahari Weleri Kendal SMAN 1 Singorojo Jalan Boja Singorojo Kendal SMAN 1 Kaliwungu Jalan Pangeran Juminah Kaliwungu Kendal SMAN 1 Boja Jalan Bebengan 203 Boja Kendal SMAN 1 Cepiring Jalan Gemuh Cepiring Kendal SMAN 1 Limbangan Jalan Raya Limbangan Kendal SMAN 1 Patean Jalan Selo Rowosari Patean Kendal SMAN 1 Pegandon JL. Raya Putat Pegandon Kendal SMAN 1 Sukorejo Jalan Banaran Sukorejo Kendal SMAN 2 Sukorejo Jalan Lingkar Utara Sukorejo Kendal SMA Thersiana Weleri Jalan Tamtama Weleri Kendal SMA Trisula Jalan Waluyo No.8 Kendal SMA Perwari Jalan Waluyo Kabunan Kendal SMA Muh 1 Weleri Jalan Raya Weleri Kendal SMA Muh 2 Boja Jalan Pramuka Boja Kendal SMA Muh 3 Kaliwungu Jalan Sekopek 130 Kaliwungu Kendal SMA Muh 4 Kendal Jalan Pemuda 75 Kendal SMA NU 1 Al Hidayah Jalan Habiproyo 1 Kendal SMA NU 2 Sunan Abinowo Jalan Raya 75 Pegandon Kendal SMA NU 3 Mualimin Jalan Balai Desa Panaruban Weleri SMA NU 4 Kangkung Jalan KH Ustman Kangkung Kendal SMA NU 5 Brangsong Jalan Seroja 50 Brangsong Kendal SMA PGRI 1 Jalan Mangga Raya Purin Kendal SMA PGRI 4 Jalan Kauman SElatan Boja Kendal SMA PGRI 6 JL. Raya Sapen Sukorejo Kendal SMA Pondok Modern Selamat Jalan Soekarno Hatta Kendal SMA Rifa'iyah Jalan Bulak alam II Rowosari Kendal SMK Negeri/Swasta SMKN 1 Kendal Jalan Soekarno Hatta SMKN 2 Kendal Jalan Mangga Utara Purin SMKN 3 Kendal Jalan Limbangan KM 1 Boja Kendal SMKN 4 Kendal Jalan Soekarno Hatta 65 SMKN 5 Kendal Jalan Bogosari Pageruyung SMKN 6 Kendal Jalan Raya Pantesan SMKN 7 Kendal Jalan Sukorejo–Plantungan SMK Pelita Harapan Jalan Kangkung Kendal SMK PGRI 1 Jalan Raya Sapen Sukorejo SMK Tekhnologi Nusantara Jalan Tidar Sukorejo SMK Lentera Jalan Soekarno Hatta Kendal SMK YPPM Jalan Raya Bebengan Boja SMK Adhi Yudya Karya Jalan Curug Sewu Sukorejo SMK Bina Utama Kendal Jalan Kyai Tulus Kel.Jetis Kendal SMK Bhakti Nusantara Jalan Kaliwungu 1 Boja SMK Bhakti Persada Jalan Raya Jambe Arum SMK Bhineka Jalan Raya Jambe Arum SMK Darul Amanah Jalan Raya Sukorejo SMK Al Musyafa' Jalan Kampir Ngampel SMK Miftahul Huda Jalan Masjid Peron SMK Muh 1 Jalan KH Ajmad Dahlan 46 SMK Muh 2 Jalan Raya Tampingan Boja SMK Muh 3 Jalan Bahari 345 Weleri SMK Muh 4 Jalan Sukorejo Kendal SMK NU 1 Jalan Pekauman SMK NU 2 Jalan Bahari Utara 39 SMK NU 3 Jalan Ngaglik Kaliwungu SMK NU 4 JL. Pidodo Raya Kendal SMK NU 5 JL. Pangeran Juminah Kaliwungu Selatan SMK Ngesti Widhi Husada Jalan Laut No.31 Kendal SMK Harapan Mulya Brangsong Kendal MA/MAS Negeri/Swasta MAN Kendal Jalan Islamic Centre Bugangin Kendal MA Darul Amanah Jalan Sukoejo Plantungan KM.4 MA Darus Sa'adah Desa bulak Rowosari MAS NU 2 Mualimin Jalan Balai Desa Panaruban MAS NU 3 Sunan Katong Jalan Sawah Jati Kaliwungu MAS NU 4 Al Ma'arif Jalan Pemuda 108 Boja MAS NU 5 Gemuh Jalan Puskesmas Pamriyan MAS NU 6 Cepiring Jalan Raya Karangsuno MAS NU 7 Karang Malang Desa Karang Malang Kangkung MAS NU 8 Pageruyung Jalan Pucak Wangi MAS NU 10 Sukorejo Jalan Kartini Km 0,5 MAS Muh Weleri Jalan Utama Barat Perguruan Tinggi Kabupaten Kendal juga memiliki beberapa universitas atau perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta antara lain: Politeknik Industri Furnitur dan Pengolahan Kayu (politeknik negeri di kendal) UNISS (Universitas Selamat Sri) Jalan Soekarno-Hatta KM 03 Kendal STIESS (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Selamat Sri) UNISKA (Universitas Islam Kendal) JalanSoekarno Hatta No.99 Kendal AKBID AKU JalanSoekarno Hatta No.99 Kendal AKBID PEMKAB KENDAL JalanLaut 21 Kendal STIT Muhammadiyah Kendal (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Patean Kendal Sekolah Tinggi Islam Kendal (STIK KENDAL) JalanSoekarno Hatta Jambe Arum Kendal STIKES Kendal (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) JalanLaut No.31 Kendal STIKES Muhammadiyah Kendal (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) JalanAr Rahman No.18 Ngasinan Weleri Kendal STEKOM Demografi Penduduk Kabupaten Kendal adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Kabupaten Kendal selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Jumlah penduduk Kabupaten Kendal Tahun 2004 sebanyak 899.211 jiwa, yang terdiri dari 443.974 (49,34%) penduduk laki-laki dan sebanyak 455.237 (50,66%) penduduk perempuan. Ekonomi Pertanian Tembakau di Sukorejo dan Pageruyung Pertanian Kopi di Sukorejo Pertanian Jambu Biji Getas Merah di Sukorejo dan Plantungan Pertanian Durian di Boja Industri Bata Merah di Boja dan Weleri Industri Gerabah di Kendal dan Weleri Industri Konveksi di Kaliwungu Industri Emping Mlinjo di Pageruyung Industri Furniture tersebar di seluruh Kendal Industri Kerupuk Rambak di Pegandon Industri Tas di Kangkung Industri Sepatu di Boja Industri Batik di Kaliwungu,Weleri dan Kendal Industri Bordir di Kaliwungu Kesehatan RSUD Dr.H Soewondo KendalJalan Laut No. 21 Ngilir, Kec. Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah 51311 RSI Muhammadiyah Weleri KendalJalan Ar Rahmah No. 17 Ngasinan, Kec. Weleri, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah 51355 RSU Muhammadiyah Darul IstiqomahJalan Sekopek No. 15 Plantaran, Kec. Kaliwungu Selatan, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah 51372 RS Baitul Hikmah KendalJalan Soekarno Hatta KM. 12 Pucangrejo, Kec. Gemuh, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah 51356 Rumah Sakit Umum AisyiyahJalan Raya Semarang-Batang, Tlahab, Kec. Kangkung, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Rumah Sakit Charlie HospitalJalan Ngabean, Gowok, Ngabean, Kec. Boja, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah 51381 Transportasi Kendal berada di jalur pantura yang makin ramai, serta jalan Provinsi Ke selatan antara Kabupaten Kendal Dengan Kabupaten Temanggung. Angkutan umum pada umumnya dilayani oleh bus, becak dan angkutan kota. Kabupaten Kendal juga melayani layanan kereta api antarkota lintas utara Jawa maupun aglomerasi, ada tiga stasiun kereta api seperti Stasiun , , dan Stasiun . Stasiun Weleri adalah stasiun utama di kabupaten ini yang melayani layanan kereta api antarkota jalur utara dan aglomerasi, sementara Stasiun Kalibodri dan Kaliwungu hanya berfungsi sebagai tempat persilangan dan persusulan KA saja. Sedangkan Stasiun Kendal sudah dinonaktifkan karena masih kalah bersaing dengan kendaraan pribadi seperti mobil dan motor. Dan terdapat ruas Jalan Tol Semarang-Batang merupakan Jalan Tol Trans Jawa dari Merak hingga Banyuwangi melewati wilayah ini. Terdapat 3 gerbang tol melintasi wilayah ini yaitu Gerbang Tol Weleri, Gerbang Tol Kendal Kalibodri dan Gerbang Tol Kaliwungu. Olahraga Kabupaten Kendal memiliki Stadion Utama Kebondalem, sebuah stadion tipe Stadion Madya Olimpiade kategori B yang memiliki kapasitas 12.000 penonton dan merupakan markas dari klub sepak bola Persik Kendal. Selain itu ada beberapa gelanggang olah raga di Kendal antara lain Stadion Bahurekso untuk olahraga sepak bola dan GOR Sasana Krida Bahurekso yang digunakan oleh beberapa klub bola voli dari Kendal. Seni dan Budaya Kabupaten Kendal kaya dengan kegiatan budaya baik yang bersifat tradisional maupun agamais seperti Syawalan Kaliwungu (event ini sudah terkenal hampir di seluruh Pulau Jawa), Tari Rodhat, Sedekah Laut Tanggul Malang, Pesta Laut Tawang dan Pantai Bandengan. Di samping itu terdapat beberapa makam dari tokoh-tokoh adat maupaun penyebar Agama Islam di antaranya adalah Makam Pangeran Djuminah, Kiai Asyari, Sunan Katong, Paku Wojo yang terletak di Kecamatan Kaliwungu, Makam Pangeran Benowo di Kecamatan Pegandon dan Makam Kiai Seapu di Kecamatan Boja. Di Cepiring juga ada pasar Cepiring dan berbagai macam padagang di antara toko sepeda BMS yang dari dulu sudah ada di sana. Pakaian Adat Kendal Putra: Blangkon model Mataram mondol trepes, jebeh nutup telinga. Busana bagian atas menggunakan beskap Sutowijayan (bagian depan nutup ke kanan dan jatuh lurus ke bawah dengan 3 saku, bagian belakang landung dan belahan di samping kiri dan kanan). Bagian bawah menggunakan nyamping/kain pesisiran menggunakan sabuk, epek timang, memakai keris/duwung, dan menggunakan selop tertutup. Putri: Sanggul khas Kendal, rambut disasak dan dirapikan seperti halnya membuat sanggul jawa dan bagian samping kanan dan kiri dibentuk mepet telinga (tanpa sunggar). Kemudian untuk bentuk sanggulnya menggunakan sanggul Jawa Solo ukuran kecil dengan 3 tusuk konde model lingkar. Tari Rodhat Tari Rodhat/Lengguk, merupakan tari pergaulan yang bersifat massal yang diiringi alat musik terbang (semacam rebab) dengan lagu lagu pujian kepada Allah SWT seperti Selawatan dan Kasidahan. Opak Abang Opak Abang, merupakan akronimis dari kata kethoprak dan terbang. Artinya pertunjukan drama tradisional (kethoprak) yang diiringi musik dengan dominasi terbang. Kesenian ini berbasis pada drama tradisional yang menampilkan cerita-cerita babat dan legenda maupun cerita rekaan yang berkubang pada persoalan pada persolan kemanusiaan. Karakteristik yang paling menonjol pada kesenian ini di samping iringan musiknya yang menggunakan instrumen perkusi terbang, kostumnya yang khas berupa sarung dan peci. Hal ini memberikan tanda bahwa kesenian ini berbasis akrab dengan kondisi kemasyarakatan di sekitarnya. Simthud Dhuror Simthud Dhuror, merupakan selawatan untuk memuji junjungan Nabi Muhammad. Kalau di bulan Rabiul Awal (Maulud) diadakan Safari maulud, yaitu acara mauludan secara berkeliling/bergilir di penjuru kota/kabupaten. Barongan / Singa Barong Kuliner Khas Makanan Momoh Sate Bumbon Rica Rica Menthog Bebek Ijo Soto Kendal Pecel Kembang Turi Kluban Turi Bandeng Tanpa Duri (Tandu) Mangut Lele Brongkos Telur Ikan Mimi Panggang Ikan Klayar Mangut Kepala Ikan Manyung Minuman Bir Jawa Kopi Cacaban Sirup Jahe Oleh oleh Kerupuk Petis Kerupuk Rambak Kerupuk Tayammum (Goreng Wedi) Spesial Gulali Khas Kendal Olahan Jambu Getas Merah Emping Bandeng Abon Bandeng Cabut Duri Stik Balado Pedas Kerupuk Duri Bandeng Krecek Ketan Bandeng Cabut Duri Sumpil Ondal Andil Pariwisata Salah satu objek wisata terkenal di Kabupaten Kendal adalah Curug Sewu, yakni air terjun tiga tingkat setinggi 80 meter, terletak di Kecamatan Patean (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung). Wisata Alam Beberapa objek pariwisata lain di Kabupaten Kendal: Pemandian air panas Gonoharjo Nglimut di lereng Gunung Ungaran Pantai Muara Kencan di Kecamatan Patebon Pantai Ngebum di Kecamatan Kaliwungu Pantai Sendang Sekucing di Kecamatan Rowosari. Agrowisata kebun teh Medini di Kecamatan Limbangan, di mana tampak pemandangan Kota Semarang dari atas di Gunung Ungaran yang berketinggian 2.100 meter Goa Kiskendo di Kecamatan Singorojo; goa ini mempunyai legenda tentang Mahesa Sura dan Lembu Sura serta Sugriwa dan Subali Kolam Renang Boja di Kecamatan Boja. Di tempat ini ada tersedia dua kolam yaitu kolam renang ukuran olimpiade dan kolam untuk anak anak. Wisata ini berada di pusat Kecamatan Boja. Agrowisata Sekatul. Terletak di Kecamatan Limbangan, sekitar 30 km ke arah selatan dari Kendal. Terdapat perkebunan buah stroberi dan buah-buahan lainnya, pemancingan, serta taman bermain untuk anak anak. Srendeng Agrowisata. Terletak di Desa Curugsewu, Kecamatan Patean, merupakan wisata Agro berbasis pendidikan terdiri dari Wisata Kebun, Peternakan, Pertanian, Outbound, Mebel dan village tour. Curug Semawur di Desa Blumah Kecamatan Plantungan Curug Penglebur Gongso di Desa Gondang Limbangan Agrowisata Ngebruk Patean Surga Buah Unggul di Sidokumpul Patean Pantai Cahaya/The Sea. Penangkaran Satwa Langka sejenis mamalia air, juga ada Dolphin Therapy yaitu pengobatan dengan media lumba-lumba Desa Wisata Cacaban. Terletak di desa Cacaban Singorojo Kendal Curug Jeglong. Terletak di Desa Bendosari Kecamatan Plantungan Bukit Tegal Santun di Sambongsari Weleri Kendal Pantai Indah Kemangi di Desa Jungsemi Kecamatan Kangkung Daftar Wisata Kendal Terbaru Tahun 2022 Wisata Religi Beberapa objek wisata religi di Kabupaten Kendal: Makam Sunan Bromo di Bebengan Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Makam Kiai Mandurorejo (bupati Pekalongan I) Protomulyo Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal Makam Wali Gembyang di Patukangan Kota Kendal Makam Wali Joko di Komplek Masjid Agung Kendal Makam Wali Hadi di Komplek Masjid Agung Kendal Makam Pangeran Djoeminah di Kaliwungu Makam Tumenggung Mertowijoyo (bupati Kendal VIII / Kyai Kendil Wesi) di Sukolilan Patebon Kendal Makam Sunan Abinowo di Pekuncen Pegandon Makam Kiai Asy'ari di Kaliwungu Makam Petilasan Krapyak di Jatirejo Ngampel Kendal Makam Pengeran Benowo di Pekuncen Pegandon Kendal Peziarahan Gua Bunda Maria Ratu Besokor di Kecamatan Weleri Makam Pangeran Sambong di Sambongsari Weleri Kendal Event Kendal Expo, di Kelurahan Kebondalem Kendal Heritage Carnival, di sepanjang Jalan Soekarno-Hatta Syawalan, di Kaliwungu Nyadran, di pesisir pantai Kendal Syawalan, di Boja Tokoh Terkenal Imam Sudjarwo - Direktur Indosiar Mustamsikin Muhammad Makmun Masrur Masykur Hendy Boedoro Siti Nurmarkesi Widya Kandi Susanti Mirna Anissa Bambang Irawan Susanto Santos Ahmadun Yosi Herfanda Don Murdono Achmad Rifa'i Danan Puspito Alamuddin Dimyati Rois Tina Joemat-Peterson Sudharnoto Hari Nur Yulianto Busari Siswono Yudo Husodo Dody Usodo Hargo Muhammad Munir Referensi Pranala luar Situs web resmi desa dan kelurahan Kendal Kendal
4090
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Klaten
Kabupaten Klaten
Klaten () adalah kabupaten di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Pusat pemerintahan berada di Kota Klaten, yang merupakan gabungan dari 3 kecamatan Klaten Utara, Klaten Tengah, Klaten Selatan, sekitar 36 km sebelah barat Kota Surakarta. Kabupaten yang berbatasan dengan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.275.850 jiwa pada tahun 2022 dan mayoritas penduduknya merupakan etnis Jawa. Geografi Secara astronomis, Kabupaten Klaten terletak di antara 110°30'-110°45' Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Klaten mencapai 655,56 km². Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta yakni wilayah Gunung Kidul Di sebelah barat berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta yakni wilayah Sleman serta Kabupaten Magelang dan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali. Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran yakni Sebelah Utara Dataran Lereng Gunung Merapi, Sebelah Timur Membujur Dataran Rendah, sebelah Selatan Dataran Gunung Kapur. Menurut topografi, Kabupaten Klaten terletak di antara Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter di atas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar, dan wilayah berbukit di bagian selatan. Jarak Kota Klaten dengan kota lain se-Karesidenan Surakarta: Kota Klaten ke Kota Boyolali: 38 km, Kota Klaten ke Wonogiri: 67 km, Kota Klaten ke Kota Surakarta: 36 km, Kota Klaten ke Karanganyar: 49 km, Kota Klaten ke Kota Sukoharjo: 47 km, Kota Klaten ke Sragen: 63 km. Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28°-30° Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350 mm) dan curah hujan terendah bulan Juli (8 mm). Topografi Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi 3 (tiga) dataran: Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom, dan Tulung. Dataran rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur. Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas. Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu kali, dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi. Ketinggian daerah: Sekitar 3,72% terletak di antara ketinggian 0–100 meter di atas permukaan laut. Terbanyak 83,52% terletak di antara ketinggian 100–500 meter di atas permukaan laut. Sisanya 12,76% terletak di antara ketinggian 500–2500 meter di atas permukaan laut. Geologi Jenis tanah terdiri dari 5 (lima) macam: Litosol: Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah Kecamatan Bayat. Regosol Kelabu: Bahan induk abu dan pasir vulkanik termedier terdapat di Kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten Tengah, Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan, Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara, Ceper, Pedan, Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom, Tulung dan Jatinom. Grumusol Kelabu Tua: Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan interme-dier terdapat di daerah Kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua: Bahan induk berupa batuk apurnapal terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan Kalikotes sebelah selatan. Regosol Coklat Kekelabuan: Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan Wedi. Batas Wilayah Sejarah Sejarah Klaten tersebar di berbagai catatan arsip-arsip kuno dan kolonial, arsip-arsip kuno dan manuskrip Jawa. Catatan itu seperti tertulis dalam Serat Perjanjian Dalem Nata, Serat Ebuk Anyar, Serat Siti Dusun, Sekar Nawala Pradata, Serat Angger Gunung, Serat Angger Sedasa dan Serat Angger Gladag. Dalam bundel arsip Karesidenan Surakarta, sejarah Klaten tercantum dalam Soerakarta Brieven van Buiten Posten, Brieven van den Soesoehoenan 1784-1810, Daghregister van den Residentie Soerakarta 1819, Reporten 1787-1816, Rijksblad Soerakarta dan Staatblad van Nederlandsche Indie. Babad Giyanti, Babad Bedhahipun Karaton Negari Ing Ngayogyakarta, Babad Tanah Jawi dan Babad Sindula juga dapat menjadi sumber lain untuk menelusuri sejarah Klaten. Sejarah Klaten juga dapat ditelusuri dari keberadaan candi-candi Hindu, Buddha maupun barang-barang kuno. Asal muasal desa-desa kuno seperti Pulowatu, Gumulan, Wedihati, Mirah-mirah maupun Upit, juga menunjukan keterangan tepercaya. Peninggalan atau petilasan Ngupit bahkan secara jelas menyebutkan pertanda tanggal yang dimaknai 8 November 66 Masehi oleh Raden Rakai Kayuwangi. Daerah Kabupaten Klaten pada mulanya adalah bekas daerah swapraja Surakarta. Kasunanan Surakarta terdiri dari beberapa daerah yang merupakan suatu kabupaten. Setiap kabupaten terdiri atas beberapa distrik. Susunan penguasa kabupaten terdiri dari Bupati, Kliwon, Mantri Jaksa, Mantri Kabupaten, Mantri Pembantu, Mantri Distrik, Penghulu, Carik Kabupaten 1 dan 2, Lurah Langsik, dan Langsir. Susunan penguasa Distrik terdiri dari Pamong Distrik (1 orang), Mantri Distrik (5), Carik Kepanawon 1 dan 2 (2 orang), Carik Kemanten (5 orang), serta Kajineman (15 orang). Pada zaman penjajahan Belanda, tahun 1749, terjadi perubahan susunan penguasa di Kabupaten dan di Distrik. Untuk Jawa dan Madura, semua provinsi dibagi atas kabupaten-kabupaten, kabupaten terbagi atas distrik-distrik, dan setiap distrik dikepalai oleh seorang wedono. Pada tahun 1847, bentuk Kabupaten diubah menjadi Kabupaten Pulisi. Maksud dan tujuan pembentukan Kabupaten Pulisi adalah di samping Kabupaten itu menjalankan fungsi pemerintahan, ditugaskan pula agar dapat menjaga ketertiban dan keamanan dengan ditentukan batas-batas kekuasaan wilayahnya. Berdasarkan Nawala Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana Senopati Ing Alaga Abdul Rahman Sayidin Panata Gama VII, Senin Legi 23 Jumadilakhir Tahun Dal 1775 atau 5 Juni 1847 dalam bab 13 disebutkan: “……………… Kraton Dalem Surakarta Adiningrat Nganakake Kabupaten cacah enem.……………….” “……………… Kabupaten cacah enem iku Nagara Surakarta, Kartosuro, Klaten, Boyolali, Ampel, lan Sragen.……………….” “……………… Para Tumenggung kewajiban rumeksa amrih tata tentreme bawahe dhewe-dhewe serta padha ke bawah marang Raden Adipati.……………….” Asal nama Ada dua versi yang menyebut tentang asal muasal nama Klathèn. mengatakan bahwa Klaten berasal dari kata kelathi atau buah bibir. Kata kelathi ini kemudian mengalami disimilasi menjadi Klaten. Klaten sejak dulu merupakan daerah yang terkenal karena kesuburannya. menyebutkan Klaten berasal dari kata Melati () yang berubah menjadi kata Klathi, sehingga memudahkan ucapan kata Klathi berubah menjadi kata Klathen. Versi ke dua ini atas dasar kata-kata orang tua sebagaimana dikutip dalam buku Klaten dari Masa ke Masa yang diterbitkan Bagian Ortakala Setda Kab. Dati II Klaten Tahun 1992/1993. Melati adalah nama seorang kyai yang pada kurang lebih 560 tahun yang lalu datang di suatu tempat yang masih berupa hutan belantara. Abdi dalem Kraton Mataram ini ditugaskan oleh raja untuk menyerahkan bunga Melati dan buah Joho untuk menghitamkan gigi para putri kraton (Serat Narpawada, 1919:1921). Guna memenuhi kebutuhan bunga Melati untuk raja, Kyai dan Nyai Mlati menanami sawah milik Raden Ayu Mangunkusuma, istri Raden Tumenggung Mangunkusuma yang saat itu menjabat sebagai Bupati Pulisi Klaten, yang kemudian dipindah tugaskan istana menjadi Wakil Patih Pringgalaya di Surakarta. Tidak ditemukan sumber sejarah tentang akhir riwayat Kyai dan Nyai Melati. Silsilah Kyai dan Nyai Melati juga tidak diketahui. Bahkan penduduk Klaten tidak ada yang mengakui sebagai keturunan dua sosok penting ini.Kyai Melati Sekolekan, nama lengkap dari Kyai Melati, menetap di tempat itu. Semakin lama semakin banyak orang yang tinggal di sekitarnya, dan daerah itulah yang menjadi Klaten yang sekarang. Dukuh tempat tinggal Kyai Melati oleh masyarakat setempat lantas diberi nama Sekolekan. Nama Sekolekan adalah bagian darinama Kyai Melati Sekolekan. Sekolekan kemudian berkembang menjadi Sekalekan, sehingga sampai sekarang nama dukuh itu adalah Sekalekan. Di Dukuh Sekalekan itu pula Kyai Melati dimakamkan. Kyai Melati dikenal sebagai orang berbudi luhur dan lagi sakti. Karena kesaktiannya itu perkampungan itu aman dari gangguan perampok. Setelah meninggal dunia, Kyai Melati dikuburkan di dekat tempat tinggalnya. Sampai sekarang sejarah kota Klaten masih menjadi silang pendapat. Belum ada penelitian yang dapat menyebutkan kapan persisnya kota Klaten berdiri. Selama ini kegiatan peringatan tentang Klaten diambil dari hari jadi pemerintah Kab Klaten, yang dimulai dari awal terbentuknya pemerintahan daerah otonom tahun 1950. Hari jadi Berdirinya Benteng atau loji Klaten di masa pemerintahan Sunan Paku Buwana IV mempunyai arti penting dalam sejarah Klaten. Pendirian benteng tersebut peletakan batu pertamanya dimulai pada hari sabtu Kliwon, 12 rabiulakir, Langkir, Alit 1731 atau sengkala RUPA MANTRI SWARANING JALAK atau dimaknai sebagai tanggal 28 Juli 1804. Sumber sejarah ini dapat ditemukan dalam Babad Bedhaning Ngayogyakarata dan Geger Sepehi. Catatan sejarah ini oleh pemerintah Kabupaten Klaten melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 sebagai Hari Jadi Kabupaten Klaten yang diperingati setiap tahun. Perubahan luas daerah Luas daerah Kabupaten Klaten mengalami beberapa kali perubahan. Klaten pada mulanya adalah tanpa kecamatan Jatinom dan Polanharjo. Kedua kecamatan semula merupakan wilayah kabupaten Boyolali, dan baru digabungkan tanggal 11 Oktober 1895. Kelurahan Semenjak terbentuknya onderdistrik, daerah onderdistrik terdiri dari beberapa dukuh. Sebagian dukuh-dukuh itu merupakan daerah kekuasaan seorang Demang. Gaji seorang Demang berupa tanah pituas. Luas tanah pituas antara Demang yang satu dan yang lainnya berbeda-beda, sesuai dengan besar kecilnya jasa yang diberikan kepada Kasunanan. Penerima terkecil dinamakan Bekel, kemudian Demang, Ronggo, dan terbesar disebut Ngabei. Pada tahun 1914 dibentuk kelurahan, yang merupakan penggabungan dari beberapa dukuh. Tanah pituas yang semula untuk gaji Bekel, Demang, Ronggo, dan Ngabei, diberikan pada kelurahan sebagai milik desa yang kemudian menjadi lungguh pamong desa. Struktur organisasi Kelurahan terdiri dari Lurah, Kamituwa, Carik, Kebayan, Modin, dan Ulu-ulu. Pada tahun 1957, beberapa kelurahan digabungkan, atas ketentuan kasunanan bahwa setiap Kelurahan paling sedikit harus berpenduduk 1300 orang. Peristiwa itu dikenal sebagai masa kompleks. Sebelumnya, di Klaten telah dilakukan penggabungan karena alasan lain. Masa kompleks di Klaten telah terjadi sejak tahun 1917. di beberapa onderdistrik, penggabungan Kelurahan dilakukan karena beberapa Kelurahan tidak mempunyai tanah untuk kas desa maupun untuk lungguh pada pegawainya. Pemerintahan Daftar Bupati Bupati yang menjabat di kabupaten Klaten saat ini yakni Sri Mulyani, didampingi wakil bupati Yoga Hardaya. Dewan Perwakilan Kecamatan Ibu kota kabupaten ini berada di Kota Klaten, yang terdiri atas tiga kecamatan yaitu Klaten Utara, Klaten Tengah, dan Klaten Selatan. Kota Klaten dulunya merupakan kota administratif, namun sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, tidak dikenal adanya kota administratif, dan Kota Administratif Klaten kembali menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Klaten. Daftar kecamatan di Kabupaten Klaten beserta data lainnya Tahun 2014 Lambang daerah Mahkota Kerajaan: Melambangkan kebesaran/keagungan cita-cita. Orang Yang Bersemedi dengan Rambut Terurai, Kaki Berbentuk Pita Bertuliskan KLATEN: Orang dengan tekad yang teguh dan suci menuju cita-cita Kab Klaten. Perisai Warna Kuning Emas dengan Bingkai Segi Lima Warna Putih: Menggambarkan perlindungan rakyat menuju zaman keemasan “Toto Tentrem Kerto Raharjo” dengan prinsip kebajikan, kejujuran, keadilan dan kebenaran. Padi dan Kapas: Mencerminkan sandang dan pangan dari hasil pertanian dan perkebunan padi warna kuning emas jumlah 28 kapas warna putih jumlah 10 Tulisan Menyerupai Huruf Jawa: “Tumengo Toto Anggotro Raharjo “ artinya 0591 (1950) Hari jadi Pemerintah Kab Klaten (ditanah jawa) 28-10-1950 Gunungan Warna Biru Muda: Gunungan berarti pembukaan, sedangkan Warna biru muda berarti warna cerah, tenang dan tenteram, yaitu tanda pembukaan berdirinya Pemerintah Kab Klaten dan membuka keadaan baru yang tenang dan tenteram. Rantai Warna Kuning Melingkar Dibatang Pada dan Kapas: Menggambarkan persatuan dan kegotong royongan rakyat. Bambu Runcing dan Api: Merupakan simbul perjuangan yang berkobar dan menyala menuju cita-cita yang suci dan mulia. Tugu Warna Putih: Diartikan sebagai peringatan dari perjuangan yang suci Pohon Beringin Beserta Akarnya Berwarna Hijau: Simbol pengayoman dan perlindungan rakyat menuju keadaan sosial ekonomi yang merata, adil dan makmur. Warna Hitam Pada Dasar Lambang: Hitam berarti kuat, tegas, kekal. Maksudnya lambang ini bersifat kuat, tegas dan kekal, baik isi maupun tujuannya. Pariwisata Berikut beberapa pariwisata yang terdapat di Kabupaten Klaten Wisata alam Rowo Jombor Deles Indah Wisata Air Cokro Wisata Air Janti Menara Air Klaten Umbul Ponggok Wisata Air Water Gong Polanharjo Kolam Renang Pluneng, Kebonarum Kolam Renang Umbul Susuhan, Jatinom Umbul Sigedang Umbul Siblarak Umbul Gedaren, Jatinom Umbul Jolotundo, Jatinom Umbul Manten, Polanharjo Umbul Asri, Polanharjo Wisata sejarah Candi Prambanan Candi Sewu Candi Plaosan Candi Bubrah Candi Merak Di Jatinom, upacara tradisional Sebaran Apem Yaqowiyu diadakan setiap bulan Sapar. Di Palar, Trucuk, Klaten bersemayam pujangga dari Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat bernama Ronggo Warsito. Keindahan alam dapat dinikmati di daerah Deles, sebuah tempat sejuk di lereng Gunung Merapi. Rowo Jombor tempat favorit untuk melihat waduk. Terdapat juga Museum Gula, di Gondang Winangun yang terletak sepanjang jalan Klaten–Yogyakarta. Di kecamatan Tulung sebelah timur terdapat serangkaian tempat bermunculannya mata air pegunungan yang mengalir sepanjang tahun, dan dijadikan objek wisata. Wisata yang bisa dinikmati di sana adalah wisata memancing dan pemandian air segar. Banyak tempat pemandian yang bisa dikunjungi baik yang berbayar maupun tidak berbayar, seperti Umbul Nilo (berbayar), Umbul Penganten (berbayar), Umbul Ponggok (berbayar), Umbul Cokro (berbayar) dan umbul lainnya. Namun kalau untuk wisata memancing semua harus berbayar karena dikelola oleh usaha warga. Letak pemancingan yang terkenal adalah di desa Janti. Sambil memancing pengunjung dapat juga menikmati masakan ikan nila, lele, atau mas goreng berbumbu sambal khas dengan harga sangat terjangkau. Tiap hari libur perkampungan ini sering mengalami kemacetan karena membludaknya pengunjung dari Kota Surakarta, Semarang dan Jogja. Di Kecamatan Bayat, Klaten, tepatnya di kelurahan Paseban, Bayat, Klaten terdapat Makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran atau Sunan Tembayat yang memiliki desain arsitektur gerbang gapura Majapahit. Sunan Tembayat ini dahulu dikenal sebelum menjadi Sunan, dia adalah Bupati Semarang yang kemudian berkelana dalam hal keagamaan. Makam ini menjadi salah satu tempat wisata ziarah Para Wali. Pengunjung dapat memarkir kendaraan di areal parkir serta halaman Kelurahan yang cukup luas. Setelah mendaki sekitar 250 anak tangga, akan ditemui pelataran dan Masjid. Pemandangan dari pelataran akan tampak sangat indah di pagi hari. Kuliner khas Sebagai kota yang kaya akan sejarah kuliner lezat, klaten memiliki beberapa makanan kuliner yang akan memanjakan lidah, di antaranya: Ayam Bakar Khas Klaten Ayam Panggang Khas Klaten Sop Ayam Pecok asli Klaten Ayam Goreng Trancam Nasi Tumpang Lethok Soto Bebek dan Bebek Bacem Garang Asem Soto Kwali Klaten Bubur Tumpang Ada beberapa rumah makan legendaris di klaten yang menjaga resep kuliner secara turun-temurun, sehingga pengunjung akan mendapatkan sajian kuliner yang otentik saat kuliner di Klaten. Oleh-oleh Oleh-oleh khas Klaten, adalah: Durian Bagong Jenang Ayu Kepelan asli Pedan (Camilan) Keripik Cakar, Belut, dan Paru (Camilan) Ekonomi Produk Klaten yang berpotensi, yaitu: Sentra Industri Konveksi–Wedi Karung Goni–Delanggu Gerabah–Krakitan, Bayat Lurik–Desa Mlese, Ds Tlingsing, Cawas Kerajinan Wayang–Omah Wayang Klaten (danguran Klaten Selatan) Payung Kertas–Juwiring Meubel/ kerajinan kayu–Sajen Handycraft–Karanganom Pusat makanan Ringan(snack) -Gondangan, Jogonalan Transportasi Layanan kereta api Antarkota Lintas selatan Jawa : – : – : –Surabaya Gubeng : Kiaracondong– : Bandung– Lintas tengah Jawa dan : – dan : – Fajar–Senja Utama Solo dan : Pasar Senen– , , dan : –Solo Balapan : Pasar Senen– dan : Pasar Senen– : Pasar Senen– Lintas timur Jawa : –– : Purwokerto–– : ––Ketapang : –Surabaya Gubeng–Jember Aglomerasi Kereta api bandara Kereta bandara BIAS Komuter Commuter Line Yogyakarta Stasiun kereta api Lintas selatan–tengah Jawa Stasiun Prambanan Stasiun Srowot Stasiun Klaten Stasiun Ceper Stasiun Delanggu Terminal Terminal Bus Ir. Soekarno Klaten Terminal Bus Buntalan Klaten Terminal Bus Delanggu Klaten Terminal Bus Penggung Klaten Terminal Bus Cawas Klaten Terminal Bus Teloyo Klaten Terminal Bus Tulung Klaten Terminal Bus Bendogantungan Klaten Pendidikan Referensi Pranala luar Situs resmi BPS Kab Klaten Klaten Klaten
4091
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Kudus
Kabupaten Kudus
Kudus () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Kudus Kota, yang terletak di jalur pesisir utara laut Jawa yang berada di antara Kota Semarang dan Kota Surabaya. Kudus dikenal sebagai penghasil rokok (kretek) terbesar di Jawa Tengah dan juga dikenal sebagai kota santri. Kabupaten ini adalah pusat perkembangan agama Islam pada abad pertengahan. Hal ini dapat dilihat dari adanya tiga makam wali/sunan, yaitu Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Kedu. Geografi Batas Wilayah Batas wilayah administrasi Kabupaten Kudus meliputi: Sebagian besar wilayah Kabupaten Kudus adalah dataran rendah. Di sebagian wilayah utara berdiri sebuah gunung, yaitu Gunung Muria, dengan puncak Puncak Saptorenggo (1.602 m dpl), Puncak Rahtawu (1.522 m dpl), dan Puncak Argojembangan (1.410 m dpl). Sungai terbesar adalah Sungai Serang yang mengalir di sebelah barat, membatasi Kabupaten Kudus dengan Kabupaten Demak. Kudus dibelah oleh Sungai Gelis di bagian tengah sehingga terdapat istilah Kudus Barat dan Kudus Timur. Kabupaten Kudus adalah kabupaten dengan wilayah terkecil di Jawa Tengah, namun menjadi kabupaten terkaya di Jawa Tengah dengan pendapatan per kapita mencapai Rp123 juta lebih. Sejarah Kudus awalnya nama daerah di tepi Sungai Gelis, dan salah satu wilayah di Pulau Muria. Dahulu daerah Kudus bernama Tajug, disebut Tajug karena di daerah tersebut terdapat banyak Tajug, Tajug merupakan bentuk atap arsitektur tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan keramat. Tajug dahulunya di jadikan tempat bersembahyang warga Hindu di daerah tersebut. Dengan demikian Tajug dulunya sudah memiliki sifat kekeramatan tertentu. Sunan Kudus mendekati warga Tajug dengan membuat struktur atas Menara Kudus yang berbentuk Tajug. Warga hidup dari bertani, membuat batu bata, menangkap ikan, dan berdagang. Setelah kedatangan Sunan Kudus, Kota itu dikenal sebagai "Al-Quds" yang berarti "Kudus". Kota Tajug memang sudah lama menjadi kota perdagangan, tetapi karena posisinya agak jauh dari Selat Muria, tidak ada pelabuhan besar di Kota Tajug, hanya pelabuhan transit, yang nanti akan transit lagi ke Pelabuhan Tanjung Karang di tepi Selat Muria. Pada saat itu, Selat Muria masih dalam dan lebar, sebagai jalan pintas perdagangan. Pelabuhan Tanjung Karang adalah pelabuhan transit penghubung ke pelabuhan Demak, Jepara dan Juwana. Komoditas utama ekspor Pelabuhan Tanjung Karang adalah kayu yang berasal dari muria, yang juga digunakan sebagai salah satu material pembangunan Masjid Agung Demak. Pedagang dari Timur Tengah, Tiongkok, dan pedagang antar pulau dari sejumlah daerah di Nusantara berdagang kain, barang pecah belah, dan hasil pertanian di Tajug, tepatnya di Pelabuhan Tanjung Karang. Warga Tajug juga terinspirasi filosofi yang dihidupi Sunan Kudus, Gusjigang. Gus berarti bagus, ji berarti mengaji, dan gang berarti berdagang. Melalui filosofi itu, Sunan Kudus menuntun masyarakat menjadi orang berkepribadian bagus, tekun mengaji, dan mau berdagang. Dari pembauran lewat sarana perdagangan dan semangat ”gusjigang” itulah masyarakat Kudus mengenal dan mampu membaca peluang usaha. Dua di antaranya usaha batik dan jenang. Kini, selat muria sudah hilang ditelan sedimentasi, begitupun dengan Pelabuhan Tanjung Karang, hilang dan hancur ditelan sedimentasi. Berdirinya Masjid Menara Kudus sebagai Hari Jadi Kabupaten Kudus. Masjid Menara Kudus tidak lepas dari peran Sunan Kudus sebagai pendiri dan pemrakarsa. Sebagaimana para walisongo yang lainnya, Sunan Kudus memiliki cara yang amat bijaksana dalam dakwahnya. Di antaranya, dia mampu melakukan adaptasi dan pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya mapan dengan mayoritas beragama Hindu dan Buddha. Pencampuran budaya Hindu dan Budha dalam dakwah yang dilakukan Sunan Kudus, salah satunya dapat kita lihat pada masjid Menara Kudus ini. Masjid ini didirikan pada tahun 956 H atau 1549 M. Hal ini dapat diketahui dari inskripsi (prasasti) pada batu yang lebarnya 30 cm dan panjang 46 cm yang terletak pada mihrab masjid yang ditulis dalam bahasa Arab. Sebenarnya, banyak orang salah paham dengan Menara Kudus. Masyarakat berpikir bahwa Menara Kudus dibangun bersama dengan Masjid Menara Kudus, padahal tidak. Menara Kudus sudah ada dari zaman Hindu-Buddha, dan umurnya jauh lebih tua dari Masjid Menara Kudus. Kini, kejayaan dan kemakmuran Kota Kudus karena perdagangan, terulang lagi karena Industri, dan posisi Kudus yang strategis sebagai lalu lintas perdagangan Jawa. Terletak di jalur Pantura atau AH2 (Asian Highway 2), membuat Kota Kudus ramai, dan maju. Bahkan Kudus adalah yang paling maju di Karesidenan Pati dan di Semenanjung Muria. Pendapatan perkapita Kudus juga yang tertinggi di Jawa tengah, karena hasil industri yang besar, serta penduduk yang tidak terlalu banyak, tetapi dengan kepadatan penduduk yang relatif tinggi. Asal Nama Dahulu Kota Kudus bernama Kota "Tajug". Disebut Tajug karena di daerah tersebut terdapat banyak Tajug, Tajug merupakan bentuk atap arsitektur tradisional yang sangat kuno dipakai tujuan keramat. Tajug dahulunya dijadikan tempat bersembahyang warga Hindu. Dengan demikian kota Tajug dulunya sudah memiliki sifat kekeramatan tertentu, kota ini dianggap suci bagi warga setempat yang merupakan beragama Hindu. Ja'far Shadiq (Sunan Kudus) tidak menghilangkan makna kekeramatan dan kesucian kota Tajug, terbukti Ja'far Shadiq (Sunan Kudus) menamai kota tersebut dengan nama Kota Kudus berasal dari bahasa Arab yang berarti Suci. Kudus bukan satu-satunya kabupaten yang menyandang nama Arab di Tanah Jawa, karena Kabupaten Demak dan Kabupaten Kendal juga berasal dari Bahasa Arab. Pada mulanya Sunan Kudus yang sedang mencari ilmu di Arab, tepatnya di Palestina, di kota Yerusalem menghadapi sebuah wabah, lalu ditugaskan pemimpin daerah itu untuk menghentikannya, dan berhasil memusnahkan wabah tersebut. Atas nama balas budi, pemimpin daerah itu memberi tanah kepada dia, tetapi dia menolak. Sunan Kudus lebih suka membina tanah di tanah jawa, lalu pemimpin daerah itu memberi sebuah piagam batu, sebagai tanda hadiah kepemilikan tanah. Setelah pulang ke jawa, Sunan Kudus berdakwah di Kota Tajug (nama Kota Kudus sebelum islam), lalu berdakwah, dan membangun masjid di sana. Kini masjid itu dikenal sebagai Masjid Menara Kudus, dan piagam kepemilikan tanah itu ditempatkan di atas mihrab, dan menandai berdirinya Kota Kudus. Sebenarnya disebut Al-Quds, tetapi karena lidah orang Jawa, cukup disebut Kudus saja. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Tugu Perbatasan Kudus Kabupaten Kudus mempunyai satu gerbang kota yang bernama Gerbang Kudus Kota Kretek di perbatasan Kudus–Demak (Tanggulangin, Jati, Kabupaten Kudus) Pendidikan Perguruan tinggi Perguruan tinggi di kabupaten Kudus, adalah: Universitas Muria Kudus Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) IAIN Kudus Politeknik Kudus Politeknik Rukun Abdi Luhur Institut Teknologi Kesehatan (ITEKES) Cendekia Utama Akbid Mardi Rahayu Akbid Muslimat NU Industri Perkembangan perekonomian di Kudus tidak lepas dari pengaruh perindustrian. Beberapa perusahaan industri besar yang ada di Kudus adalah PT Djarum (industri rokok), Petra, Djambul Bol, PR. Sukun (industri rokok), PT Nojorono, PT Hartono Istana Teknologi (d/h PT Indonesian Electronic & Engineering dan PT Hartono Istana Electronic) (industri elektronik, dengan merek Polytron), PT Pura Barutama (industri kertas & percetakan). Selain itu, Kudus juga memiliki ribuan perusahaan industri kecil dan menengah. Transportasi Terdapat beberapa jenis moda transportasi di Kudus, di antaranya: Kereta api Dulu, terdapat perusahaan kereta api dan trem Samarang–Joana Stoomtram Maatschappij (SJS). Perusahaan tersebut pada tahun 1885 membuka jalur kereta api Semarang–Demak–Kudus–Pati–Juwana. Setelah itu, SJS membuka jalur cabang Kudus–Mayong–Pecangaan pada 5 Mei 1895 dan memperpanjang jalur utamanya yang semula berawal dari Semarang sampai Juwana menjadi sampai Lasem pada 1 Mei 1900. Selanjutnya, pada 10 November 1900, SJS membuka jalur baru lagi yang melayani rute Mayong–Welahan. Bus Kudus terdapat 2 Terminal Bus yaitu: Terminal Induk Jati Wetan Kudus (Tipe A). Terminal Jetak (Tipe C). Pariwisata Wisata Alam Air Terjun Monthel, di Desa Colo Air Terjun Gua, di Desa Piji Air Tiga Rasa Rejenu, di Desa Japan Dukuh Rejenu Sendang Jodo, di Desa Purworejo Sendang Pereng, di Desa Prambatan Lor Sendang Bulusan, di Desa Hadipolo Gray Canyon, di Desa Tanjungrejo Wisata Sejarah Masjid Menara Kudus, di Desa Kauman Masjid Bubrah, di desa Demangan Tugu Identitas Kudus, di Desa Getaspejaten Museum Kretek, di Desa Getaspejaten Museum Situs Patiayam, di Desa Terban Museum Sunan Kudus, di Desa Kauman Goa Jepang, di Desa Colo Goa Siluman, di Desa Terban Goa Muin Gecil, di Desa Terban Kelenteng Hok Hien Bio Kudus, di Desa Ploso Bendungan Wilalung, di Desa Kalirejo Waduk Logung, di Desa Tanjungrejo Museum Jenang, di Desa Glantengan Kuliner Khas Masakan Kabupaten Kudus mempunyai beberapa masakan khas, di antaranya: Soto Kudus Lentog Tanjung Garang Asem Sate Kerbau Kudus Sego Jangkrik Pindang Kerbau Opor Bakar Sunggingan Sambal Kabupaten Kudus mempunyai beberapa sambal khas, di antaranya: Sambal Cengkih Minuman Kabupaten Kudus mempunyai beberapa minuman khas, di antaranya: Kopi Jetak Kopi Jetak adalah Kopi yang kebunnya berasal dari daerah yang bernama Jetak yaitu di Desa Kedungdowo. Wedang Alang-Alang Kudus Minuman ini merupakan minuman berasal dari alang-alang yang di keringkan kemudian dijadikan wedhang, Wedang Alang-Alang terdapat di daerah Kaliwungu Wedang Pejuh Minuman ini terbuat dari jahe, susu, sereh, jeruk pomelo. Minuman ini cocok diminum dimalam hari. Referensi Pranala luar Kudus Kudus
4093
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Magelang
Kabupaten Magelang
Kabupaten Magelang () adalah sebuah wilayah Kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Mungkid. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang di utara, Kabupaten Semarang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten di timur, Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Sleman (Daerah Istimewa Yogyakarta), serta Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Temanggung di barat, serta mengelilingi wilayah Kota Magelang. Kabupaten Magelang kaya akan peninggalan sejarah salah satunya adalah Candi Borobudur, sebuah mahakarya peninggalan Dinasti Syailendra yang kini menjadi kebanggaan Indonesia dan dunia, berada di wilayah Kabupaten Magelang. Kabupaten Magelang adalah suatu wilayah pegunungan/dataran tinggi dari lima gunung (Panca Arga) yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Telomoyo dan Pengunungan Menoreh. Sejarah Terdapat beberapa versi yang menjelaskan asal nama Magelang. Versi awalnya berasal dari kata 'Mage' yang berarti sapient/orang budiman dan 'lang' yang berarti kependekan dari kata bahasa sehingga artinya menjadi bahasa orang budiman atau kota para budiman. Versi terpopuler mengatakan bahwa Magelang berasal dari kata tepung gelang, yang berarti "mengepung rapat seperti gelang". Nama tersebut diberikan untuk mengenang Raja Jin Sonta yang dikepung di daerah ini oleh pasukan Mataram sebelum akhirnya mati di tangan Pangeran Purbaya. Sejarah Kabupaten Magelang tidak bisa dipisahkan dari perkembangan Kota Magelang. Pada tahun 1812, Wakil Gubernur Sir Thomas Stamford Raffles mengangkat Raden Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama Magelang dengan gelar R. A. A. Danuningrat I. Penunjukan ini terjadi sebagai konsekuensi perjanjian antara Inggris dan Kesultanan Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1812 yang menyerahkan wilayah Kedu kepada pemerintah Inggris. Sejak itu, Danuningrat I menjadi bupati pertama di Kabupaten Magelang dengan gelar Adipati Danuningrat I. Atas petunjuk dari gurunya, dia memilih daerah antara desa Mantiasih dan desa Gelangan sebagai pusat pemerintahan. Pada tahun 1930, jabatan bupati diserahkan dari dinasti Danuningrat kepada pejabat baru yang bernama Ngabei Danukusumo. Sementara itu sebagai tindak lanjut dari Keputusan Desentralisasi (Decentralisatie Besluit) tahun 1905, Kota Magelang menjadi gemeente bersama dengan Kota Semarang, Salatiga, dan Pekalongan. Jabatan wali kota baru diangkat pada tahun 1924. Meskipun demikian, kedudukan bupati masih tetap berada di kota Magelang. Akibatnya ada sejumlah pimpinan daerah di kota Magelang yaitu bupati Magelang, residen Kedu, asisten residen Magelang dan wali kota Magelang. Seiring dengan waktu, kedudukan Kabupaten Magelang diperkuat melalui UU No. 2 tahun 1948 dengan ibu kota di Kota Magelang. Pada tahun 1950 berdasarkan UU No. 13 tahun 1950 Kota Magelang berdiri sendiri dan diberi hak untuk mengatur rumah tangga sendiri, sehingga ada kebijaksanaan untuk memindah ibu kota kabupaten ke daerah lain. Ada dua alternatif ibu kota sebagai penganti Kota Magelang, yaitu Kawedanan Grabag atau Kawedanan Muntilan, tetapi kedua daerah ini ditolak. Pada tanggal 22 Maret 1984, kecamatan Mertoyudan bagian Selatan dan kecamatan Mungkid bagian Utara dipilih secara resmi sebagai ibu kota Kabupaten Magelang oleh gubernur Jawa Tengah dengan nama Kota Mungkid. Geografi Kabupaten Magelang berada di cekungan sejumlah rangkaian pegunungan. Kabupaten Magelang adalah suatu wilayah pegunungan/dataran tinggi dari lima gunung (Panca Arga) yaitu Gunung Merapi, Gunung Merbabu, Gunung Sumbing, Gunung Telomoyo, dan Pegunungan Menoreh. Di bagian timur (berbatasan dengan Kabupaten Boyolali) terdapat Gunung Merbabu (3.141 mdpl) dan Gunung Merapi (2.911 mdpl). Di bagian barat (berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Wonosobo) terdapat Gunung Sumbing (3.371 mdpl). Di bagian utara (berbatasan dengan Kabupaten Semarang) terdapat Gunung Telomoyo (1.894 mdpl). Di bagian barat daya terdapat rangkaian Pegunungan Menoreh. Pada bagian tengah mengalir Kali Progo beserta anak-anak sungainya menuju selatan. Kabupaten Magelang juga terdapat Kali Elo yang membelah dua wilayah ini. Pertemuan kembali kedua kali tersebut terletak di desa Progowati yang konon dahulu di tempat itu lebih banyak penduduk berjenis kelamin wanita daripada pria. Pemerintahan Daftar Bupati . Dewan Perwakilan Kecamatan Kota Mungkid sebagai ibu kota kabupaten ini, berada sekitar lima belas kilometer di sebelah selatan Kota Magelang, dapat dijangkau mudah dengan kendaraan roda empat. Selain itu, Secang merupakan persimpangan antara jalan nasional Semarang–Magelang–Yogyakarta dan jalan provinsi menuju Temanggung. Dahulu wilayah Kabupaten Magelang dilalui jalur kereta api yang menghubungkan Semarang–Yogyakarta, bahkan merupakan salah satu jalur kereta api tertua yang berada di Indonesia. Stasiun yang dimiliki Kabupaten Magelang antara lain adalah Stasiun Muntilan, Stasiun Blabak, Stasiun Mertoyudan, dan Stasiun Secang. Namun, meletusnya Gunung Merapi sekitar tahun 1970-an membuat jalur kereta api tersebut rusak akibat terjangan lahar sehingga menyebabkan jalur dan stasiun tersebut kini tidak difungsikan lagi. Pendidikan Kabupaten Magelang jika dilihat dari segi pendidikan memang tidak begitu merata jika dibandingkan antara satu sekolah dengan sekolah yang lain, tetapi di Kabupaten Magelang ini tetap memiliki beberapa sekolah negeri dan beberapa sekolah swasta unggulan. Pariwisata Di kabupaten ini terdapat Candi Borobudur merupakan objek wisata andalan Provinsi Jawa Tengah yang kini menjadi situs Warisan Dunia UNESCO. Selain Borobudur, terdapat sejumlah candi di antaranya Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Ngawen, Candi Canggal atau Candi Gunungwukir, Candi Selogriyo, Candi Gunungsari, Candi Lumbung, Candi Pendem, dan Candi Asu. Selain candi sebagai objek wisata budaya, Kabupaten Magelang juga mempunyai satu museum yang terletak di jalan antara Candi Mendut dan Borobudur, yaitu Museum Senirupa Haji Widayat. Untuk objek wisata alam, Kabupaten Magelang memiliki beberapa objek wisata, antara lain Kopeng, Kolam Renang Kalibening-Payaman, Gardu Pandang Ketep Pass juga air terjun Kedung Kayang kira-kira lima kilometer dari Ketep Pass, Gardu Pandang Babadan, Curug Silawe, Losari Coffee Plantation, pemandian air panas Candi Umbul dan air terjun Sekar Langit (di Kecamatan Grabag). Di samping itu Kali Progo dan Kali Elo juga sering digunakan untuk wisata arung jeram. Di Dusun Gombong, Desa Kembanglimus, terdapat Rumah Doa Bukit Rhema, atau disebut juga sebagai Gereja Ayam, yang mendapat sorotan setelah muncul dalam bagian film Ada Apa dengan Cinta? 2. Beberapa objek wisata religi yang ada di Kabupaten Magelang antara lain Langgar Agung Pangeran Diponegoro, Makam Kiai Condrogeni, Makam Sunan Geseng, dan Makam Raden Santri. Sementara itu, untuk seni budaya dan kriya terdapat beberapa objek dan daya tarik wisata (ODTW) antara lain kesenian tradisional, kerajinan cendera mata, kerajinan mebel dan interior, serta makanan khas. Transportasi Umum Angkutan Kota wilayah Kabupaten Magelang dan beberapa rute yang menghubungkan Kota Magelang dengan Kabupaten Sleman di D.I. Yogyakarta. Perhelatan internasional Setiap tahun, Kabupaten Magelang menjadi tuan rumah penyelenggaraan perhelatan seni-budaya berskala internasional yakni: Borobudur Writers and Cultural Festival yang dirintis oleh Mudji Sutrisno, Imam Muhtarom, Seno Joko Suyono, dan Yoke Darmawan. Festival Lima Gunung yang dipelopori oleh Tanto Mendut. Lihat Pula Kota Magelang Jawa Tengah Kabupaten Magetan Jawa Timur Referensi Pranala luar Situs web resmi Pemkab Magelang Portal Direktori Magelang Online Srumbung Magelang Magelang Magelang
4094
https://id.wikipedia.org/wiki/Pati%20%28disambiguasi%29
Pati (disambiguasi)
Keresidenan Pati, Indonesia Kabupaten Pati Kota Pati Perwira Tinggi, kepangkatan di TNI dan Polri. Pati, sejenis polisakarida yang mengandung amilosa dan amilopektin
4095
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Pekalongan
Kota Pekalongan
Kota Pekalongan (Hanacaraka: , Pegon: ڤكلوڠن, Pakalongan, , Belanda: Pacalongan) adalah kota di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini merupakan pelabuhan terpenting di Jawa Tengah dan terkenal dengan batiknya. Pekalongan merupakan kota pertama di Indonesia dan kota Asia Tenggara pertama yang menjadi bagian dari Jaringan Kota Kreatif UNESCO. Pekalongan berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Batang di timur, serta Kabupaten Pekalongan di sebelah selatan dan barat, dan terletak di lintas utara. Pekalongan berjarak 417 km sebelah barat dari Kota Surabaya, atau 384 km sebelah timur dari Jakarta. Pekalongan dikenal dengan julukan "Kota Batik", karena batik Pekalongan memiliki corak yang khas dan variatif. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk kota Pekalongan sebanyak 317.535 jiwa dengan kepadatan 6.983 jiwa/km². Sejarah Nama Kota Pekalongan (Gemeente Pekalongan) dapat ditelusuri pada arsip dokumen Keputusan Pemerintah Hindia Belanda (Gouvernements Besluit) Nomor 40 tahun 1931. Nama Pekalongan diambil dari kosakata bahasa Jawa 'Along' (dapat banyak) dan di bawah lambang kota tertulis 'Pek-along-an'. Hal ini diikuti dengan keputusan DPRD Kota Besar Pekalongan tanggal 29 Januari 1957 dan tambahan Lembaran Daerah Swatantra Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1958, serta persetujuan Pepekupeda Teritorium 4 dengan SK Nomor KTPS-PPD/00351/II/1958 yang menyatakan bahwa nama Pekalongan berasal dari kata 'Pek-Along-An' yang berarti pendapatan atau dalam bahasa Jawa Krama disebut dengan 'Pangangsalan'. Pada pertengahan abad ke-19 di kalangan kaum liberal Belanda muncul pemikiran etis, yang selanjutnya dikenal sebagai politik etis, yang menyerukan Program Desentralisasi Kekuasaan Administratif yang memberikan hak otonomi kepada setiap Keresidenan dan Kota Besar serta pembentukan dewan-dewan daerah di wilayah administratif tersebut. Pemikiran kaum liberal ini ditanggapi oleh Pemerintah Kerajaan Belanda dengan dikeluarkannya Staatbland Nomor 329 Tahun 1903 yang menjadi dasar hukum pemberian hak otonomi kepada setiap residensi dan untuk Kota Pekalongan. Hak otonomi ini diatur dalam Staatblaad Nomor 124 tahun 1906 tanggal 1 April 1906 tentang Decentralisatie Afzondering van Gelmiddelen voor de Hoofplaatss Pekalongan uit de Algemenee Geldmiddelen de dier Plaatse yang berlaku sejak tanggal ditetapkan. Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda menandatangani penyerahan kekuasaan kepada tentara Jepang. Jepang menghapus keberadaan dewan-dewan daerah, sedangkan Kabupaten dan Kotamadya diteruskan dan hanya menjalankan pemerintahan dekonsentrasi. Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus oleh dwitunggal Soekarno-Hatta di Jakarta, ditindaklanjuti rakyat Pekalongan dengan mengangkat senjata untuk merebut markas tentara Jepang pada tanggal 3 Oktober 1945. Perjuangan ini berhasil, sehingga pada tanggal 7 Oktober 1945 Pekalongan bebas dari tentara Jepang. Secara yuridis formal, Kota Pekalongan dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Selanjutnya dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah, maka Pekalongan berubah sebutannya menjadi Kotamadya Dati II Pekalongan. Terbitnya PP Nomor 21 Tahun 1988 tanggal 5 Desember 1988 dan ditindaklanjuti dengan Inmendagri Nomor 3 Tahun 1989 mengubah batas wilayah Kotamadya Dati II Pekalongan sehingga luas wilayahnya berubah dari 1.755 Ha menjadi 4.465,24 Ha dan terdiri dari 4 Kecamatan, 22 desa dan 24 kelurahan. Sejalan dengan era reformasi yang menuntut adanya reformasi disegala bidang, diterbitkan PP Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 32 Tahun 2004 yang mengubah sebutan Kotamadya Dati II Pekalongan menjadi Kota Pekalongan. Lambang Kota Pekalongan pertama kali menggunakan coat of arms bergaya Belanda yang pada perisainya tergambar tiga ekor ikan di jaring. Representasi ini melambangkan bahwa Pekalongan merupakan pusat penangkapan ikan utama di Jawa Tengah bagian utara. Lambang Kota Pekalongan yang kini digunakan ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota Besar Pekalongan Tentang Bentuk Lambang Kota Besar Pekalongan tanggal 29 Januari 1957 dan kini menggunakan Peraturan Daerah Kota Pekalongan No. 3 Tahun 2017. Lambang ini berupa perisai yang dimahkotai benteng 5 menara. Pada perisai utama terdapat canting di atas bidang kuning emas (Or), tiga ikan berenang pada bidang biru (Azure), serta motif batik Jlamprang menyilang dari kanan atas ke kiri bawah (per bend sinister). Pada tanggal 30 Januari 2015, Wali Kota Pekalongan Basyir Ahmad meluncurkan logo baru dan dikukuhkan berdasarkan Perda No. 10 Tahun 2014. Logo ini diluncurkan untuk memberikan citra baru bahwa Pemerintah Kota harus melayani masyarakat. Ahmad menyebut bahwa logo ini "tidak hanya milik pemerintah, tetapi juga milik masyarakat." Logo Kota Pekalongan tampil dengan bentuk yang lebih modern, membentuk lingkaran dengan unsur-unsur seperti orang bekerja, canting, ikan, dan orang beribadah. Ahmad menyebut bahwa lambang ini akan disandingkan dengan emblem UNESCO untuk memudahkan pemasaran dan penjenamaan. Logo ini mendapat komplain dari masyarakat Kota Pekalongan karena bentuknya terlalu abstrak dan tak terkesan formal. Akhirnya Pemerintah Kota memutuskan untuk mengembalikannya ke coat of arms yang dibuat tahun 1958 dengan mengukuhkan Perda No. 3 Tahun 2017. Geografi Kota Pekalongan membentang antara 6º50’42”–6º55’44” LS dan 109º37’55”–109º42’19” BT. Berdasarkan koordinat fiktifnya, Kota Pekalongan membentang antara 510,00–518,00 km membujur dan 517,75–526,75 km melintang, dimana semuanya merupakan daerah datar, tidak ada daerah dengan kemiringan yang curam, terdiri dari tanah kering 67,48% Ha dan tanah sawah 32,53%. Berdasarkan jenis tanahnya, di Kota Pekalongan memiliki jenis tanah yang berwarna agak kelabu dengan jenis aluvial kelabu kekuningan dan aluvial yohidromorf. Jarak terjauh dari Utara ke Selatan mencapai ± 9 km, sedangkan dari Barat ke Timur mencapai ± 7 km. Batas wilayah Batas wilayah administrasi Kota Pekalongan yaitu: Iklim dan cuaca Kota Pekalongan merupakan daerah beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan berkisar antara 40 mm–300 mm per bulan, dengan jumlah hari hujan 120 hari. Keadaan suhu rata-rata di Kota Pekalongan dari tahun ke tahun tidak banyak berubah, berkisar antara 17–35 °C. Pemerintahan Secara administrasi pemerintahan Kota Pekalongan dipimpin oleh seorang Wali kota dan Wakil Wali kota yang membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi beberapa kelurahan yang dikepalai oleh seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kota. Sejak 2005, Wali kota Pekalongan dan wakilnya dipilih langsung oleh warga kota dalam pilkada, setelah sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD. Walikota Wali kota Pekalongan saat ini dijabat oleh Achmad Afzan Arslan Djunaid, didampingi wakil wali kota Salahudin. Achmad dan Salahudin adalah pemenang pada pemilihan umum walikota Pekalongan 2020, dan dilantik pada 26 Februari 2021, untuk masa jabatan 2021-2026. Dewan Perwakilan Kecamatan Berikut ini adalah daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Pekalongan. <onlyinclude>Kota Pekalongan memiliki 4 kecamatan dan 27 kelurahan pasca-penggabungan (berdasarkan Perda Kota Pekalongan No.8 Tahun 2013). Demografi Agama Sejak dahulu, Kota Pekalongan dikenal sebagai salah satu kota dengan tingkat religiositas yang cukup tinggi, indikatornya adalah dengan banyaknya jumlah pondok pesantren yang ada yakni 44 buah dengan jumlah santri mencapai 4.706 orang. Keberagaman pemeluk agama tidak lagi menimbulkan permasalahan yang berarti menunjukkan kondusifnya kehidupan antar umat beragama Kota Pekalongan. Agama Islam merupakan agama mayoritas penduduk Kota Pekalongan, sedangkan agama lain yang dianut sebagian warga Kota Pekalongan adalah Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Untuk memenuhi kebutuhan peribadatan, di Kota Pekalongan terdapat berbagai jenis tempat ibadah berupa Masjid 106 unit, Musholla 613 unit, 13 buah Gereja Kristen, 2 Gereja Katolik, 1 Pura dan 5 Wihara yang tersebar diseluruh kecamatan Kota Pekalongan. Etnis Kota Pekalongan secara etnik didominasi oleh Suku Jawa yang bertutur dengan Bahasa Jawa dialek Pekalongan yang secara dialek dekat dengan Bahasa Jawa Banyumasan dialek Tegal ataupun Bahasa Jawa Semarang. Sejarah Pekalongan sebagai kota pelabuhan dan perdagangan membuatnya memiliki sejumlah komunitas pendatang yang menonjol, seperti etnis Cina dan Arab, selain tentu saja suku-suku Nusantara lain seperti suku Melayu dan Banjar. Ekonomi Karena letaknya sangat strategis yaitu di antara Jakarta dan Surabaya, perekonomian Kota Pekalongan cukup maju di antara kota-kota lain di Jawa Tengah yaitu dalam bidang industri, perikanan dan properti. Dalam bidang perikanan, Kota Pekalongan memiliki sebuah pelabuhan perikanan terbesar di Pulau Jawa. Pelabuhan ini sering menjadi transit dan area pelelangan hasil tangkapan laut oleh para nelayan dari berbagai daerah. Selain itu di Kota Pekalongan banyak terdapat perusahaan pengolahan hasil laut, seperti ikan asin, terasi, sarden, dan kerupuk ikan, baik perusahaan berskala besar maupun industri rumah tangga. Pariwisata Kota Pekalongan dikenal akan batiknya yang telah mendunia, banyak wisatawan yang datang atau sekadar singgah di Kota Pekalongan. Tempat wisata di Kota Pekalongan tidak hanya wisata batik saja, tetapi terdapat juga wisata keagamaan, sejarah dan alam. Tempat wisata Museum Batik Pekalongan Kampoeng Batik Kauman Kampung Wisata Batik Pesindon Kampung Wisata ATBM Medono Kampung Wisata Canting Landungsari Pantai Pasir Kencana Pantai Slamaran Indah Seaworld Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan (PPNP) Wisata Hutan Bakau (Mangrove Park) Water Park Dupan Kawasan Kota Tua Jetayu Ziarah Makam Habib Ahmad Bin Abdullah Bin Tholib Al Atas Taman Kota Kawasan Mataram Monumen 03-10-1945 Kuliner Kota Pekalongan memiliki kuliner khas, diantaranya: Tauto, merupakan salah satu makanan khas Kota Pekalongan, makanan ini merupakan sebagaimana makanan soto namun menggunakan daging kerbau dengan bumbu khas yaitu taoco. Kopi tahlil, sebuah minuman kopi yang diracik dengan menggunakan bahan rempah-rempah seperti jahe, kapulaga, pandan. Gule kambing kacang hijau, makanan ini dipengaruhi budaya khas Timur Tengah, gule kambing ini disajikan dengan dicampur bersama kacang hijau. Nasi kebuli, merupakan nasi yang dimasak menggunakan rempah-rempah yang disajikan dengan potongan daging kambing yang dilengkapi acar nanas. Garang asem Pekalongan, makanan yang berkuah bening dari daging sapi dengan racikan tomat dan cabai rawit gelondongan yang disajikan dalam kondisi panas. Biasa disajikan bersama megono. Megono, makanan yang terbuat dari nangka muda yang dirajang, diramu dengan bumbu dan dimasak dengan cara dikukus. Nasi uwet, makanan ini hampir mirip gulai kambing namun dengan kuah yang lebih encer karena tidak menggunakan santan. Nasi Otot, makanan yang terdiri dari nasi dan otot sapi yang diberi bumbu yang khas, serta ditambah dengan tambahan gorengan. Pindang tetel adalah makanan khas pekalongan yang berasal dari desa Ambokembang, Kedungwuni, Pekalongan dan Kota Pekalongan Selatan. Meskipun bernama pindang tetel, masakan ini lebih mirip rawon dan dibuat dari tetelan daging iga sapi, bukan ikan pindang. Kluban, kuliner tradisional khas Pekalongan, menjadi pilihan tepat bagi pecinta sayuran. Banyak orang yang sulit membedakan antara kluban dan urap karena tampilannya yang serupa. Namun, kedua hidangan ini memiliki perbedaan tersendiri. Pendidikan Kota Pekalongan memiliki sekitar 2.687 sekolah, 451.609 siswa dan 22.137 guru Perguruan Tinggi Universitas Pekalongan (UNIKAL) Universitas Terbuka Pekalongan Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP) Universitas Islam Negeri K.H. Abdurahman Wahid Pekalongan (UIN GUSDUR) Universitas Diponegoro Kampus PSDKU Pekalongan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Widya Pratama (STMIK Widya Pratama) Akademi Keperawatan Negeri (AKPER Negeri) Akademi Kebidanan Harapan Ibu (AKBID Harapan Ibu) Akademi Analis Kesehatan Pekalongan (AAK Pekalongan) Politeknik Batik Pusmanu Pekalongan Kesehatan Rumah sakit Transportasi Kota Pekalongan mudah dijangkau karena merupakan kota perlintasan yang terletak di lintas utara Jawa, menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Semarang. Di Pekalongan terdapat beberapa fasilitas transportasi: Stasiun Pekalongan, semua kereta api penumpang berhenti di stasiun ini Terminal Bus Pekalongan Terminal Ponolawen Terminal Sayun Terminal Banjarsari Terminal Slamaran Terminal Grogolan Jalan Tol Pemalang-Batang, exit Kota Pekalongan di Sentono Olahraga Di Kota Pekalongan terdapat fasilitas olahraga pada berbagai cabang olahraga, diantaranya: Stadion Jenderal Hoegeng Stadion Bumirejo Stadion Kuripan Lor Kolam Renang Tirta Sari (Sudah dibongkar) Gedung GOR Jetayu Gedung GOR Peritis Kemerdekaan Gedung GOR Medono Lapangan Tenis Prabajaya Lapangan Tenis PDAM Sungai Cemoro Sewu Lapangan Abdi Jaya Pringrejo Lapangan Golf Setono Galeri Catatan kaki Referensi Pranala luar Proposal Bahasa Pekalongan di Wikipedia Pekalongan Pekalongan
4096
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Pekalongan
Kabupaten Pekalongan
Kabupaten Pekalongan () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Kajen, kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa dan Kota Pekalongan di Utara, Kabupaten Batang di Timur, Kabupaten Banjarnegara di Selatan, serta Kabupaten Pemalang di Barat. Penduduk kabupaten Pekalongan di tahun 2019 berjumlah 897.111 jiwa. Pekalongan berada di jalur utara Pulau Jawa yang menghubungkan Jakarta–Surabaya. Angkutan umum antar kota dilayani oleh bus dan kereta api (di Kota Pekalongan). Geografi Bagian utara Kabupaten Pekalongan merupakan dataran rendah; sedang di bagian selatan berupa pegunungan, bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Dieng. Sungai-sungai besar yang mengalir di antaranya adalah Kali Sragi dan Kali Sengkarang beserta anak-anak sungainya, yang kesemuanya bermuara ke Laut Jawa. Kajen, ibu kota Kabupaten Pekalongan, berada di bagian tengah-tengah wilayah kabupaten, sekitar 25 km sebelah selatan Kota Pekalongan. Batas Wilayah Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Pariwisata Pekalongan telah lama dikenal sebagai kota batik, dan salah satu pusat produksi batik berada di Kecamatan Buaran dan Wiradesa. Beberapa nama produsen batik yang cukup dikenal di antaranya Batik Humas (singkatan dari Husein Mohammad Assegaff). Sedangkan pabrik sarung (kain palekat) terkenal di Pekalongan antara lain Gajah Duduk dan WadiMoor. Terdapat juga pusat batik di Wiradesa yaitu International Batik Center atau "IBC". Di bagian selatan terdapat daerah wisata pegunungan Linggo Asri, terletak 37 km sebelah selatan Kota Pekalongan arah Kajen (dari jalan Jakarta-Semarang pertigaan Wiradesa ke selatan atau dari kota Pekalongan arah Buaran), dimana daerah tersebut terdapat pemandian dan taman bermain seta wisata hutan pinus milik Perum Perhutani dan juga terdapat komunitas masyarakat Hindu di Pekalongan. Di sini terdapat peninggalan berupa lingga dan yoni yang terletak sekitar 500 meter dari kompleks pemandian linggo asri. Sebenarnya masih banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Pekalongan, antara lain, Pantai Sunter Depok, Watu Bahan, Pantai Wonokerto, Ekowisata Petungkriyono, Wisata Air, Wisata Hutan, Wisata Budaya, Curug Siwatang Paninggaran, Candi Trenggolek Paninggaran, Puncak Anjir, Bukit Pawuluhan Kandangserang, dan lain-lain. Ada juga wisata alam indah tersembunyi seperti Curug Bajing yang akses jalannya masih belum memadahi. Pekalongan masih menunggu investor yang ingin mengembangkan objek wisata ini. Buat penikmat makanan, Pekalongan menyediakan wisata kuliner berupa Taoto dan nasi megono, Taoto adalah sejenis soto yang dibuat dengan kuah taoco dan dengan daging serta jerohan kerbau. Sedang megono adalah cacahan nangka muda yang dibumbui parutan kelapa dan dikukus yang cocok buat dinikmati saat masih panas Bagi anda yang menyukai wisata sejarah, bisa mengunjungi pabrik gula PG Sragi yang terdapat di Kecamatan Sragi. Pabrik tersebut merupakan pabrik peninnggalan kolonial Belanda. Pendidikan Pendidikan Tinggi Universitas NU Pekalongan Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid (UIN Gus Dur) Pekalongan Universitas Pekalongan (UNIKAL) Pekalongan Akademi Komunitas Negeri (AKN) Kajen Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP) Akademi Analisis Kesehatan (AAK) Pekalongan STIKAP (Sekolah Tinggi Islam Kyai Ageng Pekalongan) YMI Wonopringgo Pekalongan UT Kabupaten Pekalongan PSDKU Universitas Diponegoro (UNDIP) KAMPUS PEKALONGAN Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri Sragi, Kedungwuni, Lebakbarang, Karangdadap SMK Yapenda 01 Kedungwuni SMK Yapenda 02 Wiradesa Pekalongan SMK Muhamadiyah Bligo SMK Muhamadiyah Bojong SMK Muhamaduyah Kesesi SMK Muhamadiyah Kajen SMK Muhamadiyah Kedungwuni SMK Muhamadiyah Karanganyar SMK Muhamadiyah Wiradesa SMK Muhamadiyah Talun SMK Muhamadiyah Doro SMK Muhamadiyah Pencongan SMK Islamiyyah Sapugarut SMK Islam Bojong SMK Islam Salakbrojo Kedungwuni SMK Islam 45 Wiradesa SMK Al-Fusha Kedungwuni SMK Ar Rahman Watusalam SMK Ma'arif NU Tirto SMK Ma'arif NU Kajen SMK Ma'arif NU Kesesi SMK Ma'arif NU Doro SMK Wira Bahari Wiradesa SMK Gondang SMK Nurul Ummah Paninggaran SMK Diponegoro Karanganyar SMK Bina Umat Siwalan SMK Prima Kesesi SMK NU Sragi SMK NU Kesesi Sekolah Menengah Atas SMA Negeri (Bojong, Doro, Kajen, Kedungwuni, Kesesi, Kandangserang, Kesesi, Sragi,Paninggaran, Petungkriono, Talun, Wiradesa) SMA Muhammadiyah I Pekajangan SMA Muhammadiyah II Pekajangan SMA PGRI 1 Wiradesa SMA PGRI 2 Kajen SMA Yapenda Karanganyar SMA Islam Doro SMA Islam YMI Wonopringgo SMA Islam Hasbullah Karanganyar MAN Pekalongan MA Ath-Thohiriyyah MA NU Karangdadap MA Salafiyah Simbangkulon Buaran MA Dr Ibnu Mas'ud Wiradesa MA Muhammadiyah Pekajangan MA Hasbullah Karanganyar MA Nahdliyah Talun MA Salafiyah Syafiiyah Proto MA Yappi Kesesi MA Walisongo Kedungwuni MA Walisongo Pekajangan MA YMI Wonopringgo Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri Bojong, Buaran, Doro, Kajen, Kesesi, Karangdadap, Kedungwuni, Kandangserang, Lebakbarang, Wiradesa, Tirto, Paninggaran, Petungkriyono, Sragi, Siwalan, Talun, Wonopringgo, Wonokerto, (2 SMP Negeri di Setiap kecamatan) SMP NU Pajomblangan SMP NU Karangdadap SMP Muhammadiyah Wiradesa, Bligo, Pekajangan, Wonopringgo, Kesesi SMP "NU" Kesesi, Kajen,, Pajomblangan, Karangdadap SMP Islam YMI Wonopringgo SMP Islam Rembun, Simbang Wetan, Wonopringgo SMP Islam Walisongo Kedungwuni MTs Ath-Thohiriyyah MTs Muhammadiyah Pekajangan MTs Kajen Pekajangan MTs Gondang Wonopringgo, Pekalongan MTs Kalijambe Sragi MTs Salafiyah Simbang kulon 1, Buaran, Pekalongan MTs Salafiyah Simbang Kulon 2, Buaran, Pekalongan MTs Salafiyah Wonoyoso MTs YMI Wonopringgo Pekalongan MTs Al-hikmah Tangkil Kulon, Kedungwuni, Pekalongan MTs Yapik Kutosari, Karanganyar, Pekalongan MTs Salafiyah Kadipaten, Wiradesa, Pekalongan MTs Al-hikmah Proto, Kedungwuni, Pekalongan MTs Salafiyah Paninggaran, Pekalongan. MTs Negeri 2 Pekalongan Kesehatan Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit Islam "RSI" Pekajangan di Ambokembang, Kecamatan Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan Rumah Sakit Umum Daerah "RSUD" Kajen di Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Pekalongan Rumah Sakit Umum Daerah "RSUD" Kraton di Kota Pekalongan Puskesmas dan Pusling (Puskesmas Keliling) sudah tersedia di seluruh kecamatan Klinik Pratama Mitra Bahagia NU Simbang Wetan Buaran Transportasi Sistem transportasi di Kabupaten Pekalongan cukup memadai, karena kabupaten tersebut terletak berada di jalan provinsi antara Comal dan Purbalingga serta lintas utara Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Semarang. Di Kecamatan Kajen terdapat sebuah terminal bus yang cukup besar yakni Terminal Induk Kajen yang melayani trayek Jakarta–Pekalongan. Bus yang melayani rute tersebut diantaranya Dewi Sri, Dedy Jaya, Sinar Jaya, Kurnia Jaya, Garuda Mas, Laju Prima, dll. Ada juga satu–satunya stasiun kereta api di Kabupaten Pekalongan, yaitu Stasiun Sragi di jalur utara Jawa. Sayangnya, stasiun ini tidak melayani penumpang karena statusnya yang merupakan stasiun kecil, sehingga masyarakat harus menuju ke Stasiun Pekalongan yang berada di Kota Pekalongan untuk menaiki kereta api. Stasiun ini merupakan stasiun kelas C yang melayani seluruh perjalanan kereta api. Kuliner Daerah Pekalongan memiliki banyak makanan khas yang sangat unik dan enak, antara lain: Megono (Nangka Muda) yakni irisan nangka muda dengan bumbu sambal kelapa. Rasanya gurih dan pedas, biasanya dihidangkan ketika masih panas dengan menu tambahan lalapan pete serta ikan goreng. Di [Kabupaten Pekalongan] bagian selatan biasanya makanan ini dibuat ketika sedang hajatan yang kemudian diberikan untuk oleh-oleh para tamu undangan. Kebiasaan ini telah dilakukan turun temurun dari zaman dahulu kala. Nasi ini dibungkus dengan daun jati atau juga bisa dengan daun pisang, dan mereka biasa menyebutnya dengan nama "Sego Gori"(Nama lain dari Megono). Tauto Pekalongan (Sotonya Pekalongan) Sejenis sup daging kuah kental khas pekalongan dengan bumbu khas Taoco yaitu kedelai yang dibusukan hingga kental. Pindang Tetel Sebetulnya makanan ini sejenis dengan soto juga, namun perbedaanya adalah pada bumbu kuahnya yang diolah dengan menggunakan buah pucung yang sudah masak. Iwak Panggang Ikan ini adalah ikan laut yang kemudian diolah dengan proses pengasapan, sehingga ikan tersebut akan berubah warna, rasa dan aroma. Bau ikan panggang ini sangat khas dan banyak kita jumpai di pasar-pasar tradisional [Kabupaten Pekalongan]. Biasanya ikan panggang ini diolah dengan disambal, dipecak, disayur dan digoreng. Wajik Kletik adalah jenis wajik terbuat dari beras ketan ditambah gula merah dan parutan kelapa dincampur jadi satu dan dicetak, makanan ini sangat cocok buat oleh oleh. Kopi Tahlil adalah terbuat dari campuran kopi murni dengan rempah-rempah seperti jahe, kapulaga, cengkih, kayu manis, pandan, batang serai, dan pala. Apem Kesesi terbuat dari tepung beras dan gula jawa/merah, makanan ini sudah cukup melegenda khususnya di pekalongan bagian barat sampai ke comal, oleh karena tempat pemasarannya juga sampai juga di pasar comal maka banyak yang menyebut makanan ini sebagai 'apem comal' Kluban Sejenis makanan khas kesukaan masyarakat umum Pekalongan yaitu "urapan sayur kangkung" bercampur parutan kelapa dibumbui garam. Biasanya dicampur adukan dengan "tempe goreng" yang dipotong-potong, "botok" ("oncom rebus"), dan sentuhan akhir adalah disiram "sambal khusus". Pada saat memesan penyebutannya menjadi panjang, seperti “Kluban kerupuk tempe sambal”, hal ini terjadi dikarenakan selera masyarakat setempat yang berbeda, juga kesukaan masing-masing yang tidak sama. Usek Krenyes Adalah makanan khas Paninggaran sejenis kerupuk yang terbuat dari tepung tapioka dan digoreng menggunakan pasir kali yang tentunya juga sudah dibersihkan. "Krenyes" dalam bahasa indonesia adalah pembumbuan pada usek tersebut. Terdapat dua varian rasa, yaitu pedas dan manis. Ondhol Yaitu sejenis makanan khas dari Paninggaran yang terbuat dari parutan singkong. Tokoh Abdul Rahman Saleh, advokat, aktor, mantan hakim agung, mantan Jaksa Agung, mantan Duta Besar RI untuk Kerajaan Denmark Adi Kurdi, aktor (pemain film Keluarga Cemara) Hartono Rekso Dharsono, Sekjen ASEAN 1 Abdul Hakim Garuda Nusantara, pengacara, aktivis HAM Zainal Abidin Domba, aktor Rudy Hadisuwarno, penata rambut profesional Fadia A. Rafiq, penyanyi dan wakil bupati Kabupaten Pekalongan Beb Bakhuys, mantan pemain sepak bola dan pelatih asal Belanda Joe Hin Tjio, penemu kromosom manusia berjumlah 23 Referensi Pranala luar Pekalongan Pekalongan
4097
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Pemalang
Kabupaten Pemalang
Pemalang () adalah kabupaten di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kabupaten Pemalang berada di jalur utama lintas utara Jawa yang menghubungkan Jakarta–Semarang–Surabaya. Ibukota kabupaten-nya terletak di kota Pemalang. Sejarah Masa Prasejarah Keberadaan manusia pada masa prasejarah di Pemalang dapat dibuktikan dengan berbagai temuan arkeologis. Di Kabupaten Pemalang bagian barat, ditemukan situs-situs megalitik, sedangkan sebuah nekara perunggu ditemukan di Desa Kabunan. Bukti arkeologis adanya unsur kebudayaan Hindu-Buddha di Pemalang antara lain ditemukannya patung Ganesha, lingga, kuburan, ambang pintu, dan batu nisan di Desa Lawangrejo dan Desa Banyumudal. Selain itu, ada pula bukti arkeologis unsur kebudayaan Islam berupa makam-makam para penyebar agama, antara lain Syeikh Maulana Maghribi di Kawedanan Comal, Rohidin, dan Sayyid Ngali Murtala yaitu salah seorang kerabat Sunan Ngampel. Pra Mataram Eksistensi Pemalang telah disebutkan dalam Bujangga Manik, sebuah naskah kuno berbahasa Sunda yang diperkirakan ditulis pada akhir abad XV. Pada abad XVI, catatan Rijkloff van Goens dan data buku W. Fruin Mees menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja. Dalam perkembangan kemudian, Panembahan Senopati dan Panembahan Seda Krapyak dari Mataram menaklukkan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal. Pemalang dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan Semarang. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang dan Wiradesa dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut. Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga abad XIV dan XV, dan kemudian berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah Kerajaan Demak, Cirebon dan kemudian Mataram. Pada masa itu daerah pantai sekitar Pemalang dan Comal telah menjadi tempat persinggahan dalam perjalanan antara Demak dan Cirebon. Terdapat babad yang menceritakan bahwa Pangeran Benawa, Sultan Pajang yang ketiga (1586–1587), setelah tersingkir dari tahtanya lalu pergi membuka daerah pemukiman baru di sekitar wilayah Pemalang, dan menetap di sana hingga wafatnya. Berdasarkan kepercayaan penduduk setempat, Pangeran Benawa dimakamkan di pemakaman kuno di Desa Penggarit, Kecamatan Taman, Pemalang. Masa Kadipaten dibawah Kerajaan Mataram Sejak sekitar 1622–1623, wilayah Pemalang sudah menjadi apanase (daerah kekuasaan) Pangeran Purbaya dari Mataram, yang mana seorang Kyai Lurah mewakilinya sebagai pelaksana pemerintahan setempat (stads houder). Seorang tokoh bernama Raden Maoneng diyakini masyarakat Pemalang sebagai salah seorang leluhur mereka. Makamnya di Dukuh Maoneng, Desa Bojongbata, di pinggir Kecamatan Pemalang sebelah selatan banyak dikunjungi peziarah. Beberapa sumber menyebutkan adanya tokoh bernama Tumenggung Mangun-Oneng, yaitu seorang panglima perang Sultan Agung yang memimpin pasukan Mataram dalam penaklukkan Surabaya pada tahun 1625. Pada masa Sunan Amangkurat I memerintah Mataram (1645–1677), Pemalang sudah berkembang menjadi salah satu dari kota-kota niaga maritim di pesisir utara Jawa, yang diatur dan diawasi dengan ketat oleh Mataram. Catatan Belanda menyebutkan bahwa Mataram mengangkat para adipati (stedehouders) dan syahbandar (sabandars of te tolmeesters) di kota-kota tersebut, serta memiliki dua pejabat tinggi (commissarissens) pengawas pesisir khusus untuk memastikan monopoli Mataram atas kegiatan perdagangan mereka. Pada sekitar tahun 1652, Sunan Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan takhta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678. Masa Perang Diponegoro Menurut catatan Belanda pada tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung Suralaya. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang Diponegoro. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823–1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati Tegal, Kendal dan Batang tanpa menyebut Bupati Pemalang. Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw yang berjudul De Java Oorlog van 1825–1830 dilaporkan bahwa Residen Van den Poet mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat. Pada tahun 1832, Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. Afdeling Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan Randudongkal. Dan Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat di Desa Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari Kabupaten ini namun masih ditemukan petunjuk lain. Petunjuk itu berupa sebuah dukuh yang bernama Oneng yang masih bisa ditemukan sekarang ini di Desa Bojongbata. Sedangkan Pusat Kabupaten Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa bangunannya masih bisa dilihat sampai sekarang yaitu disekitar Klinik Ketandan (Dinas Kesehatan). Pusat Kabupaten yang ketiga adalah kabupaten yang sekarang ini (Kabupaten Pemalang dekat Alun-alun Kota Pemalang). Kabupaten yang sekarang ini juga merupakan sisa dari bangunan yang didirikan oleh Kolonial Belanda. Yang selanjutnya mengalami beberapa kali rehab dan renovasi bangunan hingga kebentuk bangunan joglo sebagai ciri khas bangunan di Jawa Tengah. Masa Kolonial Belanda Pada tahun 1918, di Pemalang berdiri organisasi pergerakan wanita Wanito Susilo, yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan. Pada tahun 1932, Widuri menjadi tempat pembuatan film berjudul Atma de Visser yang diproduksi oleh perusahaan Krügers Film. Banjir juga pernah menerjang Pemalang pada masa kolonial. Pada tahun 1908, Sungai Rambut dan Sungai Srengseng meluap, merendam jalur kereta api. selain bencana banjir, Pemalang juga pada masa kolonial juga pernah serangan wabah penyakit. Pada tahun 1910, ditemukan kasus kolera, paling banyak di Pemalang dan Comal. Kabupaten Pemalang mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Sejak tahun 1948, Pusat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Pemalang berkedudukan di Pemalang. Hari Jadi dan Sesanti Sebagai suatu penghormatan atas sejarah terbentuknya Kabupaten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pemalang. Hal ini selalu untuk memperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang. Salah satu alternatif penetapan hari jadi Kabupaten Pemalang ialah pada saat diumumkannya pernyataan Pangeran Diponegoro untuk mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823. Namun, berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang, hari jadi Pemalang adalah tanggal 24 Januari 1575, atau bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Keputusan tersebut selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang. Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkala Lunguding Sabda Wangsiting Gusti yang mempunyai arti harfiah: kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751. Sedangkan tahun 1496 Je diwujudkan dengan Candra Sengkala Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941. Adapun Sesanti Kabupaten Pemalang adalah Pancasila Kaloka Panduning Nagari, dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/daerah dengan mempunyai nilai 5751. Geografi Kabupaten Pemalang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis, kabupaten ini terletak antara 109°17'30" – 109°40'30" BT dan 6°52'30" – 7°20'11" LS. Luas wilayah kabupaten ini ialah sebesar 111.530 km². Ibu kota kabupaten ini adalah Kota Pemalang, yang terletak di ujung barat laut wilayah kabupaten dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal. Kabupaten ini berjarak kira-kira 135 km ke arah barat dari Semarang, ibu kota Provinsi Jawa Tengah, atau jika ditempuh dengan kendaraan darat memakan waktu lebih kurang 3-4 jam. Kabupaten Pemalang berada di lintas utara Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Semarang. Selain itu terdapat pula jalan provinsi yang menghubungkan Kabupaten Pemalang dengan Kabupaten Purbalingga. Batas wilayah Batas wilayah Kabupaten Pemalang antara lain: Topografi Kabupaten Pemalang memiliki topografi bervariasi. Bagian utara merupakan dataran rendah, berupa daerah pantai dengan ketinggian berkisar antara 1-5 meter di atas permukaan laut. Bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur dengan ketinggian 6–15 m di atas permukaan laut; sedangkan bagian selatan merupakan dataran tinggi berupa pengunungan yang subur serta berhawa sejuk dengan ketinggian 16–925 m di atas permukaan laut. Puncak tertingginya ialah Gunung Slamet, yang berada di perbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Purbalingga, dan merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah. Wilayah bagian selatan Pemalang biasa disebut Waliksarimadu yaitu singkatan Watukumpul, Belik, Pulosari, Moga, Warungpring dan Randudongkal. Wilayah tersebut juga sering disebut sebagai Pemalang Selatan. Wilayah Kabupaten Pemalang dilintasi oleh tiga sungai besar, yaitu Sungai Comal, Sungai Waluh, dan Sungai Rambut, yang menjadikannya sebagai daerah aliran sungai yang subur. Sungai Comal merupakan sungai terbesar, yang alirannya melalui tujuh wilayah kecamatan di kabupaten ini, dan bermuara ke Laut Jawa tepatnya di Tanjung Pemalang. Iklim Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Kependudukan Pada tahun 2021, penduduk Kabupaten Pemalang berjumlah 1.522.301 jiwa, dengan kepadatan rata-rata 1.362/km². Kecamatan Comal memiliki kepadatan tertinggi yaitu sebesar 3.562 jiwa/km2 yang artinya, setiap 1 Km2 didiami oleh sekitar 3.562 orang. Sedangkan kecamatan Watukumpul memiliki angka kepadatan rata-rata paling rendah, yaitu sebesar 588.21 jiwa/km2. Agama Ekonomi Pasar tradisional Pasar Banjardawa Banjardawa I, Banjardawa, Kec. Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52361 Pasar Bantarbolang Karangasem, Bantarbolang, Kec. Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52352 Pasar Beji Jalan Perintis Kemerdekaan No.109, Beji, Kec. Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52361 Pasar Comal Posongan, Purwoharjo, Kec. Comal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52363 Pasar Pagi Pemalang Jalan Mawar No.Desa, Mulyoharjo, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52319 Pasar Petarukan Jalan Kartini No.184, Petarukan, Kec. Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52362 Pasar Randudongkal Dusun III, Randudongkal, Kec. Randudongkal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52353 Pasar Belik komplek pasar, Jalan Raya Belik–Pulosari, Bentar, Dukuh Tengah, Kec. Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52355 Pasar Moga Campakawulung, Banyumudal, Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52354 Pasar Paduraksa Jalan D.I. Panjaitan, Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia Perhutani Berbagai kategori hutan tersedia di Kabupaten ini seperti Hutan Lindung, Hutan Suaka Alam dan Wisata, Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas, Hutan Bakau dan Hutan Rakyat. Hasil kehutanan antara lain Kayu Jati, Kayu Albasia, Kayu Mahoni dan juga Getah Pinus. Pendidikan Perguruan Tinggi STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Pemalang ITB Adias Pemalang Akademi Kebidanan Bhakti Pertiwi Pemalang SMK SMK (SMEA) BINA PEMALANG SMK (SMEA) IDAMAN SMK (SMEA) ISLAM NUSANTARA SMK (SMEA) MUHAMMADIYAH 1 PEMALANG SMK (SMEA) MUHAMMADIYAH ULUJAMI SMK (SMEA) N 1 PEMALANG SMK (SMEA) PERIKANAN LAUT NUSANTARA PEMALANG SMK (SMEA) PGRI 2 TAMAN PEMALANG SMK (SMEA) PGRI 3 RANDUDONGKAL SMK (SMEA) TEXMACO PEMALANG SMK (SMEA) TUNAS KARYA SMK (SMKK) ISLAM AL-KHOIRIYAH SMK (STM) BARUNA PUTRA PETARUAKN PEMALANG SMK (STM) ISLAM PEMALANG SMK (STM) MUH BELIK SMK (STM) N AMPELGADING SMK (STM) NUSANTARA 1 COMAL SMK (STM) PGRI I TAMAN SMK (STM) SATYA PRAJA 1 PETARUKAN SMK (STM) SATYA PRAJA 2 PETARUKAN SMK 5 MUHAMADIYAH SMK PARIWISATA LIBERTY SMKN 1 PETARUKAN Lembaga Kursus Pelatihan LKP Duta : Kursus Komputer, Ms Office, Sertifikasi (dutastudy.com), Bimbingan Belajar LPKS ACOF : Teknisi HP, Tata Rias Rambut, Tata Rias Pengantin, Tata Boga LPKS ANUGRAH : Baby SItter Pusat perbelanjaan Basa Toserba Jalan Jend. Sudirman No.30, Mulyoharjo, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52313, Indonesia Ria Busana Jalan Jend. Sudirman No.288, Pelutan, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52312 Sirandu Mall Kebondalem, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52319 Swalayan Pemalang Permai Jalan Jend. Sudirman, Kebondalem, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52312 Toko Sukses Busana Jalan Jend. Sudirman No.149, Mulyoharjo, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52313 Toserba Yogya Jalan Jend. Sudirman No.94, Pelutan, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52312, Indonesia Perbankan Layanan jasa perbankan di Kabupaten Pemalang dilayani oleh 4 buah Bank milik pemerintah BRI, BNI, Bank Mandiri dan Bank Jateng dan 7 buah bank swasta nasional seperti BCA, Bank Muamalat, Bank Danamon, CIMBNIAGA, Bank Mega, Bank Sinar Mas dan BTPN serta bank milik pemerintah daerah sebanyak 3 buah yaitu BPR, BKK, dan Bank Pasar. Hotel Airy Jenderal Sudirman Timur 5 Akasia Budget Hotel GM Hotel Hotel Dewi Sri Hotel Dina Hotel Grand Royal Hotel Kencana Hotel Murni Hotel Pemalang Hotel Podomoro Hotel Regina Hotel Segoro Panorama Hotel SB Hotel Sentana Mulia Hotel The Winner Hotel Wisma Paragon Pemalang Industri PT Blue Star Anugerah PT Cahaya Timur Garmindo PT Candi Mekar PT Casuarina Harnessindo PT Cosmoprof Indokarya PT Daiwabo Garment Indonesia PT Dalim Fideta Kornesia PT Haitwo Anugerah Nibras PT Ciomas Adisatwa PT Mega Putra Garmen PT Multikarya Garmen Texindo PT Panca Budi Idaman PT Philips Seafood Indonesia PT Ria Indah Terang Abadi PT Rindang Jati Spinning PT Sandy Nazwatex Jaya Perikanan Menyadari besarnya potensi yang dimiliki Pemerintah Kabupaten Pemalang mengembangkan budidaya ikan dan biota air laut. Selain juga berupa perikanan darat berupa Tambak, Kolam, Karamba, dan budidaya biota air tawar. Dengan areal tambak seuas 1.728 hektar komoditas yang dikembangkan berupa Bandeng, Udang Windu dan Kepiting Soka. Sedangkan produk perikanan laut yang mempunyai nilai jual tinggi diantaranya berupa Ikan Teri Nasi, Udang, Rajungan dan Bawal Putih. Pertanian Sektor pertanian dengan lahan sawah seluas 38.617 hektar dan lahan kering 23.813 hektar masih menjadi tulang punggung perekonomian di Kabupaten ini, komoditas yang menonjol untuk tanaman pangan adalah Padi, Ketela Pohon dan Jagung, Sayur-sayuran, Bawang Merah, Cabai Merah dan Ketimun. Sedangkan produksi buah-buahan adalah Nanas Batu, Nanas Madu, Pisang , Kelapa dan Mangga. Penerbitan Buku Dramaturgi Peternakan Ternak seperti Sapi Potong, Sapi Perah, Kambing, Domba, Kerbau, Kuda, Ayam Buras, Ayam Petelur, Ayam Pedaging dan Itik, Burung Puyuh, Burung Dara sangat cocok dikembangkan di Kabupaten ini. Perkebunan Salah satu andalan Kabupaten Pemalang adalah “Teh” dengan produksi sebesar 927,53 ton, dengan luas area perkebunan sebesar 15.713 hektar. Produksi perkebunan andalan lainnya adalah Tebu, Kelapa Sayur, Glagah Arjuna, Cengkih, Kopi, Tembakau, Kakao, Lada, Nilam, dan Karet tumbuh subur di Kabupaten ini. Sumber Daya Alam Kandungan sumber daya alam yang paling potensial di Kabupaten Pemalang khususnya pemalang bagian selatan yang terletak di lereng Gunung Slamet adalah berupa Tambang Diorit, Kaolin, Batu Gamping, dan Batu Marmer. Olahraga PSIP Pemalang Klub yang berjuluk Laskar Benowo ini bermarkas di Stadion Mochtar Pemalang. Pada tahun 2018 tim PSIP Pemalang berhasil menjadi juara liga 3 Jateng . Serta ikut dalam babak pendahuluan namun hanya bisa sampai babak 2 karena dikalahkan PS Kota Pahlawan Surabaya. Di ajang Piala Indonesia tim ini berhasil masuk 64 besar. PSIP memiliki 2 basis suporter yaitu Lasbo Mania dan Ultras LBS. Transportasi Kabupaten Pemalang terletak di jalur utara Pulau Jawa, menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Semarang dimana akses menuju ibu kota kabupaten mudah diakses melalui Jalan Tol Trans Jawa yang melintasi kabupaten ini. Di angkutan darat, Terminal Pemalang adalah terminal bus utama di Kabupaten Pemalang yang melayani angkutan bus antarkota maupun pedesaan, menghubungkan Pemalang dengan berbagai kota di Pulau Jawa dan ibu kota kabupaten dengan kecamatan lainnya. Pada perkeretaapian, Kabupaten Pemalang juga dilalui jalur kereta api lintas utara Jawa yang menghubungkan kedua kota besar di Indonesia, yakni Jakarta dan Surabaya melalui Semarang. Stasiun Pemalang adalah stasiun kereta api utama di Kabupaten Pemalang yang melayani kereta api antarkota dan aglomerasi dengan ketinggian 6 . Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit RS Harapan Sehat Jalan R.E. Martadinata, Pelutan, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52312 RS Islam Al-Ikhlas Jalan Kolonel Sugiyono No.13, Banjardawa III, Taman, Kec. Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52361 RS Muhammadiyah Mardhatillah Dusun V, Randudongkal, Kec. Randudongkal, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52353 RS Muhammadiyah Rodliyah Achid Jalan Raya Moga–Pulosari No.KM, Simadu, Banyumudal, Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52354 RS Prima Medika Jalan Slamet Riyadi No.321, Mulyoharjo, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52313 RS Santa Maria Jalan Pemuda No.24, Mulyoharjo, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52313 RSU Comal Baru Sewuni, Ujunggede, Kec. Ampelgading, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52364 RSU Siaga Medika Jalan Perintis Kemerdekaan No.1, Sawah, Beji, Kec. Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52361 RSUD Dr.M.Ashari Jalan Gatot Subroto No.41, Bojongbata, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52319 Puskesmas Puskesmas Banjardawa Puskesmas Jebed Puskesmas Bantarbolang Puskesmas Banyumudal Puskesmas Belik Puskesmas Cikadu Puskesmas Jatiroyom Puskesmas Kabunan Puskesmas Kalimas Puskesmas Karangasem Puskesmas Kebandaran Puskesmas Kebondalem Puskesmas Klareyan Puskesmas Watukumpul Puskesmas Warungpring Puskesmas Sarwodadi Puskesmas Losari Puskesmas Mojo Puskesmas Mulyoharjo Puskesmas Paduraksa Puskesmas Petarukan Puskesmas Pulosari Puskesmas Purwoharjo Puskesmas Randudongkal Puskesmas Rowosari Pendidikan Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Kabupaten Pemalang terus menggiatkan proses pendidikan yang terpadu dan berkesinambungan difasilitasi dengan 359 Sekolah Taman Kanak-kanak, 2 buah Sekolah Luar Biasa, 868 SD/MI, 161 SMP/MTS, 37 SMA/MA, 53 SMK dan 3 buah perguruan tinggi menjadikan sumberdaya manusia yang berkualitas dan mandiri. Media Massa De Best Radio 101,1 FM G-news Kabar Pemalang Lppl Radio Swara Widuri 87,7 FM Puskapik Radio Persada 93,6 FM Radio Pop 89,3 FM Radio TFM 102,7 FM Radio Thomson 96,00 FM Media Kabar Kita Media Kita Pariwisata Alun-Alun Pemalang Jl. Jend. Sudirman, Kebondalem, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52312 Benowo Park Taman Makam Pangeran Benowo, Sawah,Ladang, Penggarit, Kec. Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52361 Bukit Igir Kandang RT.04/RW.04, Sawah, Clekatakan, Kec. Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52355 Bukit Kukusan Jl. Raya Moga – Guci Gn. Sambung, Gambuhan, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah Bukit Mendelem Hutan Dan Sawah, Mendelem, Kec. Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52356 Bukit Samoan Desa Siremeng, Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah Wippas Surajaya Jalan Dukuh Slarang, Area Sawah / Kebun, Surajaya, Pemalang, Pemalang Regency, Central Java 52318 Bukit Tangkeban Jl. Bukit Tangkeban, Tangkeban, Nyalembeng, Kec. Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52355 Curug Bengkawah Jl. Sikasur - Simpur, Karangmulyo, Sikasur, Kec. Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52356 Curug Sibedil Jl. Kyai Abdurrosyid Rt.01 / Rw.03, Dusun Karangbulu, Sima, Moga, Karangbulu, Sima, Kec. Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52354 Curug Barong Barong, Simpur, Kec. Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52356 Curug Sejajar Wisata Alam, Sawah Dan Hutan, Badak, Kec. Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52356 Curug Maratangga Sawah, Sima, Kec. Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52354 Hutan Mangrove Comal Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang Kampoeng Teh Semugih Jl. Raya Moga - Pulosari No.KM. 02, Simadu Barat, Banyumudal, Kec. Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52354 Kolam Kalisuci Moga Kalibuntu, Moga, Kec. Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52354 Makam Syeikh Maulana Syamsuddin Jl. Yos Sudarso, Pencolotan, Sugihwaras, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52315 Pabrik Gula Sumberharjo Jl. Sumberharjo, Karangsambung, Wanamulya, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52319 Pantai Joko Tingkir Jalan Desa Kendal-Doyong, Jl. Raya Joko Tingkir, Nyamplungsari, Kec. Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52362 Pantai Widuri Jl. Yos Sudarso, Widuri, Pemalang, Pemalang, jawa Tengah, Indonesia, 52314 Pantai Blendung Desa Blendung, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52371 Pendakian Gunung Slamet Via Dhipajaya, Via Jurangmangu, Via Penakir, Via Cemara Sakti Taman Patih Sampun Jl. Gatot Subroto No.31, Bojongbata, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52319 Telaga Silating di Desa Sikasur, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Telaga Rengganis Desa Gapura, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang Telaga Jendul Belik-Bodas, Watukumpul, Ladang,Hutan, Bodas, Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52357 Waterboom Zatobay Jl. KH. Wahid Hasyim No.7, Bandelan 2, Wanarejan Selatan, Kec. Taman, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52361 Wisata Jambe Kembar Bentar, Belik, Kec. Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52356 Taman Gumelem Sawah, Mulyoharjo, Kec. Pemalang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah 52313 Perhelatan Road To Kilau Raya MNCTV Perhelatan Road to kilau di Kabupaten Pemalang, sukses digelar dan membuat 40.000 warga yang datang memadati pantai widuri, larut dalam alunan musik dangdut dan goyangan artis-artis papan atas. Guyuran hujan tidak menyurutkan antusiasme dari warga Pemalang untuk menyaksikan idola mereka diantaranya, Inul Daratista, Cak Sodiq, Tasya Rosmala, Nita Thalia, IIux, Dewi Persik, Jihan Audy, Denny Caknan, Abi KDI, Julia Vio, Suci KDI, Eva Puka, Abi KDI, Lebby dan Limbad. Acara yang disiarkan secara langsung oleh MNCTV ini dibuka oleh Inul Daratista, Nita Thalia dan Dewi Persik dengan lagu 'Goyang inul, Polisi dan Bojo galak' di temani para kostum karnaval tampil memukau membuat para penonton bernyanyi dan bergoyang bersama larut dalam suasana yang meriah. Dilanjutkan lagi oleh Deni caknan dan Tasya Rosmala dengan membawakan lagu 'Kortonyono medot janji' membuat warga Pamalang terus bergoyang tanpa henti. Tak kalah juga Cak Sodiq berkolaborasi denga Nita Thalia menghipnotis warga dengan lagu 'Pamer bojo', juga Ilux Id, Suci KDI dan Lebby mengajak seluruh penonton di Pantai Widuri pada malam tadi ikut bernyanyi. Festival Budaya Bangkuncung Aneka kesenian tradisional khas desa-desa se Kecamatan Warungpring, ditampilkan dalam Festival Budaya Bangkuncung atau Terbang Kencer Kuntulan dan Calung, di Lapangan Kecamatan Warungpring, Kabupaten Pemalang pada Minggu (16/2/2020). Basuki SPd, ketua panitia menjelaskan, festival budaya ini mengambil tema mengembangkan dan melestarikan budaya daerah untuk Warungpring maju. Munculnya kesenian Bangkuncung ini dilatarbelakangi kesenian daerah yang merupakan suatu budaya yang keberadaannya sangat melekat di dalam struktur masyarakat daerah. Perkembangannya dipercepat oleh seringnya dipentaskan dalam acara-acara tertentu. Walau demikian kesenian tersebut terancam makin tertinggal. “Festival ini untuk mengembangkan dan melestarikan budaya daerah,” katanya. Di Kecamatan Warungpring, banyak kesenian daerah yang sudah mengakar, dan punya ciri berbeda dengan lainnya seperti terbang kencer, kuntulan (seni silat) dan calung (kombinasi antara angklung dan musik tabuh atau gendang). “Festival ini menggali kreativitas utamanya generasi muda, dalam upaya mengembangkan budaya asli daerah,” imbuhnya. Imam Fahrudin, panitia lainnya menambahkan, kesenian daerah yang ditampilkan antara lain karnaval budaya Bangkuncung, pameran durian Warungpring, pameran UMKM, festival dolanan anak, tari massal, aerobik massal, batik karnaval, sintren humor dan makanan tradisional dan lainnya. “Lewat Festival Bangkuncung ini, semoga budaya daerah di Kecamatan Warungpring makin maju dan dikenal masyarakat,” ujarnya. Festival Wong Gunung 2019 Atraksi seni budaya biasanya menggambarkan suka cita masyarakat. Namun di Pemalang, kondisi masyarakat yang kesulitan air bersih, dikemas menjadi sebuah atraksi pertunjukan budaya yang sangat menarik. Bertajuk Festival Wong Gunung 2019, gambaran tentang kesulitan warga tentang air bersih ditampilkan dalam pertunjukan menarik. Prosesi pengambilan air yang disebut ‘Ritual Agung Banyu Penguripan’, dari lereng gunung Slamet oleh para kesatria untuk keperluan masyarakat menjadi sebuah karya seni yang indah ditampilkan di Lapangan Pulosari Pemalang, Minggu (8/9/2019). Prosesi itu menggambarkan bagaimana kisah tujuh kesatria terpilih yang ditugaskan mengambil air dari tujuh sumber mata air Gunung Slamet. Setelah air berhasil diambil, kemudian Banyu Panguripan itu diruwat, dikirab dan diserahkan kepada masyarakat. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang hadir dalam acara Festival Wong Gunung 2019 mengapresiasi kreativitas masyarakat itu. Menurutnya, masyarakat Jawa Tengah adalah orang-orang kreatif yang memiliki jiwa seni tinggi. “Jawa Tengah memiliki potensi budaya tradisional yang sangat berlimpah. Kalau semua disatukan dan dilestarikan, tentu akan menjadi kekuatan besar. Hari ini saya terkejut, kisah kesulitan air karena kemarau saja bisa jadi pertunjukan sebagus ini,” kata Ganjar. Kegiatan Festival Wong Gunung yang diselenggarakan di desa lereng Gunung Slamet, lanjut dia, juga merupakan hal yang membanggakan. Sebab saat ini, geliat kesenian tidak hanya terlihat di kota-kota besar saja, namun di pelosok daerah, semangat berkesenian terus tumbuh. “Kita butuh banyak atraksi-atraksi kesenian semacam ini. Selain untuk menarik wisatawan, kalau banyak pertunjukan seni, maka masyarakat akan bahagia,” tegasnya. Ganjar juga mengomentari terkait kondisi kekurangan air bersih di Kecamatan Pulosari. Saat ini lanjut dia, program air bersih untuk Kecamatan Pulosari sudah dikerjakan oleh pemerintah pusat, dan dalam proses penyelesaian Detail Engineering Design (DED). “Saya akan kawal sendiri program ini, agar dalam 1-2 tahun ke depan, daerah ini sudah tidak kesulitan air bersih lagi,” tegasnya. Bupati Pemalang Junaedi mengatakan, Festival Wong Gunung awalnya hanya kegiatan seni kecil dari beberapa wilayah di Pemalang. Kemudian, prosesi itu digabungkan menjadi lebih besar dalam empat tahun terakhir. “Alhamdulillah antusiasme masyarakat menyaksikan prosesi ini semakin besar. Kami berharap, festival ini dapat masuk dalam kalender event nasional agar semakin banyak wisatawan yang datang ke Pemalang,” kata dia. Karnaval Batik Jawa Tengah Karnaval ini merupakan ajang resmi pada setiap Pesta Rakyat HUT Jateng. Tak terkecuali perayaan ke 68 tahun ini yang digelar di Kabupaten Pemalang pada Minggu (19/8/2018). Karnaval menampilkan kreasi kostum 21 kabupaten/kota dengan panduan kreativitas desain, keselarasan dan penampilan. Ketua Dekranasda Jateng, Siti Atiqoh, mengatakan Jateng sangat kaya kerajinan dan keseniannya. Khusus batik, kata Atiqoh, hampir setiap kabupaten/kota memiliki ciri khas corak masing-masing. "Itu kekayaan yang tidak hanya dijaga, tepai dikembangkan." Gandulan Culinary Center Fest Festival 2022 Diskoperindag (Dinas Koperasi dan UMKM, Perindustrian, dan Perdagangan) Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, akan menggelar event GCC Fest 2022 pada 9-14 Agustus 2022, mendatang. Gelaran festival yang bekerja sama dengan Alap-Alap Manajemen ini akan dilaksanakan di GCC (Gandulan Culinary Center) Pemalang dimeriahkan oleh serangkaian acara seperti bazar pentas seni, live music, hingga perlombaan. Denny Caknan akan memeriahkan GCC Fest Pemalang 2022 pada 11 Agustus 2022, sedangkan Tyok Satrio (X-Factor) tampil pada 14 Agustus 2022. Festival Bandeng Bakar Desa Mojo Ratusan warga terlihat antusias dalam acara Festival Bandeng Bakar di Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang Sabtu (6/8/2022). Festival ini digelar sebagai upaya mengenalkan produk budidaya perikanan milik warga setempat kepada masyarakat luas. Setidaknya ratusan kilogram bandeng segar yang disediakan panitia ludes dalam festival tersebut. Pengunjung yang datang dikenakan tiket Rp 20.000 untuk bisa menyantap satu porsi lengkap olahan bandeng bakar. Selain menyantap makanan pengunjung juga bisa menikmati hiburan musik dangdut yang disiapkan panitia. "Kita siapkan 2,5 kuintal ikan bandeng atau 1.000 tiket ke pengunjung. Sudah habis dalam hitungan jam," ungkap satu panitia acara, Mulasti, Sabtu (6/8/2022). Festival Kuliner Dan Pameran UMKM Plt Bupati Pemalang, Mansur Hidayat membuka Festival Kuliner dan Pameran UMKM di Kecamatan Randudongkal, Sabtu (27/8/2022). Festival Kuliner dan UMKM ini digelar selama 2 hari, yaitu Sabtu (27/8/2022) dan Minggu (28/8/2022). Mansur mengharapkan kegiatan serupa lebih sering digelar, bukan hanya untuk memperingati HUT RI, tetapi juga menjadi acara rutin untuk mempromosikan UMKM Randudongkal dan sekitarnya. Mansur juga mengapresiasi Persatuan Bakulers Randudongkal (PBR), yang telah memprakarsai acara ini, sebagai bagian dari upaya menggeliatkan kembali UMKM setelah pandemi. Kuliner Khas Masakan Masakan khas Pemalang adalah: Nasi megono Lontong dekem Keong kraca Kepiting Lemburi Lotek Nasi grombyang Pecak belut Sate Loso Sego tahu Comal Bakso Daging Jajanan Makanan khas Pemalang adalah: Kamir Ogel-Ogel Mendoan Oleh-oleh Oleh-oleh khas Pemalang adalah: Opak Angin Apem Comal Kerupuk Useg Nanas Madu Tahu Dongkal Sarung Goyor Batik Pemalangan Kerajinan Kulit Ular Kesenian Daerah Sintren Jaran Kepang Baritan Kuntulan Krangkeng Tarian Daerah Tari Selendang Pemalang Salah satu tarian daerah yang pernah ditampilkan oleh 100 penari dalam pembukaan acara Pesta Rakyat Pemalang tahun 2016. Tarian ini telah diresmikan sebagai tarian khas asal Pemalang oleh Junaedi selaku Bupati Pemalang pada tanggal 17 September 2012. Tarian yang diciptakan oleh seniman bernama Drs. Ki Kustoro mendapatkan inspirasi dari sejarah awal mula terbentuknya Kabupaten Pemalang. Busana yang dikenakan oleh penari sangat sederhana ditambah dengan aksesori bunga melati di sanggul. Keunikan dari tarian rakyat Pemalang ini terletak pada selendang yang menjadi ciri khasnya yaitu ujung selendang ditali dengan maksud supaya warga Pemalang bisa menyimpan rahasia dengan baik. Tari Selendang Pemalang bisa dibawakan dalam berbagai acara seperti sambutan tamu, acara pernikahan dan lain-lain. Tari Silakupang Tarian daerah asal Cikendung, Pemalang memiliki nilai religius, romantic, gagah dan lincah ini pernah tampil dalam acara Parade Tari Nusantara tahun 2017. Tari silakupang merupakan kolaborasi dari beberapa kesenian di Pemalang seperti sintren, lais, kuntulan dan jaran kepang. Tari Denok Widuri Tarian daerah di Pemalang Jawa Tengah selanjutnya yakni Tari Denok Widuri yang diciptakan oleh Sanggar Tari Srimpi di Desa Ujunggede, Kabupaten Pemalang. Berasal dari bahasa Jawa kata “denok” memiliki arti anak perempuan, sedangkan kata “widuri” merupakan nama daerah di Pemalang yang memiliki pantai yang indah. Maka dari itu, Tari Denok Widuri mempunyai arti kehidupan gadis-gadis di pesisir Pantai Widuri Pemalang. Hal itu digambarkan dalam gerakan tari yang energik serta ekspresi penari yang ceria diiringi oleh musik tradisional yakni gamelan jawa dengan tempo beragam. Tari Tani Melati Tari Tani Melati yang menggambarkan keseharian masyarakat di daerah pesisir utara Jawa yakni pantura. Di daerah tersebut tepatnya Desa Kaliprau, Ulujami sebagian masyarakatnya banyak bekerja sebagai petani bunga melati. Maka dari itu Tari Tani Melati yang digarap oleh koreografer Bayu Kusuma Listyanto, S.Sn mengangkat ragam gerak tari seperti beranjak, bergegas, berangkat ke ladang untuk memetik, menyortir serta meronce bunga melati. Tari Tani Melati pun pernah mendapatkan kesempatan untuk tampil di acara yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di alun-alun Kabupaten Pemalang. Bahasa Masyarakat Pemalang umumnya menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Namun jika dilihat dari logat bahasanya, bahasa Jawa yang dituturkan oleh masyarakat Pemalang terbagi dalam beberapa logat/dialek bahasa. Pemalang berbatasan dengan kabupaten yang mempunyai dialek bahasa Jawa yang berbeda-beda. Inilah yang menyebapkan tiap-tiap kecamatan atau kawasan urban maupun daerah pedesaan di Pemalang mempunyai dialek yang berbeda-beda. Dialek Pemalang Dialek Pemalang Kota dituturkan di sekitar Pemalang Kota misalnya di desa Saradan dan desa Sewaka dan sebagian Kecamatan Taman, Ciri khas dialek ini yaitu memiliki pengucapan yang agak mirip dengan Bahasa Jawa Banten maupun Bahasa Malaysia yakni huruf A di ucapkan "e pepet" (eu) tetapi di Dialek Pemalangan pengucapanya secara ditahan seperti sega, pira, apa di ucapkan segê, pirê, apê misalnya kowé lagi apê?, ajê kaya kuwé maring bapakmu. Dialek ini diyakini merupakan pertemuan Bahasa Jawa Tegal yang berdialek A dengan Bahasa Jawa Pekalongan yang berdialek O. Di Kecamatan Taman, sebagian penduduknya juga menggunakan fonem a dalam berbicara keseharian seperti ana apa koe mene? Sirahe nyong lagi mumet tea. Arusah ganggu ndipit. Dialek lain lagi yang berbeda yaitu di dengan dialek di desa Pelutan yang dekat dengan Tegal. Hal yang paling terlihat adalah adanya penambahan kata ra dan ganing dalam akhir kalimat. Misalnya aja kaya kuwe ra, enyong kei jajane ra, ganing sampeyan kaya kue. Dialek ini juga dapat ditemui pada beberapa desa di kecamatan Bantarbolang dan Warungpring. Dialek Pemalang Timur Selain itu berbeda lagi dengan dialek di Kecamatan Petarukan, Ampelgading, Ulujami, Bodeh dan Comal, orang-orang disana banyak menggunakan fonem o dalam setiap kosa katanya. Misalnya pada tuturan kowe lagi opo?, ojo koyo kui kambi bapakmu. Penggunaan fonem o ini lantaran berdekatan dengan Kabupaten Pekalongan yang mempunyai dialek sendiri. Dialek Pemalang Selatan Sedangkan daerah di Pemalang yang benar-benar terdengar murni sebagai Jawa ngapak seperti pada dialek Banyumas hanya ada di Pemalang bagian selatan yakni Kecamatan Belik, Pulosari dan Watukumpul. Di kecamatan ini banyak menggunakan fonem a, nada bicaranya cepat dan kesamaan kosakatanya dengan dialek Banyumasan. Misalnya pada ujaran aja kaya kuwe maring ramamu, uwis mangan po durung mbok, regane pira segane. Tokoh Terkenal Hendra Setiawan pemain bulu tangkis ganda putra Indonesia Kristina seorang penyanyi dangdut Indonesia Torro Margens seorang aktor dan sutradara pada era tahun 1970-an dan 1980-an, serta sempat aktif bermain di sinetron dan FTV Mohamad Aris Purnomo seorang perwira tinggi Polri yang sejak 29 April 2021 mengemban amanat sebagai Kepala BNNP Jatim Muammar Zainal Asyikin seorang Qari' senior dan Hafiz dari Indonesia yang dikenal secara nasional maupun internasional Ady Wibowo seorang perwira menengah Polri yang sejak 16 November 2020 mengemban amanat sebagai Kapolres Metro Jakarta Barat Untung Purnomo Kepala Badan Penyalur Tenaga Kerja Angkatan Laut Wilayah Barat (Balurjalbar) Karyoto seorang perwira tinggi Polri yang sejak 27 Maret 2023 menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya Khalawi Abdul Hamid Direktorat Jenderal Penyediaan PerumahanKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Bambang Rudi Pratiknyo seorang Purnawirawan Polri yang sebelumnya menjabat sebagai Widyaiswara Kepolisian Utama Tingkat I Sespim Lemdiklat Polri Budiono (chef) seorang Chef/Juru Masak Profesional di Inggris Sutanto Kepala Badan Intelijen Negara Indonesia (BIN) sejak 22 Oktober 2009 hingga 19 Oktober 2011 Budhi Herdi Susianto seorang perwira menengah Polri yang sejak 17 Desember 2021 mengemban amanat sebagai Kapolres Metro Jakarta Selatan Agus Dwi Putranto seorang perwira tinggi TNI Angkatan Udara lulusan Akademi Angkatan Udara TNI tahun 1983 Nisan Setiadi seorang perwira tinggi TNI-AD yang sejak 25 Oktober 2021 mengemban amanat sebagai Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi BNPT Nazar Nurzaidin Pesepakbola Indonesia yang sekarang bermain untuk klub Barito Putera Referensi Pranala luar Pemalang Pemalang
4098
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Purworejo
Kabupaten Purworejo
Purworejo () adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Purworejo Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Magelang di utara, Kabupaten Kulon Progo (Daerah Istimewa Yogyakarta di timur), Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kebumen di barat. Geografi Kabupaten Purworejo merupakan bagian dari dataran aluvium Jawa Tengah Selatan, yang dibatasi oleh Pegunungan Serayu Selatan dan Gunung Sumbing di sebelah utara, Pegunungan Menoreh di timur, Samudra Hindia di selatan dan dataran Kebumen-Banyumas di sebelah barat. Dataran Kabupaten Purworejo ini tersusun oleh endapan aluvium yang terutama berasal dari rombakan batuan gunung api Tersier penyusun Pegunungan Serayu Selatan dan Pegunungan Menoreh, serta Gunung Api Kuarter Gunung Sumbing. Di bagian utara sebelah timur endapan rombakan tua membentuk kipas aluvium Purworejo, sedangkan di sebelah barat membentuk kipas aluvium Kutoarjo. Dataran Kabupaten Purworejo bagian tengah terdiri atas endapan aluvium pantai tua yang kemudian ditutupi oleh endapan aluvium sungai masa kini yang diangkut oleh Kali Wawar/ Kali Medono di bagian barat, Sungai Jali di bagian tengah, dan Sungai Bogowonto di bagian timur. Dataran Purworejo bagian selatan, mulai dari Kali Lereng sampai garis pantai sekarang, dibentuk oleh endapan aluvium pantai muda. Diperkirakan sumber daya air tanah di bawah dataran Kabupaten Purworejo ini sangat melimpah, dan khusus endapan aluvium pantai muda mempunyai potensi yang tinggi akan bahan tambang pasir besi serta mineral ikutannya. Kabupaten Purworejo Kabupaten Purworejo terletak pada posisi 109° 47’28” – 110° 8’20” Bujur Timur dan 7° 32’ – 7° 54’ Lintang Selatan. Secara topografis merupakan wilayah beriklim tropis basah dengan suhu antara 19 C – 28 C, sedangkan kelembaban udara antara 70%–90% dan curah hujan tertinggi pada bulan Desember 311 mm dan bulan Maret 289 mm. Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Purworejo antara lain Sungai Wawar/ Kali Medono, Sungai Bogowonto, Sungai Jali, Sungai Gebang, Sungai Bedono, Sungai Kedunggupit, Sungai Kodil, dan Sungai Kalimeneng berhulu di Pegunungan Serayu Selatan. Sedangkan Sungai Jebol, Sungai Ngemnan, Sungai Dulang dan Sungai Kaligesing berhulu di Pegunungan Menoreh. Gunung-gunung yang ada di Kabupaten Purworejo diantaranya Gunung Pupur Gunung Mentosari (1.059 m), Gunung Rawacacing (1.035 m), Gunung Gambarjaran (1.035 m) di Pegunungan Serayu Selatan. Sedangkan di Pegunungan Menoreh terdapat Gunung Gepak (859 m) dan Gunung Ayamayam (1.022 m). Sejarah Prasasti Kayu Ara Hiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jika dikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901. Ini menunjukkan telah adanya pemukiman sebelum tanggal itu. Bujangga Manik, dalam petualangannya yang diduga dilakukan pada abad ke-15 juga melewati daerah ini dalam perjalanan pulang dari Bali ke Pakuan. Sampai sekarang, kapan tepatnya tanggal ulang tahun berdirinya Kabupaten Purworejo, masih jadi bahan perdebatan. Ada yang berpatokan pada pada tanggal prasasti diatas, ada juga yang berpatokan pada diangkatnya bupati Purworejo I pada 30 Juni 1830. Setelah dilakukan pengkajian ulang oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Purworejo, ulang tahun Purworejo ditetapkan berpatokan dengan diangkatnya bupati Purworejo. Namun, hal ini masih belum disosialisasikan kembali oleh pemerintah daerah pada masyarakat umum. Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini lebih dikenal sebagai Bagelen (dibaca /ba·gə·lɛn/). Saat ini Bagelen malah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini. Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepada Hindia Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta (akibat Perang Diponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan Kedu dan menjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yang diberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampai sekarang) dengan tata kota rancangan insinyur Belanda, meskipun tetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kota tangsi militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas (sekarang Ghana), Afrika Barat, yang dikenal sebagai Belanda Hitam dipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergaya indisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti Masjid Jami' Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), dan bangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879). Alun-alun Purworejo, seluas 6 hektare, konon adalah yang terluas di Pulau Jawa. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Ekonomi Pertanian Aktivitas ekonomi kabupaten ini bergantung pada sektor pertanian, di antaranya padi, jagung, ubi kayu dan hasil palawija lain. Sentra tanaman padi di Kecamatan Ngombol, Purwodadi dan Banyuurip. Jagung terutama dihasilkan di Kecamatan Bruno. Ubi kayu sebagian besar dihasilkan di Kecamatan Pituruh. Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, Purworejo menjadi salah satu sentra penghasil rempah-rempah (Bahasa Jawa: empon-empon), yaitu: kapulaga, kemukus, temulawak, kencur, kunyit dan jahe yang sekarang merupakan komoditas biofarmaka binaan Direktorat Jenderal Hortikultura. Selain untuk bumbu penyedap masakan, juga untuk bahan baku jamu. Empon-empon yang paling banyak dihasilkan Purworejo adalah kapulaga. Sentra produksi di Kecamatan Kaligesing, Loano dan Bener. Konsumen tanaman empon-empon adalah perajin jamu gendong, pengusaha industri jamu jawa dan rumah makan. Sekitar 75 pabrik jamu di Jawa Tengah mengandalkan bahan baku dari kabupaten ini. Demikian juga pengusaha jamu tradisional di Cilacap, seperti Jaya Guna, Serbuk Sari, Serbuk Manjur dan Cap Tawon Sapi. Pembeli biasanya mendatangi sekitar lima toko penyedia bahan jamu di Pasar Baledono. Kecamatan Grabag dikenal sebagai sentra kelapa yang produksinya selain dimanfaatkan sebagai kelapa sayur, juga diolah menjadi gula merah dan minyak kelapa serta merupakan pusat penghasil mlinjo yang buahnya dijadikan makanan kecil, yaitu: emping. Kecamatan Kaligesing, Bener, Bruno dan Bagelen dikenal sebagai penghasil durian di Kecamatan Pituruh anda akan menemukan sentra hortikultura/pusat hasil buah, yaitu: buah pisang, karena di antara pasar yang ada di Purworejo, Pituruh menyumbang 40% pisang dari keseluruhan pisang di Purworejo. Komoditas pisang di pasar Pituruh dihasilkan dari desa Ngandagan, Kalikotes, Klaigintung, Pamriyan dan Petuguran. Perkebunan Kelapa merupakan tanaman perkebunan rakyat sebagai sumber penghasilan kedua setelah padi bagi sebagian besar petani di Kabupaten Purworejo. Komoditas unggulan perkebunan yang lain, yaitu: kopi, karet, kakao, vanili (tanaman tahunan) dan tebu serta nilam (tanaman semusim). Komoditas Tembakau rakyat sebagai usaha tani komersial, juga telah memberi kontribusi kepada pendapatan negara (devisa) dan pendapatan asli daerah (PAD), sehingga pada 2008 dan 2009 Kabupaten Purworejo mendapat Dana Bagi Hasil Cukai Tembakau (DBHCT). Upaya pemerintah pusat dalam pembangunan perkebunan di daerah, telah merintis pengembangan tanaman jarak pagar yang diharapkan dapat bermanfaat dalam mewujudkan desa mandiri energi sebagai solusi menanggulangi kelangkaan bahan bakar. Peternakan Di bidang peternakan, ternak yang menjadi khas Purworejo adalah kambing peranakan etawa (PE), yakni kambing dari India yang memiliki postur tinggi besar. Peternakaan kambing PE terutama di Kecamatan Kaligesing. Sisanya dari Kecamatan Purworejo, Bruno, dan Kemiri. Di Kecamatan Kaligesing, kambing itu dikawinkan dengan kambing lokal, sehingga tercipta kambing PE ras Kaligesing. Bagi sebagian besar peternak di Purworejo, memiliki kambing ini merupakan kebanggaan tersendiri, ibarat memiliki mobil mewah. Setiap tahun ribuah kambing dipasarkan ke luar Purworejo, termasuk ke Jawa Timur (Ponorogo, Kediri, Trenggalek), Sumatra (Bengkulu, Jambi), Riau dan Kalimantan(Banjarmasin), bahkan pada 2005–2006 pernah ekspor ke Malaysia. Perikanan Di bidang perikanan, Kabupaten Purworejo memiliki potensi cukup besar, baik perikanan tangkap yang dilakukan para nelayan pantai laut selatan meliputi kecamatan Grabag, Ngombol dan Purwodadi. Adapun komoditasnya seperti ikan bawal laut, ikan pari, ikan GT, kakap merah dll. Untuk perikanan budidaya tambak terdapat di desa Jatimalang, Jatikontal dan Gedangan dengan komoditas udang vaname dan udang galah, sedangkan untuk perikanan budidaya air tawar meliputi Budidaya Ikan Gurami terdapat di Desa Kaliurip, Sendangsari, Karangsari (Kecamatan Bener) Desa Penungkulan, Lugosobo dan Pakem (Kecamatan Gebang) serta Desa Maron dan Mudalrejo (kecamatan Loano). Khusus untuk Desa Kaliurip, merupakan pusat percontohan budidaya ikan gurami jenis Jepun dan pernah menjuarai lomba tingkat provinsi Jawa Tengah dan juara harapan II di tingkat nasional. Meski mengalami pasang surut, namun eksistensi budidaya gurami seakan tak pernah mati. Menurut salah satu tokoh penggiatnya Idi Sunarto mengatakan, bahwa sejak tahun 1980-an budidaya ikan gurami telah menjadi mata pencarian sekaligus kebanggaan bagi warga Desa Kaliurip hingga kini. Pada tahun 2013, kerjasama desa Sendangsari dan Penungkulan telah mengajukan penetapan sebagai Kawasan Minapolitan. hal ini dilakukan sebagai langkah terobosan untuk memajukan sektor perikanan air tawar secara lebih besar dan lebih modern. sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih banyak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Industri Di bidang industri, Purworejo memiliki satu industri tekstil di Kecamatan Banyuurip yaitu PT. Ungulrejo Wasono. Selain tekstil, di kecamatan ini ada dua industri pengolahan kayu dengan 387 tenaga kerja. Satu industri yang sama dengan 235 tenaga kerja di Kecamatan Bayan. Saat ini hasil industri yang mulai naik daun adalah pembuatan bola sepak. Industri ini mulai dirintis tahun 2002 di Desa Kaliboto, Kecamatan Bener, bola sepak bermerek Adiora itu sudah menembus pasar mancanegara. Meski baru setahun berdiri, pembuatan bola sepak itu mewarnai kehidupan masyarakat Kecamatan Bener. Pada tahun 2007 berdiri cabang dari rokok Sampoerna di Kecamatan Bayan yang telah memberi kesempatan kerja relatif banyak dengan SDM tidak hanya yang berasal dari Kabupaten Purworejo saja, karena banyak juga tenaga kerja berasal dari luar kabupaten, yaitu: dari Kabupaten Wonosobo dan Temanggung. Pariwisata Dalam bidang pariwisata, Purworejo mengandalkan pantainya di sebelah selatan yang bernama "Pantai Ketawang", "Pantai Keburuhan (Pasir Puncu), "Pantai Jatimalang" didukung dengan gua-gua seperti "Gua Selokarang" dan "Sendang Sono", di Sendang Sono (artinya kolam di bawah pohon sono) masyarakat mempercayai bahwa mandi di sendang tersebut akan dapat mempertahankan keremajaan. Gua Seplawan, terdapat di kecamatan Kaligesing. Goa ini banyak diminati wisatawan karena keindahan goa yang masih asli dan juga keindahan pemandangan alamnya serta hasil buah durian dan kambing ettawa sebagai salah satu ciri khas hewan ternak di Kabupaten Purworejo. Di samping itu, terdapat juga air terjun "Curug Muncar" dengan ketinggian ± 40m yang terletak di kecamatan Bruno dengan panorama alam yang masih alami. Gua pencu di desa Ngandagan merupakan bentuk benteng seperti gua pada zaman Hindia Belanda, dan pada masa itu gua pencu pernah didatangi oleh Presiden Sukarno, tetapi sekarang sudah tidak terawat karena kurang pedulinya aparatur pemerintahan desa. Beberapa objek wisata lainnya di Purworejo; Alun-Alun Purworejo Air Terjun Muncar Air Terjun Nabag Air Terjun Klesem Air Terjun Benowo Air Terjun Gunung Putri Air Terjun Kyai Kate Air Terjun Kaliurip Air Terjun Abang Air Terjun Siklotok-Silangit Air Terjun Sedayu Air Terjun Sidandang Air Terjun Silendung Air Terjun Pendowo Air Terjun Loning Air Terjun Giyombong Air Terjun Jaka Tarub Benteng Pendem Purworejo Dewi Mass Semawung Goa Selokarang Goa Seplawan Goa Sikantong Pantai Ketawang Pantai Keburuhan Pantai Jatimalang Pantai Jatikontal Puncak Geger Menjangan Hutan Pinus Purworejo Hutan Kusumo Asri Purworejo Museum Tosan Aji Stasiun Kereta Api Purworejo Sendang Sono Sungai Kedung Lesung Sungai Bogowonto Puncak Khayalan Sigendol Bendungan Peniron Bendungan Bener Kuliner Daerah Beberapa masakan dan makanan khas Purworejo antara lain: Dawet Hitam: sejenis cendol yang berwarna hitam, sangat digemari pemudik dari Jakarta. Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut "kupat tahu"), sebuah masakan yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa cair dan sayuran seperti kol dan kecambah. Clorot: makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak dalam pilinan daun kelapa yang masih muda (janur kuning). (Berasa dari kecamatan Grabag) Rengginang: gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak, berbentuk bulat, gepeng. Lanting: makanan ini bahan dan bentuknya hampir sama dengan geblek, hanya saja ukurannya lebih kecil. Setelah digoreng lanting terasa lebih keras daripada geblek. Namun tetap terasa gurih dan renyah. Kue Satu: Makanan ini terbuat dari tepung ketan, berbentuk kotak kecil berwarna krem, dan rasanya manis. Kue Lompong: Berwarna hitam, dari gandum berisi kacang dan dibugkus dengan daun pisang yang telah mengering berwarna kecoklatan (klaras). Tiwul punel: Terbuat dari gaplek ubi kayu Krimpying: Makanan ini berbahan dasar singkong, seperti lanting tetapi berukuran lebih besar dan lebih keras, berwarna krem, bentuknya bulat tidak seperti lanting yang umumnya berbentuk seperti angka delapan. Rasa makanan ini gurih. Cenil: makanan ini tebuat dari tepung ketela. Awuggawug: terbuat dari tepung beras ketan yang berisi gula jawa rasanya manis. Kue lapis: dari tepung beras ketan. Transportasi Purworejo terletak di jalur tengah dan selatan Jawa yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Purwokerto dan Bandung dengan Surabaya. Purworejo dapat ditempuh melalui darat menggunakan moda transportasi jalan raya dan kereta api, namun ibu kota kabupaten Purworejo tidak dilintasi oleh layanan kereta api setelah nonaktifnya jalur percabangan Kutoarjo–Purworejo pada tahun 2010, namun akan direaktivasi pada akhir tahun 2023. Stasiun kereta api besar di kabupaten ini terletak di Kutoarjo yang disinggahi kereta api antarkota lintas selatan dan tengah Jawa beserta aglomerasi dan komuter seperti Commuter Line Prambanan Ekspres. Terminal bus utama di kabupaten ini terletak di antara Purworejo–Kutoarjo tepatnya di desa Candisari kecamatan Banyuurip. Sementara itu, Purworejo menghubungkan kota-kota Kebumen di sebelah barat, Wonosobo di sebelah utara, Magelang di sebelah timur laut, dan kota Wates (Kabupaten Kulon Progo, DI Yogyakarta) di sebelah timur. Di sebelah selatan kota Purworejo dikenal jalan raya yang diyakini sebagai bagian dari proyek pembangunan jalan raya Trans-Jawa, Anyer-Panarukan, saat pemerintahan Hindia Belanda berkuasa yang saat ini lebih dikenal dengan jalan Daendels. Serta Purworejo juga punya akses jalan menuju ke utara yaitu Magelang menuju ke Borobudur & langsung ke Semarang melalui jalur nasional Temanggung-Ambarawa-Ruas Tol Semarang-Bawen. Kesenian Purworejo memiliki kesenian yang khas, yaitu dolalak, tarian tradisional diiringi musik perkusi tradisional seperti: Bedug, rebana, kendang. Satu kelompok penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). Kostum mereka terdiri dari: Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di atas tikar). Biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa) kesenian ini sering disebut juga dengan nama Dolalak Dzikir Saman mengadopsi kesenian tradisional aceh dan bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah (arab, artinya: sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi musik-musik yang direquest oleh penonton) Tari Dolalak Tari dolalak merupakan tarian khas daerah Purworejo. Tari ini merupakan percampuran antar budaya Jawa dan budaya barat. Pada masa penjajahan Belanda, para serdadu Belanda sering menari-nari dengan menggunakan seragam militernya dan diiringi dengan nyanyian yang berisi sindiran sehingga merupakan pantun. Kata dolalak sebenarnya berasal dari notasi Do La La yang merupakan bagian dari notasi do re mi fa so la si do yang kemudian berkembang dalam logat Jawa menjadi Dolalak yang sampai sekarang ini tarian ini menjadi Dolalak. Legenda Tundan Obor: setiap musim penghujan, saat hujan rintik, pada senja hari (surup), terdengar suara bergemuruh seperti kentongan ditabuh di sepanjang kali Jali, dimana akan ditemukan beberapa barisan obor yang melayang sepanjang sungai Jali, dari Gunung Sumbing hingga ke pantai, sampai saat ini beberapa warga masyarakat masih meyakini hal ini (dan beberapa mengaku masih menyaksikan). Sebagai bagian dari daerah pesisir Pantai Selatan, legenda Nyi Roro Kidul juga beredar luas di kalangan penduduk. Tokoh Purworejo Ahmad Yani, pahlawan revolusi. Jan Toorop, pelukis Belanda. A.J.G.H. Kostermans, pakar botani Indonesia. Yum Soemarsono, Bapak Helikopter Indonesia. Wilopo, Perdana Menteri Indonesia ke-7. Sarwo Edhie Wibowo, mantan Panglima Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih. Bustanul Arifin, mantan Kabulog Orde Baru Oerip Soemohardjo, pendiri TNI. Johan Hendrik Caspar Kern, ahli bahasa dan orientalis Syekh Imam Puro, Ulama Purworejo. Syekh Abdul Jalal, Ulama Purworejo, makam di desa Awu-Awu, Ngombol Purworejo. Wage Rudolf Soepratman, pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya" (masih diperdebatkan–lihat artikel). Kyai Sadrach, Tokoh Penginjil Jawa; Perintis Gereja Kristen Jawa (GKJ). Danurwindo, mantan pemain dan pelatih Timnas Indonesia, kelahiran Kutoarjo. Erman Suparno,(mentri Tenaga Kerja Kabinet Indonesia Bersatu). Slamet Kirbiantoro, mantan Pangdam Jaya. Endriartono Sutarto,mantan Panglima TNI 2006. Kasman Singodimedjo,tokoh pergerakan 1945. Herman Alex Veenstra, olahragawan polo air Belanda H. Winoto Danoe Asmoro, kepala rumah tangga presiden Soekarno Mayjend. Mardiyanto, mantan Mendagri KIB I Kolonel HR. Soebrantas Siswanto, mantan Gubernur Riau Tafsir Nuchamid, Mantan Wakil Rektor-II Universitas Indonesia 2007-2012 Aris Yunanto, Komisaris PT Energy Management Indonesia (Persero) Karel Heijting, pemain sepak bola Belanda Nicolaus Driyarkara, guru besar filsafat di Universitas Indonesia era 1960-an Thé Tjong-Khing, pelukis Belanda Tjitrowardojo, dokter Jawa semasa politik etis kolonial Hindia Belanda, pengajar Stovia, kakek buyut dari Presiden ke-3 RI, Bacharuddin Jusuf Habibie Laksda. Lilik Supramono, mantan Pangarmatim Brigjend. (Mar) Bambang Sulisno Sono, Sahli KSAL Letjend. Bayu Purwiyono, mantan Danjen Akademi TNI Prof. Dr. Med. Puruhito, Sp.BTKV, ahli bedah jantung, mantan rektor Unair Joes Adipermono, Mantan Komandan Jenderal Logistik TNI Angkatan Darat Pendidikan Pondok Pesantren Pondok Pesantren Al–Anshory, Tulusrejo, Grabag, Purworejo (KH. Masrur Afandi, KH. Muhammad Luthfi Rochman) Pondok Pesantren Al-Anwar An-Nuur, Maron, Loano, Purworejo (KHR. Rofiq Chamid, KHR. Chakim Chamid, KHR Machfud Chamid, KH. Syarqowi Siroj) Pondok Pesantren Al-Iman Bulus Gebang Purworejo, Asuhan Sayyid Hasan Agil Ba'bud Padepokan Sinar Buana, Solotiyang Loano Purworejo (Ustadz Teguh Susanto, LC) Darul Hikmah Islamic Boarding School, Jl S.Parman Kutoarjo Pondok Pesantren An-Nawawi, Berjan Gebang Purworejo Asuhan KH. Achmad Chalwani Nawawi As-Shomadani Pondok Pesantren Misriyyu Nuril Anwar, Maron Loano Purworejo (KHR. Abd Hakim Hamid) Pondok Pesantren Al-Amin Dukuh Gintungan Gebang Purworejo Pondok Pesantren Rodhothul Atfal Bruno Purworejo Pondok Pesantren Daarul Tauhied Kedungsari Purworejo, Asuhan KH Toyfur Mawardi Pondok Pesantren At-Tin Doplang Purworejo Pondok Pesantren Roudlotul Asna Pogungrejo Bayan Pondok Pesantren Al-Barokah Cokroyasan Ngombol Pondok Pesantrean Ma'hadul Ulumis Syariyyah, Plaosan Purworejo, Asuhan KH. Nur Asnawi Kholil Pondok Pesantrean Ma'unah, Plaosan Baledono Purworejo, Asuhan KH. R Dawud Masykuri Pondok Pesantrean Darrussalaam, Plaosan Baledono Purworejo, Asuhan KH. Muslim Sofyan Pondok Pesantrean Darun Naja, Lengkong, Purworejo, Asuhan KH. ABdul Ghofar Sulaiman Pondok Pesantrean Darul Hikmah Kutoarjo, Purworejo, Pondok Pesantren Al–Huda, Sirembes Penungkulan Gebang Purworejo (KH. Muh Barzachi Yusuf) Pondok Pesantren Al–Falah, Manisjangan Bener Purworejo (KH. Ibnu Hajar Dahlan) Pondok Pesantren Al Baidhowi, Kedungloteng Bener Purworejo (KHR.Chadiq Baidlowi) Pondok Pesantren As Shidiqiyyah, Berjan Gebang Loano (KH.Attabiq Bakir) Pondok Pesantren Al Falah, Lugosobo Gebang Purworejo (KH. Ja'far Syamsudin) Pondok Pesantren Irsyadut Tholibin, Sucenjurutengah Purworejo, asuhan Kyai Makin Mubasir Pondok Pesantren Tasymirut Thullab Kebonlegi Bener Purworejo (KH. Zaenal Mukarrom,SH.Alh) Pondok Pesantren Syahir Al falah, Bandongan Sendangsari Bener (Gus Robert Jazuly) Pondok Pesantrean Al–Kholaash Kiyangkongrejo Kutoarjo Purworejo (KH.Muhammad Wahib) Pondok Pesantren Lu'lu'il Qur'anil Maknun Senepo Kutoarjo Purworejo ( KH. Mas'udi Yusuf ) Pondok Pesantren Hidayatullah Qur'an Semawung Kutoarjo Purworejo (KH.Zaenal 'Abidin Al Hafidz) Pondok Pesantren Asy-Syifa Besole Bayan Purworejo (K.Mustawin S.Pdi) Pondok Pesantren Al Qudus Jogoresan Purwodadi Purworejo (KH Abdul Wahid) Pondok Pesantren As Sunan Joso Ngombol Purworejo Pondok Pesantren Al-Jamali Pelutan Gebang Purworejo (KH Muh Asnawi Dahlan, Gus Mustajibburrohman) Pondok At Taslimiyyah Lubanglor Butuh Purworejo (KH.Machin Syadzali) Pondok Pesantren Darul Arqom SMP Muhammadiyah Jono Bayan (Ust Teguh Priyono, S.Pdi) Perguruan Tinggi IBISA (Institut Teknologi Bisnis dan Kesehatan Bhakti Putra Bangsa Indonesia) Universitas Muhammadiyah Purworejo Akademi Komputer Bina Sarana Informatika (BSI) Cabang Purworejo Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nawawi Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Politeknik Sawunggalih Aji Kutoarjo Politeknik Megatek Akademi Keperawatan Purworejo Akademi Kebidanan Bhakti Putra Bangsa STIE "RAJAWALI" Purworejo Ma'had Aly Al-Iman Bulus Sekolah Dasar (SD/sederajat) SD Negeri Kalisemo, Kalisemo, Kecamatan Laono, Purworejo. SD Negeri Pejagran, Pejagran, Ngombol, Purworejo. SD Negeri Pagak, Ngombol, Purworejo MI An Nur, Jogoresan, Purwodadi, Purworejo. SD Negeri 1 Seren, Gebang, Purworejo. SD Negeri 2 Seren, Gebang, Purworejo. SD Negeri Lugosobo 1, Gebang, Purworejo. SD Negeri Lugosobo 2, Gebang, Purworejo. SD Negeri Pakem, Gebang, Purworejo. SD Negeri Kroyo, Gebang, Purworejo. SD Negeri Gintungan 1, Gebang, Purworejo. SD Negeri Gintungan 2, Gebang, Purworejo. SD Negeri Gebang, Gebang, Purworejo. SD Negeri Bendosari, Gebang, Purworejo. SD Negeri Pelutan, Gebabg, Purworejo. SD Negeri Salam, Gebang, Purworejo. SD Negeri Mlaran 1, Gebang, Purworejo. SD Negeri Mlaran 2, Gebang, Purworejo. SD Negeri Ngemplak, Gebang, Purworejo. SD Negeri Ngaglik, Gebang, Purworejo. SD Negeri Wonotopo, Gebang, Purworejo. SD Negeri Kemiri, Gebang, Purworejo. SD Negeri WinongLor, Gebang, Purworejo. SD Negeri Winong Kidul, Gebang, Purworejo. SD Negeri 1 Redin, Redin, Gebang, Purworejo. SD Negeri 2 Redin, Redin, Gebang, Purworejo. SD Negeri Kalitengkek, Kalitengkek, Gebang, Purworejo. SD Negeri Penungkulan, Penungkulan, Gebang, Purworejo. SD Negeri Tlogosono, Tlogosono, Gebang, Purworejo. SD Bulus 2, Bulus, Gebang, Purworejo. SD Negeri Piyono, Piyono, Ngombol, Purworejo. SD Negeri Pangengudang, Purworejo. SD Maria, Purworejo. SD Penabur, Purworejo. SD Prapag Lor II, Pituruh, Purworejo. SD Kristen Pangen, Purworejo SD Ngandagan, Pituruh, Purworejo. SD Doplang, Purworejo SD Brengkelan 1, Purworejo SD Kepatihan, Purworejo SD Baledono 1, Purworejo SD Baledono 2, Purworejo SD Baledono 3, Purworejo SD Pituruh, Purworejo SD Butuh 1, Butuh, Purworejo SD Kedungsari 1, Kedungsari, Purworejo SD Kedungsari 2, Gunungwurung SD Negeri Ringgit, Ringgit, Ngombol, Purworejo SD Negeri Pejagran, Pejagran, Ngombol, Purworejo MI An Nur, Jogoresan, Purwodadi, Purworejo SD Sukogelap Kemiri Purworejo SD Wolojurutengah, Nambangan, Grabag, Purworejo SD Kalipuring, Kalipuring SD Pius Bakti Utama, Kutoarjo SD Negeri Sidarum, Kutoarjo, Purworejo SD Negeri Cangkrep Kidul I, Purworejo SD Negeri Jogoboyo, Purwodadi, Purworejo SD Negeri Kalijering Pituruh, Purworejo SD Negeri Sruwohdukuh, Butuh, Purworejo SD Negeri Lubang Indangan, Butuh, purworejo SD Negeri Kemadu,Kutoarjo, Purworejo SD Negeri Banyuurip, Banyuurip, Purworejo SD Negeri Sumbersari, Banyuurip, Purworejo SD Negeri Golok, Banyuurip, Purworejo SD Negeri Bayan,Bayan, Purworejo SD Negeri Tambakrejo, Purworejo SD Negeri Sebomenggalan, Purworejo SD Negeri Tirtodranan, Sindurjan, Purworejo SD Negeri Kuwurejo, Kutoarjo, Purworejo SD Negeri Tlogorejo, Purwodadi, Purworejo SD Negeri Plandi, Purwodadi, Purworejo SD Negeri Ganggeng 1/2, Ganggeng, Purworejo SD Negeri Ngombol, Ngombol, Purworejo SD Negeri 1 Kalinongko, Loano, Purworejo SD Negeri Bragolan, Purwodadi, Purworejo SD Negeri 1 Jenarwetan, Purwodadi,Purworejo SD Negeri 2 Jenarwetan, Purwodadi,Purworejo SD Negeri 1 Jenarlor, Purwodadi, Purworejo SD Negeri 2 Jenarlor, Purwodadi, Purworejo SD Negeri Bedug, Bagelen,Purworejo SD Negeri Cangkrep Lor 2, Purworejo SD Negeri Mlaran 1, Purworejo SD Negeri Krendetan, Bagelen, Purworejo SD Negeri Wingko Mulyo, Ngombol, Purworejo SD Negeri Senepo, Kutoarjo, Purworejo SD Negeri Pogungrejo, Bayan, Purworejo SDIT Ulul Albab 1 Kutoarjo, Purworejo SDIT Salsabila Purworejo, Banyuurip, Purworejo SD Negeri 1 Semawung Daleman, Kutoarjo, Purworejo SD Negeri 2 Jono, Bayan, Purworejo SD Negeri Seboropasar, Ngombol, Purworejo SD Negeri 1 Bruno, Bruno,Purworejo SD Negeri Cengkawakrejo, Banyuurip, Purworejo SD Negeri Popongan, Banyuurip, Purworejo SD Negeri Onggosaran, Cengkawakrejo, Banyuurip, Purworejo SD Negeri Paitan 2, Kemiri, Purworejo SD Negeri Kliwonan, Purworejo SD Negeri Pangenjurutengah 1, Pangen, Purworejo. SD Negeri Pangenjurutengah 2, Pangen, Purworejo. SD Negeri Panggeldlangu, Butuh, Purworejo SD Negeri Dewi, Bayan, Purworejo SD Negeri Kledung Kradenan, Banyu Urip, Purworejo. SD Negeri Sucen Juru Tengah, Bayan, Purworejo. SD Negeri Doplang, Purworejo. SD Negeri Kledung Karang Dalem, Banyu Urip, Purworejo. SD Negeri Kedung mulyo, Butuh, Purworejo SD Muhammadiyah Purworejo SD Muhammadiyah Kutoarjo SD Muhammadiyah Bayan SD Muhammadiyah Kemiri SD Muhammadiyah Bruno SD Muhammadiyah Purwodadi MI Muhammadiyah Krendetan SD Negeri 1 Kutoarjo SD Negeri 2 Semawung Daleman, Kutoarjo SD Negeri Cangkrep Lor I, Purworejo SD Negeri Sidorejo I, Sidorejo Purworejo SD Negeri Kambangan, Bruno, Purworejo SD Negeri Jatingarang, Bayan, Purworejo MI Al-Iman Bulus SD Negeri Tepus, Somorejo, Bagelen, Purworejo SD Negeri Somorejo, Bagelen, Purworejo SD Negeri Klapa Sawit, Bruno, Purworejo Sekolah Menengah Pertama (SMP/sederajat) MTs Negeri 1 Purworejo (Dahulu MTs Negeri Purworejo) MTs Negeri 2 Purworejo (Dahulu MTs Negeri Bener) MTs Negeri 3 Purworejo (Dahulu MTs Negeri Loano) MTs Al-Iman Bulus SMP Pembaharuan Wonoroto Ngombol Purworejo SMP Muhammadiyah Purwodadi SMP Negeri 1 Purworejo SMP Negeri 2 Purworejo SMP Negeri 3 Purworejo dahulu SMPN 1 Kutoarjo SMP Negeri 4 Purworejo dahulu SMPN 3 Purworejo SMP Negeri 5 Purworejo dahulu SMPN 2 Kutoarjo SMP Negeri 6 Purworejo dahulu SMPN 4 Purworejo SMP Negeri 7 Purworejo dahulu SMP Negeri 1 Grabag SMP Negeri 8 Purworejo dahulu SMPN 1 Purwodadi SMP Negeri 9 Purworejo dahulu SMPN 1 Banyuurip SMP Negeri 10 Purworejo dahulu SMPN 2 Grabag SMP Negeri 11 Purworejo dahulu SMPN 1 Ngombol SMP Negeri 12 Purworejo dahulu SMPN 4 Kutoarjo SMP Negeri 13 Purworejo dahulu SMPN 5 Kutoarjo SMP Negeri 14 Purworejo dahulu SMPN 1 Butuh SMP Negeri 15 Purworejo dahulu SMPN 2 Banyuurip SMP Negeri 16 Purworejo dahulu SMPN 3 Kutoarjo SMP Negeri 17 Purworejo (dahulu SMPN 1 Bagelen) SMP Negeri 18 Purworejo SMP Negeri 19 Purworejo Dahulu SMP Negeri 1 Bener SMP Negeri 20 Purworejo SMP Negeri 21 Purworejo dahulu SMPN 1 Bruno SMP Negeri 22 Purworejo di Kecamatan Gebang SMP Negeri 23 Purworejo Dahulu SMPN 1 Bayan SMP Negeri 24 Purworejo SMP Negeri 25 Purworejo Dahulu SMPN 1 Loano SMP Negeri 26 Purworejo Dahulu SMPN 3 Banyuurip SMP Negeri 27 Purworejo dahulu SMPN 2 Purwodadi SMP Negeri 28 Purworejo SMP Negeri 29 Purworejo SMP Negeri 30 Purworejo Dahulu SMPN 2 Ngombol SMP Negeri 31 Purworejo SMP Negeri 32 Purworejo SMP Negeri 33 Purworejo dahulu SMPN 4 Banyuurip SMP Negeri 34 Purworejo SMP Negeri 35 Purworejo SMP Negeri 36 Purworejo SMP Negeri 37 Purworejo SMP Negeri 38 Purworejo SMP Negeri 39 Purworejo SMP Negeri 40 Purworejo SMP Negeri 41 Purworejo SMP Negeri 42 Purworejo SMP Bina Putra Seren, Purworejo dahulu SMP Bhakti Karya Seren SMP Muhammadiyah Purworejo SMP Muhammadiyah Jono Bayan, Purworejo SMP Muhammadiyah Kemiri, Purworejo SMP Pius Bakti Utama Kutoarjo SMP Diponegoro Banyuurip SMP Bruderan Purworejo SMP Pancasila 1 Purworejo SMP Darul Hikmah, Kutoarjo SMP PGRI Tegalsari, Desa Tegalsari Kecamatan Bruno SMP PGRI Kemranggen, Desa Kemranggen Kecamatan Bruno SMP PGRI Cepedak, Desa Cepedak Kecamatan Bruno SMP PGRI Bagelen, Desa Krendetan Kecamatan Bagelen SMP Bhakti Karya Girimulyo, Desa Kemiri, Purworejo Sekolah Menengah Atas (SMA/sederajat) SMA Negeri 1 Purworejo, Jalan Tentara Pelajar, 55. Purworejo SMA Negeri 2 Purworejo, Kutoarjo (SMA Negeri 1 Kutoarjo) SMA Negeri 3 Purworejo, Purwodadi (SMA Negeri 1 Purwodadi) SMA Negeri 4 Purworejo, Kemiri SMA Negeri 5 Purworejo, Loano SMA Negeri 6 Purworejo, Jalan Tentara Pelajar Km. 4 Banyuurip, Purworejo SMA Negeri 7 Purworejo, Jalan Ki Mangun Sarkoro SMA Negeri 8 Purworejo, Grabag. SMA Negeri 9 Purworejo, Geparang, Purwodadi. SMA Negeri 10 Purworejo, Pituruh SMA Negeri 11 Purworejo, Butuh Madrasah Aliyah Negeri Purworejo, Jalan Kartini, No. 17 Purworejo SMA Bruderan, Purworejo SMA PIUS Bakti Utama, Kutoarjo, Purworejo SMA PANCA MARGA BHAKTI 1 Kutoarjo, Kutoarjo SMA WIDYA Kutoarjo SMA Muhammadiyah Purworejo SMA INSTITUT INDONESIA, Purworejo (tutup) SMA Darul Hikmah, Kutoarjo SMA Pancasila Purworejo, Pangen Koplak, Purworejo MA An-Nawawi Berjan Purworejo MA Al-Iman Bulus Sekolah Menengah Kejuruan (SMK/sederajat) SMK Bhakti Putra Bangsa Purworejo (SMK BHARASA) SMK Negeri 1 Purworejo (STM Negeri Purworejo) SMK Negeri 2 Purworejo (SMEA Negeri Kutoarjo) SMK Negeri 3 Purworejo (SMKK Negeri Purworejo) SMK Negeri 4 Pelayaran Purworejo (SMK Negeri Pelayaran Purworejo) SMK Negeri 6 Purworejo SMK Nurus Salaf Kemiri (eks SMK N5) SMK Negeri 7 Purworejo SMK Negeri 8 Purworejo SMK YPP Purworejo (STM YPP Purworejo) SMK Pembaharuan Purworejo (SMK PN Purworejo) SMK PN2 Purworejo SMK Institut Indonesia Kutoarjo (SMK INSTINDO KUTOARJO) SMK Kristen Kutoarjo SMK Pancasila 2 Kutoarjo SMK Kartini Purworejo SMK Kristen PENABUR Purworejo SMK Muhammmadiyah Purworejo SMK Nurussalaf Kemiri SMK Pancasila 1 Kutoarjo SMK YPT Purworejo SMK Taman Karya Madya Teknik (TKM) Taman Siswa Purworejo SMK Hasyim Asy'ari Purworejo SMK Batik Perbaik Purworejo SMK WIDYA Kutoarjo SMK TI Kartika Cendekia Purworejo SMK PANCA MARGA BHAKTI Kutoarjo Referensi Pranala luar Purworejo Purworejo
4099
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Rembang
Kabupaten Rembang
Rembang () adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Di Kabupaten Rembang ada banyak tokoh nasional seperti KH A Bahauddin Nursalim, KH Maimun Zubair, KH Mustofa Bisri dan lainnya. Ibu kotanya adalah Kecamatan Rembang Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Teluk Rembang (Laut Jawa) di utara, Kabupaten Tuban (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Blora di selatan, serta Kabupaten Pati di barat. Makam pahlawan pergerakan emansipasi wanita Indonesia, R. A. Kartini, terdapat di Kabupaten Rembang, yakni di Desa Bulu yang masuk ke jalur Rembang-Blora (Mantingan). Sejarah Sumber lain tentang Rembang dapat diambil dari sebuah manuskrip oleh Mbah Guru. Di sebutkan antara lain: “…kira-kira tahun Saka 1336 ada orang Campa Banjarmlati berjumlah delapan keluarga yang pandai membuat gula tebu ketika ada di negaranya…”Orang-orang tadi pindah untuk membuat gula merah yang tidak dapat dipatahkan itu. Berangkatnya melalui lautan menuju arah barat hingga mendarat di sekitar sungai yang pinggir dan kanan kirinya tumbuh tak teratur pohon bakau. Kepindahannya itu dipimpin oleh kakek Pow Ie Din; setelah mendarat kemudian mengadakan doa dan semadi, kemudian dia mulai menebang pohon bakau tadi yang kemudian diteruskan oleh orang-orang lainnya. Tanah lapang itu kemudian dibuat tegalan dan pekarangan serta perumahan yang selanjutnya menjadi perkampungan itu dinamakan kampung: KABONGAN; mengambil kata dari sebutan pohon bakau, menjadi Ka-bonga-an (Kabongan),…. Pada suatu hari saat fajar menyingsing di bulan Waisaka; orang-orang akan mulai ngrembang (mbabat,Ind: memangkas) tebu. Sebelum dimulai mbabat diadakan upacara suci Sembayang dan semadi di tempat tebu serumpun yang akan dikepras/dipangkas dua pohon, untuk tebu “Penganten”. Upacara pengeprasan itu dinamakan “ngRembang”, sampai dijadikan nama Kota Rembang hingga saat ini. ”Menurut Mbah Guru, upacara ngRembang sakawit ini dilaksanakan pada hari Rabu Legi, saat dinyanyikan Kidung, Minggu Kasadha. Bulan Waisaka, Tahun Saka 1337 dengan Candra Sengkala: Sabda Tiga Wedha Isyara. Geografi Kabupaten Rembang terletak di ujung timur laut Provinsi Jawa Tengah dan dilalui Jalan Pantai Utara Jawa (Jalur Pantura), terletak pada garis koordinat 111° 00'–111° 30' Bujur Timur dan 6° 30'–7° 6' Lintang Selatan. Laut Jawa terletak di sebelah utaranya, secara umum kondisi tanahnya berdataran rendah dengan ketinggian wilayah maksimum kurang lebih 70 meter di atas permukaan air laut. Adapun batas- batasnya antara lain: Kabupaten Rembang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, sehingga menjadi gerbang sebelah timur Provinsi Jawa Tengah. Daerah perbatasan dengan Jawa Timur (seperti di Kecamatan Sarang, memiliki kode telepon yang sama dengan Tuban (Jawa Timur). Bagian selatan wilayah Kabupaten Rembang merupakan daerah perbukitan, bagian dari Pegunungan Kapur Utara, dengan puncaknya Gunung Butak (679 meter) dan Gunung Gembes (682 meter) yang meletus sekitar dekade 1980/1990-an. Sebagian wilayah utara, terdapat perbukitan dengan puncaknya Gunung Lasem (ketinggian 806 meter) yang meletus sekitar tahun 1992. Kawasan tersebut kini dilindungi dalam Cagar Alam Gunung Celering. Untuk pengairan, Kabupaten Rembang memiliki 31 sungai dan 44 danau. Di daerah kabupaten tersebut terdapat 31 sungai, dengan sungai Kali Modong, Kali Jeruju, dan Kali Lasem sebagai sungai terbesarnya di wilayah tersebut, yang bermuara ke Laut Jawa. Diantaranya sungai Kali Lasem, yang kini telah dikanalisasi sejak dekade 1980-an, tepatnya pada era Sutikno menjadi bupati Rembang (menjabat pada tahun 1979-1984), serta telah dinormalisasi sejak tahun 2013, untuk mencegah banjir. Seperti wilayah lain di Indonesia, Kabupaten Rembang beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua pola musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Rembang berlangsung pada periode November hingga April sebagai akibat dari hembusan angin monsun baratan yang bersifat basah, lembap, serta banyak membawa uap air. Sementara itu, musim kemarau di Rembang terjadi pada periode Mei hingga Oktober sebagai akibat dari tiupan angin monsun timuran yang bersifat kering dan sangat sedikit membawa uap air. Suhu udara di wilayah Rembang berkisar antara 23°–34 °C dengan tingkat kelembapan relatif antara 60% hingga 90%. Pemerintahan Daftar Bupati Inilah nama-nama bupati rembang dari masa ke masa: suripto martowijoyo (1964-1969) letjend suparno (1969-1979) letkol sutikno (1979-1984) letjend sudirman mangunwinoto (1984-1994) letkol aripin mahmud ilyas (1994-1999) kolonel polisi sunarto susanto, (alm.) (1999-2002) abdullah kamarungan (pejabat sementara) (2002-2003) kolonel TNI hendarsono (2003-2008) mohammad salim (2008-2013) mohammad salim (2013-sekarang) Pemilihan kepala daerah Bupati rembang saat ini, adalah bupati rembang hasil pilkada rembang 2013 adalah mohammad salim dengan wakilnya abdul hafidz, yang menang, yakni mendapat 795.562 suara atau 67,12 % dalam pilkada rembang 2013 pada tanggal 5 April 2013 lalu. Pasangan mohammad salim-abdul hafidz tersebut menang di 27 dari 42 kecamatan dalam wilayah kabupaten rembang. Dewan Perwakilan Kecamatan Sejak tahun 2006 kabupaten rembang telah memiliki 42 kecamatan dengan terbagi juga atas 552 desa dan 89 kelurahan serta juga 2.457 dusun desa atau lingkungan kelurahan. Setiap dusun dibagi juga dalam beberapa rukun warga (RW) dan rukun tetangga (RT). Berdasarkan perda kabupaten rembang nomor 3 tahun 2006 tanggal 16 februari 2006, telah dibentuk tiga kecamatan baru, yakni kecamatan kepulauan bureyeng, kecamatan tapahan, dan kecamatan tanjung agung. Sehingga jumlah kecamatan di kabupaten rembang pada tahun 2006 bertambah dari semula 39 kecamatan, menjadi 42 kecamatan. Perencanaan Daerah Pemkab Rembang mempunyai beberapa rencana jangka panjang (maksimal 5 tahun) dan jangka pendek (maksimal 2 tahun) untuk membangun Kabupaten Rembang, di antaranya: Membangun Jalur sepeda yang jalan rayanya dicat hijau dan diberi semacam trotoar pemisah dengan jalan raya mobil dan motor. Jalur sepeda bisa dipakai untuk sepeda, becak, dokar. Jalur sepedanya dari Alun-Alun Rembang hinga perbatasan Pati, dari Alun-Alun Rembang hinga perbatasan Tuban, dari Alun-Alun Rembang hinga perbatasan Blora. jalur sepeda agar meningkatkan minat bersepeda dan meninggalkan kendaraan bermotor supaya Rembang udaranya tidak polusi. (Jangka Pendek) Menjadikan seluruh sawah di Kabupaten Rembang menjadi sawah organik, yaitu padi organik, kacang organik, tebu organik, jagung organik, dll. Membangun GARAM LAND atau SALT PARK. Di Malaysia ada LEGOLAND harusnya Kabupaten Rembang memiliki taman bermain seperti DUFAN tetapi bertema Garam, tempat besar dengan wahana berbentuk garam, misalnya wahana komidi putar berbentuk berbagai bentuk garam, wahana berbentuk kristal garam, wahana perahu berbentuk bungkus garam balok, wahana bianglala berbentuk garam balok, dll. Selain sebagai tempat wisata juga semakin memperkuat citra Rembang Kota Garam dan sebagai sarana pendidikan mengenai tata cara membuat dan memanen Garam. Pemkab Rembang berpotensi membangun wahana wisata buatan "Waterpark" dengan mengusung bertema Pantai, karena sesuai dengan asal-usul sejarah Kabupaten Rembang yang memiliki sejarah seperti Jangkar Dampo Awang dll. Waterpark tersebut cocok diberi nama REMBANG SEA PARK yang artinya yaitu Taman Laut Rembang. Meminta kepada PSSI Pengprov Jateng untuk mengadakan Jateng Champions League yaitu kompetisi sepak bola yang diikuti oleh klub ssb yang menjadi juara 1 pada liga tingkat kabupatennya masing-masing. Membangun jalan tol yang melalui kabupaten ini, yakni Jalan Tol Demak—Tuban sepanjang 31 kilometer yang melalui wilayah kabupaten ini. Jalan tol ini akan mulai dibangun pada tahun 2019 nanti, serta peletakan batu pertama dilaksanakan pada Mei 2019 nanti. Julukan Cola-nya Jawa (The Cola of Java), Rembang terdapat buah kawista yang melimpah, buah kawista memiliki rasa mirip seperti Cola Little Tiongkok (Tiongkok Kecil), Kabupaten Rembang mempunyai julukan Tiongkok Kecil, terutama daerah Lasem yang merupakan pecinannya Kabupaten Rembang. Kota Garam, Masyarakat Kabupaten rembang mayoritas bermatapencaharian sebagai petani garam, oleh karena itu Rembang dijuluki Kota Garam. Sarana transportasi terminal rembang terminal lasem stasiun rembang stasiun lasem Bus AKAP angkutan kota kabupaten Rembang ojek motor becak taksi delman Jalan tol Jalan Tol Demak—Tuban (rencana) Jalan Tol Rembang—Blora (rencana) Jalan Tol Rembang—Kawasan Industri Jakenan, Pati (rencana) Seni Budaya Kesenian budaya tradisional Rembang adalah: Laesan, dari Lasem Wayang Bengkong Pathol Sarang Sodhor Jorit Gacon Kekean Thong-Thong Lek Tari Orek-Orek, dari Kecamatan Bulu Nekeran Engklek Emprak Kuangsan Perayaan HUT Rembang Rembang Expo Festival Lasem Lasem Batik Carnival Rembang Fashion On The Street Sedekah Bumi Sedekah Laut Penjamasan Bende Becak di desa Bonang Lomba Thong-thong Klek Haul Mbah Sambu Haul Mbah Hamzah Pariwisata Wisata Alam Pantai Nyamplung Indah di Desa Tritunggal Pulau Karang Gosong Pantai Pasir Putih Wates Pulau Gede Pulau Marongan Gunung Lasem, di Lasem Bukit Cendana di Sedan Pantai Dampo Awang, di Tasikagung Pantai Gedong (Pantai Caruban), di Gedongmulyo Pantai Binangun, di Binangun Gua Kare, Pamotan. Pantai KarangJahe, Rembang. Wana Wisata Kartini Mantingan, di Mantingan Karangsari Park, di Karangsari Puncak Argopuro, di Pancur Embung Lodan, di Lodan Wetan Waduk Panohan, di Panohan Rimba Pasucen, di Pasucen Embung Banyukuwung, di Sudo Taman Wisata Alam Sumber Semen, di Gading Hutan Mangrove, di Pasarbanggi Pantai Jatisari, Sluke. Pantai Karangjahe Wisata Sejarah Masjid Agung Rembang, di Kutoharjo Masjid Jami' Lasem, di Lasem Museum Kamar Pengabadian R.A.Kartini, di Kutoharjo Kelenteng Mak Co (Tjoe An Kiong), di Soditan Situs Tulang Belulang Manusia Austronesia dan peninggalan kebudayaannya, terhampar dari Lasem, Sluke hingga Kragan Situs Pertapaan Pamulang, di barat Vihara Sendangcoyo, Lasem, di sini disemayamkan awu layon (abu jenazah) para pemimpin Lasem dari Hang Sam Badra (sekitar abad V) sampai Tumenggung Wilwatikta Mpu Pangeran Santibadra seorang pendeta pada zaman Majapahit yang juga seorang Mpu penulis Kakawin Sabda Badra Santi (Tahun 1401 Syaka). Situs Kota Sejarah Lasem meliputi wilayah Lasem dan sekitarnya. Wisata Religi Pasujudan Sunan Bonang, di Bonang Tapakan Sunan Bonang, di Sulang Makam R.A. Kartini, di Bulu Makam Mbah Sambu Lasem Makam Sayyid Hamzah Syatho Sedan Wisata Belanja Ramayana Mall Rembang, di Karangsari Mall Kartini 3, di Mantingan (cabang dari Mal Kartini di Bandar Lampung) Pantes Mall, di Lasem. Terletak di Jalan Sunan Bonang km.0 Kecamatan Lasem Kuliner Masakan Masakan khas Kabupaten rembang, yaitu: Sayur Merica Sup yang berbahan dasar ikan tuna (biasanya disebut sebagai tongkol) dan memiliki cita rasa pedas dari cabai rawit dan lada putih yang digunakan sebagai bumbu. Sate Sarepeh Sate ayam kampung yang bumbunya terdiri dari cabai merah, gula merah, santan, dan garam. Biasa dimakan sebagai lauk pauk atau disajikan dengan lontong. Mangut Sayuran yang berisi ikan laut panggang dengan bumbu-bumbu cabai hijau, bawang merah, bawang putih, garam, dan santan kental. Pindang Tempe Tempe yang dimasak dengan bumbu-bumbu cabai, bawang merah, bawang putih, asam (tomat) garam dan air. Biasa ditambahkan dengan ikan pindang. Sebagai sayur untuk makan siang (menu sehari-hari). Petis Bumbon Makanan berbahan dasar petis untuk makan siang/malam yang terbuat dari bahan-bahan petis ikan/udang, telur (bisa dadar ataupun rebus) dengan bumbu cabai, bawang putih, bawang merah, kunyit, lengkuas, daun jeruk purut, garam, dan ditambah santan kental. Lontong Tuyuhan Lontong dengan opor ayam kampung pedas khas desa Tuyuhan, Kecamatan Pancur. Terasi Petis Bonang Terbuat dari udang/ikan segar dengan proses pemanasan, yang banyak diproduksi di Desa Bonang, Kecamatan Lasem. Aroma dan rasanya enak. Jajanan pasar Jajanan pasar khas kabupaten Rembang, yaitu: Dumbeg Dibuat dari tepung beras, gula pasir/gula aren dan ditambahkan garam, air pohon nira (legen); dan kalau suka ditaburi buah nangka/kelapa muda yang dipotong sebesar dadu. Kemudian tempatnya dari daun lontar (pohon nira) berbentuk kerucut dengan bau yang khas. Yang terkenal dari desa Pohlandak (Kecamatan Pancur) dan desa Mondoteko (Kecamatan Rembang). Jenang Waluh Dibuat dari buah waluh, gula aren, air nira dan garam, yang rasanya sangat manis. Dan biasanya dimakan dengan Jadah. Jadah yang terkenal adalah dari desa Pohlandak (Kecamatan Pancur). Jadah Terbuat dari beras ketan putih, kelapa muda, garam yang ditumbuk halus (sewaktu masih panas) di atas keranjang yang Terbuat dari daun lontar/daun kelapa muda dan alat tumbuknya juga dilapis dengan daun lontar dan kelapa muda. Rasanya sangat gurih, kemudian dicetak persegi dan dibungkus dengan daun pisang (seperti lemper). Biasanya dimakan bersama dengan Jenang waluh, yang terkenal dari desa Pohlandak (Kecamatan Pancur). Kaoya Dudul Terbuat dari beras ketan, kacang hijau, gula aren/gula pasir dan garam. Tempatnya dari daun lontar berlubang bulat kecil sebanyak 5 buah, kalau makan tinggal didudul (ditekan) saja, rasanya sangat manis dan gurih. Berasal dari desa Gunem Kecamatan Gunem. Kerupuk Bakar Kerupuk udang dan tengiri dari kota rembang yang dioven/dibakar. Kacang Atom Terbuat dari tepung beras dan tepung tapioka, kacang tanah, garam, bawang putih dan air yang dicetak bulat-bulat kecil dan digoreng. Rasanya sangat gurih dan banyak disukai masyarakat. Kacang Pres Terbuat dari kacang tanah yang dipres (diambil minyaknya). Kemudian dibumbui bawang putih dan garam dan dioven. Gula Semut Terbuat dari pohon nira (legen) dengan proses pemanasan, sehingga hasilnya seperti gula pasir/gula halus yang berwarna cokelat. Minuman Minuman Kabupaten Rembang, yaitu: Wedang Gaul Es Legen Sirup Kawista Oleh-oleh Oleh-oleh Kabupaten Rembang, yaitu: Buah Kawis Sirup Kawis Legen Siwalan Duku Woro Kaoya Dudul Jenang Waluh Kacang Pres Ekonomi Sentra Buah Kawista, di Desa Kemadu Sentra Buah Duku Woro, di Desa Kragan Sentra Pelelangan Ikan, di Desa Tasikagung Industri Kue Dubeg, di Desa Mondoteko Industri Jenang waluh & Jadah, di Desa Pohlandak Industri Kaoya dudul, di Desa Gunem Industri Terasi Petis Bonang, di Desa Bonang Kerajinan Tempayan Tempat Air, di Desa Sidowayah Kerajinan Batik Lasem, di Desa Lasem Kerajinan Kulit Kerang, di Desa Tasikagung Kerajinan Kuningan & Tembaga, di Desa Jolotundo Kerajinan Batik Kemadu, di Desa Kemadu Sumber Daya Alam Perikanan Laut Garam Hasil Tambang Siwalan Brayo (sejenis buah mangrove yang agak pahit) Kawista (Cola van Rembang) Petis Transportasi Terdapat beberapa jenis moda transportasi di Rembang, di antaranya: Tossa Motor Tossa yang mempunyai bak terbuka dimodifikasi sehingga menjadi kendaraan angkot untuk masyarakat Rembang, sistemnya seperti naik becak yaitu bisa naik di mana saja tidak harus ke terminal. Kereta Api Dulu, terdapat perusahaan kereta api dan trem Semarang Joana Stroomtram Maatschappij (SJS). Perusahaan tersebut pada tahun 1885 membuka jalur Semarang-Genuk-Demak-Kudus-Pati-Joana (sekarang Juwana). Setelah itu, pada 5 Mei 1895 perusahaan tersebut menambah jalurnya ke timur yakni membuka jalur Kudus-Mayong- Gotri-Pecangaan. Pada 1 Mei 1900 juga menambah jalur kereta api ke barat hingga mencapai Rembang , Pamotan dan Lasem. Pada tahun itu juga, pada 10 November SJS membuka jalur baru lagi yang melayani rute Mayong-Welahan-Demak-Semarang. Tahun 2021 akan dioperasikan kembali jalur kereta atau monorel Semarang-Kudus-Lasem. Bus Banyak bus di Rembang dengan berbagai jurusan dari antar kota, antar provinsi. Rembang–Jakarta Rembang–Semarang Rembang–Surabaya Rembang–Kudus Rembang–Pati Rembang–Jepara Rembang–Blora Rembang –Tuban Fauna Identitas Rembang memiliki fauna identitas yaitu kijang (Muntiacus muntjak). Pemerintah Kabupaten Rembang memberi julukan kepada tim sepak bola Kabupaten Rembang, PSIR Rembang yaitu Tim Kijang Lasem selain julukan Laskar Dampo Awang karena diharapkan menunjukkan identitas Kabupaten Rembang yaitu Gunung Lasem yang memiliki populasi kijang yang banyak. Selain itu kijang adalah hewan yang termasuk cerdik, Jadi diharapkan tim PSIR Rembang menjadi tim yang cerdik melakukan serangan ke gawang lawan. Tokoh Sayyid Abdurrahman Mbah Sambu Sayyid Hamzah Syatho K.H. Ma'sum Lasem KH. Baidlowi Lasem Kyai Abul Fadhol Senori K.H. Abdul Hamid Pasuruan K.H. Ali Ma'sum K.H. Maimun Zubair Muhammad Maftuh Basyuni Gus Mus Muhammad Muzammil Basyuni Mayor Jenderal TNI Soesalit Djojoadhiningrat Puthut EA Alfred Emile Rambaldo Andre Manika Abdulmadjid Djojoadiningrat Haryoko Aliyatin Mahmudi Nugroho Notosusanto Moch Salim Daniel Roekito Slamet Taj Yasin Maimoen Hadi Surento Wasis Purwoko Gus Baha Muhammad Arwani Thomafi M. Imdadun Rahmat Burhanuddin Muhtadi Yaqut Cholil Qoumas Yahya Cholil Staquf Cholil Bisri Muhammad Shiddiq Jember Bisri Mustofa Gus Qoyyum Zubair Dahlan K.H Muhammad Nur Langitan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo Sudhamek Oei Wie Gwan Gus Najih Maimoen Gus Ubab Maimoen Rojih Ubab Harmusa Oktaviani Maryono Didik Wahyu Abdul Halim Muslih Arya Penangsang Referensi Bacaan lanjutan Pranala luar Rembang Rembang
4100
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Salatiga
Kota Salatiga
Kota Salatiga (, ) adalah salah satu kota yang berada di provinsi Jawa Tengah, Indonesia, yang menjadi enklave dari Kabupaten Semarang. Kota Salatiga terletak 49 kilometer di sebelah Selatan Kota Semarang dan 52 kilometer di sebelah Utara Kota Surakarta, serta berada di jalan negara yang menghubungkan antara Kabupaten Semarang dengan kota Surakarta. Jumlah penduduk kota Salatiga hingga akhir tahun 2021 berjumlah 193.525 jiwa. Sejarah Prasasti Plumpungan Pada masa Hindu-Buddha, Salatiga telah menjadi daerah istimewa sebagaimana tertera dalam prasasti Plumpungan atau prasasti Hampra. Prasasti yang berangka tahun 672 Saka atau 750 Masehi ini ditulis dengan huruf Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta. Menurut Soekarto Kartoatmadja, candrasengkala dalam prasasti Plumpungan menunjuk hari Jumat (Suk) rawâra tanggal 31 Asadha atau tanggal 24 Juli 750 Masehi. Tanggal tersebut merupakan peresmian Desa Hampra (Plumpungan) menjadi daerah perdikan. Berdasarkan prasasti ini, hari jadi Salatiga ditetapkan pada tanggal 24 Juli 750, yang dibakukan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 tanggal 20 Juli 1995 tentang Hari Jadi Kota Salatiga. Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum tentang suatu tanah perdikan atau swatantra bagi Desa Hampra di wilayah Trigramyama yang diberikan Raja Bhanu untuk kesejahteraan rakyatnya. Tanah perdikan dikenal pula dengan sebutan sima. Tanah ini biasanya akan diberikan oleh para raja kepada daerah tertentu yang benar-benar berjasa kepada kerajaan atau secara sukarela mendirikan bangunan suci keagamaan. Daerah tersebut selanjutnya menjadi daerah otonom yang dibebaskan dari pajak. Daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan pada zaman pembuatan prasasti itu adalah daerah Salatiga saat ini. Untuk mengabadikan peristiwa itulah, Raja Bhanu menulis dalam prasasti Plumpungan kalimat Srir Astu Swasti Prajabhyah yang berarti “semoga bahagia, selamatlah rakyat sekalian”. Melalui prasasti Plumpungan dapat diperkirakan bahwa daerah Salatiga dahulu berada di bawah otoritas Kerajaan Mataram. Di sisi lain, Raja Bhanu yang disebutkan dalam prasasti Plumpungan belum dapat diketahui hubungannya dengan Kerajaan Mataram, tetapi para peneliti menyatakan bahwa seseorang yang mendirikan bangunan suci merupakan seorang bangsawan. Informasi lain yang disampaikan melalui prasasti Plumpungan menunjukkan adanya komunitas Buddha di Salatiga. Lebih dari itu, masyarakat Salatiga juga telah mengenal organisasi kemasyarakatan dalam bentuk kerajaan, meskipun wilayah Salatiga bukan merupakan pusat kerajaan. Nama Salatiga juga diperkirakan berasal dari perkembangan nama dewi yang disebutkan dalam prasasti Plumpungan, yaitu Siddhadewi. Siddhadewi dikenal dengan nama Dewi Trisala. Nama Trisala kemudian dilestarikan di tempat dewi ini dipuja. Lokasi tersebut dinamakan Tri-Sala, yang berdasarkan kaidah hukum bahasa bisa berbalik menjadi Sala-tri atau Salatiga. Masa Hindia Belanda Salatiga pada masa kolonial tercatat sebagai tempat ditandatanganinya perjanjian antara Pangeran Sambernyawa atau Raden Mas Said (kelak menjadi K.G.P.A.A. Mangkunegara I) di satu pihak dan Kasunanan Surakarta dan VOC di pihak lain. Perjanjian ini menjadi dasar hukum berdirinya Kadipaten Mangkunegaran. Pada zaman penjajahan Belanda telah cukup jelas batas dan status Kota Salatiga, berdasarkan Staatsblad 1917 No. 266 mulai 1 Juli 1917 didirikan Stadsgemeente Salatiga yang daerahnya terdiri dari 8 desa. Dikarenakan dukungan faktor geografis, udara sejuk dan letak yang sangat strategis, serta bangunan berarsitektur Indis yang mewah, Kota Salatiga cukup dikenal keindahannya pada masa penjajahan Belanda, bahkan sempat memperoleh julukan De Schoonste Stad van Midden-Java (Kota Terindah di Jawa Tengah). Letak geografis Wilayah Salatiga menempati letak posisi yang sangat strategis karena berada pada persilangan jalan raya dari lima jurusan, yaitu Semarang, Bringin, Surakarta, Magelang, dan Ambarawa. Pada saat ini, Salatiga terdiri atas empat kecamatan (Argomulyo, Sidomukti, Sidorejo, dan Tingkir) dan 23 kelurahan (Blotongan, Bugel, Cebongan, Dukuh, Gendongan, Kalibening, Kalicacing, Kauman Kidul, Kecandran, Kumpulrejo, Kutowinangun Kidul, Kutowinangun Lor, Ledok, Mangunsari, Noborejo, Pulutan, Randuacir, Salatiga, Sidorejo Kidul, Sidorejo Lor, Tegalrejo, Tingkir Lor, dan Tingkir Tengah). Adapun batas-batas wilayah Salatiga adalah sebagai berikut. Keadaan alam Wilayah Salatiga terletak pada ketinggian antara 450-825 meter di atas permukaan air laut. Secara morfologi, Salatiga berada di daerah cekungan kaki Gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil, yaitu Gunung Telomoyo, Gunung Ungaran, Gunung Payung, dan Gunung Rong. Morfologi pegunungan menyebabkan Salatiga beriklim tropis dengan suhu udara rata-rata antara 230-240 C. Adanya kombinasi lereng dan kaki gunung tersebut juga menyebabkan Salatiga terletak pada dataran yang miring ke barat dengan tingkat kemiringannya berkisar antara 50-100, sehingga dapat dikatakan bahwa Salatiga merupakan dataran sekaligus lereng gunung dan pegunungan. Secara terperinci, topografi atau bentuk permukaan tanah Salatiga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: Daerah topografi bergelombang dengan persentase + 65%, yaitu Kelurahan Bugel, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Kauman Kidul, Kelurahan Kumpulrejo, Kelurahan Kutowinangun Kidul, Kelurahan Kutowinangun Lor, Kelurahan Ledok, Kelurahan Salatiga, dan Kelurahan Sidorejo Lor. Daerah topografi miring dengan persentase + 25%, yaitu Kelurahan Cebongan, Kelurahan Gendongan, Kelurahan Kecandran, Kelurahan Mangunsari, Kelurahan Pulutan, Kelurahan Randuacir, Kelurahan Sidorejo Kidul, Kelurahan Sidorejo Lor, Kelurahan Tegalrejo, Kelurahan Tingkir Lor, dan Kelurahan Tingkir Tengah. Daerah topografi datar dengan persentase + 10%, yaitu Kelurahan Blotongan, Kelurahan Kalibening, Kelurahan Kalicacing, dan Kelurahan Noborejo. Jenis tanah di Salatiga sendiri dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tanah latosol cokelat dan tanah cokelat tua. Tanah latosol cokelat sangat baik untuk tanaman padi, palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan dengan produktivitas sedang hingga tinggi, sedangkan tanah latosol cokelat tua cocok untuk tanaman hortikultura seperti kopi, teh, dan pisang yang banyak dijumpai di bagian utara Salatiga. Faktor pendukung lain yang turut memengaruhi kesuburan tanah di Salatiga adalah konsenterasi air. Salatiga memiliki tiga sumber mata air yang letaknya berdekatan, yaitu Kalitaman, Benoyo, dan Kalisumbo. Air dari ketiga sumber tersebut memiliki debit yang cukup besar untuk keperluan sehari-hari. Khusus untuk sumber mata air Kalitaman dipakai sebagai kolam renang sejak zaman gemeente dan sampai saat ini menjadi kolam renang bertaraf nasional di Jawa Tengah. Selain ketiga sumber mata air tersebut, masih ada beberapa sumber mata air lagi di Salatiga, yaitu Belik Kalioso, Senjoyo, dan Muncul, sehingga tidak aneh apabila beberapa nama di wilayah ini menggunakan kata-kata yang menunjukkan sumber mata air tersebut, yaitu Dukuh Kalitaman, Kalisumba, Kalioso, Kalibodri, Kalimangkal, dan Kalicacup. Pemerintahan Masa Hindia Belanda Pada tahun 1895 Salatiga digabung dengan Kabupaten Semarang berdasarkan Staatsblad No. 35 tanggal 13 Februari 1895. Menjelang akhir 1901 Salatiga sebagai afdeling kontrol dihapuskan dan digabungkan dengan Ambarawa. Berselang dua tahun kemudian, Salatiga secara resmi dipimpin oleh asisten residen. Afdeling Salatiga dibagi menjadi dua afdeling kontrol, yaitu Salatiga dan Ambarawa. Salatiga membawahi Distrik Salatiga dan Distrik Tengaran, sedangkan Ambarawa membawahi Distrik Ambarawa dan Distrik Ungaran. Pada perkembangannya, Salatiga beralih status menjadi stadsgameente setelah dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 25 Juni 1917 No. 1 yang dimuat dalan Staatsblad No. 226 tahun 1917. Status staadsgementee meningkat menjadi gemeente pada tahun 1926. Adapun daerah yang dapat ditetapkan sebagai daerah otonom adalah kota yang mempunyai sifat kebaratan, banyak penduduk Eropa dan di sekitarnya harus ada perkebunan. Peningkatan status Salatiga sebagai gameente sempat dipertanyakan karena penduduknya yang sedikit dan wilayahnya yang kecil. Meski penetepan ini bernuasna politik untuk kepentigan orang kulit putih, tetapi Salatiga sebenarnya telah memenuhi syarat sebagai gameente, yaitu: penduduk, keadaan setempat dan keuangan. Dari faktor penduduk, jumlah penduduk kulit putih di Salatiga pada saat itu mencapai kurang lebih 17 persen. Hal ini sudah memenuhi persyaratan untuk menjadi sebuah gameente yang menetapkan minimal penduduk kulit putih (Eropa maupun etnis lain) adalah 10 persen. Salatiga yang pada saat itu masih dipenuhi perkebunan-perkebunan menjadi pertimbangan peningkatan status menjadi gameente. Hal ini terkait dengan kedaadan setempat yang dapat menunjang perkembangan gameente nantinya. Faktor keuangan terutama berkaitan dengan perpajakan, Salatiga dianggap sudah bisa memenuhinya. Masa Republik Indonesia Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga adalah bekas stadsgemeente yang dibentuk berdasarkan Staatsblad 1929 No. 393 yang kemudian dicabut dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kecil Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Daftar Wali Kota Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Pada 2015, Salatiga memiliki populasi sebesar 183.815, dengan 89.928 laki-laki dan 93.887 perempuan. Dan hingga akhir tahun 2021, berjumlah 193.525 jiwa. Agama Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2022, mayoritas masyarakat Salatiga menganut agama Islam yakni 79,46%. Kemudian penduduk yang menganut agama Kekristenan memiliki jumlah yang signifikan yakni sebanyak 20,14%, yang mana Kristen Protestan sebanyak 15,53% dan selebihnya Katolik sebanyak 4,61%. Agama lain yakni Buddha sebanyak 0,35% yang umumnya adalah keturunan Tionghoa, Hindu sebanyak 0,04% dan Konghucu serta aliran kepercayaan) sebanyak 0,01%. Salatiga terkenal akan toleransi agamanya dan merupakan salah satu dari sedikit kota di Jawa untuk mengadakan perayaan dan festival Natal di luar ruangan. Beberapa tempat ibadah di Salatiga, yaitu: Gereja Katolik Kristus Raja Semesta Alam Tegalrejo Salatiga. Gereja Katolik Santo Paulus Miki. Gereja Kristen Indonesia Salatiga. Gereja Kristen Jawa Salatiga. Gereja Kristen Jawa Salib Putih. Gereja Kristen Jawa Sidomukti Salatiga. Gereja Kristen Jawa Tengah Utara Salatiga. Gereja Pentakosta Isa Almasih Indonesia Efata Salatiga. Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Tamansari Salatiga. Gereja Yesus Sejati Salatiga. Kelenteng Hok Tek Bio. Masjid Besar Al-Atiiq Kauman Salatiga. Masjid Damarjati. Masjid Pandawa. Masjid Daarul Amal. Masjid Kelenteng Salatiga. Pura Adya Dharma. Vihāra Maggadhamma. Vihāra Vajra Bumi Dharma Vidya. Ekonomi Terdapat sebuah industri pengolahan yang berkembang, yang mencakup tekstil, produksi ban dan pemotongan hewan. Pada tahun 2000, industri ini berkontribusi 119,76 miliar rupiah terhadap ekonomi Salatiga. Salatiga terletak di persimpangan dari dan ke Semarang, Surakarta dan Yogyakarta, membawa keuntungan terhadap sektor perdagangannya. Pada 2000, sektor perdagangan berkontribusi 109 miliar rupiah terhadap ekonomi Salatiga. Pendidikan Di kota ini terdapat UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) salah satu universitas Kristen swasta ternama di Indonesia. Selain itu terdapat pula UIN Salatiga (Universitas Islam Negeri Salatiga) sebagai satu-satunya perguruan tinggi Islam negeri di Kota Salatiga yang berdiri berkat dukungan berbagai pihak terutama para ulama dan pengurus Nahdlatul Ulama Jawa Tengah. Kemudian ada Institut Roncali, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer, Amika, Akbid ArRum, Akbid Bhakti Nusantara, sekolah perhotelan Wahid Hospitality School, sekolah berkuda Arrowhead, dan STIBA Satya Wacana. Sekolah-sekolah menengah di Salatiga melalui Internet dihubungkan dalam Jaringan Pendidikan Salatiga. Adapun sekolah-sekolah menengah umum di Salatiga antara lain SMA Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 2 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, dan beberapa SMA swasta. Sedangkan untuk sekolah kejuruan ada SMK Negeri 1 Salatiga, SMK Negeri 2 Salatiga, SMK Negeri 3 Salatiga dan beberapa SMK swasta dan sekolah internasional. Di Salatiga ada 10 SMP Negeri, 1 MTs Negeri Salatiga dan beberapa SMP swasta seperti SMP Muhammadiyah, SMP Islam Al Azhar 18, SMP Stella Matutina, SMP Kristen 1, SMP Kristen 2, dan SMP Laboratorium Satya Wacana, SMP Raden Paku Blotongan, SMP Islam Sudirman, SMP Darma Lestari, SMP IT Nidaul Hikmah, SMP Muhammadiyah Plus dll. Adapun beberapa SD Negeri yang tersebar di banyak daerah dan juga swasta yang banyak terpusat diperkotaan dan mulai merambah ke daerah pinggiran. Pendidikan non formal juga telah berdiri, yaitu Sekolah "Baking" yang dipelopori oleh Perusahaan Terigu Bogasari, yaitu Bogasari Baking Center (BBC) di dekat kampus Universitas Kristen Satya Wacana (Cungkup-Sayangan, Kec.Sidorejo) Sebagai Kota Pendidikan, Salatiga juga memiliki Perpustakaan Umum Kota Salatiga sebagai wahana pembelajaran sepanjang hayat yang menyediaan sumber informasi dan pengetahuan bagi setiap orang, khususnya bagi warga Salatiga. Transportasi Salatiga tidak memiliki stasiun kereta api maupun bandara, tetapi masyarakat dapat mengakses wilayah ini dengan menggunakan bus melalui kelima daerah tersebut. Bus Antar Kota Salatiga memiliki tiga terminal, yaitu Terminal Tingkir yang melayani tujuan AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi) dan AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya; Terminal Tamansari yang melayani tujuan dalam kota; serta Terminal Rejosari yang melayani tujuan dalam kota dan wilayah sekitar Magelang (Getasan, Kopeng, dan Ngablak). Angkutan Massal Untuk transportasi massal, Salatiga memiliki angkutan kota, bus kota ESTO, Sawojajar, Konco Narimo, Tunas Mulya, Safari dan armada taksi Galaksi Taksi dan Matra Taksi dengan tujuan beberapa daerah di sekitar kota Salatiga. Salatiga juga sudah memiliki transportasi berbasis online yaitu GO-JEK dan Grab serta transportasi tradisional seperti andong dan becak. Jalan Lingkar Kota Salatiga memiliki Jalan Lingkar Selatan Salatiga yang beroperasi tahun 2011 dengan total panjang 14 km yang membentang dari Blotongan hingga Cebongan Salatiga. Jalan Tol Salatiga juga dilintasi oleh Jalan Tol Semarang-Surakarta seksi 3 yaitu Jalan Tol Bawen-Salatiga sepanjang 17,6 kilometer yang disebut sebagai Panoramic Toll Road karena keindahan pemandangan alam sepanjang perjalanan. Jalan Tol Semarang–Surakarta ini melewati daerah utara dan timur kota Salatiga yang akan memiliki dua Gerbang Tol yaitu Gerbang Tol Salatiga di Tingkir, Salatiga yang telah dibuka serta Gerbang Tol Pattimura yang akan dibangun pada 2018 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia (Kemen PUPR) berlokasi di Kauman Kidul, Sidorejo, Salatiga yang akan langsung mengakses dalam pusat kota dimana proyek ini akan menelan investasi sekitar 70 miliar. Secara umum, tujuannya adalah agar akses dapat ditempuh lebih cepat dari Kota Semarang, Kota Surakarta, maupun Jogja. Jalan tol ini telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 25 September 2017, dan tepat pada hari itu, Jalan Tol sudah mulai bisa difungsikan. kemudian jalan menuju akses Exit Tol atau dari Terminal Tingkir akan dilebarkan yang semula memiliki lebar hanya 6 meter menjadi 11 meter meskipun perencanaan Pemkot pada 2015 adalah jalan Suruh-Tingkir ini akan dilebarkan menjadi 21 meter dan panjang 2 kilometer sesuai standar jalan nasional dengan estimasi biaya anggaran sebesar 26 miliar. Objek wisata Beberapa objek wisata alam dan keluarga di Salatiga, yaitu: Alun-Alun Pancasila Salatiga. Atlantic Dreamland Salatiga. Balai Reservoir Wisata Pengetahuan Penyakit Duver. Desa Wisata Tingkir Lor. Museum Lukisan Kandhang Galeri Raprika Angga. Pemandian Kalitaman. Pohon pengantin. Selasar Kartini. Sumber Mata Air Senjoyo. Taman Cerdas Salatiga. Taman Kota Salatiga. Taman Tingkir Salatiga. Taman Wisata Sejarah Salatiga. Tapak Hapsari. Bangunan bersejarah Beberapa bangunan bersejarah di Salatiga, yaitu: Apotheek Van der Heide. Gedung Dekranasda Salatiga. Gedung Manege. Gedung Pakuwon. Istana Djoen Eng. Kantor Pos Salatiga. Prasasti Plumpungan. Rumah Dinas Wali Kota Salatiga. Rumah Tinggal Hasmo Sugijarto. Rumah Tinggal Notosoegondo. Tugu Batas Perjalanan 30 Pal Salatiga–Semarang. Tugu Jam Tamansari. Wisma BCA Salatiga. Kesenian Beberapa kesenian yang berkembang di Salatiga, yaitu: Cin Mleng. Drumblek. Tari Jurit Ampil Kridha Warastra. Tari Prajuritan. Tayuban (Kota Salatiga). Kesehatan Rumah sakit Olahraga Klub sepak bola Salatiga adalah Persatuan Sepak Bola Indonesia Salatiga (PSISa) dan Hati Beriman FC yang dikelola oleh manajemen klub. Adapun Diklat Salatiga telah mencetak beberapa pemain tim nasional seperti Gendut Doni Christiawan. Selain sepak bola, juga terdapat beberapa cabang olahraga yang berprestasi seperti pencak silat, karate dengan pembina Dragon Master serta klub-klub lainnya dan sudah sering memberi kejuaraan dan kebanggan bagi Salatiga. Banyak atlet olahraga yang mewakili kota bahkan Indonesia dalam pertandingan. Dari UKSW sendiri juga terdapat klub basket Satya Wacana LBC Angsapura yang sudah sering sekali menjuarai liga basket Indonesia. Sarana tempat olahraga di Salatiga di antaranya: Stadion Kridanggo. Tennis Indoor Kridanggo. Tennis Outdoor Veteran. Futsal Arena, The Goals, Salatiga Futsal. Salatiga Paintball. Kalijaya Fitnes. Power Fitnes Center. Lihat pula Gemeente Salatiga Perjanjian Salatiga Prasasti Plumpungan Referensi Daftar pustaka Buku Jurnal ilmiah Majalah Bacaan lanjutan Pranala luar Kota Salatiga Salatiga Kota di Jawa Tengah Enklave dan eksklave
4101
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Semarang
Kota Semarang
Kota Semarang () adalah ibu kota provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini adalah kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung. Kota Semarang memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.693.035 jiwa, pada pertengahan tahun 2023. Kawasan mega-urban Semarang yang tergabung dalam wilayah metropolitan Kedungsepur (Kabupaten Kendal, Kabupaten Demak, Ungaran Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kota Semarang, dan Purwodadi Kabupaten Grobogan) berpenduduk mencapai 7,3 juta jiwa, sekaligus sebagai wilayah metropolitan berpenduduk terbanyak keempat di Indonesia, setelah Jabodetabek (Jakarta), Gerbangkertosusilo (Surabaya), dan Bandung Raya (Bandung). Kota Semarang dipimpin oleh wali kota Hevearita Gunaryanti Rahayu. Kota ini terletak sekitar 477 km sebelah timur Jakarta, 312 km sebelah barat Surabaya, 363 km sebelah timur laut Kota Bandung, atau 621 km sebalah barat daya Banjarmasin (via udara). Semarang berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Demak di sebelah timur, Kabupaten Semarang di sebelah selatan, dan Kabupaten Kendal disebelah barat. Kota Semarang memiliki luas wilayah administratif sebesar 373,70 km persegi, sekaligus merupakan administrasi kotamadya terluas di Pulau Jawa. Secara etimologis, nama "Semarang" berasal dari kata "asem", yang berarti "asam/pohon asam", dan kata "arang", yang berarti "jarang", yang digabungkan menjadi "asam yang jarang-jarang". Penamaan "Semarang" ini bermula ketika Ki Ageng Pandanaran I datang ke sebuah pulau bernama Pulau Tirang (dekat pelabuhan Bergota) dan melihat pohon asam yang jarang-jarang tumbuh berdekatan. Penamaan Kota Semarang ini sempat berubah saat zaman kolonialisme Hindia Belanda menjadi "Samarang". Kota Semarang merupakan satu dari tiga pusat pelabuhan (Jakarta dan Surabaya) penting bagi Hindia Belanda sebagai pemasok hasil bumi dari wilayah pedalaman Jawa. Seperti kota besar lainya, Kota Semarang mengenal sistem pembagian wilayah kota yang terdiri atas: Semarang Tengah atau Semarang Pusat, Semarang Timur, Semarang Selatan, Semarang Barat, dan Semarang Utara. Pembagian wilayah kota ini bermula dari pembagian wilayah sub-residen oleh Pemerintah Hindia Belanda yang setingkat dengan kecamatan. Namun saat ini, pembagian wilayah kota ini berbeda dengan pembagian administratif wilayah kecamatan. Meskipun pembagian kota ini jarang dipergunakan dalam lingkungan Pemerintahan Kota Semarang. Namun pembagian kota ini digunakan untuk mempermudah dalam menerangkan suatu lokasi menurut letaknya terhadap pusat kota Semarang. Pembagian kota ini juga digunakan oleh beberapa instansi di lingkungan Kota Semarang untuk mempermudah jangkauan pelayanan, seperti PLN dan PDAM. Geografi Batas wilayah Batas wilayah administrasi Kota Semarang meliputi: Kota Semarang adalah salah satu kota penting yang terletak di pesisir utara Jawa dan sebagai hub utama penghubung Jakarta–Surabaya dan kota–kota di pedalaman selatan Jawa (Surakarta dan Yogyakarta). Kota Semarang memiliki ketinggian dari 2 meter bawah permukaan laut hingga 340 meter di atas permukaan laut dengan kemiringan lereng 0%–45%. Kota Semarang merupakan kota yang memiliki kondisi topografi yang unik berupa wilayah dataran rendah yang sempit dan wilayah perbukitan yang memanjang dari sisi barat hingga sisi timur Kota Semarang. Wilayah dataran rendah di Kota Semarang sangat sempit. Wilayah dataran rendah pada wilayah barat Kota Semarang hanya memiliki lebar 4 kilometer dari garis pantai, sedangkan pada wilayah timur Kota Semarang wilayah dataran rendah semakin melebar hingga 11 kilometer dari garis pantai. Wilayah dataran rendah ini merupakan dataran banjir dari sungai-sungai besar yang mengalir di Kota Semarang, seperti Kali Garang (Banjir Kanal Barat), Kali Pengkol, dan Kali Bringin. Wilayah dataran rendah ini membentang di sisi utara Kota Semarang dan hampir mencakup 40% total wilayah Kota Semarang. Wilayah dataran rendah ini dikenal sebagai kota bawah (Semarang Ngisor), sekaligus sebagai pusat aktivitas perekonomian kota. Dengan kondisi demikian, wilayah kota bawah sering kali dilanda banjir tahunan dan puncaknya ketika musim penghujan. Sejumlah wilayah khususnya Semarang Utara, banjir ini kadang juga disebabkan luapan air pasang laut (banjir rob). Wilayah perbukitan di Kota Semarang ini membentang di sisi selatan. Perbukitan ini merupakan bagian dari rangkaian formasi pegunungan utara Jawa yang membentang dari Banten hingga Jawa Timur. Wilayah perbukitan di Kota Semarang dikenal sebagai kota atas (Semarang Dhuwur). Wilayah perbukitan ini juga merupakan kawasan hulu dari sungai-sungai besar yang mengalir di Kota Semarang. Wilayah kota atas juga bagian dari bentang kaki gunung api Ungaran, yang terletak pada sisi selatan Kota Semarang. Kota bawah ini meliputi Kecamatan Tugu, Semarang Barat, Semarang Tengah, Semarang Selatan, Semarang Timur, Gayamsari, Pedurungan, Genuk, dan Semarang Utara. Kota bawah ini merupakan kawasan pusat kota dan jantung perekonomian Semarang. Kota bawah juga berperan sebagai downtown, antara lain untuk pusat hiburan, perdagangan, pelayanan publik, dan pemerintahan. Kondisi topografi kota bawah yang mendukung, mendorong pertumbuhan ekonomi sangat cepat dan timbul perluasan wilayah perkotaan. Kota atas ini meliputi Kecamatan Gajahmungkur, Candisari, Banyumanik, Tembalang, Gunung Pati, Ngaliyan dan Mijen. Kini, wilayah kota atas merupakan pusat pertumbuhan baru di Kota Semarang. Salah satu sektor wilayah yang memiliki pertumbuhan yang spesifik terhadap differensiasi pusat aktivitas dan aglomerasi penduduk adalah sektor Banyumanik–Tembalang. Sarana prasara yang mendukung, sangat mendorong pertumbuhan dan minat investasi pada wilayah tersebut. Pertumbuhan pada wilayah ini ditandai dengan berkembangnya permukiman, munculnya pusat perekenomian baru, dan eksistensi gedung pencakar langit. Salah satu alasan wilayah ini berkembang juga merupakan hasil kebijakan Pemerintah Kota Semarang memindahkan UNDIP dari Pleburan ke Tembalang, sebagai upaya pemerataan penduduk di Kota Semarang. Strategi ini juga dilakukan pada pemindahan kampus UNNES dari Kelud Raya ke Gunung Pati. Kota Semarang dialiri oleh beberapa sungai/kali, meliputi Sungai Garang (Kanal Barat), Sungai Semarang, Sungai Kanal Timur, Sungai Sringin, Sungai Plumbon, Sungai Karanganyar, Sungai Bringin, Sungai Cilandak, dan Sungai Siangker. Beberapa sungai ini difungsikan sebagai sistem drainase untuk pengendali banjir di Kota Semarang, meliputi Sungai Garang, Sungai Semarang, Sungai Kanal Timur, Sungai Plumbon, dan Sungai Bringin. Sistem hidro-drainase di Kota Semarang sudah mengenali sistem kanalisasi seperti kota-kota di Belanda. Sistem kanalisasi ini dilatarbelakangi oleh Pemerintah Hindia Belanda yang melakukan kanalisasi di Sungai Semarang dengan menyudet Sungai Semarang dengan Sungai Garang, untuk keperluan drainase banjir kota dan jalur lalu lintas kapal dagang. Sungai Semarang ini merupakan sungai yang mengalir ke wilayah pusat kota. Sungai Semarang mengalir dari kaki Bukit Bergota sisi barat–selatan Lawang Sewu–jalur inspeksi Batan Miroto–Pecinan–Kota Lama–Muara Baru. Pada tahun 1885, kanalisasi telah rampung dibangung oleh Pemerintah Hindia Belanda pada Sungai Garang (sisi barat kota). Sungai Garang ini merupakan Banjir Kanal Barat yang letaknya tepat di tengah wilayah Kota Semarang dan membagi Kota Semarang menjadi dua sisi, yaitu sisi barat dan sisi timur. Tahun 1895, Kanalisasi baru telah diselesaikan oleh Pemerintah Belanda sebagai upaya pencegahan banjir yang semakin parah di Kota Semarang kala itu, yaitu dengan membangun Banjir Kanal Timur. Pembangunan Banjir Kanal Timur ini dilakukan dengan menyudet Sungai Plumbon yang mengalir di wilayah timur Kota Semarang. Pembangunan kanalisasi di Kota Semarang merupakan pembangunan kanalisasi pertama di Indonesia. Keberhasilan kanalisasi Kota Semarang ini mendorong pembangunan kanalisasi di kota-kota lain, seperti Jakarta, Surabaya, dan Padang. Hingga kini, ketiga sungai kanal tersebut masih menjadi sorotan Pemerintah Kota Semarang untuk melakukan normalisasi dan pengerukan, agar drainase perkotaan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kota Semarang memiliki kemiripan karakteristik kondisi fisik dengan kota-kota di Belanda. Kemiripan ini berupa cekungan bawah laut, karena adanya depresi daratan sehingga membentuk ledokan yang tidak begitu luas. Depresi daratan ini disebabkan karena penurunan muka tanah dan land subsidence akibat eksploitasi airtanah berlebih. Jenis tanah aluvial juga berpengaruh dalam penurunan muka tanah di wilayah Kota Semarang. Adanya cekungan ini juga efek yang ditimbulkan karena aktivitas reklamasi pada pantai-pantai di Kota Semarang yang membentuk tanggul-tanggul laut. Beberapa wilayah di Kota Semarang, khususnya Semarang Utara memiliki ketinggian dibawah permukaan laut. Kondisi seperti ini memungkinkan timbulnya banjir cukup parah pada wilayah cekungan tersebut. Kota Semarang memiliki garis pantai sepanjang 20 kilometer dengan tipologi pantai yang tidak beraturan. Pengaruh aktivitas manusia berperan dalam perubahan tipologi pantai, seperti aktivitas reklamasi dan sedimentasi oleh sungai. Salah satu kawasan reklamasi yang cukup dikenali oleh masyarakat Kota Semarang adalah Pantai Marina. Pertumbuhan Kota Semarang tidak lepas dari kondisi geografis Semarang yang merupakan wilayah pesisir dengan adanya pelabuhan. Pelabuhan menjadi cikal bakal pertumbuhan Kota Semarang hingga menjadi wilayah perkotaan saat ini. Bermula dari aktivitas perdagangan di pelabuhan menjadikan Kota Semarang merupakan wilayah strategis dalam pengembangan perekonomian dan kontribusi distribusi barang jasa sejak zaman pra-kolonialisme. Sungai-sungai yang mengalir di pusat kota dahulu merupakan kawasan pelabuhan. Salah satu sungai tersibuk sebagai jalur lalu lintas kapal dan perahu adalah sungai Semarang. Akibat sedimentasi sungai, sungai Semarang sudah tidak memungkinkan untuk jalur lalu lintas, kemudian pelabuhan direlokasi ke Muara Baru. Iklim & cuaca Kota Semarang memiliki kondisi iklim tropis dengan tipe iklim menurut klasifikasi Koppen adalah Am (tropikal monsunal). Iklim tropis monsunal ini dipengaruhi oleh letak lintang yang cukup jauh dari khatulistiwa sehingga efek ITCZ (hujan tahunan) kurang berpengaruh di Kota Semarang. Iklim monsunal ini juga berpengaruh terhadap pola musim di Kota Semarang secara periodik, yaitu musim kering/kemarau dan musim basah/penghujan. Pola musim di Kota Semarang disebabkan oleh pergerakan tahunan matahari yang menyebabkan perubahan dan perbedaan tekanan pada wilayah permukaan bumi. Musim basah/penghujan memiliki periode 6 bulan (Oktober–Maret) meskipun keadaan sering berubah-ubah. Bulan Januari merupakan puncak musim basah dengan rata-rata curah hujan 430 mm dengan suhu rata-rata 27 derajat. Musim basah di Kota Semarang memiliki karakteristik dengan kondisi udara yang hangat dan basah. Musim basah ini terjadi karena adanya aliran massa udara dingin dari Benua Asia bertemu dengan massa udara hangat di sepanjang khatulistiwa, sehingga menimbulkan gumpalan awan dengan kandungan uap air tinggi di kawasan ekuator. Bulan-bulan basah juga merupakan periode penyinaran matahari lebih panjang daripada periode bulan-bulan kering. Puncaknya pada tanggal 22 Desember dimana terjadi December Solstice (titik balik selatan matahari), yang mana lama panjang hari di Kota Semarang adalah 12 jam 30 menit (lebih panjang 30 menit). Musim kering/kemaru memiliki periode 6 bulan (April–September) meskipun keadaan dan awal musim sering berubah-ubah. Bulan Agustus merupakan puncak musim kering dengan rata-rata curah hujan 60 mm dengan suhu rata-rata 28 derajat. Musim kering ini memiliki karakteristik kondisi udara yang kering dan terik. Terdapat fenomena yang terjadi ketika musim kering berlangsung di Kota Semarang, yaitu fenomena penurunan suhu udara. Fenomena penurunan suhu udara ini terjadi akibat adanya aliran massa udara dingin dari Australia menuju ke Benua Asia. Aliran massa udara dingin ini terjadi karena adanya pembentukan sistem tekanan tinggi di Australia dan pusat tekanan rendah di Asia sepanjang periode musim kering. Kondisi ini juga dipengaruhi oleh pergerakan tahunan matahari dan letak matahari yang saat periode musim kering berada di belahan bumi utara. Suhu udara terendah yang pernah terekam pada bulan Juli 2015 mencapai 18 °C. Periode bulan-bulan kering merupakan periode penyinaran matahari lebih singkat dibandingkan bulan-bulan basah. Puncaknya pada tanggal 21 Juni dimana terjadi June Solstice (titik balik utara matahari), yang mana lama panjang hari di Kota Semarang adalah 11 jam 35 menit (lebih singkat 25 menit). Musim peralihan merupakan periode dimana terjadi pergantian musim, baik basah ke kering maupun sebaliknya. Musim peralihan ini terjadi pada bulan-bulan awal dan akhir baik musim basah maupun kering, yaitu bulan September, Oktober, Maret, dan Aprl. Musim peralihan ini ditandai dengan bulan-bulan lembap yang mana curah hujan bulanan lebih dari 100 mm, namun kurang dari 200 mm. Karakteristik musim peralihan ini ditandai dengan kondisi udara yang sangat lembap, sehingga menimbulkan efek gerah pada tubuh. Kondisi udara pada musim peralihan sangat ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme, sehingga banyak muncul penyakit, seperti flu, demam, dan penyakit kulit. Bulan-bulan musim peralihan ini disebabkan oleh fenomena kulminasi yang terjadi di Kota Semarang. Fenomena kulminasi terjadi pada bulan Oktober akhir dan bulan Februari pertengahan di Kota Semarang. Kota Semarang memiliki iklim basah dengan rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2.780 mm. Meskipun demikian, curah hujan di Kota Semarang bervariasi, karena pengaruh dari efek topografi yang ada di Kota Semarang. Kota bawah memiliki rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2.500 mm, sedangkan Kota atas memiliki rata-rata curah hujan tahunan lebih tinggi sebesar 3.000 mm. Perbedaan curah hujan ini disebabkan karena efek topografi yang menimbulkan hujan konveksi pada wilayah Kota Semarang. Rata-rata suhu tahunan di Kota Semarang sebesar 28 °C, dengan fluktuasi suhu tidak begitu signifikan dalam setahun. Suhu tertinggi yang pernah terjadi di Kota Semarang adalah 39 °C, dan suhu terendah yang pernah terjadi adalah 18 °C. Fenomena suhu panas ini juga dikarenakan adanya fenomena urban heat island di Kota Semarang. Sejarah Sejarah Semarang berawal kurang lebih pada abad ke-6 M, yaitu daerah pesisir yang bernama Pragota (sekarang menjadi Bergota) dan merupakan bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Daerah tersebut pada masa itu merupakan pelabuhan dan di depannya terdapat gugusan pulau-pulau kecil. Akibat pengendapan, yang hingga sekarang masih terus berlangsung, gugusan tersebut sekarang menyatu membentuk daratan. Bagian kota Semarang Bawah yang dikenal sekarang ini dengan demikian dahulu merupakan laut. Pelabuhan tersebut diperkirakan berada di daerah Pasar Bulu sekarang dan memanjang masuk ke Pelabuhan Simongan, tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1435 M. Di tempat pendaratannya, Laksamana Cheng Ho mendirikan kelenteng dan masjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong (Gedung Batu). Pada akhir abad ke-15 M ada seseorang ditempatkan oleh Kerajaan Demak, dikenal sebagai Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I), untuk menyebarkan agama Islam dari perbukitan Bergota. Dari waktu ke waktu daerah itu semakin subur, dari sela-sela kesuburan itu tumbuhlah pohon asam yang berjarak antara satu sama lain (jarang-jarang) (bahasa Jawa: asem arang), sehingga memberikan gelar atau nama daerah itu yang kemudian menjadi Semarang. Sebagai pendiri desa, kemudian menjadi kepala daerah setempat, dengan gelar Kyai Ageng Pandan Arang I. Sepeninggalnya, pimpinan daerah dipegang oleh putranya yang bergelar Pandan Arang II (kelak disebut sebagai Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran II atau Sunan Pandanaran Bayat atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran saja). Di bawah pimpinan Pandan Arang II, daerah Semarang semakin menunjukkan pertumbuhannya yang meningkat, sehingga menarik perhatian Sultan Hadiwijaya dari Kesultanan Pajang. Karena persyaratan peningkatan daerah dapat dipenuhi, Sultan pun memutuskan untuk menjadikan Semarang setingkat dengan Kabupaten, pada tanggal 2 Mei 1547 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 Rabiul Awal tahun 954 H, setelah berkonsultasi dengan Sunan Kalijaga. Tanggal 2 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Semarang. Seiring dengan jatuhnya Pajang ke tangan Kesultanan Mataram, wilayah Semarang masuk dalam wilayahnya. Pada tanggal 15 Januari 1678 Amangkurat II dari Kesultanan Mataram di Kartasura, menggadaikan Semarang dan sekitarnya kepada VOC sebagai bagian pembayaran hutangnya. Dia mengklaim daerah Priangan dan pajak dari pelabuhan pesisir sampai hutangnya lunas. Pada tahun 1705 akhirnya Susuhunan Pakubuwono I menyerahkan Semarang kepada VOC sebagai bagian dari perjanjiannya karena telah dibantu untuk merebut kembali Keraton Kartasura. Sejak saat itu Semarang resmi menjadi kota milik VOC dan kemudian Pemerintah Hindia Belanda. Pada tahun 1906 dengan Stadblat Nomor 120 tahun 1906 dibentuklah pemerintah Gemeente. Pemerintah kota besar ini dikepalai oleh seorang Burgemeester (Wali kota). Sistem Pemerintahan ini dipegang oleh orang-orang Belanda berakhir pada tahun 1942 dengan datangnya pemerintahan pendudukan Jepang. Pada masa Jepang terbentuklah pemerintah daerah Semarang yang dikepalai Militer (Shico (kanji: 市長 )) dari Jepang. Didampingi oleh dua orang wakil (Fuku Shico (kanji: 副市長)) yang masing-masing dari Jepang dan seorang bangsa Indonesia. Tidak lama sesudah kemerdekaan, yaitu tanggal 15 sampai 20 Oktober 1945 terjadilah peristiwa kepahlawanan pemuda-pemuda Semarang yang bertempur melawan balatentara Jepang yang bersikeras tidak bersedia menyerahkan diri kepada Pasukan Republik. Perjuangan ini dikenal sebagai Pertempuran Lima Hari. Tahun 1946 Inggris atas nama Sekutu menyerahkan kota Semarang kepada pihak Belanda. Ini terjadi pada tanggal 16 Mei 1946. Tanggal 3 Juni 1946 dengan tipu muslihat, pihak Belanda menangkap Mr. Imam Sudjahri, wali kota Semarang sebelum proklamasi kemerdekaan. Selama masa pendudukan Belanda tidak ada pemerintahan daerah kota Semarang. Namun para pejuang di bidang pemerintahan tetap menjalankan pemerintahan di daerah pedalaman atau daerah pengungsian di luar kota sampai dengan bulan Desember 1948. daerah pengungsian berpindah-pindah mulai dari kota Purwodadi, Gubug, Kedungjati, Salatiga, dan akhirnya di Yogyakarta. Pimpinan pemerintahan berturut-turut dipegang oleh R. Patah, R. Prawotosudibyo dan Mr. Ichsan. Pemerintahan pendudukan Belanda yang dikenal dengan Recomba berusaha membentuk kembali pemerintahan Gemeente seperti pada masa kolonial dulu di bawah pimpinan R Slamet Tirtosubroto. Hal itu tidak berhasil, karena dalam masa pemulihan kedaulatan harus menyerahkan kepada Komandan KMKB Semarang pada bulan Februari 1950. tanggal I April 1950 Mayor Suhardi, Komandan KMKB. menyerahkan kepemimpinan pemerintah daerah Semarang kepada Mr Koesbiyono, seorang pegawai tinggi Kementerian Dalam Negeri di Yogyakarta. Ia menyusun kembali aparat pemerintahan guna memperlancar jalannya pemerintahan. Ekonomi Selain sebagai pusat pemerintahan Provinsi Jawa Tengah dan Kotamadya Semarang, Kota Semarang juga merupakan pusat perekonomian (perdagangan dan bisnis) yang termasuk dalam kawasan strategis nasional (KSN). Peranannya sebagai pusat perdagangan dan bisnis, dimana kontribusi ekonomi Kota Semarang cukup besar terhadap perekonomian nasional. Menurut data BPS 2020, PDRB Kota Semarang atas dasar harga berlaku mencapai angka Rp 189 triliun. Sebagian besar sektor kegiatan perekonomian yang mendominasi adalah sektor perindustrian dan sektor perdagangan. Dari tahun ke tahun, pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang cukup tinggi. Pertumbuhan ekonomi ini ditandai dengan meningkatnya jumlah migrasi masuk, penurunan angka pengangguran, dan meningkatnya pembangunan infrastruktur di Kota Semarang. Meskipun pertumbuhan ekonomi di Kota Semarang masih kalah saing dengan pertumbuhan ekonomi di Jakarta dan Surabaya, namun iklim bisnis yang kondusif memungkinkan pertumbuhan secara bertahap dan berkelanjutan. Kini, kondisi perekonomian Kota Semarang juga mulai ditandai dengan munculnya gedung-gedung pencakar langit yang tersebar di seluruh penjuru Kota Semarang. Menurut data skyscraper, Kota Semarang memiliki 50 gedung dengan ketinggian minimal 12 lantai dan 85 gedung berkisar 7–11 lantai. Gedung-gedung pencakar langit ini difungsikan sebagai perkantoran, hotel, dan apartemen. Gedung-gedung pencakar langit ini terkonsentrasi pada wilayah Semarang Pusat (Kawasan CBD Golden Triangle) dan Semarang Selatan (Tembalang dan Banyumanik). Berikut adalah daftar gedung-gedung pencakar langit yang sudah ada, tahap konstruksi, maupun direncanakan: Daftar gedung tertinggi di Semarang. Kawasan bisnis terpadu Sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian regional Jawa Tengah, Kota Semarang telah bertransformasi dan berdinamika menuju kearah yang lebih baik lagi. Dalam kurun waktu perkembanganya, Kawasan metropolitan Semarang terus berkontribusi dan turut andil dalam finansial dan moneter yang vital di Indonesia. Sektor perdagangan dan perindustrian yang berkembang pesat menjadi kunci dasar pembangunan Kota Semarang. Pertumbuhan kota yang sangat tinggi juga dikarenakan berkembangnya sektor jasa dalam arus perekonomian Kota Semarang dan akan terus mengalami peningkatan. Pertumbuhan perekonomian ini sangat mendorong meningkatnya daya beli masyarakat, arus modal, indeks kepercayaan konsumen, dan minat investasi. Semakin kondusifnya iklim bisnis di Kota Semarang menyebabkan tumbuhnya kawasan perkantoran dan perdagangan. Sebagai upaya regionalisasi dan keperluan tata ruang wilayah, berkembang kawasan bisnis terpadu atau CBD (Central Business District) di Kota Semarang yang diperuntukan untuk kawasan ekonomi terpadu. Kota Semarang memiliki kawasan CBD utama, yaitu Golden Triangle Business District. Golden Triangle Business District merupakan kawasan bisnis terpadu yang terletak di Semarang Pusat yang memiliki tiga segmen sub-CBD, meliputi: Simpang Lima City Center (SLCC), Pemuda Central Business District (PCBD), dan Gajahmada Golden Triangle (GGT). Selain Golden Triangle Business District, Kota Semarang juga memiliki kawasan CBD yang masih berkembang tersebar di beberapa lokasi, meliputi: Kawasan CBD Peterongan, Kawasan CBD Majapahit, Kawasan CBD Setiabudi, Kawasan CBD Tembalang, dan Kawasan CBD Jenderal Sudirman – Kalibanteng. Pengembangan kawasan CBD ini disebabkan karena kondisi pusat kota mulai menunjukan kejenuhan, sehingga terjadi perluasan pusat bisnis. Pemerintahan Wali kota Wali kota Semarang saat ini dijabat oleh Hevearita Gunaryanti Rahayu. Sebelumnya, ia adalah wakil wali kota Semarang mendampingi wali kota, Hendrar Prihadi. Hendrar dan Rahayu merupakan pemenang dua periode pemilu, yakni pada pemilihan umum wali kota Semarang 2015 dan pemilihan umum wali kota Semarang 2020. Pada 10 Oktober 2022, masa tugas periode kedua Hendrar, ia ditunjuk menjadi Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan barang/jasa Pemerintah (LKPP), sehingga jabatannya sebagai wali kota Semarang berakhir. Selanjutnya, Rahayu menjadi wali kota Semarang, dilantik oleh gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, pada 30 Januari 2023 di Gedung Gradhika Bhakti Prajapada kota Semarang. Dewan perwakilan Kecamatan Penduduk Penduduk Semarang umumnya adalah suku Jawa dan menggunakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari. Namun ada pula beberapa suku dan etnis yang juga mendiami kota Semarang seperti Arab, Tionghoa. Melayu, Sunda, Batak, Minangkabau dan lainnya. Sementara untuk agama yang dianut mayoritas menganut agama Islam. Adapun banyaknya penduduk kota Semarang menurut agama yang dianut yakni Islam sebanyak 87,56%, kemudian Kekristenan sebanyak 11,76%, dengan rincian Kristen Protestan sebanyak 6,81% dan Kristen Katolik sebanyak 4,95%. Penduduk kota Semarang yang beragama Buddha sebanyak 0,59%, kemudian Hindu sebanyak 0,07%, sebagian kecil lainnya menganut Aliran kepercayaan dan Konghucu sebanyak 0,02%. APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah atau yang biasa disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD merupakan salah satu instrumen kebijakan yang digunakan pemerintah daerah sebagai alat untuk membiayai pelaksanaan pemerintahan, pelayanan publik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Secara umum APBD terbagi dalam 3 akun besar yaitu akun Pendapatan, akun Belanja dan akun Pembiayaan. Akun Pendapatan dalam APBD berisi sumber-sumber pendapatan pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (Daper) dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. Belanja adalah seluruh belanja pemerintah daerah yang dialokasikan untuk satu tahun anggaran. Pembiayaan adalah sejumlah pembiayaan dikelola pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran digunakan untuk menutup defisit anggaran. APBD Kota Semarang dapat kita jabarkan sebagai berikut Kesehatan Terdapat beberapa rumah sakit besar di Semarang antara lain Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Kariadi, Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND), Rumah Sakit Telogorejo, RSU PKU Muhammadiyah Roemani, Rumah Sakit Elizabeth, RSUD KRMT Wongsonegoro, Rumah Sakit William Booth, Rumah Sakit Islam Sultan Agung, Rumah Sakit Columbia Asia Semarang, dan lainnya. Pendidikan Sebagai ibu kota provinsi di Jawa Tengah, berbagai sekolah negeri dan swasta, dari jenjang Taman Kanak-Kanak hinga perguruan tinggi, banyak berlokasi atau dibangun di kota Semarang. Data dari Badan Pusat Statistik, dalam buku Statistik Pendidikan Kota Semarang 2022 mencatat, jumlah sekolah di kota Semarang pada tahun 2022 sebanyak 1.850 sekolah. Jenjang TK sebanyak 668 sekolah, 9 diantaranya negeri dan 659 lainnya swasta. Untuk jenjang Sekolah Dasar sebanyak 506 sekolah, 325 negeri dan 181 swasta. Jenjang Sekolah Menengah Pertama sebanyak 191 sekolah, 45 negeri dan 146 swasta. Kemudian, jenjang Sekolah Menengah Atas sebanyak 74 sekolah, 16 negeri dan 58 swasta. Dan jenjang Sekolah Menengah Kejuruan sebanyak 86 sekolah, 12 negeri dan 74 swasta. Untuk perguruan tinggi sebanyak 26 sekolah, 9 negeri dan 17 swasta. Beberapa perguruan tinggi yang ada di kota Semarang yakni Akademi Kepolisian, Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Politeknik Kesehatan Semarang, Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Semarang, UIN Walisongo, Politeknik Negeri Semarang, Politeknik Maritim Negeri Indonesia, Universitas Islam Sultan Agung, Universitas Katolik Soegijapranata, Universitas Dian Nuswantoro, Universitas Stikubank Semarang, Universitas Muhammadiyah Semarang, Universitas Semarang, Universitas Wahid Hasyim, Universitas Ivet, Universitas Pandanaran, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang, Universitas PGRI Semarang, Universitas STEKOM, STIE Bank BPD Jateng, STIE Totalwin Semarang, STIE Widya Manggala, STIE Dharma Putra, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang (Stikom), Sekolah Tinggi Theologia Baptis Indonesia (STBI), dan lainnya. Transportasi Kota Semarang dapat ditempuh dengan perjalanan darat, laut, maupun udara karena kota ini adalah titik tengah dari jalur utara Pulau Jawa menghubungkan kedua kota besar, yakni Jakarta dan Surabaya. Selain itu, untuk memperlancar jalur transportasi ke arah kota/kabupaten di Jawa Tengah bagian selatan, DI Yogyakarta dan Jawa Timur, saat ini telah dioperasikan ruas Jalan Tol Semarang-Solo yang beroperasi penuh sejak tahun 2018, dan untuk menghubungkan Semarang dengan kota-kota di Jawa Tengah bagian barat, Kota Bandung Jawa Barat, dan Jakarta, telah dioperasikan Jalan Tol Semarang-Batang yang beroperasi sejak tahun 2018. Angkutan bus antarkota dipusatkan di Terminal Mangkang, Kecamatan Tugu. Angkutan dalam kota dilayani oleh bus kota, angkot, dan becak. Pada tahun 2009 Trans Semarang mulai beroperasi, yang juga dikenal dengan Bus Rapid Transit (BRT), sebuah moda angkutan massal meskipun tidak menggunakan jalur khusus seperti busway (Transjakarta) di Jakarta. Pada tahun 2019, mulai beroperasi Feeder Trans Semarang yang merupakan angkutan pengumpan dengan armada bus mikro seperti merk Isuzu ELF seri long chasis yang dapat menjangkau kawasan permukiman yang tidak dapat dilewati oleh BRT. Feeder ini juga memiliki koridor dan halte tersendiri, sehingga dapat memperluas akses transportasi umum di Kota Semarang. Angkutan udara dilayani di Bandara Ahmad Yani, menghubungkan Semarang dengan sejumlah kota-kota besar Indonesia setiap harinya. Sejak tahun 2008 Bandara Ahmad Yani menjadi bandara Internasional dengan adanya penerbangan langsung ke luar negeri, contohnya ke Singapura dan Kuala Lumpur, Malaysia. Ada juga Pelabuhan Tanjung Mas, menghubungkan Semarang dengan sejumlah kota-kota pelabuhan Indonesia. Pelabuhan ini juga terdapat terminal peti kemas. Semarang memiliki peranan penting dalam sejarah kereta api Indonesia. Di sinilah tonggak pertama pembangunan kereta api Hindia Belanda dimulai, dengan pembangunan jalan kereta api yang dimulai dari desa Kemijen menuju desa Tanggung sepanjang 26 Km) dengan lebar sepur 1435 mm. Pencangkulan pertama dilakukan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr LAJ Baron Sloet van den Beele, Jumat 17 Juni 1864. Jalan kereta api ini mulai dioperasikan untuk umum Sabtu, 10 Agustus 1867. Pembangunan jalan KA ini diprakarsai sebuah perusahaan swasta Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NV NISM) (terjemahan: Perseroan tak bernama Perusahaan Kereta Api Nederland-Indonesia) yang dipimpin oleh Ir JP de Bordes. Kemudian, setelah ruas rel Kemijen–Tanggung, dilanjutkan pembangunan rel yang dapat menghubungkan kota Semarang–Surakarta (110 Km), pada 10 Februari 1870. Semarang memiliki dua stasiun kereta api utama, yaitu Stasiun Semarang Tawang yang melayani layanan kereta api antarkota kelas eksekutif serta sebagian besar kelas campuran jalur utara Jawa dan Stasiun Semarang Poncol hanya memberhentikan sebagian kecil kereta api antarkota kelas campuran beserta seluruh kelas ekonomi lintas utara. Julukan Kota Semarang mempunyai mempunyai beberapa julukan, antara lain sebagai Venetië van Java karena Semarang dilalui banyak sungai di tengah kota seperti di Venesia (Italia), sehingga Belanda menyebut demikian. Kemudian dijuluki sebagai Kota Lumpia, Lumpia adalah makanan khas Semarang, yang terbuat dari akulturasi 2 budaya yaitu budaya Jawa dan Tionghoa. Lumpia sendiri diambil dari kata lun pia (hokkien : 润餅). Pariwisata Pariwisata menjadi salah satu pendukung perekonomian kota Semarang. Bangunan lama peninggalan masa penjajahan Belanda, terdapat di beberapa sudut kota. Pariwisata dan kuliner juga menjadi suatu simbol atau kekhasan dari kebanyakan wilayah di Indonesia, termasuk di kota Semarang. Selain bangunan lama, wisata religi juga bisa ditemukan di kota ini. Perpaduan budaya Jawa dan Tionghoa juga menjadi salah satu keunikan kota Semarang. Salah satu tempat wisata di kota Semarang ialah Lawang Sewu, yang berasal dari bahasa Jawa, artinya seribu pintu. Ini merupakan bangunan peninggalan Belanda, yang digunakan sebagai kantor pusat perusahaan kereta api yang memiliki banyak pintu, sehingga disebut Lawang Sewu. Bangunan ini dibangun secara bertahap dari 1904 hingga 1918. Kini dijadikan sebagai museum tempat menyimpan koleksi kereta api di Indonesia. Tempat wisata keagamaan dapat ditemukan di kota Semarang. Bangunan masjid yang besar seperti Masjid Agung Jawa Tengah, Masjid Baiturrahman Semarang, dan Masjid Kauman Semarang, menjadi wisata keagamaan yang banyak dikunjungi wisatawan di kota Semarang. Kemudian, Gereja Blenduk dan Gereja Katedral Semarang dengan bangunan khas Belanda juga menjadi salah satu wisata keagamaan di Semarang. Kemudian Klenteng Sam Po Kong dengan nuansa Tionghoa menjadi wisata keagamaan lainnya di kota Semarang. Berbagai macam wisata lainnya dapat ditemukan di kota ini. Kuliner Kuliner yang dikenal dari Semarang yakni Lumpia Semarang, sehingga kota Semarang disebut sebagai kota Lumpia. Kuliner lain yang bisa ditemukan di kota ini ialah Soto Semarang, Mangut Kepala Manyung, Babat Gongso, Bandeng presto, Gudeg Koyor, Mie Kopyok, Sega Becak, Mie Tite, Sega Lunyu, Nasi Gandul, Sego Ayam, Nasi Pindang, Tahu Pong, Pisang Plenet, Pecel Koyor, Petis Kangkung, Sego Goreng Babat Semarang, Tahu Petis, Soto Daging Sapi, Tahu Gimbal, Swiekee Kuah, Tahu Telur, Kupat tahu, dan lainnya. Kota kembar Đà Nẵng, Vietnam Referensi Pranala luar Semarang Semarang Semarang Kota Pusaka di Indonesia
4102
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Semarang
Kabupaten Semarang
Kabupaten Semarang () adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Ungaran. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Semarang di Utara; Kabupaten Demak dan Kabupaten Grobogan di Timur; Kabupaten Boyolali di Timur dan Selatan; serta Kabupaten Magelang, Kabupaten Temanggung, dan Kabupaten Kendal di Barat. Kota Salatiga adalah enklave dari Kabupaten Semarang. Jumlah penduduk kabupaten Semarang di tahun 2021 sebanyak 1.053.094 jiwa, dengan Slogan kabupaten ini adalah sebagai Bumi Serasi yang merupakan akronim dari "Sehat, Rapi, Aman, Sejahtera, dan Indah". Geografi Batas wilayah Batas wilayah administrasi Kabupaten Semarang meliputi: Ditengah-tengah wilayah ini terdapat Kota Salatiga. Rata-rata ketinggian tempat di Kabupaten Semarang 544,21 meter di atas permukaan laut. Daerah terendah di Desa Candirejo Kecamatan Ungaran. Daerah tertinggi di Desa Batur Kecamatan Getasan. Topografi Ungaran, ibu kota kabupaten ini, tepat berbatasan dengan Kota Semarang. Bagian timur wilayah kabupaten ini merupakan dataran tinggi dan perbukitan. Sungai besar yang mengalir adalah Sungai Tuntang. Di bagian barat wilayahnya berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Ungaran (2.050 meter) di perbatasan dengan Kabupaten Kendal, serta Gunung Merbabu (3.141 meter) di barat daya. Kabupaten Semarang dilintasi jalan negara yang menghubungkan Surakarta, dan Jogja dengan Kota Semarang atau lebih dikenal dengan "JOGLO SEMAR". Angkutan umum antar kota dilayani dengan bus, yakni di terminal bus Sisemut (Ungaran), Bawen, dan Ambarawa. Beberapa rute angkutan regional adalah: Semarang-Surakarta, Semarang-Jogja, dan Semarang-Purwokerto, sedang rute angkutan lokal adalah Semarang-Ambarawa dan Semarang-Salatiga, Salatiga-Ambarawa. Bawen merupakan kota persimpangan jalur menuju Surakarta dan menuju Yogyakarta, Purworejo, Temanggung, Wonosobo, Magelang, Banjarnegara, Purwokerto, Banyumas, Cilacap, Ciamis, Tasikmalaya, Garut hingga Bandung. Jalur kereta api Semarang-Yogyakarta merupakan salah satu yang tertua di Indonesia, namun saat ini tidak lagi dioperasikan, sejak meletusnya Gunung Merapi yang merusakkan sebagian jalur tersebut. Jalur lain yang kini juga tidak beroperasi adalah Ambarawa-Tuntang-Kedungjati. Di Ambarawa terdapat Museum Kereta Api. Kereta api uap dengan rel bergerigi kini digunakan sebagai jalur wisata dengan rute Ambarawa-Bedono, di samping itu telah dikembangkan kereta wisata Ambarawa-Tuntang PP dengan menyusuri tepian Rawapening. Kota Salatiga terletak di tengah-tengah wilayah Kabupaten Semarang, berada di jalur utama Semarang-Surakarta. Sejarah Kabupaten Semarang pertama kali didirikan oleh Raden Kaji Kasepuhan (dikenal sebagai Ki Pandan Arang II) pada tanggal 2 Mei 1547 dan disahkan oleh Sultan Hadiwijaya. Kata "Semarang" konon merupakan pemberian dari Ki Pandan Arang II, ketika dalam perjalanan ia menjumpai deretan pohon asam (Bahasa Jawa: asem) yang berjajar secara jarang (Bahasa Jawa: arang-arang), sehingga tercipta nama Semarang. Ketika masa pemerintahan Bupati Raden Mas Soeboyono, pada tahun 1906 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Kotapraja (gemente) Semarang, sehingga terdapat dua sistem pemerintahan, yaitu kotapraja yang dipimpin oleh burgenmester, dan kabupaten yang dipimpin oleh bupati. Kabupaten Semarang secara definitif ditetapkan berdasarkan UU Nomor 13 tahun 1950 tentang pembentukan kabupaten-kabupaten dalam lingkungan provinsi Jawa Tengah. Pada masa pemerintahan Bupati Iswarto (1969-1979), ibu kota Kabupaten Semarang secara de facto dipindahkan ke Ungaran. Sebelumnya pusat pemerintahan berada di daerah Kanjengan (Kota Semarang). Pada tahun 1983, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1983 tentang Pemindahan Ibu kota Kabupaten Semarang ke Kota Ungaran di Wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang, Kota Ungaran yang sebelumnya berstatus sebagai kota kawedanan ditetapkan sebagai ibu kota Kabupaten Semarang, yang sebelumnya berada di wilayah Kotamadya Semarang. Sejak itulah setiap tanggal 20 Desember 1983 ditetapkan sebagai hari jadi Kota Ungaran sebagai ibu kota Kabupaten Semarang. Pada tahun 2005, kecamatan Ungaran dimekarkan menjadi dua, yakni Ungaran Barat, Semarang dan Ungaran Timur, Semarang. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Pendidikan umum Fasilitas Taman Kanak-Kanak berjumlah 338 buah. hanya 1 taman kanak-kanak milik pemerintah yang terletak di Kecamatan Bergas. Lainnya dikelola swasta. Fasilitas Sekolah Luar Biasa (SLB) di Kabupaten Semarang hanya berjumlah 13 buah (2 SLB Negeri dan 11 SLB Swasta). Fasilitas SD sebagian besar milik pemerintah, yaitu berjumlah 501 buah dan hanya 32 SD swasta. Fasilitas SLTP berjumlah 94 buah pada tahun 2009 yaitu 51 SLTP Negeri dan 43 SLTP Swasta, Fasilitas SLTA berjumlah 25 SLTA dan yang dikelola oleh pemerintah hanya 11 SLTA, Perguruan Tinggi Umum di Kabupaten Semarang hanya tersedia 4 buah, terletak di Kecamatan Getasan 3 buah dan di Kecamatan Ungaran Barat 1 buah. Satuan Pendidikan Non Formal negeri berjumlah 2 SKB (Sanggar Kegiatan Belajar), yaitu UPTD SPNF SKB Ungaran dan UPTD SPNF SKB Susukan. SKB menyelenggarakan pendidikan non formal diantaranya: PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Pendidikan Kesetaraan Paket A, Paket B, Paket C, Pendidikan Kursus dan Pelatihan, Pendidikan Keaksaraan, Pendidikan Kecakapan Hidup, dan pendidikan non formal lainnya. Pendidikan agama Jumlah fasilitas pendidikan agama Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Kabupaten Semarang berjumlah 162 buah yang terdiri dari 6 MI Negeri dan 156 MI Swasta. Terbanyak di Kecamatan Ungaran Barat dan terkecil di Kecamatan Pringapus. Fasilitas pendidikan agama Madrasah Tsanawiyah (MTs) tercatat sebanyak 32 buah yang terdiri dari 1 MTs Negeri dan 31 MTs Swasta dan terbanyak terdapat di Kecamatan Ungaran Barat. Madrasah Aliyah tercatat sebanyak 7 buah yang terdiri dari 2 MA Negeri dan 5 MA Swasta. Perguruan Tinggi Agama Islam di Kabupaten Semarang ada 1 buah dan 3 buah Perguruan Tinggi Agama Kristen dengan status kepemilikan swasta. Sarana Rehabilitasi Sosial Panti asuhan di Kabupaten Semarang berjumlah 26 buah sedangkan panti sosial bina remaja 1 buah dan panti sosial tresna werdha sebanyak 3 buah, panti sosial grahita 4 buah, panti sosial bina laras 2 buah. Jumlah seluruh penghuni panti asuhan sebanyak 1.405 jiwa. Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Semarang pada tahun 2009 sebanyak 978.253 jiwa yang terdiri dari 497.227 jiwa (51%) penduduk laki-laki dan 493.431 jiwa (49%) penduduk perempuan. Jumlah penduduk tersebut tersebar ke-19 kecamatan yang menjadi wilayah Kabupaten Semarang dengan jumlah penduduk terendah adalah di Kecamatan Bancak dengan jumlah penduduk 25.917 jiwa dan kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah di Kecamatan Ungaran Barat dengan jumlah penduduk sebanyak 93.012 jiwa. Adapun rasio jenis kelaminnya tampak tidak terlalu banyak selisih yaitu hampir rata-rata di semua kecamatan, namun di Kecamatan Tengaran rasionya tertinggi yaitu 1,3%, dan terendah di Kecamatan Susukan sebesar 0,9%. Komposisi penduduk menurut kelompok usia dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu usia produktif dan usia non produktif, sedangkan untuk usia non produktif sendiri dibedakan menjadi 2 (dua) lagi, yaitu usia belum produktif (usia sekolah) dan usia tidak produktif. Kelompok usia > 65 belum produktif (usia sekolah 15–64 Tahun; adalah antara usia 0 sampai 14 tahun yang merupakan tanggungan orang tua, karena mereka belum bisa bekerja, sedangkan yang termasuk dalam usia tidak produktif adalah usia 60 tahun ke atas. Adapun untuk usia produktif adalah usia antara 15 tahun sampai dengan usia 64 tahun. Berdasarkan jumlah penduduk menurut kelompok umur, maka kelompok umur tertinggi adalah kelompok umur 15–64 tahun dengan jumlah penduduk 724.896 jiwa atau sekitar 73% sedangkan kelompok umur terkecil adalah kelompok umur diatas 65 tahun dengan jumlah penduduk 65.974 jiwa atau 7% dari jumlah penduduk Kabupaten Semarang. Wilayah yang mempunyai kepadatan atau sebaran permukiman yang padat yaitu daerah pusat kota (Kecamatan Ungaran), wilayah di sepanjang koridor Semarang-Bawen maupun wilayah yang berbatasan langsung dengan Kota Semarang dan Kota Salatiga. Hal ini, karena wilayah tersebut merupakan daerah tujuan atau limpahan penduduk dari Kota Semarang dan Kota Salatiga. Sedangkan wilayah yang memiliki sebaran permukiman yang relatif tidak padat yaitu wilayah Kecamatan Bancak maupun daerah yang berada jauh dari pusat kota. Agama Jumlah pemeluk agama Islam di Kabupaten Semarang sebesar 876.139 orang (92%) sedangkan jumlah pemeluk agama Kristen Protestan sebanyak 35.218 orang (4%), agama Kristen Katolik sebanyak 24.275 orang (3%), Buddha sebanyak 6.605 orang (1%), agama Hindu dan Konghucu hanya minoritas dan tercatat sebanyak 354 orang dan 400 orang. Sarana Ibadah yang ada di Kabupaten Semarang terdiri dari masjid, langgar, gereja, pura, dan vihara. Jumlah langgar dan musala di Kabupaten Semarang cukup besar yaitu sejumlah 2.666 buah (61%) sedangkan jumlah masjid sebanyak 1.562 buah (33%). Selain itu terdapat 100 gereja (Protestan dan Katolik), 8 pura dan 5 Vihara. Terdapat dua kelenteng untuk para penganut agama Konghucu, Tao, maupun Buddha. Khusus agama Konghucu belum ada tempat khusus bagi mereka untuk beribadah, tempat Ibadah umat Khonghucu disebut Litang, sehingga klenteng tersebut sering disebut dengan Klenteng Tri Dharma karena digunakan oleh tiga agama/kepercayaan yang berbeda. Dua situs, yakni candi Gedong Songo dan candi Ngempon yang masih berfungsi sebagai tempat ibadah dan ritual para penganut agama Hindu, namun lebih sering digunakan sebagai objek wisata bagi penganut agama yang lain. Fasilitas keagamaan lainya yang ada di Kabupaten Semarang adalah pondok pesantren yaitu sejumlah 127 buah dengan jumlah santri 13.809 orang dan jumlah kiai/ustad sebanyak 2.527 orang. Mata pencaharian Mata pencaharian penduduk di Kabupaten Semarang pada umumnya masih bekerja di bidang pertanian, hal ini sesuai dengan potensi wilayah Kabupaten Semarang sebagian besar masih merupakan lahan pertanian. Sedangkan posisi kedua diduduki oleh para pekerja industri, yang diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan akan mendominasi menggantikan para pekerja bidang pertanian. Kesehatan Sarana kesehatan RSU daerah 2 RSUD, yaitu: RSUD Ungaran dan RSUD Ambarawa, RSU Swasta: RSU Bina Kasih Ambarawa, RSU Timotius Ungaran, RSU Ken Saras Puskesmas: 26 buah tersebar di seluruh Kecamatan Posyandu 1.604 unit Polindes 163 unit Puskesmas Pembantu 66 unit Puskesmas keliling 44 unit Poliklinik 64 unit Jumlah klinik dan praktik dokter 124 unit. Klinik KB tercatat sebanyak 61 unit Tenaga kesehatan Dokter Umum 102 orang Dokter Spesialis 42 orang Dokter Gigi 38 orang Perawat 394 orang Bidan 342 orang Ahli Kesehatan Masyarakat 70 orang Apoteker 8 orang Ahli Gizi 35 orang Analis Laboratorium 48 orang Ahli Rontgen 17 orang Mantri Kesehatan -- Ahli Penyehatan Lingkungan 21 orang Dukun Anak 354 orang Bidan Desa 229 orang Industri farmasi di Kabupaten Semarang tercatat 15 buah yang terdiri dari apotek 10 buah yang terletak di Kecamatan Ambarawa 8 buah dan Bawen 2 buah, produksi obat tradisional 5 buah yang ada di Kecamatan Ambarawa 3 buah dan Bergas 2 buah serta gudang farmasi 1 buah yang merupakan gudang farmasi milik Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang sedangkan industri narkotika tidak ada. Pariwisata Potensi Sumber daya alam kabupaten Semarang sangat menunjang kelangsungan hidup dan pertumbuhan kepariwisataan daerah yang secara kompetitif unggul. Gunung Ungaran dan Gunung Merbabu yang berdekatan ditandu Gunung Telomoyo, Gunung Gajah Mungkur, Gunung Mergi serta perbukitan dengan Rawa Pening dan sungai Tuntang merupakan sumber daya alami yang mampu memposisikan daerah ini sejajar lebih tinggi dari daerah tujuan wisata lain di Jawa Tengah. Didukung oleh kemudahan aksesibilitas jalur lalu lintas ekonomi menuju semua objek wisata, menjadikan paket perjalanan wisata dapat mencapai banyak objek wisata dalam waktu yang singkat. Wisata alam Bukit Cinta Rawa Pening Curug Lawe Curug Benowo Air Terjun Baladewa Air Terjun Semirang Air Terjun 7 Bidadari Kali Pancur Getasan Bandungan Umbul Sidomukti, di Sidomukti Umbul Songo Kopeng, di (Lereng Gunung Merbabu) Wisata sejarah Benteng Williem II Candi Ngempon Gedong Songo Candi Klero di Tengaran Candi Dukuh di atas bukit di tepi Rawa Pening di Banyubiru Monumen Palagan Ambarawa Museum Kereta Api Ambarawa Wisata keluarga Saloka Theme Park Taman Kelinci Siwarak (Tirto Agung) Taman Wisata Ria Permai Agro Wisata Tlogo, di Desa Delik Taman Rekreasi Kartika Wisata, di Kopeng Sekolah berkuda Arrowhead, Tengaran Havana Horses, Tengaran Jateng Park 2, di Desa Susukan Dreamtoon Studio Ungaran Hortimart Agro Center Taman Djamoe Indonesia Cimory On The Valley Bawen Kampung Rawa di Ambarawa Wisata pancing Taman Pemancingan Blater Pemancingan dan Taman rekreasi "Langen Tirto" Wisata pemandian Pemandian Muncul Wana wisata dan Bumi Perkemahan Penggaron Bumi perkemahan dan pemandian Sendang Senjoyo Wisata desa Agrowisata Kampung Kopi Banaran Kampung Seni (Lerep Ungaran Barat) Desa Wisata Toga Patemon, Tengaran Kampung Cowboy, Tengaran Wisata religi Makam Nyatnyono Terletak di Desa Nyatnyono Kecamatan Ungaran Barat. Merupakan makam keluarga Bambang Kertonadi yang diyakini masyarakat sebagai wali, penyiaran Agama Islam. Mempunyai legenda terjadinya desa Nyatnyono. Air muncul yang ada di sendang Nyatnyono di sekitar makam dipercaya orang dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan dikenal dengan nama sendang Kalimah Thoyibah. Vihara Gunung Kalong Terletak di Gunung Kalong, Susukan yang dari puncaknya dapat melihat kota Ungaran. Di sini terdapat Vihara Buddha-Gaya yang hampir setiap tahun sekali dikunjungi masyarakat untuk melaksanakan nadar/kaul. Mempunyai legenda Pandanaran sebagai terjadinya Desa Susukan. Lokasi wisata ini pada tahun 2003 masuk MURI dengan naga terpanjangnya. Gua Maria Kerep Terletak di Panjang, Ambarawa, Semarang, merupakan tempat bagi umat Katolik untuk menikmati ziarah sambil mengenang kehidupan Yesus Kristus 2000 tahun yang lalu, dengan memvisualisasikan beberapa tempat di israel yang dihadirkan dalam bentuk Taman Doa. Pertapaan Bunda Pemersatu Gedono Terletak di Desa Jetak, Getasan, merupakan kediaman para rubiah Katolik dari Ordo Trapis, sering dikunjungi umat yang hendak melakukan retret ataupun tamu yang hendak membeli produk-produk yang dihasilkan oleh mereka. Kuliner daerah Masakan Kabupaten Semarang mempunyai beberapa masakan khas, di antaranya: Tahu Serasi Sate Sapi Kempleng Gudeg Merak Mati Minuman Kabupaten Semarang mempunyai beberapa makanan minuman khas, di antaranya: Kopi Eva Gecok Tlogo Serabi Kucur Jajanan pasar Kabupaten Semarang mempunyai beberapa makanan jajan pasar khas, di antaranya: Tahu Baxo Gethuk goreng Emping Waluh Oleh-oleh Kabupaten Semarang mempunyai beberapa oleh-oleh khas, di antaranya: Kelengkeng Bandungan Krupuk Bakar Mari Wijen Torakur (tomat rasa kurma) Tahu Bakso Ungaran Geplak Waluh Transportasi Kabupaten Semarang dilintasi dari dan ke Purwokerto , Yogyakarta , Surakarta , Purwodadi Dan Magelang Angkutan Umum Terminal Bawen adalah Terminal TIpe A di Kecamatan Bawen, banyak Bus Antar Kota Antar Provinsi maupun Antar Kota Dalam Provinsi yang sangat mudah ditemui. Angkutan Kereta Api Stasiun Ambarawa, Stasiun Bedono, Stasiun Jambu dan Stasiun Tuntang Merupakan Stasiun wisata di Kabupaten Semarang, Setelah sempat nonaktif dan di buka kembali untuk wisata pengunjung. Rencananya, jalur kereta api dari tuntang ke kedungjati, akan direaktivasi. Masyarakat bisa naik kereta api lagi tanpa harus naik angkutan umum, serta untuk penunjang pariwisata di Jawa Tengah. Transportasi Udara Kabupaten Semarang Tidak punya Bandara, kebanyakan masyarakat memilih: Bandara Adi Soemarmo di Boyolali Bandara Ahmad Yani di Semarang Ekonomi Penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Semarang pada tahun 2008 adalah sektor industri pengolahan (48%) kemudian sektor perdagangan, hotel dan restoran (23%). Dua sektor tersebut selalu menyumbang PDRB dan meningkat secara signifikan pada setiap tahunnya. PDRB atas dasar harga berlaku tahun 2008 adalah sebesar 9.284.507,64 dengan rincian PDRB per sektor berikut ini: Pertanian sebesar Rp. 1.354.111,81 Pertambangan dan penggalian sebesar Rp. 11.163,82 Industri pengolahan sebesar Rp. 4.052.317,23 Listrik, gas, dan air bersih sebesar Rp. 121.282,71 Bangunan sebesar Rp. 372.681,14 Perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp. 1.915.822,89 Pengangkutan dan komunikasi sebesar Rp. 248.784,30 Keu. persewaan dan jasa perusahaan sebesar Rp. 372.326,77 Industri Industri kecil yang ada di Kabupaten Semarang seluruhnya berjumlah 1439 buah yang meliputi industri makanan 519 unit (36%), kayu 290 unit (20%) dan kain tenun 183 unit (13%) serta industri kecil lainnya 318 unit (22%). Dari sekian banyak jenis industri kecil tersebut, industri makanan merupakan industri kecil terbanyak yang ada di Kabupaten Semarang dan setiap tahunnya semakin bertambah. Pada tahun 2009 menjadi 1.355 unit dengan peningkatan jumlah tenaga kerja sebesar 2.200 orang menjadi 12.053 orang. Adapun jumlah nilai produksi industri kecil menengah ini sebesar 140 miliar rupiah. Jumlah industri besar yang ada di Kabupaten Semarang tercatat 183 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 76.954 orang. Jumlah nilai produksinya pun cukup besar yaitu mencapai 5 triliun rupiah. Industri rumah tangga tercatat 9.405 unit dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 680.410 orang. Jumlah pasar tradisional di Kabupaten Semarang berjumlah 33 buah, pasar swalayan 4 buah serta pasar grosir sebanyak 2 buah. Adapun berdasarkan jenis bangunannya 33 unit pasar sudah merupakan pasar bangunan permanen. Semeentara itu, jumlah restoran sebanyak 7 unit dan rumah makan sebanyak 58 unit. Jumlah koperasi di Kabupaten Semarang sebanyak 591 buah dengan total jumlah koperasi aktif sebesar 549 buah sedangkan jumlah KUD hanya 14 buah. Pengusaha di Kabupaten Semarang terkelompok menjadi pengusaha kecil, pengusaha menengah dan pengusaha besar. Jumlah pengusaha kecil tercatat sebanyak 3.295 orang, pengusaha besar hanya sebanyak 166 orang. Jumlah penyerapan tenaga kerja di Kabupaten Semarang, terbesar dari jenis usaha besar yaitu sebesar 71%, penyerapan tenaga kerja usaha menengah hanya sekitar 2,7% sedangkan jenis usaha kecil dapat menyerap tenaga kerja sebesar 10,3% Lembaga keuangan Lembaga keuangan merupakan salah satu elemen vital dalam pertumbuhan daerah hal mana arus perputaran uang yang cukup tinggi dapat meningkatkan kemajuan daerah tersebut. jumlah perbankan di Kabupaten Semarang tercatat 6 buah yang merupakan milik pemerintah dan 24 buah milik swasta nasional serta 2 buah bank milik pemerintah daerah. Adapun lembaga non perbankan yang ada di Kabupaten Semarang berbentuk modal ventura dan lembaga keuangan mikro yang masing-masing berjumlah 4 dan 256 unit. Jumlah PMA di Kabupaten Semarang pada tahun 2009 sebanyak 8 buah Tingkat investasi PMA tahun 2008 adalah senilai Rp.259.550.000.000,- dan tingkat investasi PMDN adalah senilai Rp.15.000.000.000,- dan terbesar investasi tersebut dialokasikan pada sektor industri pengolahan. Adapun total investasi swasta di Kabupaten Semarang adalah sejumlah Rp. 277.550.000.000,- Lihat pula Kota Semarang Kota Salatiga Referensi Pranala luar Semarang Semarang
4103
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sragen
Kabupaten Sragen
Sragen () adalah sebuah kabupaten di Solo Raya, provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah kecamatan Sragen, sekitar 30 km sebelah Timur Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di Utara, Kabupaten Ngawi di Timur, Kabupaten Karanganyar di Selatan, serta Kabupaten Boyolali di Barat. Penduduk kabupaten Sragen berjumlah 1000.000 jiwa pada tahun 2023. Kabupaten ini dikenal dengan sebutan "Kota Fosil" dan juga dikenal sebagai "Bumi Sukowati", nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen. Kawasan Sangiran merupakan tempat ditemukannya fosil manusia purba dan binatang purba, yang sebagian disimpan di Museum Fosil Sangiran. Geografi Secara geografis, Kabupaten Sragen terletak di 7°15' – 7°30' Lintang Selatan dan 110°45' – 111°10' Bujur Timur. Wilayahnya berada di lembah daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang mengalir ke arah timur. Sebagian besar merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 70-480 meter di atas permukaan air laut. Sebelah utara berupa perbukitan, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Sedangkan sebagian kecil wilayah selatan berupa perbukitan kaki Gunung Lawu. Batas wilayah Batas wilayah kabupaten Sragen adalah sebagai berikut: Sejarah Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor: 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur. Kronologi Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang Mangkubumen ( 1746–1757 ). Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati. Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan dia meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat pemerintahan. Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko. Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa Lain. Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, di mana Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757, di mana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta. Selanjutnya sejak tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya strategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya adalah Pos Tundan Sragen. Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta Baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan Kabupaten, di mana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum. Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 ( empat ) Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan Distrik Majenang. Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, di mana pada akhirnya Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini ditetapkan pada zaman Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, di mana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan. Dan Akhirnya memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia, Kabupaten Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen. Pemerintahan Daftar Bupati Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Sragen. Bupati Sragen bertanggungjawab atas wilayah tersebut kepada gubernur provinsi Jawa Tengah. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Sragen ialah Kusdinar Untung Yuni Sukowati, dengan wakil bupati Suroto. Mereka merupakan pemenang pemilihan kepada daerah tahun 2020, dan mulai menjabat sejak 26 Februari 2021. Dewan Perwakilan Kecamatan Transportasi Sragen terletak di jalur utama Jalan Nasional Yogyakarta-Solo-Ngawi-Surabaya. Kabupaten ini merupakan gerbang utama sebelah timur Provinsi Jawa Tengah, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Kereta api Sragen dilintasi jalur kereta api lintas tengah (Surabaya–Surakarta–Yogyakarta–Purwokerto-Jakarta) dan selatan Jawa (Surabaya-Surakarta-Yogyakarta-Tasikmalaya-Bandung) dengan stasiun terbesarnya Stasiun Sragen, yang melayani kereta api menuju beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Banyuwangi, dan Cirebon. Selain itu, di lintas utara Jawa segmen Gundih–Solo Balapan dengan stasiun terbesarnya adalah Stasiun Salem di Kecamatan Gemolong. Jalan Tol Sragen juga dilintasi oleh Jalan Tol Trans Jawa ruas Jalan Tol Solo-Ngawi dengan pintu keluar (gerbang tol) ada 2, yaitu di Sidoharjo Jalan Gemolong-Sragen, serta di Sambungmacan, tepatnya di Jalan Raya Sragen-Ngawi yang sudah dioperasikan. Bus Sragen juga memiliki terminal tipe B. Terminal Pilangsari adalah Terminal bus terbesar di Sragen. Melayani bus AKAP/AKDP jurusan Jakarta, Bandung, Surabaya, dan lain lain. Ada juga terminal Gemolong yang juga melayani bus di wilayah Gemolong, dan letaknya tidak begitu jauh dari Stasiun Salem dan pusat kecamatan Gemolong. Trans Jateng Surakarta-sumberlawang Angkutan Desa Sragen juga memiliki transportasi antar desa yang berupa bus kecil/minibus dan angkot, yang menghubungkan desa-desa di Sragen, seperti ke Sambirejo, dan Gondang. Pariwisata Tempat Wisata Wisata Gunung Kemukus, merupakan makam Pangeran Samudro dan Ibu Ontrowulan. Setiap hari Wisata Gunung Kemukus selalu rame didatangi peziarah, terutama malam Jumat Pahing. Saat ini Wisata Gunung Kemukus direvitalisasi menjadi New Kemukus, sebagai wisata religi keluarga yang diresmikan oleh ketua DPR RI Puan Maharani Alun-alun Kabupaten Sragen. Museum Fosil Sangiran, adalah salah satu tempat situs purbakala yang sudah diakui UNESCO, berisi fosil-fosil dan tulang manusia purba pada masa lampau. Terletak di Kecamatan Kalijambe, Kecamatan plupuh dan Kecamatan Gemolong, dan juga berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar. Contoh dari fosil purbakala di Museum Sangiran adalah rahang dari Homo erectus, salah satu manusia jawa purba yang berada di Pulau Jawa. Pemandian Air Panas Bayanan. Dayu Park. Waduk Botok. Waduk Brambang sendang Kun gerit Waduk Kedungombo, sebuah Bendungan yang berada di 3 kabupaten yakni Sragen, Grobogan, dan Boyolali. Salah satu wilayah dari bagian Waduk Kedungombo di Sragen adalah di Sumberlawang. Museum Manyar Rejo. Ganesha Techno Park. Kolam Renang Kartika. Edupark Gemolong. Waduk ketro Alaska Kedung grujug Taman doa ngrawoh Taman krido Anggo Kolam renang doung cuo Dan lain lain Kuliner Daerah Sragen memiliki beberapa makanan khas, yaitu: Soto Kwali (girin) Sragen Sate Kambing Pecel Tumpang Botok Mercon Intip Sragen Gathot Gablok Sate kelinci Sambel tumpang gethuk Nila bakar Garang asem Brambang asem Bakso Sragen bakso Sukowati Lemper Arem arem Tiwul Bubur sumsum Bongko Kawoyah Soto Bathok Wedangan Semilir Seni Budaya Wayang Beber Batik Sukowati Tari Tayub Sragenan Referensi Pranala luar Sragen Sragen
4104
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo
Sukoharjo () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya berada di kecamatan Sukoharjo, sekitar 10 km sebelah selatan Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Surakarta di utara, Kabupaten Karanganyar di timur, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunungkidul (Daerah Istimewa Yogyakarta) di selatan, serta Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali di barat. Ibu kota kabupaten Sukoharjo, yakni kecamatan Sukoharjo. Kabupaten Sukoharjo juga mempunyai nama sebutan (julukan) yang cukup terkenal, antara lain: Kota Makmur, Kota Tekstil, Kota Gamelan, The House of Souvenir, Kota Gadis (perdagangan, pendidikan, industri, dan bisnis), Kabupaten Jamu, Kabupaten Pramuka, serta Kabupaten Batik. Sejarah Pasca Perang Jawa (1825-1830), pemerintah Hindia Belanda makin memperketat keamanan untuk mencegah terulangnya pemberontakan. Kondisi masyarakat Jawa yang semakin miskin mendorong terjadinya tindak kejahatan (pidana) di berbagai tempat. Menghadapi hal itu pemerintah kolonial menekan raja Surakarta dan Yogyakarta agar menerapkan hukum secara tegas. Salah satunya dengan membentuk lembaga hukum yang dilengkapi dengan berbagai pendukung. Di Kasunanan Surakarta dibentuk lembaga Pradata Gedhe, yakni pengadilan kerajaan yang menjadi pusat penyelesaian semua perkara. Lembaga ini dipimpin oleh Raden Adipati (Patih) di bawah pengawasan Residen Surakarta. Dalam pelaksanaannya, Pradata Gedhe mengalami kesulitan karena volume perkara yang sangat besar. Sunan Pakubuwono dan Residen Surakarta memandang perlu melimpahkan sebagian perkara kepada pemerintah daerah. Mereka sepakat membentuk pengadilan di tingkat kabupaten yang diberi nama Pradata Kabupaten. Pada tanggal 16 Februari 1874, Sunan Pakubuwono IX dan Residen Surakarta, Keucheneus, membuat perjanjian pembentukan Pradata Kabupaten untuk wilayah Klaten, Boyolali, Ampel, Kartasura, Sragen dan Larangan. Surat perjanjian tersebut disahkan pada hari Kamis tanggal 7 Mei 1874, Staatsblad nomor 209. Pada Bab I surat perjanjian, tertulis sebagai berikut: Ing Kabupaten Klaten, Ampel, Boyolali, Kartasura lan Sragen, apadene ing Kawedanan Larangan kadodokan pangadilan ingaranan Pradata Kabupaten. Kawedanan Larangan saikiki kadadekake kabupaten ingaranan Kabupaten Sukoharjo. (Di Kabupaten Klaten, Ampel, Boyolali, Kartasura dan Sragen, dan juga Kawedanan Larangan dibentuk pengadilan yang disebut Pradata Kabupaten. Kawedanan Larangan sekarang dijadikan kabupaten dengan nama Kabupaten Sukoharjo). Berdasarkan surat perjanjian tersebut sekarang ditetapkan bahwa menjadi tanggal berdirinya Kabupaten Sukoharjo, yang sebelum itu bernama Kawedanan Larangan. Pada era kemerdekaan atau Pemerintahan Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo dengan adanya Penetapan Pemerintah No.16/SD, tepatnya pada hari / tanggal Senin Pon, 15 Juli 1946 dan juga adanya pembentukan Pemerintah Daerah di karesidenan Surakarta, pada Minggu Wage, 16 Juni 1946. Pembentukan Karesidenan Surakarta hanya berlangsung selama 1479 hari atau selama 4 tahun 0 bulan 19 hari (berakhir pada Selasa Pon, 4 Juli 1950). Dasar Hukum Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo, berdasarkan: Penetapan Pemerintah No.16/SD UU No.13 Tahun 1950 Tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Tengah. Perda Kabupaten Dati II Sukoharjo No.17 Tahun 1986 tentang Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo yang disahkan dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah, tanggal 15 Desember 1986 No.188.3/480/1986 Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No.3 Tahun 1987 Seri D No.2 tanggal 9 Januari 1987 Kabupaten Sukoharjo di waktu itu merupakan daerah tepi penuh dengan area persawahan yang sangat luas, lahannya begitu subur dan makmur. Nama Sukoharjo dalam penulisan Bahasa Jawa adalah "Sukaharja" yang berarti Bumi yang selalu "Suka = Senang / Gembira" dan "Raharja = Makmur". Geografi Bengawan Solo membelah kabupaten ini menjadi dua bagian: Bagian utara pada umumnya merupakan dataran rendah dan bergelombang, sedang bagian selatan dataran tinggi dan pegunungan. Sebagian daerah di perbatasan utara merupakan daerah perkembangan Kota Surakarta, mencakup kawasan Grogol dan Kartasura. Kartasura merupakan persimpangan jalur Surabaya-Surakarta-Jogja dengan Surakarta-Semarang. Kabupaten Sukoharjo dilintasi jalur kereta api Surakarta-Wonogiri, yang dioperasikan kembali pada tahun 2004 setelah selama puluhan tahun tidak difungsikan. Batas Wilayah Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Ekonomi Beberapa pusat perbelanjaan modern dan Industri yang berada di Kabupaten Sukoharjo antara lain : Pasar Modern Grogol : Hartono Lifestyle Mall (HLM), The Park, Hartono Trade Center (HTC), Transmart Solo Baru. Baki : Luwes Gentan Center Park Mojolaban : Mitra Palur Kartasura : Margo Murah Baru, Carrefour (kini Transmart, 2017) Pabelan, Luwes Kartasura, Mitra Kartasura Sukoharjo : Mitra Sukoharjo, Amigo, Fashion Village, Baby Shop, Laris Swalayan Industri Sritex Konimex Batik Keris Tyfountex Hotel Hotel Amanda, Gedangan Hotel Tjiptorini, Kartasura Sadinah Lodging Hotel, Kartasura Hotel Wisma Srikandi, Kartasura Hotel Pramesthi, Kartasura Hotel Ken Dedes, Kartasura Hotel Ken Dedes 8, Gatak Hotel Al Madina, Pabelan Hotel Solo Intan, Makamhaji Hotel Indah Sukoharjo, Makamhaji Hotel Mulia, Gentan Hotel Ommaya & Resort, Gentan Fave Hotel, Solo Baru Sweet Home, Solo Baru Griya Surya, Solo Baru Hotel Tosan, Solo Baru Hotel Brothers, Solo Baru Hotel Best Western Premier, Solo Baru Rumah Batu Villa & Spa, Kadilangu Medwist Floating Hotel Course, Telukan Hotel Ken Dedes 3, Sukoharjo Hotel Arancia, Sukoharjo Hotel Agung Joyo Nugroho, Sukoharjo Hotel Istana Hapsari, Sukoharjo Brothers Inn Hotels (samping RS dr. Oen Solo Baru) Hotel Syariah Surakarta(dekat Lor In Hotel Surakarta) Hotel Grand Soba (dekat Singapore Piaget Academy) Grand Amanda Guest House Syariah, Grogol Indah, Telukan Rumah Batu Boutique Hotel Warisan Heritage Resort Pariwisata Tempat Wisata Petilasan Kraton Pajang, Kartasura Kraton Kartasura The Heritage Palace Kartasura Kora-Kora (kolam renang anak), Baki Pandawa Water World (PWW), Solo Baru, Grogol Pesanggrahan Langenharjo, Grogol Pemandian Air Hangat Langenharjo, Grogol Desa Wisata Wirun, Mojolaban Desa Wisata Kreatif Kenep, Sukoharjo Air Terjun Curug Banyu Tibo Karangtengah, Weru Air Terjun Curug Krajan, Weru Air Terjun Grojogan Beton, Weru Alaska Waterboom, Polokarto Royal Water Adventure, Telukan Waduk Mulur, Bendosari Sendang Pinilih, Nguter Dam Colo, Nguter Gunung Sepikul, Bulu Sendang Ki Truno Lele (sebelum masuk kawasan Batu Seribu), Bulu Umbul Pecinan Batu Seribu, Bulu Makam Ki Ageng Balak, Bendosari Makam Ki Ageng Sutowijoyo, Tawangsari Makam Ki Ageng Purwoto Sidik, Weru Makam Pahlawan K.H. Samanhudi, Cemani Kerajinan Gitar Mebel Rotan Jimbe Rebana Gamelan Alkohol / Ethanol Kaligrafi Tatah Sungging Kuliner Es Teler (Penemu Samijem Asli Sukoharjo) Es Degan Es Buah Es Dawet Spesial Sambal (SS) Mie Ayam Bakso Soto Gempol Pleret Sate Kambing Jenang Sumsum Jenang Grendul Kripik Singkong Kripik Belut Ikan Bakar Nasi kucing Nasi Teri Ayam & Bebek Goreng Pak H. Slamet / Pak Ndut (Khas Kartasura, Sukoharjo) Bothok Miri (Khas Desa Kedunggudel, Kec/Kab. Sukoharjo) Nasi Liwet (Khas Baki, Sukoharjo) Jenang Krasikan (Khas Tawangsari, Sukoharjo) Gado-Gado Lotek Rujak Pecel Brambang Asem Sate Gembus Sate Kikil Tahu Kupat Tempe Alakatak (Khas Weru, Sukoharjo) Tengkleng Ampyang Roti Widoro (Khas Nguter) Transportasi Umum Bus rel Bathara Kresna Purwosari-Wonogiri Angkutan Kota wilayah Kabupaten Sukoharjo dan beberapa rute yang menghubungkan Kota Surakarta dengan Kabupaten Wonogiri. Bus Trans Jateng yang menghubungkan Terminal Tirtonadi ke Terminal Wonogiri Kota melalui Kabupaten Sukoharjo Stasiun Kabupaten Sukoharjo memiliki 3 stasiun yang masih beroperasi, diantaranya: Stasiun Pasarnguter ( Melayani KA Batara Kresna ) Stasiun Sukoharjo ( Melayani KA Batara Kresna ) Stasiun Gawok ( Melayani KRL Commuter Line Yogyakarta - Solo ) Selain iru, Kabupaten Sukoharjo memiliki 8 stasiun yang berhenti beroperasi, yaitu: Stasiun Gayam (Sukoharjo) Stasiun Kalikatir Halte Kalisamin Halte Kepuh Halte Kronelan Stasiun Nguter Stasiun Songgorunggi Stasiun Kartasura Tokoh Sukoharjo Sukoharjo telah banyak melahirkan Putra-Putri yang berhasil dan banyak dikenal di beberapa wilayah Indonesia, bahkan dunia. Beberapa Putra-Putri terkenal kelahiran Sukoharjo adalah sebagai berikut : Soepomo Ki Manteb Soedharsono Endah Laras Sutarman Perry Warjiyo (Gubernur BI) Sepol Pailon Tuntas Subagyo Shesar Hiren Rhustavito Wido Harjono Toif Albastomi Layanan Publik Beberapa rumah sakit yang terletak di Sukoharjo antara lain : RSUD Ir. Soekarno (sebelumnya bernama RSUD Kabupaten Sukoharjo) Klinik & Rumah Bersalin Yulita Balai Pengobatan & Rumah Bersalin RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo RS Dr. Oen Solo Baru RS Islam Surakarta RS Karima Utama RS Nirmala Suri RS Indriati Solo Baru RS Ibu & Anak Griya Husada RS Universitas Sebelas Maret RS Orthopedi Prof. Dr. R. Soeharso RS PKU Muhammadiyah Kartasura RS Umum Sukosari Husada Pendidikan Perguruan tinggi Perguruan tinggi yang ada di Kabupaten Sukoharjo antara lain: Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) Kampus V JPTK Universitas Sebelas Maret (UNS) Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta Kampus 2 STIKES (Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan) Nasional Surakarta Akademi Bahasa Asing Prawira Martha Sukoharjo AMIKOM Surakarta Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trianandra (STIE Trianandra) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Amanat Akademi Surakarta (STIE AAS) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surakarta (STIES) Pondok Pesantren Modern Islam Assalaam Akademi Teknologi Warga Surakarta Singapore Piaget Academy Universitas Veteran Bangun Nusantara Politeknik Kesehatan Bhakti Mulia Referensi Pranala luar Sukoharjo Sukoharjo
4106
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Tegal
Kota Tegal
Kota Tegal (, , Belanda: Tagal) adalah salah satu kota di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kota ini pernah menjadi cikal-bakal berdirinya Korps Marinir seperti tercatat dalam Pangkalan IV ALRI Tegal dengan nama Corps Mariniers, pada 15 November 1945. Kota Tegal berbatasan dengan Kabupaten Brebes di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Tegal di sebelah selatan dan timur. Hari jadi Kota Tegal adalah 12 April 1580. Etimologi Penggunaan nama/kata Tegal mengacu kepada istilah tegalan, tetegil (ladang), atau nama sebuah desa yang pada mulanya adalah merupakan bagian dari Kabupaten Pemalang yang setia kepada trah Kerajaan Pajang. Sejarah Masa awal Pada masa lalu, Tegal adalah desa kecil yang terletak di tepi muara Kali Gung, dengan nama Tetegal. Tetegal merupakan bandar yang mengeluarkan hasil bumi, yang semula perairannya diatur oleh Ki Gede Sebayu saat berdiam di Danawarih. Karena pada saat itu daerah yang luas umumnya merupakan daerah ladang (Tetegalan), maka oleh Ki Gede Sebayu dinamakan Tegal. Versi lain mengatakan bahwa istilah Tegal berawal dari kedatangan Tome Pires, pedagang asal Portugis ke sebuah pelabuhan tua di muara Kali Gung pada abad ke-15, dimana dia menyebut pelabuhan tersebut dengan nama Teteguall. Setelah daerah itu maju, Ki Gede Sebayu diangkat menjadi Jurudemung (demang) atau sesepuh oleh Bupati Pemalang. Saat itu Tetegal merupakan bagian dari Kabupaten Pemalang. Pengangkatan Ki Gede Sebayu menjadi Jurudemung tersebut terjadi pada 15 Sapar tahun Jawa 988, atau 12 April 1580 Masehi. Oleh karenanya, setiap tanggal 12 April diperingati sebagai Hari Jadi Kota Tegal. Tak lama Ki Gede Sebayu pun meninggal dunia, dan putranya yakni Ki Gede Hanggawana ditunjuk sebagai penggantinya. Semakin lama, Hasil bumi menjadi berlipat, Tegal banyak menimbun hasil bumi yang dikirim ke luar daerah dan penduduknya makin banyak, akhirnya berubah menjadi kota yang cukup bisa diharapkan di kemudian hari. Pada saat itu, Tegal memiliki Pelabuhan yang ramai di muara Kali Gung sebelah barat kota Tegal, kini bernama Muaratua (Tegalsari), kemudian pindah ke Muara bagian timur atau Muara Bacin. Masa kekuasaan Mataram dan Hindia Belanda Pada masa Kerajaan Mataram, wilayah Tegal menjadi bagian dari kekuasaannya. Dengan demikian maka kepala daerahnya diangkat oleh kerajaan dengan surat ketetapan raja. Pada masa pemerintahan kolonial, surat ketetapan itu dikeluarkan oleh pemerintah kolonial di Batavia. Tegal juga menjadi daerah yang ditunjuk Sultan Agung sebagai tempat untuk membawa beras dengan perahu yang diperlukan bagi persediaan pangan tentara Mataram Saat berperang melawan VOC di Batavia. Pada tahun 1677 ketika Amangkurat II menandatangani kontrak dengan VOC, daerah Jepara dan Tegal merupakan suatu tempat yang tersisa di sepanjang pesisir utara Jawa yang belum dikuasai oleh Pasukan Trunojoyo. Perbatasan wilayah antara kompeni dan Mataram menggunakan patokan sungai Tjilosari (Ci Sanggarung). Berkat jasa VOC terhadap Mataram pada waktu membantu pemberontakan Trunojoyo, maka sekitar tahun 1680 VOC mengangkat dirinya sebagai penguasa di pesisir Jawa, termasuk di Tegal. Di tempat inilah VOC membangun benteng yang kuat dan membangun pos perdagangan. Pada awalnya sekitar tahun 1680 masyarakat Eropa tinggal dan membangun benteng, sehingga keberadaan mereka cukup ekslusif. Keberadaan orang Eropa di benteng sejalan dengan kebijakan antara VOC dan Bupati Tegal untuk mengelompokkan pedagang Eropa dan tentara Eropa terpisah dari penduduk Jawa. Mereka tinggal dibenteng dan tidak seorangpun dapat masuk ke lokasi itu tanpa seijin VOC dan bupati. Dalam perkembangannya, orang Eropa kurang menyukai tinggal di dalam benteng, sehingga mereka pindah ke rumah yang dibuat permanen di kota. Adapun orang-orang Jawa tinggal di sebelah timur kampung kota dan orang-orang Cina tinggal di sebelah selatan yakni Patjinan (kini menjadi kampung Paweden di kelurahan Mintaragen). Sedangkan orang-orang Arab mulai berdatangan dan menetap di Tegal pada abad ke-18. Tahun 1729, Tegal ditetapkan sebagai gewest (Pemerintah Daerah Tegal) dengan dipimpin oleh seorang Belanda. Kota Tegal ditetapkan sebagai ibu kota gewest Tegal, dengan wilayah meliputi Pemalang, Tegal, dan Brebes. Sebagai Kepala gewest, diangkat J. Thierens sebagai Residen. Residen terakhir untuk gewest Tegal ialah G.J.P. Vallete. Pusat pemerintahan gewest Tegal saat itu berada Gedung Residen, yang sekarang menjadi Kantor DPRD Kota Tegal. Pada tahun 1906, Tegal mendapatkan status sebagai gemeente berdasar Ordonantie tanggal 21 Februari 1906 dan Staatsblad 1906 No. 123 yang berlaku sampai tanggal 1 April 1906, dengan penduduk berjumlah 32.000 jiwa terdiri dari 27.700 jiwa penduduk asli yakni etnis Jawa, 2.700 jiwa etnis Cina, 1.000 jiwa etnis Arab dan Asia yang lain, serta 600 jiwa etnis Belanda (Eropa). Dalam pelaksanaan pemerintahan, dibentuk Dewan Kota (Gemunteraad), sedangkan yang menjadi kepala daerah adalah asisten residen yang membawahi Kabupaten Tegal. Masa pendudukan Jepang Pada tanggal 17 Maret 1942, Jepang tiba di Keresidenan Pekalongan, dimana saat itu wilayah Pekalongan belum pulih dari pergolakan sosial dan jatuhnya pemerintah kolonial. Tatkala terjadi pendaratan Jepang di Jawa, penguasa kolonial berusaha melaksanakan rencana sabotase yang dipersiapkan secara tergesa-gesa atas gedung, jembatan, dan instalasi di sekitar Tegal dan Brebes, termasuk tangki penyulingan minyak juga dihancurkan. Di Tegal, setelah Jepang mendarat maka pemerintahan di dalam kota diserahkan kepada pemerintah kota. Mr. Besar Martokoesoemo yang tadinya menjabat advocaat dan procureer di Tegal diangkat menjadi kepala kota (sityo). Kemudian, ia diganti oleh R. Sungeb Reksoatmodjo, yang sebelumnya menjabat sebagai Patih Pekalongan. Masa setelah Kemerdekaan Kota Tegal menjadi salah satu daerah yang mengalami pergolakan revolusi pasca kemerdekaan, bersama dengan Brebes, Kabupaten Tegal, dan Pemalang. Keinginan utama masyarakat saat itu adalah mengganti pemerintahan yang tunduk pada Jepang dan Belanda dengan sistem pemerintahan yang baru dan merakyat oleh golongan islam, sosialis, dan komunis. Hal tersebut didasari oleh keadaan masyarakat yang semakin miskin dari pemerintahan yang satu ke pemerintahan lainnya. Padahal, wilayah Tegal Raya menjadi bagian penting dalam pertumbuhan ekonomi Keresidenan Pekalongan dikarenakan banyaknya pabrik gula di wilayah ini. Selain itu, wilayah Tegal Raya juga dianggap sebagai wilayah steril dan terbebas dari pengaruh Jepang maupun Belanda pada saat itu, sehingga bisa digunakan untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang atau Belanda. Peristiwa tersebut terjadi pada Oktober hingga Desember 1945 dan lebih dikenal dengan nama Peristiwa Tiga Daerah. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta menetapkan tentang pembentukan pemerintahan daerah di Provinsi Jawa Tengah, termasuk Tegal. Dalam undang-undang tersebut, Kota Tegal ditetapkan menjadi Kotamadya sekaligus Ibu kota Kabupaten Tegal, yang dimana pemerintahan Kabupaten berada di Kompleks Alun-alun, sedangkan pemerintahan Kotamadya menempati eks gedung gewest Tegal di Jalan Pemuda. Tahun 1984, Pemerintah Republik Indonesia menginstruksikan pembentukan Kota Slawi sebagai ibu kota baru Kabupaten Tegal, berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 2 Tahun 1984. Dengan ditetapkannya peraturan tersebut, beberapa fasilitas pemerintahan milik Kabupaten Tegal secara bertahap dipindahkan ke Slawi, membuat Kota Tegal memiliki pemerintahan yang berdiri sendiri. Pusat pemerintahan Kotamadya Tegal pun juga dipindahkan dari Jalan Pemuda ke eks Kantor Bupati Tegal di Kompleks Alun-alun di tahun 1987. Dua tahun kemudian tepatnya pada tanggal 4 Februari 1986, Pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 7 tahun 1986, yang berisi tentang perubahan batas wilayah Daerah Tingkat II Kota Tegal dan Daerah Tingkat II Kabupaten Tegal. Dengan berlakunya peraturan ini, wilayah kota Tegal diperluas menjadi 4 kelurahan dan 27 kecamatan, dengan memasukkan seluruh wilayah Kecamatan Sumurpanggang dan beberapa desa di Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, untuk bergabung dalam wilayah kota Tegal. 8 dari 15 wilayah desa di Kecamatan Sumurpanggang dilebur menjadi Kecamatan baru, yakni Margadana, sebagian sisanya tersebar di kecamatan Tegal Barat (Muarareja, Debong Lor dan Pesurungan Kidul) dan kecamatan Tegal Selatan (Keturen, Tunon, Kalinyamat Wetan, Debong Kidul dan Debong Kulon). sedangkan beberapa desa dari Kecamatan Dukuhturi (Bandung dan Debong Tengah) dimasukkan kedalam Kecamatan Tegal Selatan. Geografi Kota Tegal terletak 165 km sebelah barat Kota Semarang atau 329 km sebelah timur Jakarta. terletak di antara 109°08’–109°10’ Bujur Timur dan 6°50’–6°53’ Lintang selatan, dengan wilayah seluas 39,68 Km² atau kurang lebih 3.968 Hektare. Dilihat dari letak geografis, posisi Tegal sangat strategis sebagai penghubung jalur perekonomian lintas nasional dan regional di utara Pulau Jawa yaitu dari barat ke timur (Jakarta–Tegal–Semarang–Surabaya) dengan wilayah tengah dan selatan Pulau Jawa (Jakarta–Tegal–Purwokerto–Yogyakarta–Surabaya) maupun sebaliknya. Batas wilayah Kondisi wilayah Kota Tegal berada di wilayah Pantura, dari peta orientasi Provinsi Jawa Tengah berada di Wilayah Barat, dengan bentang terjauh utara ke selatan 6,7 Km dan barat ke timur 9,7 Km. Ketinggian dari permukaan laut ialah ± 3 meter di wilayah utara dan barat, dengan struktur tanah didominasi oleh tanah pasir dan tanah liat. Topografi wilayah ini merupakan dataran rendah dengan hulu sungai ke Laut Jawa, dan sedikit wilayah bergelombang dengan ketinggian ± 5-10 meter di atas permukaan laut pada bagian selatan dan timur. Penggunaan lahan sebagian besar merupakan lahan bukan sawah yaitu seluas 3.335 hektare. Dari total lahan bukan sawah tersebut 2.719,08 hektare merupakan lahan untuk bangunan dan pekarangan. Luas lahan yang digunakan untuk sawah hanya 631 hektare dengan pengairan menggunakan pengairan teknis. Kota Tegal dialiri lima sungai, kelima sungai tersebut adalah Sungai Ketiwon, Sungai Gangsa, Sungai Gung, Sungai Belis dan Sungai Kemiri. Seluruh sungai tersebut bermuara di pesisir Kota Tegal. Sungai Ketiwon dan Sungai Gangsa menjadi penanda batas wilayah Kota Tegal di bagian timur dan barat. Sedangkan kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut sebanyak 4 kelurahan, yakni kelurahan Panggung dan Mintaragen di kecamatan Tegal Timur serta kelurahan Tegalsari dan Muarareja di kecamatan Tegal Barat. Dengan curah hujan yang sangat rendah, temperatur (suhu) rata-rata kota ini mencapai 35 derajat Celsius. Iklim & Cuaca Pemerintahan Daftar Wali Kota Dewan Perwakilan Kecamatan Dasar Hukum Undang-undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1954 tentang perubahan Undang-undang Nomor 16 dan 17 Tahun 1950 tentang pembentukan Kota-kota Besar dan Kota-kota Kecil di Jawa jo. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1986 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal; Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Tegal dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah di Muara Sungai Kaligangsa; Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2007 tentang Perubahan Batas Wilayah Kota Tegal dengan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah di Muara Sungai Kaligangsa; Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 3 Maret 1988 Nomor 185.5-212 tentang Penetapan Batas Baru secara pasti antara Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal; Instruksi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah Nomor 136/113/88 tentang tindak lanjut Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 185.5-212 tentang Penetapan Batas Baru secara pasti antara wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan Kabupaten Daerah Tingkat II Tegal; Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Nomor 6 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas dan Luas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal dan memberlakukan semua Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Kota Tingkat II Tegal serta Keputusan Wali Kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Tegal di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal. Pusat Pemerintahan Balai Kota Tegal sebagai pusat pemerintahan Kota Tegal semula menempati Gedung Residen di Jalan Pemuda yang kini digunakan untuk Gedung DPRD Kota Tegal. Namun sejak tahun 1985, pusat pemerintahan dipindahkan ke Pendopo Ki Gede Sebayu bekas Pendopo Kabupaten Tegal, di kawasan Alun-alun Mangkukusuman. Kolonel Laut (Purn) Adi Winarso, S.Sos adalah putra Tegal pertama yang menjabat sebagai wali kota selama dua periode, 1999–2004 dan 2004–2009 melalui pemilihan tidak langsung. Tahun 2008 menandai sejarah baru kepemimpinan Kota Tegal, karena tahun itu pula untuk kali pertama wali kota dipilih secara langsung oleh rakyat Kota Tegal. Hasilnya, pasangan Ikmal Jaya, SE Ak/Ali Zainal Abidin, SE memenangi pemilihan. Mereka dilantik pada tanggal 23 Maret 2009 oleh Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo. Demografi Kependudukan Pada tahun 2021, jumlah penduduk kota Tegal sebanyak 287.959 jiwa, dengan kepadatan penduduk 7.257 jiwa/km². Kecamatan Tegal Timur memiliki angka rata-rata kepadatan tertinggi di Kota Tegal, yakni 11.132 jiwa/km². Kondisi ini terjadi karena wilayah Tegal Timur merupakan konsentrasi ekonomi, serta pusat pemerintahan dan pendidikan di Kota Tegal. Sedangkan Kecamatan Margadana memiliki angka rata-rata kepadatan penduduk paling rendah, yakni 4.438 jiwa/km². Agama Pada Juni 2022, mayoritas penduduk Kota Tegal menganut agama Islam yaitu sebanyak 281.098 jiwa, Kristen Protestan sebanyak 5.153 jiwa, Kristen Katolik sebanyak 3.184 jiwa, Budha sebanyak 1.144 jiwa, Konghucu sebanyak 216 jiwa, Hindu sebanyak 48 jiwa, dan Kepercayaan sebanyak 27 jiwa. Jumlah tempat ibadah di Kota Tegal pada tahun 2020, Masjid mencapai 200 unit, Musala berjumlah 359 unit, Gereja Kristen Protestan berjumlah 23 unit, 1 unit untuk Gereja Katolik, 1 Pura, serta 1 unit Vihara. Etnis Sebagai kota yang terletak di pesisir utara Pulau Jawa, Kota Tegal memiliki etnis yang beragam. Mayoritas penduduk Kota Tegal adalah etnis Jawa kulonan yang memiliki ragam budaya yang khas jika dibandingkan dengan masyarakat Jawa mataraman atau wetanan. Selanjutnya etnis yang dominan adalah etnis Arab yang mayoritas bermukim di kelurahan Kraton dan Pekauman, serta etnis Cina yang bermukim di kampung Paweden kelurahan Mintaragen dan Tegalsari. Ada pula minoritas beberapa etnis seperti Melayu, Bugis, Sunda, Madura. Kerukunan di kota ini terjaga dengan baik walau memiliki penduduk dengan latar belakang etnis yang berbeda-beda. Kampung Pesengkongan di Jalan Layur, kelurahan Tegalsari menjadi bukti nyata adanya keberagaman etnis di Kota Tegal. Kampung ini memiliki penduduk multietnis, seperti Jawa, Madura, Melayu, Bugis, Eropa, Gujarat (Koja), Cina, dan menjadi titik temu berbagai macam etnis karena lokasinya yang dekat dengan pelabuhan Tegal. Pada awalnya Pesengkongan merupakan persinggahan sementara bagi mereka yang melakukan perniagaan di Tegal, namun kemudian mereka tidak hanya singgah di Tegal, bahkan ada dari mereka yang menetap dan membawa keluarga. Mereka kemudian membentuk kampung-kampung berdasarkan etnis masing-masing. Etnis Bugis membentuk perkampungan di daerah timur pesisir pantai yang kemudian dinamai kampung Kebogisan (kini bernama kampung Kalimati di kelurahan Mintaragen, Tegal Timur). Sedangkan etnis Melayu dan Koja lebih banyak menetap di daerah Pesengkongan, wajar bila sampai sekarang kampung Pesengkongan juga dikenal sebagai kampung Melayu (Encik). Mereka hidup berdampingan dengan etnis Cina yang mendiami kampung Paweden. Sementara orang-orang Madura menempati daerah selatan Kota Tegal membentuk kampung Kemeduran (kini menjadi kampung Kemeduran di Kelurahan Slerok, Tegal Timur). Seni-budaya Meskipun kota Tegal tidak diakui sebagai pusat budaya Jawa, namun kesenian di sini berkembang cukup pesat. Berbagai macam diskusi budaya digelar dengan menghadirkan budayawan nasional dan lokal. Posisi geografis kota Tegal yang berada di pertemuan antara budaya Banyumasan, Pekalongan dan Cirebon menciptakan sebuah khazanah budaya tersendiri yang berbeda dengan daerah lain, yakni budaya Tegalan, dan membentuk kesenian asli Kota Tegal antara lain: Wayang Kulit Wayang Kulit gaya Tegal memiliki kekhasan tersendiri dibandingkan dengan gaya lain. Sulukan, dialog atau antawacana dari pementasan seluruhnya menggunakan bahasa Tegal. Selain itu, gaya Tegalan lebih condong menguatkan pada konten cerita atau lebih pada bentuk dongengan. Sabet atau permainan anak wayang tidak begitu banyak disajikan. Wayang Golek Wayang Golek Gaya Tegalan disebut juga dengan Wayang Cepak. Wayang cepak tidak jauh berbeda dengan wayang golek Sunda, hanya kepala wayang memiliki bentuk mahkota kepala yang cepak (rata), dan dari bentuk mahkota kepala itulah wayang ini mendapatkan namanya. James Redmond dalam bukunya Themes in Drama: Volume 8, Historical Drama terbitan tahun 1986 menjelaskan bahwa kesenian wayang Cepak ini berkembang di sekitar pantai utara pulau Jawa dari Cirebon hingga Pekalongan, termasuk daerah Tegal. Tegal juga memiliki tokoh wayang golek khas daerah, bernama Slenteng dan Lupit. Kedua tokoh wayang golek ini diciptakan oleh Enthus Susmono, seniman dan dalang kondang asal Kabupaten Tegal. Slenteng dan Lupit digambarkan memiliki perwatakan apa adanya, tidak tedheng aling-aling dalam bertutur, dan selalu menjalani hidup penuh keikhlasan. Watak tersebut sesuai dengan kepribadian masyarakat Tegal yang sederhana namun lugas dan tegas. Sintren Sintren adalah kebudayaan yang berkembang di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain di Indramayu, Cirebon, Subang utara, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pekalongan, Pemalang, Tegal, Banyumas dan Kuningan. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono. Pusat kebudayaan sintren di Tegal sebenarnya berada di wilayah Kabupaten, yakni di desa Luwijawa, kecamatan Jatinegara. Namun terkadang pementasan kesenian sintren bisa sampai ke wilayah Kota Tegal dan sekitarnya. Tari Endel Tari topeng Endel adalah tari topeng khas yang berasal dari Tegal. Tarian ini hanya dilakukan oleh perempuan saja karena sifat dari tari topeng ini adalah genit, gemulai, terampil, dan berani. Dengan diiringi gending lancaran ombak banyu laras slendro manyuro, penari akan memperlihatkan bagaimana sosok wanita Jawa yang sesungguhnya yang penuh dengan sikap halus, lembut dan keibuan. Salah satu penari legendaris Tari Endel adalah ibu Sawitri. Balo-balo Balo-balo merupakan kesenian khas Kota Tegal yang sudah ada sejak zaman penjajahan. Nama Balo-balo berasal dari bahasa Jawa Bala-bala yang artinya adalah "teman-teman". Dinamakan demikian karena kesenian ini dimainkan secara beramai-ramai. Balo-balo digunakan masyarakat Tegal untuk berdakwah menyebarkan agama Islam. Selain itu kesenian ini juga digunakan masyarakat Tegal untuk menjalin komunikasi antarwarga. Alunan musik yang terdiri atas kencer, indukan, kempling, kempyang, dan gong ini juga digunakan untuk mengelabuhi penjajah dalam menyusun strategi melawan Belanda. Musik tegalan Musik tegalan adalah musik etnik yang berkembang di wilayah Tegal Raya, yakni Kota Tegal dan Kabupaten Tegal. Jenis musik ini pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1970-an hingga penghujung 1980-an, dan mulai meredup di tahun 1990-an karena tergeser oleh Dangdut modern dan Tarling. Namun di masa kini, beberapa seniman Tegal mulai membangkitkan kembali marwah musik tegalan dalam khazanah kebudayaan Tegal. Beberapa artis dan komposer musik tegalan, seperti Najeeb Balapulang, Sawitri, Imam Joend, Agus Riyanto. Bahkan beberapa tokoh yang menggagas lahirnya musik tegalan seperti Hadi Utomo, Nurngudiono dan Lanang Setiawan, berasal dari Kota Tegal. Mantu poci Mantu Poci adalah salah satu kebudayaan di wilayah Tegal, dengan acara inti melangsungkan 'pesta perkawinan' antara sepasang poci tanah berukuran raksasa. Mantu poci pada umumnya diselenggarakan oleh pasangan suami istri yang telah lama berumah tangga namun belum juga dikarunai keturunan. Seperti layaknya pesta perkawinan, mantu poci juga dihadiri oleh ratusan bahkan ribuan undangan. Lengkap dengan dekorasi, sajian makanan, dan beraneka pementasan untuk menghibur para undangan yang hadir. Tak lupa pula, di pintu masuk ruang resepsi disediakan kotak sumbangan berbentuk rumah. Selain sebagai harapan agar pasangan suami istri segera mendapatkan keturunan, mantu poci juga bertujuan agar penyelenggara merasa seperti menjadi layaknya orang tua yang telah berhasil membesarkan putra putri mereka, kemudian dilepas dengan pesta besar dengan mengundang sanak saudara, dan relasi. Dewasa ini Mantu Poci sudah jarang digelar di Tegal. Salah satu repertoar yang diusung oleh Dewan Kesenian Kota Tegal di Anjungan Jawa Tengah, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) tahun 2003 adalah mementaskan drama berjudul Kang Daroji Mantu Poci, dikemas secara komedi. Barongan Kesenian Barongan adalah kesenian khas Tegal yang memiliki bentuk serupa dengan kesenian Buroq di Cirebon atau Sisingaan di Subang. Barongan tradisional yang ada di Tegal tak banyak hiasannya, bahkan cenderung sangat sederhana. Di mana penutupnya menggunakan karong goni berwarna cokelat, dengan wajah menyerupai singa, mulutnya menggunakan kayu dan rambutnya warna-warni ala kadarnya. Kesenian ini dimainkan oleh satu orang dan biasanya dibarengi dengan jaran lumping kesetanan yang menambah kesan magis. Kesenian ini dikatakan sudah hampir punah. Namun di Kota Tegal, kesenian ini masih bisa ditemui, salah satu wilayah yang masih melestarikan kesenian Barongan di Kota Tegal seperti di Kelurahan Cabawan, Kecamatan Margadana. Disini kesenian Barongan masih ditampilkan dalam berbagai acara seperti khitanan atau hari-hari besar. Batik tegalan Batik tegalan adalah salah satu ragam batik pesisir, selain Pekalongan dan Cirebonan. Batik pertama kali dikenal oleh masyarakat Tegal pada akhir abad ke-16, dimana Raja Amangkurat I membawa batik dari Surakarta ketika akan menguasai Tegal. Kemudian, batik di Tegal dikembangkan oleh Kardinah, adik dari Kartini sekaligus istri dari Bupati Tegal saat itu, R. M. Sajitno Reksonegoro IX pada tahun 1908-1936. Pada tahun 1914, Kardinah mendirikan sekolah putri yang bernama "Sekolah Kepandaian Putri", dimana ia menjadikan batik sebagai alat pembelajaran. Batik tegalan dikenali dari corak gambar yang besar dan lebar. Biasanya menggambarkan keanekaragaman hayati di Tegal seperti manuk emprit, sotong, bunga kelapa dan kembang kapas. Warna yang dalam batik tegalan umumnya merupakan kombinasi warna lembut dan kontras, dimana warna ini melambangkan karakter masyarakat Tegal yang lugas dan tegas. Adapun beberapa nama batik tegalan di antaranya beras wutah, semut runtung, blarak saleret, dan tumbar bolong. Selama ini batik tegalan lebih dikenal sebagai kerajinan khas Kabupaten Tegal. Namun tak sedikit pula pengrajin batik tegalan di sekitar kota Tegal. Kebanyakan para pengrajin tersebut berasal dari kelurahan Bandung, Keturen, dan Kalinyamat Wetan di kecamatan Tegal Selatan. Moci Masyarakat Tegal tidak akan lepas dari budaya moci, yakni meminum secangkir teh hangat yang ditaruh di dalam poci tanah ditambah dengan gula batu. Biasanya tradisi moci ini dilakukan oleh dua orang atau lebih, sambil bercengkrama satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itulah muncul istilah Cipok atau moci karo ndopok dalam Bahasa Tegal, yang secara harfiah berarti "meminum teh poci sambil duduk dan mengobrol santai", dan dalam makna yang lebih luas adalah "menjadikan minum teh poci sebagai sarana untuk bertukar pikiran dan mencari inspirasi satu sama lain". Tradisi moci ini bertahan sebab sebab adanya bentuk simbiosis mutualisme yang terjalin antara pabrik teh, pabrik gula, pengrajin gerabah poci, masyarakat penikmat teh, budayawan, dan sebaginya. Perayaan Beberapa perayaan yang diadakan di Kota Tegal, antara lain: Pawai Rolasan Pawai Rolasan merupakan perayaan masyarakat sekitar kelurahan Panggung, Tegal Timur. Pencetusnya adalah KH Mukhlas, salah satu ulama kharismatik di wilayah tersebut, dimana pawai ini awalnya bertujuan untuk mempersatukan umat Islam di Kota Tegal. Kini, pawai Rolasan diadakan setiap malam 12 Rabiul Awwal untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Sedekah Laut Sedekah laut diadakan pada pertengahan bulan Suro atau Muharram di tiga pelabuhan utama Kota Tegal, yakni Pelabuhan Pelindo, Pelabuhan Perikanan Tegalsari, dan Pelabuhan Brug Abang Muarareja. Rangkaian acara diawali dengan pawai ancak berupa kepala kerbau yang dihias beserta hasil bumi seperti buah dan sayur, kemudian dilarung (ditenggelamkan) di tengah laut. Sebagai puncak acara, biasanya diadakan pentas organ tunggal pesisiran atau pergelaran wayang. Acara yang berlangsung setiap tahun ini merupakan perwujudan rasa syukur nelayan Kota Tegal kepada Tuhan yang Maha Esa terhadap limpahan hasil tangkapan ikan nelayan Kota Tegal. Sedekah Bumi Acara tahunan yang sudah turun-temurun beberapa generasi ini menjadi sarana warga Kelurahan Kalinyamat Kulon Kecamatan Margadana dan Kelurahan Kalinyamat Wetan Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal untuk menyimbolkan terima kasih kepada pendiri desa, mendoakan arwah leluhur, serta sebagai wujud rasa syukur atas hasil pertanian yang melimpah pada kedua Kelurahan di Kota Tegal ini. Sedekah bumi diadakan pada bulan Safar di petilasan pendiri Kelurahan Kalinyamat Kulon (Candi Warulekor) dan Kelurahan Kalinyamat Wetan Kecamatan (Candi Kidul). Prosesi sedekah bumi diawali pada malam sebelum hari H dengan acara melekan (begadang) yang diisi dengan pemanjatan doa (tahlilan). Esok paginya warga membawa tumpeng dari rumah masing-masing untuk kenduri dan makan siang bersama. Pada puncak acara ini diramaikan dengan pergelaran wayang golek/wayang cepak atau wayang kulit. Kirab gotong Toapekong Kirab ini diadakan oleh Kelenteng Tek Hay Kiong Kota Tegal pada hari ke-15 setelah tahun baru Imlek. Kirab ini diikuti oleh masyarakat Tionghoa Kota Tegal dengan mengarak toapekong atau tandu yang berisi kimsin atau rupang para dewa dari Kelenteng menuju ke Pelabuhan Tegal. Setiba di pelabuhan, kemudian digelar rangkaian sembahyang di depan altar yang sudah disiapkan untuk pelaksanaan ibadah dan tandu berisi kimsin. Kirab gotong Toapekong dan ibadah digelar di pelabuhan untuk mengenang dewa Tek Hay Cin Jin, yang dipercaya datang ke Kota Tegal melalui jalur laut. Haul Haddad Al-Habib Muhammad bin Thohir Al-Haddad (dilahirkan di kota Qeidun, Hadramaut pada tahun 1299 H) adalah salah satu ulama yang berperan penting dalam penyebaran agama Islam di Kota Tegal. Beliau wafat pada 18 Rajab tahun 1885 M di Kota Tegal. Pada bulan Sya'ban, diadakan Haul Haddad untuk mengingat perjuangan Beliau dalam berdakwah. Acara diselenggarakan di rumah Shohibul Haul di Jl Letjen Suprapto, kemudian dilanjutkan di Makam Beliau di Pemakaman Jl Salak, kelurahan Pekauman, Tegal Barat. Peringatan ini biasanya dihadiri oleh para Habaib dan masyarakat etnis Arab dari berbagai kota di Jawa. Seni Sastra & Teater Seni sastra dan teater juga juga merupakan andalah Kota Tegal. Penyair Tegal yang termasuk dalam angkatan 66 adalah Piek Ardijanto Soeprijadi dan SN Ratmana. Sementara Widjati digolongkan ke dalam penyair Angkatan '00' (Kosong-kosong). Kota Tegal tercatat memiliki dua tokoh perfilman nasional yang cukup produktif yaitu Imam Tantowi (sutradara dan penulis skenario), dan Chaerul Umam (sutradara). Beberapa teater yang kiprahnya menasional antara lain teater RSPD (Yono Daryono dan Eko Tunas), teater Puber (Nurhidayat Poso), teater Wong (M Enthieh Mudakir), teater Hisbuma (Dwi Ery Santoso), dan Teater Q (Rudi Iteng). Keberadaan Gedung kesenian (bekas Gedung Wanita) di Jalan Dr. Setiabudi menjadi wahana ekspresi para seniman Kota Tegal. Kesenian di kota ini cukup menarik perhatian para peneliti dari luar negeri, antara lain Richard Curtis (Australia), dan Anton Lucas (Australia, penulis buku Peristiwa Tiga Daerah). Pemerintah Kota Tegal, pada tahun 2008 menganggarkan pembangunan Taman Budaya Tegal yang dimulai tahun 2009, berlokasi di Jalan Kolonel Sugiono, satu komplek dengan Gedung PPIB yang nantinya akan menjadi pusat kesenian Jawa Tengah bagian barat. Bahasa Bahasa Jawa Tegalan memiliki kemiripan dengan bahasa Banyumasan (atau yang lebih dikenal dengan bahasa ngapak), terutama dalam perbendaharaan kosakata. Kendatipun demikian, lafal dan intonasi pada konteks pengucapan kalimat pada kedua bahasa berbeda cukup signifikan. Sejumlah perbedaan tersebut diidentifikasi dan dijelaskan di dalam Kamus Bahasa Jawa Tegal–Indonesia terbitan Balai Bahasa Jawa Tengah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017. Oleh karena itu, kebanyakan masyarakat Tegal enggan disebut sebagai orang ngapak karena "ngapak" merujuk pada masyarakat yang menggunakan Bahasa Banyumasan sebagai bahasa ibu, sedangkan masyarakat Kota Tegal menggunakan bahasa yang berbeda yaitu Bahasa Jawa Tegalan/Basa Tegalan/Bahasa Jawa Tegal. Masyarakat yang menggunakan bahasa Tegalan meliputi bagian Utara dan Tengah Kabupaten Tegal, Kota Tegal, bagian Barat kabupaten Pemalang, dan bagian Utara dan Timur kabupaten Brebes. Bahasa Tegalan dikenal sebagai bahasa yang lugas dan egaliter, atau tidak mengadopsi perbedaan dan tingkatan dalam berbahasa. Selain itu, bahasa Tegalan yang dituturkan di wilayah Kota Tegal memiliki ciri khas berupa kata-kata serapan dari bahasa etnis lain. Dinamika ini melahirkan ungkapan "hanya orang Tegal yang tahu pasti orang Tegal lainnya". Ungkapan tersebut mengandung pengertian menyangkut kekhasan Basa Tegalan. Sehubungan ciri khas bahasa yang berbeda dari pemahaman umum ini maka hanya pelafal bahasa Tegalan yang tahu pasti apakah seseorang sedang menggunakan Bahasa Jawa Tegalan (asli Tegal) atau bahasa lain, khususnya bahasa terdekat yaitu Bahasa Banyumasan atau bahasa ngapak. Salah kaprah ini memang sering terjadi sebagai dampak kegagalan sebagian media massa dalam mengidentifikasi dan membedakan antara Bahasa Jawa Tegalan dan Bahasa Banyumasan yang sebetulnya telah sama-sama terancam punah. Bahasa Tegalan juga terus berkembang dengan pemunculan kata-kata dan ungkapan baru sejalan dengan akulturasi serta penggunaan bahasa prokem khususnya pada generasi muda. Hal tersebut terjadi karena Kota Tegal merupakan kota heterogen menjadi titik temu berbagai masyarakat dari tiga penjuru serta beberapa etnis sejak dahulu kala. Contoh serapan tersebut, seperti pada kalimat: Kalimat tersebut berarti "anda anak siapa?". Kata ente dan walad merupakan kosakata serapan dari Bahasa Arab. Untuk menjaga & melestarikan bahasa Tegal, Pemerintah Kota Tegal bekerjasama dengan para budayawan lokal membuat sebuah program bertajuk Kongres bahasa Tegal. Kongres bahasa Tegal pertama digelar oleh pada tanggal 4 April 2006, di hotel Bahari Inn. Acara yang digagas oleh Yono Daryono tersebut menghadirkan beberapa tokoh antara lain SN Ratmana (cerpenis), Ki Enthus Susmono (dalang Tegal), Eko Tunas (penyair Tegal), Dwi Ery Santoso (Puisi dan Sutradara). Tujuan digelarnya kongres itu adalah menjadi sarana untuk menjaga bahasa Jawa Tegal agar tetap lestari, serta membahas pengangkatan status dialek Tegalan menjadi bahasa Tegal. Bangunan bersejarah Bangunan besejarah yang ada di kota Tegal kebanyakan berarsitektur Belanda. Berikut data bangunan yang masih dapat disaksikan: Stasiun Kereta Api (Jalan Pancasila No.01) Gedung DPRD (Jalan Pemuda) Balai Kota dan rumah dinas Wali Kota (Jalan Ki Gede Sebayu No.12, Komplek Alun-alun Mangkukusuman) Kantor Pos (Jalan Proklamasi No.01) Markas TNI AL (Jalan Proklamasi) Pasar Pagi (Jalan Jend. A. Yani) Kolam Renang Samudra (Jalan Melati) Menara Air (Jalan Pancasila) Gedung Birao SCS (Jalan Pancasila) Gedung Universitas Pancasakti Gedung SMP Negeri 1 (Jalan Tentara Pelajar) Gedung SMP Negeri 8 (Jalan Proklamasi) Gedung SMP Negeri 10 (Jalan Kartini) Gedung SMA Negeri 1 (Jalan Menteri Supeno) Gereja Katolik Paroki Hati Kudus Yesus (Jalan Kapten Ismail) Gereja GPIB Ayalon (Jalan Dr. Sutomo) Masjid Agung (Jalan Masjid) Masjid dan Makam Mbah Panggung (Jalan KH. Mukhlas) Langgar Duwur Pesengkongan (Jalan Layur) Kelenteng Tek Hay Kiong (Jalan Gurami) Sebagian rumah tinggal di Jalan Veteran, Jalan Jend. A. Yani, Jalan Jend. Sudirman, Kelurahan Pekauman Mars/Hymne Kota Tegal Sejak tahun 2010, Kota Tegal telah memiliki lagu Mars dan Hymne yang penentuannya berdasarkan pemenang pertama Lomba Cipta Lagu Mars/Hymne Kota Tegal, tahun 2009, yaitu Joshua Igho/Firman Hadi untuk kategori mars dan Vicentius DN untuk kategori hymne. Selain sebagai identitas daerah, lagu mars dan hymne tersebut juga digunakan untuk menyebarkan semangat kepada warga masyarakat agar berpartisipasi aktif dalam membangun daerahnya. Dua lagu ini selalu disiarkan di radio-radio di wilayah Kota Tegal, dilombakan antar kelurahan, dan dinyanyikan setiap resepsi hari jadi. Rekor MURI Pemecahan rekor MURI yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Tegal adalah: Tahu terpanjang, 425 meter (2005) Minum teh poci 5000 orang (2006) Poci terbesar (2007) Wayang terbesar oleh Ki Enthus Susmono (2007) Wayang kolaborasi 4 warna oleh Ki Barep (2008) Martabak terbesar (2011) Kuliner khas Tegal dikenal dengan keberagaman kulinernya, seperti: Tahu aci, tahu yang terbuat dari bahan dasar tahu dan juga tepung kanji. Tahu Aci ini dibuat dengan cara memasukkan tahu kedalam adonan tepung kanji lalu digoreng. Pilus, makanan ringan yang terbuat dari tepung dan juga daun kucai, makanan ini sangat renyah sehingga banyak digemari. Soto Tegal, soto khas Tegal yang dimana memakai taoge dan taoco dengan campuran daging ayam, sapi atau jeroan babat. Glabed Randugunting, potongan ketupat yang diberi kuah kental dan dimakan bersama sate kerang. Blengong, potongan ketupat yang diberi kuah kental dan dimakan bersama sate dari daging blengong (sejenis entok/bebek). Teh poci, teh yang diseduh air panas di dalam wadah poci terbuat dari tanah liat dan untuk pemanisnya diberi gula batu. Nasi ponggol, nasi berisi lauk yang terdiri dari Tahu, Tempe, Ikan Asin, dan Oreg Oreg Tempe (Tempe yang diiris kecil-kecil dibumbui dengan Tumis). Akhir akhir ini banyak disebut orang di Kota Tegal Ponggol Setan (karena dijualnya malam setelah Jam 6 malam sampai pagi hari). disebut "Setan" juga karena rasanya yang pedas hingga bisa bikin orang seperti kesetanan. Sega lengko, nasi yang ditaburi bumbu kacang yang kental lengkap dengan irisan tahu goreng dan sayur-mayur seperti sawi, taoge, dan mentimun. Keunikan sega lengko di Tegal yang menjadi pembeda dengan daerah lain ialah taburan kerupuk mi diatasnya, serta bumbu kacang yang sedikit memiliki rasa manis. Glothak, semacam bubur yang terbuat dari gembus/oncom dengan kuah kaldu dan cabai hijau. Makanan semacam ini biasanya banyak dijual saat bulan Ramadhan. Kupat Bongkok, sebenarnya makanan ini adalah makanan khas Kabupaten Tegal, tepatnya dari desa Bongkok, kecamatan Kramat, namun penjualnya banyak ditemui di wilayah Kota Tegal. Kupat bongkok adalah potongan ketupat yang diberi campuran tempe dan bumbu pedas. Rujak kangkung dan Rujak uleg, "Rujak" khas Tegal yang berbahan dasar sayuran. Olos, paduan tepung aci dan terigu yang dibuat bulatan kecil dan digoreng kering, di dalamnya berisi sayuran (biasanya kubis) atau bisa juga dengan isi lain. Namun di setiap olos terdapat potongan cabe rawit yang akan memberikan sensasi pedas dan membuat orang merasa tertipu saat memakannya bagi yang baru mencicipi. Latopia atau Laktopnya, makanan berbahan dasar tepung dan kacang hijau, serupa Bakpia. Sate Kambing Tegal juga cukup banyak disukai oleh masyarakat hingga di luar Tegal. Sate Kambing Tegal terbuat dari daging kambing muda biasanya berumur di bawah lima bulan (Balibul) yang sangat empuk dan beraroma khas karena tidak terlalu banyak olesan bumbu pada saat membakarnya. Disajikan dengan kecap manis, irisan bawang merah, tomat dan cabe rawit. Martabak, makanan berupa campuran telur dan daging yang diisi dengan potongan sayur. Martabak adalah makanan yang berasal dari Lebaksiu, Kabupaten Tegal, namun penjualnya banyak ditemui di wilayah kota Tegal. Poles, makanan seperti risoles berbentuk segitiga dengan isian yang sama seperti Olos. Poles biasa dijumpai di Kota Tegal bagian selatan. Mendoan, tempe bertekstur basah yang digoreng dengan tepung bumbu dan dicampur dengan potongan sayuran. Biasanya Mendoan disajikan dengan sambal kecap. Makanan Pokok Kupat Glabed Kupat Blengong Nasi Lengko Nasi Ponggol Nasi Bogana Nasi Adep-adep Soto Tegal Sayur Asem Tegal Sate Kambing Sate Ayam Tegal Pecak Ikan Asap Yong Tahu Tegal Jajanan Martabak Yong Tahu Glothak Dengkil Olos Kue Tempel Latopia Pilus Klethuk Kerupuk Anthor Glopot Telur asin Tahu Aci Latopia Kue Kamir Jalabia Pedoyo Sagon Alu-alu Minuman Es Sagwan Teh poci Dawet Beras Ekonomi Perdagangan dan jasa merupakan sektor utama perekonomian Kota Tegal. Kota ini menjadi tempat pengolahan akhir dan pemasaran berbagai produk dari kawasan Jawa Tengah bagian barat. Usaha kecil dan menengah yang cukup pesat kemajuannya adalah industri logam rumahan di kawasan Jalan Cempaka, sentra produksi telur asin di Kelurahan Pesurungan Lor, dan kerajinan batik Tegalan di Kelurahan Kalinyamat. Untuk mendukung denyut perekonomian, pemerintah Kota Tegal telah membangun Pusat Promosi dan Informasi Bisnis (PPIB). Sektor perikanan juga memiliki peran penting dalam perekonomian Kota Tegal. Letak geografis Kota Tegal yang berada di pesisir Laut Jawa, menjadikan Kota Tegal memiliki produksi dan nilai produksi perikanan yang lumayan besar. Pada tahun 2020, produksi perikanan laut paling tinggi terdapat pada Triwulan IV yaitu mencapai 8.013.193 kg dengan nilai 57.170.905.000 rupiah. Sedangkan untuk perikanan darat, budi daya Tambak merupakan penghasil perikanan tertinggi dibanding sarana budi daya yang lainnya yaitu sebesar 5.827,13 kuintal dengan nilai produksi 9,372 miliar di tahun 2020. Pusat kegiatan perikanan laut Kota Tegal berada di Pelabuhan Perikanan Pantai Jongor dan Pelabuhan Tegal Timur yang terletak di Kelurahan Tegalsari, Tegal Barat. Sedangkan pusat kegiatan perikanan tambak tersebar di daerah payau atau daerah peralihan antara air sungai dan air laut, seperti di Kelurahan Panggung dan Muarareja. Pariwisata Saat ini, Kota Tegal sedang berusaha untuk berbenah dan meningkatkan pelayanan dalam berbagai sektor, khususnya dalam sektor pariwisata. Beberapa tempat wisata di Kota Tegal antara lain: Pantai Pulau Kodok (Pantai SUPM) Pantai Batam Sari Pantai Komodo Pantai Pondok Martoloyo (Pantai Martoloyo Indah) Pantai Alam Indah Pantai Kampung Tirang Tegalsari Pantai Muarareja Indah Pantai Muara Anyar Trans Studio Mini Transmart Tegal Rita Park Kompleks Rita Supermall Tegal Alun Alun Kota Jl Ahmad Yani "Malioboro Kota Tegal" Tegal Heritage Boulevard (Gedung Birao, Waterleiding, Taman Pancasila) Wisata Ziarah Makam Mbah Panggung Wisata Ziarah Makam Habib Muhammad bin Thohir Al-Haddad Wisata Ziarah Makam Mbah Asem Tiga Kampung Nelayan Tegalsari Waterpark Gerbangmas Kota Bahari Balai Kota Lama Monumen Bahari Kampung Wisata Kajongan Muarareja Hutan Kota Kraton Taman Tegalsari Polder Bayeman Kaligangsa Pusat Kuliner Jl Kartini dan Jl Hang Tuah Pasar Senggol Tegal Tegal City Walk Jalan Ahmad Yani Kota Tegal juga memiliki beberapa perhelatan yang sudah dan akan digelar setiap tahunnya, seperti : Tegal Pesisir Carnival Sejak tahun 2012, Kota Tegal menyelenggarakan perhelatan Tegal Pesisir Carnival (TPC), sebuah karnaval busana yang memberdayakan potensi kerajinan Kota Tegal, dengan melibatkan peserta dari seluruh Indonesia, termasuk para pejabat setempat. Karnaval ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Tegal dalam rangkaian acara peringatan hari jadi Kota. Sukaria Festival Sukaria Festival merupakan event musik indie berskala Nasional yang diselengarakan oleh Pesawat Kertas Media yang diadakan pada tanggal 19 Februari 2023 di Rooftop Transmart Tegal dan juga pada tanggal 22 July 2023 di Dondon resto And Bar. Song of The Sea Merupakan sebuah festival wisata yang mengangkat tema pesisir. Festival ini direncanakan akan digelar pada awal 2022 di komplek Pantai Alam Indah. Selain itu, dalam acara tersebut juga akan dilaksanakan pagelaran seni dari berbagai kebudayaan Kota Tegal sebagai wujud apresiasi kepada seniman dan budayawan Kota Tegal. Tegal Bahari Jazz Tegal Bahari Jazz merupakan event musik jazz berskala internasional, dan diklaim menjadi yang terbesar di Jawa Tengah bagian barat. Festival musik ini direncanakan akan digelar pada pertengahan 2022 di Pantai Alam Indah. Rencananya pula, festival ini akan dihadiri oleh beberapa musisi jazz dari berbagai negara, serta adanya fashion show dan "Pantura Expo". Gadhuro Drag Bike 201 M Perhelatan otomotif ini merupakan hasil kerjasama Pemerintah Kota Tegal dengan Ikatan Motor Indonesia (IMI) dan Gadhuro Sport Club dari Kudus. Perhelatan ini merupakan ajang perlombaan balap motor drag yang diselenggarakan setingkat keresidenan, dan telah digelar di beberapa kota di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, salah satunya di Kota Tegal. Di Kota Tegal sendiri, perhelatan ini sudah diselenggarakan sebanyak dua kali, bertempat di sirkuit Jalan Lingkar Utara Kota Tegal. Kesehatan Rumah Sakit RSUD Kardinah RS Islam Harapan Anda RS Mitra Keluarga Tegal RSIA Kasih Ibu Tegal RS Pratama 'Aisyiyah Siti Hajar RS Adhi Pradana Komplek Aspol Tirus Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) Puskesmas Tegal Timur Puksesmas Tegal Barat Puksesmas Tegal Selatan Puksesmas Sumurpanggang Puskesmas Slerok Puskesmas Bandung Puskesmas Debong Lor Puskesmas Kaligangsa Pendidikan Pendidikan sebagai kekuatan bangsa terus dipacu mengingat melalui pendidikan, inilah taraf masyarakat akan bisa ditingkatkan tentunya tetap memacu dengan nilai nilai iptek yang diimbangi dengan nilai religius, hal ini secara intens dilakukan oleh Pemkot Tegal dengan menerapkan 4 sasaran utama arah kebijakan program pendidikan dan Agama mengingat keduanya tidak bisa dipisahkan. Sasaran utama yang paling mendasar adalah peningkatan kualitas pelayanan pendidikan dengan meningkatkan aksesibilitas, pemerataan terkait peningkatan rilekspansi pendidikan guna membekali siswa dengan bekal keterampilan dasar untuk menjadi menjalani kehidupan di masyarakat. Di samping peningkatkan kualitas pemahaman dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan masyarakat guna mempertahankan dan meningkatkan identitas masyarakat Kota Tegal yang religius sedangkan untuk mengikuti arah perkembangan dibidang pendidikan telah dilakukan perintisan sekolah berstandar internasional yang diterapkan di beberapa sekolah dasar negeri. Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Kedinasan Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (Jl. Perintis Kemerdekaan No.17) Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang (Kampus D3 Keperawatan Tegal, Jalan Dewi Sartika No.1) Politeknik Kelautan dan Perikanan Karawang (Kampus Tegal, Jalan Martoloyo No.22) Perguruan Tinggi Negeri Universitas Negeri Semarang (UPP S1 PGSD Tegal, Jl. Kompol Suprapto No.4) Perguruan Tinggi Swasta Universitas Pancasakti (Jalan Halmahera KM.1) Universitas Bina Sarana Informatika (Kampus Tegal, Jalan Sipelem No.22) Politeknik Muhammadiyah Tegal (Jalan Melati No. 27 ) Politeknik Trisila Dharma (Jalan Halmahera No. 1) Politeknik Harapan Bersama (Jalan Mataram No. 9) Politeknik STIBISNIS (Jalan AR. Hakim No.27) STMIK Tegal (Jalan Pendidikan No.1) LP3I College (Jalan Kapt. Sudibyo No. 50) Transportasi Didukung dengan letak geografis yang berada di antara Jakarta, Semarang dan Purwokerto, Kota Tegal memiliki fasilitas transportasi yang memadai. Adapun fasilitas transportasi tersebut adalah: Transportasi Darat Kota Tegal dilewati oleh jalur utama lintas utara Jawa Jakarta–Semarang–Surabaya, dimana arus lalu lintas utama antarkota berada di ruas jalan arteri dalam kota untuk kendaraan ringan dan jalan arteri lingkar utara yang dikhususkan untuk kendaraan berat. Sedangkan ruas jalan Tegal–Purwokerto (lintas tengah Jawa) menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Purwokerto dan Yogyakarta memiliki dua jalur utama, yakni jalur melewati Banjaran (disebut sebagai jalan raya I) Dan jalur melewati Singkil (disebut sebagai jalan raya II). Terminal Tipe A Kota Tegal yang berada di kecamatan Margadana merupakan terminal terbesar di Kota Tegal. Terminal ini melayani perjalanan bus dengan tujuan menuju berbagai kota di Jawa , Bali dan Sumatra. Kota Tegal juga menjadi terminus dari ruas Tegal–Brumbung dan Cirebon Prujakan–Tegal di jalur utara Pulau Jawa, dan jalur Tegal–Prupuk yang bersambung menuju Purwokerto. Stasiun Tegal menjadi stasiun paling barat di wilayah Daerah Operasi IV Semarang, dan hampir semua layanan kereta api yang melewati lintas utara Jawa berhenti di stasiun ini, kecuali Kereta api Argo Bromo Anggrek yang berjalan langsung. Stasiun Tegal juga pernah menjadi titik keberangkatan kereta api ketel yang menuju depot minyak Pertamina di Maos, sebelum akhirnya aktivitas kereta api tersebut dipindahkan ke Stasiun Larangan. Sementara untuk transportasi dalam kota, Kota Tegal memiliki beberapa rute angkutan umum, seperti Angkutan Umum Kuning (Terminal–Stasiun–Banjaran–Slawi), Angkutan Kota Biru (Pasar Pagi–Kapten Ismail–Pasar Sore–Banjaran), Angkutan Biru Kuning (Terminal–Mejasem), Angkutan Perbatasan (Terminal–Dukuhturi–Adiwerna–Banjaran) dan Angkutan Kuning Biru (Terminal–Pasar Pagi–Kramat–Kemantran). Ada pula angkutan yang melayani rute dalam kota seperti A1 dan A2. Becak Tegal juga dapat ditemui dengan mudah di setiap sudut kota, serta transportasi berbasis digital seperti Gojek, Grab, dan Maxim. Transportasi Laut Kota Tegal memiliki tiga pelabuhan utama, yakni Pelabuhan Tegal, Pelabuhan Perikanan Pantai Jongor dan Pelabuhan Brug Abang Muarareja. Saat ini ketiga pelabuhan tersebut hanya bergerak di sektor perikanan. Namun kedepannya, akan dibangun pelabuhan niaga terpadu di komplek Pelabuhan Tegal Timur, dimana pelabuhan tersebut nantinya akan digunakan sebagai tempat bongkar muat peti kemas dan sebagai tempat singgah kapal-kapal pengangkut logistik dari berbagai daerah. Transportasi Udara Kota Tegal tidak memiliki bandar udara maupun lapangan terbang. Kebanyakan masyarakat Kota Tegal memanfaatkan Bandara Kertajati di Majalengka dan Bandara Ahmad Yani di Semarang untuk bepergian menggunakan pesawat. Tokoh terkenal Fuad Bawazier, mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia pada masa Kabinet Pembangunan VII. Sukarton Marmosujono, Jaksa Agung RI pada Kabinet Pembangunan V. Mohammad Ma'ruf, Letnan Jenderal TNI (Purn.), pernah menjabat Kaster TNI, Dubes RI untuk Vietnam, dan Mendagri pada Kabinet Indonesia Bersatu. Gatot Nurmantyo, Jenderal TNI (Purn.) pernah menjabat Panglima TNI pada Kabinet Kerja. Simon Santoso, atlet bulu tangkis nasional, pernah dua kali menjuarai Sea Games, Denmark Open, dan Indonesian Open. Hariamanto Kartono atlet bulu tangkis nasional Indonesia, pernah menjadi juara All England. Wendy Cagur, entertainer/pelawak nasional Indonesia. Demian Aditya, entertainer/pesulap nasional Indonesia. Al Habib Thohir bin Abdullah Al Kaff, tokoh agama Islam. Sayyid Syarif Abdurrahman, tokoh penyebaran agama Islam di Tegal Raya, dikenal juga dengan nama Mbah Panggung. Kapten Ismail, pahlawan nasional Indonesia yang gugur dalam Pertempuran Hizbullah tahun 1948. Kapten Sudibyo, pahlawan nasional Indonesia yang gugur dalam Pertempuran Palagan Tirus tahun 1947. Ayu Soraya, pedangdut nasional Indonesia. Sosrodjojo, pengusaha nasional Indonesia, pendiri PT Sinar Sosro. Lanang Setiawan, pencetus seni Musik tegalan. Imam Tantowi, sutradara dan penulis skenario film nasional Indonesia, seperti Saur Sepuh dan Tukang Bubur Naik Haji the Series. Chaerul Umam, sutradara nasional Indonesia. Yono Daryono, wartawan, aktor nasional Indonesia dan seniman budaya Tegalan. SN Ratmana, penyair nasional yang masuk kedalam Angkatan 66. Piek Ardijanto, penyair nasional yang masuk kedalam Angkatan 66. Eko Tunas, aktivis seni teater nasional dan penulis buku novel. Dwi Ery Santoso, aktivis seni teater nasional Indonesia. Rudi Iteng, aktivis seni teater nasional Indonesia. Totos Rasiti a.k.a."Om Jin", aktor sinetron, presenter, pembawa acara, bintang iklan Indonesia. Kevin Gutomo, aktor sinetron Indonesia. Parto Tegal, aktor film Indonesia era 70-80-an. Boenjamin Setiawan a.k.a.dr. Boen, dokter terkaya di Indonesia pendiri Kalbe Farma, urutan ke-8 dalam daftar orang terkaya di Indonesia versi Forbes 2022. Ayam Goreng Pak Nuh Ayam Goreng Paling Gak Enak. Kyai haji Mukhlas salah seorang kyai yang di jadikan nama jalan dan salah satu tokoh kemerdekaan Indonesia di kota Tegal Lihat pula Komunitas Warga Tegal Tegal Pesisir Carnival Kampung Tirang PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi IV Semarang Kereta api Argo Cheribon Kereta api Airlangga Kereta api Kaligung Kereta api Joglosemarkerto Stasiun Tegal Kabupaten Tegal Referensi Pranala luar Tegal Tegal Kota Tegal
4107
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Tegal
Kabupaten Tegal
Kabupaten Tegal () adalah salah satu kabupaten yang terletak di bagian barat laut provinsi Jawa Tengah, Indonesia yang memiliki luas 878,79 km2. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk kabupaten Tegal sebanyak 1.704.700 orang. Ibu kotanya terletak di kecamatan Slawi. Sebelumnya, ibu kota Kabupaten Tegal berada di Kota Tegal yang terletak di sudut barat laut kabupaten ini, tetapi kemudian Kota Tegal secara administratif terpisah dari Kabupaten Tegal dan membentuk wilayah sendiri. Kemudian digantikan oleh Kota Slawi sebagai ibu kota Kabupaten Tegal hingga saat ini, yang merupakan pinggiran kota yang terletak sekitar 20 km dari selatan pusat kota dan dalam batas kabupaten. Bersama dengan kota terdekat Pekalongan , sekitar lima puluh kilometer ke timur, Tegal adalah tempat kelahiran industri gula kolonial Hindia Belanda , dan Kabupaten Tegal tetap menjadi pusat penghasil gula utama hingga pertengahan abad ke-20. Kota ini berfungsi sebagai pelabuhan untuk mengekspor gula yang diproduksi di perkebunan terdekat. Tegal terkenal dengan warungnya, biasa disebut "Warteg" atau warung Tegal. Sejarah Nama Tegal berasal dari nama Tetegal, tanah subur yang mampu menghasilkan tanaman pertanian. Sumber lain menyatakan, nama Tegal dipercaya berasal dari kata Teteguall. Sebutan yang diberikan seorang pedagang asal Portugis yaitu Tome Pires yang singgah di Pelabuhan Tegal pada tahun 1500–an. Kabupaten Tegal berdiri pada tanggal 18 Mei 1601. Cikal bakal berdirinya Kabupaten Tegal tidak dapat dipisahkan dari sosok ketokohan Ki Gede Sebayu. Menurut silsilah, Ki Gede Sebayu merupakan keturunan trah Majapahit dari Batoro Katong atau Syech Sekar Delima (Adipati Wengker Ponorogo). Ayah Ki Gede Sebayu bernama Pangeran Onje (Adipati Purbalingga). Sejak kecil, Ki Gede Sebayu diasuh oleh eyangnya yaitu Ki Ageng Wunut yang selama hidupnya diajari budi pekerti luhur. Hal ini membawa dampak bagi perkembangan Ki Gede Sebayu yang tumbuh menjadi anak yang berperilaku ramah dan santun. Setelah menginjak dewasa, Ki Gede Sebayu oleh ayahnya disuwitakan untuk menjadi prajurit di Keraton Pajang. Sebagai prajurit tamtama, Ki Gede Sebayu memperoleh pendidikan keprajuritan dan ilmu kanuragan. Ki Gede Sebayu mempunyai 2 orang anak yaitu Raden Ayu Rara Giyanti Subhaleksana dan Raden Mas Hanggawana. Pada saat Arya Pangiri merebut takhta Pajang dari Pangeran Benowo. Ki Gede Sebayu pergi meninggalkan keraton Pajang menuju Desa Sedayu. Ki Gede Sebayu kemudian bergabung dengan prajurit Mataram bersama Pangeran Benowo untuk menyingkirkan Arya Pangiri. Ketika itu Ki Gede Sebayu dengan tombak pendeknya menyerang prajurit Arya Pangiri, sehingga banyak yang tewas dan akhirnya Arya Pangiri menyerah dan diusir dari Keraton Pajang. Kemudian Keraton pajang diserahkan kepada Pangeran Benowo. Setelah selesai pertempuran (1587), Ki Gede Sebayu dan pengikutnya memutuskan untuk melakukan perjalanan ke arah barat dan sampai di Desa Taji, Bagelan disambut oleh Demung Ki Gede Karang Lo. Ki Gede Sebayu melanjutkan perjalanan ke Purbalingga untuk ziarah ke makam ayahnya. Setelah berziarah ke makam ayahnya, Ki Gede Sebayu kemudian berjalan ke utara melewati Gunung Slamet. Sampai di Desa Pelawangan, ia lalu menyusuri pantai utara ke arah barat dan sampailah di Padepokan Ki Gede Wonokusumo disekitar Kali Gung. Kedatangan Ki Gede Sebayu bersama rombongan yang bermaksud “mbabat alas” membangun masyarakat tlatah Tegal disambut gembira oleh Ki Gede Wonokusumo. Melihat kesuburan tanahnya, Ki Gede Sebayu tergugah dan berniat bersama-sama penduduk meningkatkan hasil pertanian dengan memperluas lahan serta membuat saluran pengairan. Daerah yang sebagian besar merupakan tanah lading tersebut kemudian dinamakan Tegal. Atas keberhasilannya, pada 18 Mei 1601 Panembahan Senopati mengangkat Ki Gede Sebayu menjadi Juru Demung (Penguasa Lokal di Tlatah Tegal) dengan pangkat Tumenggung setingkat Bupati. Peristiwa inilah yang merupakan berdirinya Kabupaten Tegal pada tanggal 18 Mei 1601. Geografi Bagian utara dari Kabupaten Tegal merupakan dataran rendah. Sedangkan di bagian selatan merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Slamet (3.428 meter). Di perbatasan Kabupaten Pemalang, terdapat rangkaian perbukitan terjal dan sungai besar yang mengalir, yaitu Kali Gung dan Kali Erang, keduanya bermata air di hulu Gunung Slamet. Posisi Geografis Kabupaten Tegal terletak di bagian barat laut Provinsi Jawa Tengah, dengan letak geografis 108°57'6"–109°21'30" BT dan 6°02'41"–7°15'30" LS. Dan mempunyai letak yang strategis pada jalan Semarang–Tegal–Cirebon serta Semarang–Tegal–Purwokerto dan Cilacap, dengan fasilitas pelabuhan di Kota Tegal. Batas Wilayah Pemerintahan Bupati Bupati yang menjabat di kabupaten Tegal saat ini yakni Umi Azizah, didampingi wakil bupati Sabilillah Ardie. Mereka adalah pemenang pada pemilihan umum bupati Tegal 2018. Mereka dilantik pada 8 Januari 2019, oleh gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di Gedung Gradhika Jalan Pahlawan Semarang. Dewan Perwakilan Kecamatan Penduduk Kabupaten Tegal merupakan salah satu kabupaten terpadat di Jawa Tengah. Persebaran populasi yang paling utama, yaitu di selatan Kota Tegal dan sepanjang Jalan Raya Tegal–Slawi. Bahasa Bahasa Jawa Dalam keseharian, masyarakat Kabupaten Tegal menggunakan bahasa Jawa dengan dialek Tegal. Namun, bahasa Jawa Tegal di wilayah ini memiliki sub-dialek yang beragam, bahkan berbeda desa dan kecamatan pun bisa berbeda pula dialeknya. Perbedaan yang paling mencolok adalah perbedaan dialek wilayah utara dan selatan Kabupaten Tegal. Wilayah selatan memiliki intonasi yang unik. Setengah Tegalan, setengah lagi Bumiayu. Orang Tegal bagian selatan juga lebih sering menggunakan kata "rika" untuk menyebut kata "anda", terpengaruh dari bahasa Jawa dialek Banyumasan, berbeda dengan wilayah utara yang lebih sering memakai "sampeyan". Penutur sub-dialek selatan berada di wilayah Lebaksiu, Balapulang, Margasari, Prupuk, Bojong, Bumijawa, Jatinegara, serta sebagian desa di wilayah Pangkah, dan Pagerbarang. Sedangkan wilayah utara cenderung ke arah sub-dialek Kota Tegal-Brebes yang mengalun dan memanjangkan fonem akhir. Selain itu, sub-dialek wilayah utara juga terpengaruh oleh kosakata-kosakata dari bahasa etnis lain seperti bahasa Jawa dialek Pesisiran pada umumnya, contoh kata ente untuk menyebut kata "anda" (pengaruh dari bahasa Arab) Penutur sub-dialek utara berada di wilayah Kramat, Suradadi, Warureja, Dukuhturi, Pagerbarang, Adiwerna, Talang, dan sebagian desa di kecamatan Tarub. Di daerah kecamatan adiwerna memiliki banyak dialek yang hanya di tuturkan di adiwerna seperti contohnya tolop (kelereng) Lebedang (ujung meja) Ento-ento (mata kaki) dan lainnya. Sedangkan wilayah tengah memiliki dialek yang unik karena merupakan pertemuan antara wilayah utara dan selatan seperti Slawi, Dukuhwaru, Pangkah, Tarub, Kedungbanteng, dan sebagian desa di kecamatan Lebaksiu. Bahasa Sunda Selain bahasa Jawa, dituturkan juga bahasa Sunda di Desa Prupuk Selatan, Kecamatan Margasari yang berbatasan dengan Kecamatan Tonjong, Kabupaten Brebes tepatnya di sepanjang sungai Pemali. Bahasa Sunda yang digunakan oleh penduduk Tegal di Margasari umumnya berfungsi sebagai bahasa kedua atau bilingual. Dalam satu kasus, penarik perahu lokal akan menggunakan bahasa Sunda jika berada di sebelah barat sungai Pemali (Tonjong, Brebes), sedangkan ketika berada di sebelah timur (Margasari, Tegal) akan bertutur menggunakan bahasa Jawa. Ekonomi Masyarakat Kabupaten Tegal banyak yang membuka usaha di sektor industri rumah tangga, di antaranya pengecoran, pengerjaan logam, tekstile, shuttlecock, furniture, dan gerabah. Terdapat juga pabrik industri bahan baku kapur tulis dan bubuk di daerah Margasari sebagai pemasok utama bubuk di Kabupaten Tegal. Karena banyaknya industri rumah tangga di wilayahnya, Kabupaten Tegal pernah mendapat julukan "Jepang-nya Indonesia" di masyarakat pada masa lalu. Masyarakat Kabupaten Tegal berusaha di sektor pertanian dan perkebunan, terutama di bagian selatan Kabupaten Tegal, yaitu Kecamatan Bumijawa dan Bojong. Di sektor kelautan dan perikanan, warga pesisir, terutama Kecamatan Suradadi mencari ikan di Laut Jawa sampai ke Laut Tiongkok Selatan (kepulauan Riau). Hasil tangkapan tersebut, dijual ke pelabuhan perikanan Jakarta, Cirebon, Pekalongan dan Kota Tegal. Warga pesisir Kabupaten Tegal juga banyak yang membuka usaha tambak udang windu, dan ikan bandeng (juga penjualan bibitnya). Di sektor peternakan, masyarakat Kabupaten Tegal banyak mengusahakan peternakan ayam, dan Itik Tegal (Indian Runner) untuk suplai industri telur asin di Brebes. Di pedesaan terdapat juga ternak kambing, sapi, dan kerbau, yang diusahakan secara tradisional. Masyarakat Kabupaten Tegal juga banyak yang merantau ke kota-kota lain di pulau Jawa terutama Jakarta dan pulau-pulau lain. Sebagian besar membuka usaha Warung Tegal (warteg) yang tergabung dalam Kowarteg (Koperasi Warung Tegal), menjual martabak telor (dari warga Kecamatan Lebaksiu), dan lain-lain. Setiap menjelang Hari Raya Idul Fitri warga Kabupaten Tegal mudik dari perantauan, dan membawa uang hasil usaha selama di perantauan. Selama masa mudik itulah, ekonomi Kabupaten Tegal menjadi lebih semarak perputaran uangnya dan lebih dinamis. Pendidikan Data Badan Pusat Statistik mencatat jumlah sekolah di kabupaten Tegal sebanyak sekolah. Dengan rincian, TK 487 sekolah, dengan jumlah murid 27.602 orang dan jumlah guru sebanyak 2.182 orang. Sementara untuk tingkat SD sederajat sebanyak 862 sekolah, dengan jumlah murid sebanyak 159.908 orang dan jumlah guru sebanyak 8.493 orang. Kemudian untuk tingkat SLTP sederajat sebanyak 195 sekolah, dengan jumlah murid 68.383 dan guru sejumlah 4.362 orang. Untuk pendidikan tingkat lanjutan atas (SMA-SMK/MA) jumlah sekolah sebanyak 109 sekolah, dengan murid sejumlah 54.055 orang dan guru sejumlah 3.219 orang. Untuk tingkat perguruan tinggi, beberapa yang ada di kabupaten Tegal yakni Institut Agama Islam Bhakti Negara (IBN), Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhamada (STIKES Bhamada), Akademi Bahasa Asing IEC Putra Bangsa, Akademi Perikanan Baruna, dan Politeknik Purbaya. Beberapa pondok pesantren yang ada di kabupaten Tegal yakni Pondok Pesantren Al Rizqi Babakan Lebaksiu, Pontren Ma'hadut Tholabah Babakan Lebaksiu, Pontren At-Tauhidiyyah Giren Talang, Pontren Darussalam Kalibakung Balapulang, Pontren Ahmad Dahlan Harjawinangun Balapulang, Pontren Darul Mujahadah Prupuk Margasari, Pontren Hasyim Asy'ari Karangjati Tarub, Pontren Darul Atqiyah Kertayasa, Pontren Zainudin Maribaya Kramat, dan Pontren Al-Bayan Dukuhwrigin Slawi. Transportasi Kabupaten Tegal dilalui jalur utara Pulau Jawa, menhgbungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Semarang. Kabupaten Tegal juga merupakan persimpangan utama dari lintas utara Jawa menuju lintas tengah Jawa, menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Purwokerto dan Yogyakarta. Transportasi darat Berada di Dukuhsalam Lalulintas Jalan nasional yang Banyak apalagi mudik dan balik lebaran Paling Dominasi Bus Sinar jaya, Dewi Sri, Deddy Jaya, Putri jaya baru DLL, serta para perantau mudik menjelang Idul Fitri. Transportasi rel Kabupaten Tegal juga dilalui jalur kereta api lintas utara dan tengah Jawa, dua stasiun yang dilewati jalur kereta api lintas utara adalah Stasiun Larangan dan Stasiun Suradadi, sedangkan lintas tengah melalui sebagian wilayah Kabupaten Tegal, yakni Kecamatan Margasari. Stasiun Prupuk merupakan stasiun kereta api satu-satunya di Kabupaten Tegal yang melayani kereta api antarkota. Selain dari kedua jalur utama, terdapat jalur percabangan yang terpisah dari jalur utama di Stasiun Prupuk serta , yaitu jalur percabangan Tegal–Prupuk. Stasiun Slawi adalah stasiun kereta api utama di Kabupaten Tegal meskipun hanya melayani kereta api aglomerasi seperti kereta api dan . Seni dan budaya Kesenian Tari Endel Tari Topeng Endel, tarian yang begitu familiar di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Tarian ini hanya dilakukan oleh perempuan saja karena sifat dari tari topeng ini adalah genit, gemulai, terampil, dan berani. Tarian ini bisa dilakukan perseorangan maupun bersama-sama (kolosal) di berbagai macam acara.Gerak penari memperlihatkan bayangan seolah sedang bercumbu dengan pangeran. Gemulainya para penari yang bergerak-gerak begitu lembut disertai dengan musik gamelan, mampu menghipnosis siapapun yang menonton. Busana yang digunakan untuk Tari Topeng Endel mirip dengan kostum yang dikenakan penari Tari Gambyong. Dengan diiringi gending lancaran ombak banyu laras slendro manyuro, penari akan memperlihatkan bagaimana sosok wanita Jawa yang sesungguhnya yang penuh dengan sikap halus, lembut dan keibuan. Sifat wanita ini sebenarnya tidak diartikan bahwa seorang wanita Jawa adalah wanita terjajah. Tari Endel pernah tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan peserta terbanyak, yaitu 1.700 yang terdiri dari murid-murid SD, bertempat di Kantor Pemerintah Kabupaten Tegal dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-470 kabupaten tersebut. Tari Topeng Panji Tarian ini menggambarkan tokoh bernama Panji, seseorang yang gagah berani dan berwatak halus. Sehingga gerakan tariannya terlihat halus. Tari Topeng Kresna Tarian ini menggambarkan tokoh bernama Kresna yang ada dalam wayang kulit Purwo. Karakter dari Kresna sendiri adalah cerdik, sakti, berwibawa, tidak sombong, arif, dan bijaksana dan dari gerakannya yang tegas, tegap, dan langkahnya yang pasti. Tari Topeng Layapan Alus Tarian ini menggambarkan tokoh yang bernama Bambangan, seorang kesatria yang gagah berani, cerdik, tangkas, memiliki watak halus, dan berbudi luhur. Gerakan tarian ini halus dan lincah. Tari Topeng Patih (Ponggawa) Tarian ini menggambarkan tokoh patih atau ponggawa kerajaan. Seorang patih yang digambarkan sebagai seorang kesatria, gagah berani, cerdik, tangkas, dan luhur budi pekertinya. Gerakan tarian ini lincah. Tari Topeng Kelana Tarian ini menggambarkan seorang tokoh bernama Kelana. Kelana merupakan tokoh yang mempunyai pribadi yang gagah berani, cerdik, tangkas, dan luhur budinya. Gerakan tariannya adalah tegap dan lincah. Sintren Sintren (atau juga dikenal dengan Lais) adalan kesenian tari tradisional masyarakat Jawa, khususnya di Cirebon. Kesenian ini terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain di Indramayu, Cirebon, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Tegal, Banyumas, Kuningan, dan Pekalongan. Kesenian Sintren dikenal sebagai tarian dengan aroma mistis/magis yang bersumber dari cerita cinta kasih Sulasih dengan Sulandono. Tari Kuntul Tegalan Tari Kuntul Tegalan atau Kuntulan adalah salah satu seni tradisional yang ada di Tegal, Kabupaten Tegal khususnya. Tarian ini memadukan unsur seni pencak silat dan diiringi dengan rebana dan shalawat. Jadi gerakan Kuntulan ini merupakan perpaduan antara seni Islami dan Jawa kontemporer. Apabila diperhatikan secara detail, tarian ini menggambarkan prajurit yang sedang berlatih bela diri untuk mempertahankan diri. Untuk kostumnya sendiri berwarna putih-putih. Musik tegalan Musik Tegalan adalah musik khas daerah Jawa Tengah, yang berpusat di Kota Tegal sebagai pionir munculnya jenis musik ini. Jenis musik ini diciptakan pada akhir era 70-an sebagai promosi pariwisata yang sedang digalakkan oleh pemerintah daerah setempat. Pencetusnya adalah Lanang Setiawan, Nurngudiono, Dhimas Riyanto, Najeeb Balapulang, dan Tri Widarti sebagai pelantun lagu-lagu tegalan generasi pertama. Wayang Golek Tegal Wayang Golek Cepak Tegalan atau biasa disebut Wayang Golek Tegal merupakan wayang asli dari Tegal, wayang ini biasa dimainkan dalam pertunjukan wayang oleh seorang dalang bernama Ki Enthus Susmono yang juga merupakan seorang Bupati Kabupaten Tegal. Beliau menamakannya Lupit dan Slenteng yang juga dijadikan sebagai maskot Kabupaten Tegal. Wayang ini terbuat dari kayu kedondong jaran, jenis kayu ini dipilih karena kualitasnya yang bagus dan memiliki ketahanan prima. Untuk mewarnai wayang ini, pengrajin menggunakan cat semprot kendaraan roda empat. Kebudayaan Ruwat Bumi Guci Tradisi dilakukan sebagai bentuk ungkapan syukur atas kemakmuran yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa dan juga memohon keselamatan dari segala macam mara bahaya, masyarakat Guci dan sekitarnya (Desa Rembul dan Desa Pekandangan), di lokasi Objek Wisata Guci, mengadakan upacara tradisional tahunan setiap bulan Muharram (Suro). Prosesi dimulai dengan arak-arakan Gunungan atau Sesajian beraneka macam hasil panen dan dilanjutkan dengan ritual memandikan Kambing Kendit (kambing khusus yang berwarna hitam dengan lingkar putih di perutnya). Kemudian dilanjutkan dengan menaburkan kembang setaman pada lokasi pemandian di sekitar Guci (Pancuran 13). Ritual ini menjadi simbol kasih sayang terhadap makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan kambingnya sendiri merupakan simbol dari kehidupan yang akan terus berputar. Usai prosesi memandikan kambing, dilaksanakan upacara dan pembacaan riwayat Guci dengan menggunakan Bahasa Tegalan. Beberapa sambutan dari pihak penyelenggara dan Pemerintah daerah pun disampaikan sebagai bentuk dukungan untuk melestarikan tradisi Ruwat Bumi Guci. Kemudian diakhiri dengan rebutan gunungan, do’a bersama, dan hiburan yang biasanya diisi dengan tarian khas Tegal. Menurut Ki Enthus Susmono, dalang kondang tingkat nasional yang berasal dari Tegal, Tradisi Ruwat Bumi di Guci bukanlah tradisi syirik, melainkan tradisi untuk merawat bumi. Masyarakat Guci sendiri meyakini jika terjadi hujan deras saat prosesi adat acara Ruwat Bumi Guci berlangsung, merupakan bentuk keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa kepada masyarakat Kabupaten Tegal khususnya warga Guci. Penjamasan Makam Sunan Amangkurat Agung Tradisi upacara adat Pejamasan ini diselenggarakan setiap bulan Suro dengan ritual membersihkan benda pusaka dan tirai penutup makam Sunan Amangkurat Agung. Menurut sejarah, Sunan Amangkurat Agung merupakan seorang tokoh penting pendiri Kabupaten Tegal yang dikenal sebagai keturunan dari Raja Mataram Sultan Agung Hanyakrakusuma. Prosesi Jamasan sendiri diawali dengan tahlil, wirid, membacakan sahadat, dan sholawat serta mendoakan Amangkurat I. Doa dalam Penjamasan Makam Sunan Amangkurat Agung ditujukan agar para leluhur diampuni dosanya dan diberikan tempat yang layak di sisi Allah Swt. Usai kegiatan doa bersama, dilanjutkan dengan penggantian kelambu, yang kemudian kelambu lama digabungkan bersama dengan kelambu raja-raja Mataram lainnya dilarung ke Pantai Selatan. Sedekah Bumi Cacaban Kegiatan ini diselenggarakan oleh masyarakat setempat dengan segenap sumber daya yang dimiliki bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal sebagai fasilitator dan pendukung. Sedekah Bumi Waduk Cacaban merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam rangka melestarikan budaya daerah dan juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil bumi yang diperoleh.Kegiatan ini ditujukan untuk menarik pengunjung sekaligus dijadikan sebagai momen penting pembelajaran bagi peningkatan kesadaran masyarakat setempat dalam menyambut pengunjung serta menjaga kelestarian alam Objek Wisata Cacaban. Festival Jamu dan Kuliner Kabupaten Tegal merupakan salah satu peserta tetap Festival Jamu dan Kuliner yang diadakan tiap tahun untuk bersaing dengan Kota/ Kabupaten se-Jawa Tengah. Kabupaten Tegal senantiasa menampilkan stan terbaik dan menawarkan produk-produk jamu serta kuliner unggulan. Produk jamu Kabupaten Tegal didukung dengan berbagai jenis tanaman dan bahan yang contohnya dapat dilihat di lokasi Wisata Kesehatan Jamu (WKJ) Danawarih. Ruwat Bumi Purwahamba Indah Ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tegal dengan bentuk upacara adat yang diisi berbagai jenis hiburan. Tradisi ini dilaksanakan pagi, siang, dan malam harinya diadakan pagelaran wayang semalam suntuk. Keunikan dari tradisi Ruwatan di Bumi Purwahamba Indah adalah digelarnya festival "Grebeg Klapa Ijo" yang dapat diikuti oleh masyarakat Kabupaten Tegal. Tujuan tradisi ruwatan sebagai perwujudan syukur kepada Allah SWT sekaligus memohon agar warga terhindar dari berbagai macam bencana. Kegiatan ini merupakan wujud partisipasi warga masyarakat dalam rangka melestarikan budaya daerah sekaligus sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas segala rejeki yang diperoleh dari hasil usaha khususnya bagi para pedagang di sekitar Objek Wisata Purwahamba Indah Ruwatan sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk tradisi masyarakat yang sudah ada sejak lama sebelum kedatangan agama ke tanah Jawa. Kata Ruwat dalam bahasa sanskerta dapat diartikan sebagai pembebasan, penyucian. Kemudian kata yang hampir mirip, yaitu Rawat atau Reksa diartikan sebagai memelihara. Rebo Wekasan Rebo Wekasan atau bisa juga disebut Rebo Pungkasan merupakan salah satu tradisi masyarakat yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar kalender lunar versi Jawa dengan tujuan untuk 'talak bala' (menolak bencana). Kegiatan yang dilakukan berkisar pada berdoa, shalat sunnah dan bersedekah. Selain itu ada juga kegiatan mencukur beberapa helai rambut dan membuat bubur merah dan putih yang kemudian dibagikan kepada tetangga sekitar. Moci Budaya minum teh sebagai teman ngobrol, biasanya dilakukan beramai-ramai. Teh direbus pada poci tanah (teh poci). kemudian dituang ke dalam cangkir dengan gula batu. Teh dalam cangkir tidak diaduk agar rasa manis tetap ada meski cangkir hampir habis dan terus dituangi teh. Warung Tegal Warung Tegal (Warteg) merupakan warung makan dengan menu makanan sederhana sehari-hari. Sebagian Warung Tegal dikelola oleh warga Kecamatan Dukuhturi tepatnya dari desa Sidapurna, dan Sidakaton. Asal usul Warung Tegal adalah pada zaman Sultan Agung yang memimpin pasukan untuk menyerang Batavia, Sultan Agung dan Prajurit Mataram transit di Tegal. Karena Tegal sebagian besar adalah persawahan maka Tegal dijadikan pemasok logistik. Warga Tegal menyiapkan makanan untuk prajurit Mataram, lama-kelamaan dari situ warga Tegal sudah terbiasa menyajikan makanan besar, sehingga membuka warung makan. Setelah Tegal dilalui Jalan Pantura kini Tegal menjadi transit Truk dan Bus, dari situ juga Warteg menyebar ke seluruh nusantara. Lihat pula Waduk Cacaban Warung Tegal Taman Rakyat Slawi Ayu Kota Tegal Jalan Tol Pejagan-Pemalang Referensi Pranala luar Tegal Tegal
4108
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Temanggung
Kabupaten Temanggung
Temanggung () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Temanggung Kota. Kabupaten Temanggung berbatasan dengan Kabupaten Kendal di utara, Kabupaten Semarang di timur, Kabupaten Magelang di selatan, serta Kabupaten Wonosobo di barat. Jumlah penduduk Kabupaten ini per tahun 2022 mencapai 799.764 jiwa. Geografi Sebagian besar wilayah Kabupaten Temanggung merupakan dataran tinggi dan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Dieng. Di perbatasan dengan Kabupaten Wonosobo terdapat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Temanggung berada di jalan provinsi yang menghubungkan Semarang-Purwokerto. Jalan Raya Parakan-Weleri menghubungkan Temanggung dengan jalur pantura. Untuk daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Semarang persisnya di Kecamatan Pringsurat, dilalui oleh jalan nasional yang menghubungkan Semarang-Yogyakarta. Sejarah Sejarah Temanggung selalu dikaitkan dengan raja Mataram Kuno yang bernama Rakai Pikatan. Nama "Pikatan" sendiri dipakai untuk menyebutkan suatu wilayah yang berada pada sumber mata air di desa Mudal Kecamatan Temanggung. Di sini terdapat peninggalan berupa reruntuhan batu-bebatuan kuno yang diyakini petilasan raja Rakai Pikatan. Sejarah Temanggung asal usul dari kata "teman gunung" lalu mulai tercatat pada Prasasti Wanua Tengah III Tahun 908 Masehi yang ditemukan penduduk dusun Dunglo Desa Gandulan Kecamatan [[Kaloran, Temanggung|Kaloran]] Temanggung pada bulan November 1983. Prasasti itu menggambarkan bahwa Temanggung semula berupa wilayah kademangan yang gemah ripah loh jinawi di mana salah satu wilayahnya yaitu Pikatan. Di sini didirikan Bihara agama Hindu oleh adik raja Mataram Kuno Rahyangta I Hara, sedang rajanya adalah Rahyangta Rimdang (Raja Sanjaya) yang naik takhta pada tahun 717 M (Prasasti Mantyasih). Oleh pewaris takhta yaitu Rake Panangkaran yang naik takhta pada tanggal 27 November 746 M, Bihara Pikatan memperoleh bengkok di Sawah Sima. Jika dikaitkan dengan prasasti Gondosuli ada gambaran jelas bahwa dari Kecamatan Temanggung memanjang ke barat sampai kecamatan Bulu dan seterusnya adalah adalah wilayah yang subur dan tenteram (ditandai tempat Bihara Pikatan). Pengganti raja Sanjaya adalah Rakai Panangkaran yang naik takhta pada tanggal 27 November 746 M dan bertakhta selama kurang lebih 38 tahun. Dalam legenda Angling Dharma, keratin diperkirakan berada di daerah Kedu (Desa Bojonegoro). Di desa ini ditemukan peninggalan berupa reruntuhan. Di wilayah Kedu juga ditemukan desa Kademangan. Pengganti Rakai Panangkaran adalah Rakai Panunggalan yang naik takhta pada tanggal 1 april 784 dan berakhir pada tanggal 28 Maret 803. Rakai Panunggalan bertakhta di Panaraban yang sekarang merupakan wilayah Parakan . Di sini ditemukan juga kademangan dan abu jenazah di Pakurejo daerah Bulu. Selanjutnya Rakai Panunggalan digantikan oleh Rakai Warak yang diperkirakan tinggal di Tembarak. Di sini ditemukan reruntuhan di sekitar Masjid Menggoro dan reruntuhan Candi dan juga terdapat Desa Kademangan. Pengganti Rakai Warak adalah Rakai Garung yang bertakhta pada tanggal 24 Januari 828 sampai dengan 22 Februari 847. Raja ini ahli dalam bangunan candi dan ilmu falak (perbintangan). Dia membuat pranata mangsa yang sampai sekarang masih digunakan. Karena kepandaiannya sehingga Raja Sriwijaya ingin menggunakannya untuk membuat candi. Namun Rakai Garung tidak mau walau diancam. Kemudian Rakai Garung diganti Rakai Pikatan yang bermukim di Temanggung. Di sini ditemukan Prasasti Tlasri dan Wanua Tengah III. Di samping itu banyak reruntuhan benda kuno seperti Lumpang Joni dan arca-arca yang tersebar di daerah Temanggung. Di sini pun terdapat desa Demangan. Dari buku sejarah karangan I Wayan badrika disebutkan bahwa Rakai Pikatan selaku raja Mataram Kuno berkeinginan menguasai wilayah Jawa Tengah. Namun tidak berani untuk merebut kekuasaan dari raja Bala Putra Dewa selaku penguasa kerajaan Syailendra. Maka untuk mencapai maksud tersebut Rakai Pikatan membuat strategi dengan mengawini Dyah Pramudha Wardani kakak raja Bala Putra Dewa dengan tujuan untuk memiliki pengaruh kuat di kerajaan Syailendra. Selain itu Rakai Pikatan juga menghimpun kekuatan yang ada di wilayahnya baik para prajurit dan senapati serta menghimpun biaya yang berasal dari upeti para demang. Pada saat itu yang diberi kepercayaan untuk mengumpulkan upeti adalah Demang Gong yang paling luas wilayahnya. Rakai Pikatan menghimpun bala tentara dan berangkat ke kerajaan syailendra pada tanggal 27 Mei 855 Masehi untuk melakukan penyerangan. Dalam penyerangan ini Rakai Pikatan dibantu Kayu Wangi dan menyerahkan wilayah kerajaan kepada orang kepercayaan yang berpangkat demang. Dari nama demang dan wilayah kademangan kemudian muncul nama Ndemanggung yang akhirnya berubah menjadi nama Temanggung. Catatan sejarah Temanggung berasal dari: Prasasti Wanua Tengah III, Berkala arkeologi tahun 1994 halaman 87 bahwa Rakai Pikatan dinyatakan meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 855 M. Prasasti Siwagrha terjemahan Casparis (1956–288), pada tahun 856 M Rakai Pikatan mengundurkan diri. Prasasti Nalanda tahun 860 (Casparis 1956, 289–294), Balaputra dewa dikalahkan perang oleh Rakai Pikatan dan Kayu Wangi. Prasasti Wanua Tengah III, Berkala Aekeologi Tahun 1994 halaman 89, Rakai Kayu Wangi naik takhta tanggal 27 Mei 855 M. Dalam buku karangan I Wayan Badrika halaman 154, Pramudya Wardani kawin dengan Rakai Pikatan dan naik takhta tahun 856 M. Balaputra Dewa dikalahkan oleh Pramudha wardani dibantu Rakai Pikatan (Prasasti Ratu Boko) tahun 856 M. Catatan di atas dapat disimpulkan bahwa Rakai Pikatan mengangkat putranya Kayu Wangi. Selanjutnya mengundurkan diri dan meninggalkan Mataram untuk kawin dengan Pramudha Wardani. Dalam peperangan melawan Balaputra Dewa, Rakai Pikatan dibantu putranya Kayu Wangi. Hari Jadi Temanggung Berdasarkan Surat Keputusan Komisaris Jenderal Hindia Belanda, Nomor 11 Tanggal 7 April 1826, Raden Ngabehi Djojonegoro ditetapkan sebagai Bupati Menoreh yang berkedudukan di Parakan, dengan gelar Raden Tumenggung Aria Djojonegoro. Setelah perang Diponegoro berakhir, dia kemudian memindahkan Ibu Kota ke Kabupaten Temanggung. Kebijaksanaan pemindahan ini didasarkan pada beberapa hal; Pertama, adanya pandangan masyarakat Jawa kebanyakan pada sat itu, bahwa Ibu Kota yang pernah diserang dan diduduki musuh dianggap telah ternoda dan perlu ditinggalkan. Kedua, Distrik Menoreh sebuah daerah sebagai asal nama Kabupaten Menoreh, sudah sejak lama digabung dengan Kabupaten Magelang, sehingga nama Kabupaten Menoreh sudah tidak tepat lagi. Mengingat hal tersebut, atas dasar usulan Raden Tumenggung Aria Djojonegoro, lewat residen Kedu kepada Pemerintah Hindia Belanda di Batavia, maka disetujui dan ditetapkan bahwa nama Kabupaten Menoreh berubah menjadi Kabupaten Temanggung. Persetujuan ini berbentuk Resolusi Pemerintah Hindia Belanda Nomor 4 Tanggal 10 November 1834. Mempertimbangkan bahwa Hari Jadi Daerah merupakan awal perjalanan sejarah, agar diketahui semua lapisan masyarakat, guna memacu meningkatkan semangat pembangunan dan pengembangan daerah, maka Pemerintah Kabupaten Dati II Temanggung menugaskan kepada DPD II KNPI Kabupaten Temanggung untuk mengadakan pelacakan sejarah dan seminar tentang Hari Jadi Kabupaten Temanggung. Dari hasil seminar tanggal 21 Oktober 1985, yang diikuti oleh Sejarawan, Budayawan dan Tokoh Masyarakat, ABRI, Rokhaniwan, Dinas/Instansi/Lembaga Masyarakat dan lain-lainnya, maka ditetapkan bahwa tanggal 10 November 1834 sebagai Hari Jadi Kabupaten Temanggung. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Seni-budaya Temanggung memiliki seni dan budaya yang merupakan hasil adaptasi dipadukan dengan budaya asli. Seni pertunjukan kuda kepang (kuda lumping) yang berkembang di Kabupaten Temanggung mengadaptasi kesenian . Selain kuda kepang juga berkembang seni terbangan/kemplingan di desa-desa, tarian topeng loreng/ndayakan. Temanggung juga memiliki cengkok pagelaran pewayangan khas yaitu dengan cengkok Kedu yang berbeda dari cengkok Jogja atau Solo. Budaya Nyadran atau mertideso atau bersih deso masih juga sering diadakan di desa-desa. Pariwisata Tempat Wisata Wana Wisata Jumprit yang terletak di Kecamatan Ngadirejo berupa taman rekreasi dan arena outbond keluarga, serta sumber mata air suci perayaan Waisak dengan rerimbunan pohon yang dihuni sekelompok primata (kera) Monumen Meteorit di Desa Wonotirto Kecamatan Bulu Curug Lawe Muncar di Desa Muncar Kecamatan Gemawang Pikatan Waterpark di Desa Mudal Kecamatan Temanggung Curug Surodipo, merupakan air terjun tertinggi diukur dari puncak ke dasar di Kabupaten Temanggung terletak di Desa Wisata Tawangsari kecamatan Wonoboyo Kompleks Taman Kartini berupa taman rekreasi keluarga dilengkapi dengan kolam renang, serta dekat dengan area stadion Bumi Phala dan Perpustakaan Daerah terletak di Kelurahan Kowangan Kecamatan Temanggung Taman Pancasila, merupakan titik nol kilometer Kabupaten Temanggung Pesona Watu Layah dan Watu Angkrik, terletak di Desa Tlogopucang kecamatan Kandangan Desa Wisata Ngropoh, sentra penghasil durian di Kabupaten Temanggung biasa diselenggarakan di Embung Abimanyu terletak di Desa Ngropoh kecamatan Kranggan Kompleks Alun-Alun Temanggung yang dekat dengan Masjid Agung Darussalam, Pendopo Pengayoman, Taman Pengayoman, Gedung-Gedung Pemerintahan, serta area hiburan seperti bioskop Wisata Alam Posong, terletak di Lembah Sindoro Desa Wisata Tlahab kecamatan Kledung, sekitar 20 km ke utara dari Kota Temanggung. Desa Wisata Traji, yang terkenal dengan Upacara Adat 1 Suro, kolam renang alam, serta Pekenlepen berupa Pasar Tradisional berbasis di kolam-kolam renang alam Kota Pusaka Parakan, merupakan sentra bangunan cagar budaya dan adat istiadat di Kabupaten Temanggung Pasar Papringan Ngadiprono, merupakan pasar tradisional pionir dalam menyelenggarakan lingkungan penggerak ekonomi yang mengedepankan revitalisasi desa dan pemberdayaan masyarakat desa terletak di Desa Ngadiprono kecamatan Kedu Prasasti Gondosuli di Desa Gondosuli Kecamatan Bulu Pinusan Sigrowong di kecamatan Kandangan Sidempul Camping Ground berupa arena outbox dan berkemah serta merupakan tempat melihat matahari terbit yang terletak di Desa Bansari Kecamatan Bansari Makam Ki Ageng Makukuhan di Kedu Candi Pringapus di Desa Pringapus kecamatan Ngadirejo Embung Kledung, merupakan waduk buatan yang diapit oleh gunung Sindoro dan gunung Sumbing Pendakian gunung Sindoro via Kledung dan Bansari Pendakian gunung Sumbing via Pagergunung dan Banaran Pendakian gunung Prau via Wates Pendakian gunung Kendil via dusun Sibajak Desa Canggal kecamatan Candiroto Bukit Kembang Arum terletak di Desa Prangkokan kecamatan Bejen Situs Liyangan, berupa kompleks Mataram Kuno dilengkapi dengan kolam renang alam berbentuk hati terletak di Desa Purbosari kecamatan Ngadirejo Kledung Rest Area, taman wisata untuk sekadar beristirahat selama perjalanan jauh dengan panorama gunung Sumbing dan gunung Sindoro Perkebunan kopi, peternakan sapi perah, dan Taman Doa yang berada di Pertapaan Santa Maria Rawaseneng, Desa Ngemplak Makam Ki Ageng Sumo Maruto dan Bukit Mbelang Sari di Mblawong Kulon Jembatan Sekrikil Parakan Embung Bansari, Desa Pringapus, Bansari Wisata Sunrise Sunset Botorono Jembatan Sigandul, Kledung Kesehatan Fasilitas kesehatan yang ada di Kabupaten Temanggung : RSUD Temanggung, Tipe B terletak di Jl Gadah Mada 1A Walitelon Temanggung RS Kristen Ngesti Waluyo terletak di Wanutengah kecamatan Parakan Temanggung RSB Gunung Sawo II: Jl Gatot Subroto KM 2 Manding Temanggung RS PKU Muhammadiyah Temanggung terletak di Jl Raya Kedu KM 2 Kalisat Campursari Bulu Temanggung Puskesmas Rawat Inap adalah Puskesmas Bejen, Ngadirejo, Selopampang, dan Gemawang Puskesmas Non Rawat Inap adalah Puskesmas Candiroto, Parakan, Traji (Parakan 2), Tretep, Wonoboyo, Kledung, Jumo, Kedu, Bulu, Kandangan, Kaloran, Tepusen (Kaloran 2), Kranggan, Pare (Kranggan 2), Tembarak, Temanggung, Dharmarini (Temanggung 2), Pringsurat, Rejosari (Pringsurat 2), Banjarsari (Ngadirejo 2), Tlogomulyo Pendidikan Perguruan tinggi di Kabupaten Temanggung, yaitu: Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung. Akademi Keperawatan Alkautsar Temanggung. STIKES Ngesti Waluyo Temanggung. Untuk daftar Sekolah SD sederajat, SMP sederajat, dan SMA sederajat bisa dilihat pada Daftar Sekolah di Kabupaten Temanggung Media Massa Kabupaten Temanggung memiliki sejumlah media massa, baik cetak, online, televisi dan radio yaitu: Temanggung TV TEMANGGUNGAREA.COM Radio eRTe FM Temanggung Santika FM milik PCNU Temanggung Radio Shofar FM Listen Live–107.7 MHz FM BEST FM Temanggung Radio DSS FM 91.9 MHz Ofa Radio FM 101.5 MHz Radio POP FM Temanggung FM 103.1 MHz Radio Komunitas Shofar Temanggung FM 107.7 MHz Suara Merdeka Kedu Magekang Ekspres Hariantemanggung.com Temanggungdaily.com Kabtemanggung.com Temanggungan.com Kabartemanggung.com Transportasi Kabupaten ini dilalui jalan lintas Semarang–Purwokerto, jalan Nasional dan jalan Provinsi menuju Pantura ke Kendal via Parakan. Transportasi Lain Angkutan kota wilayah Kabupaten Temanggung dan beberapa rute yang menghubungkan Kabupaten Magelang dengan Kabupaten Wonosobo Stasiun Kabupaten Temanggung memiliki 4 stasiun di Jalur kereta api Secang–Parakan yang sudah berhenti beroperasi, diantaranya: Stasiun Parakan Stasiun Kedu Stasiun Temanggung Halte Maron Ekonomi Pertanian dan Industri Temanggung adalah kabupaten yang mengandalkan sektor pertanian. Industri yang berkembang adalah industri yang mengolah dan mendukung pengolahan produk-produk pertanian. Industri yang menonjol adalah industri pengolahan kayu. Masyarakat Kabupaten Temanggung sangat bergantung kepada iklim dan cuaca yang mendukung hasil panen Tembakau (Temanggung bagian lereng Sindoro-Sumbing dan sebagian besar wilayah tengah dan selatan Temanggung) sementara Kopi (dan sebagian kecil cengkih) adalah komoditas di wilayah utara Temanggung. Berkembang juga sentra-sentra penjualan sayur mayur dan peternakan-peternakan ayam petelur. Tokoh Daerah Temanggung Pemimpin Daerah Lihat Daftar Bupati Temanggung Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat KH. Yacub Mubarok (Ketua MUI Temanggung) KH. Muhammad Furqon (Ketua Tanfidziyah PCNU Temanggung) Drs. KH. Asy’ari Muhadi (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Temanggung) Drs. H. Nur Makhsun, M.S.I (Ketua BPP Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung) Ahmad Sholeh (Ketua FKUB Temanggung) Bante Titak Sado (Pemuka Agama Budha) Seniman, Sastrawan, dan Budayawan Ariem Christiawan alias Wawan TMG (Sound Engginering Republik Cinta Management) Chamid Arang (Pelukis) Dr. Rokhmad, M.S.I (Pelukis) Djadoeg Djajakusuma Didik Hadiprayitno, SST Yudiono K.S. Dhatu Rembulan (Selebgram, Istri Vokalis The Changcuters) Titiek Puspa James Tapz ( Fotografer ) Politisi Mohamad Roem H. Sujadi Saddat Muchamad Nabil Haroen Prof. Dr. Bambang Sudibyo, M.B.A. Agus Santosa Denty Eka Widi Pratiwi, SE., MH Adi Wibowo Ir. Panggah Susanto, M.M. Akademisi dan Ilmuwan Prof. Dr. H. Zaini Dahlan, MA Agung H. Soehedi dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D. Dr. H. Muh. Baehaqi, M.M. (Rektor Institut Islam Nahdlatul Ulama Temanggung) Tri Suraning Wulandari, S.Kep., Ns., M.Kes (Akademi Keperawatan Alkautsar Temanggung) Prihanto, S.Kep., Ns., M.Kes. (Ketua STIKES Ngesti Waluyo) Hamidulloh Ibda Atlet dan Olahragawan Muhammad Yunus Rosaria Yusfin Pungkasari Budiyono (Juara Pertama Kejuaraan Nasional XC CliniC Paralayang 2019) Tomy Eko Kartika (Ketua KONI Kabupaten Temanggung) Hari Fitriyanto ( Atlet panahan Barebow Indonesia ) Ekonom dan Pengusaha Siti Chalimah Fadjriah Topek Budi Setyawan (HIPMI) Temanggung) Tokoh Militer Letnan Jenderal TNI (Purn.) Tjokropranolo Brigjen. Pol. Drs. Torik Triyono, M.Si Laksamana Pertama TNI Taat Siswo Sunarto, S.E., M.Si Letnan Jenderal TNI (Purn.) Kentot Harseno AKBP Bogiek Sugiyarto, S.H., S.I.Kaa Bangun Nawoko Irjen Pol Suharyono, S.H., S.I.K Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Barat sejak 14 Oktober 2022 hingga sekarang Olahraga Sepak Bola Persitema Temanggung , klub yang memang menjadi kebanggaan masyarakat Kabupaten Temanggung ini berada di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia Musim 2011–2014 Dan 2018–Sekarang berada di Liga 3 2020 Regional Jateng Referensi Pranala luar Temanggung Temanggung Jawa Tengah
4109
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Wonogiri
Kabupaten Wonogiri
Wonogiri () adalah sebuah wilayah Kabupaten di Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Wonogiri. Secara geografis Wonogiri berlokasi di bagian tenggara Provinsi Jawa Tengah. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, bagian selatan langsung di bibir Pantai Selatan, bagian barat berbatasan dengan Gunungkidul di Yogyakarta, Bagian timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Pacitan. Luas kabupaten ini 1.822,37 km² dengan populasi 928.904 jiwa (2016) dan meningkat menjadi 1.043.576 pada 2021. Kepadatan penduduk kabupatèn Wonogiri mencapai 523/km² dan menjadi wilayah tersepi kedua di provinsi Jawa Tengah. Sejarah Sejarah berdirinya Kabupaten Wonogiri dimulai dari embrio "kerajaan kecil" di bumi Nglaroh Desa Pule Kecamatan Selogiri. Di daerah inilah dimulainya penyusunan bentuk organisasi pemerintahan yang masih sangat terbatas dan sangat sederhana, yang di kemudian hari menjadi simbol semangat pemersatu perjuangan rakyat. Inisiatif untuk menjadikan Wonogiri (Nglaroh) sebagai basis perjuangan Raden Mas Said, adalah dari rakyat Wonogiri sendiri (Wiradiwangsa) yang kemudian didukung oleh penduduk Wonogiri pada saat itu. Mulai saat itulah Nglaroh menjadi daerah yang sangat penting, yang melahirkan peristiwa-peristiwa bersejarah di kemudian hari. Tepatnya pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabi'ul awal (Mulud) Tahun Jumakir, Windu Senggoro: Angrasa retu ngoyang jagad atau 1666, dan apabila mengikuti perhitungan masehi maka menjadi hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 (Kahutaman Sumbering Giri Linuwih), Nglaroh telah menjadi kerajaan kecil yang dikuatkan dengan dibentuknya kepala penggawa dan patih sebagai perlengkapan (institusi pemerintah) suatu kerajaan walaupun masih sangat sederhana. Masyarakat Wonogiri dengan pimpinan Raden Mas Said selama penjajajahan Belanda telah pula menunjukkan reaksinya menentang kolonial. Jerih payah pengeran Samber Nyawa (Raden Mas Said) ini berakhir dengan hasil sukses terbukti dia dapat menjadi Adipati di Mangkunegaran dan Bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya ( KGPAA) Mangkunegoro I. Peristiwa tersebut diteladani hingga sekarang karena berkat sikap dan sifat kahutaman ( keberanian dan keluhuran budi ) perjuangan pemimpin, pemuka masyarakat yang selalu didukung semangat kerja sama seluruh rakyat di Wilayah Kabupaten Wonogiri. Geografi Kabupaten Wonogiri terletak pada garis lintang 7°32'–8°15' Lintang Selatan dan garis bujur 110°41'–111°18' Bujur Timur dengan luas wilayah 182.236 Ha. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama di bagian selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang merupakan mata air dari Bengawan Solo. Batas wilayah Kabupaten Wonogiri berbatasan langsung dengan wilayah: Topografi Lahan di Kabupaten Wonogiri sebagian besar datar, yaitu sekitar 52% dari seluruh wilayah merupakan lahan dengan kemiringan <15%. Sedangkan wilayah yang agak bergelombang memiliki kemiringan antara 15–40% atau sekitar 26% dari luas wilayah dan sisanya sekitar 22% merupakan wilayah dengan kemiringan lahan lebih dari 40 %. Kondisi topografi sebagian wilayah Kabupaten Wonogiri adalah dataran rendah dengan ketinggian antara 100–500 m dari permukaan air laut. Sebagian lagi dari wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan dataran tinggi dengan ketinggian ≥500 m dengan relief yang cukup bergelombang. Kecamatan yang memiliki ketinggian ≥500 m dari permukaan air laut adalah Kecamatan Jatiroto dan Karangtengah. Geologi Keadaan Geologi di kabupaten Wonogiri adalah batuan yang tersingkap berumur dari Oligosen hingga Holosen, terdiri atas batuan sedimen, batuan gunung berapi, batuan terobosan dan endapan permukaan. Struktur Geologi yang dijumpai di Kabupaten Wonogiri berupa lipatan sesar dan kekar, umumnya mempunyai arah barat–timur dan barat laut–tenggara. Satuan perbukitan Karst atau Batu Gamping terletak di bagian barat daya dan selatan Kabupaten Wonogiri morfologi ini dicirikan dengan lembah-lembah dan bukit-bukit agak terjal, sempit, berelief agak kasar, kemiringan lereng umumnya berkisar 15 – 30%. Di beberapa tempat di bagian selatan Kabupaten Wonogiri dicirikan dengan adanya gua-gua dan sungai bawah tanah sedangkan penggunaan tanahnya di daerah ini merupakan hutan jati, kebun campur, semak belukar, dan permukiman. Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kabupaten Wonogiri beriklim muson tropis dengan dua musim yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yaitu musim hujan yang dipengaruhi angin muson baratan yang bersifat basah dan lembap dan musim kemarau yang dipengaruhi angin musim timuran yang bersifat kering dan dingin. Musim kemarau berlangsung pada periode angin muson timur–tenggara di bulan Mei–Oktober dengan puncak musim kemarau adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim hujan berlangsung pada periode angin muson barat laut–barat daya di bulan November–April dengan puncak musim hujan adalah bulan Januari & Februari yang curah hujan bulanannya lebih dari 320 mm per bulan. Curah hujan tahunan di Wonogiri berkisar antara 1.700–2.100 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 90–150 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah Wonogiri bervariasi berdasarkan elevasi atau ketinggian muka tanah, tetapi suhu udara rata-rata di wilayah berkisar antara 20°–33 °C, pengecualian untuk wilayah dataran tinggi yang rata-rata suhu udaranya bisa kurang dari 21 °C. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Ekonomi Pertanian Secara umum, wilayah Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 2 kelompok. Wilayah selatan yang membentang dari perbatasan Kabupaten Pacitan (Provinsi Jawa Timur) sampai perbatasan Kabupaten Gunungkidul (Provinsi DIY) adalah wilayah yang kaya dengan pegunungan kapur. Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang (palawija) dengan ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur. Sedangkan wilayah utara yang membentang dari area timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), area utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan area barat berbatasan dengan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, memiliki karakteristik yang relatif mendukung untuk pertanian. Curah hujan yang cukup, dengan dukungan irigasi yang optimal, mampu mendukung budaya pertanian yang lebih menjanjikan dibandingkan wilayah selatan. Hamparan sawah banyak dijumpai pada area ini. Perkebunan Secara umum, seluruh wilayah Kabupaten Wonogiri masih mampu memberikan hasil pertanian dan perkebunan yang melimpah. Singkong (manihot), Coklat (cacao), Kacang Mede, Emping Melinjo, sayur-sayuran, merupakan contoh hasil perkebunan yang relatif baik. Mede juga menjadi salah satu sektor andal di bidang perkebunan untuk daerah Wonogiri bagian timur. Industri Di bidang industri, Kabupaten Wonogiri memiliki beberapa perusahaan yang maju. Deltomed Laboratories dan Air Mancur contoh perusahaan jamu yang maju. Menghasilkan produk-produk jamu kemasan modern, perusahaan ini termasuk salah satu industri yang mampu bersaing di tingkat nasional. Industri jamu juga terdapat pada level industri kecil, di mana banyak perajin jamu yang memasarkan di pasaran lokal. Banyak pula perajin jamu yang merantau ke luar daerah, lalu eksis di kota-kota besar di Indonesia. Di samping jamu, Kabupaten Wonogiri juga memiliki industri makanan bakso. Sebagaimana perajin jamu, mereka juga banyak yang merantau ke luar daerah, lalu mendapatkan hasil yang memuaskan. Industri transportasi di Kabupaten Wonogiri juga turut memberikan sumbangan. Beberapa perusahaan transportasi bus AKAP (antar kota antar provinsi) banyak terdapat dan dimiliki oleh pengusaha lokal. Rata-rata mereka melayani rute ke arah Jakarta, beberapa kota di Provinsi Jawa Barat, pulau Sumatra dan kota Denpasar. Industri batu akik yang berlokasi di Kecamatan Giriwoyo juga menjadi salah satu potensi penggerak ekonomi di Kabupaten Wonogiri. Beberapa industri kecil dan menengah di Kabupaten Wonogiri yang juga potensial dan sedang menggeliat adalah sektor industri furniture dan batik. Telekomunikasi Perkembangan layanan telekomunikasi telah pula membantu Kabupaten Wonogiri untuk bisa mendapatkan layanan telekomunikasi yang baik. PT Telekomunikasi Indonesia telah menempatkan satu kantor layanan. Dengan STO (Sentral Telepon Otomatis) berkapasitas lebih dari 3000 nomor, masih didukung dengan ekspansi operator seluler, layanan telekomunikasi telah mampu dinikmati. Hampir semua operator (Telkomsel, Excelcom, Indosat) telah memasang perangkat BTS (Base Transceiver Station) di pusat kota Wonogiri. Telkomsel telah merambah beberapa kota kecamatan, disusul juga BTS dari Smartfren. Transportasi Bus Di samping dengan kota-kota terdekat, perusahaan bus terbanyak mengambil rute Wonogiri-Jakarta. Sehingga siapapun yang keluar masuk kota Wonogiri tidak perlu susah, dengan adanya transportasi bus ini. Bus yang mengambil rute Wonogiri-Jakarta di antaranya: Agra Mas Sedya Mulya Laju Prima Tunggal Daya Tunggal Dara Putera Haryanto Sindoro Satriamas Sudiro Tungga Jaya Gunung Mulia Putera Mulya Sinar Jaya Timbul Jaya Rosalia Indah Gajah Mungkur GMS (Gajah Mulia Sejahtera) Sari Giri Sumba Putra Bandung Express (Tujuan Bandung) Selain itu, terdapat angkutan antar provinsi dengan menggunakan kendaraan microbus, yang bisa melayani dari pintu ke pintu. Terdapat rencana pengoperasian layanan Trans Jateng pada tahun 2023. Kereta Melalui jalur Kereta, Wonogiri hanya terhubung dengan Surakarta. Biasanya kereta penumpang hanya 1 kali masuk dan keluar Wonogiri menuju arah Kota Surakarta. Sekarang sudah ada pengganti KA. Feeder Surakarta-Wonogiri yaitu sebuah kereta atau bus rel yang bernama Railbus 'Batara Kresna' yang telah diresmikan oleh Menteri Perhubungan Freddy Numberi pada tanggal 26 Juli 2011 bersama wali Kota Surakarta Joko Widodo. Kereta ini terdiri dari satu rangkaian dengan tiga gerbong berkapasitas 160 orang dan merupakan produk dari PT Inka Madiun. Kelebihan railbus ini adalah dapat melaju hingga kecepatan 100 km/jam dan merupakan pertama dan satu-satunya di Pulau Jawa, serta dilengkapi dengan pendingin ruangan (AC). Namun sayangnya hingga saat ini railbus ini belum dioperasikan karena masih dalam penempurnaan di INKA Madiun, serta menunggu perbaikan jalur KA Sukoharjo-Wonogiri selesai. Pesawat Akses pesawat udara ke Kabupaten Wonogiri dapat dilakukan dengan cara mendarat melalui dua bandara terdekat yaitu Bandar Udara Adisumarmo di Surakarta dan Bandar Udara Adisucipto atau Bandar Udara Yogyakarta di Yogyakarta. Selanjutnya dapat naik kendaraan umum atau sewaan ke Wonogiri. Pariwisata Di Kabupaten Wonogiri terdapat banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi. Baik wisata spiritual, petualangan, wisata pantai, wisata alam dan lain sebagainya. Di antaranya objek wisata Waduk Gajah Mungkur, Wisata Pantai Nampu & wisata Gantole. Terdapat sebuah situs bersejarah bernama "Kahyangan" di Dusun Dlepih, Tirtomoyo, yang jaraknya sekitar 47 km dari ibu kota Kabupaten Wonogiri. Dari Kota Wonogiri, pengunjung bisa naik bus dari Terminal Bus Giriwono dan naik minibus dari dekat Ponten (dekat Kantor Badan Pertanahan), jurusan Tirtomoyo. Dari Tirtomoyo, bisa naik angdes jurusan Kahyangan atau Sukarjo. Sampai sekarang belum ada angdes yang bisa masuk sampai Kahyangan, sehingga harus dilanjutkan jalan kaki sekitar 1 Km. Pengunjung berkendaraan bisa langsung sampai ke tempat parkir Kahyangan. Desa Taman, di mana Kahyangan berada, dulunya merupakan sentra batik tulis, yang produknya banyak disetorkan ke Surakarta, untuk diproses lanjut. Banyak warga desa yang bergerak di bidang yang berhubungan dengan batik, baik sebagai pembatik, pembuat patron, pemasok kain mori. Akan tetapi, seiring dengan diperkenalkannya teknik pembuatan genting press, yang hasilnya cepat diperoleh, maka semakin lama industri batik semakin tergeser. Sesampai di Kahyangan, pengunjung akan mendapati gua yang terletak di atas kedung. Konon, tempat itu sebagai tempat bersemedinya Danang Suto Wijoyo, atau yang dikenal dengan Panembahan Senopati, raja pertama Kerajaan Mataram Islam. Selain itu, terdapat pula air terjun, dan puncak Kahyangan yang konon merupakan tempat di mana Sutowijoyo menemuai Kanjeng Ratu Kidul, sehingga bagi yang mempercayai hal tersebut, dilarang memakai baju yang berwarna hijau. Tempat itu sangat ramai di malam menjelang pergantian tahun Jawa (Bulan Suro). Watu cenik merupakan destinasi wisata petualangan dan tempat terbaik menikmati keindahan waduk gajah Mungkur, serta ada spot Selfie terbaik yaitu daerah Soko gunung, menyajikan pemandangan yang indah,Soko gunung sendiri terletak dekat puncak joglo yang merupakan tempat untuk tinggal landas gantole. Dan tempat wisata tersebut sekarang dikelola oleh BUMDES sendang pinilih. Desa Sendang. Di Kecamatan Selogiri terdapat air terjun yang tersembunyi,yang bernama "Air Terjun Melati" untuk menacapai ke air terjun sekarang sudah bisa memakai kendaraan bermotor,di perjalanan menuju air terjun kita disuguhi pemandangan gunung dan hutan yang masih asri sesampainya di air terjun pengunjung akan dibuat takjub dengan pemandangan nya. (dirgam08) Kuliner Khas Terkenal dengan Nasi Tiwul, beraneka jenis makanan khas tersedia di Wonogiri. Kacang Mede merupakan makanan yang berasal dari biji buah Jambu Mede (Jambu Monyet) yang memang banyak terdapat di wilayah Wonogiri. Sedangkan Emping merupakan makanan yang berasal dari biji buah Melinjo. Biji buah dikupas, lalu ditumbuk sampai berbentuk lempengan kecil. Kedua jenis makanan ini disajikan setelah terlebih dahulu digoreng sampai kecoklatan. Cabuk adalah makanan sejenis sambal yang berasal dari biji Wijen yang dicampur dengan bumbu masak. Berbentuk pasta, warna hitam, terbungkus daun pisang. Juga ada makanan dari singkong yang disebut "Pindang", ini berasal dari tepung singkong yang dimasak dengan daging kambing, yang terkenal di Kecamatan Ngadirojo. Saat pagi hari juga sering dapat dijumpai Kue Serabi di beberapa tempat di dekat Pasar Kota Wonogiri dan tempat lainnya di berbagai kecamatan di wilayah Wonogiri. Makanan khas adalah Bakso dan Mie Ayam yang merupakan kuliner tradisional asli daerah Wonogiri, Jawa Tengah. Kuliner ini memiliki citarasa yang khas, oleh sebab itu di Jakarta banyak sekali Tukang Bakso atau Mie Ayam dari Wonogiri. Selain itu pada malam hari, banyak juga pedagang makanan lesehan yang tersebar sepanjang jalan-jalan di Wonogiri, dan daerah sekitarnya dengan beraneka jenis makanan. Pusat jajanan khas Wonogiri ada di dekat kantor Kecamatan Selogiri, kurang lebih 5 km dari pusat Kota Wonogiri ke arah Kota Surakarta. Sebagai tambahan tentang makanan khas yang disebut "Cabuk", akan lebih nikmat apabila disantap bersama-sama dengan "Gudangan" yaitu makanan yang berupa sayur-sayuran yang telah direbus dan dicampur dengan sambal dari cabai dan parutan kelapa. Kesehatan Tersedia beberapa layanan rumah sakit, di antaranya: Rumah Sakit Umum Sudiro Mangun Sarkoro Wonogiri Rumah Sakit Marga Husada Rumah Sakit Medika Mulya Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Rumah Sakit Bersalin Fitri Candra Rumah Sakit Anak Astrini Rumah Sakit Maguan Pracimantoro Rumah Sakit Amal Sehat Slogohimo Dan beberapa rumah sakit di berbagai kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Pendidikan Sekolah Dasar SD Negeri 1 Wonogiri SD Negeri 2 Nambangan SD Negeri 3 Wonogiri SD Negeri 4 Wonogiri SD Negeri 6 Wonogiri SD Negeri 7 Wonogiri SD Negeri 8 Wonogiri SD Negeri 1 Giriwono SD Negeri Kaloran SD Kanisius Wonogiri SD Negeri 2 Kismantoro Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Wonogiri SMP Pangudi Luhur Giriwoyo SMP Negeri 2 Wonogiri SMP Negeri 3 Wonogiri SMP Negeri 4 Wonogiri SMP Negeri 5 Wonogiri SMP Negeri 6 Wonogiri SMP Negeri 7 Wonogiri SMP Negeri 1 Ngadirojo SMP Negeri 2 Ngadirojo SMP Negeri 3 Ngadirojo SMP Negeri 1 Baturetno SMP Negeri 1 Girimarto SMP Negeri 2 Girimarto SMP Negeri 3 Girimarto SMP Negeri 1 Jatipurno SMP Negeri 2 Jatipurno SMP Negeri 1 Jatisrono SMP Negeri 2 Jatisrono SMP Negeri 3 Jatisrono SMP Negeri 4 Jatisrono SMP Negeri 1 Slogohimo SMP Negeri 2 Slogohimo SMP Negeri 3 Slogohimo SMP Negeri 1 Sidoharjo SMP Negeri 1 Purwantoro SMP Negeri 2 Purwantoro SMP Negeri 3 Purwantoro SMP Negeri 4 Purwantoro SMP Negeri 1 Kismantoro SMP Negeri 3 Karangtengah SMP Negeri 2 Kismantoro SMP Negeri 3 Kismantoro SMP Negeri 1 Eromoko SMP Negeri 2 Eromoko SMP Negeri 1 Bulukerto SMP Negeri 2 Bulukerto SMP Negeri 3 Bulukerto SMP Negeri 1 Puhpelem SMP Negeri 2 Puhpelem SMP Negeri 1 Manyaran SMP Negeri 2 Manyaran SMP Negeri 1 Wuryantoro SMP Negeri 2 Wuryantoro SMP Negeri 1 Selogiri SMP Negeri 2 Selogiri SMP Negeri 3 Selogiri SMP Negeri 1 Pracimantoro SMP Negeri 2 Pracimantoro SMP Negeri 3 Pracimantoro SMP Negeri 4 Pracimantoro SMP Negeri 1 Giritontro SMP Negeri 2 Giritontro SMP Negeri 1 Paranggupito SMP Negeri 2 Paranggupito SMP Kanisius Wonogiri SMP Gajahmungkur 8 Pracimantoro SMP Pancasila Pracimantoro SMP IT Al Huda Wonogiri MTs Negeri 1 Wonogiri MTs Negeri 2 Wonogiri MTs Al Ma'arif 1 Tirtomoyo MTs Al Ma'arif 2 Tirtomoyo MTs Al Muayad Tirtomoyo MTs Sudirman Jatisrono MTs Guppi Jatiroto MTs Sunan Gunung Jati Kismantoro MTs Negeri Purwantoro MTs Munzalam Mubaroka Bulukerto MTs Sunan Kalijaga Bulukerto MTs Ar Rahman Slogohimo MTs Nurul Burhan Batuwarno MTs Negeri Manyaran MTs Al Iman Ngadirojo MTs Sudirman Ngadirojo MTs Sudirman Pracimantoro MTs Negeri Nguntoronadi MTs Muhammadiyah Giritontro MTs Muhammadiyah Tukulrejo Giriwoyo MTs Muhammadiyah 3 Giriwoyo MTs Muhammadiyah 4 Tawangharjo Giriwoyo SMP Negeri 2 Jatiroto Sekolah Menengah Atas SMA yang berada di Wonogiri berjumlah 18+ sekolah. Dengan perincian sebagai berikut: SMA Negeri 1 Wonogiri SMA Pangudi Luhur Giriwoyo SMA Pancasila 3 Paranggupito SMA Negeri 1 Sidoharjo SMA Negeri 2 Wonogiri SMA Negeri 3 Wonogiri SMA Negeri 1 Manyaran SMA Negeri 1 Purwantoro SMA Negeri 1 Pracimantoro SMA Negeri 1 Wuryantoro SMA Negeri 1 Baturetno SMA Negeri 1 Jatisrono SMA Negeri 1 Slogohimo SMA Negeri 1 Girimarto SMA Negeri 1 Nguntoronadi SMA Pancasila 1 Wonogiri SMA Kanisius Harapan MAN 1 Wonogiri SMA Pangudiluhur Giriwoyo MA Gani Tirtoasri MA Sunan Gunung Jati Kismantoro MA Al-Barokah Purwantoro SMA IT Al Huda Wonogiri SMK Negeri 1 Jatiroto SMK Negeri 1 Wonogiri SMK Negeri 2 Wonogiri SMK Negeri 1 Bulukerto SMK Negeri 1 Kismantoro SMK Negeri Kelautan Giritontro SMK Amerta Wonogiri SMK Bakti Nusantara Sidoharjo SMK Gajahmungkur 1 Wuryantoro SMK Gajah Mungkur 2 Giritontro SMK Gajah Mungkur Wonogiri SMK Giri Wacana Eromoko SMK Ibu S. Soemoharmanto SMK Karya Media Tirtomoyo SMK Muhammadiyah 1 Baturetno SMK Muhammadiyah 1 Wonogiri SMK Muhammadiyah 2 Wuryantoro SMK Muhammadiyah 3 Giriwoyo SMK Muhammadiyah 4 Wonogiri SMK Muhammadiyah 5 Purwantoro SMK Muhammadiyah 6 Tirtomoyo SMK Panca Marga Bhakti Baturetno SMK Pancasila 1 Wonogiri SMK Pancasila 2 Jatisrono SMK Pancasila 3 Baturetno SMK Pancasila 4 (Tri Darma) Baturetno SMK Nusantara Wonogiri SMK Pancasila 6 Jatisrono SMK Pancasila 7 Pracimantoro SMK Pancasila 8 Slogohimo SMK Pancasila 9 Giriwoyo SMK Pancasila 10 Wuryantoro SMK Pancasila Baturetno SMK PGRI 1 Wonogiri SMK PGRI 2 Wonogiri SMK Ristek Nguntoronadi SMK Sudirman 1 Wonogiri SMK Sudirman 2 Wonogiri SMK Sultan Agung Tirtomoyo SMK Veteran Manyaran SMK Negeri 1 Pracimantoro Perguruan Tinggi Kampus Duta Bangsa Wonogiri Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti (STAIMAS) Akbid Giri Satria Husada Akper Giri Satria Husada Sekolah Tinggi Agama Kristen Bina Muda Wirawan (STAK BMW) Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya (STABN Raden Wijaya) Referensi Pranala luar Website Bagian Humas Pemerintah Kabupaten Wonogiri Wonogiri Wonogiri
4110
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Wonosobo
Kabupaten Wonosobo
Wonosobo () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Wonosobo Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Magelang di timur, Kabupaten Purworejo di selatan, Kabupaten Kebumen dan Kabupaten Banjarnegara di barat, serta Kabupaten Batang dan Kabupaten Kendal di utara. Kabupaten Wonosobo berdiri 24 Juli 1825 sebagai kabupaten di bawah Kesultanan Yogyakarta seusai pertempuran dalam Perang Diponegoro. Kyai Moh. Ngampah, yang membantu Diponegoro, diangkat sebagai bupati pertama dengan gelar Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Setjonegoro. Etimologi Kata Wonosobo berasal dari bahasa Jawa: Wanasaba, yang secara harfiah berarti "tempat berkumpul di hutan". Bahasa Jawa sendiri mengambilnya dari bahasa Sanskerta: vanasabhā yang artinya kurang lebih sama. Kedua kata ini juga dikenal sebagai dua buku dari Mahabharata: "Sabhaparwa" dan "Wanaparwa". Lambang Daerah Arti lambang daerah kabupaten Wonosobo adalah sebagai berikut: Garis-garis vertikal berwarna hitam artinya curah hujan yang turun mempunyai intensitas yang tinggi. Dua buah gunung menandakan bahwa Kota Wonosobo yang ASRI berada di bawah kaki Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing. Garis bergelombang melintang horisontal berwarna kuning sebagai tanda bahwa di daerah Wonosobo banyak terdapat sumber mata air. Padi dan Kapas yang tergambar di tepi pledge menandakan bahwa Wonosobo adalah daerah subur. Tulisan SWATANTRA di pita putih mempunyai tekad menjadikan Wonosobo sebagai daerah yang mandiri. Sejarah Berdasarkan cerita rakyat, pada awal abad ke-17 tersebutlah 3 orang pengelana masing-masing bernama Kiai Kolodete, Kiai Karim dan Kiai Walik, mulai merintis permukiman yang diketahui saat ini bernama Wonosobo. Selanjutnya, Kiai Kolodete bermukim di Dataran Tinggi Dieng, Kiai Karim bermukim di daerah Kalibeber dan Kiai Walik bermukim di sekitar Kota Wonosobo sekarang. Di kemudian hari, dikenal beberapa tokoh penguasa daerah Wonosobo seperti Tumenggung Kartowaseso sebagai penguasa daerah Wonosobo yang pusat kekuasaannya di Selomanik. Dikenal pula tokoh yang bernama Tumenggung Wiroduta sebagai penguasa Wonosobo yang pusat kekuasaannya di Pecekelan-Kalilusi, yang selanjutnya dipindahkan ke Ledok, Wonosobo, atau Plobangan saat ini. Salah seorang cucu Kiai Karim juga disebut sebagai salah seorang penguasa Wonosobo. Cucu Kiai Karim tersebut dikenal sebagai Ki Singowedono yang telah mendapat hadiah suatu tempat di Selomerto dari Keraton Mataram serta diangkat sebagai penguasa daerah ini namanya diganti menjadi Tumenggung Jogonegoro. Pada masa ini pusat kekuasaan dipindahkan ke Selomerto. Setelah meninggal dunia, Tumenggung Jogonegoro dimakamkan di Desa Pakuncen. Selanjutnya pada masa Perang Diponegoro ( 1825–1830 ), Wonosobo merupakan salah satu basis pertahanan pasukan pendukung Diponegoro. Beberapa tokoh penting yang mendukung perjuangan Diponegoro adalah Imam Misbach atau kemudian dikenal sebagai Tumenggung Kertosinuwun, Mas Lurah atau Tumenggung Mangkunegaran, Gajah Permodo dan Kiai Muhamad Ngarpah. Dalam pertempuran melawan Belanda, Kiai Muhamad Ngarpah berhasil memperoleh kemenangan yang pertama. Atas keberhasilan itu, Pangeran Diponegoro memberikan nama kepada Kiai Muhamad Ngarpah dengan nama Tumenggung Setjonegoro. Selanjutnya Tumenggung Setjonegoro diangkat sebagai penguasa Ledok dengan gelar nama Tumenggung Setjonegoro. Eksistensi kekuasaan Setjonegoro di daerah Ledok ini dapat dilihat lebih jauh dari berbagai sumber termasuk laporan Belanda yang dibuat setelah Perang Diponegoro berakhir. Disebutkan pula bahwa Setjonegoro adalah bupati yang memindahkan pusat kekuasaan dari Selomerto ke daerah Kota Wonosobo saat ini. Dari hasil seminar Hari Jadi Wonosobo 28 April 1994, yang dihadiri oleh Tim Peneliti dari Fakultas Sastra UGM, Muspida, Sesepuh dan Pinisepuh Wonosobo termasuk yang ada di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Pimpinan DPRD dan Pimpinan Komisi serta Instansi Pemerintah Wonosobo yang telah menyepakati Hari Jadi Wonosobo jatuh pada tanggal 24 Juli 1825. Geografi Sebagian besar area Kabupaten Wonosobo adalah daerah pegunungan. Bagian timur (perbatasan dengan Kabupaten Temanggung) terdapat dua gunung berapi: Gunung Sindoro (3.136 meter) dan Gunung Sumbing (3.371 meter). Daerah utara merupakan bagian dari Dataran Tinggi Dieng, dengan puncaknya Gunung Prahu (2.565 meter), Telaga Menjer, dan Danau Cebong. Di sebelah selatan wilayah dataran rendah wonosobo, terdapat Waduk Wadaslintang. Ibu kota Kabupaten Wonosobo berada di tengah-tengah daerah kabupaten, yang merupakan daerah hulu Kali Serayu. Wonosobo dilintasi jalan provinsi yang menghubungkan Semarang-Purwokerto. Batas wilayah Batas wilayah Kabupaten Wonosobo yaitu : Topografi Topografi wilayah Kabupaten Wonosobo memiliki ciri yang berbukit dan bergunung, terletak pada ketinggian antara 200 sampai 2.250 m di atas permukaan laut. Kelerengan merupakan suatu kemiringan tanah dimana sudut kemiringan dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal dan dinyatakan dalam persen. Kabupaten Wonosobo dibagi menjadi 7 wilayah kemiringan, yaitu : Wilayah dengan kemiringan antara 0,00–2,00% seluas 1052,263 ha atau 1,04% dari seluruh luas wilayah, banyak dijumpai di Kecamatan Selomerto dan Kecamatan Kertek; Wilayah dengan kemiringan antara 2,00–5,00% seluas 22969,5 ha atau 22,89% dari luas seluruh wilayah, banyak terdapat di 13 Kecamatan selain Kecamatan Watumalang dan Kecamatan Kalibawang; Wilayah dengan kemiringan antara 5,00–8,00% seluas 8143,769 ha atau 8,11% dari luas wilayah total, tersebar merata di 14 Kecamatan selain Kecamatan Watumalang; Wilayah dengan kemiringan antara 8,00–15,00% seluas 55434,85 ha atau 55,2% dari seluruh luas wilayah yang tersebar secara merata di semua Kecamatan; Wilayah dengan kemiringan antara 15,00–25,00% seluas 11101,6 ha atau 11,06% dari seluruh luas wilayah terdapat di semua kecamatan kecuali Kecamatan Wonosobo; Wilayah dengan kemiringan antara 25,00–40,00% seluas 1479,631 ha atau 1,47% dari luas wilayah total, terdapat di Kecamatan Kejajar, Garung, dan Kalikajar; dan Wilayah dengan kemiringan lebih dari 40,00% seluas 142,362 ha atau 0,14% dari luas wilayah total, terdapat di Kecamatan Kejajar. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Susunan perangkat daerah Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (DISDIKPORA) Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBPPPA) Dinas Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DISPAPERKAN) Dinas Kesehatan (DINKES) Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Dinas Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (DISDAGKOPUKM) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (DISPARBUD) Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Perhubungan (DISPERKIMHUB) Dinas Sosial, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DINSOSPMD) Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (DISDUKCAPIL) Dinas Komunikasi dan Informatika (DISKOMINFO) Dinas Tenaga Kerja, Perindustrian, dan Transmigrasi (DISNAKERINTRANS) Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah (ARPUSDA) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BPPD) Badan Pengelolaan Pendapatan, Keuangan dan Aset Daerah (BPPKAD) Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Satuan Polisi Pamong Praja Kecamatan Ekonomi Pertanian Sayuran Wonosobo adalah daerah dengan keadaan tanah yang begitu subur sehingga banyak sekali tanaman yang dapat tumbuh contohnya adalah sayuran. Mulai dari dataran tinggi Dieng sampai Kaliwiro (yang merupakan wilayah rendah) terdapat banyak sekali sayuran. berbagai macam sayuran dapat tumbuh seperti, kubis, kentang, seledri, daun kocai, sawi, mentimun, bayam, terong, cabai, kangkung, dan masih banyak tumbuhan yang termasuk jenis sayuran lain. Buah-buahan Di wilayah yang dijuluki kota dingin ini juga dapat tumbuh berbagai buah-buahan. Adapun buah yang dapat tumbuh adalah pisang, pepaya, durian, mangga, jambu, duku, rambutan, buah naga, nanas, kelengkeng, stroberi, anggur, manggis, dan lain-lain. Selain itu, ada beberapa buah-buahan yang tumbuh di dalam tanah yaitu singkong dan ubi jalar. Salah satu yang menjadi Buah Khas di Wonosobo adalah Buah Carica (Vasconcellea cundinamarcencis), buahnya mirip buah pepaya akan tetapi memiliki tekstur yang lebih keras sedikit dan ukurannya lebih kecil. Pendidikan Perguruan tinggi Universitas Sains Al Qur'an Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Wonosobo Akademi Keperawatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Akademi Pertanian PGRI Wonosobo Sekolah menengah atas SMA Negeri 1 Kaliwiro SMA Negeri 1 Kertek SMA Negeri 1 Mojotengah SMA Negeri 1 Sapuran SMA Negeri 1 Selomerto SMA Negeri 1 Wadaslintang SMA Negeri 1 Watumalang SMA Negeri 1 Wonosobo SMA Negeri 2 Wonosobo SMA Muhammadiyah Wonosobo (smadiwa) SMA Islam Wonosobo SMA Kristen Wonosobo SMA Ma'arif Leksono SMA Ma'Arif Wadaslintang SMA NU Kejajar, Wonosobo SMA Takhassus Al Qur'an, Mojotengah SMA Takhassus As Sahro, Kepil SMK Negeri 1 Kalibawang SMK Negeri 1 Kalikajar SMK Negeri 1 Kepil SMK Negeri 1 Sapuran SMK Negeri 1 Sukoharjo Wonosobo SMK Negeri 1 Wadaslintang SMK Negeri 1 Wonosobo SMK Negeri 2 Wonosobo SMK Al Ghozaly, Watumalang SMK Al Madani, Kepil SMK An Nuur Boarding School, Selomerto SMK Andalusia 1, Kertek SMK Andalusia 2 Kaliwiro SMK Garda Nusa SMK Gema Nusantara SMK Informatika Wonosobo SMK Jalaluddin Wonosobo SMK Karya Mandiri NU Garung SMK Muhammadiyah 1 Wonosobo SMK Muhammadiyah 2 Wonosobo, Wadaslintang SMK Muhammadiyah 3 Wonosobo, Kaliwiro SMK NU Kejajar, Wonosobo SMK Purnama Wonosobo SMK Takhassus Al Qur'an, Mojotengah SMK Takhassus As Sahro, Kepil SMK Taruna Negara SMK Wiratama 45.1 Wonosobo SMK Wiratama 45.2 Wonosobo MA Negeri 1 Wonosobo MA Negeri 2 Wonosobo MA Al Fatah Gondang MA Al Hikam Cendekia, Tempelsari MA An Nawawi Sarwodadi, Kepil MA Ar Risalah, Kepil MA Berbaur, Sapuran MA Bina'ul Akram, Garung MA I'anatul Qur'an, Leksono MA Ma'arif Ngalian MA Matholi'ul Anwar MA Muhammadiyah Kepil MA NU Darul Islah MA Takhassus Al Qur'an MA Ummul Quro Sekolah menengah pertama SMP AL MADINA SMP Islam Wadaslintang SMP Negeri 1 Wonosobo SMP Negeri 3 Wonosobo SMP Negeri 1 Selomerto SMP Negeri 2 Selomerto MTs Negeri Kalibeber SMP N 1 Wadaslintang SMP Negeri 5 Wonosobo SMP Bakti Mulia Wonosobo SMP El-Savino School SMP Negeri 1 Kertek SMP Negeri 2 Kertek SMP Negeri 1 Sapuran SMP Negeri 3 Wonosobo SMP Negeri 1 Mojotengah SMP Negeri 1 Leksono SMP PGRI Leksono MTs Ma'arif Dieng SMP Negeri 2 Wonosobo MTs Ma'arif Kejajar MTs Maarif Garung Mts Ma'arif Ngalian MTs Ma'arif Kaliwiro MTs Ma'arif Gondang SMP Islam Wonosobo SMPIT Insan Mulia Wonosobo SMP Maarif Kertek SMP Takhassus Al Qur'an SMP Negeri 2 Garung SMP Negeri 1 Garung SMP Negeri 1 Kejajar SMP Ma'arif Mlandi SMP Negeri 2 Kalikajar SMP Negeri 2 Wadaslintang SMP Negeri 1 Watumalang SMP Negeri 2 Watumalang SMP Negeri 3 Watumalang SMP Negeri 4 Satu Atap Watumalang SMP Negeri 5 Watumalang SMP N 1 Kalikajar SMPN 3 Leksono SMP Negeri 5 Sapuran SMP Negeri 2 Kaliwiro SMP Muhammadiyah Wonosobo SMP Muhammadiyah Sapuran SMP Muhammadiyah Leksono SMP Muhammadiyah Kaliwiro MBS SMP Muhammadiyah Kertek MTS Muhammadiyah Bener MTS Muhammadiyah Garung Butuh MTS Muhammadiyah Mlandi SMPIT Insan Mulia MTs Al Ghozaly Siwatu SMP Negeri 5 Wadaslintang Sekolah dasar SD Negeri 1 Wonosobo SD Negeri 2 Wonosobo SD Negeri 3 Wonosobo SD Ma'arif Tieng, Kejajar, Wonosobo SD Negeri Sambek Wonosobo MI Ma'arif Jojogan Kejajar Wonosobo SD Negeri 4 Wonosobo SD Negeri 5 Wonosobo SD Negeri 6 Wonosobo SD Negeri 7 Wonosobo SD Negeri 8 Wonosobo SD Negeri 9 Wonosobo SD Negeri 10 Wonosobo SDIT Insan Mulia Wonosobo SD Negeri 1 Binangun Watumalang SD Negeri 2 Binangun Watumalang SD Negeri 3 Binangun Watumalang SD Negeri 4 Binangun Watumalang SD Negeri 5 Binangun Watumalang SD Negeri 1 Wadaslintang SD Negeri 2 Pacarmulyo SD Negeri 1 Pungangan MI Ma'arif Kadipaten MI Ma'arif Wonokromo MI Ma'arif Manggisan MI Ma'arif Kliwonan Wonosobo MI Ma'arif Lebak MI Ma'arif Serangsari MI Ma'arif Bowongso, Kauman, Kaliwiro MI Ma'arif Gondang SD Al-Madina Wonosobo SD N 1 Kalikajar SD N 1 Pesodongan SD N 1 Kaliwiro SD N 1 Lamuk Kaliwiro SDIT Insan Mulia SD N 1 Rejosari SD N 1 GARUNG SD N 1 Sitiharjo MI MA'ARIF Ngalian SD Negeri 1 Kaligowong SD Negeri 2 Kaligowong SD Negeri 3 Kaligowong Kesehatan Rumah Sakit RSUD K.R.T. Setjonegoro RS Islam Wonosobo RSIA Adina RS PKU Muhammadiyah Wonosobo RS Nahdlatul Ulama Wonobo Puskesmas Puskesmas Kaliwiro Puskesmas Selomerto Puskesmas Sapuran Puskesmas Wadaslintang I Puskesmas Kepil II Puskesmas Sukoharjo I Puskesmas Watumalang Puskesmas Kejajar I Puskesmas Kejajar II Puskesmas Garung Puskesmas Mojotengah Puskesmas Wonosobo I Puskesmas Wonosobo II Puskesmas Kertek I Puskesmas Kertek II Puskesmas Kalikajar I Puskesmas Kalikajar II Puskesmas Selomerto II Puskesmas Sukoharjo II Puskesmas Leksono I Puskesmas Leksono II Puskesmas Kalibawang Puskesmas Kepil I Puskesmas Wadaslintang II Transportasi Kabupaten ini merupakan Jalur tengah antara Purwokerto–Semarang, jalan Provinsi Antara Purworejo–Wonosobo Dan Kebumen–Wonosobo via Wadaslintang–Prembun. Transportasi Lain Angkutan Kota wilayah Kabupaten Wonosobo dan beberapa rute yang menghubungkan Kabupaten Temanggung dengan Kabupaten Banjarnegara Wonosobo - Kertek (Kuning - Merah) Jl. Pasar II - Jl. A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Tirto Aji - Jl. Sabuk Alu - Jl. S. Parman - Jl. Mayjen Bambang Sugeng - Jl. Raya Magelang - Pangkalan Kertek - Jl. Raya Magelang - Jl. Mayjen Bambang Sugeng - Jl. S. Parman - Jl. K. Muntang - Jl. Tosari - Jl. Bhayangkara - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar II Wonosobo - Garung (Kuning - Hijau) Jl. Pasar I - Jl. A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Masjid - Jl. Dieng - Sub Terminal Garung - Jl. Dieng - Jl. P. Ronggolawe - Jl. Sindoro - Jl. Angkatan 45 - Jl. S. Parman - Jl. Sumbing - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar I Wonosobo - Mojotengah (Kuning - Biru) Jl. Pasar I - Jl. A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Masjid - Jl. Argo Peni - Jl. Kalibeber - Terminal Mojotengah - Jl. Kalibeber - Jl. Argo Peni - Jl. P Ronggolawe - Jl. Sindoro - Jl. Angkatan 45 - Jl. S. Parman - Jl. Sumbing - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar I Wonosobo - Gondang (Kuning - Abu abu) Jl. Pasar I - Jl. A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Kauman - Jl. Mangli - Jl. Bumiroso - Jl. Gondang - Terminal Gondang - Jl. Gondang - Jl.Bumiroso - Jl Mangli - Jl. Kauman - Jl. Tirto Aji - Jl. Sindoro - Jl. Angkatan 45 - Jl. S. Parman - Jl. Sumbing - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar I Wonosobo - Sawangan (Kuning - Hitam) Jl. Pasar I - Jl. A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Tirto Aji - Jl. Sabuk Alu - Jl. K. Muntang - Jl. A. Yani - Jl. Tjogo Negoro - Jl. Banyumas - Terminal Sawangan - Jl. Banyumas - Jl. Tjogo Negoro - Jl. A. Yani - Jl. R. Sumendro - Jl. Bhayangkara - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar I Wonosobo - Leksono (Kuning - Ungu) Jl. Pasar II - Jl. A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Tirto Aji - Jl. Sabuk Alu - Jl. K. Muntang - Jl. A. Yani - Jl. Tjogo Negoro - Jl. Banyumas - Jl. Leksono - Terminal Leksono - Jl. Leksono - Jl. Banyumas - Jl. Tjogo Negoro - Jl. A. Yani - Jl. R. Sumendro - Jl. Bhayangkara - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar II Wonosobo - TMP - Wonolelo (Biru Tua - Biru) Jl. Pasar II - Jl. A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Tirto Aji - Jl. Sabuk Alu - Jl. S. Parman - Jl. Mayjen Bambang Sugeng - Jl. Wonolelo - Terminal Wonolelo - Jl. Wonolelo - Jl. Mayjen Bambang Sugeng - Jl S. Parman - Jl. K. Muntang - Jl. Tosari - Jl. Bhayangkara - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar II Wonosobo - Pacarmulyo - Gondang (Biru Tua) Jl. Pasar II - Jl. A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Tirto Aji - Jl. Sabuk Alu - Jl. K. Muntang - Jl. A. Yani - Jl. Kasiran - Pacarmulyo - Jl. Pacarmulyo - Gondang - Jl. Pacarmulyo - Gondang - Jl. Kasiran - Pacarmulyo - Jl A. Yani - Jl. R. Sumendro - Jl. Bhayangkara - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar II Wonosobo - Limbangan (Kuning - Coklat) Jl. Pasar I - Jl.A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Masjid - Jl. Dieng - Jl. Manggisan Permai - Jl. Manggisan Lama - Jl. Limbangan - Terminal Limbangan - Jl. Limbangan - Jl.Manggisan Lama - Jl. Manggisan Permai - Jl. Dieng - Jl. P. Ronggolawe - Jl. Sindoro - Jl. Angkatan 45 - Jl. S. Parman - Jl. Sumbing - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar I Wonosobo - Andongsili - Keseneng (Merah) Jl. Pasar I - Jl. A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Masjid - Jl. Dieng - Jl. Andongsili - Jl. Keseneng - Terminal Keseneng - Jl. Keseneng - Jl. Andongsili - Jl Dieng - Jl. P. Ronggolawe - Jl. Sindoro - Jl. Angkatan - Jl. S. Parman - Jl. Sumbing - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar I Wonosobo - Jetis - Timbang - Wonokasian (Merah) Jl. Pasar II - Jl. A. Yani - Jl. Kartini - Jl. Pemuda - Jl. Tirto Aji - Jl. Sabuk Alu - Jl. K. Muntang - Jl. A. Yani - Jl. Kasiran - Pacarmulyo - Jl. Pacarmulyo - Wonokasian - Jl. Pacarmulyo - Gondang - Jl. Kasiran - Pacarmulyo - Jl A. Yani - Jl. R. Sumendro - Jl. Bhayangkara - Jl. Resimen 18 - Jl. Pasar II Stasiun Kabupaten Wonosobo memiliki 4 stasiun di Jalur kereta api Purwokerto–Wonosobo yang sudah berhenti beroperasi, diantaranya: Stasiun Wonosobo Stasiun Selomerto Stasiun Krasak Stasiun Panawangan Bahasa Bahasa yang dituturkan masyarakat Wonosobo sebagian besar adalah Bahasa Jawa Banyumasan dan Bahasa Jawa Kedu hal ini dikarenakan letak geografis Kabupaten Wonosobo yang berada di perbatasan dengan kedua dialek tersebut. Wonosobo merupakan daerah peralihan antara Bahasa Jawa Banyumasan dan Bahasa Jawa Kedu. Meskipun begitu terdapat sedikit perbedaan dengan dialek-dialek tersebut. Oleh karena itu masyaarakat di daerah Wonosobo, meskipun masih satu kabupaten akan tetapi memiliki berbagai macam dialek. Masyarakat Wonosobo yang berada di sebelah barat dan berbatasan dengan Banjarnegara memiliki dialek Banyumasan yang cukup kuat " logat A ngapak", sementara masyarakat Wonosobo yang berada di daerah perbatasan sebelah timur dan tenggara memiliki dialek Kedu yang cukup kuat "logat O medhok", oleh karena itu setiap orang di Wonosobo dalam berbicara bahasa Jawa memiliki ciri khas masing-masing. Pariwisata Wisata Alam Tempat wisata alam di Kabupaten Wonosobo adalah: Curug Drimas Curug Sikarim Curug Winong Kawasan Wisata Dieng Plateu Golden Sunrise Sikunir Gunung Bismo Gunung Kembang Gunung Lanang Gunung Pakuwaja Gunung Prahu Gunung Sindoro Gunung Sumbing Telaga Menjer Waduk Wadaslintang Wisata Alam Jaten Telaga Bedakah Wisata Keluarga Wonosobo masih kurang banyak akan wisata keluarga. Ada beberapa tempat wisata yang benar-benar kurang dikelola dengan baik. Tampaknya Pemerintah Daerah perlu bekerja sama dengan pihak swasta agar bermunculan tempat wisata menarik di Kabupaten Wonosobo. Tempat wisata keluarga di Kabupaten Wonosobo antara lain adalah: Agrowisata Bedakah Agrowisata Tambi Agrowisata Tanjungsari Pemandian Air Panas Manggisan Outbound Pemandian dan kolam renang Mangli Pemandian Air panas Kebrengan Pemandian Wisata Kalianget Pemandian Air panas kebondalem Sukorejo Agrowisata kebun teh Tanjungsari Pasar Kumandang Pesona Menjer Dempes Pas Kaliwiro Festival Ada beberapa festival di kota Wonosobo ini: Festival Carica Day, yang dilaksanakan setiap 30 Juli setiap tahunnya Festival Merdeka Festival Balon Udara Cendera mata Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa oleh-oleh khas, yaitu: Iket Saba Carica Emping Mlinjo Keripik Jamur Kacang Dieng Purwoceng Tempe kemul Kuliner khas Wonosobo Masakan Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa masakan khas, yaitu: Mi Ongklok, adalah masakan khas Kabupaten Wonosobo yang terbuat dari bahan mi kering atau mi basah yang direbus dan diberi tambahan berupa sayur kubis yang dicampuradukkan (diongklok) di dalam panci rebus, dan setelah matang, ditambahkan dengan tepung kanji masak (biasanya berwarna cokelat) sebagai penyedap masakan, dan biasanya dapat disantap dengan sate ayam. Sego Megono, adalah masakan khas Kabupaten Wonosobo yang dibuat dari nasi yang dicampur dengan sayuran dan juga ikan teri, masyarakat Wonosobo pada umumnya menyebut Segu Megono dengan nama " Sego Reged " yang berarti nasi yang kotor karena terdapat campuran sayur dan juga ikan teri di dalamnya. Sauto Golak Lontong Pindang adalah masakan khas wonosobo terdiri dari Lontong dengan ikan goreng Dendeng Gepuk Tempe Kemul Minuman Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa minuman khas, yaitu: Carica Kopi Arabica Bowongso Kopi Robusta Purwaceng Teh Tambi Terong Merah / Kemar Jajanan Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa jajanan khas, yaitu: Combro Dipuk/Golak Geblek/Likuk Kue Pepe Legit Opak Singkong Sagon Tempe Kemul Wolak–Walik Seni dan budaya Kabupaten Wonosobo memiliki beberapa seni budaya, yaitu: Bundengan Calung Kuda Lumping Lenggeran Ruwatan Rambut Gimbal Tari Daeng Tari Sontoloyo Wayang Othok Obrol Wayang Kedu Wonosaban Media Koran Radar Kedu / Radar Wonosobo Tribun Jateng / Berita Wonosobo Wonosobo Ekspres Suara Kedu / Suara Wonosobo Radio Thomson Wonosobo FM 91.3 MHz, Wonosobo Pesona FM 92.1 MHz, Wonosobo Rama FM 92.5 MHz, Kaliwiro Rasada FM 93.7 MHz, Sapuran Purnamasidi FM 98.0 MHz, Wonosobo Citra FM 98.8 MHz, Wonosobo MCA FM 99.2 MHz, Kaliwiro Taradio FM 100.4 MHz, Sapuran Green FM 104.7 MHz, Wonosobo Suara Kusuma FM 105.5 MHz, Kalikajar JCC FM 107.7 MHz, Wonosobo Manggala FM 107.9 MHz, Kaliwiro Tokoh Terkenal Wonosobo Letjend. S. Parman adalah salah satu dari pahlawan revolusi. Tirto Utomo, pengusaha; pendiri perusahaan Aqua. K.H Muntaha, pendiri UNSIQ ( Universitas Sains Al–Qur'an ) dan pondok pesantren di Kalibeber Shinta Bachir, artis Ferry Ixel, artis Panji Surachman Cokroadisuryo, Menteri Kemakmuran Indonesia Pertama, Rektor UI Ke-1 Brigjend Heru Gunadi Ki Ageng Selomanik Wildan Embek Mayor Jenderal TNI Mar Nur Alamsyah, Perwira Tinggi TNI AL sebagai Aspotmar KASAL Sejak 21 Januari 2022 sampai sekarang Agus Pulung Sasmito (Profesor Termuda di Dunia) Tri Saifudin Mayor Jenderal Nichlany Soedarjo James Bond-nya Indonesia Sigit Rendang Lihat Pula Sabhaparwa Wanaparwa Referensi . Pranala luar Situs web resmi pemerintah kabupaten Wonosobo Wonosobo Wonosobo DAS Serayu
4112
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Bangkalan
Kabupaten Bangkalan
Bangkalan (Hanacaraka: ꦧꦁ​ꦏꦭꦤ꧀, Pegon: باڠكالان, cara pengucapan; [ˈbaŋːkalan]) adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Bangkalan. Kabupaten ini terletak di ujung paling barat Pulau Madura; berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Sampang di timur serta Selat Madura di selatan dan barat. Pelabuhan Kamal merupakan pintu gerbang Madura dari Jawa, serta terdapat layanan kapal feri yang menghubungkan Madura dengan Surabaya (Pelabuhan Ujung). Saat ini telah beroperasi Jembatan Suramadu (Surabaya-Madura) yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia. Kabupaten Bangkalan merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila. Kabupaten Bangkalan terdiri atas 18 kecamatan yang dibagi lagi atas sejumlah 273 desa dan 8 kelurahan. Pusat pemerintahannya berada di Kecamatan Bangkalan. Sejak diresmikannya Jembatan Suramadu, Kabupaten Bangkalan menjadi gerbang utama Pulau Madura serta menjadi salah satu destinasi wisata pilihan di Jawa Timur, baik dari keindahan alamnya (Bukit Jaddih, Gunung Geger, Pemandian Sumber Bening -Langkap–Modung dsb); budaya (Karapan sapi, dsb), serta wisata kuliner di antaranya adalah nasi bebek khas Madura. Sejarah Raja Bangkalan Tahun 1531 – 1592: Kiai Pratanu (Panembahan Lemah Duwur) Tahun 1592 – 1620: Raden Koro (Pangeran Tengah) Tahun 1621 – 1624: Pangeran Mas Tahun 1624 – 1648: Raden Prasena (Pangeran Cakraningrat I) Tahun 1648 – 1707: Raden Undakan (Pangeran Cakraningrat II) Tahun 1707 – 1718: Raden Tumenggung Suroadiningrat (Pangeran Cakraningrat III) Tahun 1718 – 1745: Pangeran Sidingkap (Pangeran Cakraningrat IV) Tahun 1745 – 1770: Pangeran Sidomukti (Pangeran Cakraningrat V) Tahun 1770 – 1780: Raden Tumenggung Mangkudiningrat (Panembahan Adipati Pangeran Cakraadiningrat VI) Tahun 1780 – 1815: Sultan Abdu/Sultan Bangkalan I (Panembahan Adipati Pangeran Cakraadiningrat VII) Tahun 1815 – 1847: Sultan Abdul Kadirun/Sultan Bangkalan II (Pangeran Cakraadiningrat VIII) Tahun 1847 – 1862: Raden Yusuf (Panembahan Cakraadiningrat VII) Tahun 1862 – 1882: Raden Ismael (Panembahan Cakraadiningrat VIII) Masa Pra Islam Masa Pra Islam berlangsung hingga pemerintahan Panembahan Lemah Duwur. Ketika itu, Madura Barat (Bangkalan) masih dominan beragama Hindu dan Budha. Wilayahnya meliputi dari Plakaran Ke Arosbaya, Pragalba ke Pratanu (Lemah Dhuwur). Cakraningrat I, Anak Angkat Sultan Agung, menjadi raja di Madura Barat (Bangkalan) pada masa ini. Masa itu, Bangkalan lebih dikenal dengan sebutan Madura Barat, kemungkinan lebih ditekankan pada alasan geografis karena Kabupaten Bangkalan memang terletak di ujung barat Pulau Madura. Pulau Madura memang sudah terbagi sejak sebelum masa masuknya agama Islam. Bahkan, tiap bagian memiliki sejarah dan legenda sendiri. Menurut legenda, sejarah Madura barat bermula dari munculnya seorang raja dari Gili Mandangin (sebuah pulau kecil di selat Madura) atau lebih tepatnya di daerah Sampang. Nama raja tersebut adalah Lembu Peteng, yang masih merupakan putra Majapahit hasil perkawinan dengan putri Islam asal Campa. Lembu Peteng juga seorang santri Sunan Ampel dan dikenal sebagai penguasa Islam pertama di Madura Barat. Dalam perkembangan sejarahnya, Madura pernah diperintah oleh penguasa non muslim, berasal dari kerajaan Singasari dan Majapahit. Hal ini diperkuat dengan adanya pernyataan Tome Pires (1944: 227) yang mengatakan, pada permulaan dasawarsa abad ke-16, raja Madura belum masuk Islam. Dan dia adalah seorang bangsawan mantu Gusti Pate dari Majapahit. Pernyataan itu diperkuat dengan adanya temuan arkeologis, baik yang bernafaskan Hindu dan Bhudda. Temuan tersebut ditemukan di Desa Kemoning, berupa sebuah lingga yang memuat inskripsi. Sayangnya, tidak semua baris kalimat dapat terbaca. Dari tujuh baris yang terdapat di lingga tersebut, pada baris pertama tertulis, I Caka 1301 (1379 M), dan baris terakhir tertulis, Cadra Sengala Lombo, Nagara Gata Bhuwana Agong (Nagara: 1, Gata: 5, Bhuwana: 1, Agong: 1) bila dibaca dari belakang, dapat diangkakan menjadi 1151 Caka 1229 M. Temuan lainnya berupa fragmen bangunan kuno, yang merupakan situs candi yang oleh masyarakat setempat dianggap reruntuhan kerajaan kecil. Juga ditemukan reruntuhan gua yang dikenal masyarakat dengan nama Somor Dhaksan, lengkap dengan candhra sengkala memet bergambar dua ekor kuda mengapit raksasa. Berangkat dari berbagai temuan itulah, diperoleh gambaran bahwa antara tahun 1105 M sampai 1379 M atau setidaknya masa periode Singasari dan Majapahit akhir, terdapat adanya pengaruh Hindu dan Bhudda di Madura barat. Sementara temuan arkeologis yang menyatakan masa klasik Bangkalan, ditemukan di Desa Patengteng, Kecamatan Modung, berupa sebuah arca Siwa dan sebuah arca laki-laki. Sedang di Desa Dlamba Daja dan Desa Rongderin, Kecamatan Tanah Merah, terdapat beberapa arca, di antaranya adalah arca Dhayani Budha. Temuan lainnya berupa dua buah arca ditemukan di Desa Sukolilo Barat Kecamatan Labang. Dua buah arca Siwa lainnya ditemukan di pusat kota Bangkalan. Sementara di Desa Tanjung Anyar Bangkalan ditemukan bekas Gapura, pintu masuk kraton kuno yang berbahan bata merah. Di samping itu, berbagai temuan yang berbau Siwais juga ditemukan di makam-makam raja Islam yang terdapat di Kecamatan Arosbaya. Arosbaya ini pernah menjadi pusat pemerintahan di Bangkalan. Misalnya pada makam Oggo Kusumo, Syarif Abdurrachman atau Musyarif (Syech Husen). Pada jarak sekitar 200 meter dari makam tersebut ditemukan arca Ganesha dan arca Bhirawa berukuran besar. Demikian pula dengan temuan arkeologis yang di kompleks Makam Agung Panembahan Lemah Duwur, ditemukan sebuah fragmen makam berupa belalai dari batu andesit. Dengan temuan-temuan benda kuno yang bernafaskan Siwais di makam-makam Islam di daerah Arosbaya itu, memberi petunjuk bahwa Arosbaya pernah menjadi wilayah perkembangan budaya Hindu. Penemuan benda berbau Hindu pada situs-situs Islam tersebut menandakan adanya konsinyuitas antara kesucian. Artinya, mandala Hindu dipilih untuk membangun arsitektur Islam. Arosbaya merupakan pusat perkembangan kebudayaan Hindu di Madura Barat (Bangakalan) semakin kuat dengan adanmya temuan berupa bekas pelabuhan yang arsitekturnya bernafaskan Hindu, dan berbentuk layaknya sebuah pelabuhan Cina. (Risang Bima Wijaya) atas Dari Plakaran Ke Arosbaya, Pragalba ke Pratanu (Lemah Dhuwur) Bangkalan, Radar.- Sosok Pratanu atau lebih dikenal dengan Panembahan Lemah Duwur adalah putera Raja Pragalba. Dia dikenal sebagai pendiri kerajaan kecil, yang berpusat di Arosbaya. Masyarakat Bangakalan menokohkan Pratanu sebagai penyebar agama Islam yang pertama di Madura. Bahkan, putera Pragalba ini disebut-sebut sebagai pendiri masjid pertama di Madura. Selain itu, Pratanulah yang mengawali hubungan dengan daerah lain, yaitu Pajang dan Jawa. Perjalanan sejarah Bangkalan tidak bisa dilepaskan dengan munculnya kekuasaan di daerah Plakaran, yang selanjutnya disebut dengan Kerajaan Plakaran. Kerajaan ini diperkirakan muncul sebelum seperempat pertama abad 16, yakni sebelum penguasa Madura barat memeluk Islam. Plakaran diawali dengan kedatangan Kiyai Demung dari Sampang. Dia adalah anak dari Aria Pujuk dan Nyai Ageng Buda. Setelah menetap di Plakaran, Kiyai Demung dikenal dengan nama Demung Plakaran. Dia mendirikan kraton di sebelah barat Plakaran atau sebelah timur Arosbaya, yang dinamakan Kota Anyar (Pa’ Kamar 1951: 113). Sepeninggal Demung Plakaran, kekuasaan dipegang oleh Kiai Pragalba, anaknya yang nomor lima. Pragalba mengangkat dirinya sebagai Pangeran Plakaran dari Arosbaya. Selanjutnya meluaskan daerah kekuasaannya hingga hampir seluruh Madura. Paragalba mempunyai tiga orang istri. Pratanu adalah anak dari istri ketiganya. Semasa kekuasaan Pragalba inilah agama Islam mulai disebarkan di Madura barat, yang dilakukan oleh para ulama dari Giri dan Gresik. Penyebarannya meliputi daerah pesisir pantai sekitar selat Madura pada abad ke-15 (FA Sutjipto Tirtoatmodjo 1983: 13) Islam berkembang pesat sejak penyeberannya dilakukan secara teratur oleh Syech Husen dari Ampel (Hamka 1981:137). Bahkan, ia mendirikan masjid di Arosbaya. Menurut cerita masyarakat Arosbaya, reruntuhan di sekitar makam Syech Husen adalah masjid yang didirikannya. Namun meski Islam sudah masuk di Madura barat, Pragalba belum memeluk Islam. Tetapi justru putranya Pratanu yang memeluk agama Islam. Peristiwa tersebut ditandai dengan candra sengkala yang berbunyi: Sirna Pandawa Kertaning Nagara (1450 caka 1528 M). Peristiwa tersebut berbarengan dengan pudarnya kekuasaan Majapahit setelah dikuasai Islam tahun 1527 M. Selain itu, Kerajaan Plakaran mengakui kekuasaan Demak, sehingga diperkirakan penerimaan Islam di Madura bersamaan dengan runtuhnya kekuasaan Majapahit. Menjelang wafat, Pragalba masuk Islam dengan menganggukkna kepala, karena itu dia mendapat sebutan Pangeran Onggu’ (mengangguk, Red). Sepeninggalnya, Pratanu naik takhta dengan gelar Panembahan Lemah Dhuwur. Itu terjadi pada tahun 1531-1592. Pada masa pemerintahan Lemah Dhuwur inilah pusat pemerintahan Plakaran dipindahkan ke Arosbaya. Karena itu, dia mendapat julukan sebagai pendiri Kerajaan Arosbaya. Lemahlah Dhuwur yang mendirikan kraton dan msajid pertama di Arosabaya. Selama masa pemerintahan Panembahan Lemah Duwur, kerajaan Arosbaya telah meluaskan daerah kekuasaannya hingga ke seluruh Madura barat, termasuk Sampang dan Blega. Panembahan Lemah Duwur mengawini putri Triman dari Pajang. Ini juga menjadi bukti bahwa Lemah Duwur adalah penguasa Madura pertama yang menjalinm hubungan dengan Jawa. Berdasarkan Tutur Madura Barat, Rafless mengatakan bahwa Lemah Dhuwur adalah penguasa terpenting di daerah Jawa Timur pada masa itu. Panembahan Lemah Dhuwur wafat di Arosbaya pada tahun 1592 M setelah kembali dari kunjungannya ke Panembahan Ronggo Sukowati di Pamekasan. Sesuai dengan tradisi dia dimakamkan di kompleks Makam Agung Lemah Dhuwur. Selanjutnya kekuasaan Arosbaya dipegang oleh putranya yang bernama Pangeran Tengah, hasil perkawinannya dengan puteri Pajang. Pangeran Tengah berkuasa tahun 1592-1620. Pada masa pemerintahan Pangeran Tengah terjadi peristiwa terkenal yang disebut dengan 6 Desember 1596 berdarah, karena saat itu telah gugur dua orang utusan dari Arosbaya yang dibunuh oleh Belanda yaitu Patih Arosbaya Kiai Ronggo dan Penghulu Arosbaya Pangeran Musarip. Sejak peristiwa itulah Arosbaya menyatakan perang dengan Belanda. Pangeran Tengah meninggal tahun 1620. Makamnya terletak di kompleks makam Syech Husen, dan sampai sekarang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Pengganti Pangeran Tengah adalah adiknya yang bernama Pangeran Mas, yang berkuasa tahun 1621-1624. Sebetulnya yang berhak berkuasa adalah putra Pangeran Tengah yang bernama Pangeran Prasena. Namun karena masih kecil, dia diwakili oleh pamannya. Pada masa pemerintahan Pangeran Mas terjadi peristiwa penyerbuan Sultan Agung ke Arosbaya pada tahun 1624, yang dipimpin oleh Rangga Gempol I (Pangeran Sumedang). Itulah yang menyebabkan jatuhnya kerajaan Arosbaya. Sedang Pangeran Mas melarikan diri ke Demak dan Pangeran Prasena, setelah dibujuk oleh Rangga Gempol yang masih berdarah Madura, bersedia menyerahkan dirinya dan wilayah Sampang yang sedang dipertahankannya dan dibawa oleh Ki Juru Kiting ke Mataram. Peperangan antara Mataram dan Arosbaya yang berlangsung pada hari Minggu 15 September 1624 tersebut, memang patut dikenang sebagai perjuangan rakyat Madura. Saat itu Mataram harus membayar mahal, karena mereka telah kehilangan panglima perang tertingginya, Tumenggung Demak dan kehilangan 6000 prajurit. Saat itu laki-laki dan wanita Arosbaya berjuang bersama. Ada sebuah kisah menarik di sini. Dikisahkan saat di medan perang ada beberapa prajurit lelaki yang mengeluh karena luka berat. Tetapi katika para wanita melihat luka tersebut terdapat dibagian belakang, para wanita tersebut menusuk prajurit tadi hingga tewas. ’’Lukanya di bagian belakang, artinya prajurit itu telah berbalik lari, hingga dilukai di bagian punggungnya oleh musuh, mereka pengecut dalam,’’ demikian kata-kata para wanita Arosbaya. atas Cakraningrat I Anak Angkat Sultan Agung Prasena, putera Pangeran Tengah dari Arosbaya disertai Pangeran Sentomerto, saudara dari ibunya yang berasal dari Sampang, dibawa oleh Panembahan Juru Kitting beserta 1000 orang Sampang lainnya ke Mataram. Di Mataram Prasena diterima dengan senang hati oleh Sultan Agung, yang sekanjutnya diangkat sebagai anak. Bahkan, kemnudian Prasena dinobatkan sebagai penguasa Madura yang bergelar Cakraningrat I. Dia dianugerahi hadiah uang sebesar 20 ribu gulden dan berhak memakai payung kebesaran berwarna emas. Sebaliknya, Cakraningrat I diwajibkan hadir di Mataram setahun sekali. Karena selain menjadi penguasa Madura, dia juga punya tugas-tugas penting di Mataram. Sementara pemerintahan di Sampang dipercayakan kepada Pangeran Santomerto. Cakraningrat I kemudian menikah dengan adik Sultan Agung, namun hingga istrinya, meninggal dia tidak mendapat keturunan. Kemudian Cakraningrat I menikah dengan Ratu Ibu, yang masih keturunan Sunan Giri. Dari perkawinannya kali ini dia menmpunyai tiga orang anak, yaitu RA Atmojonegoro, R Undagan dan Ratu Mertoparti. Sementara dari para selirnya dia mendapatkan sembilan orang anak, salah satu di antaranya adalah Demang Melaya. Sepeninggal Sultan Agung tahun 1645 yang kemudian diganti oleh Amangkurat I, Cakraningrat harus menghadapai pemberontakan Pangeran Alit, adik raja. Tusukan keris Setan Kober milik Pangeran Alit menyebabkan Cakraningrat I tewas seketika. Demikian pula dengan puteranya RA Atmojonegoro, begitu melihat ayahnya tewas dia segera menyerang Pangeran Alit, tetapi dia bernasib sama seperti ayahnya. Cakraningrat I diganti oleh Undagan. seperti halnya Cakraningrat I, Undagan yang bergelar Cakraningrat II ini juga lebih banyak menghabiskan waktunya di Mataram. Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan putra Demang Melaya yang bernama Trunojoyo terhadap Mataram. Pemberontakan Trunojoyo diawali dengan penculikan Cakraningrat II dan kemudian mengasingkannya ke Lodaya Kediri. Pemberontakan Trunojoyuo ini mendapat dukungan dari rakyat Madura. Karena Cakraningrat II dinilai rakyat Madura telah mengabaikan pemerintahan Madura. Kekuatan yang dimiliki kubu Trunojoyo cukup besar dan kuat, karena dia berhasil bekerja sama dengan Pangeran Kejoran dan Kraeng Galesong dari Mataram. Bahkan, Trunojoyo mengawinkan putrinya dengan putra Kraeng Galesong, unutk mempererat hubungan. Tahun 1674 Trunojoyo berhasil merebut kekuasaan di Madura, dia memproklamirkan diri sebagai Raja Merdeka Madura barat, dan merasa dirinya sejajar dengan penguasa Mataram. Berbagai kemenangan terus diraihnya, misalnya, kemenangannya atas pasukan Makassar (mei 1676 ) dan Oktober 1676 Trunojoyo menang atas pasukan Mataram yang dipimpin Adipati Anom. Selanjutnya Trunojoyo memakai gelar baru yaitu Panembahan Maduretna. Tekanan-tekanan terhadap Trunojoyo dan pasukannya semakin berat sejak Mataram menandatangani perjanjian kerjasama dengan VOC, tanggal 20 maret 1677. Namun tanpa diduga Trunojoyo berhasil menyerbu ibu kota Mataram, Plered. Sehingga Amangkurat harus menyingkir ke ke barat, dan meninggal sebelum dia sampai di Batavia. Benteng Trunojoyo sedikit demi sedikit dapat dikuasai oleh VOC. Akhirnya Trunojoyo menyerah di lereng Gunung Kelud pada tanggal 27 Desember 1679. Dengan padamnya pemberonrtakan Trunojoyo. VOC kembali mengangkat Cakraningrat II sebagai penguasa di Madura, karena VOC merasa Cakraningrat telah berjasa membantu pangeran Puger saat melawan Amangkurat III, sehingga Pangeran Puger berhasil naik takhta bergelar Paku Buwono I. Kekuasaan Cakraningrat di Madura hanya terbatas pada Bangkalan, Blega dan Sampang. Pemerintahan Madura yang mulanya ada di Sampang, oleh Cakraningrat II dipindahkan ke Tonjung Bangkalan. Dan terkenal dengan nama Panembahan Sidhing Kamal, yaitu ketika dia meninggal di Kamal tahun 1707, saat dia pulang dari Mataram ke Madura dalam usia 80 tahun. Raden Tumenggung Sosrodiningrat menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Bupati Madura barat dengan gelar Cakraningrat III. Suatau saat terjadi perselisihan antara Cakraningrat dengan menantunya, Bupati Pamekasan yang bernama Arya Adikara. Untuk menghadapi pasukan dari Pamekasan, Cakraningrat III meminta bantuan dari pasukan Bali. Dimasa Cakraningrat inilah Madura betul-betul bergolak, terjadi banyak peperangan dan pemberontakan di Madura. Tumenggung Surahadiningrat yang diutus Cakraningrat untuk menghadapi pasukan Pamekasan ternyata menyerang pasukan Cakraningrat sendiri dengan bantuan pasukan Sumenep. Sekalipun Cakraningrat meninggal, pergolakan di Madura masih terus terjadi. Cakraningrat III digantikan oleh Timenggung Surahadiningrat dengan gelar Cakraningrat IV. Awal pemerintahan Cakraningrat IV diwarnai banyak kekacauan. Pasukan Bali dibawah kepemimpinan Dewa Ketut yang sebelumnya diminta datang oleh Cakaraningrat III, datang dengan membawa 1000 prajurit. Tahu yang meminta bantuan sudah meninggal dan situasi telah berubah, pasukan Bali menyerang Tonjung. Cakraningrat yang sedang berada di Surabaya memerintahkan adiknya Arya Cakranegara untuk mengusir pasukan Bali. Tetapi Dewa Ketut berhasil membujuk Cakranegara untuk berbalik menyerang Cakraningrat IV. Tetapi dengan bantuan VOC, Cakranoingrat IV berhasil mengusir pasukan Arya Cakranegara dan Bali. Kemudian dia memindahkan pusat pemerintahannya ke Sambilangan. Suatau peristiwa yang terkenal dengan Geger Pacina (pemberontakan masyarakat Cina) juga menjalar ke Mataram. Cakraningrat IV bekerjasama dengan VOC memerangi koalisi Mataram dan Cina ini. Namun hubungan erat antar Madura denga VOC tidak langgeng. Cakraningrat menyatakan perang dengan VOC karena VOC telah berkali-kali melanggar janji yang disepakati. Dengan bekerja sama dengan pasukan Mengui Bali, Cakraningrat berhasil mengalahkan VOC dan menduduki Sedayu, Lamongan, Jipang dan Tuban. Cakranoingrat juga berhasil mengajak Bupati Surabaya, Pamekasan dan Sumenep untuk bersekutu melawan VOC. Tapi Cakraningrat tampaknya harus menerima kekalahan, setelah VOC mengerahkan pasukan dalam jumlah besar. Cakraningrat dan dua orang putrinya berhasil melarikan diri ke Banjarmasin, namun oleh Raja Bajarmasin dia ditangkap dan diserahkan pada VOC. Cakraningrat diasingkan ke Kaap De Goede Hoop (Tanjung Penghargaan). dan meninggal di tempat pembuangannya, sehingga dia juga dikenal dengan nama Panembahan Sidengkap. Geografis Kabupaten Bangkalan dari tinjauan letak geografis, secara eksistensial, berada dikawasan pulau Madura dengan titik koordinat berada pada posisi 112°40'06"–113°08'04" Bujur Timur dan 6°51'39"–7°11'39" Lintang Selatan. Luas wilayah kabupaten Bangkalan secara keseluruhan mencapai 1.260,14 km². Batas wilayah Topografi Tinjauan aspek topografi Kabupaten Bangkalan, menggambarkan tentang ketinggian wilayah antara 2 – 100 m di atas permukaan air laut, dimana secara detail, masing-masing wilayah kecamatan menunjukkan ketinggian yang beragam. Beberapa wilayah yang terletak di pesisir pantai dengan ketinggian antara 2–10 m, di antaranya adalah kecamatan Sepulu, Bangkalan, Socah, Kamal, Modung, Kwanyar, Arosbaya, Klampis, Tanjung Bumi, Labang, dan Kecamatan Burneh. Sementara itu, wilayah yang terletak pada ketinggian 19–100 m merupakan kecamatan yang berada pada bagian tengah wilayah Kabupaten Bangkalan. Adapun posisi wilayah tertinggi adalah kecamatan Geger dengan ketinggian muka daratan mencapai 100 m di atas permukaan laut (mdpl). Hidrologi Secara hidrologis, dapat dikatakan bahwa wilayah Kabupaten Bangkalan terbelah atas beberapa sungai yang terbagi menjadi 26 (dua puluh enam) aliran sungai. Sungai terpanjang adalah sungai Kolpoh di Kecamatan Kwanyar dengan panjang mencapai 16,15 km. Berdasarkan karakter aliran sungai, diketahui bahwa sebagian besar sungai-sungai di wilayah merupakan sungai periodik yang dipengaruhi oleh curah hujan, sehingga pada musim hujan sebagian besar debit aliran sungai meningkat, sedangkan di musim kemarau debit aliran sungai menyusut bahkan hingga mengering. Iklim Suhu udara di wilayah Bangkalan berkisar antara 22°–34 °C dengan tingkat kelembapan relatif bervariasi antara 68%–83%. Wilayah Kabupaten Bangkalan beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Bangkalan biasanya berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sedangkan musim penghujan berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya sebesar ≥250 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Bangkalan berkisar antara 1.200–1.800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berada pada angka 80–120 hari hujan per tahun. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Transportasi Semenjak adanya Jembatan Suramadu banyak bus bus lewat sini lebih cepat daripada di Pelabuhan Bangkalan Angkutan kota dan Angkutan umum banyak dari Kota Surabaya Dan Sampang Terminal Bangkalan di Kecamatan Socah merupakan terminal Terbesar di Pulau Madura Bagian barat Dulu ada rel kereta api di Madura dari Kamal–Bangkalan–Kwanyar–Blega yang sekarang nonaktif Pariwisata Kabupaten Bangkalan memili Sejumlah lokasi Wisata yang terbagi dalam beberapa kategori, yakini Wisata Alam, Wisata Religi, Wisata Sejarah dan Wisata Kuliner dan Keluarga. Wisata Kuliner sendiri mulai terkenal di bangkalan sejak di resmikanya Jembatan Suramadu. Wisata Religi Makam Bujuk Cendana di Kwanyar Bangkalan Sunan Bangkalan/Raden Jakandar Astana Sultan Kadirun dan Raja-Raja Asta Aermata, Pasarean para raja-raja Agung Madura. Termasuk Benda Cagar Budaya. a Madura di Masjid Agung Bangkalan Pesarean Makam Zimat Sayyid Husein bin Assegaf Makam Syaikhona Muhammad Kholil di Martajasah Bangkalan Wisata Sejarah Makam raja-raja Bangkalan di Aermata Arosbaya Benteng ERFPRINS Mercusuar Sembilangan Benteng Tjakraningrat IV Tanjoeng Piring Patirtan Tjakraningrat IV Tanjoeng Piring Museum Cakraningrat Wisata Alam Sumber Mata Air/Pemandian Bening Kec. Modung Bukit Geger Pantai Siring Kemuning di desa Macajah, Tanjungbumi Pantai Rongkang Pantai Basmalah Pantai Maneron Wisata Kuliner Taman Rekreasi Kota (TRK) Bangkalan Taman Paseban Bangkalan Bebek Sinjay Bebek Cetar Membahana Ole-Olang Resto Referensi Pranala luar Situs Media Pemerintah Kabupaten Bangkalan Situs Kabupaten Bangkalan Bangkalan Bangkalan
4113
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Banyuwangi
Kabupaten Banyuwangi
Banyuwangi atau Byanyuwangai adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di kecamatan Banyuwangi. Kabupaten ini terletak di ujung timur pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda, yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo dan Kabupaten Bondowoso di sebelah utara, Selat Bali dan provinsi Bali di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Jember dan Kabupaten Bondowoso di sebelah barat. Kabupaten Banyuwangi merupakan kabupaten terluas di Jawa Timur. Di pesisir Kabupaten Banyuwangi, terdapat Pelabuhan Ketapang, yang merupakan penghubung utama antara pulau Jawa dengan pulau Bali. Masyarakat penghuni daerah ini adalah suku Jawa Osing atau Wong Blambangan. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk Banyuwangi sebanyak 1.769.234 orang. Sejarah Sejarah Banyuwangi tidak lepas dari sejarah Kerajaan Blambangan. Pada pertengahan abad ke-17, Banyuwangi merupakan bagian dari Kerajaan Hindu Blambangan yang dipimpin oleh Kangjeng Suhunan Prabu Tawang Alun. Sejak tahun 1743, secara administratif VOC telah menganggap Blambangan sebagai wilayah kekuasannya, atas dasar Perjanjian Ponorogo yang diantara isinya adalah penyerahan kekuasaan Kartasura di Jawa bagian timur (termasuk Blambangan) oleh Pakubuwono II kepada VOC. Padahal Kartasura tidak pernah mewarisi Blambangan dari Kesultanan Mataram karena Kangjeng Suhunan Prabu Tawangalun telah menyatakan kemerdekaan Balambangan pada 23 Pebruari 1653 dan Mataram tidak pernah menundukkannya lagi hingga Mataram hancur akibat Perang Raden Trunajaya. Pasca Perjanjian Ponorogo tahun 1743, VOC tidak pernah benar-benar menancapkan kekuasaannya sampai pada akhir abad ke-17, ketika Perusahaan Hindia Timur Britania menjalin hubungan dagang dengan Blambangan.. VOC segera bergerak untuk mengamankan kekuasaannya atas Blambangan pada akhir abad ke-18. Hal ini menyulut perang besar selama lima tahun (1767–1772) dan bahkan baru berakhir tahun 1777. Dalam rangkaian peperangan itu terdapat beberapa pertempuran dahsyat yang salah satunya disebut Perang Puputan Bayu yang merupakan perlawanan rakyat Blambangan untuk melepaskan diri dari belenggu VOC. Pertempuran Puputan Bayu terjadi pada tanggal 18 Desember 1771 yang akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Banyuwangi. Sayangnya, perang ini tidak dikenal luas dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia melawan kompeni Belanda. Akhir dari perang ini, VOC-lah yang memperoleh kemenangan dengan diangkatnya R. Wiroguno I (Mas Alit) sebagai Bupati Banyuwangi pertama dan tanda runtuhnya Kerajaan Blambangan. Tetapi perlawanan sporadis rakyat Blambangan masih terjadi meskipun VOC sudah menguasai Blambangan. Itu bisa terlihat dengan tidak adanya pabrik gula yang dibangun oleh VOC saat itu, berbeda dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur. Legenda Tokoh legenda yang terkenal adalah Putri Sri Tanjung yang di bunuh oleh suaminya di pinggir sungai karena dicurigai oleh suaminya telah selingkuh ketika dia ditinggal menuju medan perang. Dengan sumpah janjinya kepada sang suami sang putri berkata: "Jika darah yang mengalir di sungai ini amis memang Sri Tanjung selingkuh, tetapi jika berbau harum (wangi) maka Sri Tanjung tidak selingkuh". Dan ketika darah yang mengalir ke dalam sungai tersebut berbau wangi, maka menyesallah sang suami yang dikenal sebagai Sidopekso ini. Harumnya air itulah yang kemudian diyakini sebagai asal mula nama daerah itu sebagai Banyuwangi. Tokoh sejarah lain ialah Minak Djinggo, seorang Adipati dari Blambangan yang memberontak terhadap Kerajaan Majapahit dan dapat ditumpas oleh utusan Majapahit, yaitu Damarwulan. Namun sesungguhnya nama Minak Djinggo tidak ada dalam daftar raja Balambangan menurut Babad Sembar sehingga dapat dipastikan bahwa kisah ini hanya legenda saja. Julukan Kabupaten Banyuwangi menyandang beberapa julukan, di antaranya: The Sunrise of Java Julukan The Sunrise of Java disandang Kabupaten Banyuwangi tidak lain karena daerah yang pertama terkena sinar matahari terbit di Pulau Jawa. Bumi Blambangan Sejarah berdirinya Banyuwangi tidak bisa dilepaskan dari sejarah kerajaan Blambangan, karena Blambangan merupakan cikal bakal dari Banyuwangi. Blambangan adalah kerajaan yang semasa dengan kerajaan Majapahit bahkan dua abad lebih panjang umurnya. Blambangan adalah kerajaan yang paling gigih bertahan terhadap serangan VOC serta Blambanganlah kerajaan yang paling akhir ditaklukkan penjajah Belanda di Pulau Jawa. Osing Salah satu keunikan Banyuwangi adalah penduduk yang multikultur, dibentuk oleh 3 elemen masyarakat yaitu Jawa Mataraman, Madura, dan Banyuwangen (kini lebih dikenal dengan Osing). Orang Osing adalah salah satu kelompok penduduk asli Banyuwangi.Mereka mempunyai adat-istiadat, budaya maupun bahasa yang sedikit berbeda dari masyarakat Jawa umumnya. Santet Julukan Banyuwangi kota santet terkenal sejak peristiwa memilukan ketika 100 orang lebih dibunuh secara misterius karena dituduh memiliki ilmu santet. Peristiwa ini dikenal luas oleh masyarakat sebagai “Tragedi Santet” Tahun 1998. Gandrung Kabupaten Banyuwangi terkenal dengan Tari Gandrung yang menjadi maskot kabupaten ini. 'Banteng Kabupaten Banyuwangi dijuluki kota banteng dikarenakan di Banyuwangi tepatnya di Taman Nasional Alas Purwo terdapat banyak banteng jawa. Pisang Sejak dahulu Kabupaten Banyuwangi sangat dikenal sebagai penghasil pisang terbesar, bahkan tiap dipekarangan rumah warga selalu terdapat pohon pisang. Festival Berawal dari sukses penyelenggaraan kegiatan budaya Banyuwangi Ethno Carnival pertama pada tahun 2011 lalu, maka pada tahun-tahun berikutnya seakan tak terbendung lagi semangat dan kegairahan masyarakat Banyuwangi untuk mengangkat potensi dan budaya daerah melalui rangkaian kegiatan yang dikemas dalam tajuk Banyuwangi Festival. Maka sejak 2012 acara Banyuwangi Ethno Carnival ditahbiskan menjadi agenda tahunan berbarengan dengan kegiatan lain, baik yang bersifat seni, budaya, fesyen, dan wisata olahraga. Geografi Secara geografis Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat 7º45’15”–8º43’2” LS dan 113º38’10” BT. Wilayah Kabupaten Banyuwangi cukup beragam, dari dataran rendah hingga pegunungan. Kawasan perbatasan dengan Kabupaten Bondowoso, terdapat rangkaian Dataran Tinggi Ijen dengan puncaknya Gunung Raung (3.344 m) dan Gunung Merapi (2.799 m). Di balik Gunung Merapi terdapat Gunung Ijen yang terkenal dengan kawahnya. Gunung Raung dan Gunung Ijen adalah gunung api aktif. Bagian selatan terdapat perkebunan, peninggalan sejak zaman Hindia Belanda. Di perbatasan dengan Kabupaten Jember bagian selatan, merupakan kawasan konservasi yang kini dilindungi dalam sebuah cagar alam, yakni Taman Nasional Meru Betiri. Pantai Sukamade merupakan kawasan penangkaran penyu. Di Semenanjung Blambangan juga terdapat cagar alam, yaitu Taman Nasional Alas Purwo. Pantai timur Banyuwangi yang menghadap ke Selat Bali merupakan salah satu penghasil ikan terbesar di Jawa Timur. Tepatnya di Kecamatan Muncar yaitu pelabuhan perikanan Muncar. Batas wilayah Wilayah Kabupaten Banyuwangi berbatasan langsung dengan beberapa wilayah lain, yakni: Topografi Kabupaten Banyuwangi terletak di ketinggian 0–2.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan tingkat kelerengan, wilayah Kabupaten Banyuwangi terbagi dalam empat kategori tingkat kelerangan, yaitu tingkat kelerengan 0–2%, tingkat kelerengan 2–15%, tingkat kelerengan 15–40%, dan tingkat kelerengan >40%. Berikut adalah detailnya: Tingkat kelerengan 0–2% dapat dijumpai di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi Tingkat kelerengan 2–15% dapat dijumpai di hampir seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Muncang dan Kecamatan Cluring Tingkat kelerengan 15–40% dapat dijumpai di sebagian besar wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Muncal, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Genteng, Srono, Rogojampi, Singojuruh, Giri, dan Banyuwangi. Tingkat kelerengan >40% dapat dijumpai di sebagian wilayah Kabupaten Banyuwangi, kecuali Kecamatan Purwoharjo, Muncal, Cluring, Gambiran, Tegalsari, Genteng, Srono, Rogojampi, Kabat, Singojuruh, Giri, Sempu, dan Banyuwangi. Geohidrologi Beberapa sungai besar maupun kecil yang melintas Kabupaten Banyuwangi mulai dari bagian utara ke selatan sehingga merupakan daerah yang cocok pertanian lahan basah, yaitu meliputi : Sungai Bajulmati (20 km), melewati Kecamatan Wongsorejo. Sungai Selogiri (6,173 km), melewati Kecamatan Kalipuro. Sungai Ketapang (10,26 km), melewati Kecamatan Kalipuro. Sungai Sukowidi (15,826 km), melewati Kecamatan Kalipuro. Sungai Bendo (15,826 km), melewati Kecamatan Glagah. Sungai Sobo (13,818 km), melewati Kecamatan Banyuwangi dan Glagah. Sungai Pakis (7,043 km), melewati Kecamatan Banyuwangi. Sungai Tambong (24,347 km), melewati Kecamatan Glagah dan Kabat. Sungai Binau (21,279 km), melewati Kecamatan Rogojampi. Sungai Bomo (7,417 km), melewati Kecamatan Rogojampi, Srono, dan Muncar. Sungai Setail (73,35 km), melewati Kecamatan Sempu, Genteng, Tegalsari, Gambiran, Purwoharjo dan Muncar. Sungai Porolinggo (30,70 km)melewati Kecamatan Genteng. Sungai Kalibarumanis (18 km), melewati Kecamatan Kalibaru dan Glenmore. Sungai Wagud (14,60 km), melewati Kecamatan Genteng, Cluring dan Muncar. Sungai Karangtambak (25 km), melewati Kecamatan Pesanggaran. Sungai Bango (18 km), melewati Kecamatan Bangorejo dan Pesanggaran. Sungai Baru (80,70 km), melewati Kecamatan Kalibaru, Glenmore, Tegalsari, Siliragung dan Pesanggaran. Iklim Suhu udara di wilayah datara rendah berkisar antara 20°–34°C, sedangkan wilayah dataran tinggi bersuhu udara kurang dari 19°C. Tingkat kelembapan di Kabupaten Banyuwangi bervariasi antara 73–84%. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, hampir seluruh wilayah Kabupaten Banyuwangi masuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw & Am) dengan dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Banyuwangi berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan puncak musim kemarau adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim hujan di wilayah Banyuwangi berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah bulan Januari dan Februari yang curah hujan bulanannya lebih dari 280 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Banyuwangi berkisar antara 1.000–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 80–150 hari hujan per tahun. Pemerintahan Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Transportasi Ibu kota Kabupaten Banyuwangi berjarak 290 km sebelah timur Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Banyuwangi merupakan ujung paling timur jalur pantura serta titik paling timur jalur kereta api pulau Jawa yaitu Stasiun Ketapang. Pelabuhan Ketapang terletak di Kota Banyuwangi bagian utara, menghubungkan Jawa dan Bali dengan kapal Ferry, LCM, roro dan tongkang. Angkutan Antarkota Dari Surabaya, Kabupaten Banyuwangi dapat dicapai dari dua jalur jalan darat, jalur utara dan jalur selatan. Jalur utara merupakan bagian dari jalur pantura yang membentang dari Anyer hingga pelabuhan Panarukan dan melewati Kabupaten Situbondo. Sedangkan jalur selatan merupakan pecahan dari jalur pantura dari Kabupaten Probolinggo melewati Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Jember. Di kedua jalur tersebut tersedia bus ekonomi maupun non-ekonomi. Angkutan Kereta Api Terdapat pula moda transportasi darat lainnya, yaitu jalur kereta api lintas timur Jawa dan berakhir di Banyuwangi. Stasiun Banyuwangi Kota merupakan stasiun terdekat dengan Kota Banyuwangi. Stasiun Ketapang terletak di utara Kota Banyuwangi tidak jauh dari Pelabuhan Penyeberangan Ketapang. Stasiun kereta api yang cukup besar di Banyuwangi adalah Stasiun Ketapang, Banyuwangi Kota, Rogojampi, Stasiun Kalisetail, (Kecamatan Sempu), dan Kalibaru. Selain itu ada juga stasiun yang lebih kecil seperti Singojuruh, Temuguruh, Glenmore, Sumberwadung dan Halte Krikilan. Angkutan Daerah Untuk transportasi wilayah perkotaan terdapat moda angkutan mikrolet, taksi Bosowa, Ramayana, Using Transport serta van atau yang oleh masyarakat setempat disebut 'colt' yang melayani transportasi antar kecamatan dan minibus yang melayani trayek Banyuwangi dengan kota-kota kabupaten di sekitarnya. Angkutan Udara Bandar Udara Internasional Banyuwangi di kecamatan Blimbingsari dalam pembangunannya sempat tersendat akibat kasus pembebasan lahan, dan memakan korban 2 bupati yang menjabat dalam masa pembangunannya yaitu Bupati Samsul Hadi (2000–2005) dan Bupati Ratna Ani Lestari (2005–2010). Dan pada tanggal 28 Desember 2010, Bandar Udara Blimbingsari telah dibuka untuk penerbangan komersial Banyuwangi (BWX) – Jakarta (CGK) – Banyuwangi (BWX) dan Banyuwangi (BWX) – Surabaya (SUB) – Banyuwangi (BWX). Angkutan Laut dan Barang Selain itu terdapat Pelabuhan Tanjung Wangi di Ketapang, Kecamatan Kalipuro selain sebagai pelabuhan bongkar muat barang dan peti kemas, juga melayani pelayaran ke kepulauan di bagian timur Madura, seperti Kep. Sapeken, Kep. Kangean, dan Kep. Sapudi. Moda transportasi alternatif yang juga sudah diluncurkan berupa Kapal Cepat Marina Srikandi yang memiliki kapasitas hingga 145 orang penumpang. Kapal cepat ini beroperasi dari Pantai Boom Banyuwangi. Pengoperasian kapal ini didorong oleh pemikiran bahwa pertumbuhan pariwisata Banyuwangi juga ditopang oleh pertumbuhan pariwisata di Bali dan Lombok, sehingga perjalanan yang menghubungkan ketiganya harus terus ditingkatkan. Penduduk Penduduk Banyuwangi cukup beragam. Mayoritas adalah suku Osing, namun terdapat suku Madura (kecamatan Muncar, Wongsorejo, Kalipuro, Glenmore dan Kalibaru) dan suku Jawa Mataraman dan suku Jawa Arekan yang cukup signifikan, serta terdapat minoritas suku Bali, dan suku Bugis. Suku Bali banyak mendiami desa di kecamatan Rogojampi, bahkan di desa Patoman, Kecamatan Rogojampi seperti miniatur desa Bali di Pulau Jawa. Suku Osing merupakan penduduk asli Kabupaten Banyuwangi dan bisa dianggap sebagai sebuah subsuku dari suku Jawa. Mereka menggunakan bahasa Osing, yang dikenal sebagai salah satu ragam tertua bahasa Jawa. Suku Osing mendiami di Kecamatan Banyuwangi, Giri, Glagah, Licin, Kabat, Rogojampi, Songgon, Singojuruh, Srono, serta sebagian kecil di kecamatan lain. Pendidikan Daftar perguruan tinggi Perguruan tinggi negeri Perguruan tinggi swasta Pariwisata Kabupaten Banyuwangi memiliki banyak objek wisata seperti: Wisata Alam Kawah Ijen Pantai Boom Banyuwangi Pantai Plengkung Pantai Rajegwesi Pantai Pulau Merah Pantai Watu Dodol Pantai Teluk Hijau Pantai Teluk Biru Pantai Lampon Pantai Blimbingsari Pantai Wedi Ireng Pantai Sukamade Pantai Cemara Pantai Cacalan Pulau Tabuhan Bangsring Underwater Waduk Sidodadi Waduk Bajulmati Rawa Bayu Air Terjun Lider Air Terjun Wonorejo (Tirto Kemanten) Air Terjun Jagir Air Terjun Antogan Air Terjun Selendang Arum Air Terjun Telunjuk Raung Wisata Arung Jeram Kali Badeng Taman Nasional Alas Purwo Taman Nasional Meru Betiri Savanna Sadengan Hutan De Djawatan Wisata Sejarah Asrama Inggris Situs Prabu Tawang Alun Situs Umpak Songgo Situs Kawitan Situs Rawa Bayu Situs Candi Agung Gumuk Kancil Museum Blambangan Wisata Desa Desa Kemiren, desa dengan adat istiadat dan budaya masyarakat suku Osing yang masih terjaga. Desa Tamansari, desa di kaki Gunung Ijen yang menawarkan keindahan alam khas dataran tinggi. Desa Gintangan, desa dengan produk unggulan berupa kerajinan anyaman bambu kualitas ekspor yang banyak diburu wisatawan. Desa Bangsring, desa yang menawarkan keindahan bawah laut Selat Bali dan eksotika Pulau Tabuhan. Desa Patoman, desa yang dijuluki sebagai "Miniatur Pulau Bali" karena menawarkan suasana perdesaan ala Pulau Dewata. Kelurahan Gombengsari, kelurahan dengan perkebunan kopi yang luas dan sajian olahan kopi lokal yang khas. Kelurahan Temenggungan, kampung di pusat Kota Banyuwangi yang menawarkan suasana perkampungan klasik tempo dulu dengan balutan seni dan budaya lokal yang senantiasa dilestarikan. Kebudayaan Kabupaten Banyuwangi merupakan wilayah lintas pulau antara Pulau Jawa dan Pulau Bali, sehingga menjadi salah satu tempat pertemuan berbagai jenis kebudayaan. Budaya masyarakat Banyuwangi sangat beragam dan meliputi budaya lokal dari suku Jawa, suku Bali, suku Madura, dan suku Melayu. Terdapat pula budaya asing yang meliputi budaya Eropa. Di dusun Selorejo, kecamatan Glenmore, di lereng Gunung Raung, terdapat Pura Beji Ananthaboga, sebuah pura dan petirtaan yang terletakserta menempati wilayah Perhutani KPH Banyuwangi Barat. Batik Batik yang disebut-sebut sebagai jati diri Bangsa Indonesia tak bisa diragukan. Keberadaannya memang menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, khususnya orang Jawa. Motif-motifnya pun terinspirasi tak jauh dari kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan banyuwangi, memiliki beberapa motif yang terkenal yaitu Gajah Oling Paras Gempal Sekar Jagad Kangkung Setingkes Mata Ayam Jenis Batik tadi merupakan sebagian dari Motif Batik khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat. Lagu Daerah Umbul-Umbul Blambangan Ugo-Ugo Banyuwangi Ijo Royo-Royo Seblang Lukinto Cengkir Gadhing Ulan Andung Andung Kesenian tradisional Kesenian tradisional khas Banyuwangi antara lain: Angklung Khas Osing Angklung Caruk Angklung Tetak Angklung Paglat Angklung Blambangan Barong Banyuwangi Barong Kemiren Barong Kumbo Barong Prejeng Barong Lundoyo Barong Ider Bumi Barong Bali Barongsai Ogoh-Ogoh Ondel-Ondel Janger Banyuwangi Teater Banyuwangi Drama Janger Drama Osing Jejer Gandrung Jaranan Jaranan Buto Pacu Gandrung Gandrung Dor Gandrung Marsan Gandrung Seblang Lukinto Gama Gandrung Gandrung Banyuwangi Gedhogan Kebo-Keboan Keboan Kuwung Kuntulan Mocoan Pacul Gowang Patrol Banyuwangi Seblang Wayang Osing Jenis kesenian tadi merupakan sebagian dari kesenian khas Banyuwangi yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat setempat. Musik khas Banyuwangi Gamelan Banyuwangi khususnya yang dipakai dalam tari Gandrung memiliki kekhasan dengan adanya kedua biola, yang salah satunya dijadikan sebagai pantus atau pemimpin lagu. Menurut sejarahnya, pada sekitar abad ke-19, seorang Eropa menyaksikan pertunjukan Seblang (atau Gandrung) yang diiringi dengan suling. Kemudian orang tersebut mencoba menyelaraskannya dengan biola yang dia bawa waktu itu, pada saat dia mainkan lagu-lagu Seblang tadi dengan biola, orang-orang sekitar terpesona dengan irama menyayat yang dihasilkan biola tersebut. Sejak itu, biola mulai menggeser suling karena dapat menghasilkan nada-nada tinggi yang tidak mungkin dikeluarkan oleh suling. Selain itu, gamelan ini juga menggunakan "kluncing" (triangle), yakni alat musik berbentuk segitiga yang dibuat dari kawat besi tebal, dan dibunyikan dengan alat pemukul dari bahan yang sama, dan angklung, atau rebana. Tokoh terkenal Referensi Pranala luar Info mengenai pembagian administratif Banyuwangi di bentangbanyuwangi.github.io Kabupaten di Jawa Timur Kabupaten di Indonesia
4114
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Blitar
Kota Blitar
Blitar () merupakan sebuah kota yang terletak di bagian Selatan provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 167 km sebelah barat daya Surabaya dan 80 km sebelah barat Malang. Kota ini merupakan enklave dari Kabupaten Blitar. Selain disebut sebagai Kota Proklamator dan Kota Patria, kota ini juga disebut sebagai Kota Peta (Pembela Tanah Air) karena di bawah kepemimpinan Soeprijadi, Laskar Peta melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Jepang untuk pertama kalinya pada tanggal 14 Februari 1945 yang mengilhami timbulnya perlawanan menuju kemerdekaan di daerah lain. Ikan koi yang populer di Jepang dapat dibudidayakan dengan baik di kota ini sehingga memberikan julukan tambahan sebagai Kota Koi. Sejarah Kota Blitar Berdasarkan legenda, dahulu bangsa Tartar dari Asia Timur sempat menguasai daerah Blitar yang kala itu belum bernama Blitar. Majapahit saat itu merasa perlu untuk merebutnya. Kerajaan adidaya tersebut kemudian mengutus Nilasuwarna untuk memukul mundur bangsa Tartar. Keberuntungan berpihak pada Nilasuwarna, ia dapat mengusir bangsa dari Mongolia itu. Atas jasanya, ia dianugerahi gelar sebagai Adipati Aryo Blitar I untuk kemudian memimpin daerah yang berhasil direbutnya tersebut. Ia menamakan tanah yang berhasil ia bebaskan dengan nama Balitar yang berarti kembali pulangnya bangsa Tartar. Akan tetapi, pada perkembangannya terjadi konflik antara Aryo Blitar I dengan Ki Sengguruh Kinareja yang tak lain adalah patihnya sendiri. Konflik ini terjadi karena Sengguruh ingin mempersunting Dewi Rayung Wulan, istri Aryo Blitar I. Singkat cerita, Aryo Blitar I lengser dan Sengguruh meraih takhta dengan gelar Adipati Aryo Blitar II. Akan tetapi, pemberontakan kembali terjadi. Aryo Blitar II dipaksa turun oleh Joko Kandung, putra dari Aryo Blitar I. Kepemimpinan Joko Kandung dihentikan oleh kedatangan bangsa Belanda. Sebenarnya, rakyat Blitar yang multietnis saat itu telah melakukan perlawanan, tetapi dapat diredam oleh Belanda. Kota Blitar mulai berstatus gemeente (kotapraja) pada tanggal 1 April 1906 berdasarkan peraturan Staatsblad van Nederlandsche Indie No. 150/1906. Pada tahun itu, juga dibentuk beberapa kota lain di Pulau Jawa, antara lain Batavia, Buitenzorg, Bandoeng, Cheribon, Kota Magelang, Samarang, Salatiga, Madioen, Soerabaja, dan Pasoeroean. Dengan statusnya sebagai gemeente, selanjutnya di Blitar juga dibentuk Dewan Kotapradja Blitar yang beranggotakan 13 orang dan mendapatkan subsidi sebesar 11.850 gulden dari Pemerintah Hindia Belanda. Untuk sementara, jabatan burgemeester (wali kota) dirangkap oleh Residen Kediri. Pada zaman pendudukan Jepang, berdasarkan Osamu Seirei tahun 1942, kota ini disebut sebagai Blitar-shi dengan luas wilayah 16,1 km² dan dipimpin oleh seorang shi-chō. Selanjutnya, berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang No. 17/1950, Kota Blitar ditetapkan sebagai daerah kota kecil dengan luas wilayah 16,1 km². Dalam perkembangannya, nama kota ini kemudian diubah lagi menjadi Kotamadya Blitar berdasarkan Undang-Undang No. 18/1965. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 48/1982, luas wilayah Kotamadya Blitar ditambah menjadi 32,58 km² serta dikembangkan dari satu menjadi tiga kecamatan dengan dua puluh kelurahan. Terakhir, berdasarkan Undang-Undang No. 22/1999, nama Kotamadya Blitar diubah menjadi Kota Blitar. Geografi Secara geografis, wilayah Kota Blitar terletak 112°14'–112°28' Bujur Timur dan 8°2'–8°8' Lintang Selatan dengan luas wilayah 32,57 km² yang dibagi dalam tiga wilayah kecamatan, yaitu Sananwetan, Kepanjenkidul, dan Sukorejo. Kota Blitar terletak di sebelah selatan Provinsi Jawa Timur dan kota ini merupakan wilayah terkecil kedua di provinsi Jawa Timur setelah Kota Mojokerto serta wilayahnya hanya berbatasan langsung dengan Kabupaten Blitar. Topografi Secara topografi, Kota Blitar berada di kaki Gunung Kelud dengan ketinggian 150–200 meter dari permukaan laut. Pembagian daerah ketinggian di wilayah Kota Blitar adalah sebagai berikut: Ketinggian 175 – 200 meter dpl, seluas 605.203 Ha (18.577 % dari total luas wilayah Kota Blitar) Ketinggian 150 – 175 meter dpl, seluas 1.055.200 Ha (32.359 % dari total luas wilayah Kota Blitar) Ketinggian 150 meter dpl luasnya sekitar 692.234 Ha (21.248 % dari total luas wilayah Kota Blitar) Sedangkan rata–rata kemiringan lahan di Kota Blitar adalah antara 0–2%, kecuali pada daerah utara yang kemiringan lahannya berkisar kemiringan 2–15%. Iklim Menurut klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kota Blitar beriklim muson tropis (Am) dengan dua musim yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yaitu musim kemarau yang dipengaruhi oleh hembusan angin muson timur–tenggara dan musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat laut–barat daya. Musim kemarau di wilayah Blitar yang dipengaruhi angin muson timuran berlangsung pada periode Mei hingga Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sementara itu, musim penghujan di wilayah Blitar yang disebabkan oleh angin muson baratan berlangsung pada periode November hingga April dengan bulan terbasah adalah Januari. Curah hujan tahunan di Kota Blitar berkisar antara 1.400–2.300 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 90–160 hari hujan per tahun dan bersuhu udara rata-rata cukup sejuk antara 21°–32° Celsius. Pemerintahan Wali kota Dewan Perwakilan Kecamatan Kependudukan Kesehatan Pariwisata Tempat Wisata Tempat tujuan wisata di Kota Blitar antara lain: Makam Bung Karno, tempat dimakamkannya presidan pertama sekaligus proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, Soekarno. Makam ini terletak di Kelurahan Bendogerit, Kecamatan Sananwetan, sekitar 2 kilometer sebelah utara pusat kota. Perpustakaan dan Museum Bung Karno merupakan perpustakaan yang selain berisi segala bentuk memorabilia Bung Karno, juga dikembangkan sebagai pusat studi terpadu. Beberapa koleksi yang ada saat ini adalah lukisan hidup Bung Karno yang dapat berdetak tepat pada bagian jantungnya, uang bergambar Bung Karno yang dapat menggulung sendiri, dan koleksi sumbangan dari Yayasan Idayu. Istana Gebang atau lebih dikenal dengan sebutan Ndalem Gebang, merupakan rumah tempat tinggal orang tua Bung Karno. Istana ini bertempat di Jalan Sultan Agung 69. Di rumah ini pada setiap bulan Juni ramai didatangi pengunjung, baik dalam rangka peringatan hari ulang tahun Bung Karno maupun karena adanya kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh Pemkot Blitar, seperti Grebeg Pancasila. Petilasan Arya Blitar merupakan sebuah makam dari Adipati Arya Blitar yang terletak di Kelurahan Blitar, Kecamatan Sukorejo. Makam ini ramai dikunjungi pada bulan Sura dan juga setiap malam Jumat legi. Monumen Supriyadi merupakan sebuah monumen untuk mengenang jasa Soeprijadi. Pada tahun 1945, Kota Blitar menjadi pusat pemberontakan tentara Peta yang dipimpin oleh Shodancho Soeprijadi melawan tentara Jepang. Monumen ini terletak di depan bekas Markas Peta dan Taman Makam Pahlawan Raden Wijaya. Selain itu, juga dibangun sebuah patung setengah dada Soeprijadi yang terletak di depan Pendapa Rangga Hadinegara. Kebon Rojo, yaitu taman hiburan dan rekreasi keluarga yang berada di belakang kompleks rumah dinas Wali Kota Blitar yang disediakan untuk masyarakat umum maupun wisatawan secara cuma-cuma. Di taman tersebut, terdapat beberapa jenis hewan peliharaan, fasilitas bermain anak-anak, tempat bersantai, panggung apresiasi seniman, air mancur, dan juga berbagai jenis tanaman langka yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Taman Air Sumberudel merupakan taman air yang terletak di Jalan Kali Brantas. Taman air ini diresmikan kembali oleh Wali Kota Blitar pada tanggal 10 Oktober 2007 setelah direnovasi selama kurang lebih satu setengah tahun. Fasilitas yang dimilikinya cukup lengkap bila dibandingkan dengan taman-taman air lain di Jawa Timur. Green Park merupakan taman hijau terbuka yang terletak di Kelurahan Bandogerit, Sananwetan. Fasilitas yang ada di taman ini berupa gazebo, tempat duduk, jungkat-jungkit, dan beberapa permainan lain untuk anak-anak. Taman Pecut merupakan ruang terbuka hijau yang terletak di sebelah selatan Alun-Alun Kota Blitar.Taman ini diresmikan hari Kamis, 22 Juni 2017 oleh Wali kota Blitar. Di taman ini, pengunjung bisa menyaksikan atraksi air mancur dengan sinar lampu berwarna-warni yang bisa menari dengan iringan suara musik setiap malam Minggu. Taman Pecut juga menyediakan fasilitas seperti gazebo, kamar mandi, dan beberapa titik swafoto. Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) adalah pusat layanan informasi bagi para pelaku ekonomi, khususnya pelaku perdagangan, selain sebagai pusat layanan informasi tentang pariwisata. Pembangunan pusat informasi ini adalah bentuk realisasi kebijakan pembangunan sarana-prasarana ekonomi pada umumnya, serta sarana-prasarana perdagangan dan pariwisata pada khususnya. Ini adalah penjabaran dari pembangunan sistem perdagangan barang dan jasa unggulan sebagaimana yang tersurat dalam rumusan visi Kota Blitar. PIPP menjadi media integrasi informasi dan publikasi pariwisata dan potensi daerah secara bersama-sama antara daerah Kota Blitar beserta daerah sekitarnya, seperti Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Trenggalek, Kabupaten Tulungagung, Kabupaten Nganjuk, serta daerah-daerah lainnya di wilayah administrasi Badan Koordinasi Wilayah I Madiun. PIPP diresmikan pada tanggal 3 Juli 2004 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri bersamaan dengan peresmian beberapa objek lainnya, antara lain Stadion Gelora Supriyadi, Pasar Legi, dan Perpustakaan Persada Bung Karno. Fasilitas Pendukung Stadion Gelora Soeprijadi merupakan markas dari klub sepak bola PSBK Blitar yang berlaga di liga 3 dan Blitar United yang baru saja promosi ke liga 2 Pusat Layanan Autis (PLA) Hotel Tugu Sri Lestari terletak di Jalan Merdeka. Hotel ini lebih dikenal dengan sebutan Sri Lestari saja. Hotel bergaya kolonial ini merupakan hotel tertua yang berdiri di pusat Kota Blitar dan merupakan saksi sejarah dari peristiwa Pemberontakan Peta yang terjadi pada tanggal 14 Februari 1945. Patria Plaza Hotel terletak di Jalan Kartini. Hotel ini diresmikan oleh Wali Kota Blitar pada tanggal 1 Januari 2005. Hotel Puri Perdana terletak di Jalan Anjasmoro. Hotel ini adalah hotel pertama di Kota Blitar yang memberikan fasilitas internet gratis Rupa-rupa Kota dan Kabupaten Blitar merupakan daerah utama yang dilewati oleh lahar Gunung Kelud apabila meletus. Transportasi Kota Blitar dihubungkan dengan jalan provinsi yang menuju Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Malang.Transportasi umum di Kota Blitar dapat dilayani dengan moda transportasi Bus di Terminal Patria dan Kereta Api di Stasiun Blitar. Kereta Api Berikut ini rute kereta api yang melintas di Kota Blitar berdasarkan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) tahun 2023: Bus Tokoh Terkenal Abdul Azis Suseno, Politisi Agus Suhartono, Panglima TNI 2010-2013 Anjasmara, Aktor film dan sinetron Anthony Fokker (1890-1939) Boediono, Wakil Presiden Republik Indonesia 2009-2014 Dodit Mulyanto, Pelawak tunggal Hengky Kurniawan, Aktor film dan sinetron, Bupati Bandung Barat 2021 - 2023 Kies Slamet, Aktor film Masjchun Sofwan, Gubernur Provinsi Jambi 1979-1989 Mochammad Jasin , Wakil Ketua KPK Putri Raemawasti, Puteri Indonesia 2007 Riau Ega Agatha, Atlet panahan Samanhudi Anwar, Wali kota Blitar 2010-2015 Siti Zuhro, Peneliti Sugiyono (politisi), Wakil Gubernur Provinsi Papua 1983-1987 Sukadji Ranuwihardjo, Rektor Universitas Gajah Mada 1973-1981 Wiweko Soepono, Pioner Penerbangan Indonesia Kota Kembar Bengkulu (2011) Surakarta (2016) Kota Persahabatan Auckland (2016) Binjai (2016) Catatan Referensi Lihat pula Stasiun Blitar Pranala luar Situs resmi Jelajah Blitar, informasi wisata di Blitar Informasi Pariwisata Kota Blitar http://visitblitar.com/ Portal Wisata Kota Blitar, Wisata Blitar Backpacker Blitar, informasi backpacker di Blitar Blitar Blitar Pendirian tahun 1906 di Hindia Belanda Enklave dan eksklave
4115
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Bojonegoro
Kabupaten Bojonegoro
Bojonegoro () adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukota nya adalah Kecamatan Bojonegoro. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan 7 Kabupaten, yaitu di bagian utara dengan Kabupaten Tuban, bagian timur dengan Kabupaten Lamongan, bagian selatan dengan Kabupaten Jombang, Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Madiun, dan Kabupaten Ngawi, serta bagian barat dengan Kabupaten Blora (Jawa Tengah). Sebagai gerbang masuk utama Jawa Timur dari arah barat, wilayah barat Bojonegoro (perbatasan dengan Jawa Tengah) merupakan bagian dari Blok Cepu, salah satu sumber deposit minyak bumi utama di Indonesia. Per sensus penduduk 2020, penduduk Kabupaten Bojonegoro berjumlah 1.339.100 jiwa dengan kepadatan 580 jiwa/km2. Sejarah Masa kehidupan sejarah Indonesia Kuno ditandai oleh pengaruh kuat kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak Abad I. Hingga abad ke-16, Bojonegoro termasuk wilayah kekuasaan Majapahit. Seiring dengan berdirinya Kesultanan Demak pada abad ke-16, Bojonegoro menjadi wilayah Kesultanan Demak. Dengan berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai baru Islam dengan disertai perang dalam upaya merebut kekuasaan Majapahit (wilwatikta). Peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah Kesultanan Pajang (1586), dan kemudian Kesultanan Mataram (1587). Pada tanggal 20 Oktober 1677, status Jipang yang sebelumnya adalah kadipaten diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang. Tanggal ini hingga sekarang diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Bojonegoro. Tahun 1725, ketika Sunan Pakubuwono II (Kasunanan Surakarta) naik takhta, pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dipindahkan dari Jipang ke Rajekwesi, sekitar 10 km sebelah selatan kota Bojonegoro sekarang. Geografi Wilayah Kabupaten Bojonegoro secara geografis terletak pada posisi 112°25'–112°09' Bujur Timur dan 6°59'–7°37' Lintang Selatan. Kabupaten Bojonegoro dialiri sungai Bengawan Solo yang mengalir dari selatan, menjadi batas alam dengan Provinsi Jawa Tengah, kemudian mengalir ke arah timur, di sepanjang wilayah utara Kabupaten Bojonegoro. Bagian utara merupakan Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo yang cukup subur dengan pertanian yang ekstensif. Kawasan pertanian umumnya ditanami padi pada musim penghujan, dan tembakau pada musim kemarau. Bagian selatan adalah pegunungan kapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian barat laut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Kota Bojonegoro terletak di jalur Surabaya-Cepu-Semarang. Kota ini juga dilintasi jalur kereta api jalur Surabaya-Semarang-Jakarta. Batas wilayah Batas-batas wilayah Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut: Topografi Keadaan topografi Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh keadaan tanah yang berbukit yang berada di sebelah selatan (Pegunungan Kapur Selatan) dan sebelah utara (Pegunungan Kapur Utara) yang mengapit dataran rendah yang berada di sepanjang aliran Bengawan Solo yang merupakan daerah pertanian yang subur. Wilayah Kabupaten Bojonegoro didominasi oleh lahan dengan kemiringan yang relatif datar. Sebanyak 91,26% wilayah Kabupaten Bojonegoro memiliki kemiringan antara 0-15%. Permukaan tanah di Kabupaten Bojonegoro rata-rata berada pada ketinggian dari permukaan laut yang relatif rendah, yaitu berada pada ketinggian antara 25–500 meter di atas permukaan laut. Geologi Jenis tanah di Kabupaten Bojonegoro terdiri dari Alluvial, Grumosol, Litosol dan Medeteran. Jenis tanah yang paling banyak dijumpai di wilayah ini adalah jenis tanah Grumusol dengan persentase 38,55% dari keseluruhan wilayah Kabupaten Bojonegoro, kemudian diikuti oleh jenis tanah Litosol sebesar 22,05% dari luas wilayah Bojonegoro, lalu diikuti oleh jenis tanah Alluvial sebesar 20,09% dan jenis tanah Medeteren sebesar 19,31%. Iklim Kabupaten Bojonegoro beriklim tropis basah dan kering (Aw) yang mempunyai dua musim yang dipengaruhi oleh angin muson, yaitu musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat laut yang bersifat basah dan lembap dan musim kemarau yang dipengaruhi oleh angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin. Musim kemarau berlangsung pada bulan Mei–Oktober dengan rata-rata curah hujan di bawah 120 mm per bulan dengan bulan terkering yaitu bulan Agustus. Sementara itu, musim penghujan berlangsung antara bulan November–April dengan rata-rata curah hujan lebih dari 150 mm per bulan dengan bulan terbasah yaitu bulan Januari. Suhu udara rata-rata di wilayah Bojonegoro berkisar antara 21°–33 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah Bojonegoro adalah ±77%. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Perencanaan Daerah Pemkab Bojonegoro mempunyai beberapa rencana jangka panjang dan jangka pendek untuk membangun Kabupaten Bojonegoro, di antaranya: Membangun Mega Proyek di antaranya Gedung Dinas Pendidikan, Jembatan Penghubung Padangan–Kasiman, Masjid Agung Darusalam, Alun-alun, dan Gedung Pemkab tujuh lantai, Hotel Griya Dharma Kusuma (GDK), Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Ngasem, dan Pembangunan Gedung Olah Raga (GOR). Untuk Proyek Gor yang memakan anggaran sebesar Rp.28 Miliar ini dibangun diatas lahan seluas 2,3 hektare dan akan dilengkapi berbagai fasilitas. Dalam gedung seluas 3.500 meter persegi ini akan diisi dengan Lapangan Basket, Futsal, Bulu Tangkis dan Lapangan Voli. Nantinya, gedung ini juga bisa menampung 2.500 penonton. Fasilitas lainnya yang akan disediakan untuk melengkapi GOR antara lain ruang ganti, toilet dan ruang kantor untuk Komite Olah Raga Nasional Indonesia (KONI) Cabang Bojonegoro. Membangun Jalur lingkar luar (ring road) yang rencana akan dimulai dari Proliman, Kapas sampai Kalitidu, pembangunan ring road dimaksudkan untuk mengurangi kendaraan bertonase besar lewat dalam Kota Bojonegoro. Rencana pembangunan akan dimuai pada tahun 2016. Membangun Taman Kota Rajekwesi yang berada di selatan kota berada di Jalan Rajekwesi yang baru akan Beroperasi Tahun 2016. Merehap Wisata Wana Wisata Dander dan Membangun wisata air Waterboom. Merehab Alun-alun Bojonegoro. Membangun wisata malam di Api Abadi Kayangan Api yang berada di Kecamatan Ngasem. Membangun Waduk Gongseng yang berada di Kecamatan Temayang, waduk gongseng memiliki daya tampung yang sama dengan air yang tertampung di Waduk Pacal saat ini yang mencapai 22 juta meter kubik. Sosial Budaya Masyarakat Samin Dusun Jepang, salah satu dusun dari 9 dusun di Desa Margomulyo yang berada di kawasan hutan memiliki luas 74,733 hektare. Jarak sekitar 4,5 kilometer dari ibu kota Kecamatan Margomulyo, 69 kilometer arah barat-selatan atau kurang lebih dengan jarak tempuh antara 2-2,5 jam perjalanan dengan kendaraan dari ibu kota Bojonegoro dan 259 kilometer dari ibu kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya). Masyarakat Samin yang tinggal di dusun tersebut, adalah figur tokoh atau orang-orang tua yang gigih berjuang menentang Kolonial Belanda dengan gerakan yang dikenal dengan Gerakan Saminisme, yang dipimpin oleh Ki Samin Surosentiko. Dalam Komunitas Samin tidak ada istilah untuk membantu Pemerintah Belanda seperti menolak membayar pajak, tidak mau kerja sama, tidak mau menjual apalagi memberi hasil bumi kepada Pemerintah Belanda. Prinsip dalam memerangi Kolonial Belanda melalui penanaman ajaran Saminisme yang artinya sami-sami amin (bersama-sama) yang dicerminkan dan dilandasi oleh kekuatan, kejujuran, kebersamaan dan kesederhanaan. Sikap perjuangann mereka dapat dilihat dari profil orang samin yakni gaya hidup yang tidak bergelimpangan harta, tidak menjadi antek Belanda, bekerja keras, berdoa, berpuasa dan berderma kepada sesama. Ungkapan-ungkapan yang sering diajarkan, antara lain: sikap lahir yang berjalan bersama batin diungkapkan yang berbunyi sabar, nrimo, rilo dan trokal (kerja keras), tidak mau merugikan orang lain diungkapkan dalam sikap sepi ing pamrih rame ing gawe dan selalu hati-hati dalam berbicara diungkapkan ojo waton ngomong, ning ngomong kang maton. Lokasi masyarakat Samin (dusun Jepang) memiliki prospek untuk dikembangkan menjadi objek Wisata Minat Khusus atau Wisata Budaya Masyarakat Samin melalui pengembangan paket Wisata Homestay bersama masyarakat Samin. Hal yang menarik dalam paket ini ialah para wisatawan dapat menikmati suasana dan gaya hidup kekhasan masyarakat Samin. Untuk rintisan tersebut, kebijakan yang telah dilakukan adalah melalui penataan kampung dan penyediaan fasilitas sosial dasar. Tari Tayub Tayub merupakan tari pergaulan yang populer bagi masyarakat Bojonegoro dan sekitarnya. Tarian ini biasanya dilakukan oleh pria dengan diiringi gamelan dan tembang Jawa yang dilantunkan oleh waranggono yang syairnya sarat dengan petuah dan ajaran. Pertunjukan tari ini banyak dipergunakan untuk meramaikan kegiatan hajatan yang banyak dilaksanakan oleh warga Bojonegoro ataupun kegiatan kebudayaan yang lain. Biasanya dalam mengadakan kegiatannya, tarian tayub ini sudah terkoordinasi dalam suatu kelompok tertentu dengan nama khas masing-masing. Biasanya kelompok-kelompok tari tayub ini banyak terdapat di Kecamatan Temayang dan Bubulan yang terletak sekitar 30 km dari Kecamatan Kota Bojonegoro. Wayang Thengul Wayang Thengul adalah kesenian wayang khas Bojonegoro yang dalam bentuk 3 dimensi dengan diiringi gamelan pelog/slendro yang kemungkinan besar mendapat pengaruh dari alat musik Ponorogo. Walaupun wayang thengul ini jarang dipertunjukkan lagi, tetapi keberadaannya tetap dilestarikan di Kabupaten Bojonegoro, khususnya di Kecamatan Kanor yang berasalkan dari kata KANORAGAN karena pada ssat itu warok ponorogo menunjukan kekuatan kanoragaanya di sela-sela pentas reog ponorogo dan wayang thengul, daerah ini yang berjarak ± 40 Km dari Kota Bojonegoro. Perkembangan Wayang Thengul saat ini hingga keluar kota Bojonegoro, Seperti di Ponorogo yang dikenal dengan Wayang YES yang mendapatkan didikan secara langsung di Bojonegoro. Namun pada Wayang Yes memiliki perbedaan pada tokoh cerita, bahkan berkaloborasi dengan dangdut, jazz, bahkan reyog. Sandur Sandur merupakan seni pertunjukan berbentuk teater rakyat yang berkembang di Bojonegoro dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2018 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pertunjukan sandur dibawakan oleh sekelompok orang yang memiliki tugas masing-masing, yakni anak wayang, germo, panjak ore, dan jaranan. Pertunjukan sandur di Bojonegoro diwakili oleh empat tokoh bernama Cawik, Pethak, Balong dan Tangsil. Pertunjukan Sandur dimulai oleh Panjak Ore dengan membawakan tembang pembuka yang dipimpin oleh Germo. Panjak Oré, adegan dan acting dilakukan dengan menari dan diringi tembang-tembang oleh Panjak Oré sesuai dengan adegan yang dilakukan, dan ajaranan,penyajian pertunjukan sandur pakem identik dengan penyajiannya yang sederhana, memiliki nuansa ritual dan sakral yang dibangun oleh aroma bunga, dupa, kemenyan dan ditambah lagi dengan tari Jaranan yang dilakukan dengan proses ndadi. Atraksi Kalongking yang mendebarkan, atraksi ini dilakukan dengan berjumpalitan pada seutas tali atau tambang. Tali atau tambang tersebut dikaitkan pada ujung dua tiang bambu berukuran 5-10 meter. Kedua tiang dipasang di sisi timur dan barat arena pertunjukan dengan posisi berdiri atau menjulang. Atraksi ini (kalongking) merupakan pertanda berakhirnya pertunjukan Sandur. Transportasi Kabupaten Bojonegoro dilalui oleh jalur provinsi antara Babat di Kabupaten Lamongan dan Kecamatan Ngawi di Kabupaten Ngawi untuk angkutan darat, sedangkan angkutan rel, kabupaten ini juga dilalui oleh lintas utara Pulau Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya. Terminal Rajekwesi melayani bus antarkota dan angkutan perdesaan di ibukota kabupaten, tepatnya di Kecamatan Bojonegoro. Stasiun kereta api satu-satunya di Kabupaten Bojonegoro adalah, Stasiun Bojonegoro yang melayani kereta api antarkota menghubungkan Surabaya dengan Tapal Kuda Jawa Timur (Jember dan Banyuwangi), Jawa Tengah (Semarang, Pekalongan, dan Tegal), Jawa Barat (Bandung dan Cirebon), dan DKI Jakarta serta kereta api lokal menuju Gerbangkertosusila. Pariwisata Bojonegoro memiliki banyak tempat wisata meskipun belum terkelola secara maksimal. Akan tetapi hal ini tentu saja bisa menjadi daya tarik tersendiri. Berikut adalah beberapa di antaranya: Wisata alam Kayangan Api, di Sendangharjo Waduk Pacal, di Kedungsumber Wana Wisata Dander, di Dander Bendungan Gerak Bojonegoro, di Ngringinrejo Air Terjun Kedungmaor, di Temayang Air Terjun Krondonan, di Gondang Wisata Alam Negeri Atas Angin, di Sekar Little Teksas Wonocolo, di Kedewan Water Fun, di Ngunut Dander Air Terjun Sujonopuro, di Sekar Air Terjun Pucang, di Bubulan Air Terjun Kedung Gupit, di Sekar Wisata keluarga Dander Waterpark, di Dander Go Fun Theme Park, di Jalan Veteran Wisata sejarah Masjid Al Birru Pertiwi, di Dander Masjid Agung Bojonegoro, di Kauman Museum Rajekwesi, di Jawik Klenteng Hok Swie Bio, di Sekaran Sumurboto, di Dadapan, Sumberagung, Ngraho Wisata religi Makam Wali Kidangan, di Sukorejo Makam Buyut Dalem, di Karang Pacar Makam Mbah Malang Negoro, di Ngasinan Makam Raden Adipati Haryo Matahun, diNgraseh Wisata belanja Swalayan Sultan Ratu Keraton, di Gajah KDS Store Bojonegoro, di Sukorejo Bravo Bojonegoro di Bojonegoro Giant Supermarket Bojonegoro di Bojonegoro Wisata taman kota Taman Alun-alun Bojonegoro, di Kota Bojonegoro Taman Rajekwesi, di Kota Bojonegoro Taman Bengawan Solo, di Kota Bojonegoro Taman Mlaten, di Kota Bojonegoro Taman Kawasan Stadion H Soedirman, di Kota Bojonegoro Taman Talun, di Sumberrejo Produk unggulan (Potensi Bojonegoro) Kerajinan mebel kayu jati Produk unggulan ini telah lama dikenal dan berkualitas ekspor, karena Bojonegoro merupakan penghasil kayu jati berkualitas. Corak dan desain telah disesuaikan dengan situasi zaman, baik lemari, buffet, meja, kursi atau tempat tidur. Adapun daerah-daerah yang terkenal sebagai industri mebel yaitu di antaranya sukorejo dan temayang. apa yang membedakan mebel bojonegoro dengan mebel yang lain, mebel bojonegoro dibuat dari kayu-kayu jati asli dan memiliki umur yang bisa di bilang sudah cukup tua, dengan menggukan kayu yang tua maka hasil mebelnya dan ukirannya akan sangat indah sehingga memberikan corak yang khas. Kerajinan bubut-cukit Bentuk souvenir kayu jati khas Bojonegoro yang tetap menonjolkan guratan kayu jati. Penggarapannya dilakukan secara teliti dan detail, tetapi tetap mempertimbangkan aspek estetika. Khususnya berupa miniatur mobil, sepeda motor, becak, kereta api, jam dinding atau guci, penghias interior. Kerajinan limbah kayu Kerajinan limbah kayu jati yang dibentuk menjadi karya seni dalam berbagai model sudah merambah pasar ekspor ke berbagai negara. Kerajinan batu onix Bojonegoro memiliki tambang batu onix yang melimpah sehingga berbagai produk kerajinan onix dapat dihasilkan dengan kualitas sangat memuaskan. Pusat kerajinan batu onix terdapat di Kecamatan Gondang. Ledre Ledre adalah makanan khas Bojonegoro. Berbentuk gapit (seperti emping gulung) dengan aroma khas pisang raja yang manis. Sangat tepat untuk teman minum teh atau dan sajian tamu atau untuk oleh-oleh. Perbedaan ledre dengan gapit yaitu ledre lebih halus, lembut dan aroma pisangnya menyengat, sementara gapit agak kasar. selain dari pisang raja ledre juga bisa terbuat dari berbagai pisang misalnya pisang saba, pisang hijau, pisang susu,dll. tetapi yang khas di daerah bojonegoro atau lebih optimalnya dalam membuat ledre yaitu menggunakan pisang raja. Rengginang Singkong Rengginang singkong merupakan oleh-oleh yang bisa didapatkan di Bojonegoro. Jika rengginang pada umumnya berbahan dasar ketan, rengginang singkong berasal dari bahan dasar singkong yang diolah dan dijadikan rengginang. selain mengangkat nilai ekonomi dari singkong, rengginang singkong juga dikenal dengan rasanya yang renyah dan gurih. Sangat cocok untuk dijadikan oleh-oleh dan dinikmati sebagai camilan ketika berkumpul bersama keluarga. Rengginang singkong ini bisa didapatkan di desa Ngraseh, kecamatan Dander. Juga bisa didapatkan di toko oleh-oleh di Bojonegoro. Salak Wedi Salak Wedi rasanya manis, masir, renyah, segar dan besar. Dapat dijumpai di setiap pekarangan rumah penduduk di desa Wedi dan sekitarnya. Perbedaan Salak Wedi dengan salak lain, seperti Salak Pondoh, adalah kandungan air yang lebih banyak sehingga membuat Salak Wedi terasa lebih segar. Keberadaan Salak Wedi sudah ada sejak puluhan bahkan ratusan tahun silam, yang secara turun-temurun telah menjadi sumber pendapatan bagi warga Desa Wedi. Konon asal muasal bibit salak ini pertama kali dibawa oleh seorang Ulama' yang mengajarkan agama Islam di desa Wedi. Dari bibit tersebut terus berkembang hingga tidak hanya desa Wedi tetapi meliputi juga beberapa desa sekitar Wedi, yaitu Kalianyar dan Tanjungharjo. Blimbing Ngringinrejo Blimbing dengan berat 2–3 ons per buah dapat dijumpai di kebun buah desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Bojonegoro. Rasanya manis, segar dan harum, sangat tepat untuk hidangan penutup, rujak dan lain-lain. Tembakau Virginia Bojonegoro adalah penghasil tembakau virginia terbesar di Indonesia dan telah lama dikenal sebagai tembakau terbaik di dunia. Hijaunya tanaman tembakau hampir di seluruh wilayah Bojonegoro dapat dilihat antara bulan Mei–Oktober. Pepaya Kalifornia Bakalan Daerah di Bojonegoro selain penghasil buah salak dan buah blimbing juga penghasil pepaya manis Kalifornia. Perkebunan pepaya ini berada di Desa Bakalan, Kecamatan Kapas, Bojonegoro. Tokoh Terkenal KH. Mohammad Sholeh Talun (Pendiri & Pengasuh Ponpes Attanwir) Talun Sumberrejo Bojonegoro Yang merupakan Guru Besar dan panutan Para Tokoh–Tokoh Bojonegoro. Kyai Haji Anwar Zahid, ulama dari desa Simorejo, Kanor, Bojonegoro yang menjadi pembicara sekaligus artis lokal dengan slogan lucunya "Qulhu ae Lek !" Sandirono, pelawak dari Bojonegoro berkepala botak yang menjadi duet maut bersama seniman ludruk H. Kirun di setiap acara pentas seni di JTV Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc, adalah Menteri Sekretaris Negara yang menjabat sejak 27 Oktober 2014. Sebelumnya ia merupakan rektor Universitas Gadjah Mada yang ke 14. Mayjen TNI Basofi Sudirman, adalah Gubernur Jawa Timur periode 1993-1998. Sebelumnya ia pernah menjabat sebagai Kasdam Bukit Barisan (1986-1987) danWakil Gubernur Jakarta tahun 1987-1992. Letjen TNI H. Sudirman Seorang pahlawan dari Bojonegoro yang namanya diabadikan menjadi nama Stadion sepak bola di Bojonegoro dan ayah dari mantan Gubernur Jawa Timur, Mayjen TNI Basofi Sudirman DR.H.Akmal Boedianto SH., M.Si adalah Akademisi sekaligus Birokrat yang memulai karier nya di Bojonegoro, pada masa orde baru beliau merupakan Sekretaris DPD Golkar Bojonegoro, saat menjabat sebagai kepala pemdes Bojonegoro ia pernah membuat terobosan dengan merombak seluruh perangkat desa di bojonegoro yang berusia tua. Marsekal TNI (Purn.) Sukardi, adalah Kepala Staf TNI Angkatan Udara pada 26 November 1982 hingga 11 April 1986 Laksamana Dr.Iwan Isnurwanto Abdul Rozak ayah Ayu Ting Ting Daniel Ferdiansyah Media Massa Terdapat beberapa media lokal di Kabupaten Bojonegoro, diantaranya: Media Televisi B-One TV Bojonegoro JTV Bojonegoro Media Radio Referensi Pranala luar Situs resmi Bojonegoro Bojonegoro
4116
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Blitar
Kabupaten Blitar
Kabupaten Blitar () adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di kecamatan Kanigoro setelah sebelumnya satu wilayah dengan Kota Blitar. Kota Blitar sekarang menjadi enklave dari Kabupaten Blitar Pada tahun 2020, penduduk kabupaten Blitar berjumlah 1.223.745 jiwa dengan kepadatan 770 jiwa/km2. Geografi Batas Wilayah Keadaan tanah Gunung Kelud (1.731 mdpl.) adalah salah satu gunung api strato yang masih aktif di Pulau Jawa yang terletak di bagian utara kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Kediri. Bagian selatan Kabupaten Blitar yang dipisahkan oleh Sungai Brantas dikenal sebagai penghasil kaolin dan dilintasi oleh Pegunungan Kapur Selatan. Pantai yang terkenal antara lain Pantai Tambakrejo, Serang dan Jalasutra. Blitar, baik kota maupun kabupaten, terletak di kaki Gunung Kelud, Jawa Timur, sedangkan bagian timur kabupaten Blitar terletak di kaki dan lereng Gunung Kawi dengan titik tertinggi 2.551 mdpl., sekaligus menjadi batas alami dengan Kabupaten Malang. Daerah Blitar selalu terkena lahar Gunung Kelud yang sudah meletus puluhan kali terhitung sejak tahun 1331. Lapisan-lapisan tanah vulkanik yang banyak ditemukan di Kabupaten Blitar bagian utara pada hakikatnya merupakan hasil pembekuan lahar Gunung Kelud yang telah meletus secara berkala sejak ratusan tahun yang lalu. Keadaan tanah di daerah Blitar yang kebanyakan berupa tanah vulkanik, mengandung abu letusan gunung berapi, pasir dan napal (batu kapur yang tercampur tanah liat). Tanah tersebut pada umumnya berwarna abu-abu kekuningan, bersifat masam, gembur dan peka terhadap erosi. Tanah semacam itu disebut regosol yang dapat dimanfaatkan untuk menanam padi, tebu, tembakau dan sayur mayur. Selain hijaunya persawahan yang mendominasi pemandangan alam di daerah Kabupaten Blitar, ditanam pula tembakau di daerah ini. Tembakau mulai ditanam sejak Belanda berhasil menguasai daerah ini sekitar abad ke-17. Bahkan kemajuan ekonomi Blitar pernah ditentukan dengan keberhasilan atau kegagalan produksi tembakau. Sungai Brantas yang mengalir dari timur ke barat membagi Kabupaten Blitar menjadi dua, yaitu bagian utara dan selatan. Bagian selatan Kabupaten Blitar (sering disebut Blitar Selatan) kebanyakan tanahnya berjenis grumusol. Tanah semacam ini hanya produktif bila dimanfaatkan untuk menanam ketela pohon, jagung dan jati. Sungai Brantas Sungai Brantas merupakan sungai terpanjang kedua di Jawa Timur setelah Bengawan Solo (sebagian mengalir di wilayah Jawa Tengah). Sungai ini memegang peranan penting dalam sejarah politik maupun sosial Provinsi Jawa Timur. Sungai yang berhulu di Gunung Arjuno ini turut membawa unsur-unsur utama dari dataran tinggi aluvial di Malang yang bersifat masam sehingga menghasilkan unsur garam yang berguna bagi kesuburan tanah. Di Kabupaten Blitar, aliran air Sungai Brantas diberi tambahan unsur utama sehingga menyebabkan daerah dataran rendah aluvial yang dilintasi Sungai Brantas, seperti Tulungagung dan Kediri, memiliki tanah yang subur. Di Blitar juga saat ini terdapat 3 waduk/bendungan yakni, Bendungan Serut (Lodoyo), Wlingi dan Selorejo. Sejarah Masa kerajaan Tiga daerah subur, yaitu Malang, Kediri dan Mojokerto, seakan-akan "diciptakan" oleh Sungai Brantas sebagai pusat kedudukan suatu pemerintahan, sesuai dengan teori natural seats of power yang dicetuskan oleh pakar geopolitik, Sir Halford Mackinder, pada 1919. Teori tersebut memang benar adanya karena kerajaan-kerajaan besar yang didirikan di Jawa Timur, seperti Kerajaan Kediri, Kerajaan Singosari dan Kerajaan Majapahit, semuanya beribu kota di dekat daerah aliran Sungai Brantas. Jika saat ini Kediri dan Malang dapat dicapai melalui tiga jalan utama, yaitu melalui Mojosari, Ngantang, atau Blitar, maka tidak demikian dengan masa lalu. Dulu orang hanya mau memakai jalur melalui Mojosari atau Blitar jika ingin bepergian ke Kediri atau Malang. Hal ini disebabkan karena saat itu, jalur yang melewati Ngantang masih terlalu berbahaya untuk ditempuh, seperti yang pernah dikemukakan oleh J.K.J de Jonge dan M.L. van de Venter pada tahun 1909. Jalur utara yang melintasi Mojosari sebenarnya saat itu juga masih sulit dilintasi mengingat banyaknya daerah rawa di sekitar muara Sungai Porong. Di lokasi itu pula, Laskar Jayakatwang yang telah susah payah mengejar Raden Wijaya pada tahun 1292 gagal menangkapnya karena medan yang terlalu sulit. Oleh karena itulah, jalur yang melintasi Blitar lebih disukai orang karena lebih mudah dan aman untuk ditempuh, didukung oleh keadaan alamnya yang cukup landai. Pada zaman dulu, daerah Blitar merupakan daerah lintasan antara Dhoho (Kediri) dengan Tumapel (Malang) yang paling cepat dan mudah. Di sinilah peranan penting yang dimiliki Blitar, yaitu daerah yang menguasai jalur transportasi antara dua daerah yang saling bersaing (Panjalu dan Jenggala serta Dhoho dan Singosari). Banyaknya prasasti yang ditemukan di daerah ini (kira-kira 21 prasasti) bisa dikaitkan dengan alasan tersebut. Kitab Negarakertagama Pendapat yang mengatakan bahwa Kabupaten Blitar merupakan daerah perbatasan antara Dhoho dengan Tumapel dapat disimpulkan dari salah satu cerita dalam Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca. Disebutkan dalam kitab tersebut bahwa Raja Airlangga meminta Empu Bharada untuk membagi Kerajaan Kediri menjadi dua, yaitu Panjalu dan Jenggala. Empu Bharada menyanggupinya dan melaksanakan titah tersebut dengan cara menuangkan air kendi dari ketinggian. Air tersebut konon berubah menjadi sungai yang memisahkan Kerajaan Panjalu dan Kerajaan Jenggala. Letak dan nama sungai ini belum diketahui dengan pasti sampai sekarang, tetapi beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa sungai tersebut adalah Sungai Lekso (masyarakat sekitar menyebutnya Kali Lekso). Pendapat tersebut didasarkan atas dasar etimologis mengenai nama sungai yang disebutkan dalam Kitab Pararaton. Kitab Pararaton Diceritakan dalam Kitab Pararaton bahwa balatentara Daha yang dipimpin oleh Raja Jayakatwang berniat menyerang pasukan Kerajaan Singosari yang dipimpin oleh Raja Kertanegara melalui jalur utara (Mojosari). Adapun yang bergerak melalui jalur selatan disebutkan dalam Kitab Pararaton dengan kalimat saking pinggir Aksa anuju in Lawor... anjugjugring Singosari pisan yang berarti dari tepi Aksa menuju Lawor... langsung menuju Singosari. Nama atau kata Aksa yang muncul dalam kalimat tersebut diperkirakan merupakan kependekan dari Kali Aksa yang akhirnya sedikit berubah nama menjadi Kali Lekso. Pendapat ini diperkuat lagi dengan peta buatan abad ke-17 (digambar ulang oleh De Jonge) yang mengatakan bahwa ...di sebelah timur sungai ini (Sungai Lekso) adalah wilayah Malang dan di sebelah baratnya adalah wilayah Blitar. Candi Karena letaknya yang strategis, Blitar penting artinya bagi kegiatan keagamaan, terutama Hindu, pada masa lalu. Lebih dari 12 candi tersebar di seantero Blitar. Adapun candi yang paling terkenal di daerah ini adalah Candi Penataran yang terletak di Desa Penataran, Kecamatan Nglegok. Menurut riwayatnya, Candi Penataran dahulu merupakan candi negara atau candi utama kerajaan. Pembangunan Candi Penataran dimulai ketika Raja Kertajaya mempersembahkan sima untuk memuja sira paduka bhatara palah yang berangka tahun Saka 1119 (1197 Masehi). Nama Penataran ini kemungkinan besar bukan nama candinya, melainkan nama statusnya sebagai candi utama kerajaan. Candi-candi pusat semacam ini di Bali juga disebut dengan penataran, misalnya Pura Panataransasih. Menurut seorang ahli, kata natar berarti pusat, sehingga Candi Penataran di sini dapat diartikan sebagai candi pusat. Di sebelah timur Candi Penataran terdapat Candi Plumbangan yang berlokasi di Kecamatan Doko, yang oleh masyarakat setempat juga dijadikan sebagai objek wisata. Hari jadi Salah satu sumber sejarah yang paling penting adalah prasasti karena merupakan dokumen tertulis yang asli dan terjamin kebenarannya. Prasasti dapat diartikan sebagai tulisan dalam bentuk puisi yang berupa pujian. Enam abad yang lalu, tepatnya pada bulan Waisaka tahun Saka 1283 atau 1361 Masehi, Raja Majapahit yang bernama Hayam Wuruk beserta para pengiringnya menyempatkan diri singgah di Blitar untuk mengadakan upacara pemujaan di Candi Penataran. Rombongan itu tidak hanya singgah di Candi Penataran, tetapi juga ke tempat-tempat lain yang dianggap suci, yaitu Sawentar (Lwangwentar) di Kanigoro, Jimbe, Lodoyo, Simping (Sumberjati) di Kademangan dan Mleri (Weleri) di Srengat. Hayam Wuruk tidak hanya sekali singgah di Blitar. Pada tahun 1357 Masehi (1279 Saka), Hayam Wuruk berkunjung kembali ke Blitar untuk meninjau daerah pantai selatan dan menginap selama beberapa hari di Lodoyo. Hal itu mencerminkan betapa pentingnya daerah Blitar kala itu, sehingga Hayam Wuruk pun tidak segan untuk melakukan dua kali kunjungan istimewa dengan tujuan yang berbeda ke daerah ini. Pada tahun 1316 dan 1317, Kerajaan Majapahit carut marut karena terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Kuti dan Sengkuni. Kondisi itu memaksa Raja Jayanegara untuk menyelamatkan diri ke desa Bedander (sekarang Dander, Kabupaten Bojonegoro). dengan pengawalan pasukan Bhayangkara dibawah pimpinan Gajah Mada. Berkat siasat Gajah Mada, Jayanegara berhasil kembali naik takhta dengan selamat. Adapun Kuti dan Sengkuni berhasil diringkus dan kemudian dihukum mati. Oleh karena sambutan hangat dan perlindungan ketat yang diberikan penduduk Desa Bedander, maka Jayanegara pun memberikan hadiah berupa prasasti kepada para penduduk desa tersebut. Tidak diragukan lagi bahwa pemberian prasasti ini merupakan peristiwa penting karena menjadikan Blitar sebagai daerah swatantra di bawah naungan Kerajaan Majapahit. Peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada hari Minggu Pahing bulan Srawana tahun Saka 1246 atau 5 Agustus 1324 Masehi, sesuai dengan tanggal yang tercantum pada prasasti. Tanggal itulah yang akhirnya diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Blitar setiap tahunnya. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Lambang Daerah Lambang daerah Kabupaten Blitar terdiri atas sembilan bagian dengan bentuk, macam, dan maknanya sebagai berikut. Bentuk seluruhnya merupakan segi lima: Lambang Pancasila. Candi Penataran: Peninggalan Majapahit sebagai lambang kebudayaan yang luhur. Keris pusaka: Lambang semangat dan jiwa kepahlawanan rakyat Blitar sejak dulu hingga sekarang. Sungai Brantas dengan warna biru di atas dasar warna hijau dan kuning: Lambang kemakmuran, membagi daerah Blitar menjadi dua bagian. Pangkal keris dengan bentuk gunung dengan api yang menyala: Lambang kedinamisan rakyat Blitar yang pantang mundur dalam berjuang menghadapi malapetaka. Pohon beringin: Lambang pengayoman pemerintah yang diharapkan oleh rakyat. Segilima di tengah warna biru muda: Lambang kegotongroyongan dalam suasana aman dan damai. Padi dan kapas: Lambang sandang dan pangan, terdiri atas 8 buah kapas dan 17 butir padi. Pita dwiwarna dengan bintang emas bersudut. Ekonomi Perekonomian masyarakat Kabupaten Blitar pada saat ini masih didominasi pada sektor pertanian, perikanan dan peternakan. Kabupaten Blitar termasuk salah satu pusat produksi telur terbesar di Indonesia. Daerah ini mampu memasok 70 persen telur untuk Jawa Timur dan berkontribusi 30 persen dari pasokan telur nasional. Pada 2018, total populasi ayam petelur di Kabupaten Blitar lebih dari 15 juta ekor dengan total produksi telur 155.802 ton. Aliran Sungai Brantas dan Sungai Lekso yang dimanfaatkan dengan adanya dua buah bendungan (Wlingi dan Serut) membuat perngairan di Blitar sangat baik dan efektif. Dengan adanya pengairan tersebut mendorong sektor pertanian Blitar untuk memproduksi beras dan jagung utamanya di dataran rendah yang banyak dialiri sungai seperti Kecamatan Sanankulon, Garum dan Talun. Selain itu, Kabupaten Blitar juga menghasilkan sayuran seperti cabai dan kentang di Kecamatan Panggungrejo dan Binangun dengan kontur daerah tinggi namun kering, serta kubis dan tomat di Kecamatan Gandusari dan Nglegok dengan wilayah dataran yang cukup tinggi dan sejuk. Wilayah Kabupaten Blitar juga dikenal sebagai penghasil buah-buahan seperti buah pepaya di Kecamatan Sanankulon, nanas di Kecamatan Ponggok, serta rambutan dan manggis di Kecamatan Nglegok. Selain pertanian, terdapat pula perkebunan kakao yang berada di Kecamatan Bakung dan Doko, serta kopi dan teh yang tersebar di wilayah dengan dataran yang cukup tinggi, meliputi Kecamatan Nglegok dan Gandusari yang terletak di lereng selatan Gunung Kelud dan Kecamatan Wlingi, Doko, Kesamben dan Selorejo yang terletak di lereng selatan Gunung Kawi. Terdapat pula tanaman tebu yang terletak di Kecamatan Udanawu, Serngat, Ponggok dan Binangun, serta hutan industri jati yang dikelola oleh Perum Perhutani di daerah selatan Sungai Brantas yang relatif tandus dan berkapur di Kecamatan Bakung, Kademangan dan Sutojayan. Pada sektor perikanan terdapat budidaya perikanan air tawar seperti ikan koi, ikan uceng, ikan kutuk / gabus, ikan mujair yang mayoritas berada di kecamatan Srengat, Kesamben dan Wlingi, serta hasil laut dan tambak udang windu yang berada di Kecamatan Bakung, Wates, Panggungrejo dan Wonotirto. Aliran lava dari Gunung Kelud juga membawa manfaat bagi masyarakat Kabupaten Blitar, selain kesuburan tanah juga terdapat batu pecah dan endapan pasir sungai yang menjadi salah satu meterial bangunan dan banyak dikirim ke daerah kabupaten lain di Jawa Timur. Pada sektor lainnya, masyarakat Kabupaten Blitar juga bekerja dalam industri kecil dan menengah antara lain makanan tradisonal opak gambir, gula merah, sambal pecel, serta kerajinan kayu yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Blitar. Terdapat pengolahan minyak kenanga dan minyak asiri dari daun cengkih dan daun nilam di Kecamatan Doko. Sedangkan untuk industri besar terdapat pabrik rokok di Kecamatan Sanankulon, peternakan dan pengolahan susu sapi perah, di Kecamatan Wlingi, pengolahan teh di Kecamatan Gandusari, serta pabrik gula di Kecamatan Binangun. Kesehatan Daftar Rumah Sakit di Kabupaten Blitar RSUD Ngudi Waluyo, Wlingi RSUD Srengat, Srengat RSU An-Nisa, Wlingi RSU Ananda, Srengat RSU Aulia, Sutojayan RSU Assifa, Wlingi RSU Medika Utama, Kanigoro RSU Wava Husada, Kesamben RSU Ittihad, Togogan RSIA Kirana Husada, Wlingi Transportasi Kabupaten Blitar dilintasi oleh jalan provinsi yang menghubungkan daerah ini dengan Kota Blitar, Kabupaten Kediri, Kabupaten Tulungagung dan Kabupaten Malang. Stasiun-stasiun yang berada di Kabupaten Blitar adalah Garum, Talun, Wlingi, Kesamben dan Pohgajih. Sedangkan terminal bus dan MPU/mikrolet terdapat di Kesamben, Wlingi, Lodoyo, Kademangan dan Gawang. Kereta Api Berikut ini rute kereta api yang melintas di Kabupaten Blitar berdasarkan grafik perjalanan kereta api (Gapeka) tahun 2023: Bus Pariwisata Berikut ini adalah beberapa tempat wisata menarik di Kabupaten Blitar. Wisata Alam Air Terjun Coban Wilis Air Terjun Jurug Bening Air Terjun Laweyan Air Terjun Sirah Kencong Air Terjun Tirto Galuh Air Terjun Umbul Waru Bukit Bunda Gua Embultuk Pantai Gondo Mayit Pantai Jolosutro Pantai Pangi Pantai Peh Pulo Pantai Serang Pantai Tambakrejo Perkebunan Teh Siah Kencong Telaga Rambut Monte Wisata Edukasi dan Taman Rekreasi Blitar Park Bendungan Wlingi Raya Bendungan Serut Hutan Wisata Kaloka Kampung Coklat Kebun Kopi Karanganyar Kebun Teh Sirah Kencong Penangkaran Rusa dan Hutan Wisata Maliran Soko Adventure Wisata Sejarah Candi Gambarwetan Candi Penataran Candi Plumbangan Candi Kotes Candi Rambut Monte Candi Sawentar Candi Simping Gong Kyai Pradah Monumen Trisula Wisata Budaya Barongan Jaranan Larung Sesaji Pantai Tambakrejo Reog Ponorogo Reog Bulkiyo Wayang Kulit Kuliner Khas Makanan dan Minuman Khas Es Drop Blitar Es Dawet Srabi Es Pleret Pecel Punten Khas Blitar Ikan kutuk Khas Srengat Krengsengan 02 (bekicot) Kesamben Lalapan Uceng Khas Wlingi Rica-rica Mentog Khas Talun Sayur Lodho Oleh-Oleh Khas Bumbu Pecel Karangsari Geti Rambutan Binjai Nanas Ponggok Wajik kletik Jenang Wijen Opak Gambir Uceng Krispi Gula Jawa (Merah) Kopi kelud (excelsa) Sosis Ikan Lele Srengat Tokoh Terkenal Abdurrahman Suhaimi, Politisi Ali Ghufron Mukti, Wakil Menteri Kesehatan 2011-2014 Anas Urbaningrum, Politisi Arif Afandi, Wakil Wali kota Surabaya Asep Subarkah Yusuf, (Mayjen TNI) Deputi Kontra Intelijen, BIN Charis Yulianto, Atlet Sepak bola Djoko Lelono, Penulis Gatot Subiyaktoro, (Irjen Pol, Purnawirawan) Heriyono, (Mayjen TNI, Purnawirawan), Rektor Universtas Achmad Yani Herry Noegroho, Bupati Blitar 2006-2016 Imam Munandar, Gubernur Provinsi Riau, 1980-1988 J.B. Sumarlin, Menteri Keuangan 1988-1993 Ken Radhiq, Pelawak tunggal Kurnia Dewantara, (Mayjen TNI) Komandan Sekolah Staf dan Komandan Angkatan Darat Murdaya Widyawimarta Poo, Pengusaha dan suami Siti Hartati Mudrdaya Nitya Krishinda Maheswari, Atlet Bulutangkis Noura Dian Hartarony, Politisi Rijanto, Bupati Blitar 2016-2021 Soehardi, Seniman pelukis Soekarmen, Gubernur Provinsi Bali 1967-1978 Soekarni Kartodiwirjo, Pahlawan Nasional Soenarjo, Wakil Gubernur Provinsi Jawa Timur 2003-2008 Soeryo Goeritno, Pengusaha S. Waldy, Aktor Film Akhsin Al Fata Pengusaha Muda, Enterpreneur Pendidikan SMK Negeri 1 Kademangan SMA Negeri 1 Kademangan SMK Negeri 1 Nglegok SMK Negeri 1 Udanawu SMA Negeri 1 Srengat SMA Negeri 1 Ponggok SMA Negeri 1 Talun SMA Negeri 1 Garum SMA Negeri 1 Kesamben SMA Negeri 1 Sutojayan SMK Negeri 1 Panggungrejo SMK Negeri 1 Doko SMK Negeri 1 Bakung MA Negeri 1 Blitar MA Negeri 2 Blitar MA Negeri 3 Blitar Lihat Pula Daftar pesantren di kabupaten Blitar PSBI Blitar Pemekaran Daerah Usulan dari apresiasi masyarakat selatan wilayah blitar, ingin otonomi daerah sendiri 7 daerah kecamatan yang akan bergabung Binangun Bakung Kademangan Panggungrejo Sutojayan Wates Wonotirto Dengan sebagai calon ibukota berkedudukan di Kecamatan Sutojayan. Catatan kaki Referensi Pranala luar Blitar Blitar
4117
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Bondowoso
Kabupaten Bondowoso
Bondowoso () adalah sebuah wilayah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. ibu kotanya adalah Kecamatan Bondowoso. Kabupaten ini terletak di persimpangan jalur dari Kecamatan Besuki dan Kabupaten Situbondo menuju Jember. Kabupaten Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten yang tidak memiliki wilayah pesisir laut di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Pada tahun 2020, penduduk Kabupaten Bondowoso berjumlah 776.151 jiwa dengan kepadatan penduduk 498 jiwa/km2. Geografi Kabupaten Bondowoso dapat dibagi menjadi tiga wilayah: wilayah barat merupakan pegunungan (bagian dari Pegunungan Iyang), bagian tengah berupa dataran tinggi dan bergelombang, sedang bagian timur berupa pegunungan (bagian dari Dataran Tinggi Ijen). Bondowoso merupakan satu-satunya kabupaten di daerah Tapal Kuda yang tidak memiliki garis pantai. Posisi Kabupaten Bondowoso terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Dikenal dengan sebutan daerah Tapal Kuda. Kabupaten Bondowoso memiliki luas wilayah 1.560,10 km2 yang secara geografis berada pada koordinat antara 113°48′10″–113°48′26″ BT dan 7°50′10″–7°56′41″ LS. Kabupaten Bondowoso memiliki suhu udara yang cukup sejuk berkisar 15,40 0C – 25,10 0C, karena berada di antara pegunungan Kendeng Utara dengan puncaknya Gunung Raung, Gunung Ijen dan sebagainya di sebelah timur serta kaki pengunungan Hyang dengan puncak Gunung Argopuro, Gunung Krincing dan Gunung Kilap di sebelah barat. Sedangkan di sebelah utara terdapat Gunung Alas Sereh, Gunung Biser dan Gunung Bendusa. Letak Kabupaten Bondowoso berada pada daerah yang strategis. Keadaan Daerah yang strategis menyebabkan Bondowoso cenderung lebih mudah berkembang jika dibandingkan dengan kabupaten di sekitarnya. Batas Wilayah Kabupaten Bondowoso mempunyai batas wilayah sebagai berikut: Iklim Wilayah Kabupaten Bondowoso beriklim tropis dengan tipe iklim muson tropis (Am) dan memiliki dua musim sebagai akibat dari pergerakan angin muson, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Bondowoso dipengaruhi oleh angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan bertiup pada periode bulan-bulan Mei–Oktober. Sementara itu, musim penghujan yang dipengaruhi angin muson barat laut–barat daya yang bersifat basah dan lembap bertiup pada periode bulan-bulan November–April. Curah hujan bulanan selama musim penghujan di wilayah Bondowoso berada pada angka lebih dari 150 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah ini berkisar antara 1700–2100 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–130 hari hujan per tahun. Suhu udara rata-rata di wilayah Bondowoso bervariasi yaitu 17°–32 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini cukup tinggi yakni ±77%. Karakter Fisik dan Wilayah Kondisi dataran di Kabupaten Bondowoso terdiri atas pegunungan dan perbukitan seluas 44,4 %, 24,9 % berupa dataran tinggi dan dataran rendah 30,7 % dari luas wilayah keseluruhan. Kabupaten Bondowoso berada pada ketinggian antara 78-2.300 meter dpl, dengan rincian 3,27% berada pada ketinggian di bawah 100 m dpl, 49,11% berada pada ketinggian antara 100 – 500 m dpl, 19,75% pada ketinggian antara 500 – 1.000 m dpl dan 27,87% berada pada ketinggian di atas 1.000 m dpl. Menurut klasifikasi topografis wilayah, kelerengan Kabupaten Bondowoso bervariasi. Datar dengan kemiringan 0-2 % seluas 190,83 km2, landai (3-15%) seluas 568,17 km2, agak curam (16-40%) seluas 304,70 km2 dan sangat curam di atas 40% seluas 496,40 km2. Berdasarkan tinjauan geologis di Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwarter 21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%, alluvium 8,5% dan miasem jasies sedimen 1,5%. Untuk jenis tanahnya 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung berdebu dan lempung liat berpasir; dan 3,1% bertekstur kasar yang meliputi pasir dan pasir berlempung. Berdasarkan tinjauan geologi, topografi, jenis tanah dan pola pemanfaatan lahan, wilayah Kabupaten Bondowoso memiliki karakteristik sebagai kawasan rawan terhadap terjadinya bencana alam, khususnya banjir dan longsor. Rawan Banjir Permasalahan lingkungan dan sosial yang menonjol adalah kerusakan hutan atau luasnya lahan kritis. Berbagai kegiatan masyarakat (dengan kualitas SDM terbatas) dalam memanfaatkan lahan (kehutanan, pertanian dan permukiman) berpengaruh besar pada kerusakan DAS Sampean. Kawasan hutan di Kabupaten Bondowoso berada dalam pengelolaan KPH Bondowoso dengan perincian: hutan lindung 46.784,2 ha; hutan produksi 45.218 ha; dan LDTI 366,32 Ha. Kawasan lindung yang diolah dan di tempati masyarakat mencapai 23,0%. Sebaliknya terdapat pula hutan produksi yang berada di atas tanah milik masyarakat. Hutan lindung dan hutan produksi yang ada relatif rawan terhadap penjarahan oleh masyarakat. Hal ini karena adanya tekanan penduduk yang besar yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian dengan tingkat pendapatan yang rendah, serta sistem kelembagaan yang kurang berjalan efektif. Sehingga masyarakat kurang peduli terhadap kelestarian hutan dan memanfaatkan hutan sebagai lahan mata pencaharian. Kerusakan lahan yang terjadi di Kabupaten Bondowoso (lahan kritis yang ada) mencapai luas 40.758 Ha, dengan rincian sangat kritis seluas 4.175 Ha, kritis seluas 10.420 Ha, agak kritis seluas 11.417 Ha, dan potensial kritis seluas 9.746 Ha yang pada umumnya adalah lahan masyarakat. Sedangkan lahan perhutani yang kritis mencapai 5.000 Ha. Adanya lahan kritis tersebut cenderung meningkatkan erosi, yang berakibat pada meningkatnya sedimentasi sungai, menurunkan daya tampung sungai, melampaui kapasitas sarana prasarana irigasi yang ada, sehinga timbul kawasan-kawasan rawan luapan air atau kawasan rawan banjir. Daerah rawan banjir mencakup 33,33% wilayah Kabupaten Bondowoso, khususnya kawasan-kawasan yang berada di sepanjang aliran Sungai Sampean dan Sungai Tlogo, di antaranya Kecamatan Grujugan, Bondowoso, Tenggarang, Wonosari, Klabang, Tapen, Prajekan, Sumberwringin, Pakem, Tegalampel, dan Tlogosari (Peta terlampir). Setiap tahun terjadi bencana banjir (terbesar tahun 2002) yang melanda wilayah Kabupaten Bondowoso dan Situbondo (daerah bawah DAS Sampean). Dampak seringnya terjadi banjir adalah meningkatnya kerusakan jaringan irigasi, kerusakan prasarana jalan, kerusakan instalasi air bersih dan rusaknya prasarana permukiman dan prasarana umum. Khusus prasarana irigasi, kerusakan jaringan apabila tidak tertangani segera akan menurunkan debit air irigasi dan pada akhirnya terjadi kekeringan lahan pertanian di musim kemarau. Rawan Tanah Longsor Berdasarkan tingkat kemiringannya, wilayah Kabupaten Bondowoso terdiri dari: kemiringan 0-2% seluas 19.083 ha (12,23%), kemiringan 3-15% seluas 56.816,9 ha (36,42%), kemiringan 16-40% seluas 30.470,3 ha (19,53%) dan kemiringan di atas 40% seluas 49.639,8 ha (31,82%). Sedangkan kedalaman efektif tanah bervariasi antara 30 cm–90 cm, dengan komposisi: 57,4% memiliki kedalamam efektif di atas 90 cm, 15,6% memiliki kedalaman efektif antara 60 cm–90 cm, 14,7% memiliki kedalaman efektif antara 30 cm–60 cm, dan 12,3% memiliki kedalaman efektif di bawah 30 cm. Ketinggian dan kedalaman efektif tanah yang bervariasi ini berpengaruh terhadap jenis, pertumbuhan dan kerapatan vegetasi. Berdasarkan Peta Geologi Jawa dan Madura, di Kabupaten Bondowoso terdapat 5 jenis batuan, yaitu hasil gunung api kwarter 21,6%, hasil gunung api kwarter muda 62,8%, batuan lensit 5,6%, alluvium 8,5%, dan miasem, jasies sedimen 1,5%. Sedangkan tanah di Kabupaten Bondowoso 96,9% bertekstur sedang yang meliputi lempung, lempung berdebu, dan lempung liat berpasir, 3,1% bertekstur kasar yang meliputi pasir dan pasir berlempung, dan tidak ada yang bertekstur halus. Tingkat kemiringan dan tekstur tanah yang bervariasi ini menjadi salah satu penyebab terjadinya erosi/longsor dan rendahnya jumlah cadangan air. Tanah yang mudah erosi/longsor seluas 40.796,62 ha (26,15%) dapat dijumpai di hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Bondowoso, khususnya di wilayah Kecamatan Sempol, Sumberwringin, Tlogosari, Wringin, Tegalampel, Klabang, Pakem, Binakal, Curahdami, Grujugan dan Maesan (Peta terlampir). Kerawanan terhadap bencana longsor disebabkan juga oleh makin luasnya lahan kritis. Pada umumnya bencana banjir disertai oleh bencana longsor. Longsor terjadi setiap tahun pada kawasan-kawasan perbukitan dan lereng pegunungan yang sering kali melanda permukiman perdesaan, merusak prasarana irigasi, air bersih, jalan dan jembatan serta lahan-lahan pertanian masyarakat. Kerawanan Terhadap Bencana Lainnya Selain bencana banjir dan longsor Wilayah Kabupaten Bondowoso juga rawan terhadap beberapa bencana lainnya yaitu gempa bumi, bahaya gunung berapi dan angin puyuh. a. Gempa Bumi Adanya aktivitas Gunung berapi (Gunung Ijen dan Gunung Raung) di sisi timur Kabupaten Bondowoso, mengakibatkan daerah sekitarnya rawan terhadap bencana Gempa Bumi yaitu mencakup 9,74% luas wilayah Kabupaten Bondowoso meliputi wilayah Kecamatan Sempol dan Tlogosari (berada di lereng Gunung Ijen dan Raung). b. Bahaya Gunung Berapi Demikian halnya dengan kerawanan terhadap bencana gunung berapi, kondisinya sama dengan kerawanan terhadap bencana gempa bumi. Daerah rawan bencana Gunung Berapi mencakup 9,74% luas wilayah Kabupaten Bondowoso meliputi wilayah Kecamatan Sempol dan Tlogosari (berada di lereng Gunung Ijen dan Raung). c. Angin Puyuh Karakteristik daerah yang dikelilingi perbukitan dan pegunungan menyebabkan sering terjadinya angin puyuh di wilayah Bondowoso sehingga sebagian besar wilayah (50,76%) rawan angin puyuh yaitu meliputi wilayah Kecamatan Cermee, Wonosari, Prajekan, Wringin, Pakem, Curahdami, dan Grujugan. Sejarah Semasa Pemerintahan Bupati Ronggo Kiai Suroadikusumo di Besuki mengalami kemajuan dengan berfungsinya Pelabuhan Besuki yang mampu menarik minat kaum pedagang luar. Dengan semakin padatnya penduduk perlu dilakukan pengembangan wilayah dengan membuka hutan yaitu ke arah tenggara. Kiai Patih Alus mengusulkan agar Mas Astrotruno, putra angkat Bupati Ronggo Suroadikusumo, menjadi orang yang menerima tugas untuk membuka hutan tersebut. usul itu diterima oleh Kiai Ronggo-Besuki, dan Mas Astrotruno juga sanggup memikul tugas tersebut. Kemudian Kiai Ronggo Suroadikusumo terlebih dahulu menikahkan Mas Astotruno dengan Roro Sadiyah yaitu putri Bupati Probolinggo Joyolelono. Mertua Mas Astrotruno menghadiahkan kerbau putih “Melati” yang dongkol (tanduknya melengkung ke bawah) untuk dijadikan teman perjalanan dan penuntun mencari daerah-daerah yang subur. Pengembangan wilayah ini dimulai pada 1789, selain untuk tujuan politis juga sebagai upaya menyebarkan agama Islam mengingat di sekitas wilayah yang dituju penduduknya masih menyembah berhala. Mas Astrotruno dibantu oleh Puspo Driyo, Jatirto, Wirotruno, dan Jati Truno berangkat melaksanakan tugasnya menuju arah selatan, menerobos wilayah pegunungan sekitar Arak-arak “Jalan Nyi Melas”. Rombongan menerobos ke timur sampai ke Dusun Wringin melewati gerbang yang disebut “Lawang Seketeng”. Nama-nama desa yang dilalui rombongan Mas Astrotruno, yaiitu Wringin, Kupang, Poler dan Madiro, lalu menuju selatan yaitu desa Kademangan dengan membangun pondol peristirahatan di sebelah barat daya Kademangan (diperkirakan di Desa Nangkaan sekarang). Desa-desa yang lainnya adalah disebelah utara adalah Glingseran, Tamben dan Ledok Bidara. disebelah Barat terdapat Selokambang, Selolembu. sebelah timur adalah Tenggarang, Pekalangan, Wonosari, Jurangjero, Tapen, Praje,kan dan Wonoboyo. Sebelah selatan terdapat Sentong, Bunder, Biting, Patrang, Baratan, Jember, Rambi, Puger, Sabrang, Menampu, Kencong, Keting. Jumlah Penduduk pada waktu itu adalah lima ratus orang, sedangkan setiap desa dihuni, dua, tiga, empat orang. kemudian dibangunlah kediaman penguasa di sebelah selatan sungai Blindungan, di sebelah barat Sungai Kijing dan disebelah utara Sungai Growongan (Nangkaan) yang dikenal sebagai “Kabupaten Lama” Blindungan, terletak ±400 meter disebelah utara alun-alun. Pekerjaan membuka jalan berlangsung dari tahun 1789-1794. Untuk memantapkan wilayah kekuasaan, Mas Astrotruno pada tahun 1808 diangkat menjadi demang dengan gelar Abhiseka Mas Ngabehi Astrotruno, dan sebutannya adalah “Demang Blindungan”. Pembangunan kotapun dirancang, rumah kediaman penguasa menghadap selatan di utara alun-alun. Di mana alun-alun tersebut semula adalah lapangan untuk memelihara kerbau putih kesayangan Mas Astrotruno, karena disitu tumbuh rerumputan makanan ternak. lama kelamaan lapangan itu mendapatkan fungsi baru sebagai alun-alun kota. Sedangkan di sebelah barat dibangun masjid yang menghadap ke timur. Mas Astrotruno mengadakan berbagai tontonan, antara lain aduan burung puyuh (gemek), sabung ayam, kerapan sapi, dan aduan sapi guna menghibur para pekerja. tontonan aduan sapi diselenggarakan secara berkala dan menjadi tontonan di Jawa Timur sampai 1998. Atas jasa-jasanya kemudian Astrotruno diangkat sebagai Nayaka merangkap Jaksa Negeri. Dari ikatan Keluarga Besar “Ki Ronggo Bondowoso” didapat keterangan bahwa pada tahun 1809 Raden Bagus Asrah atau Mas Ngabehi Astrotruno dianggkat sebagi patih berdiri sendiri (zelfstanding) dengan nama Abhiseka Mas Ngabehi Kertonegoro. Dia dipandang sebagai penemu (founder) sekaligus penguasa pemerintahan pertama (first ruler) di Bondowoso. Adapun tempat kediaman Ki Kertonegoro yang semula bernama Blindungan, dengan adanya pembangunan kota diubah namanya menjadi Bondowoso, sebagai ubahan perkataan Wana Wasa. Maknanya kemudian dikaitkan dengan perkataan Bondo, yang berarti modal, bekal, dan woso yang berarti kekuasaan. makna seluruhnya demikian: terjadinya negeri (kota) adalah semata-mata karena modal kemauan keras mengemban tugas (penguasa) yang diberikan kepada Astrotruno untuk membabat hutan dan membangun kota. Meskipun Belanda telah bercokol di Puger dan secara administrtatif yuridis formal memasukan Bondowoso kedalam wilayah kekuasaannya, namun dalam kenyataannya pengangkatan personel praja masih wewenang Ronggo Besuki, maka tidak seorang pun yang berhak mengklaim lahirnya kota baru Bondowoso selain Mas Ngabehi Kertonegoro. Hal ini dikuatkan dengan pemberian izin kepada Dia untuk terus bekerja membabat hutan sampai akhir hayat Sri Bupati di Besuki. Pada tahun 1819 Bupati Adipati Besuki Raden Ario Prawiroadiningrat meningkatkan statusnya dari Kademangan menjadi wilayah lepas dari Besuki dengan status Keranggan Bondowoso dan mengangkat Mas Ngabehi Astrotruno menjadi penguasa wilayah dengan gelar Mas Ngabehi Kertonegoro, serta dengan predikat Ronngo I. Hal ini berlangsung pada hari Selasa Kliwon, 25 Syawal 1234 H atau 17 agustus 1819. Peristiwa itu kemudian dijadikan eksistensi formal Bondowoso sebagai wilayah kekuasaan mandiri di bawah otoritas kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso. Kekuasaan Kiai Ronggo Bondowoso meliputi wilayah Bondowoso dan Jember, dan berlangsung antara 1829-1830. Pada 1830 Kiai Ronggo I mengundurkan diri dan kekuasaannya diserahkan kepada putra keduanya yang bernama Djoko Sridin yang pada waktu itu menjabat Patih di Probolinggo. Jabatan baru itu dipangku antar 1830-1858 dengan gelar M Ng Kertokusumo dengan predikat Ronggo II, berkedudukan di Blindungan sekarang atau jalan S Yudodiharjo (jalan Ki Ronggo) yang dikenal masyarakat sebagi “Kabupaten lama”.Setelah mengundurkan diri, Ronggo I menekuni bidang dakwah agama Islam dengan bermukim di Kebun Dalem Tanggul Kuripan (Tanggul, Jember), Ronggo I wafat pada 19 Rabi’ulawal 1271 H atai 11 Desember 1854 dalam usia 110 tahun. jenazahnya dikebumikan disebuah bukit (Asta Tinggi) di Desa Sekarputih. Masyarakat Bondowoso menyebutnya sebagai “Makam Ki Ronggo”. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Kependudukan Mayoritas penduduk kabupaten Bondowoso adalah Suku Madura Pendalungan, dengan bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari. Jumlah penduduk Kabupaten Bondowoso tahun 2018 sebesar 791,838 jiwa, yang terdiri dari 394,883 jiwa penduduk laki-laki dan 396,955 jiwa penduduk perempuan yang tersebar di 23 kecamatan. Ini mengalami kenaikan dari tahun 2006 sebesar 10.323 jiwa atau sebesar 1,42 %. Jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Bondowoso sebesar 72.714 jiwa dan terendah di Kecamatan Sempol 8.103 jiwa. Angka kepadatan penduduk mencapai 471 jiwa/km2. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Bondowoso tahun 2008 yang terdiri dari empat komponen yaitu angka harapan hidup, angka melek huruf orang dewasa, rata-rata sekolah dan paritas daya beli pada tahun 2008 sebesar 59,54. Meningkat dari tahun 2007 sebesar 59,05. Kecamatan dengan IPM tertinggi yaitu Kecamatan Bondowoso sebesar 68,58, dan IPM terendah di Kecamatan Sumberwringin sebesar 53,23. Kesehatan Upaya penyehatan manusia dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat itu sendiri. Untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dapat dilakukan dengan cara menggerakkan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, keluarga yang sadar gizi serta menjadikan seluruh desa menjadi desa siaga. Dalam rangka menuju Bondowoso Sehat tahun 2010, Pemerintah Kabupaten Bondowoso melalui dinas terkait telah melakukan beberapa upaya, antara lain revitalisasi RSU, Puskesmas, Polindes, Posyandu dan pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja masing-masing sarana kesehatan tersebut dalam mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Di Kabupaten Bondowoso sendiri saat ini telah terdapat sebuah Rumah Sakit Umum dr. H. Koesnadi dengan tipe B. Juga terdapat sebuah Rumah Sakit Bhayangkara milik Polri,Rumah Sakit Swasta RS Mitra Medika,dan Klinik Kusuma Bakti. Puskesmas tersebar di seluruh kecamatan. Khusus di Kecamatan Bondowoso terdapat tiga Puskesmas. Pendidikan Pembangunan bidang pendidikan saat ini sedang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Bondowoso, yang dilakukan dengan cara memperluas dan pemerataan kesempatan masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Ini dikarenakan masih adanya penduduk yang tidak tamat sekolah, putus sekolah dan bahkan tidak sekolah. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Bondowoso berupaya agar tingkat pendidikan masyarakat meningkat. Mulai dari pemenuhan sarana dan parasarana pendidikan formal hingga penyelenggaraan pendidikan luar sekolah salah satunya dengan Pemberantasan Buta Aksara (PBA), di mana Kabupaten Bondowoso telah dideklarasikan sebagai kabupaten bebas buta aksara oleh Presiden RI dengan diterimanya penghargaan Anugerah Aksara Tingkat Utama dari Presiden Republik Indonesia. Fasilitas pendidikan dasar tersebar di semua kecamatan. Sedangkan untuk pendidikan setingkat SMA sederajat terdapat di hampir semua kecamatan di Kabupaten Bondowoso. Untuk pendidikan tinggi berada di Kecamatan Bondowoso yaitu Universitas Bondowoso, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) At Taqwa dan Program Diploma III Keperawatan. SMP SMP Negeri 1 Bondowoso SMP Negeri 2 Bondowoso SMP Negeri 3 Bondowoso SMP Negeri 4 Bondowoso SMP Negeri 5 Bondowoso SMP Negeri 2 Tenggarang SMP Negeri 6 Bondowoso SMP Negeri 7 Bondowoso SMPK Indra Prastha Bondowoso MTS MTSN 1 Bondowoso MTSN 2 Bondowoso MTS At-Taqwa SMA/MA SMA Negeri 1 Tenggarang SMA Negeri 1 Bondowoso SMA Negeri 2 Bondowoso SMA Negeri 3 Bondowoso SMA Negeri 1 Tapen SMA Negeri 1 Prajekan SMA Negeri 1 Klabang SMA Negeri 1 Pujer MAN Bondowoso Atqia Institute SMK SMK Negeri 1 Bondowoso SMK Negeri 2 Bondowoso SMK Negeri 3 Bondowoso SMK Negeri 4 Bondowoso SMK Negeri 1 Grujugan SMK Negeri 1 Tlogosari Kebudayaan Nasional Terdapat lima suku/etnis di Kabupaten Bondowoso. Mayoritas dari Madura. Minoritas lainnya adalah minoritas nonpribumi, yakni suku India, Arab, dan Cina yang terdapat di ibu kota kabupaten. Umumnya dalam kesehariannya mereka menggunakan bahasa Jawa (dialek Surabaya) bercampur bahasa Madura. Bahkan hampir dua pertiga penduduk Bondowoso tidak bisa berbahasa Jawa sama sekali dan hanya berbahasa Madura dalam kesehariannya. Arkeologi Di kabupaten Bondowoso terdapat sejumlah situs megalitik, tepatnya 12 situs, di mana ditemukan dolmen, punden berundak, menhir, sarkofagus, kubur batu, batu kenong, pelinggih dan stunchambers (batu ruang). Ada juga Goa Buto, Ekopak, Abris Saus Roche dan Area Batu. Keagamaan Hampir semua penduduknya beragama islam, sedangkan penduduk kristen, tionghoa, dan konghuchu tinggal di ibu kota. Fasilitas peribadatan islam (masjid maupun mushola) tersebar di seluruh Kabupaten Bondowoso. Masjid terbesar di Bondowoso yaitu Masjid Jami’ At Taqwa yang berada di sebelah barat alun-alun Bondowoso. Khusus untuk gereja katolik, Pura dan Vihara terletak di Kecamatan Bondowoso. Di Kabupaten Bondowoso sebagai salah satu kabupaten tapal kuda, tersebar pondok-pondok pesantren, di mana jumlah pondok pesantren dan jumlah santri setiap tahun selalu bertambah. Ekonomi Industri Jumlah perusahaan industri dibedakan menjadi industri besar, industri menengah dan industri kecil baik formal atau non formal. Jumlah industri besar dan menengah tetap seperti tahun sebelumnya yaitu berjumlah 22 dan 28 unit. Sedangkan jumlah industri kecil baik formal dan non formal meningkat menjadi 402 dan 17.760 unit. Penyerapan tenaga kerja meningkat rata-rata 2,26 %. Nilai investasi meningkat rata-rata 5,55% sebesar Rp. 81.635.736.400.- dengan nilai produksinya sebesar Rp. 168.896.897.650,- atau naik 6,02 %. Perdagangan Pembangunan sektor perdagangan tahun 2007 mengalami perkembangan signifikan. Ini ditandai dengan meningkatnya penerbitan/ pembaharuan pendaftaran perusahaan secara keseluruhan sebesar 7,69%. Penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) juga meningkat 7,75% dari tahun sebelumnya sebanyak 5.700 buah untuk SIUP kecil, menengah dan besar. Sarana perdagangan bagi masyarakat sampai tahun 2008 masih didominasi oleh toko/ ruko. Pasar induk terdapat di seputaran Jalan Teuku Umar dan Jalan Wadid Hasyim. Sedangkan swalayan di Kabupaten Bondowoso berjumlah 25 buah. Di Bondowoso belum terdapat plaza/ mall. Terdapat juga beberapa pasar hewan yang tersebar di beberapa kecamatan. Kawasan jalan RE. Martadinata dan Alun-alun Bondowoso setiap sore sampai malam hari digunakan Pedagang Kaki Lima untuk menjajakan dagangannya. Pedagang buah-buahan disediakan tempat di Jalan Veteran. Lembaga Keuangan Lembaga keuangan/ perbankan di samping untuk perorangan juga mempunyai peranan dalam meningkatkan pembangunan daerah. Jumlah bank baik bank pemerintah maupun swasta di Kabupaten Bondowoso tahun 2008 tetap seperti tahun sebelumnya. Bank pemerintah meliputi BRI, BNI, Bank Mandiri dan Bank Jatim. Bank swasta nasional meliputi BTPN, Bank Buana, Bank Danamon Simpan Pinjam dan Bank Bukopin. Untuk bank swasta asing/campuran yaitu BCA dan Bank Lippo. BRI Unit berjumlah 13 unit serta Bank Perkreditan Rakyat berjumlah 5 unit yaitu BPR Bintang Mas, Delta, Manuk Ayu, Manukwari dan Sari Dinar Mas. Pariwisata Pariwisata, seni dan budaya merupakan salah satu kegiatan yang diharapkan dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat, yang berdampak pada meningkatnya pendapatan daerah. Kunjungan wisatawan baik nusantara maupun mancanegara diharapkan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat. Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang RTRW Kabupaten Bondowoso, ditetapkan kawasan wisata Kabupaten Bondowoso yaitu: 1.Kawasan Wisata Terpadu Kawah Ijen di Kecamatan Sempol dan Sumberwringin, dengan objek wisata: Wisata Kawah Ijen, Kawah Telaga Weru dan Kawah Wurung Wisata Air Terjun Blawan dan Gua Stalagtit Wisata Pemandian Air Panas Blawan dan Pemandian Damarwulan Wisata Agro Kopi Kalisat Wisata Air Terjun Puloagung–Sukorejo 2.Kawasan Wisata Terpadu Lereng Argopuro di Kecamatan Pakem, dengan objek wisata: Wisata Agro Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Wisata Air Terjun Tancak Kembar Wisata Pendakian Pegunungan Hyang (Gunung Argopuro) 3. Kawasan Wisata Pemandangan Arak-arak di Kecamatan Wringin; 4. Kawasan Wisata Pendakian Gunung Raung di Kecamatan Sumberwringin; 5. Kawasan Wisata Panjat Tebing Alam Patirana di Kecamatan Grujugan; 6. Kawasan Wisata Pemandian Tasnan di Kecamatan Grujugan; 7. Kawasan Wisata Sejarah Sarkopage di Kecamatan Grujugan, Maesan, Wringin, Tegalampel, Bondowoso, Wonosari, Tamanan, Jambesari Darussholah, Prajekan, Tlogosari dan Sempol; 8. Kawasan Wisata Rekreasi Alun-alun Bondowoso; 9. Kawasan Wisata Ziarah Makam Ki Ronggo di Kecamatan Tegalampel; 10. Kawasan Wisata Budaya Pedepokan Gema Buana di Kecamatan Prajekan; 11 .Kawasan Wisata Kerajinan Kuningan Cindogo di Kecamatan Tapen; 12. Kawasan Wisata Bendung Sampean Baru di Kecamatan Tapen; 13. Kawasan Wisata Budaya Upacara Adat Desa Blimbing di Kecamatan Klabang; 14. Kawasan Wisata Arung Jeram Bosamba di Kecamatan Taman Krocok dan Tapen. 15. Kawasan wisata aduan sapi yang ada di kecamatan tapen Dalam mendukung pariwisata, di Kabupaten Bondowoso juga disediakan sarana akomodasi penginapan yang memadai bagi wisatawan. Pada tahun 2008 ini jumlah hotel di Kabupaten Bondowoso terdiri dari 11 hotel. Satu hotel bintang 3 yaitu Hotel Ijen View di Jalan KIS Mangunsarkoro. Sedangkan lainnya yaitu hotel melati. Enam hotel di Kota Bondowoso yaitu Palm, Anugerah, Baru, Slamet, Kinanti dan Grand serta 4 hotel di luar Kota Bondowoso yaitu Arabica, Catimore, Jampit, dan Wisata Asri. Transportasi Prasarana transportasi berupa terminal type C yang berada di Jalan Imam Bonjol. Terdapat pula Stasiun kereta api, namun sudah tidak beroperasi. Bondowoso juga tidak terdapat jembatan timbang. Sarana transportasi berupa bus umum yang terdiri dari bus antar kota dalam provinsi dan luar provinsi. MPU dan angkutan desa melayani trayek antar kota dan antar kecamatan. Di dalam kota sarana transportasi berupa becak dan dokar. Khusus untuk dokar beroperasi di pinggiran kota. Jalan Raya Berdasarkan Rencana Tata Tuang Wilayah Kabupaten Bondowoso Tahun 2007, sistem prasarana jalan berdasarkan hierarki dan fungsi pelayanan di Kabupaten Bondowoso terdiri dari jalan kolektor primer, lokal primer dan lokal sekunder, yaitu: Jalan kolektor primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara ibu kota Kabupaten Bondowoso dengan ibu kota kabupaten sekitarnya, yaitu: Jalan penghubung Bondowoso – Situbondo (Bondowoso-Tenggarang-Wonosari-Tapen-Klabang-Prajekan-Widuri); Jalan penghubung Bondowoso – Banyuwangi (Bondowoso-Tenggarang Wonosari-Garduatak-Sukosari-Sempol-Paltuding); Jalan penghubung Bondowoso – Jember (Bondowoso-Grujugan-Maesan-Suger Lor); Jalan penghubung Bondowoso – Besuki (Bondowoso-Pal 9-Wringin-Arak-arak) Jalan lokal primer, yaitu jalan yang menghubungkan antara Kota Bondowoso dengan kota ordo II dan ordo III kabupaten dan ibu kota kabupaten yaitu: Jalan Bondowoso – Tegalampel – Taman Krocok Jalan Wonosari – Taman Krocok Jalan Widuri – Cermee Jalan Klabang – Botolinggo Jalan Bondowoso – Curahdami – Binakal Jalan Tenggarang (Bataan) – Pujer – Tlogosari Jalan Sukosari (Sumbergading) – Sumberwringin dan jalan-jalan yang menghubungkan pusatkawasan perkotaan dengan kawasan perdagangan dan jasa, industri, wisata dan perkantoran. Jalan lokal primer dan sekunder yang potensial sebagai jalan tembus antar kabupaten yaitu: Jalan Bondowoso (Koncer) – Grujugan Kidul – Tamanan – Sukowono Kabupaten Jember; Jalan Maesan–Sukowono Kabupaten Jember; Jalan Cermee – Panji Kabupaten Situbondo; Jalan Klabang – Wonoboyo–Kendit – Panarukan Kabupaten Situbondo; Jalan lokal sekunder yaitu jalan yang menghubungkan kawasan permukiman baik permukiman perkotaan maupun perdesaan dengan kawasan perdagangan dan pemerintahan yang ada simpul-simpul kota di wilayah Kabupaten Bondowoso. Tahun 2007 total panjang jalan di Kabupaten Bondowoso 1.286,550 km yang terdapat pada pada 323 ruas jalan, yang terdiri dari jalan aspal sepanjang 734,417 km (57,08%), jalan makadam 140,530 km (10,92%) dan jalan tanah sepanjang 411,603 km (32,00%). Untuk jembatan di Kabupaten Bondowoso berjumlah 267 buah sepanjang 1.958,50 meter. Transportasi lain Angkutan Kota wilayah Kabupaten Bondowoso dan beberapa rute yang menghubungkan Kabupaten Situbondo dengan Kabupaten Jember Stasiun Kabupaten Bondowoso memiliki 9 stasiun di Jalur kereta api Kalisat–Panarukan yang sudah berhenti beroperasi, diantaranya: Stasiun Tamanan Stasiun Grujugan Halte Nangkaan Stasiun Bondowoso Halte Tangsil Stasiun Bonosare Halte Tapen Stasiun Prajekan Halte Widuri Makanan khas Makanan khas Bondowoso adalah Tape manis Bondowoso, yang umumnya dikemas dalam bèsèk (anyaman dari bambu berbentuk kotak). Tape ini terbuat dari Singkong, wisatawan mancanegara menyebutnya fermented of Cassava, mirip seperti Peyeum di Jawa Barat. Tapi rasa tape manis bondowoso lebih khas. Banyak wistawan dari luar bondowoso yang rela datang ke bondowoso hanya untuk membeli tape manis ini merk tape manis yang terkenal antara lain Tape manis 82, Tape manis 31, Tape manis Tjap Enak, Mana Lagi, 66, 17, dll. Toko penjual tape manis Bondowoso pada umumnya terkonsentrasi di Jalan Jenderal Sudirman dan Teuku Umar atau lebih dikenal daerah Pecinan. Jl jenderal sudirman. Selain Tape, makanan khas turunan dari Tape juga banyak dijual di Bondowoso seperti Suwar-suwir, dodol Tape, Tape bakar dll. Referensi Pranala luar Bondowoso Bondowoso
4118
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Gresik
Kabupaten Gresik
Kabupaten Gresik (sebelumnya bernama Kabupaten Surabaya) (, ) adalah sebuah wilayah Kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Ibu kotanya adalah Kecamatan Gresik meskipun Kantor Bupati Gresik terletak di Kecamatan Kebomas. Kabupaten Gresik memiliki luas sekitar 1.194 km². Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km lepas Laut Jawa. Pada tahun 2020, penduduk kabupaten Gresik berjumlah 1.311.215 jiwa dengan kepadatan 1.098 jiwa/km2. Kabupaten Gresik berbatasan dengan Kota Surabaya dan Selat Madura di sebelah timur, Kabupaten Lamongan di sebelah barat, Laut Jawa di sebelah utara, serta Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto di sebelah selatan. Gresik dikenal sebagai daerah tempat berdirinya Pabrik Semen pertama dan perusahaan semen terbesar di Indonesia, yaitu Semen Gresik. Pabrik Peleburan dan Pemurnian Tambang (smelter) terbesar di dunia milik PT Freeport Indonesia juga akan berdiri di Gresik. Bersama dengan Sidoarjo, Gresik merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila. Etimologi Thomas Stamford Raffles dalam bukunya, The History of Java mengungkapkan bahwa nama Gresik berasal dari kata giri gisik, yang berarti gunung di tepi pantai, merujuk pada topografi kabupaten yang berada dipinggir pantai. Di Gresik juga pernah dikenal sebuah nama tempat bernama Jaratan. Nama ini secara historis melekat pada peta buatan pelayar Belanda pada awal abad ke-7 M. Nama ini dianggap sebagai salah satu dari 2 buah pelabuhan yang ada di Gresik, lokasinya berada di Muara Bengawan Solo tepatnya di Pulau Mangare, Desa Watu Agung. Geografi Kabupaten Gresik termasuk salah satu kabupaten di dalam wilayah pesisir utara Provinsi Jawa Timur. Letak Kabupaten Gresik berada di sebelah barat laut Kota Surabaya yang merupakan ibu kota provinsi. Pusat Pemerintahan Kabupaten Gresik yaitu Kecamatan Gresik berada 20 km sebelah utara Kota Surabaya. Kabupaten Gresik terbagi dalam 18 kecamatan dan terdiri dari 330 desa dan 26 kelurahan. Secara geografis, wilayah Kabupaten Gresik terletak antara 112°–113° BT dan 7°–8° LS dan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 2–12 meter di atas permukaan air laut, kecuali Kecamatan Panceng yang mempunyai ketinggian 25 meter di atas permukaan laut. Batas wilayah Wilayah Kabupaten Gresik berbatasan dengan: Topografi Sebagian wilayah Kabupaten Gresik merupakan daerah pesisir pantai, yaitu memanjang mulai dari Kecamatan Kebomas, Gresik, Manyar, Bungah, Sidayu, Ujung Pangkah dan Panceng serta Kecamatan Sangkapura dan Tambak yang lokasinya berada di Pulau Bawean. Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gresik sebagian besar merupakan tanah kapur yang relatif tandus. Ketinggian tanah di Wilayah Kabupaten Gresik berada pada 0 – 500 meter di atas permukaan laut (mdpl) pada elevasi terendah terdapat di daerah sekitar muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong. Kondisi topografi pada Kabupaten Gresik bervariasi pada kemiringan 0-2 %, 3-15 %, dan 16-40% serta lebih dari 40 %. Sebagian besar mempunyai kemiringan 0-2 % mempunyai luas + 94.613,00 Ha atau sekitar 80,59 %, sedangkan wilayah yang mempunyai kemiringan lebih dari 40 % lebih sedikit + 1.072,23 Ha atau sekitar 0,91%. Hidrologi Keadaan permukaan air tanah di Wilayah Kabupaten Gresik pada umumnya relatif dalam, hanya daerah-daerah tertentu di sekitar sungai atau rawa-rawa saja yang mempunyai pemukaan air tanah agak dangkal. Pola aliran sungai di Kabupaten Gresik memperlihatkan wilayah Gresik merupakan daerah muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong dan juga dilalui oleh Kali Surabaya di Wilayah Selatan. Sungai-sungai ini memiliki sifat aliran dan kandungan unsur hara yang berbeda. Sungai Bengawan Solo mempunyai debit air yang cukup tinggi dengan membawa sedimen lebih banyak dibandingkan dengan Kali Lamong, sehingga pendangkalan di Sungai Bengawan Solo lebih cepat. Dengan adanya peristiwa tersebut mengakibatkan timbulnya tanah-tanah oloran yang sering kali oleh penduduk dimanfaatkan untuk lahan perikanan. Selain dialiri oleh sungai-sungai tersebut di atas, keadaan hidrologi Kabupaten Gresik juga ditentukan oleh adanya waduk, embung, mata air, pompa air dan sumur bor. Iklim Kabupaten Gresik beriklim tropis seperti wilayah lain di Indonesia. Berdasarkan klasifikasi iklim, wilayah Kabupaten Gresik termasuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw). Suhu rata-rata tahunan di wilayah ini adalah ±28,3 °C dan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±76%. Jumlah curah hujan tahunan di wilayah Gresik adalah 1200–1600 mm per tahun dan dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–120 hari hujan per tahun. Musim penghujan di Kabupaten Gresik biasanya berlangsung sejak bulan Desember hingga bulan Maret dengan bulan terbasah adalah Januari yang jumlah curah hujan per bulannya lebih dari 250 mm per bulan, sedangkan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei hingga bulan Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sejarah Gresik sudah menjadi salah satu pelabuhan utama dan kota dagang yang cukup penting sejak abad ke-14, serta menjadi tempat persinggahan kapal-kapal dari Maluku menuju Sumatra dan daratan Asia (termasuk India dan Persia). Hal ini berlanjut hingga era VOC. Pada tahun 1680 kedatuan Giri tunduk dibawah Mataram, selanjutnya Gresik dipegang oleh Kyai Puspodiwangsa pada tahun 1688, dengan nama gelar Kyai Tumenggung Pusponegoro. Tahun 1738 Gresik diambil alih oleh Madura ketika Bupati-Bupati Jawa di Mataram, kemudian Bupati Gresik merebut kembali tahta Gresik dibantu Oleh Bupati Ponorogo hingga kembali. Pada awal Kemerdekaan Indonesia, Kabupaten Gresik hanyalah sebuah kawedanan dibawah Kabupaten Surabaya. Didirikannya Pabrik Semen Gresik pada tahun 1953 merupakan titik awal industrialisasi di Gresik. Semula Kabupaten Gresik ini bernama Kabupaten Surabaya (masuk wilayah administrasi Surabaya). Memasuki dilaksanakannya PP Nomor 38 Tahun 1974, seluruh kegiatan pemerintahan mulai berangsur-angsur dipindahkan ke Kabupaten Gresik. Kabupaten Gresik terkenal sebagai Kota Walisongo, hal ini ditandai dengan penggalian sejarah yang berkenaan dengan peranan dan keberadaan para wali yang makamnya berada di Kabupaten Gresik yaitu, Sunan Giri dan Syekh Maulana Malik Ibrahim. Di samping itu, Kabupaten Gresik disebut sebagai Kota Santri yang berarti Kawasan Industri dengan Slogan Kota Gresik Berhias Iman yang berarti Gresik yang bersih, hijau, aman sehat, menuju kawasan industri, maritim, agama, dan niaga. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Lambang Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Gresik Nomor 3 tahun 1975: Lambang Daerah merupakan cermin yang memberikan suatu gambaran tentang keadaan daerah. Segilima, melambangkan Pancasila yang mendasari sosio cultural, historis, dan aktivitas ekonomi. Warna Kuning, melambangkan keluhuran budi dan kebijaksanaan, sedangkan warna tepi hitam melambangkan sikap tetap teguh dan abadi. Kubah Masjid, melambangkan agama yang dianut mayoritas, yakni Islam. Rantai yang tiada ujung pangkal, melambangkan persatuan dan kesatuan. Segitiga Sama Kaki sebagai Puncak Kubah Masjid, melambangkan bahwa tidak ada kekuasaan yang tertinggi selain Tuhan Yang Maha Kuasa. Gapura Abu-Abu Muda, melambangkan suatu pintu gerbang pertama masuk dalam suatu daerah sebagaimana penghubung antara keadaan diluar dan dalam daerah. 17 Lapisan Batu. Melambangkan tanggal 17 yang merupakan pencetus revolusi Indonesia dalam membebaskan diri dari belenggu penjajah. Ombak laut yang berjumlah 8, melambangkan bahwa pada bulan Agustus merupakan awal tercetusnya Revolusi Indonesia. Mata Rantai 45, melambangkan bahwa pada tahun 1945 merupakan tonggak sejarah dan tahun peralihan dari zaman penjajahan menuju zaman kemerdekaan Indonesia yang jaya kekal abadi. Cerobong Asap, melambangkan bahwa Kabupaten Gresik adalah daerah pengembangan industri yang letaknya amat strategis bila ditinjau dari persilangan komunikasi baik darat, laut maupun udara. Perahu Layar, Garam, Ikan Laut dan Tanah melambangkan bahwa mata pencaharian rakyat Kabupaten Gresik adalah Nelayan dan Petani. Pendidikan Kabupaten Gresik memiliki sekitar 1.054 sekolah, 234.109 siswa dan 18.782 guru. Perguruan Tinggi Universitas Kiai Abdullah Faqih (UNKAFA) Universitas Qomaruddin (UQ) Universitas Gresik Universitas Tri Tunggal Universitas Internasional Semen (UISI) Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Santri (STIT Raden Santri) Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Maskumambang (STIT Maskumambang) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Delima Persada (STIKES Delima Persada) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi NU Trate (STIE NU Trate) Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Azhar Menganti (STAI Al-Azhar Menganti) Sekolah Tinggi Agama Islam Darut-Taqwa (STAI Darut-Taqwa) Sekolah Tinggi Agama Islam Ihyaul Ulum (STAI Ihyaul Ulum) Akademi Analisis Kesehatan Delima Husada (AAK Delima Husada) Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Gresik (AKPER Pemkab Gresik) Akademi Kebidanan Mandiri (AKBID Mandiri) Ekonomi Kabupaten Gresik dikenal sebagai salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur. Beberapa industri di Kabupaten Gresik antara lain Semen Gresik, Petrokimia Gresik, Nippon Paint, BHS-Tex, Industri Plywood, dan Maspion. Selain itu terdapat juga sektor penghasil perikanan yang cukup signifikan, baik perikanan laut, tambak, maupun perikanan darat. Kabupaten Gresik juga terdapat sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap berkapasitas 2.200 MW. Antara Gresik dan Surabaya dihubungkan oleh Jalan Tol Surabaya-Gresik, yang terhubung dengan Jalan Tol Surabaya-Gempol dan Jalan Tol Surabaya-Mojokerto. Selain itu perekonomian masyarakat Kabupaten Gresik banyak ditopang dari sektor wiraswasta. Salah satunya yaitu Industri Songkok, Pengrajin Tas, Pengrajin Perhiasan Emas & Perak, Industri Garmen. Pertumbuhan perekonomian Kabupaten Gresik menjadi salah satu yang terbaik di Provinsi Jawa Timur yaitu mencapai 6,58% atau di atas rata-rata nasional provinsi. Meskipun demikian, kemajuan pembangunan di Gresik tidak mengabaikan sektor pelayanan publik. Demikian juga sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sampai saat ini tahun 2020 sudah mencapai Rp 83 triliun. Tingginya angka PDRB tak lepas dari geliat sektor industri dan jasa yang begitu pesat. Fauna Fauna Identitas Kabupaten Gresik adalah Rusa Bawean yaitu Rusa yang berasal dari Pulau Bawean, Kabupaten Gresik. Rusa Bawean selain menjadi fauna identitas atau maskot Kabupaten Gresik, tetapi juga hewan kebanggaan warga Gresik. Spesies ini tergolong langka dan diklasifikasikan sebagai terancam punah oleh IUCN. Populasinya diperkirakan hanya tersisa sekitar 300 ekor di alam bebas. Rusa Bawean hidup dalam kelompok kecil yang biasanya terdiri atas rusa betina dengan anaknya atau jantan yang mengikuti betina untuk kawin. Mereka tergolong hewan nokturnal atau aktif mencari makan di malam hari. Tinggi rusa bawean jantan dilaporkan sekitar 60 – 70 cm. Panjang ekor 20 cm. Panjang dari kepala dan tubuh 140 cm. Bobot dewasa 50 – 60 kg. Rusa ini berwarna coklat. Pejantannya memiliki tanduk bercabang 3 yang dapat tumbuh sepanjang 25 – 47 cm. Tanduk ini dipergunakan pejantan untuk memenangkan betina di musim kawin. Penghargaan Rekor MURI Pemberian Imunisasi untuk 703 bayi usia dibawah 1 tahun sekaligus berhasil dicatat di buku Museum Rekor Indonesia (MURI). Penciptaan Rekor baru MURI ini berhasil diselenggarakan atas kerjasama Pemerintah Kabupaten Gresik dengan PT Petrokimia Gresik dalam Rangka HUT PT Petrokimia Gresik ke-39 & HUT Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-66 tahun 2011. Adipura Bangunpraja Adipura Bangunpraja merupakan lambang spremasi kebersihan kota. Dalam Rangkaian Kirab Piala Adipura ke-8 untuk Kabupaten Gresik, petugas kebersihan bernama Suwandi, warga Kembangan, dan pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Gresik Mochammad Safi'i, warga Bungah, mendapatkan doorprize umroh. Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto menuturkan, bagi yang beruntung mendapatkan umroh diharapkan bisa menunaikannya. Hadiah itu belum sebanding dengan perannya menjaga kebersihan kota. Adipura diraih juga berkat peran serta seluruh komponen masyarakat. Adiwiyata Adiwiyata adalah penghargaan lingkungan hidup yang diberikan pada sekolah-sekolah yang melaksanakan program pelestarian lingkungan. Program pelestarian yang dimaksud mencakup kegiatan penghijauan, daur ulang sampah, bahkan hingga memasukkan materi lingkungan pada muatan lokal yang diajarkan pada murid-murid di sekolahnya. Pada tahun 2012, 5 sekolah di Kabupaten Gresik juga mendapatkan predikat sekolah Adiwiyata dan 1 sekolah ditetapkan sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri. Internasional Di dunia Internasional pun, Kabupaten Gresik telah menerima beberapa penghargaan antara lain yaitu Asean Development Citra Award dari lembaga resmi internasional. Penghargaan Majelis Ilmu kepada Bupati Gresik dari Kerajaan Brunei Darussalam tahun 2008. Kuliner Makanan Makanan khas Kabupaten Gresik adalah: Nasi Krawu Pudak Sego Rumo Otak-Otak Bandeng Bandeng Sapit Bonggolan Jubung Ayas Ubus Martabak Usus Arang-Arang Kambang Bali Welot (Bali Belut) Kotokan Bandeng Ndog Bader Gajih Pinggir Bontosan Giri, hanya ada di daerah sekitar Makam Sunan Giri. Sego Menir Lontong Manggul Sego Karak Kella Celok Bubur Masin Minuman Minuman khas Kabupaten Gresik adalah: Es Siwalan Legen Panceng Temulawak Wedang Pokak Kobiku Pariwisata Objek wisata Pulau Bawean Pulau Bawean merupakan salah satu Pulau yang ada di Kabupaten Gresik. Di antara tujuan wisata Bawean adalah: Noko Gili, Pantai Bayangkara, Pantai Tanjunggaang, Pulau China, Pantai Selayar, Danau Kastoba, dll. Pantai Delegan Pantai ini terletak di Desa Delegan, Kecamatan Panceng dari Kecamatan Gresik berjarak sekitar 40 km, setelah dari Sidayu dan melewati Hutan Jati Panceng ada papan penunjuk arah menunjukkan wisata Pantai Delegan, dari jalan arteri masuk ke utara sekitar 1 km sudah sampai di lokasi. Pantai Delegan sangat cocok untuk wisata pantai, lomba perahu atau memancing. Pantai berpasir putih ini setiap bulan Agustus diadakan atraksi wisata berupa perlombaan yang terkait dengan wisata bahari. Pantai Delegan dibuka untuk umum sejak tahun 2003. Wisata ziarah Makam Fatimah binti Maimun, di Desa Leran, Keamatan Manyar Makam Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik), di Desa Gapurosukolilo, Kecamatan Gresik Makam Sunan Gisik / Raden Santri (Pelopor Penyebar Agama Islam di Madura dan Bima), di Kelurahan Bedilan, Kecamatan Gresik Makam Sunan Giri, di Desa Giri, Kecamatan Kebomas Makam Sunan Prapen (Cucu Sunan Giri), di Desa Klangonan, Kecamatan Kebomas Makam Kanjeng Sepuh, di Desa Kauman, Kecamatan Sidayu Makam Habib Alwi bin Muhammad Hasyim Assegaf di Kelurahan Kauman, Kecamatan Gresik Makam Habib Abu Bakar bin Muhammad Umar Assegaf di Kelurahan Kauman, Kecamatan Gresik Makam KH. Zubair (Mustasyar PBNU Periode Pertama) di TPI Tlogopojok, Kelurahan Tlogopojok, Kecamatan Gresik Giri Kedaton, di Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kebomas Wisata tradisi Selain itu ada tradisi yang telah cukup lama hingga sekarang masih terus berlangsung yakni tradisi Padusan, Kolak Ayam Sangring, Malem Selawe, Pasar Bandeng, Kupatan, Rebo Wekasan, dan Barikan Kabupaten Gresik memiliki banyak peninggalan sejarah yang berpotensi sebagai pusaka. Komunitas Mataseger telah mempelopori kegiatan pelestarian pusaka ini dengan ikut membidani lahirnya Peraturan Daerah Cagar Budaya Nomor 27 tahun 2011. Beberapa situs sejarah yang ada di Kabupaten Gresik, antara lain: Gresik Kota Lama (ratusan bangunan kuno yang menyebar di Kota Lama) Benteng Lodewijk Mengare Situs Gosari Situs Kanjeng Sepuh Wisata seni budaya Tari Pencak Macan, yang tersebar di seluruh pesisir Kabupaten Gresik. Tari Bantengan, tersebar di Balongpanggang, Benjeng dan Wringinanom. Tari Zavin Mandilingan dari Pulau Bawean sebagai simbol kehormatan di berbagai acara besar. Tari Kencrengan, merupakan tarian yang menceritakan pergerakan saat shalat yang diringi musik rebana dan pujian islami. Tari Kencrengan pernah menjadi tamu kehormatan berskala nasional pada penutupan Festival Nasional Reog Ponorogo di Ponorogo tahun 2011. Reog Ponorogo, dilestarikan oleh PT Petro Kimia dan PT Semen Gresik yang pernah menjadi Juara Nasional FRN. Reog di Gresik juga dilestarikan oleh SMA Negeri 1 Manyar, SMA Negeri 1 Kebomas, SMP Negeri 3 Gresik, SD Negeri Pongangan, Desa Sidomoro, dan Pura Luhur Kamulan Menganti. Wayang Kulit, dilestarikan oleh PT Semen Gresik dan PT Petro Kimia yang setiap tahunnya selalu menampilkan semalam suntuk pertunjukan wayang. Selain itu terdapat puluhan kelompok wayang kulit yang tersebar tiap kecamatan di Kabupaten Gresik. Orkes Melayu Dangdut, dengan ratusan group diantaranya yang terkenal adalah Rockdut Sera dari Balongpanggang. Perayaan (acara) Acara yang diadakan setiap tahun di Kabupaten Gresik, yaitu: Padusan Kolak Ayam Sangring Malem Selawe Pasar Bandeng Sedekah Bumi Pencak Macanan Haul Pencak Silat Bawean Transportasi Angkutan bus Gresik Merupakan Jalur Pantura Semarang–Surabaya Banyak bus bus lewat sini, Terminal Bunder merupakan Terminal Terbesar di gresik, banyak angkutan kota/umum banyak dari Kota Surabaya Dan Lamongan. Angkutan kereta api Stasiun Duduk, Stasiun Cerme, dan Stasiun Indro merupakan Stasiun aktif di wilayah Kabupaten Gresik. Untuk rel nonaktif berada di Stasiun Gresik–Stasiun Sumari. Angkutan laut Pelabuhan Gresik untuk ke Pulau Bawean, Tersedia Banyak kapal di Gresik. Pusat Perbelanjaan Icon Mall Gresik Gressmall Ramayana Mall Gresik Plaza Gresik Andalusia Square Pasar Baru Gresik City 9 Plaza Olahraga PS Petrokimia Putra berdiri pada 1994 Persegres Gresik berdiri pada 20 Mei 1998 Gresik United berdiri pada 2 Desember 2005 Lihat pula Gerbangkertosusila Pulau Bawean Semen Indonesia Semen Gresik Jalan Tol Surabaya-Gresik Jalan Tol Surabaya-Gempol Jalan Tol Surabaya-Mojokerto Kecamatan Gresik Kabupaten Lamongan Kabupaten Mojokerto Kabupaten Sidoarjo Kota Surabaya Jalur kereta api Sumari–Kandangan KRD Indro PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VIII Surabaya Referensi Pranala luar Gresik
4119
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Jember
Kabupaten Jember
Jember (Hanacaraka: ꦗꦼꦩ꧀ꦧꦼꦂ, Pegon: جۤمبۤر, Hanzi: 任抹, Pinyin: Rèn mǒ, Ejaan Lama: Djember) adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kota Kabupaten Jember adalah Kota Jember yang terletak di tengah-tengah wilayah Tapal Kuda, provinsi Jawa Timur. Secara administratif, wilayah Kabupaten Jember terbagi menjadi 31 kecamatan terdiri atas 28 kecamatan dengan 226 desa dan 3 kecamatan dengan 22 kelurahan. Wilayah Kabupaten Jember juga meliputi Kepulauan Nusa Barung, yang berada di Selatan Laut Jawa.Mayoritas penduduk adalah Suku Jawa dan Suku Campuran Jawa Madura yang disebut dengan Pandhalungan dan Suku Madura Perantauan. Jember sempat memiliki kota administratif, tetapi sejak tahun 2001 istilah kota administratif dihapus, sehingga Kota Administratif Jember kembali menjadi bagian dari Kabupaten Jember. Hari jadi Kabupaten Jember diperingati setiap tanggal 1 Januari. Sejarah Kabupaten Jember dibentuk berdasarkan Staatsblad Nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928, yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929. Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarkan ketentuan tentang penataan kembali pemerintah desentralisasi di wilayah Provinsi Jawa Timur, antara lain dengan menunjuk Regenschap Djember sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri sendiri. Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum Pemerintah Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, 21 Agustus 1928. Pemerintah Regenschap Jember yang semula terbagi dalam tujuh Wilayah Distrik, pada tanggal 1 Januari 1929 sejak berlakunya Staatsblad No. 46/1941 tanggal 1 Maret 1941 Wilayah Distrik dipecah menjadi 25 Onderdistrik, yaitu: Distrik Jember, meliputi onderdistrik Jember, Wirolegi, dan Arjasa. Distrik Kalisat, meliputi onderdistrik Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe, dan Sukowono. Distrik Rambipuji, meliputi onderdistrik Rambipuji, Panti, Mangli, dan Jenggawah. Distrik Mayang, meliputi onderdistrik Mayang, Silo, Mumbulsari, dan Tempurejo. Distrik Tanggul meliputi onderdistrik Tanggul, Sumberbaru, dan Bangsalsari. Distrik Puger, meliputi onderdistrik Puger, Kencong Gumukmas, dan Umbulsari. Distrik Wuluhan, meliputi onderdistrik Wuluhan, Ambulu, dan Balung. Berdasarkan Undang Undang No. 12/1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten di Jawa Timur, ditetapkan pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Provinsi Jawa Timur (dengan Perda), antara lain Daerah Kabupaten Jember ditetapkan menjadi Kabupaten Jember. Dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976 tanggal 19 April 1976, dibentuklah Wilayah Kota Jember dengan penataan wilayah-wilayah baru sebagai berikut: Kecamatan Jember dihapus dan dibentuk tiga kecamatan baru, masing-masing Sumbersari, Patrang dan Kaliwates. Kecamatan Wirolegi menjadi Kecamatan Pakusari dan Kecamatan Mangli menjadi Kecamatan Sukorambi. Bersamaan dengan pembentukan Kota Administratif Jember, wilayah Kewedanan Jember bergeser pula dari Jember ke Arjasa dengan wilayah kerja meliputi Arjasa, Pakusari, dan Sukowono yang sebelumnya masuk Distrik Kalisat. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, pada perkembangan berikutnya, secara administratif Kabupaten Jember saat itu terbagi menjadi tujuh Wilayah Pembantu Bupati, satu wilayah Kota Administratif, dan 31 Kecamatan. Dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sejak 1 Januari 2001 sebagai tuntutan No 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Kabupaten Jember telah melakukan penataan kelembagaan dan struktur organisasi, termasuk penghapusan lembaga Pembantu Bupati yang kini menjadi Kantor Koordinasi Camat. Selanjutnya, dalam menjalankan roda pemerintah pada era Otonomi Daerah ini Pemerintah Kabupaten Jember dibantu empat Kantor Koordinasi Camat, yakni: Kantor Koordinasi Camat Jember Barat di Tanggul Kantor Koordinasi Camat Jember Selatan di Balung Kantor Koordinasi Camat Jember Tengah di Rambipuji Kantor Koordinasi Camat Jember Timur di Kalisat Geografi Secara geografis Kabupaten Jember terletak pada posisi 6027’29” s/d 7014’35” Bujur Timur dan 7059’6” s/d 8033’56” Lintang Selatan berbentuk dataran ngarai yang subur pada bagian Tengah dan Selatan, dikelilingi pegunungan yang memanjang sepanjang batas Utara dan Timur serta Samudra Indonesia sepanjang batas Selatan dengan Pulau Nusa Barong yang merupakan satu-satunya pulau yang ada di wilayah Kabupaten Jember. Kabupaten Jember memiliki total luas wilayah sebesar 3.306,689 km2 dengan ketinggian antara 0–3.330 mdpl. Bagian selatan wilayah Kabupaten Jember adalah dataran rendah dengan titik terluarnya adalah Pulau Nusa Barong. Pada kawasan ini terdapat Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan wilayah administratif Kabupaten Banyuwangi. Bagian barat laut (berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo adalah pegunungan, bagian dari Pegunungan Iyang, dengan puncaknya Gunung Argopuro (3.088 m). Bagian timur merupakan bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Ijen. Jember memiliki beberapa sungai antara lain Sungai Bedadung yang bersumber dari Pegunungan Iyang di bagian Tengah, Sungai Mayang yang persumber dari Pegunungan Raung di bagian timur, dan Sungai Bondoyudo yang bersumber dari Pegunungan Semeru di bagian barat. Batas wilayah Kabupaten Jember secara administratif berbatasan dengan beberapa wilayah, yakni: Topografi Karakter topografi sebagian Kabupaten Jember di wilayah bagian selatan merupakan dataran rendah yang relatif subur untuk pengembangan tanaman pangan, sedangkan di bagian utara merupakan daerah perbukitan dan bergunung-gunung yang relatif baik bagi pengembangan tanaman keras dan tanaman perkebunan. Wilayah Kabupaten Jember berada pada ketinggiaan antara 0–3.300 m dpl. Daerah yang memiliki kawasan terluas adalah daerah dengan ketinggian antara 100 – 500 m dpl, yaitu 1.240,77 km2 (37,68%) dan yang tersempit adalah daerah dengan ketinggian lebih dari 2.000 m dpl yaitu 31,34 km2 (0,95%). Dengan demikian dapat diketahui bahwa wilayah Kabupaten Jember memiliki ketinggian yang bervariasi namun demikian dapat dikatakan pula bahwa sebagian besar wilayah Kabupaten Jember berada pada area dataran rendah. Tanah di wilayah Kabupaten Jember dengan kemiringan 0°–2° meliputi 36,60% dari luas wilayah dengan luas terbesar di Kecamatan Wuluhan (92,23 km²). Kemiringan 2°–15° meliputi 20,61% dari luas wilayah yang mayoritas di Kecamatan Silo (89,03 km²) dan kemiringan 15°–40° meliputi 10,78% dari luas wilayah yang mayoritas terdapat di Kecamatan Silo (76,81 km²). Kemiringan tanah di atas 40% meliputi 32% dari luas wilayah dan dengan area terluas di wilayah Kecamatan Tempurejo (365,48 km²) Hidrologi Kabupaten Jember mempunyai banyak sungai/kali yang bermanfaat untuk pertanian. Beberapa sungai yang cukup besar adalah: Kali Bedadung, merupakan sungai yang membelah Kabupaten Jember di tengah-tengah. Hulu sungai berasal dari pegunungan Hyang yang banyak terdapat mata air dan merupakan sungai dengan Irigasi terbesar di Kabupaten Jember. Sungai Bedadung bermuara di Kawasan TPI Puger. Kali Mayang, merupakan sungai yang bermata air dan hulu sungai berasal dari Pegunugan Raung yang berbatasan dengan Kabupaten Banyuwangi. Kali Sanen, merupakan sungai yang bermata air dan hulu sungai berasal dari Pegunugan Raung. Kali Sanen bertemu dengan Kali Mayang di Desa Sumberrejo dan bermuara di Kawasan Wisata Teluk Love, Desa Sumberrejo. Kali Jatiroto, merupakan perbatasan dengan Kabupaten Lumajang yang bermata air dan hulu sungai dari Pegunungan Hyang, bermuara di Desa Paseban. Iklim Iklim Kabupaten Jember adalah iklim muson tropis (Am) dengan dua musim yang berbeda, yakni musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Kabupaten Jember biasanya berlangsung pada periode November hingga pertengahan April dan disebabkan oleh pengaruh angin monsun baratan yang bersifat basah, lembap, dan banyak membawa uap air. Sementara itu, musim kemarau terjadi pada periode Mei hingga pertengahan Oktober dan disebabkan oleh angin monsun timuran yang bersifat kering. Suhu udara di wilayah Jember berkisar antara 23o–33oC, kecuali untuk wilayah dataran tinggi dengan rentang suhu yang kurang dari 24 °C. Pemerintahan Ibukota Kabupaten Jember adalah Kota Jember yang secara administrasi berada di 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Kaliwates, Kecamatan Patrang, dan Kecamatan Sumbersari. Yang mana ketiga kecamatan tersebut adalah pecahan dari Kecamatan Jember yang dihapus berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976 tanggal 19 April 1976. Jember juga merupakan pusat dari Badan Koordinasi Wilayah dan Pemerintahan Jawa Timur V (BAKORWIL V) yang kantornya terletak di Jalan Kalimantan no.42, Jember. BAKORWIL V meliputi 1 Kota dan 6 Kabupaten di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur yaitu Kota Probolinggo, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Banyuwangi, dan Kabupaten Jember. Karena letaknya yang sangat strategis, Jember memiliki perkantoran perwakilan untuk wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Diantaranya adalah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL), Kantor Pos Besar Jember, Kantor Imigrasi Kelas I TPI Jember, Kantor Patroli Jalan Raya (PJR) Induk JATIM V, BKSDA Wilayah III Jember, dan Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Juga Pusat Kantor PT KAI DAOP IX yang mengkoordinir Stasiun KA yang ada di ujung timur Jawa Timur mulai dari Stasiun KA di Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan bagian timur sampai Stasiun KA di Banyuwangi. Bupati Dewan Perwakilan Administrasi Secara administratif wilayah Kabupaten Jember terbagi menjadi 31 kecamatan terdiri atas 28 kecamatan dengan 226 desa dan 3 kecamatan dengan 22 kelurahan. Kecamatan terluas adalah Tempurejo dengan luas 524,46 km² atau 15,9% dari total luas wilayah Kabupaten Jember. Kecamatan yang terkecil adalah Kaliwates, seluas 24,94 km² atau 0,76% dari total luas wilayah. Koordinasi Camat: 4 Kecamatan: 31 Dusun: 201 Rukun Warga: 4154 Rukun Tetangga: 14714 Lingkungan: 902 Kecamatan Demografi Penduduk Mayoritas penduduk Kabupaten Jember adalah Suku Jawa dan Suku Madura Pendalungan sebagian besar beragama Islam. Selain itu terdapat minoritas Suku Osing. Terdapat juga warga Tionghoa yang kebanyakan tinggal di pusat ibu kota kabupaten ini. Suku Madura dominan di daerah utara selain itu juga terdapat beberapa minoritas madura di pesisir paling selatan, lalu juga terdapat Suku Jawa Arekan yang merupakan penduduk asli kabupaten ini di daerah tengah dan selatan. Bahasa Madura dan Bahasa Jawa Arekan digunakan di banyak tempat, selain Jawa Arekan juga terdapat minoritas Jawa Mataraman dibeberapa kecamatan seperti Ambulu yang dari segi dialek lebih mirip Jawa Tengah-an, berbeda dengan Jawa Arekan yang merupakan penduduk asli dan paling awal di wilayah ini, orang Jawa Mataraman umumnya merupakan keturunan Pekerja Perkebunan yang berasal dari Ponorogo dan Blitar, sehingga umum bagi masyarakat di Jember menguasai bahasa bahasa daerah tersebut dan juga saling pengaruh tersebut memunculkan beberapa ungkapan khas Jember. Percampuran kedua kebudayaan Madura dan Jawa di Kabupaten Jember melahirkan satu bahasa baru yang bernama Madura Pandalungan. Masyarakat Pandalungan di Jember mempunyai karakteristik yang unik sebagai hasil dari penetrasi kedua budaya tersebut. Kesenian Can Macanan Kaduk merupakan satu hasil budaya masyarakat Pendalungan yang masih bertahan sampai sekarang di kabupaten Jember. Jember berpenduduk 2.601.149 jiwa (JDA, BPS 2021) dengan kepadatan rata-rata 790 jiwa/km2 Agama Mayoritas masyarakat Kabupaten Jember beragama Islam 96,94%, diikuti agama Kristen Protestan 1,40%, Kristen Katolik 0,93%, Hindu 0,49%, Budha 0,17%, Konghucu 0,02%, dan Kepercayaan 0,05%. Jember bagian utara dan timur agamanya lebih dominan Islam karna banyaknya suku Madura di daerah tersebut, sedangkan bagian tengah, selatan dan barat mayoritas adalah etnis Jawa dengan agama mayoritas Islam dan terdapat juga etnis Jawa yang beragama Kristen dan hidup berdampingan. Kecamatan Umbulsari adalah daerah paling heterogen, karna Islam, Hindu, dan Kristen hidup berdampingan bahkan di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari disebut desa paling toleransi di Kabupaten Jember. Beberapa bangunan Ibadah yang ada di Jember adalah Masjid al-Baitul Amin, yang erletak di sisi barat Alun-Alun Jember dan dekat dengan Pendopo Wahyawibawagraha. Masjid Raudhotul Muchlisin, Masjid Muhammad Cheng Ho, Masjid Darul Muttaqin Tanggul, Gereja Katolik Santo Yusuf, Gereje Katolik HTSPM, GPdI Ekklesia Jember, Gereja GKJW Jember, Gereja HKBP Jember, GPPS Gumukmas, Pura Agung Amertha Asri Patrang, Pura Swasty Dharma Sukoreno, Vihara Yen Man Jember, Vihara Papuma, Klenteng Hong dan Sie Tanggul, dan Klenteng Pan Lien San yang terletak di kecamatan Panti dan merupakan klenteng terbesar yang ada di Kabupaten Jember. Ekonomi Dengan sebagian besar penduduk masih bekerja sebagai petani, perekonomian Jember masih banyak ditunjang dari sektor pertanian. Di Jember terdapat banyak area perkebunan, sebagian besar peninggalan Belanda. Perkebunan yang ada dikelola oleh Perusahaan nasional PTP Nusantara, Tarutama Nusantara (TTN), dan Perusahaan daerah yaitu PDP (Perusahaan Daerah Perkebunan). Jember terkenal sebagai salah satu daerah penghasil tembakau utama di Indonesia. Tembakau Jember adalah tembakau yang digunakan sebagai lapisan luar/kulit cerutu. Di pasaran dunia tembakau Jember sangat dikenal di Jerman dan Belanda. Cerutu Jember juga sudah kualitas exporkspor dan termasuk salah satu Cerutu terbaik di dunia. Selain tembakau, Jember juga penghasil edamame melalui PT Mitratani Dua Tujuh, anak perusahaan PTPN X, yang pabrik pengolahannya terletak di kelurahan Mangli. Endamame Jember juga sudah di ekspor ke luar negeri, terutama ke Jepang, Eropa, Australia dan Amerika Serikat. kualitas Endamame Jember juga sudah di akui dunia. Sedangkan di daerah pesisir pantai mayoritas pekerjaan masyarakat adalah nelayan dengan TPI Puger yang menjadi TPI Terbesar di Kabupaten Jember. Industri Perindustrian di Kabupaten Jember terbilang masih berkembang. Kawasan industri manufaktur di Jember utamanya terletak di Kecamatan Ajung, Pakusari, dan Arjasa. Industri UMKM tersebar di banyak kecamatan dan desa di Kabupaten Jember, misalnya Sentra Kerajinan Tangan (Handycraft) di Desa Tutul Kecamatan Balung yang sudah mendunia, dan Industri Batik Jember dengan corak daun tembakau yang pembuatannya sudah hampir menyebar di semua kecamatan. Di Kecamatan Puger, tepatnya di Desa Grenden tumbuh kawasan Industri baru yaitu menambang Gunung Sadeng/Gunung Kapur, beberapa pabrik pengolahanya adalah PT Semen Imasco Asiatic yang menghasilkan produk Semen Singa Merah yang merupakan pabrik terbesar di kawasan itu, PT Cement Puger Jaya Raya Sentosa yang menghasilkan produk Semen Puger, dan PT Pertama Mina Sutra Perkasa anak dari perusahaan Bangun Artha Grup. Transportasi Stasiun Jember merupakan stasiun terbesar di Kabupaten ini, dan merupakan pusat dari Daop IX Jember yang mengatur stasiun dari Pasuruan hingga Banyuwangi. Di samping stasiun-stasiun kecil lainnya di Tanggul, Rambipuji, dan Kalisat. Jember dilintasi jalur kereta api yang menghubungkan Jember dengan berbagai kota di Pulau Jawa yaitu Jakarta, Cirebon, Semarang, Yogyakarta, Surakarta, Malang, Surabaya dan Banyuwangi. Di Jember juga terdapat stasiun-stasiun kecil seperti Bangsalsari, Mangli, Arjasa, Kotok, Ledokombo, Sempolan, Garahan. Stasiun ini hanya digunakan ketika terjadi persilangan kereta api dan hanya digunakan oleh kereta api ekonomi seperti Probowangi (Surabaya-Banyuwangi) dan kereta Pandanwangi (Jember-Banyuwangi). Jalur kereta api Kalisat-Panarukan kini tidak lagi beroperasi. Terminal Tawang Alun merupakan terminal utama bus yang melayani jalur Surabaya–Jember-Banyuwangi (lewat Tanggul), Surabaya-Jember-Banyuwangi (lewat Kencong-Balung dan atau Ambulu) yang juga melewati kota Lumajang. Terminal ini juga melayani jalur Bus Patas (cepat terbatas) Jember-Yogya, Jember-Surabaya, Jember-Malang, Jember-Cilacap, Jember-Medan serta Jember-Denpasar. Untuk jalur Jember-Bondowoso-Situbondo dilayani oleh Terminal Bus "ARJASA" yang terletak di Kecamatan Arjasa. Baru-baru ini, di Kecamatan Ambulu yang terletak di Jember bagian selatan juga dibangun Terminal, yang menyediakan jalur Ambulu-Kencong-Lumajang-Probolinggo-Pasuruan-Surabaya-Malang-Madiun-Ponorogo-Kalianget (Madura) dan Denpasar. Selain itu terdapat pula terminal-terminal kecil yang dihubungkan oleh angkutan antar dalam kota (Lyn) seperti Terminal Ajung, Terminal Arjasa dan Terminal Pakusari. Bus Kota dapat ditemui di Kota Jember yang menghubungkan Terminal Tawang Alun–Terminal Arjasa (Kode Trayek "A" dan "B") dan Terminal Tawang Alun-Terminal Pakusari (Kode Trayek "D" dan "E"). Jasa taksi dengan Argometer juga banyak ditemui di Kota ini. Selain itu, berbagai kantor PO bus juga dapat dengan mudah ditemukan di sekitar Terminal Tawang Alun ini, seperti PO Akas Asri, PO Gunung Harta, PO Lorena/Karina, PO Pahala Kencana, PO Lorena, PO Sinar Jaya, PO Pandawa 87, PO ALS, dan PO Rosalia Indah yang melayani trayek Jember ke barbagai kota yang ada di Jawa dan Sumatera. Bandar Udara Notohadinegoro (JBB) terletak di Desa Wirowonsmgso, Kecamatan Ajung. Yang melayani penerbangan Kota Surabaya-Jember PP dan Sumenep-Jember PP. Pelabuhan Perikanan Puger yang terletak di Desa Puger Kulon, Kecamatan Puger. Merupakan Pelabuhan Perikanan terbesar di Kabupaten Jember yang letaknya di muara sungai Bedadung. Di dalamnya juga ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI) terbesar di Kabupaten Jember. Jaringan Jalan dan Kereta Api Kabupaten Jember dilalui oleh Jalan Nasional Lintas Selatan Pulau Jawa yang berawal dari Kabupaten Lumajang melewati Kecamatan Sumberbaru–Tanggul–Bangsalsari–Rambipuji–Kaliwates–Sumbersari–Pakusari–Mayang–Silo dan berakhir di jalur Gumitir dan terus lanjut ke Kabupaten Banyuwangi. Jember juga terhubung dengan Kabupaten Bondowoso dengan Jalan Lintas Provinsi Premier yang dimulai dari Kecamatan Patrang–Arjasa–Jelbuk dan lanjut ke Bondowoso. Untuk wilayah Jember bagian selatan, kota Jember terhubung dengan jaringan Jalan Provinsi sekunder yang juga bisa menjadi jalur alternatif menuju Kabupaten Lumajang yang dimulai dari Kecamatan Rambipuji–Balung–Kasiyan–Gumukmas–Kencong dan lanjut ke Lumajang. Kabupaten Jember juga dilewati oleh Jalan Lintas Selatan (JLS) atau Jalan Pantai Selatan Pulau Jawa yang merupakan jalan alternatif untuk mengurangi kepadatan di Jalan Lintas Utara maupun lintas Tengah Pulau Jawa. JLS akan menjadi penghubung daerah-daerah di pesisir pantai selatan jawa yang dimulai dari Provinsi Jawa Barat dan berakhir di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Pemandangan sepanjang JLS juga sangat menarik dengan pantai dan kawasan hutan berbukit. Di Kabupaten Jember sendiri daerah yang akan dilewati JLS adalah dari Kabupaten Lumajang lalu ke Kecamatan Kencong–Gumukmas–Puger–Wuluhan–Ambulu–Tempurejo lalu lanjut ke Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Jember juga dilewati jalur Kereta Api dan menjadi kantor pusat PT KAI Daop IX Jember. Jalur Kereta Api di Jember melewati Kecamatan Sumberbaru–Tanggul–Bangsalsari–Rambipuji–Kaliwates–Patrang–Pakusari–Kalisat–Ledokombo–Sempolan dan berakhir di terowongan Garahan dan Terowongan Mrawan yang menuju ke Banyuwangi. Jalur Kereta Api yang sudah tidak aktif adalah jalur Kalisat–Bondowoso–Situbondo–Panarukan dan juga jalur Lumajang–Kencong–Kasiyan–Balung–Rambipuji. Pariwisata Taman Nasional Kabupaten Jember memiliki Taman Nasional Meru Betiri yang terletak di sebelah timur dan berbagi kawasan dengan Kabupaten Banyuwangi. Luas Taman Nasional Meru Betiri adalah 52.626,04 hektare. Dan sudah menjadi kawasan Hutan Lindung sejak zaman Hindia Belanda. Taman Nasional Meru Betiri merupakan kawasan konservasi untuk melindungi hewan dan tamanan agar terhindar dari kepunahan. Beberapa Fauna yang dilindungi adalah Harimau Jawa, berbagai macam Penyu, Elang Jawa, Macan Tutul, Banteng Jawa dan Merak. Flora yang dilindungi adalah Flora langka Rafflesia zollingeriana atau Bunga Padmosari. Disini juga ada Pantai yang jarang sekali orang mendatanginya karna lokasinya yang jauh, yaitu Pantai Bandealit. Cagar alam Nusa Barung Nusa Barung adalah Pulau tak berpenghuni yang terletak di selatan Jember dan masuk dalam wilayah Kecamatan Puger. Nusa Barung adalah kawasan konservasi cagar alam yang melindungi banyak sepesies burung, serangga dan tumbuhan dan hewan langka yang terancam punah yaitu Lutung Budeng (Trachypithecus auratus). Namun Pantai di Nusa Barung juga tak kalah eksotis dengan pasir putihnya yang menawan, bahkan sempat ada wacana menjadikan kawasan ini sebagai objek wisata baru. Kesenian Tradisional Beberapa kesenian yang ada di Jember yakni Can macanan Kadhuk, merupakan kesenian khas masyarakat Pandhalungan Jember yang sekarang sudah jarang ditemui. Kemudian Patrol, alat musik yang terbuat dari kayu nangka pilihan untuk mendapatkan suara yang diinginkan. Berawal dari tradisi yang bernama 'kothekan' (memukul-mukul kayu dan kentongan untuk membuat bebunyian), alat ini kemudian dinamakan musik kendang patrol dan sudah ada secara turun temurun di masyarakat Jember. Kemudian Egrang Tanoker, dan Batik Jember. Batik Jember memiliki motif dan corak berbeda dengan batik Solo dan Jogja. Batik ini memiliki corak yang khas, yakni bermotif daun tembakau. Daun tembakau adalah ciri khas Jember, yang menjadi penanda bahwa kota ini adalah salah satu kota penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Rumah Batik Rolla di Kecamatan Patrang memasukkan gambar komoditas unggulan lain sebagai motif, seperti kopi, cokelat, dan buah naga. Julukan Jember memiliki beberapa julukan, yaitu Kota Pandhalungan. Jember dihuni oleh banyak suku seperti Madura, Jawa dan Osing, paduan ini membuat Jember seperti "Miniature of Indonesia". Kota tembakau, Jember dikenal juga dengan sebutan Kota yembakau karena hasil komoditas utama dan penghasil Tembakau terbesar. Kota cerutu, dikenal dengan Kota Tembakau, maka Jember juga dikenal dengan Kota Cerutu, dengan kualitas Cerutu Jember yang sudah mendunia. Kota karnaval, Jember juga mendapat julukan kota Carnaval berkat Jember Fashion Carnaval yang sudah mendunia. Kota Suwar Suwir, makanan khas Jember. Makanan ini terbuat dari tape yang diolah sedemikian rupa sehingga menghasilkan makanan seperti dodol namun lebih keras. Kota Edamame, produk pertanian andalan di Kabupaten Jember dan sudah berhasil merambah pasar internasional. Kota Santri, karena Jember memiliki banyak pesantren. Pesantren-pesantren tersebut antara lain ada yang besar dengan santri mencapai ribuan. Bebarapa Pesantren besar di Jember antara lain Pondok Pesantren Assuniyyah Kencong, Pesantren Al-Qodiri, Pesantren Curah Kates, Pesantren Al-Amien, Ambulu. Lembaga Pendidikan Kabupaten Jember memiliki beberapa Perguruan Tinggi Negeri diantaranya Universitas Jember (UNEJ), Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember (UIN KHAS), Politeknik Negeri Jember (POLIJE), Universitas Terbuka Jember (UT Jember), dan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang (POLTEKKES KEMENKES) Kampus 1 Jember. Bererapa Perguruan Tinggi Swasta yakni Universitas Muhammadiyah Jember (UMJ), Universitas Islam Jember (UIJ),, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mandala, STDI Imam Syafi'i,, Akademi Kebidanan (Akbid) Bina Husada, Akademi Kebidanan Jember (AKBID), Akademi Farmasi Jember (AKFAR), dan lainnya. Lain-lain Mulai bulan Agustus 2007, Jember mempunyai program tahunan yang disebut dengan Bulan Berkunjung ke Jember. Terdapat pula Jember Fashion Carnaval, parade karnaval jalanan terbesar No. 3 Dunia setelah di Rio de Janeiro Brazil. Dan menjadi Fashion street terpanjang di dunia dengan jalan sepanjang 3,5 KM. Tanoker Egrang Festival, festival Egrang yang diadakan setiap bulan Agustus di alun-alun Ledokombo, Jember. Figur publik di bidang Seni dari Jember antara lain: Tattoo (Group Musik), Dewi Persik (Aktris dan Penyanyi), George Rudy (Aktor), Anang Hermansyah (Musisi), Opick (Musisi), Jack Lesmana (Musisi), dan Sujiwo Tejo (Budayawan), Pak Raden a.k.a Drs. Suyadi (pencipta tokoh boneka Si Unyil). Figur publik di bidang olahraga antara lain: Muljadi (Bulu Tangkis), Andik Vermansah (Pemain Sepak Bola) Tokoh Lain: Soetjipto Joedodihardjo (Kapolri Periode 09 Mei 1965–08 Mei 1968), Drs. Badrodin Haiti (Kapolri periode 16 Januari 2015 hingga 13 Juli 2016), David Wijnveldt (pemain sepak bola amatir Belanda), Soemarno Sosroatmodjo (Gubernur DKI Jakarta periode 1960–1964 dan periode 1965–1966), Gatot Suwardi (Beliau pernah menjabat sebagai Irjen ABRI dengan pangkat terakhir Laksamana Madya TNI), Mudjono (Ketua Mahkamah Agung Indonesia periode 18 Februari 1981 hingga 14 April 1984), Anto Mukti Putranto (Dankodiklat 13 Juli 2018) Persid dan Jember United adalah klub sepak bola yang bermarkas di Jember Tokoh terkenal Tiara Andini, penyanyi & aktris Indonesia. Dewi Perssik, penyanyi dangdut & aktris sinetron Indonesia. Anang Hermansyah, penyanyi & musisi Indonesia. Opick, penyanyi rohani religi Islami Indonesia. George Rudy, aktor sinetron Indonesia. Jack Lesmana, musisi jazz Indonesia. Sujiwo Tejo, seniman, dalang, aktor, budayawan Indonesia. Bayu Gatra, pemain sepak bola Indonesia. Referensi Pranala luar Kabupaten Jember Jember Jember
4120
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Jombang
Kabupaten Jombang
Jombang () adalah sebuah kabupaten yang terletak di bagian tengah Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Jombang. Kabupaten Jombang memiliki ketinggian 44 meter di atas permukaan laut, dan berjarak 79 km dari barat daya Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Luas wilayah kabupaten Jombang yakni 1.159,50 km². Pada tahun 2021, penduduk Jombang mencapai 1.325.914 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.143 jiwa/km2. Kabupaten Jombang memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di persimpangan jalur lintas tengah (Jakarta–Purwokerto–Yogyakarta–Surabaya) dan selatan Jawa (Bandung–Yogyakarta–Surabaya), jalur Surabaya-Tulungagung, serta jalur Malang-Tuban. Jombang dikenal dengan sebutan "Santri," karena banyaknya institusi pendidikan Islam (pondok pesantren) di wilayahnya. Bahkan ada pemeo yang mengatakan Jombang adalah pusat pondok pesantren di tanah Jawa karena hampir seluruh pendiri pesantren di Jawa pasti pernah berguru di Jombang. Di antara pondok pesantren yang terkenal adalah Tebuireng, Denanyar, Tambak Beras, dan Darul Ulum (Rejoso). Tokoh terkenal Indonesia yang dilahirkan di Kabupaten Jombang adalah Presiden Republik Indonesia ke-4, K.H. Abdurrahman Wahid; Ketua Umum PKI pertama, Semaun; pahlawan nasional K.H. Hasyim Asy'ari dan K.H. Wahid Hasyim; tokoh intelektual Islam, Nurcholis Madjid; dan budayawan, Emha Ainun Najib. Etimologi Salah satu etimologi yang beredar di masyarakat Jombang adalah, bahwa Jombang berasal dari lakuran kata berbahasa Jawa yaitu ijo "hijau" dan abang "merah". Ijo mewakili kaum santri (agamais), dan abang mewakili kaum abangan (nasionalis/kejawen). Kedua kelompok tersebut hidup berdampingan, dan harmonis di Kabupaten Jombang. Bahkan kedua elemen ini digambarkan dalam warna dasar lambang daerah Kabupaten Jombang. Geografi Kabupaten Jombang terletak di perlintasan jalur selatan jaringan jalan Jakarta – Surabaya. Luas wilayah Kabupaten Jombang mencapai 1.159,50 km², terdiri dari 21 kecamatan dan 306 desa/kelurahan. Wilayah Kabupaten Jombang sebagian besar berada pada ketinggian kurang dari 350 mdpl, dan sebagian kecil berada pada ketinggian ≥1000 mdpl, yaitu wilayah yang berada di Kecamatan Wonosalam. Letak geografis Kabupaten Jombang terletak antara 112°03'45" dan 112°27'21" Bujur Timur dan 7°24'01" – 7°45'01" Lintang Selatan. Batas wilayah Kabupaten Jombang berbatasan dengan beberapa wilayah, yakni: Relief Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang merupakan dataran rendah, yakni 90% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 500 meter dpl. Secara umum Kabupaten Jombang dapat dibagi menjadi tiga bagian: Bagian utara, terletak di sebelah utara Sungai Brantas, meliputi sebagian besar Kecamatan Plandaan, Kecamatan Kabuh, sebagian Kecamatan Ngusikan, dan Kecamatan Kudu. Daerah ini merupakan daerah perbukitan kapur yang landai dengan ketinggian maksimum 500 m di atas permukaan laut. Perbukitan ini merupakan ujung timur Pegunungan Kendeng. Bagian tengah, yakni di sebelah selatan Sungai Brantas, merupakan dataran rendah dengan tingkat kemiringan hingga 15%. Daerah ini merupakan kawasan pertanian dengan jaringan irigasi yang ekstensif serta kawasan permukiman penduduk yang padat. Bagian selatan, meliputi Kecamatan Wonosalam, sebagian Kecamatan Bareng, dan Kecamatan Mojowarno. Merupakan daerah pegunungan dengan kondisi wilayah yang bergelombang. Semakin ke tenggara, semakin tinggi. Hanya sebagian Kecamatan Wonosalam yang memiliki ketinggian di atas 500 m. Sungai Sungai Brantas, yang merupakan sungai terbesar di Jawa Timur, memisahkan Kabupaten Jombang menjadi dua bagian: bagian utara (24%) dan bagian selatan (76%), sepanjang ±44 km. Kabupaten Jombang juga terus berupaya dalam menyelamatkan tanggul dan ekosistem yang ada di sepanjang sungai Brantas. Langkah itu antara lain dengan membentuk Kelompok Masyarakat (Pokmas) yang anggotanya terdiri dari para penambang pasir yang ada di delapan kecamatan, dan tersebar di 34 desa. Sungai-sungai lain yang signifikan adalah Sungai Marmoyo (23 km), Sungai Ngotok Ring Kanal (27 km), Sungai Konto (14 km), Sungai Gunting (12 km), dan Sungai Jurangjero (12 km). Tata guna lahan Pola penggunaan tanah di Kabupaten Jombang (2003) terbanyak digunakan untuk area persawahan (42%), diikuti dengan permukiman (19%), hutan (18%), tegal (12%), dan lainnya. Sebagian besar sawah (82%) merupakan irigasi teknis, dan sebagian (10%) merupakan sawah tadah hujan. Iklim dan cuaca Keadaan iklim khususnya curah hujan di Kabupaten Jombang yang terletak pada ketinggian 500 meter dari permukaan laut mempunyai curah hujan relatif rendah yakni berkisar antara 1500 – 2000 mm per tahun. Sedangkan untuk daerah yang terletak pada ketinggian lebih dari 500 meter dari permukaan air laut, rata-rata curah hujannya mencapai 2500 mm pertahunnya. Iklim Kabupaten Jombang termasuk iklim tropis. Berdasarkan hasil perhitungan menurut klasifikasi yang diberikan oleh Schmidt dan Ferguson, iklim Kabupaten Jombang termasuk tipe iklim D, di mana musim penghujan tipe ini biasanya jatuh pada bulan November sampai April, dan musim kemarau jatuh pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober. Sejarah Penemuan fosil Homo mojokertensis di lembah Sungai Brantas menunjukkan bahwa seputaran wilayah yang kini adalah Kabupaten Jombang diduga telah dihuni sejak ratusan ribu tahun yang lalu. Tahun 929, Raja Mpu Sindok memindahkan pusat Kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, diduga karena letusan Gunung Merapi atau serangan Kerajaan Sriwijaya. Beberapa literatur menyebutkan pusat kerajaan yang baru ini terletak di Watugaluh. Suksesor Mpu Sindok adalah Sri Isyana Tunggawijaya (947-985) dan Dharmawangsa (985-1006). Tahun 1006, sekutu Sriwijaya menghancurkan ibu kota kerajaan Mataram, dan menewaskan Raja Dharmawangsa. Airlangga, putra mahkota yang ketika itu masih muda, berhasil meloloskan diri dari serbuan Sriwijaya, dan menghimpun kekuatan untuk mendirikan kembali kerajaan yang telah runtuh. Bukti petilasan sejarah Airlangga sewaktu menghimpun kekuatan kini dapat dijumpai di Sendang Made, Kecamatan Kudu. Tahun 1019, Airlangga mendirikan Kerajaan Kahuripan, yang kelak wilayahnya meliputi Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bali, serta mengadakan perdamaian dengan Sriwijaya. Pada masa Kerajaan Majapahit, wilayah Kabupaten Jombang masa kini merupakan gerbang Majapahit. Gapura barat adalah Desa Tunggorono, Kecamatan Jombang, sedang gapura selatan adalah Desa Ngrimbi, Kecamatan Bareng. Hingga kini, banyak dijumpai nama-nama desa dan kecamatan yang diawali dengan prefiks mojo-, di antaranya Mojoagung, Mojowarno, Mojojejer, Mojotengah, Mojotrisno, Mojongapit, Mojokuripan, dan sebagainya. Salah satu peninggalan Majapahit di Jombang adalah Candi Arimbi di Kecamatan Bareng. Menyusul runtuhnya Majapahit, agama Islam mulai berkembang. Jombang kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Mataram Islam. Seiring dengan melemahnya pengaruh Mataram, kolonialisasi Belanda menjadikan Jombang sebagai bagian dari wilayah VOC pada akhir abad ke-17, yang kemudian menjadi bagian dari Hindia Belanda pada awal abad ke-18, dan juga, seperti di daerah lain, pernah diduduki oleh Bala Tentara Dai Nippon (Jepang) pada tahun 1942 sampai Indonesia merdeka pada tahun 1945. Jombang juga menjadi bagian dari wilayah gerakan revolusi kemerdekaan Indonesia. Etnis Tionghoa juga berkembang dengan adanya tiga kelenteng di wilayah Jombang, yang sampai sekarang masih berfungsi. Etnis Arab juga cukup signifikan berkembang. Hingga kini pun masih ditemukan sejumlah kawasan yang mayoritasnya adalah etnis Tionghoa dan Arab, terutama di kawasan perkotaan. Tahun 1811, didirikan Kabupaten Mojokerto, yang wilayahnya meliputi Kabupaten Jombang masa kini. Jombang merupakan salah satu residen di dalam Kabupaten Mojokerto. Bahkan Trowulan (di mana merupakan pusat Kerajaan Majapahit), masuk dalam kawedanan (onderdistrict afdeeling) Jombang. Alfred Russel Wallace (1823-1913), naturalis asal Inggris yang memformulasikan Teori Evolusi, dan terkenal akan Garis Wallace, pernah mengunjungi dan bermalam di Jombang ketika mengeksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia. Tahun 1910, Jombang memperoleh status Kabupaten, yang memisahkan diri dari Kabupaten Mojokerto, dengan Raden Adipati Arya Soeroadiningrat sebagai Bupati Jombang pertama. Masa pergerakan nasional, wilayah Kabupaten Jombang memiliki peran penting dalam menentang kolonialisme. Beberapa putra Jombang merupakan tokoh perintis kemerdekaan Indonesia, seperti KH Hasyim Asy'ari (salah satu pendiri NU dan pernah menjabat ketua Masyumi) dan KH Wachid Hasyim (salah satu anggota BPUPKI termuda, serta Menteri Agama RI pertama). Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur mengukuhkan Jombang sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur. Pemerintahan Daftar Bupati Bupati perempuan Jombang pertama Hj Mundjidah Wahab merupakan putri pahlawan nasional KH A Wahab Hasbullah. Secara nasab, Kiai Wahab sambung sampai Joko Tingkir. Secara ringkas, tokoh Jombang yang keturunan Joko Tingkir yaitu pendiri Nahdlatul Ulama dan pahlawan nasional yaitu KH M Hasyim Asy’ari, pahlawan nasional KH Abdul Wahab Hasbullah, pahlawan nasional KH A Wahid Hasyim, presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah). Dari kalangan tokoh perempuan ada Nyai Hj Khoiriyah Hasyim, Nyai Sholilah, Hj Mundjidah Wahab (Wakil Bupati Jombang 2013-2018, Bupati Jombang 2018-2023) dan masih banyak lagi kiai keturunan Joko Tingkir yang tidak mungkin ditulis satu persatu. Perwakilan Kecamatan Kabupaten Jombang terdiri atas 21 kecamatan, yang mencakup 302 desa dan 4 kelurahan. Sebagai pusat pemerintahan adalah Kecamatan Jombang. Kecamatan Ngusikan, merupakan pemekaran dari Kecamatan Kudu yang dibentuk pada tahun 2001. Demografi Penduduk Pada tahun 2020, penduduk Jombang mencapai 1.318.062 jiwa, dengan kepadatan penduduk 1.137 jiwa/km². Terdiri dari 664.605 laki-laki, dan 653.457 perempuan. Sedikitnya 55% penduduk tinggal di wilayah perkotaan. Konsentrasi sebaran penduduk terutama di Kecamatan Jombang (dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, yakni 3.198 jiwa/km²), Kecamatan Tembelang (bagian selatan), Kecamatan Peterongan (bagian tengah, dan selatan), Kecamatan Jogoroto, Kecamatan Mojowarno (bagian utara, dan timur), sepanjang jalan raya Jombang-Peterongan-Mojoagung-Mojokerto, serta sepanjang jalan raya Jombang-Diwek-Blimbing-Ngoro-Kandangan. Kawasan padat penduduk lainnya adalah kawasan perkotaan di kecamatan Ploso, Perak, Ngoro, dan Plandaan. Bagian barat laut (yang merupakan perbukitan kapur) dan bagian tenggara (yang merupakan daerah pegunungan) merupakan kawasan yang memiliki kepadatan penduduk jarang. Laju pertumbuhan penduduk tahun 2010–2020 mencapai 0,96 %, meningkat dibandingkan periode 2000–2010 yang sebesar 0,67 %. Etnis dan Bahasa Penduduk Jombang pada umumnya adalah etnis Jawa. Namun, terdapat minoritas etnis Tionghoa dan Arab yang cukup signifikan. Etnis Tionghoa, dan Arab umumnya tinggal di kawasan perkotaan, dan bergerak di sektor perdagangan dan jasa. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari. Bahasa Jawa yang dituturkan banyak memiliki pengaruh Dialek Surabaya yang terkenal egaliter, dan blak-blakan. Kabupaten Jombang juga merupakan daerah perbatasan dua dialek Bahasa Jawa, antara Dialek Surabaya dan Dialek Mataraman. Beberapa kawasan yang berbatasan dengan Kabupaten Nganjuk dan Kediri memilki pengaruh Dialek Mataraman yang banyak memiliki kesamaan dengan Bahasa Jawa Tengahan. Salah satu ciri khas yang membedakan Dialek Surabaya dengan Dialek Mataram adalah penggunaan kata arek (sebagai pengganti kata bocah) dan kata cak (sebagai pengganti kata mas). Agama Sebagian besar agama yang dianut penduduk Jombang adalah Islam dianut oleh 97,27% penduduk Kabupaten Jombang, diikuti dengan agama Kristen Protestan 1,64%, Katolik 0,54%, Hindu 0,37%, Buddha 0,09%, Konghucu 0,08% dan Kepercayaan 0,01%. Meskipun Jombang dikenal dengan sebutan "kota santri", karena banyaknya sekolah pendidikan Islam (pondok pesantren) di wilayahnya, namun kehidupan beragama di Kabupaten Jombang sangat toleran. Di desa Mojowangi Kecamatan Mojowarno, (atau sekitar 8 km dari Ponpes Tebuireng), merupakan kawasan dengan banyak pemeluk agama Kristen Protestan, dan daerah tersebut pernah menjadi pusat penyebaran salah satu aliran agama Kristen Protestan pada era Kolonial Belanda, dengan bangunan gereja tertua, dan salah satu yang terbesar di Jawa Timur, yaitu Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Mojowarno, dengan dilengkapi rumah sakit Kristen, dan sekolah-sekolah Kristen. Agama Hindu juga dianut sebagian penduduk Jombang, terutama di kawasan selatan (Wonosalam, Bareng, dan Ngoro). Selain itu, Kabupaten Jombang memiliki tiga kelenteng yang cukup tua, dan terkenal di pulau Jawa, yakni Hok Liong Kiong (福隆宮) di Kecamatan Jombang (didirikan ± tahun 1890), Hong San Kiong (鳳山宮) di Kecamatan Gudo (didirikan ± tahun 1710), dan Boo Hway Bio (茂淮廟) di Kecamatan Mojoagung (didirikan ± tahun 1930). Pendidikan Kabupaten Jombang memiliki sejumlah perguruan tinggi, di antaranya Ma'had Aly Hasyim Asy'ari Tebuireng, Universitas Darul Ulum (UNDAR), Universitas KH. A. Wahab Hasbullah (UNWAHA), Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA) Jombang , STKIP PGRI Jombang, STIE PGRI Dewantara, Universitas Hasyim Asy'ari (UNHASY), Universitas Pesantren Darul Ulum (UNIPDU), STIKES Pemkab Jombang, STIKES ICME, Sekolah Tinggi Agama Islam At-Tahdzib (STAIA), dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Syariah (STIES) BABUSSALAM. Kabupaten Jombang memiliki kurang lebih 809 SD atau sederajat; 270 SMP atau sederajat; 140 SMA atau sederajat; dan 69 SMK atau sederajat. Keseluruhannya meliputi sekolah negeri maupun swasta. Komunikasi dan media massa Jombang memiliki satu kode area dengan Mojokerto, yakni 0321. Operator telepon seluler yang beroperasi di Jombang untuk GSM adalah Telkomsel, Indosat, 3, dan Excelcomindo; sedang untuk CDMA hanyalah Smartfren. Di Jombang terdapat beberapa stasiun radio FM (termasuk dua milik pemerintah), serta sejumlah tabloid, majalah, dan surat kabar regional. Leading newspaper di Jombang antara lain adalah Harian Seputar Indonesia (SINDO), Jawa Pos (Radar Mojokerto), Kompas, suarajatimpost, JombangKu.com Surya, Bangsa, Memorandum, Surabaya Pagi, dan Jatim Mandiri. Disamping itu, ada beberapa media online yang diterbitkan di Kabupaten Jombang, seperti FaktaJombang.com, []Nusantara Pos> Dan di Jombang dapat dengan jelas menangkap saluran TVRI, 13 TV swasta nasional, 1 stasiun televisi lokal Jombang (RCTV), serta beberapa stasiun televisi lokal dari Surabaya , Malang dan Kediri. Ekonomi Pertanian Sektor pertanian menyumbang 38,16% total PDRB Kabupaten Jombang. Meski nilai produksi pertanian mengalami peningkatan, namun kontribusi sektor ini mengalami penurunan. Sektor pertanian digeluti oleh sedikitnya 31% penduduk usia kerja. Tradisi, kemudahan yang disediakan oleh alam, dan adanya terobosan baru rupanya menjadikan alasan untuk bertahan. Kesuburan tanah di sini konon dipengaruhi oleh material letusan Gunung Kelud yang terbawa arus deras Sungai Brantas dan Kali Konto serta sungai-sungai kecil lainnya. Sistem pengairan juga sangat ekstensif dan memadai, dan 83% di antaranya merupakan irigasi teknis. Sedikitnya 42% lahan di Jombang digunakan sebagai area persawahan. Letaknya di bagian tengah kabupaten dengan ketinggian 25-100 meter dpl. Lokasi ini ditanami tanaman padi serta palawija seperti jagung, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau, dan ubi kayu. Komoditas andalan tanaman pangan Kabupaten Jombang di tingkat provinsi adalah padi, jagung, kacang kedelai dan ubi kayu. Besarnya produksi padi telah menempatkan Jombang sebagai daerah swasembada beras di Provinsi Jawa Timur. Di bagian utara merupakan sentra buah-buahan seperti mangga, pisang, nangka, dan sirsak. Kecamatan Wonosalam juga merupakan sentra buah-buahan terutama durian bido. Kecamatan Perak merupakan penghasil utama jeruk nipis, yang diunggulkan karena tipis kulitnya serta banyak airnya. Perkebunan Komoditas andalan perkebunan Kabupaten Jombang di tingkat provinsi adalah tebu. Sedang di tingkat regional, komoditas unggulan adalah serat karung, kelapa, kopi, kakao, jambu mete, randu, tembakau, dan beberapa tanaman Toga (lengkuas, kencur, kunyit, jahe, dan serai). Proyek percontohan Toga terlengkap di Jombang adalah Taman Toziega PKK Kabupaten Jombang dan Toziega Asri di Desa Dapurkejambon Jombang. Toziega (Taman Obat Gizi, dan Ekonomi Keluarga) merupakan pengembangan dari Toga (Tanaman Obat Keluarga). Di mana dalam Toziega ditambahkan pengadaan sumber gizi secara mandiri dan komersialisasi dari hasil pengelolaan tanaman obat. Gagasan proyek percontohan Toziega dicetuskan dan dibidani oleh Ir. Tyasono Sankadji, yang kemudian menjadi salah satu jargon kebanggaan pertanian dan perkebunan Kabupaten Jombang. Tebu merupakan bahan mentah utama industri gula di Jombang (di mana Jombang memiliki dua pabrik gula). Perkebunan tebu tersebar merata di dataran rendah, dan dataran tinggi Kabupaten Jombang. Daerah pegunungan di sebelah tenggara (terutama Kecamatan Wonosalam) merupakan sentra tanaman perkebunan kopi, kakao, dan cengkih. Daerah pegunungan di utara merupakan penghasil utama tembakau di Jombang. Kehutanan Hampir 20% wilayah Kabupaten Jombang merupakan kawasan hutan. Kawasan hutan tersebut terdapat di bagian utara (kecamatan Plandaan, Kabuh, Kudu, dan Ngusikan) serta bagian tenggara Kabupaten Jombang (Kecamatan Wonosalam, Bareng, dan Mojowarno). Di wilayah hutan Kabupaten Jombang, 61% merupakan hutan produksi, 23% hutan tebang pilih, 15% hutan wisata, dan 1,5% merupakan hutan lindung. Kayu jati adalah komoditas unggulan subsektor kehutanan di Kabupaten Jombang. Peternakan dan perikanan Komoditas peternakan Kabupaten Jombang meliputi ayam pedaging, ayam petelur, ayam buras, sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, domba, dan itik. Ayam pedaging merupakan komoditas unggulan peternakan di tingkat provinsi. Beberapa perusahaan menengah bergerak di bidang peternakan. Mengingat lokasi Kabupaten Jombang yang bukan kawasan pantai, perikanan perairan umum dan kolam merupakan komoditas unggulan di bidang perikanan. Perdagangan Sektor perdagangan menyumbang PDRB kabupaten terbesar kedua setelah pertanian. Majunya pertanian di Jombang rupanya turut menggairahkan sektor perdagangan. Kabupaten Jombang merupakan salah satu penyuplai utama komoditas pertanian tanaman pangan dan perkebunan di Jawa Timur. Kabupaten Jombang memiliki 17 pasar umum yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten, serta 12 pasar hewan. Kota Jombang sendiri memiliki Pasar Legi Citra Niaga, Pasar Pon, Pasar Loak, dan Pasar Burung (Pasar Senggol). Perdagangan retail dilayani oleh berbagai pusat perbelanjaan serta supermarket besar maupun kecil. Di samping Pasar Legi Citra Niaga, dua kawasan ruko yang terbesar adalah Kompleks Simpang Tiga dan Kompleks Cempaka Mas. Selain Kecamatan Jombang, kawasan pusat komersial regional di Kabupaten Jombang terdapat di Kecamatan Mojoagung, Ploso, dan Ngoro. Industri Manufaktur Sektor industri manufaktur menyumbang PDRB kabupaten terbesar ketiga setelah pertanian, dan perdagangan. Majunya industri di Jombang ditopang oleh kemudahan transportasi, serta letak Kabupaten Jombang yang strategis, yakni berada di jalur utama lintas selatan Pulau Jawa, dan bersebelahan dengan kawasan segitiga industri Surabaya-Mojokerto-Pasuruan. Industri besar di Kabupaten Jombang yang merambah pasar luar negeri di antaranya adalah PT Pei Hai Wiratama Indonesia (produk sepatu, topi, dan T-Shirt dengan brand "Diadora" dan "Fila") di Jogoloyo (Jogoroto); PT Japfa Comfeed (produk makanan ternak) di Tunggorono (Jombang); PT Usmany Indah (produk kayu olahan); MKS-Sampoerna (produk rokok) di Ploso dan Ngoro; PT Cheil Jedang Indonesia (produk industri kimia setengah jadi) di Jatigedong (Ploso); PT Cheil Jedang Superfeed (produk pakan ternak) di Mojoagung; PT Mentari International (produk mainan anak) di Tunggorono (Jombang); serta PT Seng Fong Moulding Perkasa (produk ubin kayu). Kabupaten Jombang juga memiliki dua pabrik gula: PG Djombang Baru di Kecamatan Jombang dan PG Tjoekir di Kecamatan Diwek. Sebanyak 96% industri manufaktur di Kabupaten Jombang merupakan industri kecil, dengan penyerapan tenaga kerja sebesar 60%. Industri kecil yang merambah pasar luar negeri adalah industri kerajinan manik-manik kaca (di Desa Plumbon-Gambang, Kecamatan Gudo) dan industri kerajinan cor kuningan (di Desa Mojotrisno, Mojoagung). Kedua kerajinan tersebut adalah khas Jombang. Sementara itu, industri kecil lain yang dipasarkan di tingkat nasional antara lain adalah mebelair (di Mojowarno), anyaman tas (di Mojowarno), limun (di Bareng dan Ngoro), serta Kecap "Ikan Dorang", yang merupakan salah satu trade mark Jombang. Pertambangan Saat ini di Kabupaten Jombang tidak terdapat aktivitas pertambangan. Namun diduga terdapat deposit minyak bumi di bagian utara dan barat Kabupaten Jombang. Bahan galian di Kabupaten Jombang antara lain yodium, diatomit, andesit, lempung, dan pasir batu. Perbankan Di Kabupaten Jombang terdapat beberapa bank besar yang beroperasi seperti Bank Jombang, Bank Jatim, Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, BNI, BII, Bank Mega, dan lain-lain. Bank-bank tersebut juga menyediakan pelayanan ATM hampir di setiap kecamatan. Transportasi Kabupaten Jombang memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur utama Pulau Jawa (Yogyakarta-Surabaya-Bali). Kabupaten ini dilintasi Jalan Nasional Rute 17 yang menghubungkan Kota Surabaya dan Kota Yogyakarta. Selain itu, Kabupaten Jombang juga merupakan persimpangan jalur menuju Kediri/Tulungagung, Malang, serta Babat/pantura. Kabupaten ini juga dihubungkan dengan kota-kota lain di Pulau Jawa dengan Jalan Tol Trans Jawa yakni ruas Jalan Tol Mojokerto-Kertosono. Jalan tol ini melintasi bagian utara dan tengah wilayah Kabupaten Jombang. Gerbang tol yang mendukung akses dari dan menuju ke Kabupaten Jombang berlokasi di daerah Tembelang yang menuju ke arah ibu kota Jombang dan Ploso, serta Bandar Kedungmulyo yang menuju ke wilayah Kabupaten Jombang bagian barat. Ibu kota Jombang dapat ditempuh dua jam dari ibu kota Provinsi Jawa timur Surabaya via jalan arteri atau satu jam via jalan tol. Bus Terminal Kepuhsari, yang terletak di Kecamatan Peterongan, 5 km dari ibu kota Jombang, merupakan terminal utama kabupaten yang menghubungkan Jombang dengan kota-kota lainnya. Jalur bus jurusan Surabaya, Kediri/Tulungagung, dan Ngawi, Solo/Jogja merupakan jalur yang beroperasi 24 jam nonstop. Bus yang ingin memberhentikan para penumpang yang ingin ke Jombang Kota biasanya diturunkan di “Simpang Tiga” kota Jombang yang biasanya disebut Terminal Lama. Kereta api Kabupaten Jombang juga dihubungkan dengan kota-kota lain di Pulau Jawa dengan menggunakan jalur kereta api. Stasiun Jombang merupakan stasiun utama, di samping empat stasiun lainnya: Sembung, Peterongan, Sumobito, dan Curahmalang yang berada di lintas utama selatan dan tengah Pulau Jawa. Jalur kereta api antarkota dan komuter yang melintasi stasiun KA Jombang adalah: Lintas utama Pulau Jawa Jalur selatan (Bandung–Yogyakarta–Surabaya): : – : –– : –Surabaya Gubeng , , dan : –Surabaya Gubeng : –Surabaya Gubeng–Ketapang Jalur tengah (Jakarta–Purwokerto–Yogyakarta–Surabaya): : Jombang– : –– : –Surabaya Gubeng–Jember dan : Pasar Senen– dan : –Surabaya Gubeng Kereta api lokal Commuter Line Dhoho Angkutan lokal Untuk transportasi intra wilayah kabupaten, terdapat Angkutan Pedesaan dengan 24 trayek, yang menjangkau ke semua kecamatan. Ini masih ditambah lagi dengan adanya trayek angkutan antarkota yang menghubungkan kota Jombang dengan wilayah kabupaten di sekitarnya, yakni jurusan Pare, Kandangan, Babat, Kertosono, Malang serta Mojokerto. Pendidikan Institut Agama Islam Bani Fattah (IAIBAFA) Tambakberas Universitas Darul Ulum (UNDAR) Jombang Universitas K.H. Wahab Hasbulloh (UNWAHA) Jombang Universitas Pesantren Darul Ulum (UNIPDU) Jombang Sekolah Tinggi Ilmu Pendidikan (STIKIP) Jombang Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bahrul Ulum (STIKES BU) Jombang Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada (STIKES Husada) Jombang Sekolah Tinggi Agama Islam At-Tahdzib Pariwisata Makam ulama merupakan destinasi wisata terpenting di Kabupaten Jombang. Setiap hari ada ribuan peziarah dari berbagai daerah ke makam ulama Jombang. Khususnya ke makam KH Hasyim Asy’ari dan Gus Dur. Selain wisata religi makam Gus Dur, Jombang juga memiliki lima makam ulama yang layak dikunjungi. Makam para ulama tersebut sebagai bukti bahwa Jombang memiliki stok orang hebat yang tidak ada habisnya. Makam-makam ulama Jombang tetap terawat dengan baik dan bersih. Selain itu, pengunjung juga tidak harus merogoh kocek dalam-dalam hanya sekedar untuk berkunjung. Ini lima rekomendasi makam ulama di Jombang yang layak dikunjungi beserta wiridan khusus saat ziarah sebagai berikut: Pertama. makam KH Abdul Wahab Chasbullah Makam Kiai Wahab terletak di komplek Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas, tepatnya di sisi barat Desa Tambakrejo, Kecamatan/Kabupaten Jombang. KH Abdul Wahab Chasbullah merupakan pahlawan Nasional dan Ulama inspirator, salah satu pendiri dan penggerak organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU). Ia juga merupakan santri kinasih dari KH M Hasyim Asyari. Kiai Wahab tercatat pernah menjadi lurah Pesantren Tebuireng. Makam Kiai Wahab terus mengalami renovasi demi kenyaman pengunjung. Pemerintah Kabupaten Jombang juga punya perhatian khusus ke sosok Kiai Wahab. Makam ini memiliki parkir yang dan tempat istirahat. Makam KH Abdul Wahab Chasbullah buka selama 24 jam dan terbuka untuk umum. Di masa pandemi Covid-19 ini juga masih buka, hari jumat dan di akhir pekan makam Kiai Wahab selalu dipadati peziarah. Di makam Kiai Wahab, umumnya santri Tambakberas membacakan yasin, tahlil dan salawat sebagai berikut: مولاى صلى و سلم دائما أبدا على حبيبك خير الخلق كلهم هو الحبيب الذي ترجى شفاعته لكل هول من الأهوال مقتحم يا رب بالمصطفى بلغ مقاصدن واغفر لنا ما مضى يا واسع الكرم Kedua, makam Kiai Asy’ari, Leluhur Gus Dur Rasa tidak lengkap apa bila ziarah ke makam Gus Dur tanpa datang ke makam Kiai Asy’ari di Desa Keras, Kecamatan Diwek, Jombang. Dari arah makam Gus Dur, peziarah harus melakukan perjalanan ke arah barat beberapa kilo. Kiai Asy’ari adalah ayah kandung dari KH M Hasyim Asy’ari. Kiai Asy’ari merupakan santri dari Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Makam Kiai Asyari cukup luas, bersih dan memiliki musala serta tempat bagi peziarah untuk membacakan doa. Setiap hari selalu ada peziarah yang membacakan doa di pusaran Kiai Asy’ari. Makam Kiai Asy’ari juga sering dijadikan lokasi mengaji bagi santri hafalan Qur’an atau sekedar mengulang hafalannya. Seperti santri dari Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng dan Pesantren Al-Ma’arij. Para penghafal Qur’an ini betah berjam-jam duduk membaca ayat suci Al-Quran. Bahkan ada yang khatam dalam satu kali duduk. Penghafal Al-Qur’an memilih makam KH M Hasyim Asy’ari dan Kiai Asy’ari untuk tempat khusus. Kiai Asy’ari adalah tokoh hebat yang berhasil mendidik tokoh sekelas KH M Hasyim Asy’ari menjadi tokoh Islam terpenting di Indonesia. Namun, di makam Kiai Hasyim Asy’ari dan Gus Dur, umumnya para penghafal Al-Qur’an dan santri Tebuireng akan membaca surat Al-Kahfi terlebih dahulu sebelum melakukan doa lainnya. Kiai Hasyim Asy’ari dikenal sebagai tokoh yang rutin membaca Al-Kahfi dan Waqi’ah sepanjang hidupnya. Ketiga, makam KH Bisri Syansuri Makam besannya Kiai M Hasyim Asy’ari ini terletak di kawasan Pondok Pesantren Mambaul Maarif Denanyar, Kecamatan/Kabupaten Jombang. Kiai Bisri adalah mertua dari Kiai Wahid Hasyim dan kakek dari Gus Dur KH Bisri Syansuri merupakan salah satu pendiri organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) bersama 3 Kiai lainnya yaitu KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah dan KH Romli Tamim. Beliau juga sebagai salah satu pendiri pondok pesantren putri pertama di Jawa Timur yang dulunya sempat banyak yang menentang dengan adanya Ponpes putri. Beliau merupakan kakek dari Gus Dur yang juga turut berkorban melawan penjajah di Republik Indonesia salah satunya pernah menjadi Kepala Staf Komando untuk menjadi penghubung antara gerakan massa yang dikerahkan oleh Bung Tomo dengan para kiai seluruh Jawa Timur menjelang peristiwa 10 November di Surabaya. Di hari biasa makam ini juga buka selama 24 Jam dan dibuka untuk umum. Namun, di masa pandemi Covid-19 masih tutup sebab letaknya yang di dalam Ponpes Mambaul Ma’arif Denanyar, dikawatirkan terjadi penyebaran Covid-19 di lingkungan pesantren. Santri Pesantren Mambaul Ma’arif Denanyar umumnya wiridan andalannya yaitu ya hayyu ya qayyum, la ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu minadzalimin,” Keempat, makam KH Romli Tamim dan KH Tamim Irsyad Makam tersebut berada di makam keluarga tepatnya di kawasan Pondok Pesantren Darul Ulum, Rejoso, Kecamatan Peterongan, Kabupaten Jombang. KH Tamim Irsyad merupakan pendiri dari Ponpes Darul Ulum, Rejoso dan saat ini menjadi salah satu pondok terbesar di Kabupaten Jombang. Sedangkan KH Romli Tamim merupakan salah satu ulama besar Nahdlotul Ulama (NU) dan beliau ialah salah satu mursyid thariqah NU yang menciptakan bacaan istiqhasah. Di hari biasa makam ini juga buka selama 24 jam dan terbuka untuk umum. Namun, sama dengan makam ulama lainnya pada saat pandemi Covid-19 ini masih di tutup untuk umum. Umumnya santri Pesantren darul Ulum membaca istighasah yang dibuat oleh KH Romli Tamim. Selama membuat istighasah tersebut KH Romli Tamim berriyadoh agar Istighasah dapat bermanfaat di dunia dan di akhirat Kelima, makam Sayid Sulaiman Makam Sayid Sulaiman terletak di Desa Mancilan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. Ia merupakan salah satu tokoh agama dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Timur. Sayid Sulaiman ialah keturunan dari ulama dari Yaman dan ibunya merupakan putri dari sunan gunung jati. Maka tak heran jika ia merupakan salah satu pendakwah terkenal pada masanya. Sayid Sulaiman mendirikan Pesantren Sidogiri di Desa Sidogiri Kabupaten Pasuruan Provinsi Jawa Timur. Sayyid Sulaiman memiliki marga Basyaiban, salah satu dari beberapa marga keturunan Rasulullah. Sayyid Sulaiman merupakan ulama’ yang berasal dari Cirebon. Sedangkan ayahnya merupakan seorang pedagang yang datang dari Hadramaut, Yaman. Sedangkan ibunya, Syarifah Khadijah. Sekembalinya dari Keraton Solo, Sayid Sulaiman pamit kepada istrinya yang sedang hamil tua untuk pergi ke Ampel Surabaya. Kemudian dia melanjutkan perjalanan ke Jombang. Namun di tengah perjalanan, Sayid Sulaiman jatuh sakit hingga akhirnya wafat dan dimakamkan di Desa Mancilan, Kecamatan Mojoagung. Makam ini dibuka untuk umum dan buka selama 24 jam. Di masa pandemi Covid-19 makam ini juga masih buka. Saat ziarah ke makam Sayid Sulaiman, umumnya masyarakat sekitar memperbanyak membaca salawat. Kabupaten Jombang juga memiliki berbagai keindahan alam, dan potensi pariwisata lain yang menarik. Sangat disayangkan, potensi tersebut pada umumnya belum digali, dan tidak memiliki pendukung sarana dan prasarana yang memadai untuk memajukan pariwisata di Kabupaten Jombang, sehingga menunggu adanya investasi untuk menggarapnya. Hal ini sangat penting dan menguntungkan, mengingat posisi Kabupaten Jombang yang bersebelahan dengan daerah tujuan wisata alam Malang di tenggara, Pacet-Trawas-Tretes di timur, serta wisata historis (situs Majapahit) Trowulan. Kabupaten Jombang memiliki beberapa tempat pariwisata yang menarik, yaitu Pemandian Sumberboto di Mojowarno, Candi Arimbi di Bareng, Sendang Made di Kudu, Kedung Cinet di Plandaan, Kedung Sewu dan Desa Manduro yang berpenduduk asli Madura di Kabuh, perkebunan teh, cengkih, dan durian, air terjun Tretes, serta arung jeram (rafting) di Wonosalam. Wisata religi di Kabupaten Jombang antara lain makam Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid), KH. Wahid Hasyim, dan KH. Hasyim Asyari di Tebuireng, Diwek, serta bangunan gereja tertua di Jawa Timur yaitu GKJW Mojowarno. Selain itu terdapat wisata buatan, salah satunya yaitu Tirta Wisata yang terletak di wilayah Peterongan. Ada pula wisata yang ramah keluarga, antara lain Kebon Rojo dan Kebon Ratu yang sudah diremajakan. Lihat pula Pariwisata di Jombang Daftar tokoh Jombang Referensi Pranala luar Situs resmi Pemerintah Kabupaten Jombang Situs resmi DPRD Kabupaten Jombang Jombang Jombang
4121
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Kediri
Kota Kediri
Kediri () adalah sebuah kota yang berada di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak sekitar 130 km sebelah Barat Daya Kota Surabaya dan merupakan kota terbesar ketiga di provinsi Jawa Timur setelah Kota Surabaya dan Kota Malang menurut jumlah penduduk. Kota Kediri merupakan kota tertua yang ada di Jawa Timur. Kota Kediri memiliki luas wilayah 63,40 km² . dan seluruh wilayahnya merupakan enklave dari Kabupaten Kediri. Kota Kediri terbelah oleh Sungai Brantas yang membujur dari Selatan ke Utara sepanjang 7 kilometer. Penduduk kota ini berjumlah 289.418 jiwa, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Kediri tahun 2023. Kediri dikenal merupakan pusat perdagangan utama untuk gula dan industri rokok terbesar di Indonesia. Di kota ini juga, pabrik rokok keretek Gudang Garam berdiri dan berkembang. Pada tahun 2010, Kediri dinobatkan sebagai peringkat pertama Indonesia yaitu Most Recommended City for Investment. Sejarah Artefak arkeologi yang ditemukan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa daerah sekitar Kediri menjadi lokasi Kerajaan Kadiri, sebuah kerajaan Hindu-Buddha pada abad ke-11. Menurut Serat Calon Arang, awal mula wilayah Kediri sebagai permukiman perkotaan dimulai ketika raja Airlangga memindahkan pusat pemerintahan kerajaannya dari istana Kahuripan ke Dahanapura ("dahana" = api, "pura" = kota), selanjutnya lebih dikenal dengan singkatannya sebagai Daha yang berlokasi di wilayah sekitar Kota Kediri. Sepeninggal Airlangga, wilayah Panjalu dibagi menjadi dua, yaitu Kediri di barat dan Jenggala di timur. Daha menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Kadiri dan Kahuripan menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Janggala. Panjalu oleh penulis-penulis periode belakangan juga disebut sebagai Kerajaan Kadiri/Kediri, dengan wilayah kira-kira Kabupaten Kediri sampai Kabupaten Madiun sekarang. Semenjak pengaruh wilayah Tumapel (yang berpusat di Singhasari) menguat, ibu kota Dahanapura diserang dan kota ini menjadi kedudukan raja vazal, yang terus berlanjut hingga Majapahit hingga Demak dan Mataram Islam. Kediri jatuh ke tangan VOC sebagai konsekuensi Geger Pecinan. Jawa Timur pada saat itu dikuasai Cakraningrat IV, adipati Madura yang memihak VOC dan menginginkan bebasnya Madura dari Kasunanan Kartasura. Karena Cakraningrat IV keinginannya ditolak oleh VOC, ia memberontak. Pemberontakannya ini dikalahkan VOC, dibantu Pakubuwana II, sunan Kartasura. Sebagai pembayaran, Kediri menjadi bagian yang dikuasai VOC. Kekuasaan Belanda atas Kediri terus berlangsung sampai Perang Kemerdekaan Indonesia. Perkembangan Kota Kediri menjadi swapraja dimulai ketika diresmikannya Karesidenan Kediri atau Gemeente Kediri pada tanggal 1 April 1906 berdasarkan Staasblad (Lembaran Negara) no. 148 tertanggal 1 Maret 1906, yang mana pada saat itu Kota Kediri masih termasuk wilayah administrasi dibawah naungan Kabupaten Kediri. Gemeente ini menjadi tempat kedudukan Residen Kediri dengan sifat pemerintahan otonom terbatas dan mempunyai Gemeente Raad ("Dewan Kota"/DPRD) sebanyak 13 orang, yang terdiri dari delapan orang golongan Eropa dan yang disamakan (Europeanen), empat orang Pribumi (Inlanders) dan satu orang Bangsa Timur Asing. Sebagai tambahan, berdasarkan Staasblad No. 173 tertanggal 13 Maret 1906 ditetapkan anggaran keuangan sebesar f. 15.240 dalam satu tahun. Baru sejak tanggal 1 November 1928 berdasarkan Stbl No. 498 tanggal 1 Januari 1928, Kota Kediri menjadi "Zelfstanding Gemeenteschap" ("kota swapraja" dengan menjadi otonomi penuh). Kediri pada masa Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 menjadi salah satu titik rute gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman. Kediri juga mencatat sejarah yang kelam juga ketika era Pemberontakan G30S PKI karena banyak penduduk Kediri yang ikut menjadi korbannya. Geografi Luas wilayah Kota Kediri adalah 63,40 km² atau (6.340 ha) dan merupakan kota sedang di Provinsi Jawa Timur. Terletak di daerah yang dilalui Sungai Brantas dan di antara sebuah lembah di kaki gunung berapi, Gunung Wilis dengan tinggi 2552 meter. Kota ini berjarak ±130 km dari Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur terletak antara 07°45'-07°55'LS dan 111°05'-112°3' BT. Dari aspek topografi, Kota Kediri terletak pada ketinggian rata-rata 67 meter di atas permukaan laut, dengan tingkat kemiringan 0-40%. Struktur wilayah Kota Kediri terbelah menjadi 2 bagian oleh Sungai Brantas, yaitu sebelah timur dan barat sungai. Wilayah dataran rendah terletak di bagian timur sungai, meliputi Kecamatan Kota dan Kecamatan Pesantren, sedangkan dataran tinggi terletak pada bagian barat sungai yaitu Kecamatan Mojoroto yang mana di bagian barat sungai masuk kawasan lereng Gunung Klotok (472 m) dan Gunung Maskumambang (300 m) yang keduanya termasuk gugusan Pegunungan Wilis . Batas Wilayah Seluruh wilayah kota Kediri berbatasan dengan Kabupaten Kediri, dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara: Kecamatan Gampengrejo dan Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri Sebelah Selatan: Kecamatan Kandat, Kecamatan Ngadiluwih, dan Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri Sebelah Timur: Kecamatan Ngasem, Kecamatan Wates dan Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri Sebelah Barat: Kecamatan Banyakan dan Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kota Kediri beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di kota ini berlangsung sejak awal bulan Mei hingga awal bulan November dengan bulan terkering adalah Agustus. Sementara itu, musim hujan di wilayah Kediri berlangsung pada pertengahan November hingga akhir April dengan bulan terbasah adalah Januari dengan curah hujan bulanan lebih dari 325 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kota Kediri berkisar antara 1.500–2.00 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar pada 80–130 hari hujan per tahun. Suhu udara di kota ini bervariasi antara 19°-32 °C dengan tingkat kelembapan relatif berkisar antara 67%–84%. Pemerintahan Wali Kota Secara administrasi pemerintahan Kota Kediri dipimpin oleh seorang wali kota dan wakil wali kota yang dipilih langsung oleh rakyat Kediri dalam pemilihan wali kota Kediri setiap lima tahun sekali. Wali kota Kediri membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi kelurahan-kelurahan yang dikepalai oleh seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kota. Pemilihan wali kota dan wakil wali kota secara langsung pertama di kota Kediri pertama kali diselenggarakan pada tahun 2008, setelah sebelumnya wali kota dan wakilnya dipilih oleh anggota DPRD kota. Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kediri saat ini adalah Abdullah Abu Bakar dan Alm.Lilik Muhibbah yang berasal dari Partai Amanat Nasional dan Partai Persatuan Nahdlatul Ummah Indonesia. Saat ini, wali kota Kediri dijabat oleh Abdullah Abu Bakar. Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Suku bangsa Menurut catatan Badan Pusat Statistik Kota Kediri tahun 2022, jumlah penduduk Kota Kediri pada tahun 2021 sebanyak 287.962 jiwa. Kepadatan penduduk Kota Kediri adalah sebesar 4.611 jiwa/km². Menjadi situs sebuah ibu kota kuno bagi kerajaan Jawa, kota ini merupakan salah satu pusat kebudayaan utama bagi suku Jawa dan di kota ini juga berisi beberapa reruntuhan kuno dan candi era Kerajaan Kediri dan Kerajaan Majapahit. Mayoritas penduduk Kota Kediri adalah suku Jawa, dan beberapa suku lain dari berbagai daerah di Indonesia seperti Tionghoa, Batak, Minahasa, Ambon, Madura, Sunda, Arab, dan berbagai perantau di luar suku Jawa lainnya yang tinggal dan menetap di kota ini. Agama Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Kediri, penduduk Kota Kediri mayoritas beragama Islam yakni sebanyak 91,59%. Kemudian diikuti dengan agama Kristen sebanyak 7,93% (Protestan 5,71%, dan Katolik 2,22%), sebagian lagi menganut agama Buddha sebanyak 0,40%, Hindu sebanyak 0,07% dan Konghucu sebanyak 0,01%. Banyaknya tempat ibadah di Kota kediri, terdiri dari 259 masjid, 76 gereja Protestan, 3 gereja Katolik, 3 vihara dan 1 pura. Bangunan Gereja GPIB Kediri merupakan peninggalan masa kolonial Belanda dan Kelenteng Tjio Hwie Kiong, sudah berusia ratusan tahun. Toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Kediri terjalin dengan baik. Tokoh agama Islam asal Kediri yang terkenal yaitu Gus Miek, Gus Kautsar, KH Kafabih, Ning Sheila, Ning Imaz Bahasa Bahasa Indonesia menjadi bahasa formal di masyarakat Kota Kediri, sedangkan Bahasa Jawa Mataraman menjadi yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari dengan keluarga, tetangga, teman, atau orang-orang sesama penutur bahasa Jawa lainnya. Berbeda dengan bahasa Jawa Dialek Surabaya dan Dialek Malang yang memiliki dialek dan gaya bahasa Jawa yang blak-blakan dan egaliter, bahasa Jawa mayoritas masyarakat Kediri dan wilayah Mataraman Jawa Timur lainnya cenderung halus dari segi pemakaian kata dan penuturan. Ekonomi Kota ini berkembang seiring meningkatnya kualitas dalam berbagai aspek, yaitu pendidikan, pariwisata, perdagangan, birokrasi pemerintah, hingga olahraga. Pusat perbelanjaan dari pasar tradisional hingga pusat perbelanjaan modern sudah beroperasi di kota ini. Industri rokok Gudang Garam yang berada di kota ini, menjadi penopang mayoritas perekonomian warga Kediri, yang sekaligus merupakan perusahaan rokok terbesar di Indonesia. . Gudang Garam menyumbangkan pajak dan cukai yang relatif besar kepada pemerintah kota maupun kabupaten karena letak nya berada tepat di perbatasan antara Kota Kediri dengan Kabupaten Kediri. Di bidang pariwisata, kota ini mempunyai beragam tempat wisata, seperti Gunung Klotok, Sumber Air Jiput, Sumber Air Banteng, Kolam Renang Pagora, Water Park Tirtayasa, Dermaga Jayabaya, Gua Selomangleng, Kediri Eco Park, Taman Sekartaji, Taman Brantas, Taman Hutan Joyoboyo, Taman Kresek dan Taman Ngronggo. Di area sepanjang Jalan Dhoho menjadi pusat pertokoan terpadat di Kediri. Beberapa sudut kota juga terdapat minimarket, cafe, resort, hiburan malam dan banyak tempat lain yang menjadi penopang ekonomi sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat. Kota Kediri menerima penghargaan sebagai kota yang paling kondusif untuk berinvestasi dari sebuah ajang yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat dan kualitas otonomi. Kediri menjadi rujukan para investor yang ingin menanamkan modalnya di kota ini. Beberapa perguruan tinggi swasta, pondok pesantren, dan lain sebagainya juga memberi dampak ke sektor perekonomian kota ini. Pondok pesantren besar yang ada di Kota Kediri di antaranya adalah Pondok Pesantren Lirboyo dan Pondok Pesantren Wali Barokah. Pusat Perbelanjaan Pusat perbelanjaan, Mall dan Pasar di area Kota Kediri yang menunjang perputaran ekonomi Kediri diantaranya Doho Plaza, Kediri Town Square, Kediri Mall, Ramayana, dan lainnya. Pendidikan Terdapat berbagai lembaga pendidikan tinggi yang ada di Kota Kediri baik negeri maupun swasta, antara lain Institut Agama Islam Negeri Kediri (IAIN Kediri), Universitas Kadiri (UNIK), Universitas Nusantara PGRI Kediri (UNP), Universitas Islam Kadiri (UNISKA), Universitas Islam Tribakti Lirboyo Kediri (UIT Lirboyo), Universitas Wahidiyah (UNIWA), Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata (IIK), Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia (IIK Strada), Institut Teknologi Al Mahrusiyah (ITAMA), Politeknik Mercusuar Indonesia (POLIMERCIA), STIKES RS Baptis Kediri dan lainnya. Kampus dari luar kota juga membuka kampus cabang atau Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) di Kota Kediri seperti Universitas Brawijaya (UB), Politeknik Negeri Malang (POLINEMA), Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Malang (POLKESMA), dan Universitas Dian Nuswantoro (UDINUS). Selain perguruan tinggi juga terdapat lembaga pendidikan nonformal seperti LP3I College Kediri yang dikelola Yayasan LP3I dan menyelenggarakan program pelatihan kerja dua tahun. Kesehatan Olahraga Klub sepak bola Persik Kediri adalah tim sepak bola yang berasal dari kota Kediri yang didirikan pada pada 19 Mei 1950 oleh Bupati Kediri saat itu, R. Muhammad Machin. Persik saat ini tengah bersaing di Liga 1. yang merupakan kasta tertinggi sepak bola di liga Indonesia. Sejak liga Indonesia dimulai di tahun 1994 Persik tercatat telah berhasil dua kali memenangkan piala Liga Indonesia masing-masing edisi IX & XII 2003 dan 2006. Tim memiliki julukan Macan Putih serta semboyan kebanggaan tim yaitu Djajati, atau Panjalu Jayati yang berarti Kadiri Menang. Kuliner Khas Kota Kediri mendapat julukan Kota Tahu sebagai ciri khas oleh-oleh kuliner paling terkenal berupa Tahu Kuning yang biasa diburu oleh wisatawan saat berkunjung atau melewati Kota Kediri. Juga ada Nasi Pecel Tumpang sebagai makanan khas daerah ini. Foto Referensi Pranala luar Situs resmi Kediri Enklave dan eksklave
4122
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Kediri
Kabupaten Kediri
Kabupaten Kediri () adalah sebuah wilayah kabupaten yang berada di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Sebelumnya, ibu kotanya berada di Kota Kediri meskipun pemindahan ibu kota ke kecamatan Pare telah lama direncanakan dan hingga saat ini dibatalkan. Sejak tanggal 23 Februari 2023, ibukota Kabupaten Kediri secara sah berada di Kecamatan Ngasem dan dinamakan Pamenang. Geografi Batas Wilayah Kabupaten Kediri berbatasan dengan Kabupaten Jombang di Utara, Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar di Timur, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung di Selatan, serta Kabupaten Nganjuk di Barat dan Utara. Kota Kediri menjadi enklave dari Kabupaten Kediri. Kabupaten Kediri memiliki luas wilayah 1.523,97 km² yang terbagi menjadi 26 kecamatan. Pada tahun 2021, penduduk kabupaten ini berjumlah 1.673.157 jiwa dengan kepadatan 1.097 jiwa/km2. Topografi Secara topografi, Bagian barat Kabupaten Kediri yang meliputi kecamatan Mojo, Semen, Banyakan dan Grogol merupakan daerah pegunungan yang merupakan rangkaian dari pegunungan Wilis. Di bagian utara dan selatan Kabupaten Kediri merupakan dataran rendah yang cukup subur karena terdapat Kali Brantas, yang membagi wilayah Kabupaten Kediri antara bagian barat dan timur sungai, sekaligus sebagai batas antara Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Nganjuk di bagian utara. Bagian ujung timur dan tenggara merupakan rangkaian dari Gunung Kelud yang berbatasan dengan Kabupaten Blitar. Di sebelah timur laut Kabupaten Kediri, tepatnya di kecamatan Kandangan, terdapat rangkaian Pegunungan Anjasmoro - Argowayang yang menjadi batas antara Kabupaten Kediri dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten Jombang. Etimologi Dalam situs resmi pemerintahan kabupaten Kediri menyebut bahwa asal nama Kediri disinyalir memiliki beragam pendapat. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kata Kediri berasal dari kata "kedi" yang artinya "mandul" atau "wanita yang tidak berdatang bulan". Kemudian, dalam kamus Jawa Kuno Wojo Wasito, kata "kedi" berarti seorang dukun atau bidan. Sementara dalam lakon Wayang, Sang Arjuno pernah menyamar Guru Tari di Negara Wirata, bernama "Kedi Wrakantolo". Jika kediri dihubungkan dengan nama tokoh Dewi Kilisuci yang bertapa di Gua Selomangleng, "kedi" berarti suci atau wadad. Asal kata penghubung selanjutnya dari Kediri ialah "diri" yang artinya adeg, angdhiri, menghadiri atau menjadi Raja dalam bahasa Jawa Jumenengan. Dalam prasasti "wanua" tahun 830 saka, terdapat tulisan yang berbunyi "Ing Saka 706 cetra nasa danami sakla pa ka sa wara, angdhiri rake panaraban", artinya ialah pada tahun saka 706 atau 734 Masehi, bertahta Raja Pake Panaraban. Penyebutan nama Kediri banyak terdapat pada kesusatraan Kuno yang berbahasa Jawa Kuno seperti pada Kitab Samaradana, Pararaton, Negara Kertagama dan Kitab Calon Arang. Pada Prasasti Ceber, berangka tahun 1109 saka yang terletak di desa Ceker, sekarang bernama desa Sukoanyar di kecamatan Mojo, juga terdapat nama Kediri. Sejarah Pada awalnya nama Kediri belum resmi, kemudian berkembang menjadi nama Kerajaan Panjalu yang besar dan sejarahnya terkenal hingga sekarang. Selanjutnya, dalam surat Keputusan Bupati Kepada Derah Tingkat II Kediri tanggal 22 Januari 1985 nomor 82 tahun 1985 tentang hari jadi Kediri, yang pasal 1 berbunyi " Tanggal 25 Maret 804 Masehi ditetapkan menjadi Hari Jadi Kediri. Sehingga nama Kediri dipakai hingga sekarang. Akan tetapi, Drs. M.M. Soekarton Kartoadmodjo, seorang ahli lembaga Javanologi berpendapat bahwa nama Kediri tidak memiliki hubungan dengan "kedi", melainkan hanya "diri". Ia mengatakan bahwa "diri" artinya adeg yang berarti berdiri, yang kemudian mendapat penambahan awal kata "ka" yang dalam bahasa Jawa Kuno artinya menjadi raja. Soekarton juga berpendapat bahwa Kediri berarti mandiri, berdiri tegak, berkepribadian atau berswasembada. Kediri diperkirakan lahir pada Maret 804 Masehi. Sekitar tahun itulah, Kediri mulai disebut-sebut sebagai nama tempat maupun negara. Belum ada sumber resmi seperti prasasti maupun dokumen tertulis lainnya yang dapat menyebutkan, kapan sebenarnya Kediri ini benar-benar menjadi pusat dari sebuah Pemerintahan maupun sebagai mana tempat. Situs Tondowongso, yang ditemukan pada awal tahun 2007 dan berlokasi sekitar 15 km ke timur dari pusat Kota Kediri sekarang, memberikan indikasi merupakan kompleks permukiman penting, yang ada kaitannya dengan kediri. Pemerintahan Bupati Bupati yang menjabat di Kabupaten Kediri saat ini ialah Hanindhito Himawan Pramana, didampingi wakil bupati, Dewi Mariya Ulfa. Mereka adalah pemenang pada Pemilihan umum Bupati Kediri 2020, tanpa memiliki lawan pasangan kandidat lain. Mereka dilantik oleh gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, pada 26 Februari 2021, secara virtual karena adanya pandemi Covid 19. Hanindhito merupakan anak dari Pramono Anung, Sekretaris Kabinet Indonesia pemerintahan presiden Joko Widodo. Perwakilan Kecamatan Demografi Agama Berdasarkan data Sensus Penduduk Badan Pusat Statistik tahun 2010, persentase agama penduduk Kabupaten Kediri adalah Islam 96,29%, kemudian Kristen Protestan 2,14%, Katolik 0,42%, Hindu 0,39%, kemudian Budha 0,02% dan Konghucu 0,01%. Ekonomi Perekonomian di kabupaten kediri ditopang oleh berbagai bidang, termasuk pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Dalam bidang pertanian, penduduk kabupaten Kediri banyak mengolah tanaman pangan, seperti padi, jagung, umbi-umbian, kacang tanah, kacang kedelai, sayuran, dan buah-buahan. Komoditi padi banyak terdapat di kecamatan Pare, Puwasari, Kepung, Plosoklaten, dan Kandangan. Sementara komoditi jagung banyak terdapat di kecamatan Pare dan Pagu. Buah-buahan banyak terdapat di kecamatan Grogol, Kandat, Puncu, Mojo, Banyakan, Kepung, dan Kunjang. Stasiun Kabupaten Kediri memiliki 6 stasiun yang masih beroperasi, diantaranya: Stasiun Purwoasri Stasiun Papar Stasiun Minggiran Stasiun Susuhan Stasiun Ngadiluwih Stasiun Kras Catatan kaki Referensi Lihat pula Bandar Udara Kediri Pranala luar Kediri Kediri
4123
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Lamongan
Kabupaten Lamongan
Lamongan () adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Pusat pemerintahan Kabupaten Lamongan berada di Kecamatan Lamongan yang terletak 49 km barat Kota Surabaya. Kabupaten Lamongan dilintasi Jalan Nasional Jakarta-Surabaya, merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila. Geografi Kabupaten Lamongan terletak pada titik koordinat: 6°51’ - 7°23’ Lintang Selatan dan 112°33’ - 112°34’ Bujur Timur. Kabupaten Lamongan memiliki luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km² atau ±3.78% dari luas wilayah Provinsi Jawa Timur. Dengan panjang garis pantai sepanjang 47 km, maka wilayah perairan laut Kabupaten Lamongan adalah seluas 902,4 km², apabila dihitung 12 mil dari permukaan laut. Daratan Kabupaten Lamongan dibelah oleh Sungai Bengawan Solo, dan secara garis besar daratannya dibedakan menjadi 3 karakteristik yaitu: Bagian Tengah Selatan merupakan daratan rendah yang relatif agak subur yang membentang dari Kecamatan Kedungpring, Babat, Sukodadi, Pucuk, Lamongan, Deket, Tikung, Sugio, Maduran, Sarirejo dan Kembangbahu. Bagian Selatan dan Utara merupakan pegunungan kapur berbatu-batu dengan kesuburan sedang. Kawasan ini terdiri dari Kecamatan Mantup, Sambeng, Ngimbang, Bluluk, Sukorame, Modo, Brondong, Paciran, dan Solokuro. Bagian Tengah Utara merupakan daerah Bonorowo yang merupakan daerah rawan banjir. Kawasan ini meliputi kecamatan Sekaran, Laren, Karanggeneng, Kalitengah, Turi, Karangbinagun, dan Glagah. Topografi Kondisi topografi Kabupaten Lamongan dapat ditinjau dari ketinggian wilayah di atas permukaan laut dan kelerengan lahan. Kabupaten Lamongan terdiri dari dataran rendah dengan tingkat ketinggian 0-25 meter seluas 50,17%, sedangkan ketinggian 25-100 meter seluas 45,68%, selebihnya 4,15% berketinggian di atas 100 meter di atas permukaan air laut. Jika dilihat dari tingkat kemiringan tanahnya, wilayah Kabupaten Lamongan merupakan wilayah yang relatif datar, karena hampir 72,5% lahannya adalah datar atau dengan tingkat kemiringan 0-2% yang tersebar di kecamatan Lamongan, Deket, Turi, Sekaran, Tikung, Pucuk, Sukodadi, Babat, Kalitengah, Karanggeneng, Glagah, Karangbinagun, Mantup, Sugio, Kedungpring, Sebagian Bluluk, Modo, dan Sambeng. Sedangkan hanya sebagian kecil dari wilayahnya adalah sangat curam, atau kurang dari 1% (0,16%) yang mempunyai tingkat kemiringan lahan 40% lebih. Batas Wilayah Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Lamongan adalah sebagai berikut: Sejarah Masa Perang Kemerdekaan Setelah Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945, daerah Lamongan menjadi garis depan melawan tentara kependudukan Belanda. Pada tanggal 20 Desember 1948 pukul 15.00, terjadi serbuan atas kota Babat oleh Pasukan Marbrig (Mariniers Brigade atau Koninklijk Nederlandse Marine Korps) yang datang dari Tuban. Kota Babat termasuk jembatan Cincim jatuh ke tangan Belanda tanpa ada perlawanan sama sekali. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan “dosa komandan Batalyon Halik”. Mendengar berita penyerbuan tersebut, Komando Batalyon Sunaryadi segera menempatkan kompi Dullasim di desa Belo, Plosowahyu dan desa Made untuk menghadapi Belanda dari Babat. Brigade Marinir Belanda ternyata tidak langsung menyerang kota Lamongan dari kota Babat, melainkan bergerak ke arah selatan dengan tujuan utama kota Kertosono. Di selatan Lamongan, yakni di daerah antara Gunung Pegat sampai ke Ngimbang mereka menghadapi perlawanan sengit tentara Republik. Di jalur ini tentara Belanda harus berhadapan dengan Kompi Dihar dari Batalyon Basuki Rachmat, Batalyon Jarot Subiyantoro dan Kompi Jansen Rambe. Tanggal 2 Januari 1949, Kedungpring mendapat giliran serangan. Selanjutnya, pasukan bergerak ke Modo, Bluluk, Ngimbang, Sambeng dan Mantup. Di desa Mantup dan desa Nogojatisari (Kecamatan Sambeng), markas Batalyon Jarot dan dapur umum untuk melayani pasukan dibombardir oleh Belanda, sehingga pasukan Republik mundur ke arah barat. Setelah daerah-daerah tersebut sepenuhnya dikuasai, tentara Belanda dipecah menjadi dua, yakni sebagian lewat Kembangbahu kemudian bertemu dengan pasukan induk dari Mantup untuk menyerang Tikung lebih dahulu. Kompi Sunaryo mengeluarkan satu seksi yang dipimpin oleh Letda Untung untuk mengadakan penghadangan di desa Modo. Pertempuran tidak bisa dielakkan antara tentara Belanda dan pasukan Untung. Karena tentara Belanda memiliki kekuatan yang lebih besar, akhirnya seksi mundur dengan membawa korban dua orang. Sementara Kompi Dullasim ketika mengadakan penghadangan di jalan Sugio menuju Kedungpring tidak berhasil menjumpai pasukan Belanda, mereka kembali ke pos di desa Kentong Kecamatan Sugio, Lamongan. Menjelang subuh pagi harinya, mereka disergap oleh pasukan Belanda dari berbagai arah, mereka lari tanpa sempat memberi perlawanan. Belanda memuntahkan peluru ke segala arah secara membabi buta, dan membakar rumah-rumah penduduk. Penyergapanan itu menimbulkan korban sebanyak 6 orang meninggal, dan korban yang luka-luka juga cukup banyak Pada tanggal 18 Januari 1949, pukul 13.00 WIB, Kota Lamongan berhasil diduduki dan dikuasai oleh serdadu-serdadu Belanda, setelah melawan TNI, rakyat dan para pejuang RI lainnya. Sehingga membuat pemerintahan di Kabupaten Lamongan harus mengungsi ke luar Kota Lamongan, sedangkan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan dilakukan di desa- desa yang dijadikan sebagai tempat pemerintahan darurat. Selama enam bulan pertempuran melawan pasukan Belanda, korban dari pihak tentara- tentara Belanda relatif lebih besar dibandingkan dengan korban di pihak pasukan Lamongan. Tercatat pihak Belanda mengalami korban tewas 139 pasukan, luka-luka 29 orang dan tertawan 11 orang. Korban dari pihak RI dalam rentang waktu enam bulan (18 Januari 1949 s/d 19 Juni 1949) tercatat sebanyak 40 tentara gugur, 11 tertawan dan 12 orang terluka. Adapun korban dari warga sipil 335 orang tewas dan 93 mengalami luka-luka. Dalam serangan agresi Belanda II itu, tercatat 178 ternak warga mati, 1.070 rumah dibakar lengkap dengan 840 kwintal lumbung pangan masyarakat. Pondok Pesantren Pondok Karangasem Muhammadiyah Paciran Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Pondok "Al-Mizan" Muhammadiyah Lamongan Pondok Pesantren "At-Taqwa" Muhammadiyah Kranji Pondok Pesantren Al-Munawwarah Sedayulawas Ponpes Tarbiyatut Tholabah Kranji Paciran Ponpes Sunan Drajat Drajat Paciran Ponpes Thoriqul Ulum Lamongan Ponpes Manarul Qur'an Paciran Ponpes Bustanul Hikmah Dumpiagung Kembangbahu Ponpes Darul Ulum Daliwangun Sugio Ponpes Matholi'ul Anwar Simo Sungelebak Karanggeneng Ponpes Tanwirul Qulub Simo Sungelebak Karanggeneng Ponpes Kebon Dalem Tanggungan Pucuk Lamongan Ponpes Nurul Huda Cungkup Pucuk Lamongan Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Kabupaten Lamongan terdiri atas 27 kecamatan yang terdiri atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Lamongan. Transportasi Angkutan Jalan Raya Kabupaten Lamongan dilintasi jalur utama pantura yang menghubungkan Jakarta-Surabaya, yakni sepanjang pesisir utara Jawa. Jalan ini sendiri melewati Kecamatan Paciran yang memiliki banyak tempat pariwisata. Kota Lamongan sendiri juga dilintasi jalur Surabaya-Cepu-Semarang. Babat merupakan persimpangan antara jalur Surabaya-Semarang dengan jalur Jombang-Tuban. Angkutan Kereta Api Lamongan juga dilintasi jalur kereta api lintas utara Pulau Jawa menghubungkan Surabaya dengan Semarang, Cirebon, Jakarta, dan Bandung. Stasiun kereta api terbesarnya adalah di Lamongan dan Babat. Kereta api yang dilayani dari stasiun Lamongan dan Babat adalah: Antarkota Lokal dan komuter Angkutan kereta api nonaktif Kabupaten Lamongan terdapat rel kereta api yg nonaktif Dari Stasiun Babat (Aktif) Ke Stasiun Tuban , Stasiun Jombang Kota , Stasiun Jatirogo Dan Stasiun Merakurak Pariwisata Wisata Alam Tempat wisata alam di Kabupaten Lamongan, yaitu: Waduk Gondang Akar Langit Trinil Brondong Wisata Edukasi Gondang Outbond (WEGO) Istana Gunung Mas Waduk Prijetan Wisata Bahari Lamongan (WBL) Gua Maharani Pantai Joko Mursodo Pantai Kutang Brondong Pantai Lorena Pantai Maldives Kemantren Pantai Pengkolan Pantai Ya'ang Labuhan Gunung Suru Lembor Maunen Goa Viva Jurang Cafe Puncak Wisata Sejarah Tempat wisata sejarah di Kabupaten Lamongan, yaitu: Museum Sunan Drajat Monumen Van der Wijck Prasasti Wide Sedayu Lawas Situs Pataan Situs Sendang Gede Ngimbang Candi Slumpang Laren Omah Dhuwur Ngimbang Kolam renang Oro Oro Ombo Wisata Religi Tempat wisata religi di Kabupaten Lamongan, yaitu: Makam Sunan Drajat Makam Sunan Sendang Duwur Makam Syekh Maulana Ishaq (Ayah Sunan Giri) Makam Sunan Lamongan/Syekh Hisyamudin (Putra Sunan Ampel) Makam Dewi Sekardadu (Ibu Sunan Giri) Makam Nyai Andongsari (Ibu Patih Gajah Mada) Kuliner Khas Makanan Kabupaten Lamongan mempunyai bermacam-macam masakan khas, diantaranya: Soto Lamongan Sego Boranan Lodeh Kuthuk Tahu Thek Walang Goreng Penyetan Tahu Campur Pecel Stasiun Wingko Babat Pecel Lele Keripik Sunduk Bandeng Colo Asem Bandeng Kerajinan Kabupaten Lamongan mempunyai bermacam-macam kerajinan antara lain; Jumreg Tas Enceng Gondok Batik Sendang Dhuwur Tenun Ikat Desa Parengan Pendidikan Perguruan Tinggi Universitas Islam Lamongan (UNISLA) Universitas Muhammadiyah Lamongan Universitas Islam Darul Ulum Lamongan (UNISDA) Institut Pesantren Sunan Drajat Lamongan (INSUD) Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an dan Sains Al Islah Universitas Billfath Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan Lamongan STAI Muhammadiyah Paciran STIE Muhammadiyah Paciran Institut Agama Islam Tarbiyatut tholabah Paciran Politeknik Elektronika negeri Surabaya (Kampus Lamongan) Universitas Airlangga (Fakultas Vokasi Program studi D3 Keperawatan) Universitas Terbuka Lamongan Universitas PGRI Adi Buana Institut Alif Muhammad Syafi'i (INAMIS) Referensi Pranala luar Situs web resmi BPS Kabupaten Lamongan Situs Berita Lamongan Lamongan Lamongan
4124
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Lumajang
Kabupaten Lumajang
Lumajang (Hanacaraka: ꦭꦸꦩꦗꦁ, Pegon: لوماجاڠ, Bahasa Jawa: Lumajâng) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Lumajang Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo di utara, Kabupaten Jember di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Malang di barat. Kabupaten Lumajang merupakan bagian dari wilayah Tapal Kuda Jawa Timur. Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang rawan bencana, khususnya letusan Gunung Semeru. Letusan akhir-akhir ini terjadi pada 4 Desember 2021, sekitar pukul 15.20 WIB. Wilayah yang paling terdampak yakni desa Supiturang, kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Geografi Kabupaten Lumajang terletak pada 112°53'–113°23' Bujur Timur dan 7°54'–8°23' Lintang Selatan. Luas wilayah keseluruhan Kabupaten Lumajang adalah 1790,90 km2. Kabupaten Lumajang terdiri dari dataran yang subur karena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu: Gunung Semeru (3.676 m) Gunung Bromo (2.329 m) Gunung Lemongan (1.651 m) Batas Wilayah Adapun batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang adalah sebagai berikut: Sebelah utara: Kabupaten Probolinggo Sebelah timur: Kabupaten Jember Sebelah selatan: Samudera Hindia Sebelah barat: Kabupaten Malang Relief Lumajang merupakan salah satu kabupaten yang terletak di kawasan Tapal Kuda Provinsi Jawa Timur. Di bagian barat, yakni di perbatasan dengan Kabupaten Malang dan Kabupaten Probolinggo, terdapat rangkaian Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Semeru (3.676 m) dan Gunung Bromo (2.392 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Bagian timur laut merupakan ujung barat Pegunungan Iyang. Sedangkan bagian selatan merupakan daerah datar, dengan sedikit wilayah berbukit hingga bergunung di sebelah barat. Ketinggian daerah Kabupaten Lumajang bervariasi dari 0-3.676 m dpl., dengan daerah yang terluas adalah pada ketinggian 100–500 m dari permukaan laut, yakni seluas 63.405,50 Ha (35,40 % wilayah); dan yang tersempit adalah pada ketinggian 0–25 m dpl yaitu seluas 19.722,45 Ha atau 11,01 % dari luas keseluruhan Kabupaten. Vulkanologi Kabupaten Lumajang dikelilingi tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru, Gunung Bromo dan Gunung Lemongan. Dari ketiga gunung berapi yang masih aktif tersebut, Gunung Semeru mendapat prioritas pemantauan lebih dibanding yang lainnya karena seringnya terjadi aktivitas gunung berapi yang membahayakan masyarakat sekitarnya. Iklim Kabupaten Lumajang beriklim tropis. Berdasarkan klasifikasi curah hujan Schmidt dan Ferguson sebagian wilayah termasuk tipe C, yang bersifat agak basah, dan sebagian lainnya bertipe D. Bulan-bulan kering, dengan jumlah curah hujan kurang dari 100 mm per bulan, terjadi pada bulan-bulan Juni–September. Sementara bulan-bulan basah terjadi pada bulan-bulan Desember–Maret dengan jumlah curah hujan lebih dari 250 mm per bulan. Jumlah curah hujan tahunan berkisar antara 1.500-2.500 mm. Suhu udara rata-rata di sebagian besar wilayah Lumajang berkisar antara 24 °C–32 °C, sedangkan di kawasan pegunungan suhu udara dapat mencapai 5 °C, terutama di daerah lereng Gunung Semeru. Hidrologi Kabupaten Lumajang mempunyai 31 sungai dan 8 air terjun. Selain itu juga terdapat danau (ranu) yakni Ranu Pakis, Ranu Klakah dan Ranu Bedali di Kecamatan Klakah serta Ranu Regulo, Ranu Pani dan Ranu Kumbolo di Kecamatan Senduro. Sungai-sungai yang cukup besar dengan daerah aliran di wilayah Lumajang dan sekitarnya antara lain Kali Besuk Sat, Kali Bondoyudo, Kali Asem, Kali Mujur, Kali Pancing dan Kali Rejali yang kesemuanya berakhir di Pantai Laut Selatan. Sejarah Nama Lumajang berasal dari nama tempat "Lamajang" yang diketahui dari penelusuran sejarah, data prasasti, naskah-naskah kuno, bukti-bukti petilasan dan hasil kajian pada beberapa seminar dalam rangka menetapkan hari jadinya. Beberapa sumber itu antara lain: Prasasti Mula Malurung Naskah Negarakertagama Kitab Pararaton Kidung Harsawijaya Kitab Bujangga Manik Serat Babad Tanah Jawi Serat Kandha Prasasti Mula Malurung adalah prasasti tertua yang menyebut keberadaan "Nagara Lamajang", karenanya dianggap sebagai titik tolak hari jadi Lumajang. Prasasti yang ditemukan pada tahun 1975 di Kediri dan berangka 1177 tahun Saka ini diterbitkan oleh Raja Kertanegara dari Singasari untuk memperingati anugerah Raja Seminingrat kepada Pranaraja berupa dua desa perdikan, Mula dan Malurung. Prasasti ini terdiri dari 12 lempengan tembaga, dan lempengan VII halaman A memuat nama-nama putera-puteri dan kerabat Raja Seminingrat yang diangkat menjadi raja-raja bawahan. Salah satunya, disebutkan bahwa Nararya Kirana yang telah dianggap seolah-olah putera sang Prabu, dijadikan raja di Lumajang. Menurut prasasti tersebut penetapan itu terjadi pada tahun 1177 Saka, yang sesuai dengan tanggal 14 Dulkaidah 1165 tahun Jawa atau tanggal 15 Desember 1255 Masehi. Mengingat cukup meyakinkan bahwa pada 1255 M itu "Negara Lamajang" sudah merupakan sebuah negara yang berpenduduk, mempunyai wilayah, mempunyai raja (pemimpin) dan pemerintahan yang teratur, maka ditetapkanlah tanggal 15 Desember 1255 M sebagai hari jadi Lumajang yang dituangkan dalam Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lumajang Nomor 414 Tahun 1990 tanggal 20 Oktober 1990. Dalam sejarahnya, wilayah ini sangat berhubungan dengan tokoh sejarah bernama Aria Wiraraja. Kitab Pararaton dan Harsawijaya mengisahkan bahwa tokoh yang ketika muda bernama Banyak Wide ini pada mulanya mengabdi di Singasari, namun oleh Raja Kertanegara kemudian dibuang secara halus dari ibu kota Singasari dan dijadikan bupati di Sumenep, Madura Timur. Aria Wiraraja kemudian berkesempatan memberikan bantuan dan perlindungan kepada Raden Wijaya ketika ia dan rombongannya melarikan diri ke Sumenep setelah kerajaan Singosari diserang dan ditaklukkan oleh Jayakatwang. Selanjutnya Pararaton dan Kidung Harsawijaya menceritakan bahwa Wiraraja diberi hadiah wilayah bagian timur Jawa Timur yang diberi nama "Lamajang Tigang Juru", ketika Raden Wijaya berhasil memenangkan perang dan menjadi raja pertama di kerajaan Majapahit. Akan tetapi wilayah itu baru dikuasai dan diperintahnya setelah kematian puteranya, Ranggalawe, yang memberontak kepada Majapahit (1295). Wilayah Lumajang kembali disebut-sebut dalam Kitab Negarakertagama ketika Raja Hayam Wuruk melakukan perjalanan keliling wilayah timur Majapahit pada tahun 1359 M; kala itu wilayah ini sudah dikuasai kembali oleh Majapahit. Nama Lumajang (atau, dalam versi aslinya: Lamajang) ini mengacu pada satu wilayah yang luas di pojok timur (Bld.: Oosthoek) Jawa Timur, di mana termasuk pula di dalamnya wilayah kuno Pajarakan di sekitar Kraksaan, Probolinggo sekarang. Setelah Kerajaan Majapahit runtuh, salah satu putri penguasa Lumajang yaitu Nyai Tepasari dinikahi dibawa Sunan Gunung Jati ke Cirebon. (Sumber ?). Dari putri Ki Gede Tepasan ini Sunan Gunung Jati menurunkan dua anak yaitu Ratu Ayu Wanguran dan Pangeran Pasarean. Perjalanan sejarah Lumajang kemudian masuk pada babak pemerintahan kerajaan Blambangan. Sejarah pada masa ini agak kurang jelas karena kurangnya data. Menurut Babad Sembar, setelah keruntuhan Majapahit maka Lumajang dipimpin oleh Lembu Miruda. Kemudian terjadi masa peperangan antara Untung Surapati, kerajaan Blambangan, Mataram, dan VOC. Pada abad ke 17 Lumajang dikuasai oleh keluarga Untung Suropati setelah kematian pemimpin terakhir Kerajaan Blambangan, Susuhuna Tawangalun. Salah satu penguasanya yaitu Adipati Kartanegara memerintah Lumajang di kawasan perbentengan Kutorenon. Cucu Untung Suropati itu terkenal sangat anti VOC. Permintaan untuk menyerahkan diri kepada VOC ditolaknya mentah-mentah sehingga Lumajang ditaklukkan dan perbentengannya diratakan dengan tanah pada bulan Juni tahun 1767. Pada masa penjajahan Belanda, awalnya Lumajang hanya daerah dibawah Pasuruan dan Probolinggo. Pimpinan tertinggi Lumajang adalah Asisten Residen dengan didampingi Jaksa. Pada 31 Desember 1866, Raden Astro Koesoemo diangkat menjadi Jaksa Lumajang. (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1968). Pada tahun 1882 wilayah Lumajang berstatus Distrik (setingkat kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Wedana. Kemudian pada tahun 1886 statusnya dinaikkan menjadi Afdeeling (setingkat kabupaten), kepala pemerintahannya adalah seorang Patih Afdeeling. Beberapa patih yang pernah memimpin Lumajang antara lain: Tahun 1867 - 1886 Patih Raden Endro Koesoemo (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1870), 1886 - 1890 Patih Raden Pandji Atmo Koesoemo (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1887), 1890 - 1920 Patih Raden Mas Singowiguno (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1898), 1920 - 1923 Patih Mas Ngabehi Ardjosoepoetro (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1922), 1923 - 1928 Patih Raden Kartoadiredjo (Regeerings Almanak Nederlandsch Indie 1933). Tahun 1929 sistem pemerintahan di Lumajang dinaikkan lagi statusnya menjadi Kabupaten, dengan kepala pemerintahannya seorang Bupati. Raden Kartoadiredjo naik jabatan menjadi Bupati pertama Lumajang didampingi Patih Raden Boedihardjo (1928-1939). Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Transportasi Di Kabupaten Lumajang terdapat jalan raya antar provinsi dan jalur kereta api lintas Surabaya-Jember-Banyuwangi, namun kedua jalur transportasi utama tersebut tidak melalui ibu kota Kabupaten Lumajang. Jalan Nasional Rute 25 berujung di Wonorejo, sekitar 6 km di utara pusat kota Lumajang, menghubungkan Jalan Nasional Rute 1 (lebih dikenal sebagai Jalur Pantura) di Probolinggo dengan Jalan Nasional Rute 3 yang melintasi Kota Lumajang dan berbelok ke timur di Wonorejo menuju Jember, Banyuwangi, dan berakhir di Ketapang, lokasi penyeberangan feri ke Bali. Jalan raya no 25 yang bersambung dengan Jalan raya no 3 itu dilintasi bus-bus AKAP (antar kota dan antar provinsi), terutama rute Surabaya–Jember dan Surabaya–Banyuwangi via Jember. Bus-bus penumpang yang lebih kecil menghubungkan Kota Lumajang dengan Jember via Kencong, dan Lumajang–Malang via Dampit. Angkutan Kereta Jalur kereta api melintasi beberapa ibu kota kecamatan antara lain Ranuyoso, Klakah, Randuagung dan Jatiroto. Klakah merupakan kecamatan terdekat untuk akses kereta api dari kota Lumajang. Sebenarnya ada pula jalur kereta api yang melewati kota Lumajang sampai ke Pasirian dan dari Lumajang juga bercabang ke arah timur ke Rambipuji melewati Kencong, namun jalur peninggalan masa kolonial Belanda ini sudah tidak aktif lagi semenjak tahun 1988. Angkutan Tradisional Selain transportasi umum di atas, masyarakat Lumajang mengenal transportasi rakyat yakni becak dan dokar (kereta kuda) untuk pengangkutan orang, serta pegon (kereta sapi) untuk pengangkutan barang dan hasil bumi. Keberadaannya perlahan tergeser dan tergantikan dengan mesin-mesin transportasi modern dan sekarang ini digunakan secara terbatas pada lokasi dan momen tertentu. Penduduk Penduduk Kabupaten Lumajang umumnya adalah suku Jawa Arekan dan Suku Madura Pendalungan, dan agama mayoritas adalah Islam. Di Pegunungan Tengger Kecamatan Senduro (terutama di daerah Ranupane, Argosari, dan sekitarnya), terdapat masyarakat Tengger yang termasuk sub-suku Jawa yang memiliki bahasa khas dan beragama Hindu. Di Senduro terdapat sebuah pura yang dikenal dengan nama Pura Mandara Giri Semeru Agung (MGSA), yang digunakan untuk ibadah baik pada hari biasa maupun hari besar umat Hindu. Pada hari biasa, pura tersebut juga dijadikan sebagai tempat wisata. Olahraga Kabupaten Lumajang memiliki beberapa sarana olahraga baik indoor maupun outdoor. Selain itu, di Kabupaten Lumajang juga terdapat beberapa serikat olahraga. Fasilitas Olahraga Stadion Semeru GOR Wirabakti Lapangan tenis Alun-Alun Selatan Serikat Olahraga PSIL Lumajang (sepak bola) Gita Wira Bhakti (GWB) Korp Drumband Pemda Kab. Lumajang Lumajang Jeep Club Mahameru Jeep Club Cabang Lumajang Semeru FC (sepak bola di Liga 2) Pariwisata Lumajang memiliki cukup banyak lokasi wisata pantai di Laut Selatan (Samudra Hindia) seperti Pantai Mbah Drajid WGL, Pantai Bambang, Pantai Dampar, Watu Pecak, Watu Godeg dan Watu Gedeg. Di samping itu, di lereng-lereng timur Semeru terdapat beberapa lokasi wisata lokal seperti Piket Nol, yang menjadi puncak tertinggi di lintas perbukitan selatan, Goa Tetes, dan Gladak Perak di lintas selatan Lumajang-Malang. Di daerah Sumber Mujur juga terdapat kawasan hutan bambu di sekitar mata air Sumber Deling yang merupakan tempat pelestarian aneka jenis tanaman bambu, yang sekaligus menjadi habitat bagi kawanan kera dan ribuan kelelawar (kalong). Di Pasrujambe terdapat sebuah tempat wisata mata air suci dan Pura Watu Klosot yang menjadi tujuan wisata bagi peziarah Hindu dari Bali.Lumajang juga memiliki air terjun yang sangat menarik, diantaranya Air Terjun Tumpak Sewu, Air Terjun Kapas Biru, Air Terjun Kabut Pelangi. Dan Lumajang memiliki Wisata "Negeri Diatas Awan" Puncak B-29, Dan desa tertinggi yaitu desa Ranu Pani yang menjadi gerbang pendakian menuju gunung Semeru Kejadian luar biasa Tahun 2015, Kabupaten Lumajang menjadi sorotan nasional terkait kejadian luar baiasa yang menimpa Salim Kancil, warga Desa Selok Awar-awar yang menjadi korban pembunuhan menyusul aksi protes menentang penambangan pasir di desa setempat. Referensi Pranala luar Lumajang Tempo dulu Lumajang Lumajang
4126
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Magetan
Kabupaten Magetan
Magetan () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Magetan Kota. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Ngawi di bagian Utara, Kabupaten Madiun di bagian Timur, Kabupaten Ponorogo di bagian Selatan, serta Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri (keduanya termasuk provinsi Jawa Tengah) di bagian Barat. Pangkalan Udara Iswahjudi, salah satu pangkalan utama TNI-AU di Jawa Timur, terletak di Kecamatan Maospati. Pada tahun 2022, jumlah penduduk Kabupaten Magetan sebanyak 678.343 jiwa. Kabupaten Magetan dilintasi jalan raya utama Surabaya-Ngawi-Yogyakarta dan jalur kereta api lintas selatan pulau Jawa, namun jalur tersebut tidak melintasi ibu kota Kabupaten Magetan. Satu-satunya stasiun yang berada di wilayah kabupaten Magetan adalah Stasiun Magetan yang terletak di wilayah Kecamatan Barat. Gunung Lawu (3.265 m) terdapat di bagian barat Kabupaten Magetan, yakni perbatasan dengan Jawa Tengah. Di daerah pegunungan ini terdapat Telaga Sarangan (1000 mdpl), salah satu tempat wisata andalan kabupaten ini, yang berada di jalur wisata Magetan-Sarangan-Tawangmangu-Karanganyar. Magetan dikenal karena kerajinan kulit (untuk alas kaki dan tas), anyaman bambu, rengginan, dan produksi jeruk pamelo (jeruk bali), serta kerupuk lempengnya yang terbuat dari nasi. Etimologi Asal-usul nama Magetan tampaknya sangat mungkin berkaitan dengan "Kamagetan". Dalam hal ini, Pigeaud berpendapat sebagai berikut: Ada satu hal yang mengganjal Pigeaud. Pada lereng Gunung Lawu yang menjadi wilayah Magetan tersebut tidak ditemukan suatu peninggalan yang besar dan monumental setelah kejatuhan Majapahit. Namun demikian, mungkin daerah sekitar Desa Sadon dahulunya adalah sebuah permukiman. Daerah ini diduga merupakan bekas kediaman pertapa pada zaman Hindu-Jawa. Kediaman ini mungkin berasal dari abad ke-11 dan ditinggalkan atau lenyap pada abad ke-16. Geografi Kabupaten Magetan terletak pada posisi 7°38'30" Lintang selatan dan 111°20'30" Bujur Timur. Secara administrasi, Kabupaten Magetan terdiri dari 18 Kecamatan dengan 235 desa. Luas Kabupaten Magetan mencapai 688,85 km². Kecamatan Plaosan merupakan kecamatan terluas dengan luas 66,09 km² sedangkan Kecamatan Karangrejo dengan luas 15,15 km² merupakan kecamatan dengan luas terkecil. Batas Wilayah Batas fisik Kabupaten Magetan adalah: Topografi Dilihat dari tingkat kesuburan tanahnya, Kabupaten Magetan dapat dibagi dalam 6 tipologi wilayah: Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian subur: Kecamatan Plaosan Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian sedang: Kecamatan Panekan dan Kecamatan Poncol Tipe wilayah pegunungan, tanah pertanian kurang subur(kritis): sebagian Kecamatan Poncol, Kecamatan Parang, Kecamatan Lembeyan, dan sebagian Kecamatan Kawedanan Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian subur: Kecamatan Barat, Kecamatan Kartoharjo, Kecamatan Karangrejo, Kecamatan Karas, Kecamatan takeran dan Kecamatan Nguntoronadi Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian sedang: Kecamatan Maospati, sebagian Kecamatan Bendo, sebagian Kecamatan Kawedanan, sebagian Kecamatan Sukomoro, Kecamatan Ngariboyo, dan Kecamatan Magetan. Tipe wilayah dataran rendah, tanah pertanian kurang subur: sebagian Kecamatan Sukomoro dan sebagian Kecamatan Bendo. Iklim dan Curah Hujan Suhu udara berkisar antara 16–20 °C di dataran tinggi dan antara 22–26 °C di dataran rendah. Wilayah Kabupaten Magetan beriklim muson tropis (Am) dengan dua musim yang dipengaruhi oleh angin muson, yaitu musim kemarau yang dipengaruhi oleh angin muson timuran yang bersifat kering dan dingin dan musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat yang bersifat basah dan lembap. Musim kemarau berlangsung pada saat angin muson timuran berhembus, yaitu pada periode Mei–Oktober dengan puncak musim kemarau adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim penghujan berlangsung saat angin muson baratan berhembus, yakni pada periode November–April dengan puncak musim penghujan adalah bulan Januari dengan curah hujan bulanan lebih dari 290 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Magetan berkisar antara 1500–2000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–140 hari hujan per tahun. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Julukan Magetan memiliki beberapa julukan, antara lain: The Nice of Java Kabupaten Magetan terkenal dengan wisata gunung yang indah, berhawa sejuk, dengan panorama alam yang memukau. Magetan memiliki wisata andalan yakni Telaga Sarangan dan Telaga Wahyu yang terletak di lereng Gunung Lawu. Kaki Gunung Kabupaten Magetan diberi julukan Kaki Gunung karena letak geografisnya yang berada di kaki dan lereng Gunung Lawu. The Sunset of East Java Kabupaten Magetan diberi julukan The Sunset of East Java karena letak geografisnya yang berada di ujung paling barat dari Provinsi Jawa Timur. Ekonomi Terdapat berbagai potensi di Magetan, di antaranya: Sentra Perkebunan Pamelo, di Desa Tamanan Sentra Kerajinan Kulit Jalan Sawo, Kelurahan Selosari, Kec. Magetan Sentra Kerajinan Anyaman Bambu, Desa Ringinagung, Kec. Magetan Sentra Ayam Panggang Gandu, Kecamatan Karangrejo Sentra Industri Batik Sidomukti Kecamatan Plaosan Sentra Industri Genteng Winong Kecamatan Maospati Pariwisata Tempat Wisata Beberapa objek wisata terkenal di Kabupaten Magetan yang sedang dikembangkan adalah: Gunung Lawu Telaga Sarangan Telaga Wahyu Magetan Park Kerajinan Gamelan Patihan Karangrejo Candi Sadon Candi Simbatan (Beji) Puncak Lawu Air Terjun Pundak Kiwo Air Terjun Tirtasari Argo Dumilah Taman Ria Dirgantara Kosala Tirta Maospati Pemandian Dewi Sri Gerbang Kadipaten Purwodadi Cemorosewu Mojosemi Camping Ground Sumber Clelek Driyorejo Bendungan Gonggang Poncol Monumen Soco Transportasi Transportasi di Kabupaten Magetan berupa: Pesawat Lanud Iswahyudi terletak di Maospati Untuk saat ini keperluan militer sampai saat ini Bus Transportasi Bus di Kabupaten Magetan diberangkatkan dari Terminal Maospati menuju Ngawi, Surakarta, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Bandung, dan luar Pulau Jawa. Selain Terminal Maospati sebagai terminal utama, keberangkatan bus skala lebih kecil juga diberangkatkan dari Terminal Magetan dan Terminal Plaosan. Kereta Api Transportasi rel di Kabupaten Magetan diberangkatkan dari Stasiun Magetan yang merupakan satu-satunya stasiun kereta api di Kabupaten Magetan. Letak Stasiun Magetan sekitar 5 Km dari Terminal Maospati atau 18 Km dari Terminal Magetan. Angkot Transportasi Angkutan Perkotaan maupun Pedesaan dilayani baik dari Terminal Maospati, Terminal Magetan, Terminal Plaosan maupun Terminal Kawedanan menjangkau seluruh pelosok Kabupaten Magetan. Selain itu untuk wilayah sekitar Bandar Udara Iswahyudi juga dilayani oleh Angkutan Iswahjudi. Angkutan pelajar Tahun 2018, Dinas Perhubungan Kabupaten Magetan meluncurkan program angkutan pelajar gratis. Program ini diperuntukkan bagi pelajar tingkat menengah pertama dan sederajat, yang termasuk golongan usia yang belum cukup umur untuk memiliki surat izin mengemudi (SIM). Sejumlah 34 unit angkutan umum dari berbagai trayek, meliputi sepuluh unit angkutan kota dan 24 unit angkutan pedesaan diberdayakan sebagai angkutan pelajar. Selain menyediakan fasilitas bagi pelajar, program ini merupakan upaya meningkatkan kesejahteraan pengemudi angkutan umum di Magetan yang kian terpuruk. Referensi Daftar pustaka Pranala luar Magetan Magetan
4127
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Madiun
Kabupaten Madiun
Kabupaten Madiun () adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Nganjuk di timur, Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Ngawi di barat. Ibu kota kabupaten ini terletak di Caruban sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2019. Sebagian gedung-gedung pemerintahan sudah berada di wilayah Caruban yang merupakan bagian dari Kecamatan Mejayan. Jumlah penduduk kabupaten ini pada tahun 2022 sebanyak 761.392 jiwa. Kabupaten Madiun dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta dengan kode Jalan Nasional Rute 17 dari Kota Surabaya hingga Kecamatan Mejayan dan Jalan Nasional Rute 32 dari Kecamatan Mejayan hingga Kecamatan Madiun. Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan dan tengah Pulau Jawa. Wilayah yang dilintasi termasuk wilayah Caruban, Saradan, Dolopo, Dagangan dan Balerejo. Kabupaten Madiun terdiri atas 15 kecamatan, yang terbagi dalam 206 terdiri dari 198 desa dan 8 kelurahan. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari penduduk Kabupaten Madiun yakni menggunakan Bahasa Jawa dengan Dialek Madiun. Sejarah Kabupaten Madiun ditinjau dari pemerintahan yang sah, berdiri pada tanggal paro terang, bulan Muharam, tahun 1568 Masehi tepatnya jatuh hari Kamis Kliwon tanggal 18 Juli 1568 / Jumat Legi tanggal 15 Suro 1487 Be–Jawa Islam. Berawal pada masa Kesultanan Demak, yang ditandai dengan perkawinan putra mahkota Demak Pangeran Surya Patiunus dengan Raden Ayu Retno Lembah putri dari Pangeran Adipati Gugur yang berkuasa di Ngurawan, Dolopo. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Ngurawan ke desa Sogaten dengan nama baru Purabaya (sekarang Madiun). Pangeran Surya Patiunus menduduki kesultanan hingga tahun 1521 dan diteruskan oleh Kyai Rekso Gati. (Sogaten = tempat Rekso Gati) Pangeran Timoer dilantik menjadi Bupati di Purabaya tanggal 18 Juli 1568 berpusat di desa Sogaten. Sejak saat itu secara yuridis formal Kabupaten Purabaya menjadi suatu wilayah pemerintahan di bawah seorang Bupati dan berakhirlah pemerintahan pengawasan di Purabaya yang dipegang oleh Kyai Rekso Gati atas nama Demak dari tahun 1518–1568. Pada tahun 1575 pusat pemerintahan dipindahkan dari desa Sogaten ke desa Wonorejo atau Kuncen, Kota Madiun sampai tahun 1590. Pada tahun 1686, kekuasaan pemerintahan Kabupaten Purabaya diserahkan oleh Bupati Pangeran Timur (Panembahan Rangga Jumena) kepada putrinya Raden Ayu Retno Dumilah. Bupati inilah selaku senopati manggalaning perang yang memimpin prajurit-prajurit Mancanegara Timur. Pada tahun 1586 dan 1587 Mataram melakukan penyerangan ke Purbaya dengan Mataram menderita kekalahan berat. Pada tahun 1590, dengan berpura-pura menyatakan takluk, Mataram menyerang pusat istana Kabupaten Purbaya yang hanya dipertahankan oleh Raden Ayu Retno Djumilah dengan sejumlah kecil pengawalnya. Perang tanding terjadi antara Sutawidjaja dengan Raden Ayu Retno Djumilah dilakukan disekitar sendang di dekat istana Kabupaten Wonorejo (Madiun). Pusaka Tundung Madiun berhasil direbut oleh Sutawidjaja dan melalui bujuk rayunya, Raden Ayu Retno Djumilah dipersunting oleh Sutawidjaja dan diboyong ke istana Mataram di Plered (Jogjakarta) sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purbaya tersebut maka pada hari Jumat Legi tanggal 16 November 1590 Masehi nama "Purbaya" diganti menjadi "Madiun". Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Pariwisata Kabupaten Madiun memiliki beberapa tempat wisata antara lain: Wisata Alam Bendungan Bening Waduk Notopuro Waduk Kedungbrubus Waduk Dawuhan Waduk Saradan Waduk Segaran Wungu Wisata Alam Pesanggrahan Wana Wisata Grape Dungus Forest Park Gligi Forest Park Hutan Pinus Nongko Ijo Desa Wisata Brumbun (Brumbun Tubing Adventure) Watu Rumpuk Gunung Wilis Gunung Kendil Gunung Bedah Air Terjun Banyulawe Air Terjun Kedung Malem/Slampir Air Terjun Kedung Jaran/Coban Drajat Air Terjun Krecekan Denu Air Terjun Kucur Air Terjun Kertoembo Air Terjun Coban Kromo Air Terjun Susukan Tilam Sari Air Terjun Seloaji Air Terjun Panguripan Air Terjun Tambak Lare Air Terjun Jomblang Tengah Bukit Asmara Puyangan Bumi Perkemahan Kandangan Selo Gedong Kali Krangkeng Wahana Bermain Sekar Arum Raden Sekar Park Grojogan Londo Wahana Wisata Papringan Kalikerto Jembatan Gantung Pangger Tambak Lare Pancur Pitu Wisata Religi Makam Kuncen Caruban Makam Sunan Rejodanu Makam Syech Maulana Abdullah Makam Ki Ageng Basyariyah Makam Kyai Ageng Reksogati Masjid Kuno Sewulan Masjid Jami' Al Muttaqien Banjarsari Masjid Jami' Al Arifiyah Caruban Masjid Agung Kabupaten Madiun (Masjid Quba) Rumah Megah Alm. KH. Ali Mursyid (Rumah dengan 5 tempat ibadah) Punden Nogosari Situs Mangiran Situs Budaya Sitinggil Situs Budaya Makam Jati Lawang Wisata Sejarah Monumen Kresek Monumen Lubang Yudho Monumen Raden Ayu Retno Dumilah Monumen Perjuangan Brimob Monumen Alutsista TNI AL Peninggalan Situs Nglambangan Wisata Gong Perdamaian Candi Wonorejo Situs Ngurawan Dolopo Palang Mejayan Punden Lambang Kuning Prasasti Mruwak Pendakian Tapak Bimo dan Gua Jepang Wisata Keluarga Pasar Pundensari Madiun Umbul Square Alun–Alun Caruban Piranha Swimming Club Kolam Renang Sendang Biru Taman Kota Caruban Asti Taman Lalu Lintas Caruban Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perumnas Mojopurno RTH dan Pujasera Jiwan Kampung Ceria Pule Taman Wisata Watu Sugih Taman Wisata Lembah Wilis Kresek Taman Tirto Tegaljoyo Taman Lembang Taman Rekso Wilis Waterpark Batok Nusantara Edupark Wisata Budaya Kesenian Dongkrek Desa Wisata Gunungsari Batik songsong sewulan Padepokan Seni Kirun Wisata Edukasi Basekan Farm & Ranch Rumah Coklat Bodag Wisata Kuliner De Pule Cafe & Resto Lesung Kresek Kaibon Food Court Wisata Belanja Pasar Balerejo Pasar Bandungan Pasar Banjarsari Pasar Burung Caruban Pasar Caruban Baru Pasar Cermo Pasar Cobaan Pasar Dolopo Pasar Dungus Pasar Gantrung Pasar Gemblung Pasar Gondosuli Pasar Gosong Pasar Kaibon Pasar Kajang Pasar Karang Malang Pasar Kincang Wetan Pasar Klagen Serut Pasar Klumutan Pasar Mbarak Pasar Mlilir Pasar Nglames Pasar Pagotan Pasar Pandansari Pasar Pintu Pasar Sambirejo Pasar Saradan Pasar Sidomulyo Pasar Slering Baru Pasar Sogo Pasar Sugihwaras Pasar Sukolilo Pasar Sukorejo Pasar Tlagan Olahraga Kabupaten Madiun memiliki klub sepak bola yaitu Persekama Madiun yang bermarkas di Stadion Pangeran Timoer Ekonomi Perbankan Di Kabupaten Madiun terdapat beberapa Bank besar yang beroperasi seperti Bank Madiun, Bank Jatim, Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Central Asia, BNI, Bank Mandiri, BMD Syariah dan lain-lain. Bank-bank tersebut juga menyediakan pelayanan ATM hampir disetiap kecamatan. Industri Kabupaten Madiun juga memiliki beberapa industri, diantaranya sebagai berikut: Industri Karoseri bus (PT Karoseri Gunung Mas) Industri Mesin UKM Industri Rokok HM Sampoerna Madiun Industri Rokok Gudang Garam Madiun Industri Gula, Pabrik Gula Pagotan (PT Perkebunan Nusantara XI Persero) Industri aksesori olahraga (PT Global Way Indonesia) Industri Beras Porang (PT. Asia Prima Konjac) Industri Brem Industri tanaman Porang/Sentra Industri Olahan Porang Industri Sepatu Pendidikan Perguruan Tinggi Kabupaten Madiun juga memiliki perguruan tinggi, yaitu: Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama Madiun Universitas Sebelas Maret Kampus Madiun (sebelumnya bernama "Akademi Komunitas Negeri Madiun") Sekolah Menengah Kabupaten Madiun memiliki sekolah menengah atas, kejuruan dan pertama, baik negeri maupun swasta yang tidak kalah dengan Kota Madiun, antara lain: Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Mejayan SMA Negeri 2 Mejayan SMA Negeri 1 Dagangan SMA Negeri 1 Dolopo SMA Negeri 1 Geger SMA Negeri 1 Gemarang SMA Negeri 1 Saradan SMA Negeri 1 Jiwan SMA Negeri 1 Nglames SMA Negeri Pilangkenceng SMA Negeri 1 Wungu SMA Muhammadiyah 2 Geger SMA Kyai Ageng Basyariyah SMA PGRI 1 Mejayan Sekolah Menengah Kejuruan SMK Negeri 1 Mejayan SMK Negeri 1 Kare SMK Negeri 1 Jiwan SMK Negeri 2 Jiwan SMK Negeri 1 Geger SMK Negeri 1 Gemarang SMK Negeri 1 Kebonsari SMK Negeri 1 Wonoasri SMK PGRI 1 Mejayan SMK PGRI 2 Mejayan SMK Korpri Uteran SMK Al–Hikam SMK Dolopo SMK Muhammadiyah 3 Dolopo SMK Kesehatan Green Putra Medika SMK Santo Yusuf Mejayan SMK Wijaya Kusuma Dagangan SMK Al Basyariyah Pilangkenceng SMK Terpadu Wisma Wisnu SMK Prima Husada SMK Nusantara Balerejo SMK Bhakti Mejayan SMK Gajah Mada Mejayan SMK Darus Sholawat SMK PGRI Wonoasri SMK Minhajut Thullab Bulu Candimulyo Sekolah Menengah Pertama SMP Negeri 1 Mejayan SMP Negeri 2 Mejayan SMP Negeri 3 Mejayan SMP Negeri 4 Mejayan SMP Negeri 1 Saradan SMP Negeri 2 Saradan SMP Negeri 3 Saradan SMP Negeri 4 Saradan SMP Negeri 1 Geger SMP Negeri 2 Geger SMP Negeri 3 Geger SMP Negeri 1 Gemarang SMP Negeri 2 Gemarang SMP Negeri Satu Atap Gemarang SMP Negeri 1 Dolopo SMP Negeri 2 Dolopo SMP Negeri 3 Dolopo SMP Negeri 1 Kare SMP Negeri 2 Kare SMP Negeri 3 Kare SMP Negeri 1 Jiwan SMP Negeri 2 Jiwan SMP Negeri 1 Sawahan SMP Negeri 2 Sawahan SMP Negeri 1 Nglames SMP Negeri 2 Nglames SMP Negeri 1 Balerejo SMP Negeri 2 Balerejo SMP Negeri 1 Kebonsari SMP Negeri 2 Kebonsari SMP Negeri 1 Dagangan SMP Negeri 2 Dagangan SMP Negeri 1 Wungu SMP Negeri 2 Wungu SMP Negeri 1 Pilangkenceng SMP Negeri 2 Pilangkenceng SMP Negeri 1 Wonoasri SMP Islam Terpadu Subulul Huda Kebonsari SMP Muhammadiyah 3 Dolopo SMP Muhammadiyah 2 Caruban SMP Islam Terpadu Imam Syafi'i SMP PGRI 2 Dagangan SMPK Santo Realino Saradan SMP PSM 3 Bakur SMP Terpadu Wisma Wisnu Madrasah Tsanawiyah MTs Negeri 1 Madiun MTs Negeri 2 Madiun MTs Negeri 3 Madiun MTs Negeri 4 Madiun MTs Negeri 5 Madiun MTs Negeri 6 Madiun MTs Negeri 7 Madiun MTs Negeri 8 Madiun MTs Negeri 9 Madiun MTs Negeri 10 Madiun MTs Negeri 11 Madiun MTs Negeri 12 Madiun MTs Al Istiqomah MTs Walisongo MTs Thoriqul Huda MTs An Najihah MTs Miftahul Ulum Madrasah Aliyah MA Negeri 1 Madiun MA Negeri 2 Madiun MA Negeri 3 Madiun MA Negeri 4 Madiun MA Kare MA Fatwa Alim Tulung Pondok Pesantren Kesehatan Kabupaten Madiun memiliki beberapa rumah sakit antara lain Rumah Sakit Umum Daerah Caruban Rumah Sakit Umum Daerah Dolopo Rumah Sakit Haji Ibrahim Rumah Sakit Paru Dungus Rumah Sakit Lapangan Joglo Dungus Sedangkan puskesmas yang ada di Kabupaten Madiun, antara lain: Puskesmas Pilangkenceng Puskesmas Klagenserut Puskesmas Bangunsari Puskesmas Sumbersari Puskesmas Kebonsari Puskesmas Mojopurno Puskesmas Klecorejo Puskesmas Dagangan Puskesmas Gantrung Puskesmas Gemarang Puskesmas Wonoasri Puskesmas Balerejo Puskesmas Mejayan Puskesmas Sawahan Puskesmas Saradan Puskesmas Mlilir Puskesmas Kaibon Puskesmas Krebet Puskesmas Madiun Puskesmas Dimong Puskesmas Geger Puskesmas Jetis Puskesmas Wungu Puskesmas Jiwan Puskesmas Kare Puskesmas Simo Kuliner Pecel Madiun Nasi Jotos Brem Roti Bluder Sate Ayam Ngepos Soto Ndeso Madumongso Lempeng Puli Kue Satu Emping Garut Kupat Sate Mlilir Seni Budaya Dongkrek Kesenian Dongkrek adalah seni pertunjukan yang berisi tari-tarian, yang kemudian dilanjutkan dengan arak-arakan atau pawai. Tarian ini bersifat komunal, yang terdiri dari delapan orang pemain atau lebih. Pencak Silat Reog Ponorogo Reog adalah tarian tradisional dalam arena terbuka yang berfungsi sebagai hiburan rakyat, mengandung unsur magis, penari utama adalah orang berkepala singa dengan hiasan bulu merak. Reog Ponorogo adalah kesenian asli dari Ponorogo yang juga menjadi khas kesenian di Madiun karena kedua wilayah ini berdekatan Transportasi Angkutan Jalan Raya Kabupaten Madiun dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta dengan kode Jalan Nasional Rute 17 dari Kota Surabaya hingga Kecamatan Mejayan dan Jalan Nasional Rute 32 dari Kecamatan Mejayan hingga Kecamatan Madiun. Angkutan Kereta Api Kabupaten Madiun juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan dan tengah Pulau Jawa Daerah Operasi VII Madiun yang dilayani di Stasiun Caruban dan beberapa stasiun kecil seperti Stasiun Babadan dan Stasiun Saradan. Angkutan Kereta api nonaktif Kabupaten madiun juga punya rel kereta api nonaktif Jalur Kereta api Madiun–Ponorogo–Slahung berikut adalah stasiun stasiun non di Kabupaten Madiun : Stasiun Pagotan Stasiun Kanigoro Stasiun Dolopo Halte Milir Angkutan Umum Untuk Bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) dan Antar Kota dalam Provinsi (AKDP) akan dilayani di Terminal Caruban. Kabupaten Madiun juga dilintasi oleh Jalan Tol Ngawi–Kertosono melalui Gerbang Tol Madiun dan Gerbang Tol Caruban. Angkutan Tradisional Untuk transportasi tradisional di Kabupaten Madiun akan dilayani oleh Delman (Dokar) yang dijumpai di pedesaan, Angkutan Pedesaan (Angdes) yang masih bisa dijumpai di pedesaan, becak, dll. Transportasi Udara Untuk Transportasi Udara, kebanyakan warganya Memilih: Bandar Udara Internasional Adi Sumarmo di Kota Surakarta Bandar Udara Internasional Juanda di Kota Surabaya Bandar Udara Kediri di Kabupaten Kediri Tokoh Terkenal Ari Lasso, penyanyi Indonesia Media massa Media Radio Media online madiun.times.co.id madiun.jatimtimes.com radarmadiun.co.id madiunpedia.com Catatan kaki Referensi Pranala luar Madiun Madiun
4129
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Mojokerto
Kota Mojokerto
Kota Mojokerto () adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota ini terletak 50 km barat daya Kota Surabaya. Kota Mojokerto merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila. Wilayah Kota Mojokerto merupakan enklave dari Kabupaten Mojokerto. Kota Mojokerto terbagi menjadi 3 kecamatan yaitu Magersari, Kranggan, Prajurit Kulon. Berpenduduk Mayoritas Suku Jawa dialek Arek'an (jawa majapahitan).Pada Masa akhir Majapahit sekitar tahun 1527,Wilayah ini termasuk dalam wilayah Kadipaten Japan . Pasca Kemerdekaan Republik Indonesia, Wilayah Kota Mojokerto ini terdiri atas hanya 1 Kecamatan yaitu Kecamatan Mojokerto, lalu naik status menjadi Kota Kecil Mojokerto, Kota Madya Mojokerto, dan Saat Ini Menjadi Kota Mojokerto. Sejarah Majapahit didirikan pada tahun 1293 oleh Raden Wijaya, beliau dihadiahi tanah Alas Trik /Hutan disepanjang Daerah Aliran Sungai Brantas (Mojokerto dan sekitarnya) untuk mendirikan kerajaan majapahit.Pada saat pembabatan hutan untuk mendirikan kerajaan,pasukan menemukan pohon berbuah besar ,lalu para pasukan berniat mencoba buah tersebut,namun buah tersebut terasa pahit sekali,sehingga raden wijaya menamakan wilayah tersebut dengan nama Majapahit /Wilwatikta. Setelah kehancuran Majapahit tahun 1518 yang beribukota di Kediri yang dipimpin Girindrawardhana (dinasti Kediri) ,Wilayah Kotaraja/Kertabumi /Mojokerto raya ,masih bertahan dan dipimpin seorang Adipati wanita bernama Ratu Mas Ratna Dewi Maskumambang / Ratna Pembayun. (1454-1560) ,beliau merupakan anak Perempuan Sulung dari pasangan Raja Brawijaya V atau Bhre Kertabumi dengan Dewi Amarawati Champa.Ratu Pembayun Maskumambang pernah menikah dengan Kyai Ageng Pengging Sepuh/Andayaningrat dari pengging. pada tahun 1559 tercatat dalam babad sumenep,Ratu Japan masih berkuasa atas Wilayah wilwatiktapura,pantai utara Jatim dan madura sekitar tahun 1518-1559,dalam pemerintahannya dibantu oleh 2 patih yaitu tumenggung Pecatondho (adipati terung) dan Tumenggung kanduruwan (menantu Pecatondho). Kadipaten Kertabhumi (mojokerto) di bekas pusat ibu kota kerajaan Mojopahit, berubah nama menjadi kadipaten japan sekitar tahun 1530 -1700 an ,lambat laun Kadipaten Japan terpecah menjadi 3 wilayah kadipaten yaitu wirasaba,Japan Kulon, japan wetan.Wirasaba dipimpin Adipati Ronggopermono berkraton di Mojoagung,Japan Kulon dipimpin Adipati Ronggopramiyo berkraton di Sooko Penarip,dan Japan wetan dipimpin Adipati Prawiroseno berkeraton di damarsi bangsal.Mereka Masih keturunan ki ageng Pengging sepuh.Ki ageng pengging sepuh menikahi Ratu Mas Maskumambang (Ratna Pambayun) yang masih dinasti brhe kertabumi majapahit /brawijaya V.Perebutan kekuasaan antara Japan Kulon dan Japan wetan dimenangkan Oleh Japan Kulon,lalu Japan Dipersatukan kembali oleh Joko Buang (putra adipati japan kulon )yang mengangkat diri sebagai Adipati Mirunggo penguasa Kadipaten Japan(Mojokerto Raya & Jombang). Pada abad abad berikutnya Kadipaten Japan berubah nama menjadi kabupaten Japan yang terdiri atas wilayah Mojokerto raya dan Jombang, Pusat Pemerintahan yang awalnya berada di Desa Japan Sooko lor dipindah ke area Kutho Bedah (Sekarang area Kota Mojokerto).Dengan Tata Pusat Kota Catur Tunggal dengan bercirikan adanya Masjid Agung,Kantor Bupati,Pasar,dan kebon rojo (Kebun Raja) disekitar Alun Alun.Karena Pada Zaman Ini Mojokerto/Japan dibawah kekuasaan 2 kerajaan ex Mataram Islam yaitu Kasunanan Surakarta (wilayah jombang) dan Kasultanan Yogyakarta (wilayah mojokerto) secara bersama sama dikarenakan wilayah mojokerto dan jombang menjadi 1 wilayah dibawah Kadipaten Japan .Di Mojokerto dipimpin oleh Mas tumenggung Soemodipuro (panembahan djapan) seorang adipati utusan kesultanan Yogyakarta. Sekitar Tahun 1900, pada Zaman Belanda ,Penguasa Mojokerto Dinasti Girindra wardhana digantikan dengan Dinasti Kanoman Kromojayan Surabaya.Pada Zaman Ini Bupati sebagai penguasa lokal dan Assistent Residen sebagai wakil dari kolonial belanda memimpin wilayah kabupaten secara bersama sama. Pada masa pemberlakuan sistem cultuurstelsel, Kota Mojokerto beserta kota yang lainnya yang termasuk dalam Keresidenan Surabaya merupakan pusat perkebunan tebu. Posisi Kota Mojokerto yang berada pada aliran Sungai Brantas membuat kondisi tanah di Kota ini menjadi subur untuk dijadikan lahan pertanian dan perkebunan. Terutama untuk tanaman padi dan tebu. Pembangunan jalan di Mojokerto pada awal abad ke-19 bukan merupakan suatu hambatan, karena ada peluang pembiayaan yang dihasilkan dari pajak dan retribusi. Sebagai pusat produksi gula, secara tidak langsung menyebabkan arus migrasi dalam Kota Mojokerto. Banyaknya pabrik gula yang ada di berbagai distrik wilayah Mojokerto menyebabkan tersedianya lapangan kerja sehingga menimbulkan arus migrasi tersebut. Pabrik-pabrik gula tersebut menyerap tenaga kerja yang banyak, sehingga penduduk dari kota lain banyak berdatangan ke Mojokerto. Penduduk asing seperti Eropa, Tionghoa dan Timur Asing banyak ditemui di kota ini. Gemeente dalam bahasa Belanda berarti suatu kota dengan struktur administrasi yang otonom. Istilah ini mempunyai makna lain yaitu masyarakat desa, ketika dikaitkan dengan istilah Inlandsche Gemeente. Fungsi dan struktur administrasi masa Hindia Belanda yang tertinggi di pegang oleh Gubernur, kemudian Bupati, Wedana dan Lurah. Otonomi daerah merupakan sebuah kebijakan yang sarat dengan cerminan pelimpahan wewenang dan penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Wewenang tersebut diberikan kepada daerah untuk melaksanakan fungsi-fungsi publik dan politik, kewenangan untuk mengelola dan memanfaatkan berbagai sumberdaya serta melibatkan sumberdaya yang ada di wilayahnya dalam berbagai kegiatan publik dan politik. Otonomi daerah sebetulnya telah muncul pertama kali pada tahun 1903. Pada waktu itu otonomi daerah disebut dengan desentralisasi, yang diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. Desentralisasi itu timbul karena adanya dorongan yang kuat dari orang-orang Eropa yang berada di daerah dan ingin mengambil alih sebagian wewenang dari pusat untuk dilimpahkan ke daerah. Undang-undang Desentralisasi yang berlaku di Hindia Belanda pada tahun 1903 sebagai awal dari munculnya pemerintahan gemeente. Kota Mojokerto mendapat status gemeente pada tahun 1918. Jumlah penduduk Eropa yang cukup banyak di Mojokerto menyebabkan pembangunan sarana fisik di Kota ini. Pembangunan-pembangunan tersebut sebenarnya diperuntukkan untuk kepentingan penduduk Eropa, tetapi penduduk Bumi Putra dan penduduk asing lainnya juga ikut merasakan dampak dari pembangunan tersebut. Pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah kota meliputi pembangunan jalan, perbaikan kampung, pembangunan pasar serta pembentukan dinas-dinas kota. Dinas-dinas tersebut antara lain dinas kebersihan dan kesehatan, dinas pemakaman, dinas pemungutan pajak dan lain-lain. Pemerintah juga mendirikan bangunan-bangunan umum yang diperuntukkan sebagai tempat hiburan publik. Seperti bioskop dan panggung sandiwara atau pasar malam. Pengawasan akan bangunan, perumahan dan kampung pun tidak luput dari perhatian pemerintah. Bangunan-bangunan dan perubahan-perubahan yang dilakukan harus diatur oleh garis-garis batas yang benar. Setiap rumah diwajibkan memiliki nomor rumah dan papan nama yang disertakan di bawah nomor rumah tersebut. Peraturan ini ditetapkan pada tanggal 28 Juni. Tujuan dari peraturan pemberian nama dan nomor rumah adalah untuk kepentingan pembayaran pajak, pengurusan air bersih, dan juga keamanan yang merupakan pengawasan wajib pemerintah atas warganya. Hal tersebut berkaitan dengan suatu tindakan pencurian atau tindakan berbahaya yang lainnya. Pemukiman atau kampung warga pribumi juga diatur atau diberi batas garis lurus seperti ketentuan pemerintah. Tujuan dari peraturan itu ialah agar rumah warga tertata rapi, batas satu rumah dengan rumah yang lain dan dengan jalan raya tidak terlalu dekat. Bagi warga yang rumahnya melewati garis lurus atau garis batas maka mereka akan dikenakan pajak. Kota juga bertanggung jawab atas pemeliharaan fasilitas jalan dan taman kota. Peraturan tentang transportasi di wilayah Kota Praja Mojokerto diatur sepenuhnya oleh Dewan Pemerintahan Kota, peraturan tersebut berlaku di jalan umum, taman, dan jembatan. Bagi kendaraan yang tidak memiliki bel atau peluit dengan suara yang keras maka dilarang untuk melintas di jalan raya, karena jika tidak maka bisa sangat berbahaya dan dapat menimbulkan kecelakaan. Dalam hal perdagangan, terdapat penetapan retribusi “Pasar Anyar” (nama pasar yang ada pada waktu itu) dan pedagang-pedagang kecil yang berdagang di jalan umum dan di taman dalam Kota Praja Mojokerto telah ditentukan oleh Dewan Kota Praja. Tempat yang digunakan untuk pasar ialah gedung dan tempat luas yang digunakan untuk kebutuhan pasar dengan aturan sewa dengan jangka waktu yang lama atau pendek. Dalam kegiatannya, para pedagang akan dikenakan retribusi rutin. Penarikan retribusi pasar digunakan untuk memperbaiki pasar yang rusak. Setiap toko diharuskan untuk membayar retribusi, baik toko yang besar maupun toko kelontongan atau kecil 1919. Pengadaan pipa air minum merupakan salah satu usaha yang diadakan oleh Dewan Kota Mojokerto dengan pengeluaran dan pendapatan yang dijalankan oleh Dewan Pengatur Keuangan. Pendapatan yang diperoleh dari perusahaan air minum Kota Mojokerto setiap tahunnya adalah termasuk pendapatan atau pemasukan kota. Air pipa yang disediakan di kota ialah keran air dan pipa hidran yang diperuntukkan bagi pemadam kebakaran. Jika terdapat kecurangan yakni berupa pencurian air dengan cara mengambil atau mengalihkan jaringan pipa maka akan dikenakan ganti rugi. Pembentukan Pemerintah Kota Mojokerto diawali melalui status sebagai staadsgemente, berdasarkan keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 324 Tahun 1918 tanggal 20 Juni 1918. Pada masa Pemerintahan Penduduk Jepang berstatus Sidan diperintah oleh seorang Si Ku Cho dari 8 Mei 1942 sampai dengan 15 Agustus 1945. Pada Tahun 1945 , Kota Mojokerto menjadi Basis Pertahanan Pasukan Perjuangan Kemerdekaan pasukan pasukan tersebut terdiri atas BKR,Tentara Pelajar,Polisi istimewa dan Pejuang dari kalangan Rakyat.Bung Tomo pernah Berorasi di Alun Alun Mojokerto untuk memberikan semangat pada para pejuang dari surabaya dan mojokerto raya,untuk mempersiapkan keberangkatan pejuang dari Mojokerto ke medan laga surabaya .Untuk memperingati perjuangan 1945 ,pada masa sekarang diperingati dengan adanya gerak jalan mojokerto suroboyo. Pada zaman revolusi 1945–1950 Pemerintah Kota Mojokerto di dalam pelaksanaan Pemerintah menjadi bagian dari Pemerintah Kabupaten Mojokerto dan diperintah oleh seorang Wakil Wali kota disamping Komite Nasional Daerah. Daerah Otonomi Kota Kecil Mojokerto berdiri berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1950, tanggal 14 Agustus 1950 kemudian berubah status sebagai Kota Praja menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957. Setelah dikeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 berubah menjadi Kotamadya Mojokerto. Selanjutnya berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974. Selanjutnya dengan adanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah, Kotamadya Daerah Tingkat II Mojokerto seperti Daerah-Daerah yang lain berubah Nomenklatur menjadi Pemerintah Kota Mojokerto. Mojokerto pernah menjadi sebuah kawedanan dengan Asisten Wedana Bapak Supardi Brototanoyo. Perkembangan selanjutnya Bapak Supardi Brototanoyo menjadi Wedana dan terakhir menjadi Wali kota Mojokerto pada saat itu. Kawedanan Mojokerto merupakan salah satu dari 4 kawedanan di Mojokerto ,kawedanan yang pernah ada di mojokerto adalah Kawedanan Mojokerto (Magersari,Prajurit kulon,Kranggan,puri,sooko,mojoanyar) ,Kawedanan Mojosari (Bangsal,Mojosari,Pungging,Kutorejo,Ngoro,Trawas),Kawedanan Jabung (Gondang,dlanggu,pacet,jatirejo,trowulan), Kawedanan Mojokasri (Gedeg,Jetis,Kemlagi,Dawarblandong) Dahulu Wilayah Kota Mojokerto hanya memiliki satu kecamatan yaitu Kecamatan Mojokerto .Sehubungan dengan adanya pemekaran berkembang menjadi 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Prajurit Kulon,Kecamatan Magersari,dan Kecamatan Kranggan. Geografi Kota Mojokerto terletak di tengah-tengah Kabupaten Mojokerto, terbentang pada 7°27' Lintang Selatan dan 112°26' Bujur Timur. Kota Mojokerto memiliki luas wilayah 1.646 Ha dan merupakan satu-satunya kota di Jawa Timur yang memiliki satuan wilayah ataupun luas wilayah terkecil, dengan wilayah administrasi hanya terbagi 3 Kecamatan yakni Kecamatan Prajurit Kulon, Kecamatan Magersari dan Kecamatan Kranggan. Batas wilayah Batas-batas wilayah Kota Mojokerto adalah sebagai berikut: Topografi Wilayah Kota Mojokerto merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 22 m di atas permukaan laut dengan kondisi permukaan tanah yang agak miring ke Timur dan Utara yakni berkisar antara 0-3%. Kota Mojokerto berada pada ketinggian antara 18,75–27 meter di atas permukaan laut ,titik tertinggi berada di kelurahan kedundung (27 meter) yang terdapat lempeng tektonik. Hampir seluruh wilayah di Kota Mojokerto berada pada ketinggian 18,75 m di atas permukaan laut. Hidrologi Kondisi hidrologi Kota Mojokerto sangat dipengaruhi oleh sungai-sungai yang melintasi Kota Mojokerto dan kedalaman air tanahnya. Terdapat sungai yang melintasi Kota Mojokerto yaitu Sungai Brantas, Sungai Brangkal, Sungai Sadar, Sungai Cemporat, Sungai Ngrayung, Sungai Kuti,Sungai Sinoman,Sungai Watu Dakon, Sungai Ngotok ,dan Sungai Bokong. Air tanah di Kota Mojokerto memiliki kedalaman antara 25 meter. Geologi Kondisi Geologi lapisan batuan yang terdapat di Kota Mojokerto sebagian besar merupakan seri batuan Alluvium, Plistosen Fasies Sedimen dan Alluvium Fasies Gunung Api. Jenis alluvium mendominasi di sebagian besar wilayah di Kota Mojokerto seluas 980,35 Ha, Plistosen Fasies Sedimen seluas 223,40 Ha terdapat di Kelurahan Gunung Gedangan dan Kedundung, Alluvium Fasies Gunung Api seluas 442,79 Ha meliputi Kelurahan Surodinawan, Miji, Prajurit Kulon, Blooto, Mentikan, Kauman, Pulorejo, Jagalan, Sentanan, Purwotengan, dan Magersari. Jenis tanah di Kota Mojokerto yaitu berupa Grumosol kelabu tua dan asosiasi aluvial kelabu dan aluvial cokelat kekuningan. Jenis tanah asosiasi aluvial kelabu dan aluvial cokelat kekuningan, untuk Kecamatan Prajurit Kulon terdapat di Kelurahan Mentikan, Kauman, untuk Kecamatan Kranggan terdapat di Kelurahan Meri, Kelurahan Jagalan, Kelurahan Sentanan dan Kelurahan Purwotengah, sedangkan untuk Kecamatan Magersari terdapat di seluruh Kelurahan dengan luas total untuk Kota Mojokerto seluas 624,57 Ha. Sedangkan jenis tanah Grumosol mendominasi jenis tanah di Kota Mojokerto, luas wilayah yang memiliki jenis tanah tersebut adalah 1.021,97 Ha terdapat di Kelurahan Meri, Gunung Gedangan, Kedundung, Balongsari, Jagalan, Santanan dan seluruh wilayah di Kecamatan Prajurit Kulon. Iklim Kota Mojokerto beriklim tropis dengan tipe tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berlangsung pada bulan-bulan Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus yang curah hujan bulanannya di bawah 10 mm per bulan. Sementara itu, musim penghujan berlangsung pada periode bulan-bulan basah Desember–Maret dengan bulan terbasah adalah Februari yang curah hujan bulanannya lebih dari 330 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Mojokerto berkisar antara 1500–1800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 90–130 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah Kota Mojokerto cukup bervariasi yakni pada angka 21°–33 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah Mojokerto adalah ±76%. Pemerintahan Daftar Wali Kota Dewan Perwakilan Kecamatan Pariwisata Alun-alun Kota Mojokerto terletak di pusat kota. Bagi warga Kota Mojokerto dan sekitarnya dahulu merupakan tempat rekreasi sekaligus sebagai sarana bersantai bagi keluarga di akhir pekan. Namun Sekarang Alun–Alun di kosongkan dan Pedagangnya di Pindahkan ke Jalan Benteng Pancasila yang tidak jauh dari Kediaman mantan Wali kota Mojokerto yaitu Bpk. Abdul Gani. Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat merupakan salah satu gereja tertua di Kota Mojokerto dan merupakan peninggalan zaman Belanda. Masjid Agung Al-Fattah didirikan pada zaman Belanda tepatnya pada tanggal 7 Mei 1878 berada di pusat kota sebelah Barat Aloon-aloon. Kelenteng Hok Siang Kiong didirikan pada tahun 1895. Ciri khas kedua bangunan itu adalah bentuk arsitekturnya yang khas Cina. Bagi mereka yang senang berolahraga dapat menempuh perjalanan 1 km di arena jogging track di Dermaga sungai Brantas Indah. Di lokasi ini juga terdapat warung lesehan yang menyediakan beberapa macam makanan. Rekreasi keluarga lainnya dapat dikunjungi Pemandian Sekar Sari terletak di tengah kota. Tempat rekreasi ini dilengkapi kolam renang dengan fasilitas bermain untuk anak-anak, wartel, toko alat-alat olahraga dan rumah makan yang menjual beraneka ragam makanan (bakso, kikil, soto ayam, dan lain-lain). Jalan Benteng Pancasila, Kecamatan Magersari merupakan pusat keramaian terbaru di kota Mojokerto. Di Jalan Ini terdapat Pusat Jualan PKL yang menjual beragam produk dari produk garmen sampai sepatu dan tas. Selain itu juga, Jalan Benteng Pancasila atau biasa disebut Benpas merupakan tempat berkumpul kawula muda Mojokerto dan wilayah sekitarnya seperti Sidoarjo, Jombang, Lamongan, Nganjuk, Kediri, Surabaya hingga Pasuruan di malam minggu dan pada hari libur nasional. Kini, di Jalan Benteng Pancasila terdapat sebuah mall di Kota Mojokerto yaitu Sunrise Mall yang dibuka pada Juni 2016. Mall ini biasanya ramai pada saat weekend. Terdapat beberapa brand makanan dan Fashion terkenal di mall ini, seperti J.co, Bread Talk, Sport Stations, Matahari, D'cost, Optik Melawai, Game Fantasia, Amazone, dan juga CGV Blitz (Bioskop). Mall ini sekaligus menjadi mall pertama dan terbesar di kota Mojokerto saat ini. Selain mall, akan dibuat Ayola Hotel yang nantinya langsung terkoneksi dengan Sunrise Mall, dan sekarang masih dalam tahap pembangunan. Kesehatan Transportasi Kota Mojokerto memiliki posisi yang sangat strategis, karena berada di jalur utama Pulau Jawa (Yogyakarta-Surabaya-Bali). Kota ini dilintasi Jalan Nasional Rute 15 yang menghubungkan Kota Surabaya dan Kota Yogyakarta. Selain itu, kota ini juga terhubung dengan kota-kota lain di Pulau Jawa melalui Jalan Tol Trans Jawa, yakni Jalan Tol Surabaya-Mojokerto dan Jalan Tol Mojokerto-Kertosono. Stasiun Mojokerto adalah satu-satunya stasiun yang terletak di Kota Mojokerto. Stasiun ini tampak selalu ramai penumpang karena efektif dan cepat saat menuju berbagai tujuan di Pulau Jawa, karena letak stasiun berada di jalur tengah dan selatan Jawa yang menghubungkan Surabaya dengan Surakarta, Yogyakarta, dan Bandung di lintas selatan Jawa, sedangkan lintas tengah Jawa menghubungkan Surabaya dengan Purwokerto, Cirebon, dan Jakarta. Terminal Kertajaya adalah terminal bus dan angkutan kota terbesar di Kota Mojokerto. Aktivitas terminal ini cukup padat dikarenakan sebagai transit bus antarkota dalam rangka Keberangkatan atau kedatangan penumpang dari dan menuju kota lain, diantaranya yaitu Kota Surabaya, Jombang dan sekitarnya. Angkutan air di sungai-sungai Kota Mojokerto pun masih ada perahu Kecil sebagai alat transportasi para pemancing ikan, walaupun masih dapat dihitung jari. Kuliner Mojokerto terkenal dengan camilan khasnya yaitu onde-onde. tahu tek/lontong di kota mojokerto banyak sekali toko yang menjual onde-onde, salah satunya yaitu Bo Liem. sekarang ini kita juga sering menjupai di jalan raya by pass banyak sekali toko penjual onde-onde berbagai rasa.Masih ada jenis makanan dan minuman traditional khas arekan yang masih diminati masyarakat Mojokerto yaitu : Es Tapai Ketan Hitam,Es Tapai, Tahuwa (kembang tahu),Wedang Ronde/Angsle,Lumpia,Getuk Lindri,Klanting/cenil, klepon,Es Bubur sumsum,Es Dawet,Serabi Pertulo,Sate Kelapa , Ketan Sambel, Pecel ,Bubur Kacang Ijo,Nasi Rawon ,Nasi Lodeh,Bikang,Apam,Pukis ,Rangin,TerangBulan/trambulan,Martabak,Manisan buah dll. Olahraga dan Seni Kota Mojokerto memiliki Klub Sepak Bola yaitu Persem Mojokerto (Persatuan Sepak bola Mojokerto) atau Modjokertosche Voetballbond berdiri sejak tahun 1931 yang bermarkas di Stadion Gelora Ahmad Yani Kota Mojokerto ,Klub ini pernah menyabet gelar juara 1 liga divisi III Nasional Tahun 2007.sebelumnya Klub ini bermarkas di lapangan Balongsari di jalan gajahmada yang sekarang menjadi kantor pemkot dan perkantoran/gedung.Persem Mojokerto memiliki Julukan Laskar Damarwulan /Blueforce/Badai Biru. Persemmania adalah Suporter Persem Mojokerto. Basket,Volleyball,Pencak Silat ,Karate,Perahu Naga ,Hiking,Pencak Dor dll juga diminati para pemuda pemudi Kota Mojokerto. Seni Budaya antara lain : Wayang Kulit,Campursari,Ludruk,Jaranan,Tayub,Bantengan,Seni Reyog ,Tari Remo ,Seni Budaya dan Seni Tari Mojopahitan ,Pawai Kirab Budaya Mojopahit Festival juga masih diminati warga Kota Mojokerto sebagai Jati diri sebagai orang Jawa.Seni Barang Antik juga masih digemari sebagian masyarakat yaitu dengan mengkoleksi Patung logam,Senjata Khas Keris Jawa,Pedang Jawa,Batu Akik ,Kerajinan Perak kuningan yang sering di jumpai di sepanjang Jalan Niaga dan Jalan Karyawan Baru. Kesenian dari Mancanegara juga menjadi salah satu hiburan kota ini antara lain Barongsai,wayang titi,Festival Hiburan Band Pop ,Jazz dan Rock yang sangat diminati hingga saat ini. Referensi Pranala luar Kota Mojokerto Mojokerto Mojokerto
4130
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Mojokerto
Kabupaten Mojokerto
Kabupaten Mojokerto () adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Secara de facto, ibu kota kabupaten ini terletak di Kecamatan Mojosari dan saat ini banyak gedung pemerintahan yang secara bertahap dipindahkan dari Kota Mojokerto ke Kecamatan Mojosari. Kabupaten yang secara resmi didirikan pada tanggal 9 Mei 1293 ini merupakan wilayah tertua ke-10 di Provinsi Jawa Timur. Setelah berakhirnya masa Majapahit yang berpusat di Trowulan, daerah ini kemudian dikenal dengan nama Kadipaten Djapan. Geografi Secara geografis wilayah Kabupaten Mojokerto terletak antara 111°20’13” s/d 111°40’47” Bujur Timur dan antara 7°18’35” s/d 7°47” Lintang Selatan. Secara administratif wilayah Kabupaten Mojokerto terdiri dari 18 kecamatan, dan 304 desa. Luas wilayah secara keseluruhan adalah 692,15 km². Kota Mojokerto menjadi enklave dari Kabupaten Mojokerto. Batas Wilayah Kabupaten Mojokerto berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu: Topografi Berdasarkan struktur tanahnya, wilayah Kabupaten Mojokerto cenderung cekung ditengah-tengah dan tinggi di bagian selatan dan utara. Bagian selatan merupakan wilayah pegunungan dengan kondisi tanah yang subur, yaitu meliputi Kecamatan Pacet, Trawas, Gondang, dan Jatirejo. Bagian tengah merupakan wilayah dataran sedang, sedangkan bagian utara yang terletak di sebelah utara sungai Brantas merupakan daerah perbukitan kapur yang cenderung kurang subur. Berdasarkan relief dan bentuk lerengnya, wilayah penelitian ini dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kelas lereng, yaitu: Kemiringan lereng rendah (0-2 %), daerah dengan luas 409,8 km² dengan tingkat kelerengan rendah berada di sebelah utara dan tengah wilayah penelitian seperti Dawar Blandong, Kemlagi, Jetis, Puri, Mojosari, Kutorejo, Trowulan, Ngoro, dan sekitarnya. Kemiringan lereng berkisar antara 0-2% atau 0°-2° dengan ketinggian antara 0–23 m di atas permukaan laut. Sungai yang mengalir pada satuan ini di antaranya adalah Sungai Brantas dengan pola meander, lembah sungai tua, lembah sungai menyerupai huruf U, dengan tingkat erosi dominan ke arah lateral. Namun dalam perkembangannya, Sungai Brantas mengalami pendangkalan disebabkan oleh pasokan material sedimentasi yang melimpah dan proses sedimentasi yang dominan. Kemiringan lereng sedang (2-15%), daerah dengan luas 454,8 km² dengan tingkat kelerengan sedang berada utara dan melampar hingga ke beberapa lokasi di sebelah selatan seperti daerah Jetis, Jatirejo, Dlanggu, Gondang, Pacet, Ngoro dan sekitarnya. Kemiringan lerengnya berkisar antara 2-15 % atau 2°-8° dengan ketinggian hingga mencapai 150 m di atas permukaan laut. Beberapa tempat merupakan wilayah dengan ancaman gerakan tanah sedang. Kemiringan lereng tinggi (15 – ≥40 %), daerah dengan luas 2.290,6 km² mempunyai tingkat kemiringan lereng tinggi terdapat di sebelah selatan daerah penelitian seperti di Pacet, Trawas, Ngoro, dan sekitarnya. Satuan kemiringan lereng tinggi merupakan bagian dari rangkaian pegunungan yang tersebar di bagian selatan daerah penelitian seperti Gunung Welirang, Gunung Anjasmoro Dan Gunung Penanggungan. Kemiringan lerengnya berkisar antara 15 –≥40% atau 8°- >22° dengan ketinggian sekitar 150 mdpl hingga 3.156 mdpl. Iklim Suhu udara di wilayah dataran rendah berkisar antara 20°–34 °C, sedang di wilayah dataran tinggi suhu udara bernilai kurang dari 19 °C. Wilayah Kabupaten Mojokerto beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Mojokerto berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sementara itu, musim penghujan di wilayah ini berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 300 mm per bulan. Curah hujan di wilayah Kabupaten Mojokerto berkisar pada angka 1.300–1.900 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80–140 hari hujan per tahun. Sejarah Kabupaten Mojokerto terdiri atas 18 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pada awalnya, pusat pemerintahan berada tepat di Kota Mojokerto, tetapi kini banyak gedung dan kantor pemerintahan yang dipindahkan ke Kecamatan Mojosari sebelah timur kota Mojokerto setelah Kota Mojokerto berdiri pada tanggal 20 Juni 1918. Kabupaten Jombang dahulu juga merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Mojokerto sebelum diberi kemandirian manjadi sebuah Kabupaten sendiri pada tahun 1910. Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam kawasan metropolitan Surabaya, yaitu Gerbangkertosusila. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan DPRD Kabupaten Mojokerto terdiri dari 50 anggota. Berdasarkan hasil Pemilu 2014, perolehan kursi DPRD Kabupaten Mojokerto didominasi oleh PDI Perjuangan dengan 8 kursi. Kecamatan Empat kecamatan terletak di utara sungai Brantas dan 14 kecamatan terletak dari selatan sungai Brantas sampai di kaki Gunung Welirang. Pusat pemerintahan Kabupaten Mojokerto dulu berada tepat di tengah Kota Mojokerto sebelum Kota Mojokerto berdiri. Sekarang pusat pemerintahan Kabupaten Mojokerto dipindah ke Kecamatan Mojosari yang terletak belasan kilometer di timur Kota Mojokerto. Kabupaten Jombang yang saat ini berdiri, dahulu juga merupakan bagian dari Kabupaten Mojokerto sebelum Jombang berpisah pada tahun 1910. Pariwisata Kabupaten Mojokerto memiliki sejumlah objek wisata menarik, mulai dari Kabupaten Mojokerto bagian Utara, ada Kecamatan Kemlagi terdapat wisata yang cukup banyak dikunjungi yaitu Waduk Tanjungan yang terdapat di desa Tanjungan, Kemlagi. Kemudian di Kecamatan Jetis ada Watu Blorok yang konon dahulu pada saat pembangunan jalan, terdapat sebuah batu yang cukup besar yang menghalangi dan akan dipindahkan karena berada di tengah pembangunan jalan, tetapi pada esok harinya batu tersebut kembali ke posisi semula, tetapi wisata ini sekarang sepi pengunjungnya karena perawatan yang kurang. Ada pula wisata di bantaran sungai Brantas yang biasanya digunakan untuk event-event besar seperti Lomba Dayung, Lomba Layang-layang, dll. Di kecamatan Trowulan, yang dahulu pernah menjadi pusat pemerintahan Kemaharajaan Majapahit ini memiliki banyak sisa-sisa peninggalan sejarah baik bangunan maupun artefak kuno yang berasal dari kerajaan tersebut dan masih dapat dijumpai hingga sekarang. Trowulan adalah daya tarik utama wisata sejarah di kabupaten ini, karena terdapat puluhan candi peninggalan Kerajaan Majapahit, makam raja-raja Majapahit, serta Pendopo Agung yang diperkirakan berada tepat di pusat istana Majapahit, candi yang terdapat di kecamatan ini antara lain Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, Candi Brahu, Candi Gentong, Candi Wringin Lawang, dan masih banyak Candi lain yang ditemukan. Kawasan pegunungan di kecamatan Pacet dan Kecamatan Trawas di selatan juga merupakan kawasan wisata andalan Kabupaten Mojokerto karena pemandangan yang sangat bagus dan hawa sejuk pegunungan yang dirasa sangat nyaman, di antaranya ada Wisata Arung Jeram dan Lokasi Outbound Training OBECH Wilderness Experience, Pemandian Air Panas di Padusan, Air terjun yang banyak antaranya Air terjun Coban Canggu, Air terjun Grenjengan, Air terjun Watu Ulo, dll, juga vila-vila peristirahatan di Pacet dan Trawas. Kuliner Khas Kerupuk Rambak Bangsal Onde-onde Sate Keong Sambel Wader Nasi Jagung Pentol Bakar Serebeh setoyo Tahu Tek Ekonomi Kabupaten Mojokerto dalam pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) melakukannya di bawah pengawasan Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Secara umum potensi IKM Kab.Mojokerto tersebar di berbagai desa (sentra) di tiap kecamatan. IKM yang paling menonjol di Kab.Mojokerto adalah IKM sepatu (anggota cluster alas kaki) terbukti dengan dibangunnya Pusat Perkulakan Sepatu Trowulan (PPST) yang merupakan pasar sepatu pertama terbesar di Indonesia, melayani pembelian partai maupun eceran, serta spesifikasi produk alas kaki terlengkap termasuk sepatu dan sandal casual, sepatu olahraga, sepatu safety for industry, dan sebagainya. Adapun potensi IKM lainnya yakni Perhiasan Perak dengan jumlah pengrajin terbanyak terdapat di desa Batankrajan kecamatan Gedeg, yang juga merupakan juara pertama desa percontohan se-kabupaten Mojokerto. Kebanyakan produk perhiasan perak ini dipasarkan ke Bali dan Surabaya bahkan ada yang hingga diekspor ke Jerman. Kab.Mojokerto juga memiliki potensi IKM di bidang tekstil, di antaranya produksi tas dompet dengan pemasaran Sidoarjo dan Surabaya hingga luar daerah lainnya. Serta produksi kaos olahraga (penyedia terbesar seragam olahraga di wilayah Jawa Timur serta sebagian luar pulau Jawa), topi bordir (supplier terbesar dan tertua atribut topi hingga daerah Bandung) dan konveksi (melayani pemesanan seragam instansi negeri maupun swasta hingga luar pulau Jawa). Adapun potensi IKM di bidang seni antara lain kerajinan patung batu di daerah Trowulan dengan ciri khas budaya Majapahit, serta kerajinan cor kuningan dengan nuansa yang serupa serta aplikasi produk yang lebih luas baik untuk hiasan dalam dan luar ruangan serta tropi piala, dan segala bentuk sesuai pemesan, dengan pemasaran ke Bali hingga ekspor ke mancanegara termasuk beberapa negara-negara Eropa. Di Kecamatan Sooko terkenal sebagai sentra industri sepatu dan sandal, Kecamatan Trowulan terkenal dengan kerajinan emas, perak, dan patung batu. Kecamatan Bangsalterkenal dengan kerupuk rambaknya dan juga sekolah polisi negara dan di Kecamatan Dawarblandong penghasil cabe terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Mojokerto yang juga masuk dalam kawasan pembangunan ekonomi GerBangKertoSuSiLa ini mempunyai kawasan industri yang cukup besar yaitu di Kecamatan Ngoro yakni Ngoro Industrial Park (Ngoro Industri Persada) merupakan daerah indutri terbesar di Mojokerto. Di Kecamatan Jetis juga terdapat banyak pabrik-pabrik yang didirikan namun tidak dalam satu komplek. Ada pula rencana membuat komplek industri baru di Kecamatan Kemlagi juga Dawarblandong di kawasan Kabupaten Mojokerto di Utara Sungai Brantas. Olahraga PS Mojokerto Putra atau (PSMP Mojokerto) adalah klub sepak bola yang berasal dari Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Klub ini bermarkas di Stadion Gajah Mada, Kecamatan Mojosari yang berkapasitas 10.000 penonton. Tim ini memperoleh dana dari dana APBD Kabupaten Mojokerto dalam jumlah yang sedikit, meskipun tidak didukung dengan dana yang sangat besar, tim ini mampu menjuarai Divisi 1 Liga Indonesia musim 2008/2009 Juara Divisi 1 Liga Indonesia 2008/2009 dan saat ini menjadi anggota Divisi Utama Liga Indonesia. Transportasi Di wilayah Kabupaten maupun Kota Mojokerto transportasi paling umum adalah kendaraan pribadi yaitu motor dan mobil. Dulu sebelum banyak pengguna kendaraan pribadi, Mojokerto tergantung sekali dengan kendaraan angkutan kota yang mengelilingi Kabupaten Mojokerto dari Kecamatan Dawarblandong ke Kota Mojokerto lalu ke Mojosari dan ke Ngoro. Namun kini pengguna kendaraan pribadi bertambah di Mojokerto yang mengakibatkan tidak terawatnya terminal-terminal angkutan kota di Mojokerto. Terminal Kertajaya di Kota Mojokerto melayani Line ke Terminal Lespadangan dan Terminal Mojosari. Terminal ini adalah salah satu terminal tersibuk di Jawa Timur karena merupakan jalur antar kota di Jawa Timur. Terminal Mojosari di Mojosari melayani rute Line di kawasan kabupaten Mojokerto bagian selatan. Terminal Lespadangan di Kecamatan Gedeg melayani jalur ke Kemlagi, Dawarblandong, Jetis dan ke terminal Kertajaya di Kota Mojokerto. Lihat pula Kerajaan Majapahit Referensi Pranala luar Mojokerto Mojokerto
4131
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Malang
Kabupaten Malang
Kabupaten Malang (; Osob Kiwalan: netapubaK ngalaM) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kecamatan Kepanjen, yang sebelumnya berada di Kota Malang tepatnya di daerah Klojen . Kabupaten Malang adalah kabupaten terluas kedua di Jawa Timur setelah Kabupaten Banyuwangi dan merupakan kabupaten dengan populasi terbesar di Jawa Timur. Kabupaten Malang mempunyai koordinat 112o17' sampai 112o57' Bujur Timur dan 7o44' sampai 8o26' Lintang Selatan. Kabupaten Malang juga merupakan kabupaten terluas keempat di Pulau Jawa setelah Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur di Provinsi Jawa Barat, dan Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Malang tahun 2021, penduduk kabupaten Malang berjumlah 2.654.448 jiwa (2020), dengan kepadatan 752 jiwa/km2. Kota Malang merupakan enklave dari kabupaten ini. Kabupaten ini memiliki Penekslave yaitu wilayah yang terpisah dengan wilayah utamanya yaitu di kawasan Malang Barat, yang terdiri atas Kecamatan Pujon, Ngantang dan Kasembon. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Jombang; Kabupaten Mojokerto; dan Kabupaten Pasuruan; di utara, Kabupaten Lumajang dan Kabupaten Probolinggo di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kota Batu, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di barat. Sebagian besar wilayahnya merupakan pegunungan yang berhawa sejuk, Kabupaten Malang dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata utama di Jawa Timur. Bersama dengan Kota Batu dan Kota Malang, Kabupaten Malang merupakan bagian dari kesatuan wilayah yang dikenal dengan Malang Raya (Wilayah Metropolitan Malang). Geografi Batas wilayah Kabupaten Malang terletak pada 112 035`10090`` sampai 112``57`00`` Bujur Timur 7044`55011`` sampai 8026`35045`` Lintang Selatan. Kabupaten Malang berbatasan dengan Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan; dan Kota Batu di sebelah utara, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang di sebelah timur, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri di sebelah barat, serta Samudra Hindia di sebelah selatan. Kota Malang menjadi enklave di tengah-tengah kabupaten ini. Sebagian besar wilayah Kabupaten Malang merupakan kawasan dataran tinggi dan pegunungan yang berhawa sejuk. Bagian barat dan barat laut berupa pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno (3.339 m) dan Gunung Kawi (2.651 m). Di pegunungan ini terdapat mata air Sungai Brantas, sungai terpanjang kedua di pulau Jawa dan terpanjang di Jawa Timur. Bagian timur merupakan kompleks Pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, dengan puncaknya Gunung Bromo (2.392 m) dan Gunung Semeru (3.676 m). Gunung Semeru adalah gunung tertinggi di Pulau Jawa. Kota Malang sendiri berada di cekungan antara kedua wilayah pegunungan tersebut. Bagian selatan berupa pegunungan dan dataran bergelombang. Dataran rendah di pesisir selatan cukup sempit dan sebagian besar pantainya berbukit. Kabupaten Malang memiliki potensi pertanian dengan iklim sejuk. Daerah utara dan timur banyak digunakan untuk perkebunan apel. Daerah pegunungan di barat banyak ditanami sayuran dan menjadi salah satu penghasil sayuran utama di Jawa Timur. Daerah selatan banyak ditanami tebu dan hortikultura, seperti salak dan semangka. Selain perkebunan teh, Kabupaten Malang juga berpotensi untuk perkebunanan kopi dan kakao (daerah pegunungan Kecamatan Tirtoyudo). Hutan jati banyak terdapat di bagian selatan yang merupakan daerah pegunungan kapur. Sejarah Pada awalnya Kerajaan Singasari berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kediri dan dipimpin oleh Akuwu Tumapel, Tunggul Ametung yang beristrikan Ken Dedes. Pusat pemerintahan Singasari saat itu berada di Tumapel. Baru setelah muncul Ken Arok yang kemudian membunuh Tunggul Ametung dan menikahi Ken Dedes, pusat kerajaan berpindah ke Malang setelah berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri. Saat jatuh ke tangan Singasari, status Kediri menjadi kadipaten. Sementara Ken Arok mengangkat dirinya sebagai raja bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi (1222–1227). Kerajaan ini mengalami jatuh bangun. Semasa kejayaan Kesultanan Mataram, kerajaan-kerajaan yang ada di Malang jatuh ke tangan Mataram, seperti halnya Kerajaan Majapahit. Sementara pemerintahan pun berpindah ke Demak disertai masuknya agama Islam yang dibawa oleh Wali Songo. Malang saat itu berada di bawah pemerintahan Adipati Ronggo Tohjiwo dan hanya berstatus kadipaten. Pada masa-masa keruntuhan itu, menurut Folklore, muncul pahlawan legendaris Raden Panji Pulongjiwo. Ia tertangkap prajurit Mataram di Desa Panggungrejo yang kini disebut Kepanjen (Kepanji-an). Hancurnya kota Malang saat itu dikenal sebagai Malang Kutho Bedhah. Bukti-bukti lain yang hingga sekarang merupakan saksi bisu adalah nama-nama desa seperti Kanjeron, Balandit, Turen, Polowijen, Ketindan, Ngantang dan Mandaraka. Peninggalan sejarah berupa candi-candi merupakan bukti konkret seperti : Candi Kidal di Desa Kidal kecamatan Tumpang yang dikenal sebagai tempat penyimpanan jenazah Anusapati. Candi Singhasari di kecamatan Singosari sebagai penyimpanan abu jenazah Kertanegara. Candi Jago / Jajaghu di kecamatan Tumpang merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Wisnuwardhana. Pada zaman VOC, Malang merupakan tempat strategis sebagai basis perlawanan seperti halnya perlawanan Trunojoyo (1674–1680) terhadap Mataram yang dibantu VOC. Menurut kisah, Trunojoyo tertangkap di Ngantang. Setelah Trunojoyo, Malang kembali menjadi basis perlawanan terhadap VOC pada tahun 1768. Penguasa Malang saat itu yaitu Adipati Malayakusuma mempertahankan Malang dari serbuan VOC bersama pangeran asal Mataram bernama Prabujaka. Setelah berperang cukup lama, Malang akhirnya jatuh ke tangan VOC. Malayakusuma dan Prabujaka kemudian berhasil ditangkap. Prabujaka dibuang ke luar Jawa sementara Malayakusuma berhasil meloloskan diri dan bersembunyi di Pegunungan Tengger. Awal abad ke-19 ketika pemerintahan Hindia-Belanda dipimpin oleh Gubernur Jenderal, Malang seperti halnya daerah-daerah lainnya, dipimpin oleh seorang bupati. Bupati Malang I adalah Raden Tumenggung Notodiningrat I yang diangkat oleh pemerintah Hindia Belanda berdasarkan resolusi Gubernur Jenderal 9 Mei 1820 Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16. Kabupaten Malang merupakan wilayah yang strategis pada masa pemerintahan kerajaan-kerajaan. Bukti-bukti yang lain, seperti beberapa prasasti yang ditemukan menunjukkan daerah ini telah ada sejak abad ke-9 dalam bentuk Kerajaan Singasari dan beberapa kerajaan kecil lainnya seperti Kerajaan Kanjuruhan seperti yang tertulis dalam Prasasti Dinoyo. Prasasti itu menyebutkan peresmian tempat suci pada hari Jum`at Legi tanggal 1 Margasirsa 682 Saka, yang bila diperhitungkan berdasarkan kalender kabisat jatuh pada tanggal 28 November 760. Tanggal inilah yang dijadikan patokan hari jadi Kabupaten Malang. Sejak tahun 1984 di Pendopo Kabupaten Malang ditampilkan upacara Kerajaan Kanjuruhan, lengkap berpakaian adat zaman itu, sedangkan para hadirin dianjurkan berpakaian khas daerah Malang sebagaimana ditetapkan. Maskot Habitat jenis fauna burung Cucak Ijo ditengarai berasal dari kawasan Malang Selatan, walaupun di beberapa daerah lain juga terdapat burung sejenis. Didasari dengan latar belakang Chloropsis sonnerati dan disusul kemudian dengan Surat Bupati Kepala Daerah Tingkat II Malang tanggal 8 Februari 1996 bernomor 522.4/429.024/1995 tentang pelestarian flora dan fauna, burung Cucak Ijo dimunculkan sebagai identitas fauna Kabupaten Malang. Hal ini lalu dikukuhkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Malang, nomor 180/170/SK/429.013/1997, tentang Penetapan Maskot / Identitas Flora dan FaunaKabupaten Daerah Tingkat II Malang, tertanggal 26 April 1997. Dalam Surat Keputusan Bupati itu, Apel Manalagi (Malus sylvestris Mill) ditetapkan sebagai maskot flora, sedangkan Burung Cucak Ijo sebagai maskot fauna. Maksud penetapan maskot flora dan fauna tersebut sebagai upaya pengenalan sekaligus pelestarian yang didasari keunikan suatu jenis satwa dan tumbuhan tertentu yang terdapat di Kabupaten Malang serta merupakan ciri khas daerah. Penetapan maskot tersebut berperan pula sebagai sarana meningkatkan promosi kepariwisataan, penelitian dan pendidikan. Upaya pelestarian Burung Cucak Ijo ini dilakukan antara lain dengan cara pembangunan penangkaran terbesar yang sedang dibangun di Desa Jeru, Kecamatan Tumpang di atas lahan seluas 9,5 hektare yang untuk burung cucak ijo disediakan lahan seluas 0,5 hektare, dan lahan yang lain digunakan untuk pembudidayaan dan pelestarian flora dan fauna yang lain. Pemerintahan Secara administrasi, pemerintahan Kabupaten Malang dipimpin oleh seorang bupati dan wakil bupati yang membawahi koordinasi atas wilayah administrasi kecamatan yang dikepalai oleh seorang camat. Kecamatan dibagi lagi menjadi desa dan kelurahan yang dikepalai oleh seorang kepala desa dan seorang lurah. Seluruh camat dan lurah merupakan jajaran pegawai negeri sipil di lingkungan pemerintah kabupaten, sedangkan kepala desa dipilih oleh setiap warga desa setiap periode tertentu dan memiliki sebuah pemerintahan desa yang mandiri. Sejak 2005, bupati Malang dan wakilnya dipilih secara langsung oleh rakyat dalam pilkada, setelah sebelumnya dipilih oleh anggota DPRD kabupaten. Bupati dan Wakil Bupati Malang saat ini adalah Sanusi dan Didik Gatot Subroto yang berasal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Daftar Bupati dan Wakil Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Kepanjen. Pusat pemerintahan sebelumnya berada di Kota Malang hingga tahun 2008. Kota Batu dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Malang dan sejak tahun 2001 menjadi daerah otonom setelah ditetapkan menjadi kota. Terdapat beberapa kawasan kecamatan yang cukup besar di Kabupaten Malang antara lain Kecamatan Lawang, Turen, dan Kepanjen. Lambang Daerah Lambang Kabupaten Malang berarti: Merah putih = Perisai Segi Lima Merah = Tulisan Kabupaten Malang Kuning emas = Garis tepi atap kubah Hijau = Warna dasar kubah Hijau= Gunung Berapi Putih = Asap Putih dan hitam = Keris Putih = Buku terbuka Biru tua = Laut Putih = Gelombang laut (jumlah 19) Kuning emas = Butir padi (jumlah 45) Putih = Bunga kapas (jumlah 8) Hijau = Daun kapas (jumlah 17) Kuning emas = Bintang bersudut lima Putih dan hitam = Pita terbentang dengan sesanti Satata Gama Kartaraharja Kuning emas = Rantai (jumlah 7) Jiwa nasional bangsa Indonesia yang suci dan berani, di mana segala usaha ditujukan untuk kepentingan nasional berlandaskan falsafah Pancasila dilukiskan dengan persegi lima dengan garis tepi tebal berwarna MERAH PUTIH. KUBAH dengan garis tepi atapnya berwarna kuning emas dan warna dasar hijau mencerminkan papan atau tempat bernaung bagi kehidupan rohani dan jasmani diruang lingkup Daerah Kabupaten Malang yang subur makmur. Bintang bersudut lima berwarna kuning emas, mencerminkan Ketuhanan Yang Maha Esa berdasarkan Falsafah Pancasila yang Luhur dan Agung. Untaian padi berwarna kuning emas, daun kapas berwarna hijau serta bunga kapaas berwarna putih mencerminkan tujuan masyarakat adil dan makmur. Daun kapas berjumlah 17, bunga kapas berjumlah 8, gelombang laut berjumlah 45 mencerminkan semangat perjuangan Proklamasi 17 Agustus 1945. Rantai berwarna kuning emas mencerminkan persatuan dan keadilan, gunung berapi berwarna hijau mencerminkan potensi alam daerah Kabupaten Malang, dan asap berwarna putih mencerminkan semangat yang tak pernah kunjung padam. Laut mencerminkan kekayaan alam yang ada di daerah Kabupaten Malang sedangkan warna biru tua mencerminkan cita-cita yang abadi dan tak pernah padam. Keris yang berwarna hitam dan putih mencerminkan jiwa kepahlawanan dan Kemegahan sejarah daerah Kabupaten Malang. Buku terbuka berwarna putih mencerminkan tujuan meningkatkan kecerdasan rakyat untuk kemajuan. Sesanti Satata Gama Karta Raharja mencerminkan masyarakat adil dan makmur material dan spiritual disertai dasar kesucian yang langgeng (abadi). Pendidikan Terdapat Sekolah/Lembaga Pendidikan baik Negeri maupun Swasta di Kabupaten Malang yang terkenal dengan julukan "Kota Pendidikan" ini. Perguruan Tinggi Universitas Negeri Malang (UM) Universitas Brawijaya (UB) UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Universitas Islam Malang Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Universitas Merdeka Malang (UNMER) Universitas Ma Chung Institut Teknologi Nasional Universitas Widyagama Malang Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Politeknik Negeri Malang Universitas Kanjuruhan Malang Universitas Raden Rahmat (UNIRA) Universitas Tribhuwana Tungga Dewi Universitas Wishnuwardhana Universitas Gajayana Malang Akademi Pariwisata Dan Perhotelan (APARTEL) Ganesha Malang Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kertanegara Lowokwaru Malang Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang Akfar Putra Indonesia Malang Universitas Terbuka Daerah Malang  IAI Al-Qolam Malang Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 1 Kepanjen SMA Negeri 1 Bantur SMA Negeri 1 Sumberpucung SMA Negeri 1 Pagak SMA Negeri 1 Singosari SMA Negeri 1 Bululawang SMA Negeri 1 Gondanglegi SMA Negeri 1 Turen SMA Negeri 1 Dampit SMA Negeri 1 Ngantang SMA Negeri 1 Sumbermanjing Wetan SMA Negeri 1 Tumpang SMA Negeri 1 Lawang SMK Negeri 1 Turen SMK Negeri 2 Turen SMK Negeri 1 Singosari SMK Negeri 2 Singosari MAN 1 Malang SMA Dharma Wanita 2 bakalan SMA Thursina International Islamic Boarding School Ekonomi Agrobisnis Sumber perekonomian utama masyarakat di kabupaten Malang adalah dari sektor agrobisnis yang meliputi pertanian, perkebunan dan peternakan. Hasil pertanian & perkebunan meliputi: Sayur mayur: tomat, kubis, wortel, sawi, kol, buncis, kacang panjang, mentimun, kentang, dll Padi Tebu Tanaman hias Kayu-kayuan: Sengon, Jabon Hasil peternakan meliputi: Daging & telur ayam kampung (Ayam Buras) Daging & telur ayam ras Susu sapi perah Daging & susu kambing ettawa Daging kelinci Industri Industri di Kabupaten Malang banyak bergerak dibidang pengolahan dan perdagangan hasil bumi meliputi: Industri gula rafinasi Industri teh Industri makanan olahan (keripik buah, keripik kentang, aneka camilan, dll) Industri pemotongan & pengolahan kayu Industri pengolahan susu Industri pengolahan daging ayam kampung Transportasi Bus Transportasi darat menggunakan bus antarkota di Kabupaten Malang umumnya terkonsentrasi pada tiga terminal bus Kota Malang seperti Terminal Arjosari, Terminal Landungsari dan Terminal Hamid Rusdi (Gadang). Sedangkan moda transportasi antar kecamatan di Kawasan Malang Raya menggunakan bus mini, angkutan pedesaan ataupun MPU bison terkonsentrasi pada beberapa sub terminal yang tersebar di Dampit, Batu, Gondanglegi, Karangploso, Lawang, Madyopuro, Mulyorejo, Singosari, Kepanjen, Tumpang, Turen dan Wonosari. Kereta api Malang terletak di jalur kereta api percabangan lintas selatan dan tengah (–) serta Malang–. Terdapat 6 stasiun di wilayah Kabupaten Malang (Lawang, Singosari, Pakisaji, Kepanjen, Ngebruk, dan Sumberpucung). Lintasan kereta api di wilayah Kabupaten Malang termasuk unik karena melewati dua buah terowongan di daerah Bendungan Sutami, Karangkates. Kabupaten Malang juga memiliki stasiun kereta api nonaktif seperti Stasiun Gondanglegi dan Stasiun Dampit Pesawat Bandara Abdul Rachman Saleh yang terletak di Kecamatan Pakis melayani penerbangan sipil dengan jurusan Malang–Jakarta (Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Citilink, Batavia Air) serta Malang–Denpasar (Wings Air), dengan adanya empat maskapai penerbangan tersebut Bandara Abdul Rachman Saleh total melakukan penerbangan sebanyak tujuh kali per hari. Pariwisata Kabupaten Malang dikenal sebagai daerah tujuan wisata utama Jawa Timur. Berikut ini adalah beberapa tempat wisata menarik di Kabupaten Malang. Wisata gunung Gunung Kawi, terletak di wilayah Kecamatan Wonosari. Terkenal sebagai tempat wisata spiritual. Gunung Arjuno-Welirang, sering dipakai untuk pendakian dengan rute Junggo, Cangar, Singosari, Lawang, Purwosari, atau Pandaan. Bromo lewat Desa Tumpang (Kecamatan Tumpang), Desa Gubuk Klakah–Kecamatan Poncokusumo. Gunung Semeru lewat desa Ngadas kecamatan Poncokusumo Gunung Anjasmoro lewat Kecamatan Pujon Wisata Payung Batu, kota Batu Bukit Buduk Asu, Lewat Desa Ketindan, Lawang Wisata air Waduk Selorejo, terletak di Kecamatan Ngantang (di tepi jalan raya Malang-Kediri) Kasembon Rafting, merupakan objek wisata bagi pencinta olahraga arung jeram, terletak di Kasembon (70 km barat kota Malang). Waduk Ir. Sutami/Bendungan Sutami, terletak di Kecamatan Sumberpucung. Bendungan Lahor, terletak di sebelah barat Bendungan Ir.Sutami (Sumberpucung,kab.Malang) Taman Ria Sengkaling, terletak di tepi jalan raya Malang-Batu, terdapat kolam renang dan taman bermain. Wendit Water Park, terletak di jalan raya Mangliawan Pakis. Sebuah tempat wisata yang baru saja di renovasi. Objek wisata ini terkenal dengan sumber airnya dan kera-nya. Pemandian Umbulan,merupakan pemandian bernuansa pegunungan terletak di Kecamatan Dampit tepatnya di Desa Ubalan 2 Km dari pusat kota. Pemandian Dewi Sri, terletak di Kecamatan Pujon, menyajikan wisata pemandian air pegunungan. Wisata ini berada di dekat Pasar Pujon sebagai sentra pemasaran buah dan sayur mayur (Terminal Agrobisnis Mantung). Pemandian Ken Dedes, terletak di Kecamatan Singosari Wisata Air Krabyakan, terletak di Desa Sumberngepoh, Kecamatan Lawang Sumber Nyolo, terletak di Kecamatan Singosari Boonpring , terletak di Kecamatan Turen Sumber Maron dan sumber taman, terletak di Kecamatan Pagelaran Sumber Jenon , terletak di Kecamatan Tajinan Sumber Sirah , terletak di Kecamatan Gondanglegi Pemandian Gentong Emas , terletak di Kecamatan Wajak Pemandian Sumber Ringin, terletak di Kecamatan Tumpang Lembah Tumpang , terletak di Kecamatan Tumpang Water Boom 88, terletak di Kecamatan Bululawang. Wisata air terjun Air terjun Coban Rondo, terletak di Kecamatan Pujon. Air terjun Parang Teja di Desa Gading Kulon kecamatan Dau Air terjun Coban Pelangi, terletak di Kecamatan Poncokusumo. Air terjun Coban Jahe, terletak di Kecamatan Jabung. Air terjun Coban Glothak, terletak di Kecamatan Wagir. Air terjun Coban Sumber Pitu, terletak di Kecamatan Tumpang. Air terjun Bayu Anjlok, terletak di Pantai Lenggoksono . Air terjun Coban Sewu, terletak di kecamatan Ampelgading. Air terjun Coban supit urang Di Lawang Wisata sejarah Candi Singosari dan arca Dwarapala, terletak di Kecamatan Singosari, Candi Jago (Jayaghu) di Kecamatan Tumpang, merupakan makam Ranggawuni Candi Badut terletak di kecamatan Dau Candi Badut oleh Purbatjaraka dikaitkan dengan sebuah prasasti yang di temukan di kelurahan Merjosari, yaitu prasasti Dinoyo. Prasasti berbahasa sanskerta dan berhuruf Jawa kuno itu berangka tahun Candrasangkala: nayana vayu ras yang mengandung arti angka tahun saka 682 atau 760 Masehi. isi prasasti yang menceritakan raja Gajayana dari Kerajaan Kanjuruhan. Candi Kidal di kecamatan Tumpang, merupakan makam Anusapati, perlu diketahui di mana semua candi di kabupaten Malang sebagian besar adalah peninggalan sejarah kerajaan Singhasari, kecuali beberapa situs purbakala di sekitar wilayah Dau, Wagir dan Turen merupakan peninggalan kerajaan Kanjuruhan. Candi Songgoriti terletak di kecamatan Batu. Candi Sumberawan terletak di kecamatan Singosari Para ahli purbakala memperkirakan Candi Sumberawan dulunya bernama Kasurangganan, sebuah nama yang terkenal dalam kitab Negarakertagama. Tempat tersebut telah dikunjungi Hayam Wuruk pada tahun 1359 masehi, sewaktu ia mengadakan perjalanan keliling. Dari bentuk-bentuk yang tertulis pada bagian batur dan dagoba (stupanya) dapat diperkirakan bahwa bangunan Candi Sumberawan didirikan sekitar abad 14 sampai 15 masehi yaitu pada periode Majapahit Wisata pantai Donomulyo: Modangan (70 km dari pusat kota Malang), Ngliyep (62 km), Jonggring Saloko (69 km), Kondang Bandung, Kondang Iwak, Bantol, Nglurung, Ngebros Gedangan: Bajul Mati (58 km), Wonogoro (55 km), Nganteb, Gua Cina Bantur: Balekambang (57 km), Kondang Merak (59 km), Kipas Sumbermanjing Wetan: Tamban (68 km), Rawa Indah, Tambak Asri (60 km), Sendangbiru (Segoro Anakan) (69 km), Tirtoyudo: Sipelot, Lenggoksono, Tanger (70 km) Ampelgading: Licin (64 km) Wisata agro Kebun Teh PTPN Wonosari di Desa Ketindan kecamatan Lawang, terdapat agrowisata serta cottage,kolam pemandian dan transportasi wisata yang dapat disewa jika ingin berlibur. Wisata petik jeruk, di desa Selorejo kecamatan Dau PWEC (Petungsewu Wildlife Ecosystem Conservation) di desa Petungsewu Dau Wisata durian, disepanjang jalan raya Ngantang–Kasembon tepatnya di desa Pait. Wisata petik buah naga di Gondanglegi. Wisata petik strawberry di Desa Pandesari, Pujon. Wisata religi Masjid Tiban, di Sananrejo, Turen, Kabupaten Malang. Feng Shui Asri Abadi di Desa Sidodadi, Kecamatan Lawang GKJW Peniwen, di Desa Peniwen. Desa Peniwen termasuk 41 Desa Kristen yang ada di Jawa Timur, Kampung Kristen di Jawa Timur inilah yang dikenal dengan sentra Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW), yaitu gereja beraliran Kristen Protestan yang sudah ada sejak masa penjajahan Belanda. GKJW Sitiarjo, di Desa Sitiarjo. Pesarehan Gunung Kawi, di Gunung Kawi. Makam Mbah Jago Pati, di Desa Tangkilsari. Kuliner khas Masakan Kabupaten Malang mempunyai beberapa masakan khas, di antaranya: Bakso Duro Kepanjen Soto Daging Pak Amir Tunjungtirto Bakso malang Bakso Bakar Cwie mie Malang Rawon Kaldu Kambing Kacang Hijau Soto kambing Tunggulwulung Nasi pecel Sop dengkul Sayur asem Buah Apel Kare kikil Tahu campur Tahu Lontong Telor Sate Bunul Sate Landak wendit Onde-onde Lawang Makanan ringan Kabupaten Malang mempunyai beberapa makanan ringan yang khas, di antaranya: Tahu Petis Bakpau Telo Arbanat Mendol Tahu sukun Orem-orem Onde-onde Lawang Sempol Cilok Minuman Kabupaten Malang mempunyai beberapa minuman khas, di antaranya: Angsle Ronde Es Gandul Oleh-oleh Kabupaten Malang mempunyai beberapa oleh-oleh khas, di antaranya: Kripik buah (kripik apel, nangka, dll.) Kripik Tempe Sanan Olahraga Sepak bola Arema FC, klub sepak bola yang berlaga di Liga 1 Indonesia Persekam Metro FC, klub milik pemerintah Kabupaten Malang ini pada musim 2009–2010 menjuarai Divisi Satu Liga Indonesia dan pada musim 2011 akan berlaga di Divisi Utama Liga Indonesia Kedua klub ini bermarkas di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang. Tokoh Terkenal Berikut ini adalah daftar nama-nama orang kelahiran dan/atau pernah tumbuh berkembang di Malang, yang berkarya besar sehingga membawa nama harum bagi Kabupaten Malang dan Indonesia. K.H Masjkur, Menteri Agama Indonesia Ke-6 dan Pahlawan Nasional K.H Hasyim Muzadi, Anggota Dewan Pertimbangan Presiden periode 2015-2017 dan Mantan Ketua Umum Tanfidziyah PBNU K.H Nachrowi Tohir, Ketua Umum Tanfidziyah PBNU Ke-4 K.H Tolchah Hasan, Menteri Agama Indonesia Ke-18 Soebandrio, Menteri Luar Negeri Indonesia Ke-10 Hadi Tjahjanto, Menteri Agraria dan Tata Ruang Indonesia Soewoto Sukendar, KSAU Ke-5 Widjojo Nitisastro, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Ke-2 Roesmin Noerjadin, Menteri Perhubungan Indonesia, Ke-26 Oetomo, KSAU Ke-9 Rudini, Menteri Dalam Negeri Indonesia Ke-19 Sudomo, Ketua Dewan Pertimbangan Agung Ke-9 Topan, Pelawak Srimulat Leysus, Pelawak Srimulat K.H Tolchah Mansoer, Pendiri IPNU M.Sanusi, Bupati Malang 2018-2024 Didik Gatot Subroto, Wakil Bupati Malang 2021-2024 Sujud Pribadi, Bupati Malang 2002-2010 Moch.Ibnu Rubiyanto, Bupati Malang 2000-2002 Hamid Roesdi, Pahlawan Nasional Nurbuat, Pelawak Srimulat Tarzan, Pelawak Faida, Bupati Jember 2016-2021 Haryanti Sutrisno, Bupati Kediri 2010-2021 Lucky Acub Zaenal, Pendiri Arema Football Club Punjul Santoso, Wakil Wali kota Batu 2012-2022 Aji Santoso, Legenda Sepak Bola Dwi Cahyono, Budayawan Krisdayanti, Anggota DPR RI dan Penyanyi Yuni Shara, Penyanyi Bayu Skak, Aktor, Komedian dan Youtuber. Ammar Faris Aladetta,Aktor,Kreator Digital Andhika Pratama, Aktor, Pelawak dan Penyanyi. Rizal Djibran, Aktor dan Penyanyi. Widodo Dwi Purwanto, Komandan Korps Marinir TNI AL Ke 24 Sejak 21 Januari 2022 Sampai Sekarang Laksamana Muda TNI ''' Agus Hariadi Panglima Komando Armada III Sejak 16 Januari 2023 Sampai Sekarang Inspektur Jenderal Polisi Nanang Avianto Menjabat Sebagai Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah Sejak 21 Oktober 2021 Sampai Sekarang Inspektur Jenderal Polisi Imam Sugianto Menjabat Sebagai Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Timur Sejak 17 Desember 2021 Sampai Sekarang Catatan kaki Referensi Pranala luar Malang Malang Malang Raya
4132
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Nganjuk
Kabupaten Nganjuk
Nganjuk () adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Nganjuk. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Jombang dan Kabupaten Kediri di timur, Kabupaten Kediri dan Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kabupaten Madiun di barat. Pada zaman Kerajaan Medang, Nganjuk dikenal dengan nama Bhumi Anjuk Ladang yaitu Tanah Kemenangan. Nganjuk juga dikenal dengan julukan Kota Angin. Geografi Kabupaten Nganjuk terletak antara 111o5' sampai dengan 112o13' BT dan 7o20' sampai dengan 7o59' LS. Luas Kabupaten Nganjuk adalah sekitar 122.433 km2 atau setara dengan 122.433 Ha terdiri dari atas: Tanah sawah 43.052 Ha Tanah kering 32.373 Ha Tanah hutan 47.007 Ha Topografi Secara topografi wilayah kabupaten ini terletak di dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman, baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat menunjang pertumbuhan ekonomi di bidang pertanian. Kondisi dan struktur tanah yang produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai Widas yang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan sungai Brantas yang mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha. Kabupaten Nganjuk identik dengan keberadaan Gunung Wilis sebab 2 puncak tertinggi pegunungan Wilis berada di Nganjuk tepatnya Puncak Liman di Desa Ngliman, Sawahan dan Puncak Limas di Desa Bajulan, Loceret. Terdapat 3 Kecamatan yang berada di lereng gunung wilis yakni Loceret, Ngetos dan Sawahan. Menurut Kementerian Pertanian (Kementan), Kabupaten Nganjuk menjadi salah satu daerah fokus pemerintah untuk menyerap bawang merah dan menjadi stok pemerintah tiap tahunnya. Daerah-daerah di Indonesia yang menjadi fokus penyerapan bawang merah adalah, Nganjuk, Brebes, Bima dan Solok. Sebagai sentra penghasil bawang merah terbesar di Jawa Timur dan salah satu fokus penyerapan bawang merah oleh pemerintah, bukan hal yang mengherankan bila di sebagian besar wilayah Nganjuk terutama Kecamatan Sukomoro ke Barat meliputi Kecamatan Gondang, Kecamatan Rejoso, Kecamatan Bagor, dan Kecamatan Wilangan banyak dijumpai orang menanam, memanen, menjemur, atau memperjualbelikan bawang merah. Bila mengunjungi Nganjuk atau bermaksud membeli bawang merah, pasar Sukomoro dapat menjadi pilihan utama, selain tentunya dengan berinteraksi langsung dengan petani lokal. Pasar Sukomoro yang terletak di Jalan Surabaya–Madiun, Kecamatan Sukomoro ini dikenal sebagai pasar yang fokus pada transaksi jual-beli bawang merah. Beberapa kecamatan yang menjadi penyuplai stok bawang merah di Pasar Sukomoro diantaranya adalah Kecamatan Rejoso, Kecamatan Gondang, Kecamatan Bagor, dan Kecamatan Wilangan. Iklim Wilayah Kabupaten Nganjuk beriklim tropis basah dan kering (Aw) yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson. Oleh karena iklimnya yang dipengaruhi angin muson, wilayah kabupaten ini mempunyai dua musim, yaitu musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat–barat laut dan musim kemarau yang dipengaruhi angin muson timur–tenggara. Periode musim kemarau di wilayah Nganjuk biasanya berlangsung pada bulan-bulan Juni–September yang ditandai dengan rata-rata curah hujan di bawah 100 mm per bulannya. Sementara itu, periode musim penghujan di daerah Nganjuk biasanya berlangsung pada bulan-bulan Desember–Maret dengan rata-rata curah hujan lebih dari 200 mm per bulan. Jumlah curah hujan di wilayah Kabupaten Nganjuk berada pada angka 1400–1900 mm per tahun dengan hari hujan ≥90 hari hujan per tahun. Suhu udara rata-rata di wilayah Nganjuk berada pada angka 21 °C–32 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini pun cukup tinggi yakni berkisar antara 67–84% per tahunnya. Sejarah Nganjuk berdasarkan Prasasti Anjuk Ladang dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi. Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul: ”Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”, penerbit Pustaka Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah Nganjuk. Apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4 daerah yaitu Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai Belanda dan kasultanan Yogyakarta kecuali Nganjuk yang merupakan mancanegara kasunanan Surakarta. Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 Juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk (Berbek, Kertosono dan Nganjuk ) tunduk di bawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Gouverment. Alur sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan kabupaten Berbek di bawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1. Di mana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati yaitu mulainya kedudukan ibu kota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk. Dalam Statsblad van Nederlansch Indie No.107, dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibu kota Toeloeng Ahoeng, Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono, antara lain disebutkan: III tot hoafdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de navalgende Wijken en kampongs: de Chineeshe Wijk de kampong Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong Kaoeman. Dengan ditetapkannya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa tersebut di atas menjadi ibu kota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat pemerintahan Kabupaten Berbek berkedudukan di Nganjuk. Peninggalan Bersejarah Prasasti Kinawe Prasasti anjuk ladang Prasasti Hering Candi Lor Candi Ngetos Monumen Dr. Sutomo Makam Kanjeng Jimat Masjid Yoni Al-Mubarok Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Kependudukan Berdasarkan data BPS, jumlah penduduk di Kabupaten Nganjuk sebanyak 1.017.030 dengan kurang lebih 36% penduduk tinggal di perkotaan dan sisanya 64% tinggal di pedesaan. Agama Mayoritas penduduk di Kabupaten Nganjuk memeluk agama Islam dan sisanya menganut agama Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghucu. Tokoh agama Islam dari Nganjuk yang terkenal yaitu Kiai Muzajjad atau dipanggil Mbah Jad. Ia adalah pengasuh Pesantren Tirakat. Kabupaten Nganjuk seperti tak pernah absen melahirkan orang-orang alim di setiap zaman. Etnis dan Bahasa Penduduk Nganjuk pada umumnya adalah etnis Jawa. Namun, terdapat minoritas etnis Tionghoa dan Arab yang cukup signifikan, Khususnya di kecamatan Nganjuk dan kecamatan Kertosono. Etnis Tionghoa, dan Arab umumnya tinggal di kawasan perkotaan, dan bergerak di sektor perdagangan dan jasa. Bahasa Jawa merupakan bahasa daerah yang digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Nganjuk. Pada sebagian besar wilayah Nganjuk, masyarakatnya merupakan penutur Dialek Mataraman dan dapat dikatakan bahwa Nganjuk adalah salah satu daerah paling timur yang masyarakatnya adalah penutur dialek Mataraman, namun ada sedikit perbedaan untuk beberapa wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Jombang, seperti Kecamatan Kertosono, Kecamatan Patianrowo, dan Kecamatan Jatikalen. Beberapa masyarakat di sana biasa menggunakan campuran antara Dialek Mataraman dan Jombang. Dialek ini merupakan dialek Bahasa Jawa yang mendapat pengaruh campuran antara Dialek Mataraman dan Arekan Jombang Pendidikan Terdapat beberapa perguruan tinggi di Nganjuk, antara lain: Negeri Politeknik Negeri Jember Kampus 3 Nganjuk Swasta Institut Teknologi Mojosari (ITM) dan Sekolah Tinggi Agama Islam KH. Zainuddin Mojosari (STAIZ) di kompleks pondok pesantren Mojosari, Desa Ngepeh, Kecamatan Loceret Institut Agama Islam Pangeran Diponegoro Nganjuk (IAI PD) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) dan Sekolah Tinggi Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Nganjuk yang dikelola Yayasan PGRI Nganjuk Sekolah Tinggi Teknologi (STT) Pomosda Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul 'Ula Kertosono (STAIM) Sekolah Tinggi Agama Islam Darussalam Krempyang (STAIDA) STIKES Satria Bhakti Nganjuk Akademi Kebidanan Wiyata Mitra Husada (AKBID Wimisada) Sekolah Tinggi Teologi Abdi Gusti - sekolah kekristenan di Desa Bajulan, Kecamatan Loceret Transportasi Nganjuk dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta dengan kode Jalan Nasional 15, serta menjadi persimpangan dengan jalur menuju Kediri. Kereta Api Terdapat dua stasiun kereta api utama di Kabupaten Nganjuk, yakni Stasiun Kertosono dan yang terletak di jalur kereta api utama seperti lintas selatan dan tengah Pulau Jawa serta beberapa stasiun kecil seperti Stasiun Baron, Stasiun Sukomoro, Stasiun Bagor dan Stasiun Wilangan yang keseluruhan berada di bawah naungan Kereta Api Daerah Operasi VII Madiun. Stasiun Kertosono merupakan satu-satunya stasiun di kabupaten Nganjuk yang memiliki kereta api lokal yang melintas setiap hari menuju Kota Surabaya maupun sebaliknya. Bus Antar Kota "TERMINAL TIPE A ANJUK LADANG NGANJUK" Terminal Anjuk Ladang Untuk Akses Transportasi Bus, terdapat Terminal Bus Utama yakni Terminal Bus Anjuk Ladang yang terletak di Kecamatan Nganjuk yang dapat diakses sekitar 1 Km dari Alun-Alun Nganjuk, Terminal Anjuk Ladang biasa melayani jalur bus jurusan Surabaya–Ngawi–Solo–Yogyakarta, Ponorogo, maupun tujuan Kediri / Blitar, dan Bojonegoro. Pariwisata Air terjun Sedudo Air terjun Singokromo Air Merambat Roro kuning Goa Margo Tresno Candi Ngetos Candi Lor Taman Wisata Anjuk Ladang Air Terjun Gedangan Air Terjun Sumber Manik Air Terjun Pring Jowo Air Terjun Tirto Panji Sendang Putri Wilis Air Terjun Selo Leter dan Air Terjun Watulumbung The Legend Waterpark Kertosono Bukit Surga di Bareng, Sawahan [Wisata Religi] Masjid Yoni Al-Mubarok, Berbek Kompleks Makam Kanjeng Jimat, Berbek Masjid Kagungan Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Pakuncen, Patianrowo Kompleks makam Tumenggung Kopek di Pakuncen, Patianrowo Makam Raden Tumenggung Sosrodiningrat Bupati Bojonegoro ke 12 di Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngluyu Makam Syekh Sulukhi di Wilangan Makam Ki Ageng Ngaliman di Ngliman, Sawahan Kompleks makam Sentono Kocek di Pace Tokoh Terkenal Tokoh-tokoh yang lahir di Nganjuk adalah: Dr. Soetomo, Pahlawan perintis kemerdekaan Indonesia, pendiri Boedi Oetomo yang merupakan organisasi modern pertama di Indonesia. Harmoko, Menteri Penerangan orde baru Eko Patrio, Politikus, Pelawak, Aktor, Presenter Eva Kusuma Sundari, Anggota DPR Periode 2009-2014 Sri Rahayu, Anggota DPR Periode 2009-2014 Shendy Puspa Irawati, Pemain bulu tangkis wanita dari Indonesia berpasangan dengan Fran Kurniawan Novita Anggraini, juara pertama KDI 5 Abdul Kohar, jurnalis senior, pembedah Editorial Media Indonesia, Wakil Pemimpin Redaksi Metro TV Eny Sagita, dinobatkan sebagai Duta Anti Narkoba oleh BNN Nganjuk pada 2014 Marsinah Pahlawan Buruh yang di makamkan di Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro Asrorun Ni’am Sholeh, ia adalah ulama dan akademisi Indonesia. Ia menjabat Deputi Bidang Pengembangan Pemuda Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Amir Murtono adalah Jenderal Indonesia selama rezim Orde Baru Suharto yang menjadi terkenal setelah menjabat sebagai Ketua Golkar dari tahun 1973 hingga tahun 1983 Widayat Djiang adalah salah satu dalang wayang kulit Peranakan Tionghoa-Jawa. Komjen.Pol. Purn. Dr. Drs. Arief Sulistyanto, M.Si Mantan Perwira Tinggi Polri yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Badan Pemeliharaan Dan Keamanan Polri. Kesenian Tradisional Tayub Wayang Timplong Tari Mung Dhe Jaranan Tari Salipuk Kuliner Nasi becek, sejenis gulai kambing yang memiliki rasa khas dengan penambahan irisan daun jeruk nipis. Dumbleg, sejenis dodol yang terbuat dari tepung ketan. Makanan ini hanya ada pada hari-hari tertentu di Pasar Gondang (tiap Pasaran Pon) dan Pasar Rejoso (tiap pasaran kliwon). Produsennya terletak di Dusun Ngemplak, Desa Gondangkulon, Kecamatan Gondang KALANAK Merupakan jajanan khas Desa Gondangkulon selain dumbleg. Cara pembuatan yang masih alami tanpa bahan pengawet dan dibungkus menggunakan pelepah pisang yang dikeringkan sehingga membuat daya tarik tersendiri dari jajanan ini. Kalanak terdiri dari dua varian rasa antara lain Kacang Hijau dan Kacang Kedelai. Onde-onde Njeblos, semacam onde-onde tetapi tidak berisi. Berbentuk seperti bola yang ditaburi wijen. Nasi Pecel: menu nasi dengan sayur (kulup) kangkung, toge, kacang panjang, kembang turi dll disiram dengan kuah sambal kacang dengan ciri khas pedas dan disertai tempe, tahu goreng serta rempeyek yang renyah. Nasi Pecel Tumpang, seperti halnya nasi pecel namun ada menu tambahan berupa sayur (sambal) tumpang, yg terbuat dari tempe "busuk" (tempe difermentasikan) yang dimasak dengan bumbu lain yang rasanya gurih dan pedas. Jika di Kediri khasnya sambal tumpang, dan di Madiun khasnya pecel. Maka di Nganjuk memadupadankan kedua makanan tersebut menjadi Nasi Pecel Tumpang. Kerupuk Upil, adalah kerupuk yang digoreng tanpa minyak tetapi menggunakan pasir. Tepo Mbah Umbruk, seperti lontong bungkusnya dari daun pisang bentuknya kerucut dan agak miring dengan sayur kacang panjang tetapi di ambil isinya atau disebut kacang tolo dan bumbu dan bahan bahan lain. Sampai saat ini pun, Tepo Mbah Umbruk bisa dinikmati. Kerupuk pecel adalah kerupuk bakar pasir / Kerupuk Upil yang dicampur dengan sayuran,yang terdiri dari capar (toge), bayam, bung (rebung), kenikir, mbayung (daun kacang) dan kacang panjang yang kemudian di siram dengan bumbu pecel dan minumnya adalah es rujak. Asem-asem Kambing Daun Kedondong Ngluyu. Sepintas mirip dengan gulai kambing, tapi ada beberapa jenis bumbu yang membedakannya, salah satunya adalah daun kedondong untuk membuat rasa asam, asem-asem khas Ngluyu memang tidak menggunakan buah asam, tetapi memakai daun kedondong. Selain itu, cara memasaknya juga menggunakan kayu bakar. Referensi Pranala luar Situs web resmi Kabupaten Nganjuk Nganjuk Nganjuk
4133
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Ngawi
Kabupaten Ngawi
Ngawi () adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah kecamatan Ngawi. Kabupaten Ngawi terletak di ujung barat Provinsi Jawa Timur, yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan, Kabupaten Blora (keduanya masuk wilayah Provinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Madiun di timur, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Madiun di selatan, serta Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar (Provinsi Jawa Tengah) di bagian barat. Etimologi Kata Ngawi merupakan turunan kata dalam bahasa Jawa Kuno yaitu awi yang berarti bambu. Kata awi kemudian memperoleh imbuhan Ng yang menandakan bahwa di daerah ini terdapat banyak pohon bambu. Seperti halnya dengan nama-nama di daerah-daerah lain yang banyak sekali nama-nama tempat (desa) yang dikaitkan dengan nama tumbuh-tumbuhan. Seperti Ngawi menunjukkan suatu tempat yang di sekitar pinggir Bengawan Solo dan Bengawan Madiun yang banyak ditumbuhi bambu. Sejarah Masa pemerintahan Kerajaan Majapahit Wilayah Ngawi telah menjadi bagian dari Kerajaan Majapahit pada tanggal 7 Juli 1358 M ketika Hayam Wuruk memerintah. Informasi ini disebutkan dalam Prasasti Canggu yang berangka tahun 1280 dalam kalender Saka. Status Ngawi pada masa ini adalah daerah otonom yang berbentuk desa dengan tugas utama mengelola penyeberangan di sungai. Hari Jadi Penelusuran Hari jadi Ngawi dimulai dari tahun 1975, dengan dikeluarkannya SK Bupati KDH Tk. II Ngawi Nomor Sek. 13/7/Drh, tanggal 27 Oktober 1975 dan nomor Sek 13/3/Drh, tanggal 21 April 1976. Ketua Panitia Penelitian atau penelusuran yang di ketuai oleh DPRD Kabupaten Dati II Ngawi. Dalam penelitian banyak ditemui kesulitan-kesulitan terutama narasumber atau para tokoh-tokoh masayarakat, namun mereka tetap melakukan penelitian lewat sejarah, peninggalalan purbakala dan dokumen-dokumen kuno. Di dalam kegiatan penelusuran tersebut dengan melalui proses sesuai dengan hasil sebagai berikut: Pada tanggal 31 Agustus 1830, pernah ditetapkan sebagai Hari Jadi Ngawi dengan Surat Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi tanggal 31 Maret 1978, Nomor Sek. 13/25/DPRD, yaitu berkaitan dengan ditetapkan Ngawi sebagai Order Regentschap oleh Pemerintah Hindia Belanda. Pada tanggal 30 September 1983, dengan Keputusan DPRD Kabupaten Dati II Ngawi nomor 188.170/2/1983, ketetapan diatas diralat dengan alasan bahwa tanggal 31 Agustus 1830 sebagai Hari Jadi Ngawi dianggap kurang Nasionalis, pada tanggal dan bulan tersebut justru dianggap memperingati kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda. Menyadari hal tersebut Pada tanggal 13 Desember 1983 dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi nomor 143 tahun 1983, dibentuk Panitia/Tim Penelusuran dan penulisan Sejarah Ngawi yang diktuai oleh Drs. Bapak Moestofa. Pada tanggal 14 Oktober di sarangan telah melaksanakan simposium membahas Hari Jadi Ngawi oleh Bapak MM.Soekarto K, Atmodjo dan Bapak MM. Soehardjo Hatmosoeprobo dengan hasil symposium tersebut menetapkan: Menerima hasil penelusuran Bapak Soehardjo Hatmosoeprobo tentang Piagam Sultan Hamengku Buwono tanggal 2 Jumadilawal 1756 Aj, selanjutkan menetapkan bahwa pada tanggal 10 November 1828 M, Ngawi ditetapkan sebagai daerah Narawita (pelungguh) Bupati Wedono Monco Negoro Wetan. Peristiwa tersebut merupakan bagian dari perjalanan Sejarah Ngawi pada zaman kekuasaan Sultan Hamengku Buwono. Menerima hasil penelitian Bapak MM. Soekarto K. Atmodjo tentang Prasasti Canggu tahun 1280 Saka pada masa pemerintahan Majapahit di bawah Raja Hayam Wuruk. Selanjutmya menetapkan bahwa pada tanggal 7 Juli 1358 M, Ngawi ditetapkan sebagai Naditirapradesa (daerah penambangan) dan daerah swatantra. Peristiwa tersebut merupakan Hari Jadi Ngawi sepanjang belum diketahui data baru yang lebih tua. Melalui Surat Keputusan nomor: 188.70/34/1986 tanggal 31 Desember 1986 DPRD Kabupaten Dati II Ngawi telah menyetujui tentang penetapan Hari Jadi Ngawi yaitu pada tanggal 7 Juli 1358 M. Dan ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati KDH Tk. II Ngawi No. 04 Tahun 1987 pada tanggal 14 Januari 1987. Namun Demikian tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penelusuran lebih lanjut serta menerima masukan yang berkaitan dengan sejarah Ngawi sebagai penyempurnaan di kemudian hari. Wilayah administratif Kabupaten Ngawi merupakan salah satu kabupaten di bagian barat Jawa Timur. Wilayah Kabupaten Ngawi berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Kabupaten Ngawi memiliki wilayah seluas 1.298,58 km2. Posisi Kabupaten Ngawi Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada titik koordinat 110°11’–111°40’ Bujur Timur dan 7°21’–7°31’ Lintang Selatan. Pada awal pembentukannya, Kabupaten Ngawi terbagi menjadi 17 kecamatan yang terbagi menjadi 213 desa dan 4 kelurahan. Lalu pada tahun 2004, jumlah kecamatan di Kabupaten Ngawi bertambah menjadi 19 kecamatan. Dua kecamatan baru ialah Kecamatan Kasreman adalah pemekaran dari Kecamatan Padas, sedangkan Kecamatan Gerih adalah pemekaran dari Kecamatan Geneng. Batas wilayah Kabupaten Ngawi berbatasan langsung dengan beberapa wilayah, yaitu: Geografi Wilayah Kabupaten Ngawi terbagi menjadi dataran tinggi dan dataran rendah. Wilayah dataran tinggi berada di kaki Gunung Lawu yang meliputi empat kecamatan yaitu Kecamatan Sine, Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal. Bagian lain yang termasuk dataran tinggi ialah kompleks Pegunungan Lawu di barat daya Kabupaten Ngawi. Sementara di bagian utara Kabupaten Ngawi merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng yang terdiri dari perbukitan. Sekitar 40 persen atau sekitar 558,4 km2 berupa lahan sawah. Iklim Iklim di Kabupaten Ngawi adalah iklim tropis. Suhu udara di wilayah Kabupaten Ngawi bervariasi sebagai akibat dari tingkat elevasi tanah, tetapi secara umum suhu udara di wilayah Kabupaten Ngawi berkisar antara 20°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi berkisar antara 68–85%. Wilayah Kabupaten Ngawi beriklim muson tropis (Am) berdasarkan klasifikasi iklim Koppen. Terdapat dua musim di wilayah ini yang dipengaruhi oleh pergerakan angin muson, yaitu musim kemarau yang dipengaruhi angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan musim penghujan yang dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat laut yang bersifat basah dan lembap. Musim kemarau di wilayah Ngawi berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sedangkan musim penghujan di wilayah ini berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah Januari dengan jumlah curah hujan bulanan lebih dari 280 mm per bulan. Curah hujan di wilayah Kabupaten Ngawi berkisar antara 1.500–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–140 hari hujan per tahun. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Transportasi Kabupaten Ngawi dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, jalur utama Cepu, Bojonegoro-Madiun dan menjadi gerbang utama Jawa Timur jalur tengah dan selatan. Kabupaten Ngawi juga sebagai tempat transit untuk kendaraan yang mengarah ke Bojonegoro (via Padangan) di utara atau ke Madiun/Magetan (via Geneng/Maospati) di selatan. Transportasi rel Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan (Bandung–Surabaya) dan tengah Jawa (Jakarta–Yogyakarta–Surabaya), namun tidak melewati ibu kota kabupaten. Stasiun kereta api terdapat di Geneng, Ngawi, Kedunggalar, dan Walikukun. Untuk Stasiun Ngawi sendiri tidak terletak di ibukota kabupaten, tetapi letak bangunan fisiknya ada di kecamatan Paron. Berikut adalah layanan kereta api yang berhenti normal sekaligus menaikturunkan para penumpang di Stasiun Ngawi dan Stasiun Walikukun: Lintas selatan Jawa Kereta api – relasi –– Kereta api – relasi – Kereta api – relasi Kiaracondong– Kereta api – relasi – Kereta api – relasi –Surabaya Gubeng–Ketapang Lintas tengah Jawa Kereta api – relasi –– Kereta api – relasi – Kereta api – relasi Pasar Senen– Kereta api – relasi Pasar Senen–Surabaya Gubeng Kereta api – relasi Pasar Senen– Lintas utara Jawa Kereta api – relasi –– Kereta api – relasi Pasar Senen–Semarang Tawang– Kereta api – relasi Pasar Senen–Semarang Tawang–Malang Transportasi darat Kabupaten Ngawi dilalui Jalan Raya Nasional 17 yang menghubungkan Yogyakarta dan Surakarta di barat dengan Caruban dan Surabaya di timur, serta Jalan Raya Nasional 30 yang menghubungkan Bojonegoro di utara dengan Madiun, Magetan dan Maospati di selatan. Angkutan Bus Antar Kota Antar Provinsi tersedia untuk tujuan kota-kota besar di Jawa seperti Yogyakarta, Jakarta, Semarang, dan Surabaya. Namun angkutan pedesaan penunjang dari dan menuju kecamatan di daerah barat daya seperti Kecamatan Sine dan Kecamatan Ngrambe menuju Kota Ngawi, terutama dari dan menuju Kecamatan Sine jumlah angkutannya masih terbatas. Kabupaten Ngawi juga termasuk daerah yang dilintasi Tol Trans Jawa, jalan tol yang menghubungkan Jakarta dengan Surabaya.Kabupaten Ngawi di Jawa Timur terhubung dengan Kota Surakarta di Jawa Tengah melalui Tol Solo-Ngawi. Panjang jalan tol ini adalah 90 km dan selesai dibangun pada tanggal 29 Maret 2018. Dari Kota Surakarta, jalan tol terhubung ke Kabupaten Boyololali, Kabupaten Karanganyar, Kabupaten Sragen hingga ke Kabupaten Ngawi. Perhubungan Kabupaten Ngawi juga ada yang ke wilayah lain di Jawa Timur yaitu Tol Ngawi-Kertosono. Panjang jalan tol ini adalah 87, 02 km dan menghubungkan Kabupaten Ngawi hingga ke Kecamatan Kertosono. Komoditas Jeruk Kabupaten Ngawi mengadakan budidaya jeruk dari dua varietas, yaitu jeruk siam dan jeruk pomelo. Jeruk siam dibudidayakan di 11 kecamatan. Sedangkan jeruk pomelo dibudidayakan di 13 kecamatan. Tiga kecamatan dengan produksi jeruk siam yang terbanyak adalah Kecamatan Kedunggalar, Kecamatan Karanganyar dan Kecamatan Jogorogo. Sementara kecamatan dengan produksi jeruk pamelo yang terbanyak adalah Kecamatan Paron, Kecamatan Kedunggalar dan Kecamatan Ngawi. Referensi Pranala luar Portal Kabupaten Ngawi Ngawi Ngawi
4134
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Pacitan
Kabupaten Pacitan
Pacitan () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Pacitan Kota. Pada zaman Hindia-Belanda, daerah ini disebut Kawedanan Pacitan yang terkenal dengan tujuan wisatanya. Di sini terdapat rumah kelahiran/peninggalan Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Presiden ke-6 Republik Indonesia. Jalur menuju Pacitan dapat ditempuh melalui Ponorogo, Wonogiri dan Trenggalek, yang juga merupakan Jalan Lintas Selatan yang menghubungkan Pacitan hingga Tulungagung dan Blitar. Sejarah Menurut Babad Pacitan dan sebuah babad yang diterbitkan di Poesaka Djawi, pada masa Demak paruh pertama abad ke-16, wilayah Pacitan merupakan bagian dari Ponorogo. Dikisahkan di dalam babad tersebut bahwa orang-orang Pacitan mungkin berasal dari rombongan Bathara Katong yang diberi izin menempati daerah Pacitan. Daerah tersebut pada masa itu merupakan wilayah tak berpenghuni dan ditutupi oleh hutan belantara. Lebih lanjut, dikisahkan bahwa orang-orang pertama yang disebut sebagai pembuka hutan atau pembabat alas bernama Kiai Siti Geseng, Kiai Ampak Boyo, Ménak Sopal, dan Syekh Maulana Maghribi. Geografi Kabupaten Pacitan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di pesisir selatan Jawa Timur. Lokasinya berada di paling ujung barat daya Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan Jawa Tengah, tepatnya Kabupaten Wonogiri. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) di sebelah utara, Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Ponorogo di sebelah timur, Samudera Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) di sebelah barat. Sebagian besar wilayahnya berupa karst, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Sewu. Tanah tersebut kurang cocok untuk pertanian. Pacitan juga dikenal memiliki gua-gua yang indah, diantaranya Gua Gong, Gua Tabuhan (batu dapat dipukul dan berbunyi seperti alat musik gamelan), Gua Kalak (gua pertapaan), dan Gua Luweng Jaran (diduga sebagai kompleks gua terluas di Asia Tenggara). Di daerah pegunungan ini sering kali ditemukan fosil manusia purba dan alat-alat purbakala. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Pariwisata Pacitan dikenal dengan nama Tempat Pariwisata atau Seribu Gua karena kekayaan dan keindahan alam Pacitan. Pariwisata di Pacitan terdiri dari wisata gua, wisata pantai, wisata pegunungan (hiking), wisata sejarah, wisata pemandian alam dan saat ini sedang dalam tahap penyelesaian kawasan olahraga yang nantinya bisa menjadi salah satu alternatif tempat yang bisa dikunjungi di Pacitan. Wisata gua yang terkenal di Pacitan di antaranya Gua Gong yang ternama sebagai gua terindah se-Asia Tenggara, Gua Kalak di mana konon mantan Presiden Soeharto pernah melakukan semadi di gua ini, Gua Tabuhan di mana Ali Basah Sentot Prawirodirjo pernah melakukan semadi di dalam gua ini dan batu di dalam gua ini jika dipukul akan membunyikan suara seperti alat musik gamelan Jawa, dan Gua Luweng Jaran. Pemandian Air Hangat Tirtohusodo berada di Kecamatan Arjosari, sekitar 15 km dari Kota Pacitan ke arah utara, di sini menyuguhkan pesona mandi di bawah kaki Gunung Kelir dengan air panas alami. Fasilitas di pemandian ini pun cukup lengkap seperti villa, toko cenderamata, kantin atau rumah makan, parkir luas Monumen Jenderal Sudirman berada di Kecamatan Nawangan, sekitar 45 km dari Kota Pacitan. Monumen ini berdiri megah di atas gunung dan telah diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Di sini masih dapat kita lihat rumah yang digunakan Jenderal Sudirman ketika melakukan perang gerilya. Rumah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, terletak di Lingkungan Blumbang, Kelurahan Ploso berjarak 200 meter dari Terminal Kelas A Kota Pacitan atau sekitar 1 km dari Kota Pacitan. Selain itu, Pacitan juga terkenal akan wisata pantai yang beragam. Pantai dengan pasir putih dan pemandangan batu karang meliputi Pantai Watu Karung, Srau, Pantai Klayar dan Pantai Kasap bisa menjadi pilihannya. Ada juga Pantai Teleng Ria yang mudah diakses karena hanya berjarak sekitar 3 km dari Kota Pacitan. Pantai lain yang bisa dikunjungi seperti Pantai Soge yang terkenal dengan jembatan, Pantai Taman di mana di sana terdapat penangkaran penyu, Pantai Sidomulyo dengan flying fox terpanjang se-Indonesia, Pantai Banyutibo dengan pemandangan air terjun yang langsung menuju ke pantai, dan lain-lain. Berikut daftar wisata pantai di Pacitan. Pantai Pangasan Berada di Kebunagung Ekonomi Kondisi geografis Pacitan yang sebagian besar berbukit tandus menyebabkan daerah ini kurang cocok untuk bercocok tanam padi sehingga ketela pohon atau singkong menjadi alternatif sejak dahulu. Hasil pertanian utama Pacitan adalah padi, singkong, cengkih, kelapa, dan kakao yang baru dibudidayakan beberapa tahun terakhir. Potensi bahan tambang juga cukup besar di kawasan Pacitan. Kerajinan batu akik yang terpusat di kawasan Donorojo, sedikit banyak telah menyumbang nilai penting bagi Pacitan. Industri Di Pacitan telah terdapat beberapa sentra industri yaitu industri rokok milik perusahan rokok Sampoerna, dan perusahan rokok Sukses. Industri lainnya adalah berdirinya pabrik timah di daerah Arjosari, pabrik triplek di Widoro, pabrik woodboard di Arjosari. Selain itu, dibangun juga Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan daya 2 X 315 MW yang berlokasi di Teluk Bawur, Sudimoro yang diresmikan oleh Presiden SBY pada tanggal 16 Oktober 2013. Pendidikan Perguruan tinggi Ma'had Aly Attarmasi, merupakan lembaga pendidikan yang berbasis pondok yang mengkaji karya-karya ulama klasik yang bersumber dari kitab kuning, bertempat di komplek Lembaga Vokasional Pondok Tremas, berdiri sejak tahun 2008 Akademi Komunitas Negeri Pacitan, perguruan tinggi negeri pertama di Pacitan yang diresmikan oleh Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono, pada 16 Oktober 2013 STKIP PGRI Pacitan, perguruan tinggi swasta di Pacitan dengan program studi di bidang kependidikan, berdiri secara resmi pada tanggal 22 Juni 1992. Institut Islam Studies Muhammadiyah Pacitan, dahulu bernama STIT Muhammadiyah Pacitan yang berdiri sejak 11 Maret 1989 STAI Nahdlatul Ulama Pacitan, berdiri sejak 01 Maret 2009 STAI Al-Fattah Pacitan, berdiri sejak 27 Januari 2012 Kuliner khas Berikut beberapa kuliner khas Pacitan: Nasi Tiwul Kupat Tahu Putri Gunung Sayur Kalakan Punten Cenil Tahu Tuna Makanan khas Pacitan adalah nasi tiwul, bahkan penganan ini dahulu merupakan makanan pokok pengganti nasi bagi masyarakat Pegunungan Kidul seperti Wonogiri, Wonosari, Pacitan, dan Trenggalek. Nasi tiwul terbuat dari gaplek (umbi dari ketela pohon yang dikeringkan) yang kemudian ditumbuk dan ditanak. Selain itu, makanan Khas dari Pacitan adalah olahan khas dari ikan tuna yang dibuat tahu, nuget, otak-otak, kerupuk, bakso, pangsit, dan berbagai olahan lainnya. Media Televisi terestrial Transportasi Ibu kota Kabupaten Pacitan terletak 101 km sebelah selatan Kota Madiun dan 140 km sebelah selatan Kota Ngawi. Terminal utama adalah Terminal Kelas A Pacitan. Akses jalan timur (dari Ponorogo & Madiun) pada awal tahun 2014 sudah cukup baik dan lebar, sementara akses jalan barat ke arah Jawa Tengah ada 2 pilihan, yaitu melewati jalur selatan dengan rute lebih panjang namun jalan relatif lebar atau melewati rute Sedeng dengan jarak tempuh lebih pendek, tetapi harus melewati tanjakan Sedeng barat (desa Sedeng) yang cukup tajam, sehingga bus besar tidak bisa melewati jalur ini. Namun, saat ini telah dibangun jalur alternatif Lintas Selatan yang melewati wilayah bagian selatan Kabupaten Pacitan ke arah timur, yang menghubungkan Pacitan dengan Kabupaten Trenggalek, melalui jalur Pacitan Kota-Kebonagung-Tulakan–Lorok–Sudimoro–Panggul (wilayah. Kabupaten Trenggalek) serta menghubungkan jalur Yogyakarta–Pracimantoro–Pacitan Rute terjauh dari akses jalur timur adalah ke Surabaya yang dilayani bus besar patas AC, tetapi dalam satu hari ada tiga kali pemberangkatan dari dan ke Pacitan, serta ada beberapa agen travel yang melayani perjalanan dua kali dalam sehari. Rute selanjutnya adalah Ponorogo–Pacitan dilayani bus 3/4, armada tipe ini cukup banyak sehingga dalam sehari lebih dari 5 pemberangkatan bus dari Terminal Kelas A Pacitan. Rute barat (ke Surakarta) dilayani bus AKAP dengan jumlah yang cukup banyak, tetapi hanya beroperasi dari jam 03.00 hingga 18.00. Untuk rute barat yang lewat Sedeng hanya dilayani kendaraan umum tipe kecil seperti colt dan carry dengan pemberhentian terakhir di Kecamatan Punung. Tokoh terkenal Muhammad Mahfudz at-Tarmasi adalah seorang ulama dibidang fikih, ushul fiqh, hadis dan qira'at dan juga pengajar di Masjidil Haram. Susilo Bambang Yudhoyono Mantan Presiden Indonesia (2004-2014) Haryono Suyono Mantan menteri BKKBN. Bambang Dwi Hartono (Mantan Wali kota dan Mantan Wakil Kota Surabaya / Calon Gubernur Jawa Timur Tahun 2013) Sudijono Sastroatmodjo (Mantan Rektor Universitas Negeri Semarang / Calon Gubernur Jawa Tengah Tahun 2013) Budi Hardjono (Politikus / Mantan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia) Nursuhud (Anggota DPR RI 2009-2014) J.F.X. Hoery (Penulis) Sutarto Alimoeso (Kepala Bulog) Referensi Daftar pustaka Pranala luar Pacitan Pacitan
4135
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Pamekasan
Kabupaten Pamekasan
Pamekasan (Hanacaraka: ꦥꦩꦼꦏꦱꦤ꧀, Pegon: ڤامۤكاسان, cara pengucapan; [paˈməkːasan]) adalah sebuah wilayah kabupaten di Pulau Madura. Kabupaten ini juga terletak di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Pamekasan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur. Kabupaten Pamekasan merupakan kabupaten termaju di Pulau Madura dilihat dari segi infrastruktur dan angka kemiskinan yg paling kecil di Pulau Madura. Kabupaten Pamekasan terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas 178 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahannya ada di Kecamatan Pamekasan. Ada rencana pemindahan ibukota ke kecamatan Waru sebagai pusat pemerintah Kabupaten Pamekasan. Geografi Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kabupaten di kawasan Madura yang terletak di perlintasan jalur jaringan jalan Sampang-Sumenep. Luas wilayah Kabupaten Pamekasan 79.230 Ha, terdiri dari 13 Kecamatan dan 189 Desa. Secara garis besar wilayah Kabupaten Pamekasan terdiri dari dataran rendah pada bagian selatan dan dataran tinggi di wilayah tengah dan utara dengan kemiringan lahan tidak lebih rendah dari 2%. Secara astronomis Kabupaten Pamekasan berada pada 6°51'–7°31' Lintang Selatan dan 113°19'–113°58' Bujur Timur. Batas Wilayah Topografi Kondisi topografi Kabupaten Pamekasan didasarkan atas ketinggian dan kelerangan, di mana ditinjau dari kondisi topografi ini Kabupaten Pamekasan terletak di ketinggian 0-340 meter di atas permukaan laut. Wilayah tertinggi yaitu Kecamatan Pegantenan yang berada pada ketinggian 312 meter di atas permukaan laut, sedangkan wilayah terendah yaitu Kecamatan Galis berada pada ketinggian 6 meter di atas permukaan laut. Untuk kemiringan wilayah Kabupaten Pamekasan terbagi atas empat karakteristik, yaitu: Kelerangan 0-15 % merupakan daerah datar sampai landai, penyebarannya meliputi seluruh kecamatan di Kabupaten Pamekasan dengan luas daerah ±59.964 Ha, dengan luasan tersebar adalah di Kecamatan Pademawu yaitu seluas 7.189 Ha Kelerangan 15-25 %, merupakan daerah miring sampai berbukit, penyebarannya meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Pamekasan dengan luas daerah ±14.094 Ha, dengan luasan tersebat adalah di Kecamatan Batumarmar yaitu seluas 5.611 Ha Kelerangan 25-40 %, merupakan daerah berbukit sampai curam, penyebarannya hanya meliputi tujuh kecamatan di Kabupaten Pamekasan dengan luas daerah ± 2.383 Ha, dengan luasan tersebar adalah Kecamatan Kadur seluas 638 Ha Kelerengan 40 %, merupakan daerah sangat curam, penyebarannya hanya pada enam kecamatan di Kabupaten Pamekasan dengan luas daerah ±2.789 Ha dengan luasan terbesar berada di Kecamatan Kadur seluas 956 Ha. Hidrologi Kabupaten Pamekasan memiliki 21 buah sungai dengan sungai terpanjang yaitu sungai Samadjid. Pola aliran sungai yang terdapat di Kabupaten Pamekasan merupakan sumber air permukaan mengikuti pola aliran sungai sejajar teranyam, berkelok putus, cagar alam bersifat tetap, sementara, dan berkala. Untuk panjang sungai yang ada tersebut berkisar antara 2–12 km yang terpanjang adalah Sungai Samadjid dan yang terpendek adalah Sungai Bringin dan Sungai Dingin dengan panjang 2 km. Iklim Wilayah Kabupaten Pamekasan memiliki suhu udara antara 21°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi berkisar antara 72%–84%. Kabupaten Pamekasan beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim hujan yang berlangsung pada periode Desember–April dengan bulan terbasah adalah bulan Januari dan musim kemarau yang berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Curah hujan tahunan di wilayah Pamekasan berkisar antara 1.200–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80–120 hari hujan per tahun. Sejarah Kemunculan sejarah pemerintahan lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke-15 berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sunoyo yang mulai merintis pemerintahan lokal di daerah Proppo atau Parupuk. Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan, Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura di Sumenep yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh raja Kertanegara. Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Istilah Pamekasan sendiri baru dikenal pada sepertiga abad ke-16, ketika Ronggosukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehingga terjadi perubahan nama wilayah ini. Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya. Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad ke-15, tidak dapat disangkal bahwa kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bisa dimungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri telah sibuk dengan upaya mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya yang sangat besar, apalagi saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra. Sedangkan pada kehidupan masyarakat Madura sendiri, tampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis. Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-islam. Tulisan-tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan Bahasa Belanda dan kemudian mulai diterjemahkan atau ditulis kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun lontar atau Layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas. Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggosukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja Pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan Se Jimat, yaitu jalan-jalan di Alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan Masjid Jamik Pamekasan. Namun, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan. Bahkan zaman pemerintahan Ronggosukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggosukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Aresbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan Hari Jadi Kota Pamekasan. Terungkapnya sejarah pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invansi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal dibawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh Sarjana barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigeaud tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Benda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit, termasuk juga beberapa karya penelitian lainnya yang menceritakan sejarah Madura. Masa-masa berikutnya yaitu masa-masa yang lebih cerah sebab telah banyak tulisan berupa hasil penelitian yang didasarkan pada tulisan-tulisan sejarah Madura termasuk Pamekasan dari segi pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan agama, mulai dari masuknya pengaruh Mataram khususnya dalam pemerintahan Madura Barat (Bangkalan dan Pamekasan), masa campur tangan pemerintahan Belanda yang sempat menimbulkan pro dan kontra bagi para Penguasa Madura, dan menimbulkan peperangan Pangeran Trunojoyo dan Ke’ Lesap, dan terakhir pada saat terjadinya pemerintahan kolonial Belanda di Madura. Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda inilah, tampaknya Pamekasan untuk perkembangan politik nasional tidak menguntungkan, tetapi disisi lain, para penguasa Pamekasan seperti diibaratkan pada pepatah Buppa’, Babu’, Guru, Rato telah banyak dimanfaatkan oleh pemerintahan Kolonial untuk kerentanan politiknya. Hal ini terbukti dengan banyaknya penguasa Madura yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk memadamkan beberapa pemberontakan di Nusantara yang dianggap merugikan pemerintahan kolonial dan penggunaan tenaga kerja Madura untuk kepentingan perkembangan ekonomi Kolonial pada beberapa perusahaan Barat yang ada didaerah Jawa, khususnya Jawa Timur bagian timur (Karisidenan Basuki). Tenaga kerja Madura dimanfaatkan sebagai tenaga buruh pada beberapa perkebunan Belanda. Orang-orang Pamekasan sendiri pada akhirnya banyak hijrah dan menetap di daerah Bondowoso. Walaupun sisi lain, seperti yang ditulis oleh peneliti Belanda masa Hindia Belanda telah menyebabkan terbukanya Madura dengan dunia luar yang menyebabkan orang-orang kecil mengetahui system komersialisasi dan industrialisasi yang sangat bermanfaat untuk gerakan-gerakan politik masa berikutnya dan muncul kesadaran kebangsaan, masa Hindia Belanda telah menorehkan sejarah tentang pedihnya luka akibat penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing. Memberlakukan dan perlindungan terhadap system apanage telah membuat orang-orang kecil di pedesaan tidak bisa menikmati hak-haknya secara bebas. Begitu juga ketika politik etis diberlakukan, rakyat Madura telah diperkenalkan akan pentingnya pendidikan dan industri, tetapi disisi lain, keuntungan politik etis yang dinikmati oleh rakyat Madura termasuk Pamekasan harus ditebus dengan hancurnya ekologi Madura secara berkepanjangan, atau sedikitnya sampai masa pemulihan keadaan yang dipelopori oleh Residen R. Soenarto Hadiwidjojo. Bahwa pencabutan hak apanage yang diberikan kepada para bangsawan dan raja-raja Madura telah mengarah kepada kehancuran prestise pemegangnya yang selama beberapa abad disandangnya. Perkembangan Pamekasan, walaupun tidak terlalu banyak bukti tertulis berupa manuskrip ataupun inskripsi tampaknya memiliki peran yang cukup penting pada pertumbuhan kesadaran kebangsaan yang mulai berkembang di negara kita pada zaman Kebangkitan dan Pergerakan Nasional. Banyak tokoh-tokoh Pamekasan yang kemudian bergabung dengan partai-partai politik nasional yang mulai bangkit seperti Sarikat Islam dan Nahdatul Ulama diakui sebagai tokoh nasional. Kita mengenal Tabrani, sebagai pencetus Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang mulai dihembuskan pada saat terjadinya Kongres Pemuda pertama pada tahun 1926, namun terjadi perselisihan paham dengan tokoh nasional lainnya di kongres tersebut. Pada Kongres Pemuda kedua tahun 1928 antara Tabrani dengan tokoh lainnya seperti Mohammad Yamin sudah tidak lagi bersilang pendapat. Pergaulan tokoh-tokoh Pamekasan pada tingkat nasional baik secara perorangan ataupun melalui partai-partai politik yang bermunculan pada saat itu, ditambah dengan kejadian-kejadian historis sekitar persiapan kemerdekaan yang kemudian disusul dengan tragedi-tragedi pada zaman pendudukan Jepang ternyata mampu mendorong semakin kuatnya kesadaran para tokoh Pamekasan akan pentingnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang kemudian bahwa sebagian besar rakyat Madura termasuk Pamekasan tidak bisa menerima terbentuknya negara Madura sebagai salah satu upaya Pemerintahan Kolonial Belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Melihat dari sedikitnya, bahkan hampir tidak ada sama sekali prasasti maupun inskripsi sebagai sumber penulisan ini, maka data-data ataupun fakta yang digunakan untuk menganalisis peristiwa yang terjadi tetap diupayakan menggunakan data-data sekunder berupa buku-buku sejarah ataupun Layang Madura yang diperkirakan memiliki kaitan peristiwa dengan kejadian sejarah yang ada. Selain itu diupayakan menggunakan data primer dari beberapa informan kunci yaitu para sesepuh Pamekasan. Pemerintahan Bupati Bupati Pamekasan saat ini dijabat oleh Baddrut Tamam, didampingi wakil bupati, Fattah Jasin. Sebelumnya, Baddrut berpasangan dengan Raja'e, dan merupakan pemenang pada pemilihan umum bupati Pamekasan tahun 2018. Akan tetapi, Raja'e meninggal dunia pada Desember 2020. Kemudian, Fattah Jasin menjadi wakil bupati selanjutnya, setelah disetujui oleh mayoritas anggota DPRD Pamekasan pada akhir Maret 2022. Pada 30 Mei 2022, Fattah dilantik oleh gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, di Gedung Negara Grahadi Kota Surabaya, menjadi wakil bupati Pamekasan. Dewan Perwakilan Kecamatan Pendidikan Selain dikenal Kota Batik dan Gerbang Salam. Kabupaten Pamekasan juga dinobatkan sebagai Kabupaten Pendidikan dikarenakan banyaknya lembaga pendidikan mulai dari Tingkat Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Predikat Kabupaten Pamekasan sudah diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Moh. Nuh pada akhir tahun 2012 lalu, sejak saat itulah Kabupaten pamekasan secara resmi mendeklarasikan diri menjadi kabupaten Pendidikan. Beberapa perguruan tinggi yang ada di Pamekasan, seperti Institut Agama Islam Negeri Madura (IAIN Madura), Universitas Madura, Universitas Islam Madura Pamekasan, dan lainnya. Jumlah perguruan tinggi di Pamekasan di bawah naungan Kementerian Pendidikan sebanyak 4 perguruan tinggi swasta, sementara dibawah naungan Kementerian Agama, ada 11 perguruan tinggi, 1 negeri dan 10 swasta. Referensi Pranala luar Pamekasan Pamekasan
4136
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Pasuruan
Kota Pasuruan
Pasuruan (, Péghu: ڤاسوروواْن; Alfabét Bhâsa Madhurâ: Phêsoroan) adalah sebuah kota yang berada di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kota Pasuruan terletak 60 km sebelah tenggara Kota Surabaya, ibu kota provinsi Jawa Timur dan 355 km sebelah barat laut Kota Denpasar, Bali. Seluruh wilayah Kota Pasuruan berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan. Sejarah Pasuruan adalah sebuah kota pelabuhan kuno. Pada zaman Kerajaan Airlangga, Pasuruan sudah dikenal dengan sebutan "Paravan". Pada masa lalu, daerah ini merupakan pelabuhan yang ramai, yang dikenal sebagai "Tanjung Tembikar". Letak geografisnya yang strategis menjadikan Pasuruan sebagai pelabuhan transit dan pasar perdagangan antar pulau serta antar negara. Banyak bangsawan dan saudagar kaya yang menetap di Pasuruan untuk melakukan perdagangan. Hal ini membuat kemajemukan bangsa dan suku bangsa di Pasuruan terjalin dengan baik dan damai. Pasuruan dahulu disebut Gembong dan merupakan daerah yang cukup lama dikuasai oleh raja-raja Jawa Timur yang beragama Hindu. Pada dasawarsa pertama abad XVI, yang menjadi raja di Gamda (Pasuruan) adalah Pate Supetak, yang dalam babad Pasuruan disebutkan sebagai pendiri ibu kota Pasuruan. Menurut kronik Jawa tentang penaklukan oleh Sultan Trenggono dari Demak, Pasuruan berhasil ditaklukan pada tahun 1545. Sejak saat itu Pasuruan menjadi kekuatan Islam yang penting di ujung timur Jawa. Pada tahun-tahun berikutnya terjadi perang dengan kerajaan Blambangan yang masih beragama Hindu-Budha. Pada tahun 1601 ibu kota Blambangan dapat direbut oleh Pasuruan. Pada tahun 1617-1645 yang berkuasa di Pasuruan adalah seorang Tumenggung dari Kapulungan yakni Kiai Gede Kapoeloengan yang bergelar Kiai Gedee Dermoyudho I. Berikutnya Pasuruan mendapat serangan dari Kertosuro sehingga Pasuruan jatuh dan Kiai Gedee Kapoeloengan melarikan diri ke Surabaya hingga meninggal dunia dan dimakamkan di Pemakaman Bibis (Surabaya). Selanjutnya yang menjadi raja adalah putra Kiai Gedee Dermoyudho I yang bergelar Kiai Gedee Dermoyudho II (1645-1657). Pada tahun 1657 Kiai Gedee Dermoyudho II mendapat serangan dari Mas Pekik (Surabaya), sehingga Kiai Gedee Dermoyudho II meninggal dan dimakamkan di Kampung Dermoyudho, Kelurahan Purworejo, Kota Pasuruan. Mas Pekik memerintah dengan gelar Kiai Dermoyudho (III) hingga meninggal dunia pada tahun 1671 dan diganti oleh putranya, Kiai Onggojoyo dari Surabaya (1671-1686). Kiai Onggojoyo kemudian harus menyerahkan kekuasaanya kepada Untung Suropati. Untung Suropati adalah seorang budak belian yang berjuang menentang Belanda, pada saat itu Untung Suropati sedang berada di Mataram setelah berhasil membunuh Kapten Tack. Untuk menghindari kecurigaan Belanda, pada tanggal 8 Februari 1686, Pangeran Nerangkusuma yang telah mendapat restu dari Amangkurat I (Mataram) memerintahkan Untung Suropati berangkat ke Pasuruan untuk menjadi adipati (raja) dengan menguasai daerah Pasuruan dan sekitarnya. Untung Suropati menjadi raja di Pasuruan dengan gelar Raden Adipati Wironegoro. Selama 20 tahun pemerintahan Suropati (1686-1706) dipenuhi dengan pertempuran-pertempuran melawan tentara Kompeni Belanda. Namun demikian dia masih sempat menjalankan pemerintahan dengan baik serta senantiasa membangkitkan semangat juang pada rakyatnya. Pemerintah Belanda terus berusaha menumpas perjuangan Untung Suropati, setelah beberapa kali mengalami kegagalan. Belanda kemudian bekerja sama dengan putra Kiai Onggojoyo yang juga bernama Onggojoyo untuk menyerang Untung Suropati. Mendapat serangan dari Onggojoyo yang dibantu oleh tentara Belanda, Untung Suropati terdesak dan mengalami luka berat hingga meninggal dunia (1706). Belum diketahui secara pasti dimana letak makam Untung Suropati, namun dapat ditemui sebuah petilasan berupa gua tempat persembunyiannya pada saat dikejar oleh tentara Belanda di suatu dukuh bernama Mancilan, Kota Pasuruan. Sepeninggal Untung Suropati kendali kerajaan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Rakhmad yang meneruskan perjuangan sampai ke timur dan akhirnya gugur di medan pertempuran (1707). Onggojoyo yang bergelar Dermoyudho (IV) kemudian menjadi Adipati Pasuruan (1707). Setelah beberapa kali berganti pimpinan pada tahun 1743 Pasuruan dikuasai oleh Raden Ario Wironegoro. Pada saat Raden Ario Wironegoro menjadi Adipati di Pasuruan, yang menjadi patihnya adalah Kiai Ngabai Wongsonegoro. Suatu ketika Belanda berhasil membujuk Patih Kiai Ngabai Wongsonegoro untuk menggulingkan pemerintahan Raden Ario Wironegoro. Raden Ario dapat meloloskan diri dan melarikan diri ke Malang. Sejak saat itu seluruh kekuasaan di Pasuruan dipegang oleh Belanda. Belanda menganggap Pasuruan sebagai kota bandar yang cukup penting sehingga menjadikannya sebagai ibu kota karesidenan dengan wilayah: Kabupaten Malang, Kabupaten Probolinggo, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Bangil. Karena jasanya terhadap Belanda, Kiai Ngabai Wongsonegoro diangkat menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Tumenggung Nitinegoro. Kiai Ngabai Wongsonegoro juga diberi hadiah seorang putri dari selir Kanjeng Susuhunan Pakubuono II dari Kertosuro yang bernama Raden Ayu Berie yang merupakan keturunan dari Sunan Ampel, Surabaya. Pada saat dihadiahkan, Raden Ayu Berie dalam keadaan hamil, dia kemudian melahirkan seorang bayi laki-laki yang bernama Raden Groedo. Saat Kiai Ngabai Wongsonegoro meninggal dunia, Raden Groedo yang masih berusia 11 tahun menggantikan kedudukannya menjadi Bupati Pasuruan dengan gelar Kiai Adipati Nitiadiningrat (Berdasarkan Resolusi tanggal 27 Juli 1751). Adipati Nitiadiningrat menjadi Bupati di Pasuruan selama 48 tahun (hingga 8 November 1799). Adipati Nitiadiningrat (I) dikenal sebagai Bupati yang cakap, teguh pendirian, setia kepada rakyatnya, namun pandai mengambil hati Pemerintah Belanda. Karya besarnya antara lain mendirikan Masjid Agung Al Anwar bersama-sama Kiai Hasan Sanusi (Mbah Slagah). Raden Beji Notokoesoemo menjadi bupati menggantikan ayahnya sesuai Besluit tanggal 28 Februari 1800 dengan gelar Toemenggoeng Nitiadiningrat II. Pada tahun 1809, Toemenggoeng Nitiadiningrat II digantikan oleh putranya yakni Raden Pandjie Brongtokoesoemo dengan gelar Raden Adipati Nitiadiningrat III. Raden Adipati Nitiadiningrat III meninggal pada tanggal 30 Januari 1833 dan dimakamkan di belakang Masjid Al Anwar. Penggantinya adalah Raden Amoen Raden Tumenggung Ario Notokoesoemo dengan gelar Raden Tumenggung Ario Nitiadiningrat IV yang meninggal dunia tanggal 20 Juli 1887. Kiai Nitiadiningrat I sampai Kiai Nitiadiningrat IV lebih dikenal oleh masyarakat Pasuruan dengan sebutan Mbah Surga-Surgi. Pemerintahan Pasuruan sudah ada sejak Kiai Dermoyudho I hingga dibentuknya Residensi Pasuruan pada tanggal 1 Januari 1901. Sedangkan Kotapraja (Gementee) Pasuruan terbentuk berdasarkan Staatblat 1918 No.320 dengan nama Stads Gemeente Van Pasoeroean pada tanggal 20 Juni 1918. Sejak tanggal 14 Agustus 1950 dinyatakan Kotamadya Pasuruan sebagai daerah otonom yang terdiri dari desa dalam 1 kecamatan. Pada tanggal 21 Desember 1982 Kotamadya Pasuruan diperluas menjadi 3 kecamatan dengan 19 kelurahan dan 15 desa. Pada tanggal 12 Januari 2002 terjadi perubahan status desa menjadi kelurahan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2002, dengan demikian wilayah Kota Pasuruan terbagi menjadi 34 kelurahan. Berdasarkan UU no.22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah terjadi perubahan nama dari kotamadya menjadi kota maka Kotamadya Pasuruan berubah menjadi Kota Pasuruan. Geografi Secara astronomis, Kota Pasuruan terletak pada 112°45′–112°55′ Bujur Timur dan 7°35′–7°45′ Lintang Selatan. Kota ini hanya berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasuruan di sisi barat, selatan, dan timur serta Selat Madura di sisi utara. Topografi Seluruh wilayah Kota Pasuruan merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 4 meter di atas permukaan laut dan topografinya pun sangat landai dengan kemiringan 0 – 1% dari selatan ke utara. Wilayahnya yang rendah dan menjadi hilir Sungai Gembong menjadikan kota ini sering dilanda banjir di saat musim penghujan tiba.</ref> Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kota Pasuruan masuk dalam kategori iklim tropis yang cenderung agak kering (Aw). Periode musim kemarau berlangsung sejak awal bulan Mei hingga pertengahan bulan November. Sementara itu, periode musim hujan cenderung lebih singkat yakni dari awal bulan Desember hingga akhir bulan Maret. Curah hujan rata-rata di wilayah ini berkisar antara 1.000–1.400 mm per tahunnya. Suhu udara rata-rata berkisar antara 25°–31 °C per tahunnya. Tingkat kelembapan di daerah ini adalah ≥70%. Transportasi Pasuruan berada di jalur utama Surabaya–Banyuwangi. Kota Pasuruan memiliki luas 76,79 Km2 berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara serta Kabupaten Pasuruan di sebelah timur, selatan, dan barat. Pasuruan dapat ditempuh dari Surabaya menggunakan bus maupun kereta api komuter, dan juga dapat ditempuh dari Malang menggunakan bus dalam waktu 1.3 jam. Kota ini juga dihubungkan dengan kota-kota lain di Pulau Jawa melalui Jalan Tol Trans Jawa yakni Jalan Tol Gempol-Pasuruan. Kota ini juga memiliki stasiun kereta api lintas timur Surabaya-Jember-Banyuwangi. Kereta api yang singgah di Pasuruan adalah: Kereta Api Komuter Surabaya-Pasuruan, Ranggajati (Cirebon-Surabaya Gubeng-Jember), Wijayakusuma (Cilacap-Surabaya Gubeng-Banyuwangi), Logawa (Purwokerto-Surabaya Gubeng-Jember), Sri Tanjung (Yogyakarta-Surabaya Gubeng-Banyuwangi), Tawang Alun (Malang-Banyuwangi), dan Probowangi (Surabaya Gubeng-Banyuwangi). Pemerintahan Daftar Wali Kota Keterangan Dewan Perwakilan Kecamatan Kota Pasuruan meliputi 4 kecamatan dan 34 kelurahan: Kecamatan Gadingrejo (8 kelurahan), kantor: Jalan Ahmad Yani No. 57; telepon: 424079 Kecamatan Purworejo (7 kelurahan), kantor: Jalan P. Sudirman No. 465; telepon: 424041 Kecamatan Bugulkidul (6 kelurahan), kantor: Jalan Ir. H. Juanda; telepon: 421480 Kecamatan Panggungrejo (13 kelurahan), kantor: Jalan Jendral S. Parman No. 1; telepon: 5645260 Demografi Hasil Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 2021, jumlah penduduk Kota Pasuruan bejumlah 210.341 jiwa dengan kepadatan penduduk sekitar 5.960 jiwa/km².Penduduk yang mendiami wilayah ini adalah Suku Jawa dan Suku Madura Pendalungan berikut adalah penduduk Kota Pasuruan per Kecamatan tahun 2021: Kecamatan Gadingrejo: 48.735 jiwa Kecamatan Purworejo: 61.925 jiwa Kecamatan Bugul Kidul: 31.853 jiwa Kecamatan Panggungrejo: 67.828 jiwa Kesehatan Tokoh Terkenal Kwee Thiam Tjing Ernest Douwes Dekker Untung Suropati Risdianto KH. Nawawie Sidogiri Habib Ja'far Bin Syaikhon Assegaf KH. Abdul Hamid Dr. R. Soedarsono Aris Budi Prasetyo Habib Taufiq bin Abdul Qadir Assegaff Minarni Soedaryanto Wondoamiseno KH Muhammad Dahlan Hamid Algadri Sakera Charles de Stuers Gerrit Jan Heering Aksel Quintus Bosz Richard MacNeill Anton Pohl Chris Holst Ekonomi Tempat Perbelanjaan Di Kota Pasuruan pusat perbelanjaan terletak di kawasan Jalan Soekarno Hatta hingga Jalan Panglima Sudirman. Pasar Modern Carrefour Hypermarket Pasuruan DELTA Superstore PASIFIC Place SANDANG AYU dept. store PIALA Trade Center Gajah Mada Square Senkuko Market Pasar Tradisional Pasar besar Kota Pasuruan (Jalan Stasiun) Pasar Gading (Jalan Irian Jaya) Pasar Kebonagung (JalanPanglima Sudirman) Pasar Karangketug (Jalan Gatot Subroto) Pariwisata Tempat Wisata Kota Pasuruan memiliki beberapa tempat wisata, yaitu: Pelabuhan , Pusat aktivitas nelayan, juga menjadi lokasi perdagangan hasil laut. Nelayan yang beraktivitas di sini berasal dari sekitar Pasuruan hingga nelayan pulau lain. Taman Kota, Terletak dekat Stadion Untung Suropati, dengan fasilitas utama tempat bermain anak-anak. Seiring dengan pemenuhan kebutuhan teknologi, tambahan fasilitas wifi di Taman Kota menjadi daya tarik untuk tempat ini. Dan di samping tempat ini terdapat perpustakaan kota. Astoria, Waterpark yang ada di kawasan CBD di samping carrefour pasuruan. Bioskop Star Cineplex, Bioskop yang terletak di kompleks pertokoan BCA lama, terdapat dua studio yang selalu memutar film-film Indonesia maupun luar negeri. Kolam Renang Kolam Renang Pondok Surya Kencana (Perumahan Pondok Surya Kencana) Kolam Renang Inna Joyo Tirto (Jalan Patiunus, BugulKidul ) Kolam Renang Milenium ( Perumahan Millenium, Jalan Erlangga ) Taman Taman Lansia (Jalan Ki Hajar Dewantoro) Taman Pekuncen (Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo) Taman Sekargadung / Hutan Kota (Jalan Sekarsono) Taman Hayati (Petahunan) Taman Hijau Karang ketug Taman Kota Pasuruan (Jalan Pahlawan) Alun-Alun Pasuruan Taman Monumen ALRI (Jalan Soekarno Hatta) Taman Sarinah (Jalan Balaikota) 7. Wisata Religi, di kota Pasuruan banyak terdapat makam tokoh agama islam dan pahlawan nasional yang dikunjungi peziarah dari dalam dan luar kota. Makam Pahlawan Nasional Untung Suropati di dusun Mancilan, Kelurahan Pohjentrek Makam KH. Abdul Hamid di komplek masjid jami' Al-Anwar Jalan Kyai Wachid Hasyim Makam Mbah Slagah di samping stadion Untung Suropati Jl, Pahlawan Makam Kyai Sepuh di Jalan Kyai Sepuh Kelurahan Gentong Makam Habib Alwi bin Segaf Assegaf di Jalan Panglima Sudirman Makam Mbah Wali Diran di Bugul Makam Mbah Tamanan di Tamanan Makam Mbah Mas Khotib di Jalan Laksamana RE Martadinata Kelurahan Mayangan (Selatan PT Bosto) Kuliner Khas Di kota Pasuruan terdapat beragam makanan khas seperti bipang Jangkar, roti Matahari, dan keripik singkong. Makanan di kota Pasuruan banyak digemari orang. Makanan khas kota Pasuruan rasanya sangat identik dengan makanan tradisional seperti Nasi Rawon, sate Komo ( berbahan dasar daging sapi ), dan juga kupang Kraton khas kota Pasuruan. Lihat pula Kabupaten Pasuruan Media Massa Saluran Televisi Pasuruan News TV (PT Pasuruan Televisi Metropolitan Indonesia) Saluran 33 UHF (Milik Media: GMA News TV)) Stasiun televisi swasta, seperti: RCTI, SCTV, antv, Indosiar, dll. Dipancarluaskan dari kota Surabaya di daerah Sambikerep. WartaBromo.com (Portal Berita Pasuruan-Probolinggo) Jawa Pos Radar Bromo (Portal Berita Pasuruan-Probolinggo) Tribunnews Pasuruan (Kabupaten Pasuruan) Media Pasuruan.com (Kota-Kabupaten Pasuruan) Referensi Pranala luar Pasuruan Pasuruan
4137
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Pasuruan
Kabupaten Pasuruan
Kabupaten Pasuruan (Jawa: Hanacaraka: ꦥꦱꦸꦫꦸꦃꦲꦤ꧀, Pegon: ڤاسوروهن ) adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di Kecamatan Bangil. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Sidoarjo dan Laut Jawa di bagian utara, Kabupaten Probolinggo di bagian Timur, Kabupaten Malang di bagian selatan, Kota Batu di bagian Barat Daya, serta Kabupaten Mojokerto di bagian Barat. Kompleks pegunungan Tengger dengan Gunung Bromo merupakan tempat wisata utama di kabupaten Pasuruan. Wilayah timur Pasuruan termasuk ke dalam wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Kecamatan terluas di kabupaten Pasuruan yakni Kecamatan Lumbang. Geografi Kabupaten Pasuruan terletak pada koordinat 112°30'–113°30' Bujur Timur dan 7°30'–8°30' Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten Pasuruan sebesar 1.474,015 km². Wilayah daratannya dibagi menjadi 3 (tiga) bagian yaitu : Daerah pegunungan dan berbukit, dengan ketinggian antara 180 – 3000 m. Daerah ini membentang di bagian selatan dan barat meliputi Kecamatan Lumbang, Puspo, Tosari, Tutur, Purwodadi, Prigen, dan Gempol. Daerah dataran rendah, dengan ketinggian antara 6 – 91 m. Daerah ini berada di bagian tengah dan merupakan daerah yang subur. Daerah pantai, dengan ketinggian antara 2 – 8 m. Daerah ini membentang di bagian utara meliputi Kecamatan Nguling, Lekok, Rejoso, Kraton, dan Bangil. Bagian utara wilayah Kabupaten Pasuruan merupakan dataran rendah. Bagian barat daya merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Arjuno dan Gunung Welirang. Bagian tenggara adalah bagian dari Pegunungan Tengger, dengan puncaknya Gunung Bromo. Kabupaten Pasuruan memiliki wilayah perairan laut dan kawasan pantai yang membentang sepanjang ±48 km mulai dari Kecamatan Nguling hingga Kecamatan Bangil dengan wilayah eksploitasi laut mencapai 112,5 mil laut persegi dan potensi laut lestari/maximum suistainable yield (MSY) sebesar ±27.000 ton per tahun. Kawasan perairan laut di Kabupaten Pasuruan memiliki garis pantai memanjang dari Barat ke Timur menghadap ke Selat Madura dengan luas kawasan pesisir secara administratif (jarak arbiter 2 km dari garis pantai) sekitar 4.917 ha. Batas wilayah Wilayah Kabupaten Pasuruan berbatasan dengan wilayah: Topografi Berdasarkan topografi muka tanah, wilayah Kabupaten Pasuruan terbagi menjadi beberapa klasifikasi wilayah berdasarkan tingkat ketinggian, yaitu: Wilayah pantai dengan ketinggian 0–12,5 mdpl seluas 18.819,04 ha atau 12,77%. Wilayah dataran rendah dengan ketinggian 12,5–500 mdpl seluas 80.169,44 ha atau 54,39 % dari luas wilayah. Wilayah perbukitan dengan ketinggian 500–1000 mdpl seluas 21.877,17 ha atau 14,84% dari luas wilayah. Wilayah pegunungan dengan ketinggian 1000–2000 mdpl seluas 18.615,08 ha atau 12,63% dari luas wilayah. Wilayah dengan ketinggian >2000 mdpl seluas 7.920,77 ha atau sekitar 5,37% dari luas wilayah. Selain tingkat ketinggian lahan, wilayah Kabupaten Pasuruan pun terbagi menjadi beberapa klasifikasi wilayah berdasarkan tingkat kemiringan lahan. Berikut adalah tingkat kemiringan lahan di wilayah Kabupaten Pasuruan. Kondisi kelerengan wilayah Kabupaten Pasuruan terbagi dalam tipologi kelerengan sebagai berikut : Kelerengan >1.000 meter Dpl. Pada kelerengan > 1.000 meter Dpl wilayah berada di Kecamatan Tosari, Kecamatan Tutur dan sebagian Kecamatan Prigen (pengunungan Prigen). Kelerengan 501 – 1.000 meter Dpl. Pada kelerengan 501 – 1.000 meter Dpl wilayah berada di Kecamatan Puspo, sebagian Kecamatan Tosari, Kecamatan Tutur, Kecamatan Purwodadi, Kecamatan Pasrepan dan Kecamatan Lumbang. Kelerengan 101 – 500 meter Dpl. Pada kelerengan 101 – 500 meter Dpl wilayah Kabupaten Pasuruan berada di Kecamatan Lumbang. Kelerengan 26 – 100 meter Dpl. Pada kelerengan 26 – 100 meter Dpl wilayah Kabupaten Pasuruan berada di sebagaian Kecamatan Rasepan, Kecamatan Lumbang, Kecamatan Grati, Kecamatan Wonorejo, Kecamatan Rembang, Kecamatan Beji dan Kecamatan Gempol. Kelerengan 0 – 25 meter Dpl. Pada kelerengan 0 – 25 meter Dpl di wilayah Kabupaten Pasuruan berada di bagian utara tepatnya di wilayah kawasan pesisir yang paling dominan, di antaranya Kecamatan Nguling, Kecamatan Grati, Kecamatan Rejoso, Kecamatan Lekok, Kecamatan Gondang, Kecamatan Kejayan, Kecamatan Pohjentrek, Kecamatan Kraton, Kecamatan Rembang, Kecamatan Bangil, Kecamatan Beji dan Kecamatan Gempol. Hidrologi Terdapat delapan (8) Daerah Pengaliran Sungai (DPS) di wilayah Kabupaten Pasuruan, yaitu: DPS Kali Kambeng yang berada tepat di perbatasan barat Kabupatan Pasuruan, DPS Kali Kedung Larangan, DPS Kali Raci, DPS Kali Welang, DPS Kali Gembong, DPS Kali Petung, DPS Kali Rejoso, DPS Kali Laweyan yang berada tepat di perbatasan timur Kabupaten Pasuruan. Sungai-sungai utama dari masing-masimg daerah pengaliran sungai tersebut di atas mengalir dari hulunya di daerah yang tinggi di sebelah selatan, menerima aliran dari anak-anak sungainya di daerah tengahnya, dan bermuara di selat Madura yang merupakan batas utara Kabupaten Pasuruan, kecuali Kali Kambeng yang bermuara di Kali Porong. Di antara 8 daerah pengaliran sungai utama tersebut, Sungai Welang merupakan sungai catchment area terbesar yaitu 518 km², juga terpanjang yaitu 36 km, dan lebar yaitu 35 m, tetapi debit alirannya masih lebih rendah daripada Sungai Rejoso yang mempunyai catchment area lebih kecil. Hal ini disebabkan oleh panjang sungai Rejoso yang relatif pendek sehingga time of concentration pendek dan debit aliran besar serta cepat sampai ke hilir. Sungai-sungai utama tersebut merupakan sungai bertipe perenial yaitu sungai yang selalu mempunyai aliran sepanjang tahun, namun perbedaan antara debit terbesar di musim hujan dan debit terkecil di musim kemarau yang sangat besar. Iklim Suhu udara di wilayah Kabupaten Pasuruan bervariasi berdasarkan tingkat ketinggian muka tanah, tetapi suhu udara rata-rata di wilayah ini berkisar antara 20°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi bervariasi antara 68%–83%. Wilayah Kabupaten Pasuruan beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau berlangsung pada periode Mei–November dengan bulan terkering adalah Agustus. Sementara itu, musim penghujan berlangsung selama periode bulan basah Desember–April dengan bulan terbasah adalah Februari yang curah hujan bulanannya lebih dari 270 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Pasuruan berkisar antara 1.000–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 70–120 hari hujan per tahun. Sejarah Sejarah Kabupaten Pasuruan bermula dari Peradaban Kerajaan Kalingga / "Ho Ling" yang diperintah oleh seorang Ratu bernama Shima, pada tahun 742-755 M. Saat itu, Ibukota kerajaan Kalingga dipindahkan ke Timur oleh raja Kien, Yaitu ke daerah "Wolu Kia Sien" atau jika ditafsirkan yaitu "Pulokerto" yang sekarang merupakan salah satu desa di Kec. Kraton Kabupaten Pasuruan. Setelah masa kejayaan Kalingga berakhir, muncullah Kerajaan Mataram Kuno (Medang) dibawah kekuasaan Dinasti Sanjaya, pada tahun 856 M yang dipimpin oleh Raja Rakai Pikatan. Di antara keturunan Dinasti Sanjaya, yang telah banyak meninggalkan beberapa Prasasti; baik di Jawa Timur maupun di Jawa Tengah adalah Raja Pritung. Kemudian pada tahun 929 M, Seorang raja bernama Mpu Sindok, telah menggeser pusat pemerintahan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Selama memerintah, Mpu Sindok telah mengeluarkan lebih dari 20 Prasasti yang salah satu diantaranya adalah Prasasti Cunggrang yang terletak di Dusun Sukci Desa Bulusari Kec. Gempol Kabupaten Pasuruan. Yang menyebutkan bahwa Mpu Sindok berterima kasih kepada rakyat Cunggrang karena telah menjaga di antara banyaknya Prasasti / Candi yang ada di Gunung Pawitra (sekarang Penanggungan) yang terletak sekitar 2 Km dari Cunggrang (sekarang Bulusari) kemudian memerintahkan agar rakyat Cunggrang yang termasuk rakyat bawang (bawah) untuk menjadi "Sima" atau "Tanah Merdeka". Adapun Unsur – unsur penanggalan Prasasti Cunggrang adalah sebagai berikut: Artinya: Selamat tahun caka yang telah lalu 851 bulan Asuji tanggal 12 bagian bulan terang (hari yang bersikles enam) atunglai, (hari yang bersikles lima) pahing, (hari yang bersikles tujuh) Selasa. Substansi dari Prasasti ini, dikonversikan menjadi Hari Jadi resmi dari Kabupaten Pasuruan oleh Balai Arkeologi Yogyakarta pada [Jumat Pahing, 18 September 929 M]. Dalam era Kerajaan Majapahit,dari abad ke-12 sampai abad ke-14 Masehi. Nama Pasuruan sebagai tempat hunian Masyarakat dikenal pertama kali dan tertulis dalam Kitab Negara Kertagama karangan Mpu Prapanca. Pasuruan dari segi kebahasaan, dapat diurai menjadi "Pasu'an" atau "Pa-suruh-an" yang artinya "Tempat tumbuh Tanaman Suruh" atau "Kumpulan Daun Suruh". Sesudah Kerajaan Majapahit berangsur-surut, Berdirilah Kerajaan Islam yang diantaranya; Kerajaan Demak, Kerajaan Giri Kedaton, Kerajaan Pajang dan Kerajaan Mataram. Pada era Pasuruan dalam kekuasaan Kerajaan Giri sekitar abad 14-16, salah satu peninggalan utama adalah daerah Sidogiri. Berdasarkan sejarah setempat, bahwa daerah inilah awal dari Sidogiri meletakkan dasar-dasar dakwah dengan membuka Langgar, Sekolah Agama, serta Pondok Pesantren yang sekarang dikenal sebagai Pondok Pesantren tertua di Indonesia (Pesantren Sidogiri). Pada masa kerajaan Demak abad ke 15, Pasuruan memiliki peranan penting dalam menyebarkan Agama Islam, bahkan Adipati Pasuruan berhasil memperluas kekuasaannya sampai Kediri. Pasuruan dalam masa kerajaan Pajang, tidak lama karena pada tahun 1616 M ketika Sultan Agung bertahta, Kerajaan Mataram berhasil merebut wilayah Pasuruan. Perkembangan selanjutnya, pada saat Amangkurat I memegang kekuasaan, diangkatlah Kyai Darmoyudo menjadi Bupati Pasuruan. Wilayah Pasuruan dibawah kekuasaan Amangkurat I, banyak pergolakan yang ingin memisahkan diri dari Kerajaan Mataram. Bahkan pada saat Untung Suropati berkuasa di Pasuruan, upaya tersebut sangat kuat sehingga Kerajaan Mataram dibantu oleh Kompeni Belanda untuk upaya mengembalikan wilayah Pasuruan masuk kekuasaan Kerajaan Mataram. Pada masa kolonial Belanda, berdasarkan Staatsblad 1900 Nomor 334, Tanggal 1 Januari 1991 dibentuklah Keresidenan Pasuruan yang saat itu wilayahnya berbatasan dengan Madura, Laut Hindia, Keresidenan Kediri, dan Surabaya. Setelah melakukan kajian yang utuh dan menyeluruh terhadap fakta sejarah Kabupaten Pasuruan, maka diperoleh hari kelahiran Kabupaten Pasuruan berdasarkan Prasasti Cunggrang / Sukci yang terletak di Kec. Gempol. Maka, kabupaten Pasuruan lahir pada Hari Jumat Pahing, Tanggal 18 September 929 Masehi. Dan sekarang bergelar sebagai Kabupaten tertua kedua di Jawa Timur, setelah Kota Kediri. Dan atas dasar pertimbangan perjalanan sejarah inilah, maka dikeluarkanlah Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten Pasuruan Nomor 08 Tahun 2007, tentang Hari Jadi Kabupaten Pasuruan yang menetapkan Tanggal 18 September sebagai Hari Jadi resmi Kabupaten Pasuruan, dan diperingati setiap tahun di wilayah Pasuruan. Kawasan Pasuruan juga merupakan kawasan pertanian dan perdagangan sejak periode klasik Indonesia. Pelabuhan Pasuruan telah melayani perdagangan untuk kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Pada masa penguasaan oleh VOC (diserahkan dari wilayah Kesultanan Mataram sebagai imbalan bantuan VOC dalam perang Suksesi Jawa) Pasuruan menjadi salah satu penghasil utama komoditas perdagangan hasil pertanian. Hal ini diteruskan pada periode penguasaan oleh Hindia Belanda. Sejarah dan Peninggalan Keresidenan Pasuruan juga membekas di Kabupaten ini. Dengan 2 Kota terbesarnya yaitu Bangil dan Malang pada zaman Hindia-Belanda. Pemerintahan Kabupaten Pasuruan dipimpin oleh bupati H. Dade Angga, SIP. dan wakil bupati Eddy Paripurna (2008-2013, dilantik 9 Juli). Pasangan yang diajukan PDI-P dan 10 partai nonparlemen ini menggantikan Jusbakir Aldjufri dan Muzammil Syafi’i (2003-2008). Sebelumnya, Dade pernah menjadi Bupati Pasuruan pada periode 1998-2003. Sekarang Kab. Pasuruan dipimpin oleh seorang bupati yang bernama H. Irsyad Yusuf (adik Saifullah Yusuf) pada periode (2013-2018) DPRD Pasuruan beranggotakan 49 orang. Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Kabupaten Pasuruan memiliki keanekaragaman penduduk yang sebagian besar adalah suku Jawa Arek sebagai penduduk asli Kabupaten ini dan Suku Madura Pendalungan yang jumlahnya juga signifikan, selain itu bisa juga ditemui suku-suku lain seperti masyarakat keturunan Tionghoa, Arab dan India. Suku Jawa di Pasuruan terutama adalah dari mereka yang berbahasa Jawa dialek Wetanan. Selain Suku Jawa Arekan dan Suku Madura, juga terdapat etnis Jawa Tengger yang hidup di kawasan Pegunungan Tengger terutama di kecamatan Tosari). Persentase dari Agama masyarakat Kabupaten Pasuruan yang dikumpulkan dari data Sensus adalah: (Islam 96,82%. Hindu 1,78%. Kristen 1,14%. Protestan 0,69%. Katolik 0,45%. Buddha 0,18%. Konghucu 0,04%. Kepercayaan 0,04%) Transportasi Pasuruan dilintasi oleh jalur pantura Surabaya-Banyuwangi. Kereta Api Kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas timur Pulau Jawa serta menuju Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri dan Kertosono, di Stasiun Bangil terdapat persimpangan jalur tersebut. Berikut ini adalah layanan kereta api yang berhenti di Stasiun Bangil: Lintas selatan Jawa relasi –– relasi ––Ketapang Lintas tengah Jawa relasi –– relasi –Surabaya Gubeng–Jember Lintas timur Jawa relasi – relasi Surabaya Gubeng/– relasi Surabaya Gubeng–Ketapang relasi –Ketapang Lintas utara Jawa relasi –– relasi –Surabaya Pasarturi– relasi –Surabaya Pasarturi– Lokal dan komuter Commuter Line Penataran dan Tumapel relasi –– Commuter Line Supas relasi Surabaya Kota– Jalan Tol dan Arteri Bagian barat wilayah Kabupaten Pasuruan terdapat jalur utama Surabaya-Malang, serta ruas Jalan Tol Surabaya-Gempol. Gempol merupakan kota persimpangan jalur Surabaya-Malang dengan jalur Surabaya-Banyuwangi serta jalur menuju Mojokerto/Ngawi/Surakarta/Yogyakarta. Industri Kabupaten ini memiliki salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur, Pasuruan Industrial Estate Rembang (PIER). Industri utama di kabupaten ini antara lain Sampoerna di Pandaan, Matsushita (Panasonic), Cheil Jedang Indonesia Rejoso dan PT. Nestle Indonesia di Kejayan. Pariwisata Bagian barat daya dari wilayah kabupaten ini (perbatasan dengan wilayah Kabupaten Mojokerto dan Malang) adalah dataran tinggi yang cukup sejuk, karena terletak di kaki Gunung Arjuna serta Gunung Welirang. dan merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama Jawa Timur. Kawasan tersebut terdapat villa-villa peristirahatan, dan sejumlah perumahan elit. Kawasan pegunungan ini juga sering digunakan sebagai tempat berkemah. Di antara objek wisata andalan Pasuruan adalah Taman Safari Indonesia di Prigen dan Kebun Raya Purwodadi. Sebelah tenggara Pasuruan terdapat Pegunungan Tengger dan Gunung Bromo, salah satu tujuan wisata utama Jawa Timur. Perayaan/Acara Kabupaten Pasuruan memiliki beberapa acara kegiatan, yaitu: Hari Jadi Kabupaten Pasuruan (HUT Pasuruan) Pasuruan Expo Pasuruan Fashion Carnival (PFC) Pasuruan Fashion on the Street Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) Kabupaten Kompetisi Sains Madrasah (KSM) Kabupaten Pasuruan Cak dan Yuk Kabupaten Pasuruan (Promotor Pariwisata) Acara-acara tersebut merupakan acara resmi yang tercatat di Pemerintah Kabupaten Pasuruan dan wajib diikuti oleh warga masyarakat dalam Kabupaten. Khas dari Pasuruan Masakan Kabupaten Pasuruan memiliki beberapa masakan khas, yaitu: Tahu Campur khas Bangil Belut Goreng dan Belut Bakar sambel kacang khas Kraton Nasi Punel Bangil Rawon & Sate Komoh Kupang Lontong khas Kraton Rawon Sakinah Rakul Baikan Rawon Nguling Sate kerang Bangil Sate Kelinci Tretes Komplek Ikan Asap Beji Jajanan Kabupaten Pasuruan memiliki beberapa jajanan khas, yaitu: Bipang beras Lupis Gempol Klepon khas Gempol Tahu Petis Kampoeng Opak Gambir Sumbersuko Gempol Kampung Mangga Alpukat Rembang Oleh-oleh Kabupaten Pasuruan memiliki beberapa oleh-oleh khas, yaitu: Durian Supeno Ting Ting Jahe Kopi khas Arjuna & Kopi Kapiten Durian khas Ngembal, Tutur (Pegunungan Bromo) Susu Sapi segar khas Tutur Perikanan Asap Beji Kerupuk dan Klepon khas Gempol Bipang beras Nasi Punel Bangil Mangga Avokad / Alpukat Clonal 21 Air Buah Legen (Gunungsari, Beji) Dimsum terenak Pandaan Sate Komoh Lihat pula Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Pasuruan Daftar kecamatan dan kelurahan di Indonesia Catatan kaki Referensi Pranala luar Pasuruan Pasuruan
4138
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Ponorogo
Kabupaten Ponorogo
Ponorogo (, ) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kota Ponorogo berada di kecamatan Ponorogo. Kabupaten ini terletak di koordinat 111° 17’–111° 52’ BT dan 7° 49’–8° 20’ LS dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut dan memiliki luas wilayah 1.371,78 km². Kabupaten ini terletak di bagian barat provinsi Jawa Timur dan berbatasan langsung dengan provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2022, jumlah penduduk Kabupaten Ponorogo adalah 964.253 jiwa. Hari jadi Kabupaten Ponorogo diperingati setiap tanggal 11 Agustus, karena pada tanggal 11 Agustus 1496, Bathara Katong diwisuda/dinobatkan sebagai adipati pertama Kadipaten Ponorogo. Pada tahun 1837, Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo. Semenjak tahun 1944 hingga sekarang Kabupaten Ponorogo sudah berganti kepemimpinan sebanyak 16 kali. Kabupaten Ponorogo dikenal dengan julukan Reog atau Bumi Reog karena daerah ini merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Ponorogo juga dikenal sebagai Santri karena memiliki banyak pondok pesantren, salah satu yang terkenal adalah Pondok Modern Darussalam Gontor yang terletak di Desa Gontor, Kecamatan Mlarak. Setiap tahun pada bulan Suro (Muharram), Kabupaten Ponorogo mengadakan suatu rangkaian acara berupa pesta rakyat yaitu Grebeg Suro. Pada pesta rakyat ini ditampilkan berbagai macam seni dan tradisi, di antaranya Festival Nasional Reog Ponorogo, Pawai Lintas Sejarah dan Kirab Pusaka, dan Larungan Risalah Doa di Telaga Ngebel. Etimologi Ponorogo berasal dari dua kata yaitu pramana dan raga. Pramana berarti daya kekuatan, rahasia hidup, sedangkan raga berarti badan, jasmani. Kedua kata tersebut dapat ditafsirkan bahwa di balik badan manusia tersimpan suatu rahasia hidup (wadi) berupa olah batin yang mantap dan mapan berkaitan dengan pengendalian sifat-sifat amarah, aluwamah / lawamah, shufiah dan muthmainah. Manusia yang memiliki kemampuan olah batin yang mantap dan mapan akan menempatkan diri di mana pun dan kapan pun berada. Namun ada pula yang menyebutkan bahwa pana berarti melihat dan raga berarti badan, raga, atau diri. Sehingga arti Panaraga adalah "melihat diri sendiri" atau dalam kata lain disebut "wawas diri". Asal-usul nama Ponorogo bermula dari kesepakatan dalam musyawarah bersama Raden Bathara Katong, Kiai Mirah, Seloaji, dan Jayadipa pada hari Jumat saat bulan purnama, bertempat di tanah lapang dekat sebuah gumuk (wilayah katongan sekarang). Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa kota yang akan didirikan dinamakan Pramana Raga yang akhirnya berubah menjadi Panaraga (Ponorogo). Pendapat lain tentang asal mula nama Ponorogo diutarakan oleh Pigeaud, yang berbunyi: Sejarah Menurut Babad Ponorogo, berdirinya Kabupaten Ponorogo dimulai setelah Raden Katong sampai di wilayah Wengker. Pada saat itu Wengker dipimpin oleh Surya Ngalam yang dikenal sebagai Ki Ageng Kutu. Raden Katong lalu memilih tempat yang memenuhi syarat untuk pemukiman (yaitu di Dusun Plampitan, Kelurahan Setono, Kecamatan Jenangan sekarang). Melalui situasi dan kondisi yang penuh dengan hambatan, tantangan, yang datang silih berganti, Raden Katong, Selo Aji, dan Ki Ageng Mirah beserta pengikutnya terus berupaya mendirikan pemukiman. Tahun 1482–1486 M, untuk mencapai tujuan menegakkan perjuangan dengan menyusun kekuatan, sedikit demi sedikit kesulitan tersebut dapat teratasi, pendekatan kekeluargaan dengan Ki Ageng Kutu dan seluruh pendukungnya ketika itu mulai membuahkan hasil. Dengan persiapan dalam rangka merintis kadipaten didukung semua pihak, Bathoro Katong (Raden Katong) dapat mendirikan Kadipaten Ponorogo pada akhir abad XV, dan ia menjadi adipati yang pertama. Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496, tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadi kota Ponorogo. Penetapan tanggal ini merupakan kajian mendalam atas dasar bukti peninggalan benda-benda purbakala berupa sepasang batu gilang yang terdapat di depan gapura kelima di kompleks makam Batara Katong dan juga mengacu pada buku Hand book of Oriental History. Pada batu gilang tersebut tertulis candrasengkala memet berupa gambar manusia yang bersemadi, pohon, burung garuda dan gajah. Candrasengkala ini menunjukkan angka tahun 1418 Saka atau tahun 1496 M. Sehingga dapat ditemukan hari wisuda Bathoro Katong sebagai Adipati Kadipaten Ponorogo yaitu hari Minggu Pon, tanggal 1 Besar 1418 Saka bertepatan tanggal 11 Agustus 1496 M atau 1 Dzulhijjah 901 H. Selanjutnya melalui seminar Hari Jadi Kabupaten Ponorogo yang diselenggarakan pada tanggal 30 April 1996 maka penetapan tanggal 11 Agustus sebagai Hari Jadi Kabupaten Ponorogo telah mendapat persetujuan DPRD Kabupaten Ponorogo. Sejak berdirinya Kadipaten Ponorogo di bawah pimpinan Raden Katong, tata pemerintahan menjadi stabil dan pada tahun 1837 Kadipaten Ponorogo pindah dari Kota Lama ke Kota Tengah menjadi Kabupaten Ponorogo hingga sekarang. Geografi Kabupaten Ponorogo terletak di antara 111° 17’–111° 52’ BT dan 7° 49’–8° 20’ LS. Jarak ibu kota Ponorogo dengan ibu kota Provinsi Jawa Timur (Surabaya) kurang lebih 200 km ke arah timur laut dan ke ibu kota negara (Jakarta) kurang lebih 800 km ke arah barat. Batas Administrasi Kabupaten Ponorogo berbatasan dengan wilayah sebagai berikut: Topografi Kabupaten Ponorogo mempunyai luas wilayah 1.371,78 km² dengan ketinggian antara 92 sampai dengan 2.563 meter di atas permukaan laut yang dibagi menjadi 2 subarea, yaitu area dataran tinggi yang meliputi Kecamatan Ngrayun, Sooko, Pulung, dan Ngebel sisanya merupakan area dataran rendah. Sungai yang melewati ada 14 sungai dengan panjang antara 4–58 km sebagai sumber irigasi bagi lahan pertanian dengan produksi padi maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas yang ada terdiri dari area kehutanan dan lahan sawah, sedangkan sisanya digunakan untuk ladang pekarangan. Iklim Kabupaten Ponorogo memiliki iklim muson tropis (Am) yang mengalami dua musim sebagai akibat dari pergerakan angin muson, yaitu musim kemarau yang disebabkan oleh angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin dan musim hujan yang disebabkan oleh angin muson barat–barat laut yang bersifat basah dan lembap. Curah hujan paling tinggi terjadi pada periode bulan Desember, Januari, dan Februari dengan curah hujan bulanan lebih dari 200 mm per bulan. Curah hujan terendah terjadi pada periode bulan Juli, Agustus, dan September dengan curah hujan kurang dari 80 mm per bulan. Suhu di Kabupaten Ponorogo sepanjang tahun relatif sama dengan suhu rata-rata 26,4 ℃ dan suhu rata-rata terendah 21,6 ℃, dan curah hujan di wilayah ini berkisar antara 1.400–2.000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100–150 hari hujan per tahun. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Ekonomi Kabupaten Ponorogo memiliki fasilitas perdagangan yang cukup lengkap, fasilitas tersebut berupa pasar dan pertokoan yang tersebar di seluruh wilayah. Pasar-pasar besar Kabupaten Ponorogo antara lain Pasar Legi Songgolangit di Kecamatan Ponorogo, Pasar Wage di Kecamatan Jetis, Pasar Pon di Kecamatan Siman dan pasar-pasar lain yang umumnya buka menurut hari dalam penanggalan Jawa. Di kabupaten ini juga terdapat pasar hewan terbesar di Karesidenan Madiun, yaitu Pasar Hewan Jetis yang buka setiap hari Pahing. Selain menyediakan kebutuhan pokok sehari-hari, keberadaan pasar tersebut juga penting dalam rangka menunjang kegiatan sistem koleksi–distribusi terhadap barang-barang kebutuhan penduduk dan beberapa komoditas pertanian yang dihasilkan oleh Kabupaten Ponorogo. Sedangkan fasilitas perdagangan yang berupa pertokoan banyak berkembang di kabupaten ini terutama toko-toko swalayan. Produk domestik regional bruto (PDRB) tertinggi pada tahun 2019 adalah sektor pertanian dengan pendapatan 3,41 triliun dan terendah adalah Pengadaan Listrik dan Gas dengan pendapatan 13,11 miliar. Upah minimum pada tahun 2021 adalah Rp1.938.321. Komoditas Komoditas unggulan Kabupaten Ponorogo yaitu sektor perkebunan dan pertanian. Sektor perkebunan komoditas unggulannya adalah kakao, tebu, kopi, kelapa, cengkih, dan jambu mete. Sektor Pertanian komoditas yang diunggulkan adalah tembakau. Beberapa komoditas pertanian dan perkebunan lainnya adalah padi, ubi kayu, jagung, kacang kedelai, dan kacang tanah. Komoditas sektor perkebunan tahun 2009 menghasilkan tebu 12.985 ton, kelapa 3.915 ton, dan kopi 167 ton. Ketersediaan lahan perkebunan pada tahun 2011 yang sudah digunakan untuk cengkih seluas 2.876 ha, jambu Mete seluas 1.340 ha, kakao seluas 1.723 ha, kelapa seluas 6.108 ha, kopi seluas 580 ha, dan tebu seluas 2.466 ha. Demografi Penduduk Menurut publikasi BPS jumlah penduduk di 21 kecamatan di Kabupaten Ponorogo pada sensus penduduk tahun 2020 adalah 949.320 yang terdiri atas 474.260 laki-laki dan 475.060 perempuan dengan rasio jenis kelamin (sex ratio) sebesar 99 yang berarti jumlah penduduk laki-laki hampir sama besarnya dengan jumlah penduduk perempuan. Sedangkan pada sensus penduduk tahun 2010, rasio tertinggi terdapat di Kecamatan Mlarak yaitu sebesar 128 (setiap 100 perempuan terdapat 128 laki-laki) dan rasio terendah terdapat di Kecamatan Jetis yaitu sebesar 95 (setiap 100 perempuan terdapat 95 laki-laki). Kecamatan yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Ponorogo yaitu sebanyak 3.333 jiwa/km2 dan yang paling rendah adalah Kecamatan Pudak yaitu sebanyak 182 jiwa/km2. Agama Agama yang dianut oleh penduduk Kabupaten Ponorogo beragam. Menurut data dari Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk tahun 2010, penganut Islam berjumlah 839.127 jiwa (98,11%), Kristen berjumlah 2.864 jiwa (0,33%), Katolik berjumlah 2.268 jiwa (0,27%), Buddha berjumlah 261 jiwa (0,03%), Hindu berjumlah 82 jiwa (0,01%), Kong Hu Cu berjumlah 14 jiwa (0,002%), agama lainnya berjumlah 25 jiwa (0,003%), tidak terjawab dan tidak ditanyakan berjumlah 10.640 jiwa (1,24%). Jumlah keseluruhan tempat peribadatan di Ponorogo pada tahun 2010 adalah sejumlah 4.233 buah. Masjid berjumlah 1.448 buah, Mushola berjumlah 2.754 buah, Gereja Protestan berjumlah 21 buah, Gereja Katolik berjumlah 8 buah, dan Wihara berjumlah 2 buah. Bahasa Bahasa yang digunakan di Kabupaten Ponorogo adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, dan bahasa Jawa Mataraman sebagai bahasa sehari-hari. Seni budaya Kesenian Ponorogo memiliki banyak sekali kesenian daerah, salah satu yang terkenal adalah Reog. Seni Reog merupakan rangkaian tarian yang terdiri dari tarian pembukaan dan tarian inti. Tarian pembukaan biasanya dibawakan oleh 6–8 pria gagah berani dengan pakaian serba hitam, dengan muka dipoles warna merah. Berikutnya adalah tarian yang dibawakan oleh 6–8 gadis yang menaiki kuda. Tarian pembukaan lainnya jika ada biasanya berupa tarian oleh anak kecil yang membawakan adegan lucu yang disebut Bujang Ganong atau Ganongan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang isinya bergantung kondisi di mana seni reog ditampilkan. Jika berhubungan dengan pernikahan maka yang ditampilkan adalah adegan percintaan. Untuk hajatan khitanan atau sunatan, biasanya cerita pendekar. Adegan terakhir adalah singa barong, yang mana pelaku memakai topeng berbentuk kepala singa dengan mahkota yang terbuat dari bulu burung merak. Namun adegan dalam seni reog biasanya tidak mengikuti skenario yang tersusun rapi. Di sini selalu ada interaksi antara pemain dan dalang (biasanya pemimpin rombongan) dan kadang-kadang dengan penonton. Terkadang seorang pemain yang sedang pentas dapat digantikan oleh pemain lain bila pemain tersebut kelelahan. Selain Reog terdapat juga kesenian dan tradisi lain, yaitu Gajah-gajahan, Onta Ponoragan, Kebo Keboan ponoragan, Kompang, Odrot, Keling, Balon Lebaran, wayang purwa, Jaranan Thek, Gong Gumbeng. Budaya dan adat-istiadat Kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Ponorogo dipengaruhi oleh kebudayaan dan adat-istiadat masyarakat Jawa Tengah. Beberapa budaya masyarakat Ponorogo adalah Larung Risalah Doa, Grebeg Suro, dan Kirab Pusaka. Masyarakat Ponorogo memiliki adat-istiadat yang sangat khas yaitu, becekan (suatu kegiatan dengan mendatangi dan memberikan bantuan berupa bahan makanan; beras, gula, dan sejenisnya kepada keluarga, tetangga atau kenalan yang memiliki hajat pernikahan atau khitanan) dan sejarah (silaturahmi ke tetangga dan sanak saudara pada saat hari raya Idulfitri yang biasanya dilakukan dengan mendatangi rumah orang yang berumur lebih tua). Pariwisata Terdapat beberapa objek wisata di Kabupaten Ponorogo, di antaranya objek wisata budaya, objek wisata industri, objek wisata alam, dan objek wisata religius. Objek wisata budaya Setiap tanggal 1 Muharram (1 Suro), pemerintah Kabupaten Ponorogo menyelenggarakan Grebeg Suro. Dalam rangkaian perayaan Grebeg Suro ini diadakan Kirab Pusaka yang biasa diselenggarakan sehari sebelum tanggal 1 Muharram. Pusaka peninggalan pemimpin Ponorogo zaman dahulu, saat masih dalam masa Kerajaan Wengker, diarak bersama pawai pelajar dan pejabat pemerintahan di Kabupaten Ponorogo, dari makam Bathara Katong (pendiri Ponorogo) di daerah Pasar Pon sebagai Kota Lama, ke Pendapa Kabupaten. Pada malam harinya, di alun-alun kota, Festival Nasional Reyog Ponorogo memasuki babak final. Esok paginya ada acara Larung Risalah Doa di Telaga Ngebel, di mana nasi tumpeng dan kepala kerbau dilarung bersama doa ke tengah-tengah telaga. Perayaan Grebeg Suro ini menjadi salah satu jadwal kalender wisata Jawa Timur. Objek wisata budaya lainnya, yaitu Taman Rekreasi Singo Pitu, Pentas Wayang Kulit, dan Reyog Bulan Purnama. Objek wisata industri Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa sentra industri, di antaranya sentra industri seng di Desa Paju, Kecamatan Ponorogo, sentra industri jenang di Desa Josari, Kecamatan Jetis, dan sentra industri kulit di Desa Nambangrejo, Kecamatan Sukorejo. Objek wisata alam Beberapa objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Ponorogo yaitu: Telaga Ngebel Telaga Ngebel adalah sebuah danau alami yang terletak di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Kecamatan Ngebel terletak di lereng gunung Wilis. Telaga Ngebel terletak sekitar 30 km dari pusat kota Ponorogo dengan ketinggian 734 meter di atas permukaan laut. Keliling dari Telaga Ngebel sekitar 5 km dan suhu di telaga ini berkisar antara 20–26 ℃. Taman Wisata Ngembag Taman Wisata Ngembag adalah taman wisata yang terletak di Kelurahan Ronowijayan Kecamatan Siman sekitar 3 km di sebelah timur dari pusat kota Ponorogo. Taman ini terdiri dari sumber air yang dilengkapi dengan taman bermain dan kolam renang anak. Sebelumnya Ngembag dikenal sebagai mata air yang tak terawat. Kemudian oleh Pemkab Ponorogo diubah sebagai taman kota yang dilengkapi dengan kolam renang anak dan juga beberapa permainan anak-anak. Air Terjun Pletuk Air Terjun Pletuk atau juga dikenal dengan nama Coban Temu adalah air terjun yang terletak di Dusun Kranggan, Desa Jurug, Kecamatan Sooko, sebelah tenggara dari pusat kota Ponorogo atau lebih tepatnya sebelah selatan dari Kecamatan Pulung. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 30 meter dan berada di atas ketinggian 450 meter di atas laut. Kawasan ini dikelilingi oleh perbukitan yang menjulang tinggi dan ditumbuhi sejumlah tanaman. Gunung Bayangkaki Gunung Bayangkaki adalah gunung yang tak aktif yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur, tepatnya di Desa Temon, Kecamatan Sawoo. Gunung Bayangkaki memiliki empat puncak, yakni Puncak Ijo (Gunung Ijo), Puncak Tuo (Gunung Tuo), Puncak Tumpak (Puncak Bayangkaki), dan Puncak Gentong (Gunung Gentong). Di balik indahnya alam dan kukuhnya batu-batu besar yang menjulang, Bayangkaki memiliki berbagai keunikan dan masih diselimuti dengan mitos yang terus berkembang dalam masyarakat sampai sekarang. Salah satu mitos yang berkembang dalam masyarakat adalah ketika Puncak Gentong sudah terbakar tanpa sebab berarti musim hujan akan segera tiba. Air Terjun Juruk Klenteng Air terjun Juruk Klenteng atau air terjun Tumpuk adalah air terjun yang terletak di Desa Tumpuk, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo. Air terjun ini berlokasi di perbatasan Ponorogo dan Trenggalek. Dinamakan air terjun Juruk Klenteng karena tempatnya yang menjuruk ke dalam dan diimpit dua tebing gunung bebatuan. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 45 meter ini. Pada ujung bawah air terjun terdapat kolam yang airnya terlihat hijau yang disebut kedung. Menurut mitos, kedung atau lubuk tersebut adalah tembusan ke laut selatan. Gua Lowo Gua Lowo terletak di Kecamatan Sampung, sekitar 20 km dari pusat kota Ponorogo. Air terjun ini dinamakan Gua Lowo karena dihuni oleh banyak kelelawar. Kelelawar yang hidup di dalam gua ini bebas dan tidak mengganggu masyarakat setempat. Dalam gua ini juga ditemukan situs arkeologi yang memiliki nilai arkeologis tinggi. Lingkungan sekitar gua ini sangat alami dan dikelilingi oleh pepohonan dan batu-batuan. Hutan Wisata Kucur Hutan wisata Kucur atau taman wisata Kucur adalah hutan wisata yang terletak di Kecamatan Badegan, sekitar 20 km ke barat. Ada sumber air (kucur) di tengah hutan jati yang juga berfungsi sebagai taman nasional dan tempat perkemahan. Selain itu, karena lokasinya yang strategis, yang terletak di antara jalan Jawa Timur dan Jawa Tengah, taman wisata Kucur sering menjadi tempat beristirahat oleh siapa saja yang melakukan perjalanan. Air Terjun Toyomerto Air terjun Toyomerto atau dikenal juga dengan sebutan air terjun Selorejo terletak di Dusun Toyomerto, Desa Pupus, Kecamatan Ngebel, sekitar 35 km dari pusat kota. Akses ke air terjun ini medannya cukup sulit, menanjak penuh kelok dengan kanan kiri tebing curam dan membutuhkan kerja eksta untuk menuju ke sana. Namun hal itu dapat membawa pengalaman yang berbeda bagi para petualang. Air terjun ini terdiri dari 2 tingkat air dalam satu aliran yang jatuh dari tebing batu. Masing-masing tingkatan memiliki ketinggian 25 hingga 30 meter. Untuk tingkat pertama dikenal dengan nama Air Terjun Selorejo Atas dengan ukuran yang lebih besar dibandingkan dengan tingkat kedua. Untuk tingkat kedua dikenal dengan nama Air Terjun Selorejo Bawah. Pada Selorejo Atas dindingnya dapat dipanjat. Air Terjun Setapak Air terjun Setapak berada di Desa Banaran, Kecamatan Pulung. Akses ke air terjun Setapak ini cukup sulit karena melewati hutan hujan tropis yang sangat lebat. Air terjun ini berada di sekitar pegunungan Wilis selatan, tepatnya di utara Bukit Wolan. Air terjun ini memiliki ketinggian 13 meter dengan debit air yang cukup banyak dan dingin. Objek wisata religius Di Kabupaten Ponorogo terdapat dua jenis objek wisata religius, yaitu objek wisata ziarah dan objek wisata agama. Tempat ziarah di antaranya adalah Makam Bathara Katong di Desa Setono, Kecamatan Jenangan dan Makam Gondoloyo di Desa Tanjungsari, Kecamatan Jenangan. Dan objek wisata agama di antaranya adalah Mata Air Sendang Waluyo Jati yang merupakan tempat ibadah penganut Katolik, dengan sebuah Patung Maria di Desa Klepu, Kecamatan Sooko dan Masjid Tegalsari yang dibangun sekitar abad ke-18 oleh Kiai Ageng Muhamad Besari, berarsitektur Jawa dengan 36 tiang, serta kitab berusia 400 tahun yang ditulis Ronggo Warsito di Desa Tegalsari, Kecamatan Jetis. Pendidikan Di Kabupaten Ponorogo terdapat beberapa pondok pesantren yang melahirkan tokoh-tokoh nasional, di antaranya Nurcholis Madjid, Hasyim Muzadi, Din Syamsuddin, dan Hidayat Nurwahid. Pesantren yang tercatat di Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama untuk tahun 2008 berjumlah 58 pesantren. Selain pesantren, terdapat pula pendidikan formal negeri maupun swasta. Berikut ini adalah data pendidikan formal di Kabupaten Ponorogo dari Data Pokok Pendidikan (Dapodik) Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) untuk wilayah Kabupaten Ponorogo tahun 2011/2012: Perguruan tinggi Akademi Komunitas Negeri Ponorogo (AKNP) Universitas Muhammadiyah Ponorogo (UMPO) Universitas Merdeka Ponorogo (UNMERPO) Institut Agama Islam Negeri Ponorogo (IAIN Ponorogo) Institut Agama Islam Sunan Giri Ponorogo (INSURI Ponorogo) Universitas Darussalam Gontor (UNIDA Gontor) Institut Agama Islam Riyadlotul Mujahidin (IAIRM) Akademi Keperawatan (AKPER) Pemkab Ponorogo Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Ponorogo Sekolah Tinggi Kesehatan (STIKES) Busana Husada Ponorogo Akademi Kebidanan Harapan Mulya Ponorogo Pondok pesantren Pondok Modern Darussalam Gontor Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Pondok Pesantren Al-Islam Joresan Pondok Modern Arrisalah Slahung Pondok Pesantren Darul Huda Mayak Pondok Pesantren Al-Iman Sumoroto Pondok Pesantren Darun Najah Pondok Pesantren KH Syamsuddin Durisawo, Nologaten Pesantren Putri Al-Mawaddah Coper Pondok Pesantren Hudatul Muna Jenes Pondok Pesantren Putra Chasanul Hidayah Bajang Balong Ponorogo Pondok Pesantren Putri Darus Sa'adah Bajang Balong Ponorogo Pondok Pesantren Al-Amin Ronowijayan Ponorogo Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Jarakan Ponorogo Pondok Pesantren Nurul Qur'an Pakunden Ponorogo Sekolah dasar dan menengah SMKN 1 Jenangan Ponorogo SMK PGRI 2 Ponorogo SMK PGRI 1 Ponorogo SMKN 1 Ponorogo SMKN 2 Ponorogo SMAN 1 Ponorogo SMAN 2 Ponorogo SMAN 3 Ponorogo SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo SMA Bakti Ponorogo SMA Immersion Ponorogo MAN 1 Ponorogo MAN 2 Ponorogo MAMNU Ponorogo SMPN 1 Ponorogo SMPN 2 Ponorogo SMPN 3 Ponorogo SMPN 4 Ponorogo SMPN 5 Ponorogo SMPN 6 Ponorogo MTsN 1 Ponorogo MTs Ma'arif 1 Ponorogo SMP Muhammadiyah 1 Ponorogo SMP Muhammadiyah 2 Ponorogo SMP Ma'arif 1 Ponorogo SMP Ma'arif 2 Ponorogo SMPIT Qurrota Ayun Ponorogo SMP Terpadu Ponorogo SMPK Slamet Riyadi Ponorogo SDN 1 Mangkujayan Ponorogo SD Muhammadiyah Ponorogo SD Ma'arif Ponorogo SDN 3 Bangunsari Ponorogo SDIT Qurrota Ayun Ponorogo Transportasi Ibu kota Kabupaten Ponorogo atau Kota Ponorogo terletak 27 km sebelah selatan Kota Madiun, 65 km sebelah selatan Kota Ngawi. Kabupaten ini berada di jalur utama Ngawi–Pacitan. Transportasi yang sekarang banyak digunakan adalah kendaraan bermotor, baik kendaraan roda dua maupun roda empat. Ada sebagian kecil menggunakan sepeda angin (sepeda onthel). Terminal utama Kabupaten Ponorogo adalah Terminal Seloaji yang terletak di sebelah utara Kabupaten Ponorogo yaitu di Kecamatan Babadan. Kendaraan tradisional Masih ada kereta yang ditarik kuda (dokar) yang digunakan sebagai alat transportasi utama. Dokar biasa digunakan di daerah pedesaan, terutama untuk mengangkut pedagang yang hendak menuju pasar-pasar tradisional. Selain itu ada juga dokar yang khusus difungsikan sebagai kereta wisata, yang biasa digunakan untuk mengelilingi Kota Ponorogo. Trayek bus dalam kabupaten Untuk menghubungkan ibu kota kabupaten dengan kecamatan-kecamatan di pinggiran tersedia pula bus mini yang relatif ekonomis. Untuk pelajar misalnya, cukup dikenakan tarif Rp1.000 hingga Rp2.000. Bus mini ini beroperasi mulai setelah subuh hingga menjelang sore. Ada 3 trayek utama bus mini di Ponorogo. Setiap trayek akan memutar melewati Alun-alun Kabupaten Ponorogo–Jalan MT. Haryono–Pabrik Es–Terminal Seloaji–Ngrupit–Pasar Pon–Jeruksing–Terminal Lama–Jenes. 3 trayek tersebut adalah: Terminal Seloaji–Dengok–Jetis–Sambit–Sawoo Terminal Seloaji–Dengok–Balong–ke Slahung / ke Bungkal Terminal Seloaji–Tambak Bayan–Badegan–Purwantoro Angkodes Juga ada angkutan sejenis angkot yaitu Angkodes (angkutan pedesaan) yang merupakan salah satu transportasi umum di Kabupaten Ponorogo untuk daerah-daerah yang tidak dilewati jalur bus seperti Mlarak, Pulung, Sooko, atau Somoroto. Bus antarkota Berpusat di terminal Seloaji, bus antarkota menghubungkan Ponorogo dengan kota-kota di Jawa Timur. Beberapa bus antarkota yang cukup populer di Ponorogo di antaranya: Ponorogo–Surabaya yang dilayani armada bus Restu, Jaya, Mandala, dan beberapa armada bus antarkota lainnya Ponorogo–Trenggalek–Tulungagung–Blitar yang dilayani oleh armada bus Jaya Ponorogo–Ngawi yang dilayani oleh armada bus Cendana Ponorogo–Pacitan yang dilayani oleh armada bus Aneka Kereta api Dahulu ada Jalur kereta api Madiun-Ponorogo-Slahung tetapi sudah tidak berfungsi sejak tahun 1988. Sempat berembus rencana pengaktifan kembali jalur kereta ini yang telah disetujui oleh Wakil Menteri Perhubungan Indonesia E.E. Mangindaan. Namun tentu saja hal ini sulit untuk direalisasikan mengingat sebagian besar jalur kereta yang dulu dipergunakan sekarang telah ditimpa berbagai macam bangunan. Makanan khas Beraneka jenis makanan khas tersedia di Ponorogo. Sate Ponorogo merupakan salah satu jenis sate yang berasal dari daerah Ponorogo. Sate Ponorogo berbeda dengan Sate Madura. Perbedaannya adalah pada cara memotong dagingnya. Dagingnya tidak dipotong menyerupai dadu seperti sate ayam pada umumnya, melainkan disayat tipis panjang menyerupai fillet, sehingga selain lebih empuk, lemak pada dagingnya pun bisa disisihkan. Ukuran sate Ponorogo relatif lebih besar dengan irisan memanjang. Karena ukuran yang memanjang ini, satu tusuk sate Ponorogo biasanya hanya berisi satu atau dua potong daging. Perbedaan berikutnya adalah sate Ponorogo melalui proses perendaman bumbu (dibacem) agar bumbu meresap ke dalam daging. Selain sate, juga terdapat Pecel Ponorogo. Perbedaan Pecel Ponorogo dengan pecel di daerah lainnya adalah bumbu kacangnya kental dan pedas serta mempunyai unsur rasa yang khas dengan aroma yang kuat. Sayur-sayurannya lengkap, taoge yang dipakai bukan berasal dari kacang hijau tetapi dari kedelai. Biasanya dilengkapi dengan petai cina (lamtoro) dan mentimun yang diiris kecil-kecil. Pecel Ponorogo juga dilengkapi dengan rempeyek atau tempe goreng. Cara penyajiannya pun berbeda dengan pecel di daerah lain. Pecel ini disajikan dengan nasi lalu sayur dan disiram sambal, kemudian diberi sayur dan sambal lagi, lalu lalapan kemudian tempe goreng atau rempeyek. Terdapat juga minuman khas dari Ponorogo, yaitu Dawet Jabung. Dawet Jabung mirip dengan es cendol, namun cendol yang dipakai terbuat dari tepung aren dan tanpa bahan pewarna, sehingga warnanya alami. Kuah dawetnya terdiri dari santan kelapa muda yang ditambah dengan gula aren dan sedikit garam. Biasanya ditambahkan tapai ketan dan irisan buah nangka. Dawet ini disajikan dalam mangkuk kecil dan ditambah dengan es batu. Dinamakan Dawet Jabung, karena asal dari dawet ini berasal dari Desa Jabung salah satu desa di Kecamatan Mlarak. Beberapa jajanan khas Ponorogo adalah Jenang Mirah, Gethuk Golan, dan Arak Keling. Dinamakan Jenang Mirah karena pembuat jenang ini adalah Ibu Mirah. Jenang Mirah berasal dari Desa Josari. Merupakan makanan khas Ponorogo yang dibuat dari beras ketan, gula kelapa dan santan buah kelapa, tanpa bahan pengawet. Jenang Mirah termasuk makanan basah karena hanya tahan satu minggu, kecuali dimasukkan ke dalam lemari es. Jenang Mirah sangat mudah ditemui di toko oleh-oleh khas Ponorogo. Selain Jenang Mirah, Juga ada arak keling, yaitu jajanan khas dari Desa Coper. Arak keling terbuat dari pati ketela pohon yang dicampur dengan telur lalu dibentuk seperti angka 8 dan digoreng sampai kering lalu diberi gula pasir yang direbus dahulu sampai kental hingga merata. Selain Jenang Mirah dan Arak Keling, ada pula Serabi Kuah khas Ponorogo, perbedaan serabi ini dengan serabi lain karena dimasak dengan kompor dan wajan dari tanah liat dan rasa serabi yang gurih ditambah dengan kuah santan yang manis, biasanya penjual serabi bisa dijumpai di sekitar Alun-Alun Ponorogo. Catatan Referensi Daftar pustaka Pranala luar Situs Dinas Pariwisata Ponorogo Kanalponorogo.com - Portal Berita Ponorogo Ponorogo Ponorogo
4140
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Probolinggo
Kabupaten Probolinggo
Kabupaten Probolinggo (Madura: Prabâlingghâ, Pèghu: ڤراباْليڠڬاْ) adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kecamatan Kraksaan Kota. Kabupaten Probolinggo merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Kabupaten ini dikelilingi oleh pegunungan Tengger, Gunung Semeru, dan Gunung Argopuro. Kabupaten Probolinggo mempunyai semboyan "Prasadja Ngesti Wibawa". Makna semboyan: Prasadja berarti: bersahaja, blaka, jujur, bares, dengan terus terang, Ngesti berarti: menginginkan, menciptakan, mempunyai tujuan, Wibawa berarti: mukti, luhur, mulia. "Prasadja Ngesti Wibawa" berarti: Dengan rasa tulus ikhlas (bersahaja, jujur, bares) menuju kemuliaan. Geografi Kabupaten Probolinggo adalah salah satu kabupaten yang terletak di pesisir utara Provinsi Jawa Timur. Berada pada posisi 112°50'–113°30' Bujur Timur (BT) dan 7°40'–8°10' Lintang Selatan (LS) dengan luas wilayah sekitar 169.616,65 Ha atau + 1696,17 Km2 (1,07% dari luas daratan dan lautan dari Provinsi Jawa Timur. Dengan Rincian Sebagai berikut: Pemukiman: 147,74 Km2 Persawahan: 373,13 Km2 Tegal: 513,80 Km2 Perkebunan: 32,81 Km2 Hutan: 426,46 Km2 Tambak / kolam: 13,99 Km2 Pulau Gili Ketapang: 0,6 Km2 Lain lain: 188,24 Km2 Dilihat dari geografisnya, Kabupaten Probolinggo terletak di lereng pegunungan yang membujur dari Barat ke Timur, yaitu gunung Semeru, Argopuro, Lemongan, dan pegunungan Bromo-Tengger. Selain itu, terdapat gunung lainnya seperti Gunung Bromo, Widodaren, Gilap, Gambir, Jombang, Cemoro Lawang, Malang dan Batujajar. Dilihat dari ketinggian berada pada 0-2500 m di atas permukaan laut dengan temperatur rata rata 27–30 derajat Celcius Batas wilayah Di tengah-tengah Kabupaten Probolinggo terdapat kota otonom, Kota Probolinggo. Topografi Secara topografi Kabupaten Probolinggo mempunyai ciri fisik yang menggambarkan kondisi geografis, terdiri dari dataran rendah pada bagian utara, lereng-lereng gunung pada bagian tengah dan dataran tinggi pada bagian selatan, dengan tingkat kesuburan dan pola penggunaan tanah yang berbeda. Bentuk permukaan daratan diklasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu: Dataran rendah dan tanah pesisir dengan ketinggian 0-100 M di atas permukaan air laut, daerah ini membentang di sepanjang pantai utara mulai dari Barat ke arah Timur kemudian membujur ke Selatan. Daerah perbukitan dengan ketinggian 100-1.000 M di atas permukaan air laut, daerah ini terletak di wilayah bagian Tengah sepanjang kaki Gunung Semeru dan Pegunungan Tengger serta pada bagian Utara sisi bagian Timur sekitar Gunung Lamongan. Daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1.000 M dari permukaan air laut, daerah ini terletak di sebelah barat daya yaitu sekitar Pegunungan Tengger dan disebelah Tenggara yaitu di sekitar Pegunungan Argopuro. Untuk wilayah pegunungan terdiri dari Gunung Bromo, Widodaren, Gilap, Gambir, Jombang, Cemoro Lawang, Malang, Batujajar dan Argopuro. Sedangkan jumlah sungai yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo antara lain terdiri dari Sungai Pekalen, Pancarglagas, Krasak, Kertosuko, Rondoningo, Pendil, Gending, Banyubiru, Ronggojalu, Kedunggaleng dan Patalan. Sungai terpanjang adalah Rondoningo dengan panjang 95,2 Km, sedangkan sungai terpendek adalah Afour Bujel dengan panjang hanya 2 Km saja. Sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Probolinggo tersebut sangat dipengaruhi oleh iklim yang berlangsung tiap tahun. Iklim Suhu udara di wilayah Kabupaten Probolinggo bervariasi berdasarkan tingkat ketinggian muka lahan, semakin tinggi suatu muka lahan semakin rendah pula rata-rata suhu udaranya, tetapi pada umumnya suhu udara di wilayah Kabupaten Probolinggo berkisar antara 18°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi bervariasi antara 71%–83%. Kabupaten Probolinggo beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di kabupaten ini biasanya berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus. Sedangkan, musim hujan berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 260 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Probolinggo berkisar antara 1.100–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 80–120 hari hujan per tahun. Sejarah Kabupaten Probolinggo Zaman Kerajaan Majapahit Jejak sejarah Kabupaten Probolinggo dapat dimulai dengan mempelajari Buku Negarakertagama. Empu Prapanca, Sang Pujangga Majapahit, dalam Pupuh XXXIV Negarakertagama menuliskan kalimat seperti ini: Arddälawas/nŗpati tansah añanti mäsa, Solahnireŋ sakuwukuww atikaŋ linoyan, Ryyankätmirän hawan i lohgaway iŋ sumandiŋ, Boraŋ, baŋör, baŗmi tüt / hnu ńüny ańulwan. Very long was the Prince yhere, all the time awaiting the month, All his doings in all the different manors, those were what he was absorbed in, At his departure he was taking his way trough Loh Gaway, trough Sumanding Borang, Banger, Baremi following the previous route westward. Agak lama berhenti seraya beristirahat, mengunjungi para penduduk segenap desa, kemudian menuju Sungai gawe, Sumanding, Borang, Banger, Baremi lurus ke barat. Pada Hari Kamis Pahing tanggal 4 September 1359, Prabu Hayam Wuruk memerintahkan rakyat Banger agar memperluas Banger dengan membuka hutan yang ada di sekitarnya yang selanjutnya akan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Banger selanjutnya mengalami perkembangan pesat seiring perkembangan zaman. Hal ini ternyata menarik perhatian dari Bre Wirabumi (Minakjinggo), Raja Blambangan yang berkuasa. Hingga pada akhirnya Banger dapat dikuasai oleh Bre Wirabumi. Bahkan Banger pernah menjadi kancah perang saudara antara Bre Wirabumi (Blambangan) dengan Prabu Wikramardhana (Majapahit) yang dikenal dengan “Perang Paregreg”. Zaman Kerajaan Mataram Pada Tahun 1742, Ibukota Kartasura dikuasai pemberontak. Susuhunan Paku Buwono II, Raja Mataram pada saat itu, berada dalam pengasingan. Pada Ttahun 1743 dengan bantuan VOC, Ibukota Kartasura berhasil direbut kembali dari tangan pemberontak. Sebuah perjanjian sangat berat dibuat oleh Susuhunan Paku Buwono II sebagai imbalan atas bantuan VOC. Akhirnya, VOC mendapatkan hak penguasaan atas Ccirebon, Priangan dan separuh bagian timur Madura, serta seluruh Pantai Utara Jawa, termasuk Banger. Pada tanggal 18 April 1746, Kyai Djojolelono dilantik menjadi Bupati Banger pertama bergelar Tumenggung. Di kemudian hari, momentum inilah yang menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kabupaten Probolinggo. Bupati Djojolelono tercatat berkuasa selama 22 tahun, yang kemudian digantikan Kyai Djojonegoro sebagai Bupati Banger kedua pada Tahun 1768. Pada masa Bupati Djojonegoro inilah, tepatnya pada Tahun 1770 nama Banger diganti menjadi Probolinggo yang berarti sinar yang terang atau cahaya yang memancar. Sebelum mengganti nama Banger menjadi Probolinggo, Kyai Djojonegoro menggelar do'a bersama. Tasyakuran kembul bujono, makan bersama rakyat, sehingga nama Probolinggo Insya Allah abadi sampai akhir nanti. Setelah itu, kehidupan masyarakat Probolinggo berjalan sesuai perkembangan zamannya. Zaman Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda Reformasi secara besar-besaran yang dilakukan pemerintah Hindia Belanda, khususnya di wilayah Jawa Timur, dilaksanakan pada tahun 1928. Sesuai dengan keputusan resmi pemerintah Hindia Belanda, dengan Staatsblad 1925 No. 622, tentang Organisasi Administrasi (bestuursorganisatie). Dengan merujuk staatsblad itu, pada tanggal 25 Mei 1928, pemerintah mengeluarkan Staatsblad 1928 No. 145, tentang Reformasi Administrasi Pemerintahan di Jawa Timur (Bestuurshervorming. Oost Java), yang berlaku sejak 1 Juli 1928. Isi pokok dari Staatsblad ini, adalah pembagian atau pemecahan wilayah karesidenan dan kabupaten di Jawa Timur, serta tindakan-tindakan terkait lainnya, antara lain : - Kabupaten Probolinggo dibagi menjadi 3 kabupaten, terdiri dari : 1. Kabupaten Probolinggo, yang terdiri dari distrik Probolinggo, Tongas, Dringu dan Tengger. 2. Kabupaten Kraksaan, yang meliputi distrik Kraksaan, Paiton, Gending dan Gading. 3. Kabupaten Lumajang, meliputi distrik Lumajang, Ranulamongan, Tempeh dan Kandangan; Dari pembagian Kabupaten Probolinggo, maka kemudian lahirlah 2 kabupaten dan 2 bupati baru, yang belum pernah dibentuk sebelumnya, berlaku secara resmi 1 Januari 1929. Bupati Kraksaan yang pertama, Raden Tumenggung Djojodiprodjo, diangkat 1 Juli 1928. Bupati Lumajang yang pertama, Raden Tumenggung Kartoadiredjo, diangkat 1 Juli 1928. Penghapusan atau pembubaran Kabupaten Kraksaan, secara resmi dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1934, sesuai dengan Staatsblad 1934 No. 708, tentang pembubaran kabupaten (regentschap) Kraksaan dan penggabungan lagi dengan kabupaten Probolinggo (Opheffing van het regentschap Kraksaan en de voeging van het gebied daarvan bij het regentschap Probolinggo). Pembubaran ini berlaku secara resmi sejak 1 Januari 1935. Zaman Kemerdekaan Republik Indonesia Setelah indonesia merdeka, pemerintah menetapkan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten di Jawa Timur. Dasar regulasi ini mengesahkan berdirinya Pemerintah Kabupaten Probolinggo dan Pemerintah Kota Probolinggo. Pada Tahun 1950, Walikota Gatot, memimpin Kota Probolinggo, sedangkat Bupati M. Subandhi Hadinoto, memimpin Kabupaten Probolinggo. Sungguhpun demikian Pendopo dan pusat pemerintahan Kabupaten Probolinggo tetap berada di wilayah teritorial Kota Probolinggo. Etimologi Ketika seluruh Wilayah Nusantara dapat dipersatukan di bawah kekuasaan Majapahit tahun 1357 M (tahun 1279 Saka), Maha Patih Gajah Mada telah dapat mewujudkan ikhrarnya dalam Sumpah Palapa. Menyambut keberhasilan ini, Sang Maha Raja Prabu Hayam Wuruk berkenan berpesiar keliling negara. Perjalanan muhibah ini terlaksana pada tahun 1359 (tahun 1281 Saka). Menyertai perjalanan bersejarah ini, Empu Prapanca seorang pujangga ahli sastra melukiskan dengan kata-kata, Sang Baginda Prabu Hayam Wuruk merasa suka cita dan kagum,menyaksikan panorama alam yang sangat mempesona di kawasan yang disinggahi ini. Masyarakatnya ramah,tempat peribadatannya anggun dan tenang,memberikan ketentraman dan kedamaian serta mengesankan. Penyambutannya meriah aneka suguhan disajikan, membuat Baginda bersantap dengan lahap. Taman dan darma pasogatan yang elok permai menyebabkan Sang Prabu terlena dalam kesenangan dan menjadi kerasan. Ketika rombongan tamu agung ini hendak melanjutkan perjalanan, Sang Prabu diliputi rasa sedih karena enggan untuk berpisah. Saat perpisahan diliputi rasa dukacita, bercampur bangga. Karena Sang Prabu Maha Raja junjungannya berkenan mengunjungi dan singgah berlama-lama di tempat ini. Sejak itu warga disini menandai tempat ini dengan sebutan "Prabu Linggih". Artinya tempat persinggahan Sang Prabu sebagai "Tamu Agung". Sebutan Prabu Linggih selanjutnya mengalami proses perubahan ucap hingga kemudian berubah menjadi "Probo Linggo". Maka sebutan itu kini menjadi Probolinggo. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Tata ruang Dalam pelaksanaan pembangunan, berdasarkan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah perlu diupayakan sistem pengelolaan penyelenggaraan pembangunan yang efisien dan efektif, dalam rangka pengembangan wilayah. Salah satu yang dapat dijadikan pegangan dalam mewujudkan keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah adalah mencapai keseimbangan laju pertumbuhan dan perkembangan antar wilayah, pemerataan hasil pembangunan serta kelestarian lingkungan hidup. Kebijakan perwilayahan pembangunan di Kabupaten Probolinggo dibagi menjadi 2 (dua) Hierarkhi pusat pelayanan yang ada di wilayah Kabupaten Probolinggo, adalah sebagai berikut: Hierarki I Kabupaten Probolinggo adalah Kota Kraksaan, yang merupakan pusat Wilayah Pembangunan I. Adapun wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pembangunan ini adalah Kecamatan Kraksaan, Kecamatan Pajarakan, Kecamatan Krejengan dan Kecamatan Besuk. Fungsi pengembangan utama sebagai pemerintahan, perkotaan, pendidikan, perikanan dan jasa. Hierarki II adalah kota-kota lainnya yang menjadi pusat Wilayah Pembangunan II sampai Wilayah Pembangunan VI Kabupaten Probolinggo, yaitu: Kota Paiton, yang merupakan yang Wilayah Pembangunan II. Wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pengembangan ini adalah Kecamatan Paiton, Kecamatan Kotaanyar dan Kecamatan Pakuniran. Fungsi pengembangan utama sebagai kawasan industri, sumber energi dan perikanan. Kota Gading, yang merupakan yang Wilayah Pembangunan III. Wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pengembangan ini adalah Kecamatan Gading, Kecamatan Krucil dan Kecamatan Tiris. Fungsi pengembangan utama sebagai pusat pengembangan agropolitan, agrowisata dan kawasan lindung. Kota Leces, yang merupakan yang Wilayah Pembangunan IV. Wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pembangunan ini adalah Kecamatan Leces, Kecamatan Dringu, Kecamatan Gending, Kecamatan Maron, Kecamatan Banyuanyar dan Kecamatan Tegalsiwalan. Fungsi pengembangan utama sebagai penyangga perkotaan, industri dan perikanan. Kota Wonomerto, yang merupakan yang Wilayah Pembangunan V. Wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pembangunan ini adalah Kecamatan Wonomerto, Kecamatan Sumberasih, Kecamatan Bantaran, Kecamatan Kuripan dan Kecamatan Sumber. Fungsi pengembangan utama sebagai pusat pengembangan kawasan pertambangan, perikanan dan pariwisata. Kota Tongas, yang merupakan yang Wilayah Pembangunan VI. Wilayah kecamatan yang termasuk dalam wilayah pembangunan ini adalah Kecamatan Lumbang, Kecamatan Sukapura dan Kecamatan Tongas. Fungsi pengembangan utama sebagai kawasan agropolitan, pariwisata dan industri. Pemekaran Dengan berlakunya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, maka perkembangan di Probolinggo semakin cepat dan pesat, dimana Kota Probolinggo telah mampu berdiri sebagai Kota Madya dengan Ibu Kota Probolinggo, sedangkan Kabupaten Probolinggo yang semula ikon ibu kotanya adalah Probolinggo, kini harus bergeser dengan membentuk ibu kota sendiri yakni Kraksaan sebagai ibu kota kabupatennya. Secara astronomis Kabupaten Probolinggo berada pada posisi 7′ 40′ sampai 8′ 10′ lintang selatan dan 111′ 50′ sampai 113′ 30′ bujur timur yang terbentang dari daerah barat keselatan mulai Kecamatan Tongas sampai Kecamatan Lumbang dan sebelah timur mulai Kecamatan Paiton hingga Kecamatan Tiris serta Kecamatan Krucil diposisi arah tenggara yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Situbondo dan Jember, sedangkan wilayah kota madya terletak di bagian tengah sebelah utara. Luas wilayah Kabupaten Probolinggo (daerah pedesaan/rural area) 1.397,50 km2 dan luas wilayah Kota Madya Probolinggo (daerah perkotaan/urban area) 56,67 km2. Dengan bentang alam yang cukup luas ini, maka tidak salah apabila Kraksaan dipilih sebagai tempat Ibu Kota Kabupaten Probolinggo, sehingga terpisah dengan Ibu Kota Kota Madya Probolinggo. Sebenarnya antara kabupaten dan kota madya berada pada jenjang yang sama. Perbedaan status daerah kabupaten dan kota dimaksudkan untuk memberikan penekanan pada kondisi masyarakat atau kawasan setempat. Daerah kabupaten dimaksudkan bagi masyarakat atau kawasan pedesaan (rural area) dan daerah kota dimaksudkan bagi masyarakat atau kawasan perkotaan atau urban area (Muluk, 2005:140). Dengan adanya penekanan yang berpola pada perbedaan kawasan tersebut, maka dengan dipilihnya Kraksaan sebagai Ibu Kota Kabupaten Probolinggo secara psikologis, akan memberikan dampak positif bagi seluruh warga masyarakat kabupaten, karena ibu kota merupakan lambang kebanggaan tentang keberadaan suatu wilayah, dan sekaligus sebagai cermin bagi keberhasilan suatu pemerintahan. Dipilihnya Kraksaan sebagai Ibu Kota Kabupaten Probolinggo ini tentunya secara internal beradasarkan pada pertimbangan kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan pertimbangan lainnya, sedangkan secara eksternal untuk perubahan nama ibu kota dan pemindahan ibu kota daerah ditetapkan dengan perturan pemerintah, maka dengan demikian apabila kedua faktor internal dan eksternal tersebut disatukan, Kraksaan akan lebih mampu dan berdiri sebagai sosok Ibu Kota Kabupaten Probolinggo yang baru dan sekaligus akan memberi harapan baru bagi warga Kota Kraksaan khususnya dan warga masyarakat Kabupaten Probolinggo pada umumnya dalam upayanya ikut membangun bangsa dan negara. Pariwisata Kabupaten Probolinggo juga memiliki tempat wisata yang banyak diminati Wisatawan baik dari Dalam negeri maupun luar negeri. Berikut adalah nama-nama tempat wisata yang ada di Kabupaten Probolinggo: Gunung Bromo Banyak yang beranggapan bahwa kawasan wisata Gunung Bromo sepenuhnya termasuk dalam wilayah administrasi kabupaten Malang. Padahal Gunung Bromo notabanenya masuk dalam wilayah administrasi kabupaten Probolinggo dan sebelah Barat Daya termasuk dalam wilayah kabupaten Pasuruan. Dalam mitologi suku Tengger yang mendiami wilayah Bromo, tepatnya di Desa Ngadisari, Dsn. Cemorolawang, kecamatan Sukapura, kabupaten Probolinggo, terdapat sebuah upacara adat bernama upacara kasada (Yadnya Kasada). Upacara diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa. Gunung Argopuro Gunung Argopuro memiliki beberapa puncak, salah satunya adalah puncak Rengganis. Selain memiliki daya tarik khas puncak gunung, di Rengganis juga terdapat situs peninggalan zaman purbakala berupa teras berundak yang terdiri dari 3 komplek area dengan 5 bekas bangunan di dalamanya. Reruntuhan bersejarah itu dipercaya sebagai bekas reruntuhan kerajaan Dewi Rengganis. Pulau Gili Ketapang Pulau Gili Ketapang adalah pulau di Selat Madura, jaraknya delapan kilometer dari bibir pantai Probolinggo, dan dihuni oleh mayoritas Suku Madura. Pulau Gili Ketapang mempunyai luas 68 hektar, dan bisa diakses melalui Pelabuhan Tanjung Tembaga. Konon dulu Pulau Gili Ketapang menyatu dengan Pulau Jawa, dan baru memisah setelah terjadi letusan Gunung Semeru yang dahsyat. Gili artinya mengalir, Ketapang adalah nama tempat tersebut.Di Gili Ketapang kita bisa snorkeling,melihat terumbu karang yang masih jernih dan pemandangan alam laut lainnya yang masih perawan. Hamparan pasir putih yang luas nan cantik membuat banyak pengunjung merasa kagum ketika berkunjung. Selain itu, pemandangan gunung yang sangat indah menambah sensai romantis ketika berkunjung ke tempat tersebut. Ranu Segaran Ranu Segaran atau Danau Segaran terletak di Desa Segaran, Kecamatan Tiris. Ranu Segaran dapat ditemput dari pusat Probolinggo selama tiga puluh menit perjalanan. Jangan cemas, sepanjang perjalanan anda disuguhi pemandangan berupa pepohonan dan rangkaian pegunungan. Anda bisa sejenak singgah di Air Panas dalam perjalanan ke Danau Segaran.Ranu Segaran muncul akibat aktivitas vulkanik alias gunung berapi. Airnya masih bening, alam sekitaranya masih perawan. Pemandangannya syahdu melenakan hati. Perlu hati-hati biar anda tidak tertidur sampai malam di tempat asri ini. Candi Jabung Candi Jabung adalah Candi Hindu peninggalan kerajaan Majapahit. Meski hanya dari bata merah, candi Jabung terbukti mampu bertahan selama ratusan tahun. Menurut keagamaan, Agama Budha dalam kitab Nagarakertagama Candi Jabung di sebutkan dengan nama Bajrajinaparamitapura. Dalam kitab Nagarakertagama candi Jabung dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada lawatannya keliling Jawa Timur pada tahun 1359 Masehi. Pada kitab Pararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhre Gundal salah seorang keluarga raja. Air Panas Desa Tiris Air Panas Desa Tiris masih termasuk kompleks Ranu Segaran, tinggal melangkah 200 meter. Wisata Air Panas Desa Tiris masih alami, hanya ada tembok pemisah yang sangat sederhana. Belum ada sentuhan manusia yang lebih heboh. Air Panas Desa Tiris bisa kita nikmati dari dekat, dan kita bisa merasakan kehangatannya. Ada air sungai yang jernih di sampingnya, dangkal sekali, cuma selutut, hingga tapak kaki kita kelihatan. Sekitar sungai adalah pepohonan yang rimbun. Dan di seberangnya adalah pemandangan alam yang asri dan bagus. Air terjun Madakaripura Air terjun Madakaripura terletak di Desa Negororejo, Kecamatan Lumbang. Air terjun Madakaripura masih termasuk kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Air terjun Madakaripura berbentuk ceruk yang dikelilingi perbukitan yang meneteskan air pada seluruh bidang tebingnya, tiga di antaranya mengucur deras dan membentuk air terjun lagi.Madakaripura bisa dicapai dari Probolinggo, bisa dari Malang. Kalau dari Probolinggo kita bisa ikut bus ke arah Tongas. Bilang saja mau ke air terju Madakaripura pada pak kondektur atau sopir. Anda akan berhenti di pertigaan Tongas. Lalu naik angkot. Jangan lupa nawar biar murah. Arung Jeram Sungai Pekalen Sungai Pekalen hanya sejauh 25 kilometer dari Probolinggo. Sungai Pekalen punya pemandangan yang indah, meski terdapat belokan yang bertebing dan juram,serta batu-batu berukuran besar. Sungai Pekalen ini mengalir di tiga kecamatan, yaitu Maron, Tiris dan kecamatan Gading. Wisata Ziarah Makam Syekh Hasan Genggong Makam Syekh Hasan Genggong atau Kompleks Pemakaman atau Maqbaroh Syekh Hasan Genggong adalah salah satu Mursyid Naqshabandi, Kholifah Pesantren Zainul Hasan Genggong Jawa. Kompleks yang terletak di Genggong Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo ini merupakan tempat persemayaman jasad Syekh Hasan Genggong atau yang bernama asli Muhammad Hasan. Selain jasad Syekh Hasan Genggong, kompleks ini juga bersemayam jasad-jasad keluarga seperti Syekh Zainal Abidin Maroko,[1] istri-istri, dan putera-puterinya.[2] Kompleks Makam Syekh Hasan Genggong ini adalah lokasi Pesantren Zainul Hasan Genggong yang didirikan oleh Syekh Zainal Abidin al-Maghrobi dari Maroko 1839 M. Demografi Jumlah penduduk Probolinggo berdasarkan perhitungan BPS pada tahun 2008 sebanyak 1.092.036 terdiri atas 523.652 laki laki dan 568.384 perempuan. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar 1.01%. Adapun tingkat kepadatan penduduk rata rata 644 Jiwa/Km2 dengan tingkat kepadatan tertinggi terjadi di Kecamatan Sumberasih. Dan tingkat kepadatan terendah terjadi di Kecamatan Sumber. Penduduk kabupaten Probolinggo mayoritas adalah suku Madura selain itu Suku Jawa Arekan yang merupakan penduduk asli wilayah ini dapat ditemui di beberapa wilayah di bagian barat. Suku Madura di kabupaten Probolinggo bahkan lebih banyak presentase jumlahnya dibandingkan di kabupaten Jember. Bahasa daerah Madura dan Jawa juga mudah dijumpai di setiap wilayah, sehingga sangat umum masyarakat Probolinggo menguasai kedua bahasa daerah ini dengan baik. Kedua bahasa ini juga saling mempengaruhi sehingga memunculkan beberapa kosakata khas Probolinggo. Hal serupa juga berlaku di daerah Jember, yang terkenal sebagai Pusat Budaya Pendalungan. Selain itu, juga terdapat Suku Tengger yang dipercaya merupakan sub-suku Jawa . Bahasa mereka sehari-hari adalah bahasa Jawa Tengger. Suku Tengger menghuni wilayah sekitar gunung Bromo-Semeru. Mayoritas penduduknya beragama Islam 92,82%, Hindu 3,60%, Kristen 3,01%(Protestan 1,51%, dan Katolik 1,50%), Buddha 0,50%, Konghucu 0,04%, dan Kepercayaan 0,03%. Adapun Persentase mata pencaharian penduduk Kabupaten Probolinggo Sebagai berikut: Persentase Mata Pencaharian Penduduk Kab.Probolinggo Wilayah Kabupaten Probolinggo adalah daerah pantai yang sangat asri seperti Kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu, Pajarakan, Kraksaan, Paiton dan terdapat Wisata Pantai Pasir Putih dengan Panorama Ikan dan Trumbu Karang. Sedangkan daerah pegunungan berpotensi untuk pengembangan sektor perkebunan dengan berbagai komoditinya. Ekonomi Kabupaten Probolinggo mempunyai banyak objek wisata, di antaranya Gunung Bromo, air terjun Madakaripura, Pulau Giliketapang dengan taman lautnya, Pantai Bukit Bentar, Ranu Segaran, dan Sumber Air Panas yang terletak di Desa Tiris serta Candi Jabung yang mencerminkan kejayaan masa lalu. Selain itu Kabupaten Probolinggo memiliki bermacam-macam seni budaya khas, di antaranya Kerapan Sapi, Kuda Kencak, Tari Glipang dan Tari Slempang, Tari Pangore dan Seni Budaya masyarakat Tengger. Selain objek wisata dan keseniannya Kabupaten Probolinggo juga menghasilkan buah-buahan, sayur-sayuran serta hasil perkebunan lainnya. Sumber Daya Alam Kabupaten Probolinggo memiliki sumber daya alam berupa tembakau, mangga, anggur, semangka, gula, pohon jati, udang, pasir, emas, tembaga, mangan, bijih besi, belerang/sulfur, dan ikan laut. Transportasi Transportasi di Kabupaten Probolinggo masih minim. Dulu, terdapat sebuah stasiun besar di Kraksaan yang bernama Stasiun Kraksaan, namun sejak tahun 1960, Stasiun tersebut ditutup. Bus Kebanyakan bus yang berada di Kabupaten Probolinggo melayani jurusan Situbondo, Jember, Banyuwangi, Malang, Surabaya, maupun Denpasar Angkutan Daerah Angkutan daerah di Kabupaten Probolinggo biasa dipanggil "kol". Angkutan ini biasanya berangkat dari Paiton menuju Kota Probolinggo, namun ada angkutan yang berangkat dari Situbondo Kuliner Sebagai salah satu kabupaten. Probolinggo tentunya memiliki makanan khas seperti Nasi glepungan, Sirup pokak, keripik kentang, dan laini lain. Nasi Glepungan Nasi Glepungan. Namanya cukup aneh, tetapi rasanya sangat lezat sekali. Nasi Glepungan biasanya terdiri dari ikan asin, lalapan, sambal pedas, nasi glepungan (sari-sari jagung), sayur kelor, tempe dan tahu penyet. Sirup Pokak Keistimewaan dari sirup Pokak tanpa bahan pengawet, bahan seperti untuk membuat pokak itu alami, mudah untuk didapat, di pasar juga ada, di swalayan juga bisa. Tapi tidak bisa tahan lama, karena buatnya tidak pakai pengawet. Lamanya hanya bertahan 1 minggu. Khasiat sirup okak adalah dapat menghangatkan badan, meredakan sakit tenggorokan, juga dapat diminum dengan es. Keripik Kentang Selain makanan tradisional, Probolinggo juga banyak bergerak pada makanan kecil atau camilan khas Probolinggo. Salah satunya adalah keripiki Kentang, yang terbuat dari kentang segar dengan hasil yang renyah. Mangga Probolinggo Hampir semua orang mengenal mangga Probolinggo, rasanya manis dan segar. Saat musim mangga bulan Mei-Oktober, mangga Probolinggo akan membanjiri pasar hingga ke kota-kota besar seperti Jakarta. Di luar Probolinggo harganya agak sedikit mahal ini karena ongkos kirim dibebankan pada pembeli, sedangkan di Probolinggo sendiri harganya murah sehingga banyak yang membawanya sebagai oleh-oleh. Terdapat 12 kecamatan sebagai sentra mangga antara lain di Kecamatan Tongas, Pakuniran, Gading, Maron, Banyuanyar, Besuk, Wonomerto, Paiton, Leces, Kota Anyar, Tegal Silwan dan Krejengan. Varietas mangga yang dikembangkan antara lain Arumanis dan Manalagi. Mangga Probolinggo terutama varietas Arumanis sangat populer dan sudah dipasarkan di dalam negeri maupun di pasar internasional seperti Singapura. Selain mangga, di Probolinggo juga terdapat buah unggulan dan khas yaitu anggur. Di daerah tertentu, buah anggur juga tumbuh subur di pekarangan rumah penduduk. Salah satu daerah yang terkenal dengan kualitas anggur terbaik yanitu Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan Kota Probolinggo. Buah anggur bahkan sudah diproduksi dalam bentuk jus anggur dari berbagai jenis yang berbeda, antara lain jenis Probolinggo Super, Prabu Bestari, Belgie dan Caroline Black Rose. Kota Probolinggo juga berhasil mengembangkan anggur dengan baik, khususnya jenis Prabu Bestari yang saat ini dikembangkan secara besar-besaran di Probolinggo. Prabu Bestari sendiri merupakan varietas hasil pengembangan dari jenis anggur Probolinggo Super. Bentuknya sedikit lebih besar dari Probolinggo Super, sementara cita rasanya lebih enak dan lebih manis. Kepiting Olok Olok, adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat Probolinggo untuk menyebut kepiting muda yang terdapar di pantai. Kepiting muda ini diolah dan diberi campuran udang dan bumbu. Kemudian dimasukkan lagi ke dalam cangkang kepiting yang berukuran besar. Cangkang dari kepiting muda ini masih lembut sehingga rasanya gurih. Probolinggo memang terkenal dengan kekayaan olahan lautnya, selain kepiting ada pula hidangan lain berbahan kerang simping. Kerang simping atau scallop ini sangat mudah ditemui di daerah pantai. Biasanya kerang simping ini memiliki cangkang yang lebar dan datar, umumnya disajikan sebagai hidangan pembangkit selera, yaitu sup simping. Kerang simping disajikan bersama wortel, kacang polong dan jagung manis sehingga menghasilkan cita rasa asin dan gurih. Menu unik lainnya yaitu gongseng ikan jenggelek. Cara memasaknya cukup sederhana, dengan bahan antara lain ikan jenggelek yang dipotong-potong, bawang putih, bawang bombay, lengkuas, cabe rawit, cabe besar merah, cabe besar hijau dan bumbu penyedap. Ketan Kratok Makanan lain yang dapat dijumpai di Probolinggo adalah Oncer, dan ternyata Oncer ini masih banyak dijumpai di daerah Kecamatan Bantaran karena sebagian masyarakatnya masih mengkonsumsi Oncer. Makanan Oncer atau yang kerap disebut dengan sorghum atau jagung cantel. Sebagai lauknya yang khas yaitu mortes yang biasa disebut remis. Untuk Oncer, bisa juga diolah menjadi berbagai bahan makanan dan minuman. Untuk makanan pokok Oncer ini dijadikan nasi non beras dan rasanya juga tidak kalah dengan beras. Bisa pula diolah menjadi kudapan tape, selanjutnya dijadikan madu mongso,lupis dan mentuk. Untuk mimunan bisa dibuat menjadi dawet oncer dan cao oncer. Anggur Prabu Bestari Selain dikenal sebagai Kota Angin dan Kota Mangga, Probolinggo juga dikenal sebagai Kota Anggur. Sekitar dekade 80-an, budidaya anggur ini sempat booming di Probolinggo. Di sepanjang jalan Mastrip Desa Wonoasih, merupakan sentra anggur terbesar di Probolinggo. Ribuan pohon anggur terbentang sejauh mata memandang. Di kiri kanan jalan, buah anggur itu terjuntai mempesona di antara bambu-bambu yang menopangnya. Anggur-anggur itu menggoda siapa saja yang memandangnya, untuk segera memetik dan mencicipinya. Kualitas anggur Probolinggo sendiri tidak perlu diragukan lagi. Bentuknya segar, warnanya cerah, manis rasanya dan harum aromanya. Soto Kraksaan Banyak ditemukan di Kecamatan Kraksaan. Ibu kota Kabupaten Probolinggo. Soto Kraksaan memiliki ciri khas yang tidak dimiliki soto lain. yaitu kuahnya diberi santan tetapi tidak terlalu kental. Meski diklaim soto khas Probolinggo tetapi tempatnya di Kota Kraksaan atau kurang lebih 27 Km dari Probolinggo. Letak persisnya di sebelah masjid Krasaan Ar-Raudlah dan dekat alun alun kota Kraksaan. Kebudayaan Ada bermacam-macam Kebudayaan yang dimiliki oleh Kota kecil yang satu ini, contohnya Tari Glipang, Ludruk, Petik Laut, Perahu Hias, dll. Tari Glipang Tari Glipang lahir di Desa Pendil, Kecamatan Banyuanyar, Kabupaten Probolinggo ini sudah lama dikenal masyarakat. Tari Glipang Berasal dari kebiasan masyarakat. Kebiasaan yang sudah turun temurun tersebut akhirnya menjadi tradisi. Pak Parmo yang merupakan cucu dari pencipta Tari Glipang ini mengatakan bahwa “Glipang” bukanlah nama yang sebenarnya dari tarian tersebut. Awalnya nama tari tersebut adalah “Gholiban” berasal dari bahasa arab yang berarti kebiasaan. Ludruk Ludruk merupakan suatu bentuk pementasan drama kehidupan yang disajikan dengan pendekatan kehidupan sehari-hari masyarakat Arekan Jawa Timur pada umumnya. Ludruk tumbuh dan berkembang hampir disemua daerah di Jawa Timur bagian Timur termasuk di daerah Probolinggo. Tampilan ludruk khas Probolinggo memiliki perbedaan dengan ludruk-ludruk lainnya, yakni pada bahasa yang dipakai Ludruk Probolinggo menggunakan bahasa Jawa Arekan yang di campur dengan bahasa Madura Pesisiran, baik dalam bentuk kidungan maupun dialog para pemainnya. Petik Laut Petik Laut merupakan lomba balap perahu yang di adakan pada tanggal 15 bulan Sya’ban (15 hari sebelum puasa). Tradisi ini berasal dari masyarakat yang bertujuan untuk menyambut hadirnya bulan puasa. Media Massa Radio Stasiun Radio di Probolinggo Televisi Galeri Lihat pula Kota Probolinggo Kabupaten Purbalingga Kabupaten Kraksaan Bupati Kraksaan Catatan kaki Referensi Pranala luar Probolinggo Probolinggo
4141
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sampang
Kabupaten Sampang
Sampang (Hanacaraka: ꦱꦩ꧀ꦥꦁ, Pegon: سامڤاڠ, cara pengucapan; [sam.paŋ]) adalah sebuah wilayah kabupaten yang ada di Pulau Madura. Kabupaten ini terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Sampang. Sejarah Sejarah kuno Sampang hanya dikenal dari beberapa prasasti dengan Sangkala Chandra. Dalam tradisi Jawa, adalah suatu representasi visual yang berbunyi hukum empat kata yang masing-masing menghasilkan angka. Ini memberikan makna tanggal secara penanggalan Saka. Candra Sangkala pertama ditemukan di situs Sumur Daksan di desa Dalpenang, membaca angka 757 Saka atau 835 Masehi itu menandakan adanya komunitas kaum Budha yang dipimpin oleh Resi (guru spiritual). Candra Sangkala kedua ditemukan di situs Bujuk Nandi, di desa Kamoning Kabupaten Sampang, yang terbaca sebagai Saka 1301 atau 1379 M. Situs itu menyebutkan adanya sebuah komunitas yang dipimpin oleh seorang Resi bernama Durga Shiva Mahesasura Mardhini. The Nandi banteng adalah vahana atau kendaraan Dewa Shiwa. Candra Sangkala ketiga ditemukan di situs Pangeran Bangsacara di desa Polagan, menandakan tahun 1383, ketika pembangunan sebuah kuil Buddha dengan ber-relief yang menceritakan kisah seorang pangeran bernama Bangsacara dan berisi pesan moral dan ajaran agama. Kita dapat menyimpulkan keberadaan masyarakat Shaivite dan Buddha di kabupaten Sampang antara tahun 1379 dan 1383. Candra Sangkala keempat ditemukan di situs Pangeran Santomerto yang menunjukkan tanggal kematian pangeran Santomerto, paman Praseno sesuai dengan tahun 1574. Candra Sangkala kelima yang terukir di sayap kiri dari portal utama makam ibu Praseno di Madegan. Ini melambangkan naga melalui kepala ke ekor dengan panah. Ini melambangkan tahun 1546 Saka atau 1624 M. Ini adalah tahun dimana Praseno diangkat oleh Sultan Agung dengan gelar Pangeran Cakraningrat I. Berangkat dari temuan prasasti dan situs itulah, akhirnya Pemkab Sampang menggelar Seminar Penentuan Hari Jadi Kabupaten Sampang. Yang diundang sebagai pembicara antara lain, peneliti sejarah dari Fakultas Sastra Jurusan Arkeologi Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta. Kesimpulan seminar, situs Sumur Daksan, Buju’ Nandi, Bangsacara, dan Pangeran Santo Merto dinyatakan tidak bisa dijadikan sebagai referensi. Alasannya, tidak ada bukti atau referensi kepustakaan otentik yang mendukung. Khusus prasasti Pangeran Santo Merto, sebenarnya disertai bukti tulisan ahli sejarah asal Belanda, H. J. De Graff. Tapi, tulisan tersebut dinyatakan tidak representatif dijadikan dasar penetapan Hari Jadi Kabupaten Sampang. Setelah melalui adu argumentasi dan pengkajian ilmiah secara mendalam, akhirnya situs Makam Rato Ebuh yang ditetapkan sebagai acuan untuk menentukan Hari Jadi Kabupaten Sampang. Babad Sampang Pada masa kerajaan Majapahit di Sampang ditempatkan seorang Kamituwo yang pangkatnya hanya sebagai patih. Pada masa itu, dapat dikatakan sudah terdapat kepatihan yang berdiri sendiri. Setelah Majapahit mulai mengalami kemunduran, di Sampang berkuasa Ario Lembu Peteng atau terkenal dengan sebutan Bondan Kejawan atau Ki Ageng Tarub II atau Prabu Brawijaya VI, Putera ke-14 dari Raja Majapahit Prabu Bhre Kertabhumi atau Prabu Brawijaya V atau Raden Alit dengan selirnya yaitu Puteri Champa yang bernama Ratu Dworo Wati atau Puteri Wandan Kuning. Lembu Peteng akhirnya pergi memondok di Masjid Ampel dan meninggal di sana. Pengganti Kamituwo di Sampang adalah putera yang tertua yakni Ario Menger yang keratonnya tetap di Madekan. Menger berputera 3 orang laki-laki ialah: Ario Langgar, Ario Pratikel (ia bertempat tinggal di Pulau Gili Mandangin atau Pulau Kambing) dan Ario Panengah yang bergelar Pulang Jiwo bertempat tinggal di Karangantang. Ario Pratikel mempunyai anak perempuan yang bernama Nyai Ageng Budo yang menikah dengan Ario Pojok yang merupakan putera dari Ario Kudut, Ario Kudut sendiri merupakan putera dari Ario Timbul. Ario Timbul merupakan putera dari hasil pernikahan antara Menak Senojo dengan Nyai Peri Tunjung Biru Bulan atau yang bergelar Puteri Tunjung Biru Sari. Pernikahan antara Nyai Ageng Budo dengan Ario Pojok membuahkan keturunan yang bernama Kyai Demang (Demangan adalah tempat kelahirannya). Geografi Kabupaten Sampang secara administrasi terletak dalam wilayah Provinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di antara 113o 08'–113o39' Bujur Timur dan 6o05'–7o 13' Lintang Selatan. Kabupaten Sampang terletak ± 100 Km dari Surabaya, dapat dengan melalui Jembatan Suramadu kira-kira 1,5 jam atau dengan perjalanan laut kurang lebih 45 menit dilanjutkan dengan perjalanan darat ± 2 jam. Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas wilayah sebanyak 1.233,30 km². Proporsi luasan 14 kecamatan terdiri dari 6 kelurahan dan 180 Desa. Kecamatan Banyuates dengan luas 141,03 Km2 atau 11,44 % yang merupakan Kecamatan terluas, sedangkan Kecamatan terkecil adalah Pangarengan dengan luas hanya 42,7 Km2 (3,46 %). Batas Wilayah Iklim Wilayah Kabupaten Sampang beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau di wilayah Sampang berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus yang curah hujan bulanannya kurang dari 20 mm per bulan. Sementara itu, musim penghujan di wilayah Sampang berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 240 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Sampang berkisar antara 1.200–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar pada 80–120 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah ini pun berkisar antara 21°–33 °C dengan tingkat kelembapan relatif sebesar ±77%. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Kabupaten Sampang mempunyai 1 buah pulau berpenghuni yang terletak di sebelah selatan Kecamatan Sampang. Nama pulau tersebut adalah Pulau Mandangin, luas Pulau Mandangin sebesar 1,650 km2. Akses transportasi ke Pulau Mandangin adalah dengan menggunakan transportasi air dalam hal ini adalah perahu motor yang berada di Pelabuhan Tanglok. Perjalanan dari Pelabuhan Tanglok menuju Pulau Mandangin ini membutuhkan waktu 30 menit. Masakan khas kota ini adalah kaldu. Selain itu makanan khasnya adalah nasi jagung. Pulau Penduduk Jumlah penduduk berdasarkan BPS Kabupaten Sampang pada tahun 2005 sejumlah 794.914 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan BPS Kabupaten Sampang pada tahun 2008 sejumlah 870.365 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan BPS Kabupaten Sampang pada tahun 2009 sejumlah 864.798 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan BPS Kabupaten Sampang pada tahun 2010 sejumlah 876.950 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan BPS Kabupaten Sampang pada tahun 2021 sejumlah 902.514 jiwa. Pariwisata Tempat Wisata Pulau Mandangin Pantai Camplong Kuburan Madegan Waduk Klampis Desa Kramat kecamatan Kedungdung Air terjun Toroan Rimba monyet–Nepa Raden segoro Reruntuhan Pababaran Pemandian Sumber Otok Wisata Alam Gua Lebar Wisata Arsip Masyarakat Sampang (WAMAS) Monumen Sampang Situs Pababaran Trunojoyo Situs Ratoh Ebuh Sumur Daksan Situs Makam Pangeran Santo Merto Situs Makam Bangsacara dan Ragapatmi Situs Makam Sayyid Ustman Bin Ali Bin Abdillah Al-Habsyi == tidak ada orang yang mengetahui secara pasti. Konon diyakini oleh masyarakatnya bahwa tradisi ini telah berlangsung ratusan tahun lamanya, bahkan ada yang meyakini telah berlangsung dua abad lamanya. Dua orang tokoh sakti yang namanya selalu disebut-sebut ialah Buju' Toban dan Buju' Bung Kenek. Berasal dari manakah dua orang tokoh yang dimitoskan sakti tersebut, juga tidak di ketahui secara pasti. Masyarakat mayakini kedua tokoh sakti tersebut berasal dan Banjar (wilayah Kalimantan), yakni tokoh pelarian perang pada tempo dulu yang akhimya menetap di desa tersebut (desa Banjar) Kecamatan Kedungdung. Kedua tokoh tersebut dikenal ahli membuat senjata sakti, dengan bahan baku tanah Iiat (lempung) Karena kesaktiannya, dan mantra-mantra yang dimilikinya maka senjata atau tersebut menjadi amat kuat, dapat digunakan untuk berburu binatang buas dan dapat pula untuk melindungi warga masyarakat bila ada musuh atau gangguan binatang buas. Bentuk senjata (pusaka) tradisional itu amat beragam, misalnya berbentuk tombak, clurit, pedang, linggis dan pisau bermata dua. Jumlah senjata tradisional itu semula sebanyak 50, tetapi yang tersisa pada tangan anak cucu kedua tokoh tersebut hanya 24 senjata. Ke manakah raibnya yang lain (26 senjata)? Tampaknya warga masyarakat tidak ada yang mengetahuinya. Senjata tersebut merupakan warisan budaya dan warisan keluarga anak cucu kedua tokoh tersebut. Berdasarkan wasiat lisan leluhurnya, senjata tradisional tersebut tidak diperkenankan untuk dipindah-tangankan (dijual atau dimiliki orang lain yang bukan keturunannya). Sampai sekarang ini, senjata tersebut tetap disimpan di belakang Masjid Banjar. Upacara gumbak dilaksanakan bersamaan dengan upacara bersih desa, setahun sekali. Pada masa tertentu, misalnya kemarau panjang, upacara ini dapat dilaksanakan sambil melaksanakan Shalat Istisqa'. Tujuan upacara tersebut untuk mengucapkan syukur kepada Allah SWT, dan memohon agar desa tersebut diberi kesuburan tanah, kemakmuran dan ketentraman. Tempat upacara secara rutin telah ditetapkan yaitu di Buju' Tenggina, tanah Galis atau tanah paokalan (tanah tempat pertarungan pendekar). Pendekar yang memenangkan pertarungan di Paokalan dinyatakan sebagai patriot pembela/penjaga keamanan desa di Buju' Toban, Buju' Bundaya dan Buju' Banjar. (Bahasa Madura okol = pertarungan bela diri / semacam olahraga bela diri). Perlengkapan Upacara Tumpeng lengkap (dengan ubarampe/perlengkapan tertentu) Senjata pusaka gumbak yang berjumlah 24 macam. Kambing hitam berkaki putih (upacara korban). Alat pemukul untuk pertarungan bela diri (Okolan) atau alas pertarungan di antara dua tokoh/satria. Seperangkat gamelan (pengiring upacara). Umbul-umbul (pads mass sekarang ditambah pengeras suara). Dupa / kemenyan. Air Bunga. Pelaksanaan upacara di atas dipimpin oleh tokoh masyarakat / pemuka agama. Biasanya sebelum upacara diadakan pembacaan Khatmil Qur'an / Khatam Al Qur'an, dalam rangkaian memohon ampunan dan ridho dari Yang Maha Kuasa Allah SWT. Penyelenggaraan Upacara (Tata Urut Upacara) Tahap Awal, Acara Gundeggan Pada tahap awal adalah kegiatan mengundang segenap tokoh masyarakat, warga desa dan tokoh ulama untuk mengadakan persiapan upacara. Musyawarah ini diadakan di tanah Galis (tempat paokolan). Persiapan pemberangkatan dlikuti oleh sejumlah remaja putri desa, warga masyarakat dan tokoh ulama dari masing-masing pedukuhan. Tahap Rerembagan Pada tahap rerembagan adalah tahap musyawarah yang secara rutin diadakan di tanah Galis. Masalah yang mereka bahas meliputi persiapan upacara. Perlengkapan upacara, tujuan untuk melestarikan tradisi Radat Gumbak. Tahap Korbanan. Korbanan adalah acara penyembelihan kambing hitam mulus yang berkaki putih. Tempat pengorbanan kambing di tanah Galis (sesudah musyawarah). Daging kambing korban dibagi-bagikan ke segenap warga desa, selanjutnya daging ditanam di depan rumah (halaman rumah). Difungsikan sebagai penolak bala'. Selanjutnya demi kemakmuran, warga desa mengisi kas/keuangan desa. Tahap Okolan / Pertarungan Tokoh. Kegiatan bela diri atau Okolan ini untuk menetapkan satria / tokoh pembela keamanan desa. Tokoh bela diri (okolan) ini sering menjadl "gandrungan" atau idola remaja putri desa. Okolan diakhiri dengan pengalungan ketupat bagi tokoh yang telah dikalahkan. Tahap Tafakkuran dan Taqarruban. Upacara sakral diikuti oleh seluruh warga, dipimpin oleh tokoh ulama yakni melaksanakan dzikir dan do'a-do'a. Dalam upacara ini situasi amat hening, khidmat dan khusuk agar memperoleh limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, serta warga desa Banjar memperoleh ampunan atas dosa-dosanya. Seusai do'a, tumpeng dibagi-bagikan kepada segenap warga yang menghadiri upacara Rokat–Gumbak. Upacara Bacemman. Bacemman adalah penyucian (pensucian) dan pembersian senjata tradisional (pusaka) yang berjumlah 24 macam. Masing-masing senjata dicuci, diasapi dengan kemenyan/dupa, dan dibawa berkeliling di tempat upacara sambil meliuk-liukkan badan, dengan iringan "Tabbuwan Calo' (tabuhan mulut/ lisan)" kemudian dilanjutkan dengan "tarian kenca". Pada waktu itu para ulama dipersilahkan meninggalkan tempat upacara. Terbangan''' Sebagai upacara tahap akhir acara hiburan, dengan musik rebana yang lebih populer dengan sebutan musik rebana yang lebih populer dengan sebutan "terbangan", atau tarian "Hadrah Jidhor". Seusai dari tanah Galis menuju ke tempat penyimpanan pusaka (rumah di belakang masjid Banjar).. Sumber: kikanarahman.blogspot.com Perusahaan Migas Santos Sampang Pty.Ltd Singapore Petroleum Company Limited (SPC) - Keppel Corporation - PetroChina Group Cue Sampang Pty Ltd PT Petrogas Oyong Jatim PT Sampang Mandiri Perkasa (SMP) BUMD Sampang PT Sampang Sarana Shorebase (PT SSS), PT Geliat Sampang Mandiri (PT GSM), PT Sampang Mandiri Perkasa (PT SMP), PT Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bakti Artha Sejahtera Sampang (PT BPRS BASS) Ladang Minyak dan Gas Bumi di Sampang Sumur Gas Oyong I Utilitas Panjang Jalan Total: 50.74 km Fasilitas Tokoh Terkenal Sampang Pangeran Trunojoyo Halim Perdana Kusuma Mohammad Noer Mahfud MD Referensi Pranala luar Sampang Sampang
4142
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sidoarjo
Kabupaten Sidoarjo
Sidoarjo (Jawa: Sidaharja) adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Sidoarjo. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik di utara, Selat Madura di timur, Kabupaten Pasuruan di selatan, serta Kabupaten Mojokerto di barat. Bersama dengan Gresik, Sidoarjo merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila. Penduduk kabupaten ini berjumlah 2.033.764 jiwa pada tahun 2021. Sejarah Sidoarjo dulu dikenal sebagai pusat Kerajaan Janggala. Pada masa kolonialisme Hindia Belanda, Sidoarjo merupakan bagian dari Kota Surabaya. Nama daerahnya pada masa itu ialah Sidokare. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Pangabahan. Pada 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi menjadi dua bagian yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare. Sidokare dipimpin R. Notopuro (kemudian bergelar R.T.P. Tjokronegoro) yang berasal dari Kasepuhan. Ia adalah putra dari R.A.P. Tjokronegoro, Bupati Surabaya. Pada tanggal 28 Mei 1859, nama Kabupaten Sidokare yang memiliki konotasi kurang bagus diubah namanya menjadi Kabupaten Sidoarjo. Setelah R. Notopuro wafat tahun 1862, maka kakak almarhum pada tahun 1863 diangkat sebagai bupati, yaitu Bupati R.T.A.A. Tjokronegoro II yang merupakan pindahan dari Lamongan. Pada tahun 1883 Bupati Tjokronegoro pensiun, sebagai gantinya diangkat R.P. Sumodiredjo pindahan dari Tulungagung tetapi hanya 3 bulan saja menjabat sebagai Bupati karena wafat pada tahun itu juga, dan R.A.A.T. Tjondronegoro I diangkat sebagai gantinya. Pada masa Pedudukan Jepang (8 Maret 1942–15 Agustus 1945), daerah delta Sungai Brantas termasuk Sidoarjo juga berada di bawah kekuasaan Pemerintahan Militer Jepang (yaitu oleh Kaigun, tentara Laut Jepang). Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah pada Sekutu. Permulaan bulan Maret 1946, Belanda mulai aktif dalam usaha-usahanya untuk menduduki kembali daerah ini. Ketika Belanda menduduki Gedangan, pemerintah Indonesia memindahkan pusat pemerintahan Sidoarjo ke Porong. Daerah Dungus (Kecamatan Sukodono) menjadi daerah rebutan dengan Belanda. Tanggal 24 Desember 1946, Belanda mulai menyerang kota Sidoarjo dengan serangan dari jurusan Tulangan. Sidoarjo jatuh ke tangan Belanda hari itu juga. Pusat pemerintahan Sidoarjo lalu dipindahkan lagi ke daerah Jombang. Pemerintahan pendudukan Belanda (dikenal dengan nama Recomba) berusaha membentuk kembali pemerintahan seperti pada masa kolonial dulu. Pada November 1948, dibentuklah Negara Jawa Timur salah satu negara bagian dalam Republik Indonesia Serikat. Sidoarjo berada di bawah pemerintahan Recomba hingga tahun 1949. Pada 27 Desember 1949, sebagai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar, Belanda menyerahkan kembali Negara Jawa Timur kepada Republik Indonesia Serikat, sehingga daerah delta Brantas dengan sendirinya menjadi daerah Republik Indonesia. Geografi Kabupaten Sidoarjo terletak antara 112°5’ dan 112°9’ Bujur Timur dan antara 7°3’ dan 7°5’ Lintang Selatan. Batas Wilayah Topografi Dataran Delta dengan ketinggian antara 0 s/d 25 meter, ketinggian 0-3 meter dengan luas 19.006 Ha, meliputi 29,99%, merupakan daerah pertambakan yang berada di wilayah bagian timur. Wilayah bagian tengah yang berair tawar dengan ketinggian 3-10 meter dari permukaan laut merupakan daerah pemukiman, perdagangan dan pemerintahan. Meliputi 40,81 %. Wilayah Bagian Barat dengan ketinggian 10-25 meter dari permukaan laut merupakan daerah pertanian. Meliputi 29,20% Hidrogeologi Daerah air tanah, payau, dan air asin mencapai luas 16.312.69 Ha. Kedalaman air tanah rata-rata 0–5 m dari permukaan tanah. Hidrologi Kabupaten Sidoarjo terletak di antara dua aliran sungai yaitu Kali Mas dan Kali Porong yang merupakan cabang dari Kali Brantas yang berhulu di Kabupaten Malang. Klimatologi Wilayah Sidoarjo beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau pada bulan Juni sampai Bulan Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus dan musim hujan pada bulan Desember sampai bulan April dengan bulan terbasah adalah Januari. Curah hujan tahunan di wilayah Sidoarjo berkisar antara 1.300–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80–120 hari hujan per tahun. Suhu udara di wilayah ini bervariasi antara 21°–34 °C dengan tingkat kelembapan nisbi ±76%. Struktur Tanah Alluvial kelabu seluas 6.236,37 Ha Assosiasi Alluvial kelabu dan Alluvial Coklat seluas 4.970,23 Ha Alluvial Hidromart seluas 29.346,95 Ha Gromosal kelabu Tua Seluas 870,70 Ha Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Ekonomi Perikanan, industri, dan jasa merupakan sektor perekonomian utama Sidoarjo. Selat Madura di sebelah Timur merupakan daerah penghasil perikanan, di antaranya ikan, udang, dan kepiting. Logo Kabupaten menunjukkan bahwa udang dan bandeng merupakan komoditas perikanan yang utama kota ini. Sidoarjo dikenal pula dengan sebutan "Kota Petis". Sektor industri di Sidoarjo berkembang cukup pesat karena lokasi yang berdekatan dengan pusat bisnis Jawa Timur (Surabaya), dekat dengan Pelabuhan Tanjung Perak maupun Bandara Juanda, memiliki sumber daya manusia yang produktif serta kondisi sosial politik dan keamanan yang relatif stabil menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Sidoarjo. Berikut beberapa industri di Sidoarjo: PT Insera Sena (Polygon) Maspion Group Integra Group PT Avia Avian Tbk. (Avian) PT Interbat Sektor industri kecil juga berkembang cukup baik, di antaranya sentra industri kerajinan tas dan koper di Tanggulangin, sentra industri sandal dan sepatu di Wedoro–Waru dan Tebel–Gedangan, sentra industri kerupuk di Telasih–Tulangan. Transportasi Bandara Internasional Juanda milik pemerintah pusat melalui Aviasi Pariwisata Indonesia dan Terminal Bungurasih yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Surabaya, berada di wilayah kabupaten ini. Terminal Purabaya merupakan gerbang utama Surabaya dari berbagai kota di Pulau Jawa serta pulau lainnya, dan salah satu terminal bus terbesar di Asia Tenggara. Jalur selatan, tengah, serta timur Pulau Jawa melayani kereta api antarkota, lokal, dan komuter yang melintasi kabupaten tersebut. Sidoarjo memiliki sistem transportasi massal BRT (Bus Rapid Transit) yaitu Trans Jatim. Sistem ini menggunakan shelter tetapi tanpa jalur khusus seperti halnya Transjakarta. Rute bus Trans Jatim adalah Terminal Porong-Terminal Purabaya-Terminal Bunder. Perkeretaapian Stasiun Sidoarjo adalah stasiun kereta api utama di kabupaten ini yang berada di jalur utama timur Pulau Jawa, tepatnya di pusat pemerintahan Kabupaten Sidoarjo di Kecamatan Sidoarjo Kota. Stasiun kereta api utama ini melayani layanan kereta api antarkota yang menghubungkan berbagai kota di Pulau Jawa beserta lokal dan komuter juga menghubungkan berbagai tujuan di Jawa Timur terutama di wilayah Gerbangkertosusila. Stasiun kereta api lainnya di kabupaten ini adalah , , , , , , dan yang hanya melayani kereta api lokal serta komuter, namun Stasiun Krian beserta Waru juga melayani kereta api yang hanya mengarah Banyuwangi. Kuliner Khas Kupang lontong Sate kerang Otak otak bandeng Ote-Ote Khas Porong Lontong Balap Kerupuk udang Bandeng asap Bandeng presto Kothok Asem Petis Klepon Pariwisata Beberapa tempat wisata di Sidoarjo, yakni: Monumen Jayandaru Wisata Lumpur Lapindo, Porong Stadion Gelora Delta Sidoarjo Delta Fishing Wisata Sungai Karanggayam Wisata Bahari Tlocor Pulau Sarinah Makam KH. Ali Mas'ud, Pagerwojo Makam Dewi Sekardadu, Buduran Masjid Agung Sidoarjo Masjid Jami' Al Abror Sidoarjo Pura Jala Siddhi Amertha Tempat Ibadah Tri Dharma Tjong Hok Kiong Gereja Pantekosta Elohim Kampung Batik Jetis Museum Mpu Tantular Candi Dermo Candi Mendalem Candi Pari Candi Sumur Candi Tawangalun Kawasan Pemancingan Kalanganyar, Cemandi Kampung Krupuk Desa Kedungrejo, Jabon Sentra tas dan koper Tanggulangin Taman Dwarakerta, Porong Taman Apkasi, Porong Taman Abhirama, Pagerwojo Taman Tanjung Puri, Sidoarjo Referensi Pranala luar Kabupaten di Jawa Timur Kabupaten di Indonesia
4143
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Situbondo
Kabupaten Situbondo
Situbondo adalah sebuah wilayah kabupaten di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kota Situbondo berada di kecamatan adalah Situbondo. Kabupaten ini terletak di daerah pesisir utara pulau Jawa, di kawasan Tapal Kuda dan dikelilingi oleh perkebunan tebu, tembakau, hutan lindung Baluran dan lokasi usaha tambak udang dan perikanan. Dengan letaknya yang strategis, di tengah jalur transportasi darat Jawa-Bali, kegiatan perekonomian di kabupaten ini termasuk yang paling aktif di Jawa Timur, karena para sopir angkutan barang selalu singgah dan beristirahat di tempat-tempat yang ada di wilayah ini, terutama di wilayah wisata seperti Taman Nasional Baluran dan Pantai Pasir Putih. Situbondo mempunyai pelabuhan penumpang dan niaga bernama Pelabuhan Panarukan yang terkenal sebagai ujung timur dari Jalan Raya Pos Anyer-Panarukan di pulau Jawa yang dibangun oleh Daendels pada era kolonial Belanda. Mayoritas Penduduk di wilayah ini merupakan Suku Madura, dan selebihnya merupakan pendatang dari berbagai wilayah di Jawa Timur dan provinsi lain di Indonesia dan biasanya para pendatang tersebut bekerja sebagai pegawai pemerintah dan/atau wirausaha. Etimologi Terdapat 2 pendapat yang mengatakan tentang asal nama Situbondo: Dari nama seorang pangeran asal Madura yang bernama Aryo Gajah Situbondo, yang makamnya ditemukan di wilayah kota. Berasal dari kata siti bondo, yang berarti tanah yang mengikat, untuk menegaskan bahwa daerah ini menarik setiap pendatang yang tiba untuk menetap di Situbondo. Sejarah Konon, Situbondo pada zaman dahulu merupakan suatu situ atau danau besar. Pada zaman kejayaan kerajaan-kerajaan Jawa, Situbondo merupakan bagian dari konflik-konflik perebutan wilayah dan kekuasaan kerajaan Majapahit dengan kerajaan Blambangan, dan di daerah inilah diyakini perang Paregreg sebagai bagian dari kehancuran Majapahit terjadi. Penduduk Situbondo berasal dari beragam suku, mayoritas berasal dari suku Madura. Pada tahun 1950 sampai 1970-an, kehidupan perekonomian kebanyakan ditunjang oleh industri gula dengan adanya 6 perkebunan dan pabrik gula di sekelilingnya, yaitu di Asembagus, Panji, Olean, Wringin Anom, Demas, dan Prajekan. Dengan surutnya industri gula pada tahun 1980 dan 1990-an, kegiatan perekonomian bergeser ke arah usaha perikanan. Usaha pembibitan dan pembesaran udang menjadi tumpuan masyarakat. Mangga manalagi, gadung, dan arumanis dari Situbondo sangat terkenal dan banyak dicari oleh penggemar buah. Sampai saat ini potensi ekonomi dari perkebunan mangga tersebut masih ditangani secara industri rumah tangga, belum dalam skala industri perkebunan. Beberapa potensi kekayaan alam lainnya masih "menganggur". Ditengarai kandungan minyak bumi di Kabupaten Situbondo (sekitar Olean) cukup melimpah. Masyarakat Situbondo menunggu investor untuk datang dan mengeksplorasi kekayaan alam yang sampai sekarang "masih tersembunyi". Masyarakat Jawa Timur banyak mengenal Situbondo dari pantai Pasir Putih, suatu tempat rekreasi pantai yang berjarak kurang lebih 23 km di sebelah barat Situbondo. Pasir Putih terkenal dengan pantainya yang landai dan berpasir putih. pada tahun 1960 hingga 1970-an masih banyak habitat laut yang bisa ditemukan dipantai ini. Kuda laut dan batu karang cantik berwarna warni banyak dijual di akuarium penjual ikan hias setempat, tetapi kini makhluk tersebut tidak dapat ditemui lagi. Perubahan nama Pada mulanya nama Kabupaten Situbondo adalah Kabupaten Panarukan dengan ibu kotanya yaitu Situbondo. Ini terlihat pada penamaan Jalan Raya Pos Anyer‐Panarukan dan Pelabuhan Panarukan sebagai ujung timurnya yang ditetapkan oleh Herman Willem Daendels ketika memerintah pada masa Hindia Belanda. Daendels sendiri menjabat sebagai Gubernur Hindia Belanda pada tahun 1808–1811 M. Pembangunan jalan dilakukan dengan kerja paksa di sepanjang pantai utara Pulau Jawa. Karena itu, Jalan Raya Pos juga dikenal dengan nama "Jalan Daendels". Nama Kabupaten Panarukan baru diubah menjadi Kabupaten Situbondo pada masa pemerintahan Achmad Tahir sebagai Bupati Panarukan pada tahun 1972. Ibu kota Kabupaten Situbondo ditetapkan di Kecamatan Situbondo berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1972 tentang Perubahan Nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan Pemerintah Daerah. Kediaman Bupati Situbondo pada masa lalu belumlah berada di lingkungan Pendopo Kabupaten, tetapi masih menempati rumah pribadinya. Pada masa Pemerintahan Bupati Raden Aryo Poestoko Pranowo (± th 1900–1924), dia memperbaiki Pendopo Kabupaten sekaligus membangun Kediaman Bupati dan Paviliun Ajudan Bupati hingga sekarang ini, kemudian pada masa Pemerintahan Bupati Drs. H. Moh. Diaaman, Pemerintah Kabupaten Situbondo memperbaiki kembali Pendopo Kabupaten (± th 2002). Perekonomian Pertumbuhan perekonomian merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik dari sebelumnya selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi mempunyai arti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi oleh masyarakat bertambah dan pada akhirnya menimbulkan kemakmuran masyarakat makin meningkat, sehingga dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi dari keberhasilan pembangunan ekonomi. Situbondo memiliki potensi perekonomian yang baik terutama di bidang perikanan, pertanian, dan perkebunan. Kabupaten Situbondo memiliki potensi kelautan dan perikanan yang besar meliputi pembenihan, budidaya air payau, budidaya laut, dan air tawar, penangkapan ikan dan pengolahan hasil perikanan. Potensi daerah di bidang perikanan ditunjukkan dengan berdirinya hilirisasi produk udang di bawah naungan PT Panca Mitra Multiperdana, Tbk yang mengekspor udang hasil nelayan Situbondo ke Amerika Serikat, Jepang, Eropa dan berbagai negara lain di dunia. Geografi Kabupaten Situbondo mempunyai luas 1.638,50 km² atau 163.850 Ha serta mempunyai bentuk memanjang dari barat ke timur kurang lebih 150 km di pantai utara wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Ibukota Situbondo terletak di Kecamatan Situbondo. Dari keseluruhan kecamatan yang ada, 13 diantaranya merupakan kecamatan wilayah pesisir. Kecamatan dengan wilayah tertinggi berada di Kecamatan Sumbermalang dengan ketinggian 100-1.223 mdpl, dan kecamatan yang memiliki luas terbesar dipegang oleh Kecamatan Banyuputih dengan luas 481,67 kilometer persegi. Kondisi iklim pada tahun 2019 terhitung curah hujan tertinggi pada bulan desember sebanyak 3.549 mili/meter dan hari hujan paling sering ada di bulan Januari dengan total 16 hari. Secara astronomis, wilayah Kabupaten Situbondo terletak di posisi antara 7°35'–7°44' Lintang Selatan dan 113°30'–114°42' Bujur Timur. Pada mulanya nama Kabupaten Situbondo adalah Kabupaten Panarukan dengan ibukota Situbondo, sehingga pada masa pemerintahan Belanda oleh Gubernur Jendral Daendels (± tahun 1808-1811) yang membangun jalan dengan kerja paksa sepanjang pantai utara pulau Jawa dikenal dengan sebutan "Jalan Anyer - Panarukan" atau lebih dikenal dengan "Jalan Daendels", kemudian seiring waktu berjalan barulah pada masa Pemerintahan Bupati Achmad Tahir (± tahun 1972) diubah menjadi Kabupaten Situbondo dengan ibukota Situbondo berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 tahun 1972 tentang Perubahan Nama dan Pemindahan Tempat Kedudukan Pemerintahan Daerah. Batas wilayah Batas-batas wilayah Kabupaten Situbondo adalah sebagai berikut: Topografi Kabupaten Situbondo berada pada ketinggian 0 – 1.250 m di atas permukaan laut. Wilayah dengan rata-rata ketinggian ada pada wilayah selatan barat seperti Kecamatan Jatibanteng dan Sumbermalang. Sementara itu, di wilayah utara terdapat Kecamatan Bungatan yang wilayah tertingginya pada ketinggian 1250 mdpl. Keadaan tanah di wilayah kabupaten ini menurut teksturnya, pada umumnya tergolong sedang 96,26 %, tergolong halus 2,75 %, dan tergolong kasar 0,99 %. Drainase tanah tergolong tidak tergenang 99,42 %, kadang-kadang tergenang 0,05 % dan selalu tergenang 0,53 %. Jenis tanah daerah ini berjenis antara lain alluvial, Regosol, Gleysol, Renzine, Grumosol, Mediteran, Latosol, dan Andosol. Ditinjau dari pola penggunaan tanahnya, diketahui penggunaan tanah terbesar adalah untuk hutan yaitu seluas 73.407,5 Ha (44,80%), berikutnya adalah untuk sawah yaitu seluas 30.365,95 Ha (18,53%), diikuti dengan pertanian tanah kering seluas 27.962,13 Ha (17,07). Secara umum Kabupaten Situbondo merupakan dataran rendah, dengan ketinggian 0-1.250 m di atas permukaan laut, dengan kemiringan antara 0º-45º, dan memiliki tanah kering yang tererosi seluas 42.804 Ha (26,12%). Sebagian luas tanah di Kabupaten Situbondo mempunyai drainase yang baik yaitu seluas 1.629,03 Km² (99,42%) tidak pernah tergenang, sedang sisanya seluas 0,78 km² (0,05%) kadang-kadang tergenang dan seluas 8,69 km² (0,53%) selalu tergenang. Ditinjau dari potensi dan kondisi wilayahnya, Kabupaten Situbondo dapat dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu: wilayah utara yang merupakan pantai dan laut yang sangat potensial untuk pengembangan komoditi perikanan, baik budi daya maupun penangkapan ikan; wilayah tengah yang bertopografi datar dan mempunyai potensi untuk pertanian;dan wilayah selatan yang bertopografi miring yang mempunyai potensi untuk tanaman perkebunan dan kehutanan. Iklim Kabupaten Situbondo beriklim tropis basah dan kering (Aw) yang mempunyai dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Situbondo biasanya berlangsung pada periode Mei–November dengan puncaknya yakni periode Juli–September. Musim penghujan di wilayah Situbondo normalnya berlangsung pada periode bulan-bulan basah, yakni Desember–Maret dan pada saat musim penghujan, rata-rata curah hujan biasanya di atas 150 mm Air per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Situbondo berada angka 900–1300 mm per tahun dengan jumlah hari hujan kurang dari 120 hari hujan per tahun. Rata-rata suhu udara di wilayah Kabupaten Situbondo bervariasi yakni antara 21 °C–33 °C. Tingkat kelembapan nisbi wilayah ini adalah ±78%. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Pembagian administratif Transportasi Kabupaten Situbondo merupakan daerah dengan arus utama berasal dari Jalur Pantura Pulau Jawa dari Surabaya–Banyuwangi dan jalur Tengah Malang-Banyuwangi. Banyak sekali moda transportasi yang menggunakan jalur ini untuk menyalurkan logistik dari Jawa ke Bali dan Nusa Tenggara. Biasanya, moda transportasi tersebut bertujuan untuk menggunakan Pelabuhan Jangkar dan juga Pelabuhan Ketapang guna mengirimkan barang dan arus pekerja dari Jawa ke Pulau Bali. Alat transportasi lain yang biasa digunakan oleh penduduk Situbondo antara lain dengan menggunakan moda transportasi MPU dari Situbondo Kota menuju Kecamatan Besuki, Kecamatan Asembagus, Kabupaten Bondowoso dan Kabupaten Jember. Ada pula moda penumpang bus umum seperti PO. AKAS, dan PO. Ladju yang melayani trayek/rute perjalanan dari Kota Situbondo menuju Surabaya dan/atau menuju Banyuwangi dengan transit di Kota Probolinggo. Situbondo memiliki dua terminal bus utama untuk melayani penumpang bus antarkota, yakni: Terminal Situbondo di Kecamatan Panji yang melayani perjalanan bus antarkota antarprovinsi Terminal Besuki di Kecamatan Besuki yang melayani penumpang bus antarkota yang ingin berpindah tujuan ke Kabupaten Bondowoso Kabupaten Situbondo dulunya juga merupakan salah satu daerah yang dilewati oleh jalur kereta api yg non-aktif dari Stasiun Kalisat ke Stasiun Panarukan. Pemerintah berencana mengaktifkan kembali jalur KA tersebut dikarenakan dianggap salah satu alternatif transportasi untukm menuju Kota Surabaya atau kota-kota lain di Jawa. Yang nonaktif stasiun stasiun yg utuh yg nonaktif Dari tahun 2004. Berikut adalah Stasiun-Stasiun yg non-aktif adalah: Halte Kalibagor Stasiun Situbondo Halte Tribungan Stasiun Panarukan Pendidikan Pembangunan bidang pendidikan saat ini sedang digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Situbondo, yang dilakukan dengan cara memperluas dan pemerataan kesempatan masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Ini dikarenakan masih adanya penduduk yang tidak tamat sekolah, putus sekolah dan bahkan tidak sekolah. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Situbondo berupaya agar tingkat pendidikan masyarakat meningkat. Mulai dari pemenuhan sarana dan parasarana pendidikan formal hingga penyelenggaraan pendidikan luar sekolah salah satunya dengan Pemberantasan Buta Aksara (PBA) dengan cara yaitu: (1) menurunnya tingkat kematian ibu dan anak; (2) meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menyekolahkan anak sampai tamat tingkat Sekolah Dasar; (3) meningkatnya keberhasilan program keluarga berencana; (4) meningkatnya gizi masyarakat; (5) meningkatnya penghasilan masyarakat; (6) meningkatnya usia harapan hidup masyarakat; (7) meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan; (8) meningkatnya indeks demokrasi Indonesia. Fasilitas pendidikan dasar tersebar di semua kecamatan. Sedangkan untuk pendidikan setingkat SMA sederajat terdapat di hampir semua kecamatan di Kabupaten Situbondo. Untuk pendidikan tinggi berada di Kecamatan Situbondo yaitu Universitas Abdurrachman Saleh (UNARS), Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Situbondo dan di kecamatan Banyuputih berdiri Universitas Ibrahimy yang dikelola oleh Yayasan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah Sukorejo. SMP Berikut beberapa sekolah menengah pertama negeri yang ada di Kabupaten Situbondo SMP Negeri 1 Situbondo SMP Negeri 2 Situbondo SMP Negeri 3 Situbondo SMP Negeri 4 Situbondo SMP Negeri 5 Situbondo SMP Negeri 6 Situbondo SMP Negeri 1 Besuki SMP Negeri 3 Besuki SMP Negeri 1 Asembagus SMP Negeri 2 Asembagus SMP Negeri 3 Asembagus SMP Negeri 4 Asembagus Satu Atap SMP Negeri 1 Panji SMP Negeri 2 Panji SMP Negeri 3 Panji SMP Negeri 4 Panji SMP Negeri 5 Panji SMP Negeri 1 Panarukan SMP Negeri 2 Panarukan SMP Negeri 3 Panarukan SMP Negeri 4 Panarukan Satu Atap SMP Negeri 1 Mangaran SMP Negeri 2 Mangaran SMP Negeri 1 Banyuglugur SMP Negeri 2 Banyuglugur SMP Negeri Satu Atap Kalianget SMP Negeri 1 Suboh SMP Negeri 2 Suboh SMP Negeri 3 Suboh Satu Atap SMP Negeri 4 Suboh Satu Atap SMP Negeri 1 Mlandingan SMP Negeri 2 Mlandingan SMP Negeri 3 Mlandingan Satu Atap SMP Negeri 4 Mlandingan Satu Atap SMP Negeri 1 Bungatan SMP Negeri 2 Bungatan Satu Atap SMP Negeri 1 Kendit SMP Negeri 2 Kendit SMP Negeri Satu Atap Tambakukir SMP Negeri 1 Kapongan SMP Negeri Satu Atap Kandang SMP Negeri 1 Arjasa SMP Negeri 2 Arjasa SMP Negeri 3 Arjasa SMP Negeri 4 Arjasa Satu Atap SMP Negeri 5 Arjasa Satu Atap SMP Negeri 1 Jangkar SMP Negeri 2 Jangkar SMP Negeri 1 Banyuputih SMP Negeri 2 Banyuputih SMP Negeri 3 Banyuputih SMP Negeri 1 Jatibanteng SMP Negeri 1 Sumbermalang SMP Negeri 2 Sumbermalang Satu Atap SMP Negeri 3 Sumbermalang Satu Atap SMA dan SMK Berikut beberapa sekolah menengah atas negeri yang ada di Kabupaten Situbondo SMA Negeri 1 Situbondo SMA Negeri 2 Situbondo SMA Negeri 1 Panji SMA Negeri 1 Kapongan SMA Negeri 1 Asembagus SMA Negeri 1 Suboh SMA Negeri 1 Besuki SMA Negeri 1 Panarukan SMA Negeri 1 Banyuputih Berikut beberapa sekolah menengah kejuruan negeri yang ada di Kabupaten Situbondo SMK Negeri 1 Situbondo SMK Negeri 2 Situbondo SMK Negeri 1 Panji SMK Negeri 1 Banyuputih SMK Negeri 1 Suboh SMK Negeri 1 Kendit Kesehatan Upaya penyehatan manusia dapat dilakukan dengan peningkatan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat itu sendiri. Untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat dapat dilakukan dengan cara menggerakkan masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, keluarga yang sadar gizi serta menjadikan seluruh desa menjadi desa siaga. Program SEHATI (Situbondo Sehat Gratis) merupakan salah satu program prioritas Bupati Situbondo yang bertujuan memberikan pelayanan kesehatan gratis berbasis KTP elektronik bagi masyarakat miskin situbondo agar tetap mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standart di Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah Daerah atau Rumah Sakit yang bekerja sama. Sasaran Program SEHATI berdasarkan Peraturan Bupati No.20 Tahun 2021 adalah sebagai berikut: Penduduk miskin yang memiliki KTP-el Kabupaten Situbondo yang terdata atau yang tidak terdata dalam database DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial) serta tidak mempunyai Jaminan Pelayanan Kesehatan apapun atau dalam proses integrasi ke dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional. Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan yang memiliki kartu non aktif yang tidak terdata dalam DTKS tetapi merupakan penduduk miskin Neonatus yang membutuhkan tindakan/rujukan setelah berumur 28 hari dan ibu nifas lebih dari 42 hari dari keluarga miskin yang belum terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional Santri dan anak-anak penghuni Panti Asuhan yang berada di Kabupaten Situbondo dan merupakan penduduk Kabupaten Situbondo. Pemerintah Kabupaten Situbondo melalui dinas terkait telah melakukan beberapa upaya, antara lain revitalisasi RSU, Puskesmas, Polindes, Posyandu dan pelayanan kesehatan masyarakat miskin yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja masing-masing sarana kesehatan tersebut dalam mendukung pelaksanaan pembangunan kesehatan. Di Kabupaten Bondowoso sendiri saat ini telah terdapat sebuah Rumah Sakit Umum dr. Abdoer Rahem dengan tipe C. Juga terdapat sebuah Rumah Sakit Elizabeth milik PT. IHC (BUMN), Rumah Sakit Swasta RS Mitra Sehat,dan RS Mata Situbondo. Puskesmas tersebar di seluruh kecamatan. Olahraga Olahraga di Situbondo telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir. Terdapat berbagai jenis olahraga yang dikembangkan di Situbondo, di antaranya adalah sepak bola, bulu tangkis, voli, tenis meja, atletik, dan lain-lain. Perkembangan olahraga di Situbondo tidak lepas dari peran pemerintah daerah dan penggiat olahraga setempat yang terus berupaya untuk memajukan olahraga di kota ini. Beberapa program pengembangan olahraga yang telah dilakukan di Situbondo antara lain adalah pembangunan sarana dan prasarana olahraga seperti stadion, lapangan olahraga, dan pusat pelatihan, serta penyelenggaraan berbagai turnamen olahraga yang diikuti oleh atlet-atlet dari berbagai daerah di Indonesia. Saat ini, Situbondo sedang mengembangkan salah satu cabang olahraga, yaitu Petanque. Petanque adalah olahraga yang berasal dari Prancis, yang dimainkan di atas lapangan kecil dengan menggunakan bola metal kecil yang disebut "boule". Petanque sering dijuluki sebagai "bocce" atau "bocce ball" di beberapa negara di luar Prancis. Pada Porprov VII Jatim, Situbondo berhasil meraih medali emas pada cabang olahraga ini. Budaya dan pariwisata Motto Pariwisata Situbondo adalah "East Side of Paradise". Banyak potensi wisata yang terdapat di Kabupaten Situbondo, yaitu: Wisata Alam Wisata Alam Taman Nasional Baluran Gunung Baluran Savana Bekol Pantai Bama Pantai Bilik Forever Green Forest Gua Jepang Waduk Bajulmati Wisata Alam Bahari Pantai Pasir Putih Pantai Berigheen Pantai Pathek Pantai Banongan Pantai Bama Pantai Lempuyang Pantai Tangsi Pantai Tampora Pantai Keperan Pantai Bilik Pantai Pasir Putih Kampung Kerapu Klatakan Bendungan Curah Cottok Pemandian Taman Air Terjun Telempong Arung Jeram Samir Indah Cikasur Savana Sumbermalang Plaza Rengganis Sumbermalang Pelabuhan Panarukan Pelabuhan Kalbut Pelabuhan Jangkar Pelabuhan Besuki Wisata alam pegunungan Puncak Rengganis Desa Baderan Gunung Pattok Padang Savana Sekasor (merujuk pada penamaan daerah ini oleh penduduk Sumbermalang), Lereng Argopuro. Lainnya Kampung Blekok Wisata Sejarah PG Demaas ( Besuki ) PG Wringin Anom ( Panarukan ) PG Olean ( Situbondo ) PG Pandjie ( Panji ) PG Asembagoes ( Asembagus ) Gua Jepang DAM Sluice Stasiun Kereta Api Rumah Resident Besuki Rumah Dalem Tengah Rumah Bupati Besuki Situs Selobanteng Situs Batu Lantai situs prasejarah Sumbermalang Wisata Religi Pondok Pesantren Besar PP Salafiyah Syafi'iyah (KHR. Azaim Ibrahimy, S.Sy) PP Walisongo (KHR. Muhammad Kholil As'ad) PP Sumber Bunga (KH. Syainuri Sufyan) PP Ad Dhiyaul Musthafawiy, Olean (Habib Haidarah Al Hinduan) PP Nurul Huda, Peleyan (Habib Musthofa Al Djufri) PP Nurul Huda, Paowan (KH. Mursyid Romli) PP Nurul Iman (Seletreng Kapongan) (KH. Faruq Amir) PP Nurul Islam (Seletreng Kapongan) (KH. Ubbad Yamin) PP Syech Maulana Ishaq (Pecaron) Pengasuh Kyai Ainur Rofiq PP Darul Mubtadi'in (Bletok) Kyai Mas Basid PP Sabilal Muhtadin (Bungatan) (KH. Mas Faqih Aly) PP Nurul Wafa (Demung) Makam dan Petilasan Makam Pengasuh PP. Salafiyah Syafi'iyah (Sukorejo) Pasarean Syech Maulana Ishaq (Pecaron) Pasarean Agung Saifudin Makam Raden Tjondrokusumo Petilasan Syekh Maulana Ishaq Makam Ke Pate Alos (Besuki) Situs Makam Tegal Mas Wisata Religi Klenteng Poo Tong Biaw Besuki Gereja Kesenian Menurut Dina Rahmawati, ada beberapa kesenian khas dari Kabupaten Situbondo. Tari Landhung Mengutip sebuah penelitian dari Journal of Language, Litrature and Arts, Tari Landhung diciptakan atas perintah Bupati Situbondo, Dadang Wigiarto. Para seniman pun bersatu untuk menciptakan Tari Landhung. Ada 3 tingkatan Tari Landhung yakni Landhung Cengker, Landhung Anom dan Tari Landhung. Landhung berarti memanjang yang menggambarkan panjangnya garis pantai Kabupaten Situbondo. Selain itu, Tari Landhung juga menggambarkan mata pencaharian masyarakat Kabupaten Situbondo sebagai nelayan, petani, dan masyarakat Pendalungan. Keket Keket berasal dari bahasa Madura yang berarti bentuk perkelahian. Dikutip dari buku Tetangghun: Realitas, Pengalaman dan Ekspresi Seni di Situbondo yang disusun oleh Dewan Kesenian Situbondo, tradisi Keket biasanya ditampilkan di tempat terbuka seperti lapangan. Tradisi Keket diselenggarakan sebagai wujud syukur atas hasil panen masyarakat yang melimpah. Sama dengan Sumo di Jepang, Keket menggunakan kekuatan tubuh untuk menjatuhkan lawan, yaitu dengan melingkarkan lengan ke bagian tubuh lawan dan berusaha menekan lawan sampai jatuh. Tari Remo Trisnowati Sama seperti namanya, Tari Remo Trisnawati diciptakan oleh seniman perempuan asal Situbondo bernama Trisnawati. Tari Remo Trisnawati merupakan bentuk aktualisasi pengalaman panggung Trisnawati yang diakumulasikan ke dalam berbagai gerakan tarian. Tari Remo Trisnawati mulai populer pada tahun 1981 melalui komunitas Ludruk. Dikutip dari sebuah studi dalam Jurnal jantra, gerakan Tari Remo Trisnawati cenderung patah-patah, agak kuat, lincah, serta ada sentuhan Tandhak Madura. Pa'beng Pa'beng merupakan alat musik yang berasal dari Desa Bantal Kecamatan Asembagus Kabupaten Situbondo. Pa'beng terbuat dari bambu yang dapat menghasilkan bunyi-bunyian mirip kenong, kendang dan gong. Pa'beng biasa digunakan sebagai penghibur untuk mengusir kesepian saat menjaga tanaman di kebun, serta dijadikan sebagai musik pemanggil hujan. Setiap tahun ketika musim kemarau, masyarakat Pendalungan akan mengadakan ritual upacara adat menggunakan alat musik Pa'beng dan nyanyian tertentu. Topeng Kerte Dalam sebuah penelitian dari Jurnal Seni Rupa, Topeng Kerte di Kabupaten Situbondo diciptakan oleh Kertesuwignyo pada tahun 1953. Sejumlah figur dalam Topeng Kerte terbagi dalam 5 karakter utama dengan menyesuaikan lakon cerita Mahabharata, yaitu Topeng Alos, Topeng Kasaran, Topeng Ksatria, Topeng Potre, dan Topeng Punakawan. Ada 3 sifat tokoh-tokoh Topeng Kerte, yakni Amarah, Supiah, dan Mutmainah. Amarah terdiri dari tokoh Dursosono, Duryodono, dan Betoro Kolo. Supiah yang berarti kesuburan terdiri dari tokoh Srikandi, Sumbodro, Potre dan Rato. Sementara Mutmainah yang berarti kebahagian terdiri dari tokoh Seno, Nakulo, Sadewo, dan Adipati Karna. Referensi Pranala luar Situbondo Situbondo
4144
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sumenep
Kabupaten Sumenep
Sumenep (Hanacaraka: ꦱꦸꦩꦼꦤꦼꦥ꧀, Pegon: سومۤنۤڤ, Braille: ⠎⠥⠍⠑⠝⠑⠏, transkripsi fonetik; [suˈmǝnːǝp̚]) adalah salah satu kabupaten di ujung timur Pulau Madura dan masuk dalam wilayah Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Kota Sumenep. Menurut sensus penduduk 2022, kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.093 km² dengan jumlah populasi mencapai 1.135.903 jiwa. Kabupaten ini tercatat sebagai kabupaten penghasil minyak dan gas bumi di Madura. Saat ini tercatat, setidaknya ada 8 perusahaan minyak yang melakukan eksploitasi dan 2 perusahaan yang masih melakukan eksplorasi. Daerah ini juga termasuk kedalam 50 daerah terkaya di Indonesia menurut majalah Warta Ekonomi tahun 2012 dengan urutan ke-31 dengan indeks total 36. Asal Usul Nama Sumenep Nama Sumenep setidak-tidaknya mulai dikenal sejak akhir era Kerajaan Singasari. Sebelumnya, wilayah Sumenep dikenal sebagai Madura Wetan atau Madura Timur. Menurut ahli bahasa, nama Sumenep diduga berasal dari Bahasa Kawi yakni "Sungeneb", yang terdiri dari dua kata yaitu "Sung" dan "Eneb".Kata Sung berarti relung, cekungan atau lembah. Sedangkan Eneb berarti "bekas endapan yang tenang". Jika diartikan secara keseluruhan, kata Sungeneb sendiri memiliki pengertian berupa "Lembah yang Tenang". Sekalipun belum pernah ditemukan prasasti yang menyebutkan kata Sungeneb, namun kata tersebut banyak ditulis didalam naskah-naskah kuno yang ditulis pada era Majapahit, seperti Serat Pararaton, Kidung Harsawijaya, dan Kidung Panji Wijayakrama. Salahsatunya seperti yang dituliskan dalam serat pararaton : “Hanata Wongira, babatangira buyuting Nangka, Aran Banyak Wide, Sinungan Pasenggahan Arya Wiraraja, Arupa tan kandel denira, dinohaksen, kinun adipati ring Sungeneb, anger ing Madura wetan”. Yang artinya: Adalah seorang hambanya, keturunan orang ketua di Nangka, bernama Banyak Wide, diberi sebutan Arya Wiraraja, rupa-rupanya tidak dipercaya, dijauhkan disuruh menjadi adipati di Sumenep. Bertempat tinggal di wilayah Madura Timur. Kondisi Geografis Luas Wilayah Luas Wilayah Kabupaten Sumenep adalah 2.093,457573 km², terdiri dari pemukiman seluas 179,324696 km², areal hutan seluas 423,958 km², rumput tanah kosong seluas 14,680877 km², perkebunan/tegalan/semak belukar/ladang seluas 1.130,190914 km², kolam/ pertambakan/air payau/danau/waduk/rawa seluas 59,07 km², dan lain-lainnya seluas 63,413086 km². Untuk luas lautan Kabupaten Sumenep yang potensial dengan keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanannya seluas +50.000 km². Batas Wilayah Kabupaten Sumenep yang berada di ujung timur Pulau Madura merupakan wilayah yang unik karena terdiri wilayah daratan dengan pulau yang tersebar berjumlah 126 pulau (berdasarkan hasil sinkronisasi Luas Wilayah Kabupaten Sumenep) yang terletak di antara 113°32'54"-116°16'48" Bujur Timur dan di antara 4°55'-7°24' Lintang Selatan. Jumlah pulau berpenghuni di Kabupaten Sumenep hanya 48 pulau atau 38%, sedangkan pulau yang tidak berpenghuni sebanyak 78 pulau atau 62%. Pulau Karamian di Kecamatan Masalembu adalah pulau terluar di bagian utara yang berdekatan dengan Kalimantan Selatan dan jarak tempuhnya + 151 Mil Laut dari Pelabuhan Kalianget, sedangkan Pulau Sakala adalah pulau terluar di bagian timur yang berdekatan dengan Pulau Sulawesi dan jarak tempuhnya dari Pelabuhan Kalianget + 165 Mil Laut.Pulau yang paling utara adalah Pulau Karamian dalam gugusan Kepulauan Masalembu dan pulau yang paling timur adalah Pulau Sakala. Perbatasan dengan daerah sekitarnya: Sebelah Selatan: Selat Madura dan Laut Bali Sebelah Utara: Laut Jawa dan Provinsi Kalimantan Selatan Sebelah Barat: Kabupaten Pamekasan Sebelah Timur: Laut Jawa dan Laut Flores Iklim Kabupaten Sumenep termasuk dalam kategori daerah beriklim tropis basah dan kering (Aw). Seperti daerah lain di Indonesia, musim hujan di Sumenep dimulai bulan Desember hingga Maret, dan musim kemarau bulan Mei hingga Oktober. Rata-rata curah hujan di Sumenep adalah ±1.394 mm. Berdasarkan data tahun 2011 Temperatur Suhu udara di Sumenep tertinggi terjadi di bulan September–November (32,7 °C). Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata 30 derajat Celsius. Jumlah curah hujan terbanyak terjadi di bulan Januari. Rata-rata penyinaran matahari terlama di bulan Agustus dan terendah di bulan Februari. Sedangkan Kecepatan angin di bulan Juli merupakan yang tertinggi dan terendah di bulan Maret. Sejarah Jika dibandingkan dengan daerah lainnya di Pulau Madura, perjalanan sejarah Sumenep dapat dikatakan cukup panjang. Dalam berbagai sumber tertulis, wilayah Sumenep mulai dikenal sejak akhir keruntuhan kerajaan Singasari. Dikisahkan dalam Nagarakertagama, Arya Wiraraja, Mpu Reganata dan Mpu Wirakreti disingkirkan dan diturunkan jabatannya karena berpeda pandangan dengan sang Raja. Mereka menyatakan ketidaksetujuanya terkait gagasan Kertanegara untuk menjalankan ekspedisi Pamalayu. Peristiwa tersebut diperkirakan terjadi pada tahun 1911 caka / 1269 masehi , bertepatan dengan dikeluarkannya Prasasti Sarwwadharmma . Kala itu sebelum disingkirkan sebagai Adipati Madura Timur, yang dalam serat pararaton disebut Sungeneb, Arya Wiraraja merupakan seorang pejabat senior kepercayaan Wisnuwardhana. Posisinya saat itu sebagai Rakyan Demung. Meskipun tak lagi menetap dan tinggal dipusat kekuasaan Kertanegara, Arya Wiraraja masih dianggap sebagai tokoh berpengaruh karena ia merupakan pejabat senior yang dituakan. Pejabat-pejabat lain yang masih setia kepadanya masih tetap menjalin komunikasi. Mereka datang meminta saran dan pendapat dari sang Adipati. Seperti yang dilakukan oleh Jayakatwang, bupati gelanggelang yang kemudian berhasil meruntuhkan kekuasaan Kertanegara dan Raden Wijaya yang berhasil kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit. Peristiwa-peristiwa tersebut tak lepas dari kelihaian Wiraraja dalam memainkan kondisi politik selama pemerintahan Kertanegara. Pasca runtuhnya Singasari, wilayah Sumenep tetap berada dibawah kekuasaan Majapahit. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan benda arkeologi seperti patirtaan dan arca gaya Majapahit, yang tersebar di beberapa daerah di Sumenep, sebagaimana yang dicatat oleh Commissie in Nederlandsch Indie voor Oudheidkundige Onderzoek op Java en Madoera pada tahun 1906-1907. Sayangnya tak ada ada sumber naskah dan prasasti sezaman yang ditemukan, sehingga tak ada satupun yang bisa menceritakan keadaan Sumenep pasca Arya Wiraraja pindah ke Lamajang hingga akhir keruntuhan Majapahit. DIBAWAH PENGARUH MATARAM ISLAM Prof. Aminudin Kasdi dalam buku perlawanan penguasa Madura atas hegemoni Jawa menerangkan jika sebelum jatuh ketangan Mataram, Sumenep dan beberapa kerajaan kecil lainnya berada dalam wilayah kekuasaan Demak dan kemudian Giri. Kala itu, kerajaan Sumenep menjalin hubungan baik dengan daerah-daerah di pesisir utara Jawa, baik dalam hal perdagangan dan ikatan keluarga. Lebih-lebih pada akhir abad ke-16 saat hampir seluruh Penduduk Madura memeluk agama islam, hubungan penguasa Madura dengan penguasa Jawa terutama giri semakin erat. Meski demikian, pada masa itu sama sekali tak ada campur tangan dari penguasa-penguasa Jawa. Hingga kemudian pada paruh pertama Abad ke-17 muncul kekuatan baru di Jawa bagian tengah, yakni Mataram Islam. Dibawah kuasa Sultan Agung, Kerajaan Mataram melakukan ekspansi besar-besaran ke wilayah timur Jawa, termasuk Pulau Madura. Sejarawan Belanda, H.J. de Graaf dalam bukunya, Kerajaan-kerajaan di Madura ditaklukkan oleh Mataram pada tahun 1624 meski mendapat perlawanan besar dari penduduk Kerajaan Pamekasan dan Sumenep. Raden Prasena keturunan Raja Madura Barat yang selamat, ketika dewasa kemudian diangkat sebagai penguasa seluruh Madura dengan gelar Pangeran Cakraningrat. Segala urusan terkait pemerintahan di seluruh wilayah Madura dibebankan kepadanya. Kebijakan tersebut sontak membuat ketidakpuasan bagi keluarga bangsawan di Madura Timur. Selama puluhan tahun para penguasa di dua wilayah ini selalu terlibat konflik. Awal abad ke-18 menjadi awal sejarah terpenting bagi para penguasa di Madura timur. Usaha untuk melepaskan diri dari hegemoni Jawa dan kekuasaan Cakraningrat akhirnya terwujud. Atas bantuan VOC, wilayah Pamekasan dan Sumenep dilepaskan dari dominasi kekuasaan Jawa melalui sebuah perjanjian yang dilakukan oleh VOC dan Susuhunan Mataram pada tahun 1705. DIBAWAH KUASA PEMERINTAH HINDIA–BELANDA Sejak Sumenep secara resmi berada dalam wilayah kekuasaan VOC, para penguasa yang biasa disebut regent diwajibkan untuk mengadakan kontrak-kontrak politik dengan pejabat VOC yang bermarkas di Semarang ataupun Batavia. Regent yang menjabat diwajibkan untuk memenuhi segala keinginan dan kebutuhan VOC tanpa terkecuali, baik dalam bentuk barang ataupun tenaga. Selama kontrak dibuat, regent tetap diberi kuasa layaknya raja-raja Jawa. Kompeni tak pernah ikut campur urusan pemerintahan internal kerajaan. Meski demikian gerak-gerik kekuasaan para Pangeran tetap dibatasi, termasuk dalam hal kenaikan takhta dan juga gelar. Tahun 1883 merupakan awal titik awal sejarah baru bagi Sumenep. Sejak saat itu, Kerajaan Sumenep resmi dihapuskan, sebagaimana yang tertuang dalam staatblaad no. 242 tahun 1883. Sejak masa itu, Regent bukan lagi kepala Negara dan kepala Pemerintahan, melainkan sebagai pegawai pemerintah Kolonial. Ia diangkat, digaji dan diberhentikan sebagaimana bupati Jawa pada umumnya. Abad ke 20 dapat dikatakan sebagai babak baru bagi Sumenep. Industri Garam yang dipusatkan di Kalianget menjadi satu-satunya pusat industri garam terbesar di Hindia-Belanda. Ladang garam dan Pabrik dibangun di timur kota Sumenep oleh Pemerintah Kolonial. Tak mengherankan jika hampir sebagian besar penduduk di wilayah pesisir selatan banyak menggantungkan hidupnya kedalam industri tersebut. Sedangkan penduduk di daerah utara Sumenep lebih banyak menggantungkan hidupnya pada perdagangan, transporter dan nelayan dan sebagian kecil menggantungkan hidupnya dari pertanian. Penduduk Pulau lebih banyak merantau ke daerah oost-hook atau tapal kuda. DIBAWAH BENDERA JEPANG Tak jauh beda dengan daerah lainnya di Indonesia, Sumenep juga pernah berada dalam kuasa pemerintah meliter Jepang. Bupati atau kenco dijabat oleh R.A.A Samadikoen Prawoto Adikoesoemo. Dalam sebuah makalah yang berjudul Perjuangan Rakyat Sumenep yang disusun oleh LVRI pada tahun 1980, selama pendudukan Jepang, hampir sebagian besar penduduk Sumenep mengalami kekurangan pangan dan penderitaan karena perang. Saat itu penduduk Sumenep banyak diwajibkan menanam pohon jarak dan umbi-umbian. Industri garam berhenti total karena meletusnya perang dunia II. Dimasa pendudukan Jepang, di Sumenep terdapat beberapa sekolah pribumi yang dapat ditempuh selama tiga tahun yang dikenal dengan istilah Shoto Kokumin Gakko. Selain itu terdapat juga Sekolah Pelayaran guna memperkuat angakatan laut Jepang. Beberapa pulau di timur Sumenep juga dibangun pangkalan udara darurat . Selama pendudukan Jepang, perairan Sumenep cukup mendapat perhatian karena merupakan salah satu pintu masuk menuju selat Madura. Penderitaan rakyat Sumenep berangsur-angsur pulih menjelang revolusi kemerdekaan Indonesia, terlebih saat dibubarkannya Negara Madura pada tahun 1950. Pemerintahan KABUPATEN Sumenep terletak di ujung timur Pulau Madura, provinsi Jawa Timur. Sebelum tergabung dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sumenep diperintah oleh Adipati (Rato atau Raja dalam konteks masyarakat lokal Madura) di bawah pengaruh kerajaan-kerajaan besar yang pernah berdiri di Pulau Jawa diantaranya Kerajaan Singasari, Majapahit, Demak, Giri, dan Mataram Islam. Tahun 1705 resmi berada dibawah naungan VOC berdasarkan perjanjian yang dilakukan Susuhunan Mataram dan VOC di Kartasura. Sejak VOC dinyatakan bangkrut pada tahun 1799, Sumenep berada dalam wilayah administrasi pemerintahan Hindia-Belanda. Selama periode ini, corak pemerintahan tradisional tetap dipertahankan, hingga kemudian pada tahun 1883 pemerintahan Kerajaan Sumenep dihapuskan. Sejak saat itu, Bupati bukan lagi sebagai kepala negara, melainkan pejabat kolonial. Daftar Bupati Kabupaten Sumenep Daftar Wakil Bupati Kabupaten Sumenep Daftar Sekretaris Daerah Kabupaten Sumenep Komposisi Anggota DPRD Kabupaten Sumenep KECAMATAN Julukan Sumenep memiliki julukan "Somekar" atau "Sumekar" yang dalam bahasa Madura berarti osok mekar atau tunas muda yang mulai mekar. Julukan ini merupakan kiasan dari perjalanan Tumenggung Kanduruwan, putra Raden Patah yang telah mensiarkan islam di Sumenep sejak abad ke-16. Sejak tahun 2014 Sumenep memiliki city branding dengan nama "Sumenep Soul of Madura" yang berarti Jiwanya Madura. Branding ini diharapkan bisa menjadi cerminan Pulau Madura baik kebudayaan, religi dan keadaan alamnya. Masyarakat umum juga lumrah menyebut Sumenep dengan beberapa nama lain, seperti Bumi Sumekar, Kota Keris, Kota Garam, dsb. Di samping itu ada beberapa pulau di Sumenep juga memili julukannya tersendiri, misalnya Kepulauan Kapajang untuk gabungan dari nama Pulau Kangean, Pulau Paleat, dan Pulau Sepanjang. Di pulau-pulau tersebut dapat ditemukan taman-taman laut indah layaknya taman nasional Bunaken. Pulau Kangean juga lebih dikenal dengan sebutan Pulau Cukir, karena di wilayah inilah fauna khas Sumenep berupa ayam bekisar banyak dikembangkan. Unggas cantik ini merupakan maskot Sumenep dan juga Jawa Timur. Demografi Kependudukan Berdasarkan hasil pencacahan Sensus Pendudukan tahun 2010, Jumlah penduduk Kabupaten Sumenep sementara adalah 1.041.915 jiwa, yang terdiri atas 495.099 jiwa laki-laki dan 546.816 jiwa perempuan. Dari hasil SP2010 tersebut masih tampak bahwa penyebaran penduduk kabupaten Sumenep masih bertumpu di Kecamatan Kota Sumenep yaitu sebanyak 70.794 jiwa (6.75 %), diikuti Kecamatan Pragaan 65.031 jiwa (5.90 %) dan Kecamatan Arjasa sebanyak 59.701 jiwa (5,73%). Sedangkan Batuan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk paling sedikit. Dengan luas wilayah Kabupaten Sumenep sekitar 2.093,47 km² yang didiami oleh 1.0491.915 jiwa, maka rata2 tingkat kepadatan penduduk Kab Sumenep adalah sebanyak 498 jiwa/km². Kecamatan yang paling tinggi tingkat kepadatannya adalah Kec Kota Sumenep yakni 2.543 jiwa/km², dan yang paling rendah tingkat kepadatan penduduknya adalah Kec batuan yakni 446 jiwa/km2. Sex ratio penduduk Kabupaten Sumenep berdsarkan SP 2010 adalah sebesar 90,54 yang artinya jumlah penduduk laki2 adalah 9,46 % lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Laju Pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumenep selama 10 tahun terakhir, yakni dari tahun 2000-2010 sebesar 0,55%. Laju pertumbuhan penduduk Kec Sapeken adalah yang tertinggi dibandingkan kec lain di kab sumenep yakni sebesar 1,60%, dan yang terendah adalah kec Talango sebesar -0,36%. Jumlah Rumah Tangga berdasarkan hasil SP 2010 adalah 315.412 RT. Ini berarti bahwa banyaknya penduduk yang menempati satu rumah tangga dari hasil SP2010 rata-rata sebanyak 3,30 orang. Rata-rata anggota RT di setiap kecamatan berkisar antara 2,48 orang-3,86 orang. Dalam 10 tahun terakhir Garis Kemiskinan Kabupaten Sumenep terus mengalami kenaikan. Pada akhir Maret 2022, Sumenep tertinggi kedua di Pulau Madura setelah Kabupaten Bangkalan. Berdasarkan data BPS, Garis Kemiskinan Sumenep kini tengah mengalami kenaikan, yakni pada periode Maret 2021 Rp 400.960 per kapita per bulan menjadi Rp 427.882 pada Maret 2022. Kenaikan garis kemiskinan pada Maret 2022 ini lebih besar dibandingkan kenaikan Garis Kemiskinan tahun sebelumnya, yakni pada Maret 2020-Maret 2021 Garis Kemiskinan naik sebesar 4,83 persen, yaitu dari Rp382.491 menjadi Rp400.960. Bahkan Garis Kemiskinan Sumenep merupakan yang tertinggi kedua di Madura dari empat kabupaten. Berikut rinciannya secara berurutan, Garis Kemiskinan Bangkalan Rp 458.754, Sumenep Rp 427.882, Sampang Rp 411.661 dan terkecil Kabupaten Pamekasan Rp 392.345. Agama Agama yang dianut oleh penduduk Kabupaten Sumenep beragam. Menurut data dari Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk tahun 2010, penganut Islam berjumlah 1.033.854 jiwa (98,11%), Kristen berjumlah 685 jiwa (0,33%), Katolik berjumlah 478 jiwa (0,27%), Buddha berjumlah 118 jiwa (0,03%), Hindu berjumlah 8 jiwa (0,01%), Kong Hu Cu berjumlah 5 jiwa (0,002%). Bahasa Bahasa yang digunakan di Kabupaten Sumenep adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, dan bahasa Madura sebagai bahasa sehari-hari. Selain itu beberapa daerah di Pulau Sapeken dan beberapa pulau kecil di sekitarnya, bahasa yang digunakan adalah bahasa Bajo, bahasa Mandar, bahasa Makasar dan beberapa bahasa daerah yang berasal dari Sulawesi. Untuk Pulau Kangean bahasa yang digunakan adalah bahasa Madura dialek Kangean. Pendidikan Bidang Pendidikan di Sumenep telah berkembang sejak zaman Penjajahan Hindia Belanda, di wilayah ini pernah berdiri sekolah HIS (Hollandsch-Inlandsche School) tahun 1901an yang terletak di daerah Pajagalan. Selain itu Pada tanggal 31 Agustus 1931 di daerah ini juga pernah berdiri sekolah setara HIS yakni HIS Partikelir (PHIS) Sumekar Pangabru yang terletak di daerah Karembangan tak jauh dari sekolah HIS milik pemerintah Hindia Belanda. PHIS didirikan oleh Meneer Muhammad Saleh Werdisastro, putra dari budayawan dan sejarawan Madura, R. Musaid Werdisastro penulis "babad Songenep". Saat ini, di Sumenep tercatat ada 70 Sekolah Menengah Atas baik Negeri Maupun Swasta dan Madrasah Aliyah serta 2 sekolah Menengah kejuruan. Selain pendidikan umum tsb, Pendidikan Pesantren juga hampir terdapat diseluruh penjuru Sumenep, beberapa pondok pesantren besar yang terkenal antara lain, PP. Annuqayyah Guluk-Guluk, PP. Al-Amien Prenduan, PP. Mathaliul Anwar Sumenep, PP Al-Karimiyah, PP At-Taufiqiyah Aengbaja Raja, dsb. Daftar Perguruan Tinggi di Sumenep: Universitas Wiraraja Universitas KH. Bahaudin Mudhary Madura Institut Dirosat Islamiyah Al-Amien (IDIA) Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (INSTIKA) Guluk-Guluk STKIP PGRI Sumenep STIT Al Karimiyyah Beraji AKNS (Akademi Komunitas Negeri Sumenep) STIQNIS (Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an Nurul Islam) Karangcempaka Bluto Sumenep STIDAR (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah Raudlatul Iman) Gadu Barat Ganding Kesehatan Infrastruktur pelayanan kesehatan di Sumenep semuanya di layani di pusat-pusat kesehatan masyarakat yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan. Menurut data Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep, di wilayah ini tercatat ada 30 Puskesmas yang tersebar di 27 Kecamatan dibantu oleh puskesmas pembantu sebanyak 71 unit, Poskesdes (Pos Kesehatan desa) sebanyak 231 unit dan Polindes lebih dari 200 unit. Sarana Kesehatan yang lain adalah tersedianya Rumah Sakit di Sumenep sebanyak 5 unit, 1 di antaranya masih dalam tahap pembangunan. Rumah Sakit yang tersebar di Sumenep terdiri dari rumah sakit untuk umum dan rumah sakit bersalin. Pada tahun 2011 lalu untuk memberikan pelayanan lebih bagi warga Pulau Arjasa dan sekitarnya, Dinkes Sumenep menaikkan Status Puskesmas Arjasa menjadi Rumah Sakit tipe D. Daftar Rumah Sakit di Sumenep: RSUD dr. Moh. Anwar RSI Garam Medical Center (RS Mardi Waluyo) Kalianget RSI Al-amin, Prenduan (tahap pembangunan) RS Bersalin Esto Ebhu RS Bersalin Sumekar Ekonomi Sumber Daya Alam Sumber Daya Mineral: di kabupaten Sumenep cukup bervariatif. terdiri dari jenis bahan galian golongan C antara lain: pospat, batu gamping, calsit/batu bintang, gipsum, pasir kuarsa, dolomite, batu lempung, dan kaolin. Sumber Daya Energi: Kabupaten Sumenep selain memiliki potensi kekayaan alam berupa bahan galian golongan C, juga memiliki bahan tambang strategis berupa golongan A yang terletak di Pulau Pagerungan Besar, Pulau Sepanjang Kecamatan Sapeken, Perairan Pulau Giligenting. Berdasarkan perjalanan waktu selain di tiga pulau tersebut masih ada beberapa tempat yang terindikasi mengandung gas dan minyak bumi. Di antaranya sekitar Pulau Masalembu, Perairan Kalianget, Perairan Pulau Raas dan Blok Kangean. Setidaknya ada 10 perusahaan operator Migas yang mengelola beberapa blok migas di wilayah ini. Sumber Daya Air: Berdasarkan aspek geomorfologi, sumber daya air di Kabupaten Sumenep terbagi di 4 (empat) satuan wilayah: a). Daerah Dataran b). Daerah Perbukitan Bergelombang Halus c). Daerah Perbukitan Bergelombang Kasar d). Daerah Perbukitan yang Terpisah Pertanian Komoditi Pangan Berdasarkan data Tahun 2010 luas lahan sawah di Kabupaten Sumenep 23.852 Ha, terbagi menjadi 13.388 Ha (56,13 %) lahan sawah tadah hujan, 5.385 Ha (22,57 %) lahan berpengairan teknis, 1.959 Ha lahan semi teknis, 1.071 Ha lahan sederhana dan 2.049 Ha lahan memakai irigasi desa. Penggunaan lahan khususnya lahan bukan sawah meliputi pekarangan, tegal, perkebunan, ladang, huma, padang rumput, lahan sementara tidak diusahakan, hutan rakyat, hutan negara, rawa-rawa, tambak, kolam, dll. Tanaman pangan dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu komoditas beras (padi sawah dan padi gogo) dan komoditas palawija (jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ketela pohon dan ketela rambat). Komoditas Hortikultura Komoditas sayur mayur yang diusahakan oleh masyarakat petani di Kabupaten Sumenep pada Tahun 2008 berdasarkan data dari BPS (Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Sumenep) terbanyak adalah bawang merah dengan jumlah produksi 18.117,1 Kw mengalami penurunan jumlah produksi sebesar 64.42 % dari tahun sebelumnya. Lombok pada tahun 2008 merupakan komoditas terbanyak, pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 89.28 % dari tahu sebelumnya. Sedangkan perubahan jumlah produksi komoditas sayur mayur yang lain seperti: kacang panjang, mentimun, terong, kangkung, bayam dan tomat tidak terlalu signifikan. Untuk komoditas buah-buahan jumlah produksinya cukup bervariatif. Buah mangga dengan jumlah produksi 652.401 Kw merupakan komoditas buah tertinggi baik dari segi jumlah produksinya yaitu sebesar Rp. 127.218.195.000,-. Untuk komoditas buah lain seperti: pisang, pepaya, jeruk, jambu biji, rambutan, sawo, blimbing, salak dan avokad sangat beravariatif. Komoditas Perkebunan dan Kehutanan Berdasarkan data statistik Tahun 2010 (Sumber: Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Sumenep dan Perum Perhutani KPH Madura di Pamekasan), hasil produksi komoditas perkebunan dan kehutanan di Kabupaten Sumenep sangat bervariatif. Untuk produksi tanaman perkebunan rakyat, jumlah produksi tertinggi adalah kelapa yaitu 35.068,66 ton dengan luas lahan 50.059,06 Ha. Sedangkan untuk produksi tembakau sebagai komoditas primadona bagi petani Kabupaten Sumenep pada khususnya secara kuantitas mengalami penurunan sebesar 39,10 % dari tahun sebelumnya. Tanaman tembakau sebagai komoditas favorit dikenal sebagai daun emas yang dapat mengubah perilaku dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani tembakau. Luas lahan tembakau pada tahun 2010 10.377,94 Ha, dengan jumlah produksi sebanyak 2,917.62 Ton. Perikanan Berdasarkan estimasi produksi, potensi sumber daya ikan di perairan laut Kabupaten Sumenep mampu menghasilkan per tahun sebesar 22.000 ton per tahun. Sedangkan menurut estimasi potensi sumber lestari dihitung 60 % dari jumlah potensi yang ada atau 137.400 ton per tahun. Perkembangan produksi perikanan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani nelayan melalui peningkatan produksi dan produktivitas usaha yang berorientasi pada agrobisnis. Produksi perikanan yang dicapai kabupaten Sumenep pada tahun 2009 untuk perikanan laut mencapai 44.900,2 ton per tahun atau 32,68 % dari potensi lestari (mengalami peningkatan sebesar 10.09 % dari tahun sebelumya) dengan nilai produksi Rp. 169.553.210.000,-. Peternakan Populasi ternak besar di Kabupaten Sumenep terbesar dan spesifik adalah ternak sapi. Terbukti pada tahun 2011 populasi sapi sekitar 357.067 ekor, yang masih dikelola secara tradisional (ternak kerja, penghasil pupuk kandang, kegemaran dan tabungan) sebagai sub komponen usaha tani. Keunggulan sapi madura khususnya sapi Sumenep dengan daerah-daerah lain di Pulau Madura jenisnya adalah sama yaitu: Tahan terhadap penyakit spesifik, mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap kondisi alam yang kurang baik. Mempunyai respons yang baik terhadap perbaikan pakan melalui peningkatan protein maupun energi pakan yang ditujukan dengan pertimbangan bobot badan optimal. Mempunyai tipe sapi potong dan kualitas daging yang baik. Saat ini, Sumenep merupakan wilayah sentra pengembangan Sapi Nasional di Pulau Madura, Jawa Timur. Sejak zaman Belanda, Madura merupakan sentra sapi nasional. Bahkan Pulau Sapudi di Sumenep, menurut buku Peduli Peternakan Rakyat karya Sofyan Sudrajat, merupakan kawasan sapi terpadat di dunia. Populasi ternak kedua yang banyak dipelihara oleh masyarakat Sumenep khususnya masyarakat kepulauan di Kecamatan Arjasa dan Sapeken adalah ternak kerbau. Di daratan hanya terdapat di Kecamatan Kalianget. Jumlah ternak kerbau adalah 6.926 ekor. Populasi ternak ketiga adalah ternak kuda yang berjumlah 3.357 ekor. Populasi ternak kecil yang banyak dipelihara di Kabupaten Sumenep adalah kambing berjumlah 113.224 ekor dan domba berjumlah 25.123 ekor. Sedangkan ternak unggas tercatat ayam ras berjumlah 235.584 ekor; ayam kampung 741.131 ekor dan itik 42.417 ekor. Transportasi Karena letak geografis Kabupaten Sumenep yang terletak di ujung timur Madura dan letaknya yang begitu strategis (dekat dengan Pulau Bali) maka untuk menuju wilayah Kebupaten Sumenep disediakan beberapa fasilitas untuk menunjang lancarnya moda transportasi, antara lain: Terminal Bus Arya Wiraraja–merupakan terminal bus tipe A terbesar di Sumenep melayani seluruh penumpang dari luar daerah Sumenep. Pelabuhan Kalianget–Merupakan sarana transportasi laut yang melayani penumpang dari daratan Sumenep ke wilayah Kepulauan maupun sebaliknya, selain itu juga pelabuhan kalianget melayani jalur transportasi laut Kalianget–Jangkar, Situbondo. Bandar Udara Trunojoyo Sumenep–Merupakan Bandara yang berdiri pada tahun 1970-an, yang saat ini dalam tahap pengembangan, dan direncanakan pula bahwa pada tahun 2012 mendatang Bandara ini akan beroprasi untuk penerbangan komersial. Fasilitas Listrik Untuk menunjang kebutuhan kelistrikan di Sumenep, Travo Listrik yang di kelola oleh PLN PJU Sumenep saat ini sebesar 150 kV dengan Kapasitas 60 MVA. Untuk mengurangi perimintaan daerah-daerah yang belum teraliri Listrik PLN, Pemerintah daerah juga memberikan bantuan berupa pembangkit Listrik Tenaga Surya bagi daerah pesisir dan kepulauan Sumenep. Telekomunikasi Saat ini akses telekomukasi yang dikelola oleh PT Telkom Sumenep untuk memberikan layanan kepada masyarakat Sumenep, jaringan telkom saat ini berkapasitas 3.633 SST. Kantor Pos Untuk menunjang kebutuhan pengriman barang atau paket di Sumenep telah berdiri Kantor Pos Indonesia yang tersebar di beberapa wilayah kecamatan, Jumlah Kantor Pos di Sumenep saat ini telah berjumlah 16 unit, baik di daratan maupun di beberapa daerah kepulauan Sumenep. Bank dan ATM Industri perbakan di Kabupaten Sumenep sebagian besar beroprasi di Jalan Trunojoyo Sumenep, di jalan utama inilah bank-bank nasional dan daerah membuka kantornya. Bank yang ada di wilayah ini antara lain: BNI BCA BRI Bank btpn Bank Mandiri Bank Syariah Mandiri Bank Sinarmas Bank Danamon Syariah Bank Jatim Bank BPR Jawa Timur Bank UMKM Jatim BPRS Bhakti Sumekar Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu potensi unggulan di Kabupaten Sumenep. Ada beberapa jenis potensi wisata, yang dapat dikelompokkan menjadi: Wisata Sejarah, Budaya dan Arsitektur Museum Keraton Sumenep adalah museum yang dikelola oleh pemerintah daerah Sumenep yang di dalamnya menyimpan berbagai koleksi benda-benda cagar budaya peninggalan keluarga Karaton Sumenep dan beberapa peninggalan masa kerajaan hindu budha seperti arca Wisnu dan Lingga yang ditemukan di Kecamatan Dungkek. Di dalam museum terdapat juga beberapa koleksi pusaka peninggalan Bangsawan Sumenep seperti guci keramik dari Cina dan Kareta My Lord pemberian Kerajaan Inggris kepada Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I atas jasanya yang telah banyak membantu Thomas Stamford Raffles salah seorang Gubenur Inggris dalam penelitian yang dilakukannya di Indonesia. Keraton Sumenep adalah peninggalan pusaka Sumenep yang dibangun oleh Raja/Adipati Sumenep XXXI, Panembahan Sumolo Asirudin Pakunataningrat dan diperluas oleh keturunannya yaitu Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat I. Karaton Sumenep sendiri letaknya tepat berada di depan Museum Karaton Sumenep, Masjid Jamik Sumenep adalah bangunan yang mempunyai arsitektur yang khas, memadukan berbagai kebudayaan menjadi bentuk yang unik dan megah, dibangun oleh Panembahan Somala Asirudin Pakunataningrat yang memerintah pada tahun 1762-1811 M dengan arsitek berkebangsaan tionghoa "law pia ngho" Kota Tua Kalianget letaknya di sebelah timur kota Sumenep, di sini para pengunjung bisa melihat peninggalan-peninggalan Pabrik garam, Arsitektur Kolonial dan beberapa daerah pertahanan yang dibangun Oleh Pemerintahan Kolonial saat menjajah wilayah Sumenep, Rumah Adat Tradisional Madura Tanean Lanjhang, bisa ditemui di beberapa daerah menuju pantai lombang maupun menuju pantai slopeng, Benteng VOC Kalimo'ok di Kalianget. Wisata Religi/Ziarah Asta Karang Sabu merupakan kompleks pemakaman keluarga Raja / Adipati Sumenep yang memerintah pada abad 15 yaitu Pangeran Ario kanduruan, Pangeran Lor dan Pangeran Wetan. di daerah karang sabu inilah dia memimpin pemerintah Sumenep pada saat itu. Kompleks pemakaman Asta Tinggi Sumenep adalah kompleks pemakaman Raja-Raja Sumenep yang dibangun pada tahun 1644 M. terletak di daerah dataran Tinggi Kebon Agung Sumenep. Asta Yusuf merupakan salah satu makam penyebar agama Islam di Pulau Talango, makam tersebut ditemukan oleh Sri Sultan Abdurrahman Pakunataningrat ketika betolak menuju Bali pada tahun 1212 hijriah (1791), Asta Katandur merupakan salah satu makam penyebar agama Islam di Sumenep, Pangeran Katandur yang juga salah satu tokoh yang ahli dalam bidang pertanian dan menurut berbagai sumber, Pangeran Katandur juga merupakan pencipta tradisi kerapan sapi, Makam Pangeran Panembahan Joharsari yang merupakan salah satu Adipati Sumenep V yang pertama kali memeluk Agama Ifslam di Bluto, Wisata Alam Pantai Lombang adalah pantai dengan hamparan pasir putih dan gugusan tanaman cemara udang yang tumbuh di areal tepi dan sekitar pantai. Suasananya sangat teduh dan indah sekali. Pantai Lombang adalah satu-satunya pantai di Indonesia yang ditumbuhi pohon cemara udang, Pantai Slopeng adalah pantai dengan hamparan gunung pasir putih yang mengelilingi sisi pantai sepanjang hampir 6 km. Kawasan pantai ini sangat cocok untuk mancing ria karena areal lautnya kaya akan beragam jenis ikan, termasuk jenis ikan tongkol, Pantai Ponjug di Pulau Talango, Pantai Badur di Kecamatan Batu Putih, Taman Air Kiermata di Kecamatan Saronggi, Gua Jeruk Asta Tinggi Sumenep, Gua Kuning di Kecamatan Kangean, Gua Payudan di Kecamatan Guluk-Guluk, Wisata Bahari/Laut Kepulauan Kangean dan sekitarnya merupakan gugusan kepulauan Kabupaten Sumenep yang letaknya berada di wilayah ujung timur Pulau Madura. Mempunyai banyak pantai yang eksotik, Wisata Taman Laut Mamburit Pulau Arjasa Wisata Taman Laut Gililabak Pulau Talango Pantai Pasir Putih dan Terumbu Karang Pulau Saor (Kecamatan Sapeken) Pantai pasir putih, taman mangrove/ bakau dan wisata taman laut takat Pulau Pajangan (kecamatan nonggunong) Wisata Konservasi Ayam bekisar, ayam bekisar adalah ayam khas Sumenep yang banyak dibudidayakan untuk peliharaan di Pulau Kangean. Kijang, merupakan hewan penghuni hutan di daerah Arjasa. Jenis hewan ini termasuk hewan yang dilindungi. Cemara Udang, merupakan satu jenis spesies cemara yang hanya ada di Kabupaten Sumenep dan di Pesisir Pantai Negeri China. Pohon cemara ini banyak dibudidayakan oleh masyarakat di wilayah Kecamatan Batang-Batang dan Kecamatan Dungkek, tak jauh dari lokai wisata Pantai Lombang. Taman laut takat pajangan merupakan taman bawah laut pulau pajangan yang terletak di sebelah utara pantai pulau pajangan. terumbu karangnya yang luas dan jenis terumbu karangnya yang sangat banyak hampir menyerupai taman nasional bunaken di manado Wisata Minat Khusus Tirta Sumekar Indah merupakan salah satu kompleks pemandian kolam renang yang ada di Sumenep, letaknya berada di kecamatan Batuan, sebelah barat kota Sumenep. Letaknya yang strategis, dikelilingi Perkebunan Pohon Jati dan Jambu Mente serta tak jauh dari wisata kompleks pemakaman Asta Tinggi membuat pemandian ini banyak di kunjungi warga saat akhir pekan dan liburan sekolah, Water Park Sumekar, merupakan wisata air yang terletak tak jauh di belakang lokasi Wisata kompleks Asta Tinggi, kondisi bangunannya yang terletak dilerang bukit Kasengan sangat menambah suasana alami di kawasan ini, Alun-Alun Sumenep sekarang menjadi taman Adipura, setiap harinya khususnya pada malam hari dibangian utara Alun-Alun Sumenep ini terdapat pasar malam dengan menyajikan berbagai macam kuliner dan accesories yang bisa dinikmati dengan harga yang murah. Wisata kesehatan di Pulau Giliyang Kecamatan Dungkek merupakan daerah di kabupaten Sumenep yang mempunyai kandungan O2/oksigen sebesar 21,5% atau 215.000 ppm. Selain terkenal karena kemurnian oksigennya, pulau Giliyang juga memiliki wisata Gua "Celeng" Gua ini terletak di Desa Banraas, sekitar 3 km dari tepi pantai Gili Iyang. Untuk bisa sampai di gua ini, para wisatawan harus berjalan turun melalui bebatuan kecil yang akan dipandu oleh guide. Gua ini ditemukan sekitar tahun 2014 oleh warga sekitar. Sebelum bernama Gua Mahakarya, gua ini bernama Gua Celeng dikarenakan gue ini dihuni dan dijadikan tempat persembunyian oleh babi hutan. Namun seiring berjalannya waktu, celeng (babi hutan) mulai meninggalkan gua ini. Keindahan batu stalaktit dan stalagmit yang ada di gua ini bisa memukau para wisatawan karena bisa melihat dinding gua yang berkelap-kelip terkena cahaya. Gua ini memiliki luas sekitar 800 m2 dan terbagi menjadi tujuh ruangan yang bisa dinikmati. Penerangan di gua ini benar-benar murni dari cahaya matahari, sehingga hal ini menjadi keunikan tersendiri untuk digunakan sebagai spot foto. Dengan beberapa bebatuan stalaktit dan stalagmit yang masih aktif serta menghasilkan bebatuan baru, di dalam gua juga terdapat bebatuan bersinar karena pada gua ini mengandung butiran-butiran kecil yang jika terkena cahaya maka akan memancarkan kilau yang indah. Wisata berikutnya yang berada di pulau Giliyang adalah wisata Batu Canggah Batu Canggah terletak di Dusun Baniteng Desa Bancamara. Perjalanan untuk mencapai Batu Canggah sendiri tidaklah mudah, para wisatawan harus berjalan kaki terlebih dahulu sekitar 30 menit dari tempat odong-odong biasanya diparkir. Melewati hijaunya sawah milik penduduk, pemandangan akan terasa nikmat. Selama perjalanan menuju lokasi, wisatawan tidak akan pernah bosan untuk melihat keadaan alam masyarakat sekitar yang benar-benar masih terjaga kealamiannya. Saat tiba di gapura bertuliskan Batu Canggah, pengunjung masih harus menuruni anak tangga yang cukup ekstrem, jika lalai sedikit saja maka tidak dapat dipungkiri bisa terjatuh ke bawah dan disambut dengan batu-batuan karang. Setelah menapaki anak tangga terakhir, maka akan terlihat lekukan karang berukuran besar yang akan memanjakan mata, yang berdiri kokoh, tegak, nan eksotis. Di sepanjang jalan sudah tersedia pagar bambu untuk memudahkan para wisatawan berjalan untuk mengantisipasi terpeleset atau bahkan terjatuh. Saat di Batu Canggah, wisatawan tidak hanya dimanjakan dengan pesona batuan karang yang eksotis ini, namun juga akan disambut dengan hamparan laut luas yang siap membuat mata takjub. Kota tua Kalianget merupakan wisata kota tua bekas peninggalan masa kolonial Belanda, hingga saat ini masih bisa dinikmati berupa bekas pabrik, bekas bioskop, bekas kolam renang dan bekas gereja tua. Nambakor merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Saronggi, desa ini merupakan penghasil garam dan penghasil ikan budidaya tambak. Hotel Sebagai daerah destinasi utama wisata Pulau Madura, di Sumenep, hotel-hotel mulai dibangun. menurut data PHRI Jawa Timur Hotel di Sumenep berjumlah 13 unit. Secara keseluruhan lokasinya berpusat di Kota Sumenep dan Kalianget. Berikut Daftar Hotel di Sumenep Hotel Wijaya I Hotel Wijaya II Safari Jaya Hotel Garuda Hotel Sumekar Hotel Hotel Utami Sumekar Hotel Suramadu Mitraland Hotel Hotel Family Nur C-1 Hotel Apel Hotel Dreamland Hotel Musdalifah Hotel and Resort Media Televisi Kebudayaan Seni Tari Tari Moang Sangkal Tari Codi' Somekkar Tari Gambu Seni Musik Musik Saronen Musik Tong-tong Seni Kriya Batik Tulis Sumenep, sentra batik tulis di Sumenep terdapat di desa Pakandangan Barat Kecamatan Bluto, Keris, sentra pembuatan senjata keris di Sumenep terdapat di desa Aeng tong tong dan desa desa Palongan Kecamatan Bluto, Sentra Ukiran Sumenep Madura terdapat di desa Karduluk, Sentra pembuatan Perahu Madura terdapat di desa Slopeng dan Pulau Sapudi, Sentra Pembuatan Topeng Madura Budaya Mamaca Mamapar gigi Kalenengan Karaton Tandha' Tan-pangantanan Ojhung Topeng dhalang Lodrok Sape Sono' Karapan Sapi Upacara Adat Nyadar Upacara Adat Penganten Ngekak Sangger Kuliner Khas Rujak Cingur Sumenep Rujak Selingkuh Kaldu Kokot Kalsot (kaldu soto) Lontong Campor Apen Parsanga Soto Madura Sate Madura Man reman Macho Pattola Mento Nasi Romi Nasi Jagung Kuah Maronggi (daun kelor) Kripik Singkong Jubada Rengginang Lorjuk Pokak Saripah Event Wisata Semalam di Karaton Prosesi Pelantikan Arya Wiraraja Karapan Sapi Tellasan Topak Maskot Fauna Identitas Kabupaten Sumenep adalah Ayam bekisar yang berasal dari Pulau Kangean. Fauna ini tak hanya menjadi identitas daerah Sumenep namun juga menjadi identitas Provinsi Jawa Timur. Selain mempunyai fauna khas, Sumenep juga mempunyai flora khas yaitu Pohon Cemara Udang yang tumbuh subur di lokasi wisata Pantai Lombang. Saat ini pohon cemara udang termasuk salah satu flora yang dilindungi oleh UU dan Perda Kab. Sumenep Musisi dan Hiburan Dalam dunia Hiburan dan musisi tanah air ternyata tak sedikit juga kalangan artis dari Sumenep, Madura. di antaranya ada Pelawak kocak, presenter sekaligus aktor Ferrasta Soebardi atau lebih dikenal dengan nama Pepeng . disamping itu ada juga artis cilik yaitu Randy Martin salah satu tokoh pemeran si Pitung di sinetron Pitung The Master dan Sayef Muhammad Billah yang memerankan tokoh Arif dalam film layar lebar Semesta Mendukung. selain aktor-aktor tersebut juga ada musisi dangdut, Imam S Arifin dan Yus Yunus. Tokoh Terkenal Arya Wiraraja, Otak pendiri kerajaan Majapahit. Halim Perdanakusuma, Pahlawan Nasional Indonesia. Muhammad Saleh Werdisastro, Ketua Komite Nasional Indonesia (KNI) Daerah Yogyakarta yang pertama dan Wali kota Surakarta tahun 1951-1958. M.A. Rachman, Mantan Jaksa Agung RI Kabinet Gotong Royong. Prof. Abdul Hadi WM, Guru Besar Filsafat Univ. Paramadina, Budayawan. Prof. Mien Achmad Rifai, M.Sc.,Ph.D., Ahli Botani Indonesia. D. Zawawi Imron, Sastrawan/Penyair Nasional. DR. A. Latif Wiyata, Dosen Fisip UNEJ dan kepala lembaga Pusat Kajian Madura UNEJ. Edhi Setiawan, SH, Budayawan Madura. MH Said Abdullah, Ketua Banggar DPR RI 2019 - 2024 Achsanul Qasasi, Presiden Madura United FC Imam S Arifin, Penyanyi Dangdut Nyai Hj Dewi Khalifah, Wabup Sumenep/Ketua PC Muslimat NU Olahraga Olahraga unggulan yang sedang diminati oleh masyarakat Sumenep saat ini adalah cabang olahraga bola volly. Saat ini di Sumenep tercatat ada 442 klub, terdiri dari 328 klub putera dan 114 klub puteri, sehingga pada tahun 2005 lalu masuk dalam catatan MURI sebagai klub bola voli terbanyak se-Indonesia. Selain olahraga bola voli, olahraga tradisional balbudih juga sering dimainkan oleh pemuda-pemuda di lapangan kecamatan. Olahraga tradisional ini hampir berkembang diseluruh masyarakat pedesaan di Sumenep. Olahraga ini dimainkan secara beregu. Selain dua olahraga di atas, olahraga futsal, sepak bola, bulu tangkis, tenis, bela diri juga diminati oleh masyarakat Sumenep. Klub sepak bola dari kabupaten ini adalah Perssu Sumenep FC. Referensi Daftar pustaka Huub de Jonge.1989.Madura dalam empat zaman: pedagang, perkembangan ekonomi, dan Islam: suatu studi antropologi ekonomi. PT Gramedia. Werdisastra (raden.).1996.Babad Sumenep.Universitas Michigan: Garoeda Buana Indah. Hélène Bouvier. 2002. Lèbur: seni musik dan pertunjukan dalam masyarakat Madura. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 979-461-420-3, 9789794614204 Zulkarnaen, Iskandar. 2003. Sejarah Sumenep. Sumenep: Dinas Pariwisata dan kebudayaan kabupaten Sumenep. Abdurrahchman, Drs.1971.Sejarah Madura Selajang Pandang. Sumenep. Justine Vaisutis. 2007.Indonesia. Lonely Planet. ISBN 1-74104-435-9 Soebrata Sastro, Raden.1920.Perjalanan dari Soengenep ka Batawi. Balai Pustaka. Sejarah Perjuangan Rakyat Sumenep 1945-1950 Pranala luar Sumenep Sumenep
4145
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Surabaya
Kota Surabaya
Surabaya (Hanacaraka: ꦏꦹꦛꦯꦹꦫꦨꦪ; Pegon Jawa: كوڟا سورابايا, tr. Kutha Surabaya, . Hanzi: 泗水. ) adalah ibu kota Provinsi Jawa Timur yang menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari Provinsi Jawa Timur sekaligus kota terbesar di provinsi tersebut. Surabaya juga merupakan sebuah kota yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Kota Jakarta. Kota ini terletak 800 km sebelah timur Jakarta, atau 435 km sebelah barat laut Denpasar, Bali. Letak kota ini berada di pantai utara Pulau Jawa bagian timur yang berhadapan dengan Selat Madura serta Laut Jawa. Surabaya memiliki luas sekitar ±335,28 km², dan 3.000.076 jiwa penduduk pada pertengahan tahun 2023. Daerah megalopolitan Surabaya yang berpenduduk sekitar 10 juta jiwa, adalah kawasan metropolitan terbesar kedua di Indonesia setelah Jabodetabek. Surabaya dan wilayah Gerbangkertosusila dilayani oleh sebuah bandar udara, yakni Bandar Udara Internasional Juanda yang berada 20 km di sebelah selatan kota, serta dua pelabuhan, yakni Pelabuhan Tanjung Perak dan Pelabuhan Ujung. Surabaya dikenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena Pertempuran 10 November 1945, yaitu sejarah perjuangan Arek-Arek Suroboyo (Pemuda-pemuda Surabaya) dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia dari serangan penjajah. Surabaya juga sempat menjadi kota terbesar di Hindia Belanda dan menjadi pusat niaga di Nusantara yang sejajar dengan Hong Kong dan Shanghai pada masanya. Menurut Bappenas, Kota Surabaya adalah salah satu dari empat kota pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Medan, Jakarta, dan Makassar. Sejarah Etimologi Kata Surabaya (bahasa Sanskerta: Śūrabhaya) sering diartikan secara filosofis sebagai lambang perjuangan antara darat dan air. Selain itu, dari kata Surabaya juga muncul mitos pertempuran antara ikan sura (ikan hiu) dan baya (buaya), yang menimbulkan dugaan bahwa terbentuknya nama "Surabaya" muncul setelah terjadinya pertempuran tersebut. Asal-usul Surabaya Bukti sejarah menunjukkan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum zaman kolonial, seperti yang tercantum dalam prasasti Trowulan I, berangka 1358 M. Dalam prasasti tersebut terungkap bahwa Surabaya (Śūrabhaya) masih berupa desa di tepi sungai Brantas dan juga sebagai salah satu tempat penyeberangan penting sepanjang daerah aliran sungai Brantas. Surabaya juga tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama yang ditulis oleh Empu Prapañca yang bercerita tentang perjalanan pesiar Raja Hayam Wuruk pada tahun 1365 M dalam pupuh XVII (bait ke-5, baris terakhir). Walaupun bukti tertulis tertua mencantumkan nama Surabaya berangka tahun 1358 M (Prasasti Trowulan) dan 1365 M (Nagarakretagama), para ahli menduga bahwa wilayah Surabaya sudah ada sebelum tahun-tahun tersebut. Menurut pendapat budayawan Surabaya berkebangsaan Jerman Von Faber, wilayah Surabaya didirikan tahun 1275 M oleh Raja Kertanegara sebagai tempat permukiman baru bagi para prajuritnya yang berhasil menumpas pemberontakan Kemuruhan pada tahun 1270 M. Pendapat yang lainnya mengatakan bahwa Surabaya dahulu merupakan sebuah daerah yang bernama Ujung Galuh (Jung-Ya-Lu menurut catatan china). Versi lain menyebutkan, Surabaya berasal dari cerita tentang perkelahian hidup-mati antara Adipati Jayengrono dan Sawunggaling. Konon, setelah mengalahkan pasukan Kekaisaran Mongol utusan Kubilai Khan atau yang dikenal dengan pasukan Tartar, Raden Wijaya mendirikan sebuah keraton di daerah Ujung Galuh dan menempatkan Adipati Jayengrono untuk memimpin daerah itu. Lama-lama karena menguasai ilmu buaya, Jayengrono semakin kuat dan mandiri sehingga mengancam kedaulatan Kerajaan Majapahit. Untuk menaklukkan Jayengrono, maka diutuslah Sawunggaling yang menguasai ilmu sura. Adu kesaktian dilakukan di pinggir Kali Mas, di wilayah Peneleh. Perkelahian itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam dan berakhir dengan tragis, karena keduanya meninggal setelah kehilangan tenaga. Nama Śūrabhaya sendiri dikukuhkan sebagai nama resmi pada abad ke-14 oleh penguasa Ujung Galuh, Arya Lêmbu Sora. Era prakolonial Wilayah Surabaya dahulu merupakan gerbang utama untuk memasuki ibu kota Kerajaan Majapahit dari arah lautan, yakni di muara Kali Mas. Bahkan hari jadi kota Surabaya ditetapkan yaitu pada tanggal 31 Mei 1293. Hari itu sebenarnya merupakan hari kemenangan pasukan Majapahit yang dipimpin Raden Wijaya terhadap serangan pasukan Mongol. Pasukan Mongol yang datang dari laut digambarkan sebagai SURA (ikan hiu / berani) dan pasukan Raden Wijaya yang datang dari darat digambarkan sebagai BAYA (buaya / bahaya), jadi secara harfiah diartikan berani menghadapi bahaya yang datang mengancam. Maka hari kemenangan itu diperingati sebagai hari jadi Surabaya. Pada abad ke-15, Islam mulai menyebar dengan pesat di daerah Surabaya. Salah satu anggota Wali Sanga, Sunan Ampel, mendirikan masjid dan pesantren di wilayah Ampel. Tahun 1530, Surabaya menjadi bagian dari Kerajaan Demak. Menyusul runtuhnya Demak, Surabaya menjadi sasaran penaklukan Kesultanan Mataram, diserbu Senapati tahun 1598, diserang besar-besaran oleh Panembahan Seda ing Krapyak tahun 1610, dan diserang Sultan Agung tahun 1614. Pemblokan aliran Sungai Brantas oleh Sultan Agung akhirnya memaksa Surabaya menyerah. Suatu tulisan VOC tahun 1620 menggambarkan, Surabaya sebagai wilayah yang kaya dan berkuasa. Panjang lingkarannya sekitar 5 mijlen Belanda (sekitar 37 km), dikelilingi kanal dan diperkuat meriam. Tahun tersebut, untuk melawan Mataram, tentaranya sebesar 30.000 prajurit. Tahun 1675, Raden Trunajaya dari Madura merebut Surabaya, namun akhirnya didepak VOC pada tahun 1677. Dalam perjanjian antara Pakubuwono II dan VOC pada tanggal 11 November 1743, Surabaya diserahkan penguasaannya kepada VOC. Gedung pusat pemerintahan Keresidenan Surabaya berada di mulut sebelah barat Jembatan Merah. Jembatan inilah yang membatasi permukiman orang Eropa (Europeesche Wijk) waktu itu, yang ada di sebelah barat jembatan dengan tempat permukiman orang Tionghoa; Melayu; Arab; dan sebagainya (Vremde Oosterlingen), yang ada di sebelah timur jembatan tersebut. Hingga tahun 1900-an, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja. Era kolonial Pada masa Hindia Belanda, Surabaya berstatus sebagai ibu kota Keresidenan Surabaya, yang wilayahnya juga mencakup daerah yang kini wilayah Kabupaten Gresik; Sidoarjo; Mojokerto; dan Jombang. Pada tahun 1905, Surabaya mendapat status kotamadya (gemeente). Pada tahun 1926, Surabaya ditetapkan sebagai ibu kota provinsi Jawa Timur. Sejak saat itu Surabaya berkembang menjadi kota modern terbesar kedua di Hindia Belanda setelah Batavia. Sebelum tahun 1900, pusat kota Surabaya hanya berkisar di sekitar Jembatan Merah saja. Pada tahun 1910, fasilitas pelabuhan modern dibangun di Surabaya, yang kini dikenal dengan nama Pelabuhan Tanjung Perak. Sampai tahun 1920-an, tumbuh permukiman baru seperti daerah Darmo; Gubeng; Sawahan; dan Ketabang. Tanggal 3 Februari 1942, Jepang menjatuhkan bom di Surabaya. Pada bulan Maret 1942, Jepang berhasil merebut Surabaya. Surabaya kemudian menjadi sasaran serangan udara tentara Sekutu pada tanggal 17 Mei 1944. Era kemerdekaan Pertempuran mempertahankan Surabaya Setelah Perang Dunia II usai, pada 25 Oktober 1945, 6.000 pasukan Inggris-India yaitu Brigade 49, Divisi 23 yang dipimpin Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby mendarat di Surabaya dengan perintah utama melucuti tentara Jepang, tentara dan milisi Indonesia. Mereka juga bertugas mengurus bekas tawanan perang dan memulangkan tentara Jepang. Pasukan Jepang menyerahkan semua senjata mereka, tetapi milisi dan lebih dari 20.000 pasukan Indonesia menolak. 26 Oktober 1945, tercapai persetujuan antara Ario Soerjo, Gubernur Jawa Timur dengan Brigjen Aubertin Mallaby bahwa pasukan Indonesia dan milisi tidak harus menyerahkan senjata mereka. Sayangnya terjadi salah pengertian antara pasukan Inggris di Surabaya dengan markas tentara Inggris di Jakarta yang dipimpin Letnan Jenderal Philip Christison. Pada tanggal 27 Oktober 1945, pukul 11.00, pesawat Dakota Angkatan Udara Inggris dari Jakarta menjatuhkan selebaran di Surabaya yang memerintahkan semua tentara Indonesia dan milisi untuk menyerahkan senjata. Para pimpinan tentara dan milisi Indonesia menjadi marah ketika membaca selebaran ini dan menganggap Brigjen Mallaby tidak menepati perjanjian yang ditanda tangani satu hari sebelumnya. Pada 28 Oktober 1945, pasukan Indonesia dan milisi menggempur pasukan Inggris di Surabaya. Untuk menghindari kekalahan di Surabaya, Brigjen Mallaby meminta agar Presiden RI Soekarno dan panglima pasukan Inggris Divisi 23, Mayor Jenderal Douglas Cyril Hawthorn untuk pergi ke Surabaya dan mengusahakan perdamaian. 29 Oktober 1945, Presiden Soekarno; Wakil Presiden Mohammad Hatta; dan Menteri Penerangan Amir Syarifuddin bersama Mayjen Hawthorn pergi ke Surabaya untuk berunding. Pada siang hari, 30 Oktober 1945, dicapai persetujuan yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno dan Panglima Divisi 23 Mayjen Hawthorn. Isi perjanjian tersebut adalah diadakan perhentian tembak menembak dan pasukan Inggris akan ditarik mundur dari Surabaya secepatnya. Mayjen Hawthorn dan para pimpinan RI tersebut meninggalkan Surabaya dan kembali ke Jakarta. Pada sore hari, 30 Oktober 1945, Brigjen Mallaby berkeliling ke berbagai pos pasukan Inggris di Surabaya untuk memberitahukan soal persetujuan tersebut. Saat mendekati pos pasukan Inggris di gedung Internatio, dekat Jembatan Merah, mobil Brigjen Mallaby dikepung oleh milisi yang sebelumnya telah mengepung gedung Internatio. Karena mengira komandannya akan diserang oleh milisi, pasukan Inggris kompi D yang dipimpin Mayor Venu K. Gopal melepaskan tembakan ke atas untuk membubarkan para milisi. Para milisi mengira mereka diserang / ditembaki tentara Inggris dari dalam gedung Internatio dan balas menembak. Seorang perwira Inggris, Kapten R.C. Smith melemparkan granat ke arah milisi Indonesia, tetapi meleset dan jatuh tepat di mobil Brigjen Mallaby. Granat meledak dan mobil terbakar. Akibatnya Brigjen Mallaby dan sopirnya tewas. Laporan awal yang diberikan pasukan Inggris di Surabaya ke markas besar pasukan Inggris di Jakarta menyebutkan Brigjen Mallaby tewas ditembak oleh milisi Indonesia. Letjen Philip Christison marah besar mendengar kabar kematian Brigjen Mallaby tersebut dan mengerahkan 24.000 pasukan tambahan untuk menguasai Surabaya. 9 November 1945, Inggris menyebarkan ultimatum agar semua senjata tentara Indonesia dan milisi segera diserahkan ke tentara Inggris, tetapi ultimatum ini tidak diindahkan. 10 November 1945, Inggris mulai membom Surabaya dan perang sengit berlangsung terus menerus selama 10 hari. Dua pesawat Inggris ditembak jatuh pasukan RI dan salah seorang penumpang, Brigadir Jenderal Robert Guy Loder-Symonds terluka parah dan meninggal keesokan harinya. 20 November 1945, Inggris berhasil menguasai Surabaya dengan korban ribuan orang prajurit tewas. Lebih dari 20.000 tentara Indonesia, milisi dan penduduk Surabaya tewas. Seluruh kota Surabaya hancur lebur. Pertempuran ini merupakan salah satu pertempuran paling berdarah yang dialami pasukan Inggris pada dekade 1940-an. Pertempuran ini menunjukkan kesungguhan bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan mengusir penjajah. Karena sengitnya pertempuran dan besarnya korban jiwa, setelah pertempuran ini, jumlah pasukan Inggris di Indonesia mulai dikurangi secara bertahap dan digantikan oleh pasukan Belanda. Pertempuran pada tanggal 10 November 1945 tersebut hingga saat ini dikenang dan diperingati sebagai Hari Pahlawan. Era pascakemerdekaan Kota yang jalan utamanya dahulu hampir berbentuk seperti pita dari jembatan Wonokromo di sebelah Selatan menuju ke Jembatan Merah di sebelah Utara sepanjang kurang lebih 13 km tersebut, di akhir tahun 1980-an mulai berubah total. Pertambahan penduduk dan urbanisasi yang pesat, memaksa Surabaya untuk berkembang ke arah Timur dan Barat seperti yang ada sekarang. Bertambahnya kendaraan bermotor, tumbuhnya industri baru serta menjamurnya perumahan yang dikerjakan oleh perusahaan realestat yang menempati pinggiran kota mengakibatkan tidak saja terjadi kemacetan di tengah kota tetapi juga tidak jarang terjadi pula di pinggiran kota. Surabaya telah berkembang jauh dari kota yang relatif kecil dan kumuh di akhir abad ke-19, menjadi kota metropolitan di akhir abad ke-20 dan pada kurun abad ke-21 menjadi salah satu metropolitan dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara. Kota yang pada kurun abad ke-20 dan awal abad ke-21 dipandang panas dan kumuh ini juga berhasil berubah menjadi salah satu kota metropolitan yang paling tertata di Indonesia dengan kualitas udara terbersih. Geografi Surabaya secara geografis berada pada 07°09'00" – 07°21'00" Lintang Selatan dan 112°36'- 112°54' Bujur Timur. Luas wilayah Surabaya meliputi daratan dengan luas 326,81 km² dan lautan seluas 190,39 km². Batas wilayah Kota Surabaya berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu: Geologi Kondisi geologi Kota Surabaya terdiri dari Daratan Alluvium; Formasi Kabuh; Pucangan; Lidah; Madura; dan Sonde. Sedangkan untuk wilayah perairan, Surabaya tidak berada pada jalur sesar aktif ataupun berhadapan langsung dengan samudra, sehingga relatif aman dari bencana alam endogen. Berdasarkan kondisi geologi dan wilayah perairannya, Surabaya dikategorikan ke dalam kawasan yang relatif aman terhadap bencana gempa bumi maupun tanah amblesan sehingga pembangunan infrastruktur tidak memerlukan rekayasa geoteknik yang dapat menelan biaya besar. Topografi Kota Surabaya terletak di pesisir utara provinsi Jawa Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah utara dan timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah selatan, serta Kabupaten Gresik di sebelah barat. Sebagian besar wilayah Surabaya merupakan dataran rendah yaitu 80,72% dengan ketinggian antara -0,5 – 5m SHVP atau 3 – 8 m di atas permukaan laut, sedangkan sisanya merupakan daerah perbukitan yang terletak di wilayah Surabaya Barat (12,77%) dan Surabaya Selatan (6,52%). Di wilayah Surabaya Selatan terdapat 2 bukit landai yaitu di daerah Lidah dan Gayungan yang ketinggiannya antara 25 – 50 m di atas permukaan laut dan di wilayah Surabaya Barat memiliki kontur tanah perbukitan yang bergelombang. Struktur tanah di Surabaya terdiri dari tanah aluvial, hasil endapan sungai dan pantai, dan di bagian barat terdapat perbukitan yang mengandung kapur tinggi. Di Surabaya terdapat muara Kali Mas, yakni satu dari dua pecahan Sungai Brantas. Kali Mas adalah salah satu dari tiga sungai utama yang membelah sebagian wilayah Surabaya bersama dengan Kali Surabaya dan Kali Wonokromo. Areal sawah dan tegalan terdapat di kawasan barat dan selatan kota, sedangkan areal tambak berada di kawasan pesisir timur dan utara. Iklim Surabaya memiliki iklim tropis seperti kota besar di Indonesia pada umumnya. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, Kota Surabaya termasuk dalam kategori iklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim dalam setahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Curah hujan di Surabaya rata-rata 165,3 mm. Curah hujan tertinggi di atas 200 mm terjadi pada kurun Januari hingga Maret dan November hingga Desember. Suhu udara rata-rata di Surabaya berkisar antara 23,6 °C hingga 33,8 °C. Pemerintahan Dasar hukum bagi kota Surabaya adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1950, tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Di Jawa Timur. Surabaya berstatus sebagai kota yang menjadi bagian dari provinsi Jawa Timur. Wilayah Surabaya kemudian dibagi lagi menjadi 31 kecamatan dan 163 kelurahan. Kepala Daerah Surabaya dipimpin oleh seorang wali kota dan didampingi oleh seorang wakil wali kota. Wali Kota Surabaya saat ini adalah Eri Cahyadi, yang menjabat sejak 26 Februari 2021. Ia didampingi oleh Wakil Wali Kota Armuji. Dewan Perwakilan Pembagian administratif Pertahanan dan keamanan Surabaya merupakan markas besar dari Kodam V/Brawijaya yang merupakan komando kewilayahan pertahanan dari TNI Angkatan Darat di wilayah Provinsi Jawa Timur. Wilayah satuan teritorial Kodam V/Brawijaya di wilayah Surabaya adalah Korem 084/Bhaskara Jaya yang terbagi atas beberapa Kodim, yaitu Surabaya Utara ; Surabaya Timur ; Surabaya Selatan ; Sidoarjo ; Gresik ; Bangkalan ; Sampang; Pamekasan dan Sumenep. Seluruh Kodim tersebut kemudian dibagi lagi menjadi beberapa Koramil yang berada di tingkat kecamatan. Kota Surabaya juga merupakan markas besar dari Komando Armada II yang berpusat di Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Komando Armada II TNI Angkatan Laut membawahi wilayah laut Indonesia bagian tengah. Bumi Marinir terdapat di wilayah Kecamatan Karang Pilang, Surabaya. Kawasan TNI AU terdapat di Lanud Muljono Surabaya. Markas besar Polda Jawa Timur juga terdapat di Surabaya. Wilayah hukum Polda Jawa Timur yang ada di wilayah kota Surabaya adalah satu kepolisian resor kota besar, yaitu Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya (Polrestabes Surabaya) yang membawahi 23 kepolisian sektor kota, serta satu kepolisian resor yang terdiri dari unsur Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan (KP3) di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak, yaitu Kepolisian Resor Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan Tanjung Perak (Polres KP3 Tanjung Perak) yang membawahi 5 kepolisian sektor yakni Polsek Asemrowo ; Polsek Kenjeran ; Polsek Krembangan ; Polsek Pabean Cantian ; dan Polsek Semampir. Demografi Menurut data dari Badan Pusat Statistik, penduduk kota Surabaya pada tahun 2018 berjumlah 3.094.732 jiwa. Dengan wilayah seluas 326,81 km², maka kepadatan penduduk Kota Surabaya adalah sebesar 8.393 jiwa per km². Agama Mayoritas penduduk Surabaya menganut agama Islam sebanyak 85,50% (2.701.588 jiwa) sesuai data Badan Pusat Statistik Surabaya tahun 2019. Surabaya merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam yang paling awal di tanah Jawa dan merupakan basis warga Nahdlatul 'Ulama yang beraliran tradisional. Masjid Ampel didirikan pada abad ke-15 oleh Sunan Ampel, salah satu Walisongo. Di Surabaya juga berdiri Masjid Al-Akbar yang merupakan masjid terbesar kedua di Indonesia setelah Masjid Istiqlal, Jakarta dan Masjid Cheng Ho yang terletak di daerah Ketabang yang memiliki arsitektur layaknya kelenteng. Agama lain yang dianut sebagian penduduk adalah Kristen sebanyak 404.261 jiwa (12,80%) dimana Protestan berjumlah 280.862 jiwa (8,89%) dan Katolik sebanyak 123.399 jiwa (3,91%). Penganutnya kebanyakan berasal dari etnis Tionghoa, Batak, etnis Indonesia Timur dan minoritas suku Jawa setempat. Di Surabaya ini juga berdiri Gereja Bethany yang merupakan salah satu gereja terbesar di Indonesia. Untuk agama katolik, Surabaya merupakan rumah dari Keuskupan Surabaya, berpusat di Gereja Katedral Hati Kudus Yesus Surabaya, yang dipimpin oleh Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono. Agama lain yang dianut masyarakat Surabaya yaitu Buddha (1,42%) dan Konghucu (0,02%) yang dianut etnis Tionghoa; serta Hindu (0,25%) yang dianut suku Tengger, Bali, dan India. Suku bangsa Suku bangsa asli yang menjadi mayoritas di Surabaya adalah suku Jawa sebanyak 83,68%. Kota Surabaya juga menjadi tempat tinggal warga Madura sebanyak 7,50%, kemudian Tionghoa sebanyak 7,25%, suku lain termasuk Arab dan lainnya sebanyak 1,57%. Suku Madura di Surabaya sebagian besar merupakan perantau yang berasal dari Pulau Madura dan wilayah Tapal Kuda. Orang Tionghoa di Surabaya merupakan perantau yang berasal dari Tiongkok yang datang ke Surabaya pada kurun abad ke-13 hingga ke-20. Permukiman pertama orang-orang Tionghoa di Surabaya berada di sepanjang Kali Mas. Sedangkan suku Arab di Surabaya umumnya merupakan warga keturunan Arab yang bertempat tinggal atau menetap di Surabaya. Beberapa di antaranya membuat komunitas yang terkonsentrasi di kawasan Masjid Ampel, Surabaya. Suku bangsa lain yang ada di Surabaya meliputi suku India; Bali; Batak; Sunda; Banjar; Bugis; Minang; Manado; Dayak; Toraja; Ambon; Bawean; Aceh; Melayu; Betawi; serta warga asing. Sebagai salah satu kota tujuan pendidikan, Surabaya juga menjadi tempat tinggal pelajar / mahasiswa dari berbagai daerah dari seluruh Indonesia, bahkan di antara mereka juga membentuk wadah komunitas tersendiri. Sebagai salah satu pusat perdagangan regional, banyak warga asing (ekspatriat) yang tinggal di Surabaya, terutama di daerah Surabaya Barat. Bahasa Surabaya memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan boso Suroboyoan (bahasa ke-Surabaya-an). Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kabupaten dan Kota Mojokerto, serta sebagian Jombang dan Lamongan, dan memiliki pengaruh yang sangat besar di hampir semua wilayah Provinsi Jawa Timur. Dialek ini dikenal egaliter, blak-blakan, dan masyarakat Surabaya dikenal cukup fanatik dan bangga terhadap bahasanya. Namun sebagian besar penduduk Surabaya masih menjunjung tinggi adat istiadat Jawa, termasuk penggunaan bahasa Jawa halus untuk menghormati orang yang lebih tua atau orang yang baru dikenalnya. Tetapi sebagai dampak peradaban yang maju dan banyaknya pendatang yang datang ke Surabaya, secara tidak langsung telah mencampuradukkan bahasa asli Surabaya, ngoko, dan bahasa Madura, sehingga diperkirakan banyak kosakata asli bahasa Surabaya yang sudah punah. Beberapa contoh adalah njegog:belok, ndherok:berhenti, gog:paman, maklik:bibi. Bahasa yang dituturkan penduduk Madura di Surabaya pada umumnya terjadi pencampuran antara bahasa Madura dan Jawa di dalam komunikasi sehari-hari, sedangkan bahasa yang dituturkan warga keturunan Tionghoa di Surabaya memiliki dialek khas yang merupakan pencampuran antara bahasa Indonesia, Jawa, Hokkien, Khek, dan Mandarin yang dikenal dengan dialek Tionghoa Surabaya. Namun terlepas dari itu, seluruh penduduk Surabaya menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi nasional di dalam acara, kegiatan, maupun komunikasi formal. Perekonomian Letak Kota Surabaya yang sangat strategis berada hampir di tengah wilayah Indonesia dan tepat di selatan Asia menjadikannya sebagai salah satu hub penting bagi kegiatan perdagangan di Asia Tenggara. Sebagai kota metropolitan, Surabaya menjadi pusat kegiatan ekonomi, keuangan, dan bisnis di daerah Jawa Timur dan sekitarnya. Sebagai salah satu pusat perdagangan, Surabaya tidak hanya menjadi pusat perdagangan bagi wilayah Jawa Timur, namun juga memfasilitasi wilayah-wilayah di Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara dan Kalimantan bagian tengah dan timur. Surabaya dan kawasan sekitarnya merupakan kawasan yang paling pesat pembangunan ekonominya di Jawa Timur dan salah satu yang paling maju di Indonesia. Selain itu, Surabaya juga merupakan salah satu kota terpenting dalam menopang perekonomian Indonesia. Sebagian besar penduduknya bergerak dalam bidang jasa, industri, dan perdagangan. Surabaya adalah pusat perdagangan yang mengalami perkembangan pesat. Industri-industri utamanya antara lain galangan kapal, alat-alat berat, pengolahan makanan dan agrikultur, elektronik, perabotan rumah tangga, serta kerajinan tangan. Banyak perusahaan multinasional besar yang berkantor pusat di Surabaya, seperti PT Sampoerna Tbk; Wismilak; Maspion; Wings Group; Unilever Indonesia; Pakuwon Group; Jawa Pos Group; dan PT PAL Indonesia. Surabaya juga merupakan kota pelabuhan terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Pelabuhan terpenting di Surabaya adalah Pelabuhan Tanjung Perak yang merupakan pelabuhan perdagangan, peti kemas, dan penumpang terbesar kedua di Indonesia setelah Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Di Surabaya juga terdapat Terminal Pelabuhan Teluk Lamong yang merupakan terminal pelabuhan penyangga utama Pelabuhan Tanjung Perak. Terminal Pelabuhan Teluk Lamong ini menjadi green port pertama di Indonesia serta merupakan salah satu terminal pelabuhan tercanggih di dunia di mana seluruh sistem operasinya otomatis dan menggunakan komputer. Kawasan Pusat Bisnis Dalam kurun waktu 2 dekade, Surabaya dan kota-kota satelit di sekitarnya telah mempunyai andil finansial yang vital di Indonesia dikarenakan sektor perdagangan, industri, dan jasanya yang terus berkembang. Hal ini kemudian menyebabkan daya beli masyarakat meningkat dan indeks kepercayaan konsumen yang berkembang pesat. Hal ini tentunya menarik minat investor untuk ikut andil dalam perubahan wajah kota, sehingga mendorong munculnya "Kawasan Bisnis Terpadu" / Central Business District (CBD) sebagai pusat-pusat kegiatan bisnis di Surabaya. Kawasan bangunan tinggi (highrise building) berada di sekitar Jalan Tunjungan, Basuki Rachmat, Darmo, Mayjend Sungkono, H.R. Muhammad, dan Ahmad Yani, sedangkan kawasan industri di Surabaya di antaranya adalah Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Karang Pilang dan Margomulyo. Berikut ini adalah beberapa kawasan CBD yang termasuk ke dalam kawasan emas di kota Surabaya: Kawasan Pusat Bisnis Surabaya Pusat Kawasan ini terletak di sekitar Jalan Basuki Rachmat, Jalan Embong Malang, dan Jalan Bubutan. Kawasan ini telah berkembang sebagai pusat bisnis di wilayah Jawa Timur sejak 3 dekade lalu dan menjadi salah satu jantung utama kegiatan bisnis dan perdagangan di Surabaya. Beberapa ciri khas bangunan yang ada di kawasan ini di antaranya adalah Wisma BRI Surabaya, Hotel Bumi Surabaya, Wisma Intiland Surabaya, Pakuwon Tower, The Peak Residence, Sheraton Hotel, dan lain sebagainya. Kawasan Pusat Bisnis Surabaya Barat Kawasan ini terletak di sekitar Jalan Adityawarman, Jalan Mayjend Sungkono, Jalan H.R. Muhammad, dan Jalan Mayjend Jono Soewojo. Kawasan ini berkembang sebagai pusat bisnis baru di Surabaya sejak tahun 1990-an. Dahulu, kawasan ini dikenal sebagai salah satu kawasan mati yang tidak berkembang di wilayah Surabaya. Namun, saat ini telah berkembang sebagai salah satu kawasan pusat bisnis dan perdagangan yang paling pesat perkembangannya di wilayah Jawa Timur, dengan berdirinya highrise building dan perumahan-perumahan elite yang tertata rapi di kawasan ini. Beberapa ciri khas bangunan yang ada di kawasan ini di antaranya adalah Adhiwangsa Apartment, Waterplace Residence, Puri Matahari, Beverly Park Apartment, The Via & The Vue Apartment, Ciputra World Hotel, La Riz Mansion, Orchard & Tanglin Apartment, Puncak Permai Apartment, dan lain sebagainya. Pariwisata Surabaya memiliki beragam destinasi wisata yang menarik. Kebanyakan destinasi wisata di kota ini erat kaitannya dengan sejarah penyebaran agama Islam di tanah Jawa, serta perjuangan nasional Indonesia. Selain itu, Surabaya juga memiliki wisata yang menarik, di antaranya adalah Ekowisata Mangrove Wonorejo, Pantai Kenjeran, Mangrove Gunung Anyar, Alun-Alun Bawah Tanah, Hutan Bambu Keputih, Taman Flora, Taman Bungkul, KBS(Surabaya Zoo), Monkasel, Benteng Kedung Cowek, Surabaya North Quay, Tugu Pahlawan dan Wisata Perahu Kalimas. Surabaya juga dikenal sebagai kota tempat singgahnya wisatawan mancanegara yang akan berwisata di wilayah Malang Raya, Gunung Bromo, maupun Gunung Ijen. Akomodasi Sarana akomodasi di Surabaya terdapat beragam mulai hotel berbintang, apartemen, hingga losmen yang tersebar di seluruh penjuru kota. Salah satunya adalah Hotel Majapahit yang merupakan salah satu hotel bersejarah di Indonesia di mana terjadi peristiwa Insiden Bendera. Ritel Di Surabaya terdapat banyak pusat perbelanjaan mulai dari pusat perbelanjaan modern (mal), pusat grosir, hingga pasar modern dan tradisional. Surabaya memiliki tiga pusat perbelanjaan modern terbesar di Jawa Timur (dua diantaranya terbesar di Indonesia), yakni Pakuwon Mall yang terletak di Surabaya Barat, Tunjungan Plaza dan Plaza Surabaya yang terletak di Surabaya Pusat dan Galaxy Mall yang terletak di Surabaya Timur. Arsitektur kota Arsitektur di Surabaya adalah percampuran antara pengaruh kolonial, Asia, Jawa, modern, dan post-modern. Di Surabaya masih banyak dijumpai bangunan peninggalan era kolonial yang masih berdiri kokoh hingga saat ini, seperti Hotel Majapahit (d/h Hotel Oranje) dan Kantor Pos Besar Surabaya. Sebagai sebuah kota yang relatif tua di Indonesia dan Asia Tenggara, kebanyakan bangunan masa kolonial di Surabaya dibangun sekitar kurun abad ke-17 hingga awal abad ke-20. Bangunan-bangunan ini menunjukan gaya Belanda / Eropa pada abad pertengahan. Contoh dari bangunan era kolonial yang cukup dikenal di Surabaya yaitu De Simpangsche Sociёteit atau yang biasa disebut dengan "Gedung Balai Pemuda" yang dibangun pada tahun 1907 dengan corak arsitektur Eklektik, yaitu dengan menggabungkan arsitektur neoklasik, arsitektur gotik, dan arsitektur renaisans yang didesain oleh arsitek berwarga negara Belanda Westmaes dan difungsikan sebagai gedung rekreasi penduduk ekspatriat Belanda di Surabaya. Sebelum Perang Dunia Kedua, di sekitar pusat kota lama Surabaya terdapat banyak bangunan-bangunan rumah toko, yang kebanyakan bertingkat dua. Rumah-rumah toko ini terinspirasi dari tradisi Eropa dan Tionghoa Peranakan. Walaupun sebagian telah dibongkar untuk pembangunan baru, masih banyak bangunan-bangunan lama yang dipertahankan sebagai cagar budaya dan ikon kota, yakni di sekitar wilayah Jalan Kembang Jepun, Jalan Karet, Jalan Gula, Jalan Slompretan, dan Jalan Rajawali. Pada masa setelah kemerdekaan Indonesia, pusat perkembangan arsitektur kota Surabaya hanya terpusat di wilayah Jembatan Merah, dan sekitarnya, namun perkembangan globalisasi yang pesat, telah menjadikan perkembangan arsitektur telah merata di seluruh penjuru kota. Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an, bangunan bergaya modern dan post-modern semakin bermunculan di Surabaya. Seiring dengan perkembangan ekonomi, bangunan-bangunan seperti ini terus berkembang di Surabaya hingga sekarang. Pada era 2010-an, Surabaya telah menjadi wilayah bagi bangunan-bangunan tinggi di wilayah Jawa Timur, seperti The Peak Residence dan One Icon Residence (200 meter). Pendidikan Surabaya merupakan salah satu kota tujuan pendidikan di Indonesia. Ribuan siswa maupun mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia mengenyam pendidikan di kota ini. Di kota Surabaya terdapat berbagai macam tingkatan pendidikan, mulai dari pendidikan anak usia dini yaitu kelompok bermain, hingga pendidikan tinggi yaitu akademi, institut, politeknik, sekolah tinggi, hingga universitas. Beberapa universitas, politeknik dan institut negeri ternama yang ada di Surabaya adalah Universitas Airlangga (UNAIR), Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Universitas Terbuka (UT), Universitas Veteran Pembangunan Nasional (UPN), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Politeknik Penerbangan Surabaya, dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Di Surabaya juga terdapat beberapa perguruan tinggi swasta, di antaranya adalah Universitas Surabaya (UBAYA), Universitas Kristen Petra (UKP), Sekolah Tinggi Agama Islam Taruna (STAI Taruna) Surabaya, Universitas Wijaya Kusuma (UWK), Universitas Narotama (UNNAR) Surabaya, Universitas Ciputra (UC), Universitas Pelita Harapan (UPH), Universitas Dr. Soetomo (Unitomo), Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS), Universitas Bhayangkara (UBHARA) Surabaya, Universitas Putra Bangsa (UPB), Universitas Wijaya Putra (UWP), Universitas Katolik Widya Mandala (UKWM), Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC), Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG), Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman Al-Hakim (STAIL) Surabaya, dan perguruan tinggi lainnya. Sementara untuk tingkat Sekolah Dasar sederajat hingga Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan sederajat, jumlah sekolah di kota Surabaya berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebanyak 1.465 sekolah. Untuk tingkat SD sederejat terdapat 812 sekolah, tingkat SMP sederajat sebanyak 382 sekolah, tingkat SMA sederajat 165 sekolah, dan tingkat Sekolah Menengah Kejuruan sederajat terdapat 106 sekolah di Surabaya. Banyaknya perguruan tinggi negeri di Surabaya sebanyak 6 perguruan tinggi, dan 70 perguruan tinggi swasta. Kebudayaan Kebudayaan Jawa di Surabaya memiliki ciri khas dibandingkan dengan daerah lainnya, yakni karakteristiknya yang lebih egaliter dan terbuka. Surabaya dikenal memiliki beberapa kesenian khas, yaitu: Ludruk, adalah seni pertunjukan drama yang menceritakan kehidupan rakyat sehari-hari. Tari Remo, adalah tarian selamat datang yang umumnya dipersembahkan untuk tamu istimewa Kidungan, adalah pantun yang dilagukan, dan mengandung unsur humor Selain kesenian di atas, budaya panggilan arek atau rek (panggilan khas Surabaya) juga menjadi ciri khas yang unik. Di samping itu, di Surabaya juga dikenal panggilan khas lainnya, yakni Cak untuk laki-laki dan Ning untuk perempuan. Sebagai upaya untuk melestarikan budaya, setiap satu tahun sekali diadakan pemilihan Cak & Ning Surabaya. Cak & Ning Surabaya dan para finalis terpilih merupakan duta wisata dan ikon generasi muda kota Surabaya. Setiap setahun sekali diadakan Festival Cak Durasim (FCD), yakni sebuah festival seni untuk melestarikan budaya Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya. Festival Cak Durasim ini biasanya diadakan di Gedung Cak Durasim, Surabaya. Selain itu ada juga Festival Seni Surabaya (FSS) yang mengangkat segala macam bentuk kesenian misalnya teater, tari, musik, seminar sastra, pameran lukisan. Pengisi acara biasanya selain dari kelompok seni di Surabaya juga berasal dari luar Surabaya. Diramaikan pula pemutaran film layar tancap, pameran kaos oblong dan lain sebagainya. Festival Seni Surabaya ini diadakan setiap satu tahun sekali di bulan Juni dan biasanya bertempat di Balai Pemuda. Selain kebudayaan Jawa, sebagai kota yang mengalami perkembangan pesat, di Surabaya juga terjadi pencampuran beragam kebudayaan dari Madura, Islam, Arab, Tionghoa, dan lain sebagainya. Kesehatan Di Surabaya, terdapat rumah sakit yang dikelola berbagai pihak baik pemerintah daerah, hingga swasta. Beberapa rumah sakit di Surabaya bahkan mendapat sertifikat ISO. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) juga tersebar di seluruh Surabaya. Di beberapa titik kota Surabaya juga terdapat beberapa klinik pengobatan herbal dan tradisional untuk pengobatan dengan bahan-bahan alami. Berikut beberapa rumah sakit ternama yang ada di Surabaya: Rumah Sakit Adi Husada Kapasari Rumah Sakit Adi Husada Undaan Wetan Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Rumah Sakit Bedah Surabaya Rumah Sakit Bhayangkara Rumah Sakit Darmo Rumah Sakit Dr. Soetomo Rumah Sakit Gotong Royong Rumah Sakit Graha Amerta Rumah Sakit Husada Utama Rumah Sakit Ibu dan Anak Graha Medika Rumah Sakit Ibu dan Anak Kendangsari Rumah Sakit Ibu dan Anak Kendangsari MERR Rumah Sakit Ibu dan Anak Lombok 22 Rumah Sakit Ibu dan Anak Lombok 22 Lontar Rumah Sakit Ibu dan Anak Putri Surabaya Rumah Sakit Islam Surabaya Rumah Sakit Jiwa Menur Rumah Sakit Katolik St. Vincentius A Paulo (RKZ Surabaya) Rumah Sakit Mata Undaan Rumah Sakit Mitra Keluarga Kenjeran Rumah Sakit Mitra Keluarga Satelit Rumah Sakit National Hospital Rumah Sakit Orthopedi dan Traumatologi Rumah Sakit PHC Rumah Sakit Premier Surabaya Rumah Sakit Royal Rumah Sakit Siloam Surabaya Rumah Sakit Universitas Airlangga Rumah Sakit Wijaya Rumah Sakit William Booth Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Olahraga Di Surabaya terdapat beberapa klub olahraga, di antaranya adalah: Persebaya Surabaya (sepak bola / Liga 1) Surabaya Samator (bola voli) Polygon Sweet Nice (PSN) (balap sepeda) Wismilak Cycling Team (balap sepeda) Cahaya Lestari Surabaya (CLS) (bola basket) Suryanaga (bulu tangkis) Surya Baja (bulu tangkis) Forkabaya (bola voli & bulu tangkis) SC Eagle (renang) dan lain-lain Cabang olahraga yang berkembang pesat di Surabaya di antaranya adalah sepak bola, basket, bulu tangkis, tennis, voli, renang, dan lain sebagainya. Surabaya memiliki tiga stadion besar yaitu Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) yang berkapasitas 55.000 penonton dan merupakan salah satu stadion terbesar di Indonesia, Stadion Gelora 10 November atau yang lebih dikenal dengan Stadion Tambaksari yang berkapasitas 35.000 penonton, serta Gelora Pantjasila (EYD: Pancasila) yang berkapasitas 5.000 penonton. Even olahraga yang pernah diselenggarakan di Surabaya antara lain adalah PON VII, PON XV, ASEAN University Games 2004 dan ASEAN School Games 2012. Transportasi Darat Surabaya merupakan pusat transportasi darat di bagian timur pulau Jawa, yakni pertemuan dari sejumlah jalan raya yang menghubungkan Surabaya dengan kota-kota lainnya. Surabaya terhubung dengan beberapa jalan nasional, yaitu Rute 1 dengan rute Merak-Banyuwangi dan Rute 17 dengan rute Yogyakarta-Surabaya. Surabaya juga dihubungkan dengan beberapa jalan provinsi yang menghubungkan Surabaya dengan kota-kota lainnya di Jawa Timur. Jalan tol yang terhubung dengan Surabaya adalah ruas Surabaya-Gresik yang menghubungkan Surabaya dengan Gresik serta kota-kota di pantai utara Jawa, Surabaya-Mojokerto yang menghubungkan Surabaya dengan wilayah Jawa Timur bagian barat, Surabaya-Gempol yang menghubungkan Surabaya dengan wilayah Jawa Timur bagian selatan, serta Waru-Bandara Juanda yang menghubungkan Surabaya dengan Bandara Internasional Juanda. Ruas Surabaya-Gempol terhubung dengan ruas Gempol-Pandaan. Ruas Gempol-Pandaan terhubung dengan ruas Gempol-Pasuruan yang menghubungkan Surabaya dengan kawasan Tapal Kuda di Provinsi Jawa Timur dan ruas Pandaan-Malang yang menghubungkan Surabaya dengan Malang, kota terbesar kedua di Provinsi Jawa Timur serta wilayah Provinsi Jawa Timur bagian selatan. Untuk menghubungkan Surabaya dengan Pulau Madura, terdapat Jembatan Suramadu yang merupakan jembatan terpanjang di Indonesia. Bus Di Surabaya ini dilayani oleh bus kota sebagai sarana pilihan bagi warga Surabaya maupun sekitarnya untuk beraktivitas sehari-hari. Surabaya memiliki sejumlah terminal dalam kota, antara lain Terminal Joyoboyo, Terminal Bratang, Halte Jembatan Merah, Halte Ujung Baru, dan lain sebagainya. Terminal-terminal tersebut menjadi titik pertemuan antara bus kota dengan moda transportasi dalam kota lainnya. Sejak 7 April 2018, pemkot Surabaya meluncurkan sistem bus kota yang diberi nama Suroboyo Bus yang melayani titik-titik penting di seluruh wilayah kota. Sistem pembayaran Suroboyo Bus terbilang unik karena menggunakan sampah plastik dan menjadikan Surabaya sebagai kota kedua di dunia yang menerapkan sistem transportasi massal setelah kereta bawah tanah Beijing pada tahun 2014. Suroboyo Bus juga memiliki sejumlah halte kecil yang tersebar di seluruh penjuru kota. Pada tanggal 5 September 2018, di Surabaya beroperasi layanan bus tingkat yang melayani titik-titik vital di kota Surabaya. Sama seperti Suroboyo Bus, bus tingkat Surabaya juga menggunakan sampah plastik sebagai metode pembayaran. Di Surabaya akan direncanakan pembangunan sistem angkutan massal cepat (AMC) atau mass rapid transit (MRT). Bentuk AMC yang direncanakan adalah sistem kereta api ringan atau light rail transit (LRT) yang juga menghubungkan Surabaya dengan kota-kota satelit di wilayah Gerbangkertosusila. Pengadaan AMC tersebut bertujuan agar Kota Surabaya terbebas dari kemacetan lalu lintas. Pengembangan sistem AMC ini merupakan kerjasama antara Kementerian Perhubungan, Pemerintah Provinsi Jawa Timur, dan perusahaan swasta. Di samping itu, Pemerintah Kota Surabaya juga mencanangkan program penerapan sistem ERP (Electronic Road Pricing) yaitu sistem jalan berbayar agar pengendara kendaraan pribadi khususnya beralih ke sistem AMC yang telah disediakan. Transportasi umum dalam kota Angkutan dalam kota lainnya di Surabaya dilayani oleh taksi, angkutan kota (lebih dikenal dengan sebutan bemo), angguna (seperti taksi namun tanpa AC, dan memiliki bentuk khas), ojek, becak, becak motor, serta beberapa jasa sewa mobil yang banyak tersedia di kota ini sebagai pilihan lain dalam berkeliling ke seluruh penjuru kota. Angkutan pengumpan Pada tanggal 2 Maret 2023, Wali kota Eri Cahyadi meresmikan transportasi umum angkutan pengumpan atau feeder yang diberi nama "Wira Wiri Suroboyo" sebagai pengganti angkutan kota yang relatif lebih aman karena dilengkapi kamera pengawas CCTV, lebih bersih dan nyaman serta dilengkapi pendingin udara AC. Angkutan pengumpan ini dilayani oleh armada kendaraan Toyota Hiace yang beroperasi pukul 05:30-21:30 WIB dengan layanan 5 rute pertama yang ada di dalam kota dan berikut rute yang tersedia: • FD01 (Terminal Benowo–Tunjungan) • FD02 (Park and Ride Mayjend Sungkono–Embong Ungu) • FD03 (Terminal Intermoda Joyoboyo–Kedung Asem) • FD04 (Penjaringan Sari–Gunung Anyar) • FD05 (Puspa Raya–HR. Muhammad) Para sopir dan pramusapa yang ada di angkutan pengupan ini merupakan sopir angkutan kota yang diberdayakan oleh pemerintah kota sebagai langkah mensejahterakan ekonomi mereka imbas kurangnya minat masyarakat untuk menaiki angkutan kota konvensional lagi. Transportasi umum ini menerapkan pembayaran non-tunai (berupa uang elektronik maupun e-toll) dengan harga Rp 5000,00 untuk penumpang umum dan Rp 2500,00 untuk pelajar yang dapat menjangkau wilayah pemukiman dan jalanan sempit serta terintegrasi dengan sistem moda transportasi yang ada di dalam kota. Rencana ke depannya, jaringan rute feeder ini akan ditambah lagi dan akan menjangkau ke wilayah penyangga Gresik dan Sidoarjo melalui persetujuan kerjasama antar daerah. Perkeretaapian Kota Surabaya dihubungkan dengan sejumlah kota-kota di Pulau Jawa melalui jalur kereta api. Kota Surabaya memiliki 4 stasiun kereta api, yaitu , , , dan . Selain itu ada pula stasiun di Kota Surabaya yakni Stasiun Tandes, Stasiun Kandangan, Stasiun Benowo, Halte Ngagel, Halte Margorejo, Halte Jemursari, dan Halte Kertomenanggal. Kota Surabaya memiliki dua depo lokomotif/kereta, yaitu Depo Induk yang merupakan depo lokomotif/kereta api utama, dan menjadi depo terbesar di Pulau Jawa, serta ada pula sub-depo lokomotif Surabaya Pasarturi yang juga menjadi depo kereta api. Stasiun Surabaya Gubeng adalah stasiun kereta api terbesar di Provinsi Jawa Timur sekaligus menjadi stasiun induk dari pengelolaan Daerah Operasi VIII Surabaya, yang juga meliputi wilayah Mojokerto, Sidoarjo, Malang, Pasuruan (sebagian), Blitar (sebagian), Gresik, Lamongan, Bojonegoro. Terdapat total sebanyak kurang lebih 30 layanan kereta api yang melintasi Kota Surabaya dari berbagai kota di Pulau Jawa dan rute kereta api terbagi menjadi empat jalur KA utama, yaitu: Lintas utara: Surabaya–Semarang–Cirebon–Jakarta Lintas timur: Surabaya–Jember–Banyuwangi Lintas tengah: Surabaya–Purwokerto–Jakarta Lintas selatan: Surabaya–Surakarta–Yogyakarta–Bandung Untuk kereta api lintas selatan, tengah, dan lintas timur Pulau Jawa lebih dominan dilayani di Stasiun Surabaya Gubeng (khusus KA antarkota) beserta Surabaya Kota (khusus KA lokal dan komuter Commuter Line serta ), sedangkan kereta api lintas utara Jawa lebih dominan dilayani di Stasiun Surabaya Pasarturi. Laut Pelabuhan Tanjung Perak melayani penumpang dengan jalur kapal feri Surabaya-Banjarmasin, Surabaya-Sampit dan Surabaya-Makassar. Tanjung Perak memiliki pelabuhan penumpang modern yang dilengkapi dengan 2 buah garbarata untuk kapal. Tanjung Perak menjadi pelabuhan pertama di Indonesia yang menyediakan fasilitas ini. Pelabuhan Tanjung Perak juga memiliki dermaga yang dapat melayani kapal pesiar baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Antara Pulau Jawa dengan Pulau Madura, selain melalui Jembatan Suramadu, juga dapat melalui Pelabuhan Ujung yang terletak di sebelah Pelabuhan Tanjung Perak dengan jalur kapal feri Ujung-Kamal. Udara Bandar Udara Internasional Juanda adalah sebuah bandar udara internasional yang terletak di Kecamatan Sedati, Sidoarjo, Jawa Timur. Bandara ini terletak 15 km sebelah selatan pusat kota yang melayani arus penerbangan untuk wilayah Surabaya serta Gerbangkertosusila dan sekitarnya. Secara administratif maupun fisik, Bandara Internasional Juanda memang tidak terletak dalam wilayah Kota Surabaya, namun terletak di wilayah Kecamatan Sedati, Sidoarjo. Bandara ini merupakan satu-satunya akses bagi warga Kota Surabaya untuk menggunakan transportasi udara, banyak di antara penumpang yang naik turun di bandara ini menuju daerah Kota Surabaya. Miskonsepsi terjadi pula pada beberapa bandara yang melayani kota-kota besar di Indonesia yang lain, seperti Bandara Soekarno-Hatta di Tangerang dan Bandara Kualanamu di Deli Serdang. Akan tetapi oleh otoritas penerbangan internasional (IATA dan ICAO), bandara-bandara seperti ini tetap diakui sebagai bandar udara yang melayani arus mobilitas penerbangan kota besar dan wilayah metropolitan yang berada dalam jangkauannya. Bandara Internasional Juanda dikelola oleh PT Angkasa Pura I. Pembangunan terminal baru Bandara Juanda seluas 51.500 m² dimulai sekitar tahun 2005 menggantikan terminal lama yang hanya seluas 28.088 m² dan telah digunakan sejak 1964. Terminal baru memiliki 11 airbridge atau garbarata. Terminal ini sudah dioperasikan mulai dari tanggal 7 November 2006, walaupun baru diresmikan pada tanggal 15 November 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Terminal ini terdiri dari tiga lantai. Kini gedung terminal ini disebut dengan Terminal 1 pasca beroperasinya terminal 2 pada 2014. Bekas terminal lama bandara Juanda yang telah dibongkar digunakan untuk pembangunan terminal 2 Bandara Juanda seluas 49.500 m² yang dimulai sejak 2011 hingga dioperasikan pada tahun 2014. Total Bandara Juanda terdiri atas dua terminal. Terminal 1 digunakan untuk penerbangan dalam negeri, sedangkan terminal 2 digunakan untuk penerbangan luar negeri serta seluruh layanan penerbangan maskapai Garuda Indonesia. Terminal 1 memiliki 11 garbarata, sedangkan terminal 2 memiliki 6 garbarata, sehingga total garbarata di Bandara Juanda berjumlah 17 buah. Terminal 1 dapat menampung sekitar 7 juta penumpang, sedangkan Terminal 2 menampung sekitar 6,5 juta penumpang, sehingga kapasitas Bandara Juanda saat ini dapat menampung sekitar 14 juta penumpang. Dalam waktu dekat juga akan dimulai pembangunan terminal 3 Bandara Juanda dan landasan pacu baru untuk mengurai kepadatan yang sering terjadi di bandara ini. Kebanyakan penerbangan di Bandara Juanda sudah menggunakan airbridge / garbarata, tetapi tetap ada yang masih menggunakan tangga, terutama bagi pesawat-pesawat domestik dan charter. Bus DAMRI disediakan oleh pemerintah setempat untuk mengantarkan penumpang ke Terminal Purabaya dengan biaya Rp 15.000,-. Pada bulan November 2006, bertepatan dengan pembukaan Terminal 1, sistem transportasi tersebut mulai beroperasi. Infrastruktur Hingga tahun 2009, pertumbuhan panjang jalan di Surabaya hanya sekitar 0,01% per tahun. Hal ini tidak sebanding dengan pertumbuhan kendaraan bermotor yang mencapai sekitar 7–8% setiap tahunnya. Kemacetan yang terjadi di Surabaya dipicu oleh pertumbuhan kendaraan yang tidak sebanding dengan kapasitas jalan. Untuk mengurangi kemacetan tersebut, pemerintah kota telah membangun banyak ruas jalan baru, di antaranya pembangunan jalur lambat (frontage road) jalan Ahmad Yani yang terbagi atas sisi timur dan barat masing-masing sepanjang 4 km. Jalur lambat ini direncanakan akan tembus hingga kawasan Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Selain itu pemerintah kota telah menyelesaikan pembangunan Jalan Lingkar Dalam Timur (Middle East Ring Road / MERR), yaitu jalan lingkar sepanjang 10,98 km antara daerah Kenjeran hingga Tambak Sumur yang menghubungkan antara Jembatan Suramadu dan Bandara Internasional Juanda; serta Jembatan Suroboyo yang melintang di atas laut sepanjang 780 meter yang kini menjadi ikon wisata di kawasan Pantai Kenjeran. Pemerintah kota juga mengintensifkan pembangunan gorong-gorong (box culvert) yang masif di Surabaya untuk mengurangi kemacetan sekaligus mengantisipasi banjir. Pemerintah kota Surabaya juga tengah mengerjakan pembangunan dua jalan lingkar baru, yakni Jalan Lingkar Luar Timur (Outer East Ring Road / OERR) sepanjang 17 km antara daerah Kenjeran hingga Gunung Anyar yang juga menghubungkan antara Jembatan Suramadu dan Bandara Internasional Juanda dan Jalan Lingkar Luar Barat (West Outer Ring Road / WORR) sepanjang 26,1 km antara daerah Romokalisari hingga Lakarsantri yang menghubungkan kawasan selatan Surabaya dengan Terminal Pelabuhan Teluk Lamong. Selain membangun jalan lingkar, pemerintah kota telah menyelesaikan pembangunan jalan bawah tanah (underpass) di jalan Mayjen Sungkono, serta merencanakan pembangunan underpass dan jalan layang (flyover) di jalan Ahmad Yani. Masalah banjir juga menjadi ancaman serius bagi warga kota. Untuk mengantisipasi terjadinya banjir, pemerintah kota telah membangun banyak rumah pompa yang tersebar di beberapa titik Surabaya di antaranya Mulyorejo dan Jemursari. Selain rumah pompa, pemerintah kota juga membangun banyak taman yang digunakan sebagai sumber resapan air sekaligus area berinteraksi warga, serta melakukan pembersihan dan perawatan sungai-sungai besar di Surabaya secara intensif. Untuk mengakomodir kebutuhan pejalan kaki dan wisatawan, pemerintah kota Surabaya membangun jalur sepeda di banyak jalan protokol di Surabaya, serta jalur pedestrian yang hampir merata di seluruh wilayah Surabaya. Media Kuliner Masakan Surabaya memiliki sejumlah masakan khas, di antaranya: Lontong Balap Tahu Tek Krengsengan Tempe Penyet Lontong Mi Kupang Lontong Rawon Tahu Campur Sop Kikil Sup buntut Kari Kambing Bakwan Surabaya Nasi Sayur Nasi Goreng Jawa Bakso Salad Surabaya memiliki sejumlah salad tradisional khas, di antaranya: Pecel Semanggi Rujak Cingur Urap Gado-gado Pecel Jajanan Surabaya memiliki sejumlah jajanan khas, di antaranya: Roti Perut Ayam Getas (ketan putih / hitam yang digoreng lalu diberi taburan gula bubuk) Leker Kue Lapis Surabaya Bikang (Carabika) Jongkong Onde-onde Surabaya Lupis Almond Crispy Cheese Cakue Roti Goreng Minuman Surabaya memiliki sejumlah minuman khas, di antaranya: Angsle Ronde Tahwa STMJ (Susu Telur Madu Jahe) Kota kembar Kota-kota yang menjadi mitra kerjasama (kota kembar) dari kota Surabaya adalah: Lihat pula Untuk satuan teritorial diatasnya, lihat: Provinsi Jawa Timur Indonesia Untuk status sama (ibu kota) wilayah diatasnya Kota Surabaya, lihat: DKI Jakarta/Nusantara Untuk kabupaten dan kota lainnya di Provinsi Jawa Timur, lihat: Daftar kabupaten dan kota di Jawa Timur Referensi Pustaka tambahan JGA Parrot; "Who Killed Brigadier Mallaby"; 1976; Indonesia Magazine, July 1976 hal. 91; Cornell University. Pranala luar BPS Kota Surabaya Surabaya Surabaya Surabaya Kota madya
4146
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Trenggalek
Kabupaten Trenggalek
Trenggalek () adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Trenggalek yang berjarak 180 km dari Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2023, kabupaten ini menempati wilayah seluas 1.261,40 km² yang dihuni oleh 751.079 jiwa. Letaknya di pesisir pantai selatan dan mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kabupaten Ponorogo; sebelah timur dengan Kabupaten Tulungagung; sebelah selatan dengan Samudra Hindia; serta sebelah barat dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ponorogo. Geografi Batas Wilayah Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu kabupaten yang ada di pesisir pantai selatan dan mempunyai batas wilayah: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo; Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Tulungagung; Sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia; serta Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pacitan dan Kabupaten Ponorogo. Sejarah Cerita turun-temurun di kalangan masyarakat Trenggalek menyebut bahwa asal nama Trenggalek berasal dari kata teranging galih "benderangnya hati". Namun menurut manuskrip yang dikoleksi oleh Keraton Surakarta, Trenggalek dimaknai sebagai "daerah produksi gaplek". Gaplek merupakan bahan baku makanan tradisional dari wilayah Pegunungan Sewu, terbuat dari singkong. Dalam perkembangannya, penggunaan singkong yang terang warnanya mengisyaratkan istilah terang + gaplek. Salah satu wangsalan yang cukup populer adalah Pohung garing, ayo menyang Trenggalek (pohung garing bermakna gaplek). Pada masa kerajaan Hindu-Buddha, wilayah Trenggalek berstatus sebagai tanah perdikan (Sima) sejak zaman Mpu Sindok dalam Prasasti Kampak, Airlangga dalam Prasasti Baru, Srengga dari Kediri dalam Prasasti Kamulan, dan Wikramawardhana dalam piagam yang dipahat di Arca Dwarapala Bendungan. Dalam Prasasti Kampak wilayah yang disebutkan adalah Dongko, Munjungan, Panggul, Watulimo, Prigi dan pemerintahannya dipusatkan di wilayah Gandusari. Daerah tersebut juga disebutkan sebagai tempat penghasil gaplek. Dalam Prasasti Baru, daerah desa Baruharjo, Durenan, Trenggalek menjadi Sima karena masyarakatnya bersedia menyediakan penginapan dan membantu Sang Raja kala menyerang wilayah Hasin (Ngasinan di wilayah Desa Kelutan). Dalam Prasasti Kamulan, Srengga memberi status Sima kepada Desa Kamulan), dengan wilayah lereng selatan Gunung Wilis. Jika kesemua wilayah tersebut digabung, hampir seluruh wilayah Trenggalek adalah tanah perdikan. Setelah meletusnya Perang Paregreg, wilayah yang sekarang menjadi Kecamatan Bendungan dan sekitarnya dijadikan perdikan. Salah satu yang menarik dari Kecamatan Bendungan karena adanya Pabrik pengolahan kopi yang beroperasi sekitar tahun 1929. Pabrik kopi tersebut saat ini menjadi tempat wisata yang dikenal sebagai Dilem Wilis. Sedangkan pada saat Islam mulai berkembang di Jawa, wilayah Ponorogo diperintah oleh Batara Katong (1489–1532). Menak Sopal, salah satu abdinya, diperintahkan oleh Batara Katong untuk mengabdi kepada Joko Lengkoro di wilayah Bagong. Joko Lengkoro adalah anak Brawijaya V (Bhre Kertabhumi) dan adik dari Batara Katong. Pada masa pemerintahan Kasunanan Mataram Islam akhir (menjelang Perjanjian Giyanti), Pakubuwana II mengangkat K.R.T. Sumotaruno sebagai Bupati Trenggalek yang pertama. Pascaperjanjian hingga 1830, wilayah Trenggalek digabungkan dengan Pacitan dan Ponorogo dan berstatus sebagai Manca Nagara dari wilayah Kasunanan Surakarta. Pada tahun 1845, Hindia Belanda menetapkan status Trenggalek sebagai daerah otonom. Lalu pada 1885, SK Gubernur Jenderal keluar berkaitan dengan penetapan batas wilayah Trenggalek dan Tulungagung. Hingga 1932, wilayah yang digabung dengan Pacitan dan Ponorogo digabung lagi. Semenjak Poesponegoro wafat tahun 1933, Trenggalek dihapus dan digabung dengan Tulungagung. Per 1950, Trenggalek, Pacitan, dan Ponorogo akhirnya dikembalikan lagi batas-batas wilayahnya hingga sekarang. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Lambang Daerah Sudut Lima Perisai, mengingatkan kita pada kelima unsur-unsur yang tercantum pada Pancasila, maksudnya rakyat Trenggalek menerima Pancasila sebagai Dasar Negara. Warna Dasar Hijau berarti ketentraman, maksudnya rakyat Trenggalek seperti yang dilambangkan ialah berada dalam ketentraman. Selendang Warna Dasar Merah, berhuruf Putih, mengingatkan kita kepada Sang Dwiwarna ialah keberanian yang berdasarkan kepada kesucian untuk mencapai apa yang termaksud dalam semboyan lambang Jwalita Praja Karana (ialah cemerlang karena rakyat) Padi dan Kapas, yang berarti lambang kemakmuran sandang dan pangan maksudnya rakyat Trenggalek bercita-cita untuk tidak kurang sandang pangan. Lingkaran Artinya Kebulatan, Warna merah artinya berani, Rantai artinya persatuan, Warna Putih artinya Suci, Rantai dan Lingkaran maksudnya rakyat Trenggalek cinta kepada persatuan yang bulat/utuh. Warna Merah dan Putih menunjukkan sifat rakyat Trenggalek yang berani karena benar. Padi 17 Butir, Kapas 8 Buah Rantai 45 Buah, mengingatkan kepada hari lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Kantil Tegak Artinya Bangunan, Warna Hitam artinya kukuh/kuat, Warna Putih artinya cinta, Tonjolan tiga adalah trilogi artinya rakyat Trenggalek tetap berpegang teguh kepada: Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Bintang, ialah lambang Ketuhanan Yang Maha Esa, maksudnya rakyat Trenggalek mempunyai kepercayaan kuat kepada Agama yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, berwarna kuning emas, berati Kebesaran/Keagungan Tuhan. Ekonomi Komoditi Pertanian : padi, jagung, singkong, kedelai, kacang. Perkebunan: tebu, cengkih, tembakau, durian, salak, manggis, rambutan, duku , Kelapa. Industri: kecap, sirup, tapioka, pengeringan ikan, batik, makanan ringan, terpentin, rokok, sawmill, bahan bangunan, genteng, tahu dll. Transportasi Umum Angkutan kota wilayah Kabupaten Trenggalek dan beberapa rute yang menghubungkan Kabupaten Tulungagung dengan Kabupaten Pacitan Stasiun Kabupaten Trenggalek memiliki 13 stasiun di Jalur kereta api Tulungagung–Tugu yang sudah berhenti beroperasi, diantaranya: Stasiun Duwek Stasiun Sokoanyar Stasiun Bandung (Tulungagung) Stasiun Bandung Pasar Stasiun Bulus Stasiun Kedunglurah Stasiun Ngetal Stasiun Siwalan Stasiun Trenggalek Stasiun Kedungsakal Stasiun Nglongsor Stasiun Winong Stasiun Tugu (Trenggalek) Pariwisata Trenggalek mempunyai banyak tempat peristirahatan dan tempat wisata yang mempunyai keindahan yang masih asli, misalnya gua, pantai, dan pegunungan yang asri. Gua Lowo. Merupakan salah satu gua yang terletak di Desa Watuagung, Kecamatan Watulimo, sekitar 30 km Tenggara kota Trenggalek. Berdasarkan ahli gua, Mr Gilbert Manthovani dan Dr Robert K Kho tahun 1984, Gua Lowo adalah gua alam yang besar di Asia Tenggara dengan panjang 800 meter, sembilan ruang utama dan beberapa ruang kecil. Pantai Prigi. Pusat pariwisata dan perekonomian warga Kecamatan Watulimo. Terdapat tempat pelelangan ikan dan merupakan Pelabuhan Nusantara. Pantai Pasir Putih. Kurang lebih 2 km dari Pantai Prigi. Terkenal karena pasirnya yang putih bersih. Pantai Pelang. Pantai yang terletak di Kecamatan Panggul ini mempunyai keindahan yang luar biasa. Memiliki air terjun dan pulau kecil-kecil yang indah. Larung Sembonyo. Upacara adat pesisir yang selalu menarik perhatian wisatawan asing maupun domestik. Diadakan setahun sekali di Pantai Prigi. Pantai Blado. Terletak di Kecamatan Munjungan, merupakan tempat wisata alami yang berada di arah Selatan dari Kota Trenggalek, Yang terkenal dengan pusatnya tanaman Cengkih dan Durian. Pantai Ngampiran. Lokasi berada di Munjungan dan terkenal dengan air jernih dan pasirnya yang putih bersih. Upacara Dam Bagong. Diadakan setiap tahun sekali dengan mempersembahkan kepala kerbau untuk di larung di Kali Bagong. Candi Brongkah. Merupakan candi yang berisi sejarah asal usul Trenggalek. Alun-alun Kota. Sarana rekreasi keluarga yang selalu ramai dikunjungi warga Trenggalek, terutama pada malam minggu, serta pada hari hari menjelang proklamasi kemerdekaan RI dimana di alun alun kota trenggalek diadakan bazaar dan taman hiburan rakyat yang dapat menghibur anak anak maupun orang dewasa Tari Turangga Yaksa. Merupakan tarian khas Kabupaten Trenggalek. Hutan Kota. Tempat wisata alternatif di Gunung Jaas, Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek. Trenggalek Green Park''. Taman bermain dan wisata keluarga di Jalan Brigjend Soetran. Kuliner Khas Alen-Alen Kue Mancho Sale Pisang Tempe Kripik Geti Wijen Lontong Sompil Tempe Kendil / Lodeh Tahu Lontong Ikan Asap Lodho Ayam Kampung Soto Ayam Sego Gegog Pindang Sapi Olahraga Klub/Tim Olahraga Persiga (singkatan dari Persatuan Sepak Bola Indonesia Trenggalek) adalah sebuah klub sepak bola Indonesia yang berbasis di Trenggalek. Persiga Trenggalek saat ini berlaga di Liga 3 Indonesia dan sedang berjuang menuju Liga 2. Persiga Trenggalek juga mempunyai julukan Laskar Gajah Putih, adalah hewan yang ada di cerita Menak Sopal sebagai tokoh ternama di Trenggalek sekaligus untuk nama Stadion Menak Sopal. Oleh karena itu diberi julukan kepada Persiga Trenggalek. GALAK MANIA adalah supporter setia dari Persiga Trenggalek. Referensi Pranala luar Trenggalek Trenggalek
4147
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Tuban
Kabupaten Tuban
Tuban (), adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah kecamatan Tuban. Kabupaten Tuban terletak di Pantai Utara Jawa, yang terdiri dari 20 kecamatan dan beribu kota di kecamatan Tuban. Kabupaten Tuban mempunyai letak yang strategis, yakni di perbatasan Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan dilintasi oleh Jalan Nasional Daendels yang berada di Jalur Pantai Utara. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk kabupaten Tuban sebanyak 1.249.621 jiwa. Kabupaten Tuban berbatasan langsung dengan Rembang di sebelah barat, Lamongan di sebelah timur, dan Bojonegoro di sebelah selatan. Pusat pemerintahan Kabupaten Tuban terletak 100 km sebelah barat laut Kota Surabaya, ibu kota Provinsi Jawa Timur dan 210 km sebelah timur Kota Semarang, ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Oleh karena itu, pada zaman dahulu Tuban dijadikan pelabuhan utama Kerajaan Majapahit dan menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam oleh para Walisongo. Luas wilayah Kabupaten Tuban 1.839 km2, dan wilayah laut seluas 22.608 km2. Letak astronomi Kabupaten Tuban pada koordinat 111° 30'–112° 35 BT dan 6° 40'–7° 18' LS. Panjang wilayah pantai 65 km. Ketinggian daratan di Kabupaten Tuban bekisar antara 0–500 mdpl. Sebagian besar wilayah Kabupaten Tuban beriklim kering dengan kondisi bervariasi dari agak kering sampai sangat kering yang berada di 19 kecamatan, sedangkan yang beriklim agak basah berada pada 1 kecamatan. Kabupaten Tuban berada pada jalur pantura dan pada deretan pegunungan Kapur Utara. Pegunungan Kapur Utara di Tuban terbentang dari Kecamatan Jatirogo sampai Kecamatan Widang, dan dari Kecamatan Merakurak sampai Kecamatan Soko. Sedangkan wilayah laut, terbentang antara lima kecamatan, yakni Kecamatan Bancar, Kecamatan Tambakboyo, Kecamatan Jenu, Kecamatan Tuban dan Kecamatan Palang. Kabupaten Tuban berada pada ujung utara dan bagian barat Jawa Timur yang berada langsung di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah atau antara Kabupaten Tuban dan Kabupaten Rembang. Tuban memiliki titik terendah, yakni 0 mdpl yang berada di Jalur Pantura dan titik tertinggi 500 mdpl yang berada di Kecamatan Grabagan. Tuban juga dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari Solo hingga Gresik. Sejarah Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi, pertama disebut sebagai Tuban dari lakuran watu tiban (batu yang jatuh dari langit), yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban. Saat ini wujud dari batu tersebut (watu tiban) masih ada dan dalam kondisi yang relatif utuh yang sekarang disimpan di Museum Kambang Putih, Tuban. Adapun versi yang kedua berupa lakuran dari metu banyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Tuban yang pertama membuka hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tetapi airnya melimpah, dan istimewanya sumur tersebut airnya tawar padahal berada di dekat pantai. Ada juga versi ketiga, Tuban berasal dari kata "tuba" atau racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Kecamatan Jenu. Masa Pemerintahan Majapahit Pemerintahan Kabupaten Tuban ada sejak tahun 1293 atau sejak pemerintahan Kerajaan Majapahit. Pusat pemerintahannya dulu adalah di Desa Prunggahan Kulon, Kecamatan Semanding dan kota Tuban yang sekarang dulunya adalah Pelabuhan karena dulu Tuban merupakan armada Laut yang sangat kuat. Asal nama Tuban sudah ada sejak pemerintahan Bupati Pertama yakni Raden Dandang Wacana. Namun, pencetusan tanggal hari jadi Tuban berdasarkan peringatan diangkatnya Raden Haryo Ronggolawe pada 12 November 1293. Tuban dulunya adalah tempat yang paling penting dalam masa Kerajaan Majapahit karena berfungsi sebagai pelabuhan dan portal utama, Dan menjadikannya sebagai hari jadi kabupaten tuban hingga saat ini. Masa Kemerdekaan Indonesia Seiring kemajuan zaman, sudah mulai dilupakan oleh masyarakat Indonesia, padahal Tuban mengandung nilai sejarah tinggi dan besar peran serta perjuangan masyarakat Tuban dalam melawan penjajah itu sudah mulai luntur dalam dunia pemerintahan Indonesia saat ini. PT Semen Indonesia (PERSERO) Tbk (sebelumnya bernama semen gresik) yang terkenal besar di Indonesia pada masa sekarang juga beroperasi dan mendirikan pabrik di daerah Tuban sejak awal tahun 1990 an. Selain itu di Tuban juga terdapat beberapa industri skala internasional, terutama dibidang minyak & Gas. Perusahaan yang beroperasi di Tuban antara lain Pertamina Petrochina East Java (di kecamatan Soko) yang menghasilkan minyak mentah, serta PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) & PERTAMINA TTU (di kecamatan Jenu) dan pada tahun 2010 dibangun Pabrik Semen Holcim & Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang dibangun di daerah Jenu. Untuk pendidikan Tuban tidak kalah dengan daerah lain dipulau jawa, sudah sangat sedikit masyarakat Tuban yang buta huruf bahkan tinggal seberapa persennya, untuk pendidikan rata-rata masyarakat sudah mencapai pendidikan SMA. Lulusan-lulusan SMA di Tuban sudah banyak yang melanjutkan studinya ke Universitas negeri dan swasta terkenal seperti ITS, UI, UGM, ITB, UNAIR, UNBRAW, UNDIP, IPB, UMM, UNTAG dll. Geografi Kabupaten Tuban adalah salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang berada di wilayah paling barat provinsi tersebut dengan luas wilayah 183.994,561 Ha. Secara astronomis, Kabupaten Tuban terletak pada koordinat 111°30'–112°35' Bujur Timur dan 6°40'–7°18' Lintang Selatan. Panjang wilayah pantai di Kabupaten Tuban adalah 65 km, membentang dari arah Timur di Kecamatan Palang sampai arah Barat di Kecamatan Bancar, dengan luas wilayah lautan meliputi 22.608 km². Batas wilayah Batas-batas wilayah Kabupaten Tuban adalah sebagai berikut: Topografi Kabupaten Tuban mempunyai topografi perbukitan batu gamping dengan struktur geologi artiklin besar memanjang dari arah barat ke timur. Ketinggian daratan daerah di Kabupaten Tuban berkisar antara 0-500 meter di atas permukaan laut. Bagian utara dan selatan Kabupaten Tuban berupa dataran rendah dengan ketinggian 0-15 meter di atas permukaan laut yang terdapat di sekitar pantai dan sepanjang sungai Bengawan Solo. Daerah dengan ketinggian di atas 100 meter di atas permukaan laut terdapat di wilayah Kecamatan Montong dan Kecamatan Grabagan. Geologi Kabupaten Tuban mempunyai kondisi geologi yang terbagi menjadi 3, yaitu Mediteran Merah Kuning, Aluvial, dan Gramusol. Pada kabupaten Tuban terdapat kenampakan karst yang ada pada bagian timur yaitu pada daerah Rengel dan Semanding serta pada bagian tengah, yaitu pada kecamatan Montong. Pada daerah Rengel berkembang gua karst yang sangat baik. Bentukan karst di daerah Rengel antara lain Gua Ngerong atau Gua Lawa yang saat ini menjadi objek wisata. Daerah-daerah yang membentuk karst di daerah ini merupakan daerah tangkapan air yang baik dan air-air tersebut akan tersimpan di bawah tanah membentuk suatu jaringan sungai bawah tanah dan muncul menjadi outflow seperti daerah Gua Ngerong, Wudi, Matuk, Bektiharjo dan sekitarnya yang muncul berbagai mata air dengan debit yang besar. Kabupaten Tuban jika dilihat secara geologi termasuk pada cekungan Jawa Timur bagian utara yang memanjang dari arah barat sampai timur yang dimulai dari wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah hingga Kota Surabaya, Jawa Timur. Sebagian besar jenis batuan yang ada di kabupaten ini adalah Miocene Sedimentary Facies, Miocene Limenston Facies, Pleistocene Limenstone Facies, Alluvium, Pleistocene Sedimentary Facies, Piocene Sedimentary Facies. Jenis batuan yang banyak terdapat adalah jenis batuan Miocene lomenstone facies yaitu 27,16% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Tuban. Berdasarkan urutan stratigrafinya, satuan formasi batuan yang dijumpai di wilayah Kabupaten Tuban adalah Anggota Napal, Formasi Kujung, Anggota Batulempung, Formasi Kujung, Batugamping Prupuh, Anggota Formasi Kujung, Anggota Tawun Formasi Tuban, Formasi Tuban, Anggota Ngrayong Formasi Tuban, Formasi Bulu, Formasi Wonocolo, Formasi Ledok, Formasi Mundu, Formasi Paciran, Formasi Lidah, Formasi Kabuh, Kolovial, Endapan Rawa dan Endapan Aluvial. Iklim Wilayah Kabupaten Tuban beriklim tropis dengan tipe iklim tropis basah dan kering (Aw) yang memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Wilayah Tuban yang berada di pesisir pantai mengakibatkan suhu rata-rata yang cukup tinggi, yaitu berkisar antara 22°–33 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini pun cukup tinggi yakni ±76%. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Tuban terjadi dari bulan Mei hingga Oktober dengan bulan terkering yaitu bulan Agustus. Sementara itu, musim hujan umumnya berawal di akhir November dan berakhir di pertengahan April dengan bulan terbasah yaitu bulan Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 240 mm per bulan. Curah hujan per tahun di wilayah Tuban berkisar antara 1100–1500 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–120 hari hujan per tahun. Pemerintahan Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Julukan Kabupaten Tuban mengangkat tema "Bumi Wali" sebagai slogan utamanya. Slogan ini disematkan kepada Kabupaten Tuban karena Kabupaten Tuban merupakan salah satu tempat berkumpul Wali Sanga. Sunan Kalijaga merupakan salah satu anggota Wali Sanga yang berasal dari Tuban, yakni putra Adipati Tuban ke-8 Raden Haryo Tumenggung Wilatikta.Selain itu, salah satu anggota Wali Sanga dimakamkan di Tuban, yaiu Sunan Bonang. Terdapat pula beberapa makam wali lain di Kabupaten Tuban seperti makam Ibrahim as-Asmaraqandi, Sunan Bejagung, dan Achmad Kholil. Selain itu, terdapat beberapa julukan Tuban, yaitu: Kota Seribu Goa. Tuban memiliki banyak goa oleh karena faktor geografis Tuban yang berada di rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Kota Koes Plus. Julukan ini tidak perlu diragukan lagi, karena Tuban merupakan kota asal grup musik legendaris Koes Bersaudara yang kemudian menjadi Koes Plus Kota Tuak. Ini merupakan julukan bagi para warga lokal Tuban karena Tuban merupakan habitat bagi pohon siwalan yang dapat memproduksi air nira (legen). Legen yang difermentasi akan menjadi tuak dan mengandung alkohol cukup tinggi. Tuak dipercaya berkhasiat menyembuhkan penyakit kencing batu. Bumi Ronggolawe. Ronggolawe merupakan tokoh legendaris bagi orang Tuban, dikenal karena keberaniannya dalam memberontak penguasa. Ronggolawe merupakan putra dari Raden Arya Wiraraja (Adipati Sumenep) The Mid-East of Java. Istilah Mid-East yang disandang dapat diartikan karena letak geografis Tuban yang berada di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Ada juga versi yang menyebutkan istilah Mid-East didapat karena Tuban adalah kota yang bernuansa Islami. Ekonomi Pada 2019, Produk Domestik Regional Bruto mencapai Rp 56,5 triliun . Dengan jumlah penduduk sebanyak 1,12 juta jiwa, pendapatan perkapita diperkirakan mencapai Rp 11,27 juta per tahun. Sebagai perbandingan, pendapatan perkapita Jawa Timur adalah Rp 20,7 juta per tahun. Sektor perekonomian utama adalah perdagangan, industri pengolahan dan pertambangan. Perdagangan menyumbang output sebesar Rp3 triliun, sedangkan industri pengolahan dan pertambangan masing-masing sebesar Rp 2,9 triliun dan Rp 1,8 triliun. Pertumbuhan ekonomi pada 2010 mencapai 6,39%, di mana angka pertumbuhan tertinggi terjadi di sektor pertambangan sebesar 11,8%. Kawasan industri Tuban mencapai 50 ribu hektar yang tersebar di 10 kecamatan. Zona 1 di kecamatan Bancar dengan luas 5,802 hektar. Zona 2 34,000 hektar dan Zona 3 9,225 hektar. Usaha rakyat yang cukup berkembang adalah budidaya padi, budidaya sapi potong, budidaya kacang tanah, penangkapan ikan laut, dan penggalian batu kapur. Sentra padi dan kacang terdapat di sepanjang aliran Bengawan Solo. Pada 2010, jumlah ternak sapi diperkirakan mencapai 1.323 ekor dengan sentra sapi di Kecamatan Bancar. Tangkapan ikan diperkirakan mencapai 9.185 ton. Seni Budaya Berikut adalah kebudayaan dan agenda budaya di Tuban: Sandur merupakan pertunjukan rakyat yang digelar di tanah lapang atau di halaman yang bersifat komunal. Penonton duduk di sekeliling pementasan. Tempat pertunjukan, untuk membatasi dengan penonton dipasang tali berbentuk bujur sangkar dengan sisi-sisi sekitar 4 meter, tinggi sekitar 1,5 meter. Masing-masing sisi diberi janur kuning sehingga batas itu lebih jelas. Di tengah-tengah sisi sebelah timur dan barat dipancangkan sebatang bambu menjulang ke atas dengan ketinggian sekitar 15 meter. Dari ujung kedua bambu dihubungkan dengan tali yang cukup besar dan kuat. Di tengah-tengah tali diikatkan tali yang menjulur sampai ke tanah tepat ditengah arena. Pada tali baik yang di sisi maupun di atas bambu diikatkan beberapa kupat dan lepet bagian dari sesaji. Di tengah-tengah atau titik pusat arena ditancapkan gagar mayang (rontek) dengan bendera kertas meliputi empat warna hijau (pengganti warna hitam), kuning, merah dan putih. Lagu Tombo Ati, merupakan lagu ciptaan Sunan Bonang dan menjadi nyanyian dan shalawatan di daerah Tuban pada masa penyebaran Agama Islam. Lagu ini berisikan lima cara untuk menenangkan hati menggunakan metode Islami sesuai dengan Al-Qur'an dan Hadist. Saat ini lagu Tombo Ati sudah dikenal di seluruh Indonesia dan mancanegara yang dirangkai menjadi berbagai aliran lagu dan bahasa, Peringatan Haul Sunan Bonang yang diselenggarakan setiap malam Jum'at Wage bulan Muharram (Sura), Sedekah Bumi, merupakan serangkaian acara yang dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang didapat dari hasil pertanian, Pariwisata Wisata alam Goa Akbar, di Gedongombo (Semanding) Goa Putri Asih, di Nguluhan (Montong) Goa Suci, di Leran (Palang) Air Panas Prataan, di Wukiharjo (Parengan) Air Terjun Nglirip, di Mulyoagung, Singgahan Air Terjun Bongok, di Montong Ngerong Rengel, di Rengel Pantai Boom, di Kota Tuban Pemandian Kolam Renang Bektiharjo, di Bektiharjo (Semanding) Sendang Kalangan, Montongsekar Kecamatan Montong Pantai Mangrove, di Jenu Pantai Karang Tlowok, di Palang Pantai Kelapa, di Panyuran (Palang) Pantai Sowan, di Bancar Pantai Pasir Putih Remen, di Remen (Jenu) Sendang Asmoro, di Ngino (Semanding) Tebing Pelangi, di Mahbeser (Merakurak) Wana Wisata Prataan, di Desa Prataan, Kec. Parengan Pemandian Air Hangat Nganget, di Dusun Mojo, Desa Sidorejo, Kecamatan Kenduruan, Tuban Wisata Pelang, Desa Tahulu, Kecamatan Merakurak, TUBAN Wisata Kedung Sari, Kedungsari, Tuwiri Wetan, Merakurak, Tuban Air Terjun Banyulangse, Desa Boto, Kec. Semanding Kedung Semurup, Ds. Tegalrejo, Kec. Merakurak Silowo Ekowisata, Desa Mandirejo, Kecamatan Merakurak, Tuban Wisata sejarah Masjid Agung Tuban, Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban Museum Kambang Putih, di Kecamatan Tuban Wisata religi Makam Sunan Bonang Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi Makam Sunan Bejagung Lor (Makam Sunan Bejagung Utara) Makam Sunan Bejagung Kidul (Makam Sunan Bejagung Selatan) Makam Syekh Achmad Cholil, Desa Rawasan, Kecamatan Jenu Makam Sunan Gesing, Desa Gesing, Kecamatan Semanding Makam Syekh Subakir, Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu Pondok Pesantren Al-Maghribi (Ponpes Perut Bumi), Desa Gedongombo, Kecamatan Semanding Makam KH Ali Manshur Shiddiq (Pencipta Sholawat Badar), Desa Maibit, Kecamatan Rengel Makam Raden Gagar Manik (Tundung Musuh), Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang Makam Sunan JogoBelo (Syekh Mahmud Bin Sholeh), Kel. Sukolilo, Kec. Tuban Makam Mbah Shodiqo, Puncak Rengit, Desa Ngrejeng, Kecamatan Grabagan Makam Syech Abul Fadhol bin Abdus Syakur Desa Jatisari, Kecamatan Senori Tempat bersejarah Tuban Terdapat banyak tempat bersejarah di Tuban, seperti Masjid Agung Tuban yang terletak di Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Tuban. Dahulu Masjid Agung Tuban digunakan Walisongo untuk menyiarkan agama Islam, Masjid Agung Tuban sudah dilakukan beberapa kali renovasi untuk menambah daya tampung jamaah yang akan melaksanakan ibadah sholat di Masjid ini. Beberapa tempat bersejarah di Kabupaten Tuban lainnya seperti: Monumen Kuda Ronggolawe, Alun-alun Kota Tuban Monumen Adpada Pancasila, Desa Sugihwaras, Kecamatan Jenu Patung Letda Sucipto (Bunderan Patung), Kota Tuban Klenteng Kwan Sing Bio, Kelurahan Karangsari, Kota Tuban Tugu Peringatan Kembalinya Kota Tuban dari penjajah (Tugu Caluk Watulumur), Kota Tuban Museum Kambang Putih Stasiun Tuban Kuliner Khas Masakan Masakan khas Tuban, yaitu: Kare Rajungan Becek Menthok Belut Pedas Sate Bebek Asem-asem Ndas Manyung Mangut Pe Jangan Kelor + Nasi Jagung + Petis + Ikan Pindang + Iwak Panggang (Asap) Ikan Asap Pelas Kue Dumbek Wingko Minuman Minuman khas Tuban, yaitu: Legen Tuak/Arak alias Saguer Es Dawet Siwalan Es Degan Angsle Oleh-oleh Oleh-oleh khas Tuban, yaitu: Ampo Keripik Gayam Kecap Laron Keripik Ikan Miniatur Ongkek Batik Gedog Pendidikan Sekolah yang bertaraf internasional di Tuban, antara lain: SMP Negeri 1 Tuban SMP Negeri 3 Tuban SMA Negeri 1 Tuban SMK Negeri 1 Tuban SMP Negeri 5 Tuban serta puluhan SMP dan SMA lain bertaraf nasional. Berbagai event lomba dijuarai oleh pelajar Tuban. Banyak di antaranya adalah sekolah yang berkecimpung dalam dunia Karya Ilmiah Remaja, diantaranya adalah MTsN Tuban, MTs Manbail Futuh, MTs Tarbiyatul Ulum-Pekuwon, SMP Negeri 1 Tuban, SMP Negeri 3 Tuban, SMP Negeri 4 Tuban, SMP Negeri 6 Tuban, SMP Negeri 7 Tuban, SMP Negeri 1 Rengel, SMP Negeri 1 Jenu, SMP Negeri 1 Jatirogo, SMP Negeri 1 Montong, SMP Negeri 1 Singgahan, SMA Negeri 3 Tuban, SMA Negeri 1 Tuban, SMA Negeri 2 Tuban, SMA Negeri 3 Tuban, SMA Negeri 4 Tuban, SMA Negeri 5 Tuban,SMA Tarbiyatul Ulum, MAN TUBAN, MAS Manbail Futuh, SMPS Nurul Anwar, MTs Tarbiyatul Banin Banat. Selain Universitas Sunan Bonang ada institut pendidikan tinggi baru, yaitu Universitas PGRI Ronggolawe (Unirow), yang pada awalnya dikenal sebagai IKIP PGRI TUBAN di Jalan Manunggal. Jurusan bahasa Inggris dari institut ini telah kerja sama dengan sebuah organisasi sukarela Inggris yang bernama Voluntary Service Overseas sejak tahun 1989. Setelah tiga sukarelawan, organisasi lain, yaitu Volunteers in Asia yang berasal dari Amerika Serikat meneruskan tradisi ini dengan mengekspos mahasisiwa serta dosen yang kurang sempat berlatih bahasa sehari-hari. Mantan Dekan FKIP, Bapak Prof. Dr. Agus Wardhono. Doktor (S-3) dalam bidang Linguistik Inggris di Universitas Negeri Surabaya, ada juga STITMA (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Makhdum Ibrahim) sementara ini masih satu Prodi yaitu Pendidikan Agama Islam dan dalam proses penambahan Prodi lainya, seperti Ahwal Syahsiyah (Syari'ah/AS), Muamalah (Ekonomi Islam), Pendidikan Guru MI (PGMI) di jl. Manunggal [ utara UNIROW] dan ada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama STIKES NU Tuban yang diresmikan oleh Menkes RI dr. Hj. Siti Fadilah Supari pada tahun 2009. Terdapat pula Universitas Terbuka. Infrastruktur Seiring dengan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah, pembangunan infrastruktur di Kabupaten Tuban boleh dikatakan sangat baik sekali, mungkin terbaik untuk kategori Kabupaten Seluruh Indonesia. Ini dibuktikan dengan pembangunan jalan (pengaspalan) diseluruh wilayah kabupaten, sekarang jalan-jalan di Kabupaten Tuban yang dulu belum diaspal dan masih menggunakan tanah kadam, kini setiap jalan desa, gang-gang sudah halus itu bertujuan untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat Tuban, khususnya yang berasal di daerah pelosok. Kesehatan Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Tuban tergolong cukup baik, ada 6 rumah sakit besar di kabupaten ini, RSUD dr. Koesma, di Jalan dr. Wahidin SH. RS Medika Mulia, di Jalan Majapahit (Belakang Pasar baru Tuban) RS Nahdlatul Ulama Tuban, di Jalan Letda Sucipto, RS Muhammadiyah, di Jalan P. Diponegoro. RSUD R. ALI MANSYUR, Jalan Raya Tim No.127 Sugihan, Jatirogo, Kab. Tuban RS Graha Husada, Jalan Imam Bonjol Podang, Laju lor, Singgahan, Tuban Untuk memenuhi kebutuhan kesehatan tiap kecamatan juga ada Puskesmas yang pembangunan dan pelayanannya terus ditingkatkan untuk mengantisipiasi masyarakat yang berada jauh dari perkotaan. Media Massa Referensi Pranala luar Tuban Tuban
4148
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Tulungagung
Kabupaten Tulungagung
Tulungagung () adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Tulungagung. Tulungagung terkenal sebagai satu dari beberapa daerah penghasil marmer terbesar di Indonesia. Etimologi Ada dua versi cerita dalam penamaan nama Kabupaten Tulungagung. Versi pertama adalah nama "Tulungagung" dipercaya berasal dari kata "Pitulungan Agung" (Tulang Gunung). Nama ini berasal dari peristiwa saat seorang pemuda dari Gunung Wilis bernama Joko Baru mengeringkan sumber air di Ngrowo (Kabupaten Tulungagung tempo dulu) dengan menyumbat semua sumber air tersebut dengan lidi dari sebuah pohon enau atau aren. Joko Baru dikisahkan sebagai seorang pemuda yang dikutuk menjadi ular oleh ayahnya, orang sekitar kerap menyebutnya dengan Baru Klinthing. Ayahnya mengatakan bahwa untuk kembali menjadi manusia sejati, Joko Baru harus mampu melingkarkan tubuhnya di Gunung Wilis. Namun, malang menimpanya karena tubuhnya hanya kurang sejengkal untuk dapat benar-benar melingkar sempurna. Alhasil Joko Baru menjulurkan lidahnya. Disaat yang bersamaan, ayah Joko Baru memotong lidahnya. Secara ajaib, lidah tersebut berubah menjadi tombak sakti yang hingga saat ini dipercaya sebagai "gaman" atau "senjata sakti". Tombak ini masih disimpan dan dirawat hingga saat ini oleh masyarakat sekitar. Sedangkan, versi kedua nama Tulungagung berasal dua kata, tulung dan agung, tulung artinya sumber yang besar, sedangkan agung artinya besar. Dalam pengartian berbahasa Jawa tersebut, Tulungagung adalah daerah yang memiliki sumber air yang besar. Sebelum dibangunnya Terowongan Neyama di Tulungagung bagian selatan oleh tentara Jepang, di Tulungagung sangat mudah ditemui rawa. Pada masa lalu, karena terlalu banyaknya sumber air di sana, banyak kawasan yang tergenang air, baik di musim kemarau maupun musim hujan. Dugaan yang paling kuat mengenai etimologi nama kabupaten ini adalah versi kedua, penamaan nama ini dimulai ketika ibu kota Tulungagung mulai pindah ke tempat sekarang ini. Sebelumnya ibu kota Tulungagung bertempat di daerah Kalangbret dan diberi nama Kadipaten Ngrowo (Ngrowo juga berarti sumber air). Perpindahan ini terjadi sekitar tahun 1901 Masehi. Geografi Batas Wilayah Batas-batas wilayah Kabupaten Tulungagung secara administratif adalah sebagai berikut: Sebelah utara: Kabupaten Kediri dan Kabupaten Nganjuk Sebelah Selatan: Samudra Hindia Sebelah Timur: Kabupaten Blitar Sebelah Barat: Kabupaten Trenggalek dan Kabupaten Ponorogo Topografi Secara topografi, Tulungagung terletak pada ketinggian 85 m di atas permukaan laut (dpl). Bagian barat laut Kabupaten Tulungagung merupakan daerah pegunungan yang merupakan bagian dari pegunungan Wilis-Liman. Bagian tengah adalah dataran rendah, sedangkan bagian selatan adalah pegunungan yang merupakan rangkaian dari Pegunungan Kidul. Di sebelah barat laut Tulungagung, tepatnya di Kecamatan Sendang, terdapat Gunung Wilis sebagai titik tertinggi di Kabupaten Tulungagung yang memiliki ketinggian 2552 m. Di tengah Kota Tulungagung, terdapat Kali Ngrowo yang merupakan anak Kali Brantas dan seolah membagi Kota Tulungagung menjadi dua bagian: utara dan selatan. Kali ini sering disebut dengan Kali Parit Raya dari rangkaian Kali Parit Agung. Iklim Wilayah Kabupaten Tulungagung menurut klasifikasi iklim Koppen beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Tulungagung berlangsung pada periode November hingga April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 270 mm per bulan. Sedangkan, musim kemarau berlangsung pada periode Mei hingga Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus yang curah hujan bulanannya kurang dari 20 mm per bulan. Suhu udara di wilayah Tulungagung bervariasi antara 21°–32 °C. Curah hujan tahunan di wilayah Tulungagung berkisar pada angka 1.400–1.800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 90–120 hari hujan per tahun. Sejarah Pada 1205 Masehi, masyarakat Thani Lawadan di selatan Tulungagung, mendapatkan penghargaan dari Raja Daha terakhir, Kertajaya, atas kesetiaan mereka kepada Raja ketika terjadi serangan musuh dari timur Daha. Penghargaan tersebut tercatat dalam Prasasti Lawadan dengan candra sengkala "Sukra Suklapaksa Mangga Siramasa" yang menunjuk tanggal 18 November 1205 M. Tanggal keluarnya prasasti tersebut akhirnya dijadikan sebagai hari jadi Kabupaten Tulungagung sejak tahun 2003. Di Desa Boyolangu, terdapat Candi Gayatri. Candi ini adalah tempat untuk mencandikan Gayatri (Sri Rajapatni), istri keempat Raja Majapahit yang pertama, Raden Wijaya (Kertarajasa Jayawardhana), dan merupakan ibu dari Ratu Majapahit ketiga, Sri Gitarja (Tribhuwanatunggadewi), sekaligus nenek dari Hayam Wuruk (Rajasanegara), raja yang memerintah Kerajaan Majapahit pada masa keemasannya. Nama Boyolangu itu sendiri tercantum dalam Kitab Nagarakertagama yang menyebutkan nama Bayalangu/Bhayalango (bhaya = bahaya, alang = penghalang) sebagai tempat untuk menyucikan dia. Berikut ini adalah kutipan Kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia: Pemerintahan Kabupaten Tulungagung beribu kota di Kecamatan Tulungagung, yang terletak tepat di tengah Kabupaten Tulungagung. Kabupaten Tulungagung terbagi dalam 19 kecamatan, 257 desa, dan 14 kelurahan. Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Penduduk Pada akhir 2006 jumlah penduduk di Kabupaten Tulungagung tercatat sebanyak 1.002.807 jiwa yang terbagi atas laki-laki 498.533 (49,71%) jiwa dan perempuan 504.274 (50,29%). Kepadatan penduduk terkonsentrasi pada 3 kecamatan yaitu Kecamatan Tulungagung, Kecamatan Kedungwaru, dan Kecamatan Boyolangu. Pendidikan Tulungagung mempunyai sarana pendidikan dari TK sampai Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta. Beberapa di antara Perguruan tinggi yang ada Di Tulungagung: Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah ( UIN SATU TULUNGAGUNG ) Semenjak tahun 2021, Institut Agama Islam Negeri (IAIN Tulungagung), dulu Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN TULUNGAGUNG) Universitas Tulungagung (UNITA) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP PGRI) Tahun 2020 Berubah Nama Menjadi UBHI (Universitas Bhineka PGRI Tulungagung) Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM) Tulungagung Sekolah Tinggi Agama Islam DIPONEGORO (STAI DIPONEGORO) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan KARYA PUTRA BANGSA (STIKES KARTRASA) Beberapa di antara Sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) di Tulungagung: SMP/MTs SMP Negeri 1 Tulungagung MTs Muhammadiyah Bandung SMP Negeri 2 Tulungagung SMP Negeri 3 Tulungagung SMP Negeri 4 Tulungagung SMP Negeri 5 Tulungagung SMP Negeri 6 Tulungagung SMP Negeri 1 Boyolangu SMP Negeri 1 Campurdarat SMP Negeri 2 Campurdarat SMP Negeri 1 Sumbergempol SMP Negeri 2 Sumbergempol SMP Negeri 1 Kedungwaru SMP Negeri 2 Kedungwaru SMP Negeri 3 Kedungwaru SMP Negeri 1 Gondang SMP Negeri 2 Gondang SMP Negeri 1 Ngantru SMP Negeri 2 Ngantru SMP Negeri 1 Bandung SMP Negeri 2 Bandung SMP Negeri 3 Bandung SMP Negeri 1 Ngunut SMP Negeri 2 Ngunut SMP Negeri 3 Ngunut SMP Negeri 1 Rejotangan SMP Negeri 2 Rejotangan SMP Negeri 1 Besuki SMP Negeri 2 Besuki SMP Negeri 1 Sendang SMP Negeri 2 Sendang SMP Negeri 1 Pagerwojo SMP Negeri 2 Pagerwojo SMP Negeri 3 Pagerwojo SMP Negeri 4 Pagerwojo SMP Negeri 1 Pucanglaban SMP Negeri 2 Pucanglaban SMP Negeri 1 Karangrejo SMP Negeri 1 Kalidawir SMP Negeri 2 Kalidawir SMP Negeri 3 Kalidawir SMP Negeri 1 Kauman SMP Negeri 2 kauman SMP Negeri 1 Pakel SMP Negeri 2 Pakel SMP Budi Utomo Sumbergempol SMP Tamansiswa Tulungagung SMP Islam Sunan Gunung Jati Ngunut SMP Islam Al Khoiriyah Wates Sumbergempol MTsN Al–Huda Bandung Mtsn Al ma'arif MTsN Tulungagung MTsN Tunggangri Kalidawir MTs Aswaja Kalidawir MTsN Ngantru MTsN Bandung MTsN Pulosari MTsN Pucanglaban MTsN Karangrejo MTsN Aryojeding MTs Al–Islam Tulungagung MTs Sunan Kalijaga Boyolangu MTs Darul Falah-Bendil Jati Kulon-Sumbergempol MTs PSM Tanen MTs PSM Mirigambar-Sumbergempol MTs Abdul Qadir Jati-Pandansari-Ngunut SMP Islam Al–Azhar SMP Sunan Ampel Bolu Karangrejo SMP Islam Al–Fattahiyyah Boyolangu SMP Negeri 1 Tanggungunung SMP Katolik Santa Maria SMP Jawaahirul Hikmah (SMP JH) SMA/SMK/MA SMA Negeri 1 Boyolangu SMA Negeri 1 Campurdarat SMA Negeri 1 Gondang SMA Negeri 1 Kauman SMA Negeri 1 Karangrejo SMA Negeri 1 Kedungwaru SMA Negeri 1 Kalidawir SMA Negeri 1 Ngunut SMA Negeri 1 Pakel SMA Negeri 1 Rejotangan (SMARETA) SMA Negeri 1 Tulungagung MAN 1 Tulungagung MAN 2 Tulungagung MAN 3 Tulungagung SMA 45 Bandung Tulungagung MA Al Ma'arif Tulungagung MA Unggulan Bandung Tulungagng SMA Islam Sunun Gunung Jati SMA Katolik Santo Thomas Aquino SMA Jawaahrulhikmah SMK Negeri 1 Boyolangu SMK Negeri 2 Boyolangu SMK Negeri 3 Boyolangu SMK Negeri 1 Bandung SMK Negeri 1 Tulungagung SMK Negeri 2 Tulungagung SMK Negeri 1 Pagerwojo SMK PGRI 1 Tulungagung SMK PGRI 2 Tulungagung SMK PGRI 3 Tulungagung SMK PGRI 4 Tulungagung SMK Muhammadiyah 1 Tulungagung SMK Muhammadiyah 2 Tulungagung SMK Muhammadiyah 3 Tulungagung SMK BHAKTI Suruhanlor Bandung Tulungagung SMA Sunan Ampel Bolu Karangrejo SMK SORE Tulungagung SMK Veteran 1 Tulungagung MA Muhammadiyah 1 Bandung SMK Negeri 1 Rejotangan SMK Ngunut SMA Islam Al Azhaar Olahraga Tulungagung mempunyai beberapa Sarana Olahraga yang tersebar di sejumlah tempat, baik Indoor maupun Outdoor antara lain: Fasilitas Olahraga Stadion Rejoagung Stadion Beta Stadion Bandung Stadion Pema Stadion Wira Mandala GOR Sembung GOR Lembu Peteng GOR Seragam jaya GOR Putra Lawadhan GOR Menara Eva GOR Mandala Krida GOR Campurdarat Lapangan Tenis Pendopo Tulungagung Lapangan Tenis Ngunut Industri Tulungagung terkenal sebagai salah satu penghasil marmer terbesar di Indonesia, yang bersumber di bagian selatan Tulungagung. Tulungagung juga termasuk salah satu pusat industri marmer di Indonesia, dan terpusat di selatan Tulungagung, terutama di Kecamatan Campurdarat, yang di dalamnya banyak terdapat perajin marmer,sayangnya saat ini marmer kualitas terbaik sudah habis. Aset marmer dari Tulungagung telah menembus pasar internasional. Di daerah yang sama, juga terdapat industri onyx yang mempunyai kualitas mirip marmer. Selain industri marmer, di Tulungagung juga tumbuh dan berkembang berbagai industri kecil dan menengah antara lain memproduksi alat-alat/perkakas rumah tangga, batik, dan konfeksi termasuk bordir. Beberapa batik yang terkenal di Tulungagung diantaranya Batik Tulungagung (sangat minim), Batik Satriomanah, dan sebagainya. Di Kecamatan Ngunut terdapat industri peralatan Tentara seperti tas ransel, sabuk, seragam,tenda dan makanan ringan seperti kacang atom. Di Kecamatan Ngunut juga terdapat industri batu bata dan genteng yang berkualitas. Di kelurahan sembung juga di kenal sebagai pusat industri kerupuk rambak. Sedangkan di bagian pegunungan utara, yakni Kecamatan Sendang terdapat perusahaan air susu sapi perah dan teh. Industri perikanan, dan gula merah juga Tulungagung juga tidak kalah, ini telah dikenal secara nasional. salah satunya Pabrik Gula Modjopanggung di Kecamatan Kauman. Pariwisata Wisata Wisata Alam Terdapat perkebunan Teh Penampihan atau Penampean di kaki pegunungan Wilis tepatnya di Desa Geger, Kecamatan Sendang. Perkebunan teh seluas 2 hektar ini merupakan peninggalan kolonial Verenigde Oost-Indische Compagnie atau VOC. Wisata Pantai Kabupaten Tulungagung diuntungkan dengan letak geografis yang berada di tepi Samudera Hindia, sehingga memiliki banyak pantai yang menarik untuk dikunjungi diantaranya Pantai Popoh, Pantai Sidem, Pantai Brumbun, Pantai Sine, Pantai Molang, Pantai Klatak, Pantai Gerangan, Pantai Sanggar, Pantai Gemah, Pantai Ngalur, Pantai Coro, Pantai Pacar, Pantai Lumbung, Pantai Dlodo, Pantai Pathok Gebang dan Pantai Kedung Tumpang. Wisata Air Di kecamatan Bandung, tepatnnya di desa Sukoharjo terdapat beberapa wisata alam yang menawan, di antaranya "Sumber Ece", yang terletak di dusun Nglempung, Desa Sukoharjo, Kecamatan Bandung.. Selain itu ada Bendungan Wonorejo, sebuah bendungan yang terletak di Kecamatan Pagerwojo. Wisata Goa Kabupaten Tulungagung juga memiliki wisata goa diantaranya Goa Tenggar di Desa Tenggarejo, Kecamatan Tanggung Gunung, Goa Pasir di [[Desa Junjung, Kecamatan Sumbergempol dan Goa Selomangleng di Desa Sanggrahan, Kecamatan Boyolangu.. Wisata Air Terjun Selain objek wisata pantai, Tulungagung juga memiliki objek wisata alam lain, di antaranya Air Terjun Lawean di Kecamatan Sendang dan Air Terjun Alam Kandung di Kecamatan Rejotangan. Wisata Candi Selain itu Tulungagung juga mempunyai Beberapa Bangunan Candi yang tersebar di beberapa tempat, yaitu Candi Dadi yang terletak di Puncak bukit di Desa Sanggrahan Kecamatan Boyolangu, Candi Cungkup (Candi Sanggrahan) yang terletak di Desa Sanggrahan Kecamatan Boyolangu, Candi Gayatri (Boyolangu) yang terletak di Kecamatan Boyolangu, Candi Mirigambar terletak di Kecamatan sumbergempol, Candi Bodho terletak di Kecamatan Kalidawir, Candi Penampihan berada di Lereng Gunung Wilis Kecamatan Sendang. Di selatan Tulungagung tepatnya di Kecamatan Campurdarat sebuah Telaga yang bernama Telaga Buret, telaga ini tak pernah kering walaupun letaknya di Perbukitan kapur selatan yang terkenal kering dan panas saat musim kemarau datang. Arca Joko Budhek, adalah sebentuk batu yang ukurannya besar yang bentuknya seperti seorang pria yang bertapa,arca ini berada di puncakbukit, dan bisa dilihat dari jalan raya karena ukurannya yang besar. Wisata Budaya Tulungagung memiliki beberapa kesenian khas yang bisa dijadikan magnet untuk mengangkat pariwisata Tulungagung, di antaranya: Wayang Kulit Purwo/Ringgit Purwo Jaranan senterewe Reog Kendang Tiban Jedor Kentrung Manten kucing Langen Beksan Tayub Tulungagung Sendra Tari Setyo Budaya Reog Ponorogo Cahaya Budaya Kesenian jaranan dan reog kendang serta wayang kulit bahkan mendapat dukungan yang luas dari mayoritas masyarakat Tulungagung untuk maju dan berkembang.dan disukai masyarakat sekitar bahkan sering ditanggap Wisata Kuliner Tulungagung memiliki jajanan khas, yaitu: Sate dan Gule Kambing, Sate Tulungagung mirip dengan sate lainnya dan tampak sederhana, terdiri dari daging kambing yang ditusuk dalam sujen (tusuk sate) bambu, disajikan dengan bumbu kecap yang diberi merica dan petis, serta ditaburi dengan irisan bawang merah, di beberapa warung ditambah irisan daun jeruk, berbeda dengan tampilan Sate di kabupaten Trenggalek (Sate Bendo) yang dalam penyajiannya ditaburi kecambah sama seperti daerah Nganjuk, tidak seperti sate Madura dan sate Ponorogo dan Kediri, yang bumbu-nya mengandung kacang, Sehingga rasanya memang khas Tulungagung-an, pada dasarnya perbedaan rasa ini dikarenakan proses bakarnya dicelupkan dalam kuah gule dan pemakaian kecap manis tradisional merk kuda khas tulungagung-an. Nasi Lodho Tulungagung, sebenarnya kuliner ini mirip dengan kare ayam, hanya saja ayamnya dipanggang/diasap terlebih dulu dan disajikan bersama nasi/tiwul (tiwul adalah nasi yang terbuat dari gaplek/singkong) dengan pelengkap gudhangan (kudapan) sayur-sayuran, namun dalam perkembangannya lebih banyak yang disajikan (warung kaki lima) serupa dengan kare ayam. Lodho Tulungagung dibedakan dalam 2 genre,yaitu Lodho kuah kental dan encer, kekentalannya berasal dari konsentrasi santan, biasanya rasanya pedas,ayamnya ayam kampung. Sredek, Makanan yang terbuat dari gethuk singkong, kemudian digoreng. Biasa dimakan dengan tempe goreng dan cabe mentah (sebagai lalap), adalah makanan khas Tulungagung selatan. Kemplang, makanan yang terbuat dari ketela yang diparut dikasih bumbu-bumbu dibentuk pipih diatasnya dikasih kacang lotho lalu di goreng itu juga makanan khas tulungagung Emping Melinjo, makanan ini terbuat dari biji belinjo yang dipipihkan dan kemudian dijemur seperti kerupuk. Kerupuk Gadung, kuliner yang untuk saat ini pembuatannya hanya dikuasai oleh sedikit orang (umumnya orang tua) karena pengolahannya harus diperam dulu menggunakan abu untuk menghilangkan kandungan getah gadung agar tidak menyebabkan efek mabuk/pusing ketika dimakan. Soto Ayam Kampung Tulungagung warung soto dengan aroma rempah yang kuat dan kemiri sebagai penguat rasa banyak ditemui disekitaran Kecamatan Kauman dan Kecamatan Gondang Nasi pecel Tulungagung, nasi pecel dengan karakter sambal pecel seperti di daerah Kabupaten Blitar, yang membedakan dengan pecel dari daerah lain seperti Madiun/Ponorogo adalah karakter sambal kacang yang pedas manis (karena penambahan gula jawa/gula aren) serta aroma daun jeruk yang kuat. Sompil, Lontong diiris kemudian disiram dengan sayur lodeh (umumnya lodeh kacang) dan diatasnya ditambahi dengan bubuk kedelai yang gurih-manis. Lopis, makanan seperti lontong biasanya dicampur cenil, kicak atau gethuk dikasih larutan gula merah Cenil Yang dibuat dari singkong yang diolah melalui proses ditumbuk/digiling yang biasanya juga dibuat bersama Kicak, disajikan dengan parutan kelapa muda dan disiram dengan gula jawa/gula aren cair. Kerupuk Rambak Tulungagung, kerupuk yang terbuat dari kulit sapi/kerbau serupa kerupuk jangek di Padang-Sumatera Barat namun dengan karakter yang lebih renyah, sentra industri kerupuk ini ada di seputaran Botoran Panggungrejo kota, Sembung. Gethuk, singkong rebus yang dihaluskan dengan cara ditumbuk bersama gula jawa/ gula aren dan disajikan dengan taburan parutan kelapa diatasnya. Srondeng, parutan kelapa yang digoreng dengan dibumbui sedemikian rupa sampai berwarna merah kecoklatan, kadang-kadang buat campuran dendeng sapi Jenang Syabun, jenang yang diolah dari beras ketan menjadi serupa dodol dengan penggabungan karakter rasa manis dari dua macam gula, gula jawa dan gula pasir,jenang ini mempunyai tektur lembut namun kenyal dan tidak lengket,originalnya jenang initidakmenggunakan pengawet,sehingga jarang dipajang ditoko,jika berminat disarankan datang ke pabriknya di desa Botoran. Jenang Grendol, makanan terbuat dari tepung kanji, biasanya disajikan bersama dengan Jenang Baning yang terbuat dari tepung beras serta Jenang Ketan dari bubur ketan hitam. Secara terpisah Jenang Grendol disajikan dengan kuah santan karena karakter jenang itu sendiri yang sudah manis namun apabila dicampur akan diberikan kuah gula jawa/gula aren yang umum disebut Juruh. Geti, adalah nuget terbuat dari wijen kadang-kadang dicampur kacang yang dimasak dengan gula sehingga memunculkan sensasi rasa yang manis-gurih. Kopi Cethe, ampas kopi yang dijadikan bahan pengoles rokok agar memiliki aroma yang lebih sedap. Punten Pecel, Punten serupa dengan Jadah cuma bedanya kalau Jadah terbuat dari bahan ketan sementara Punten dari bahan beras yang ditanak dengan santan gurih dan kemudian dijelu atau ditumbuk pelan dan umumnya ditambah parutan kelapa muda sehingga tercipta adonan kenyal dan gurih yang biasanya disajikan dengan pecel. Brondong Ketan, di Tulungagung umumnya disebut Bipang, dengan mengolah berondong dari beras ketan yang diolah dengan gula. Capar Tape, atau disebut tape pecel yang terbuat dari tape singkong (umumnya putih) dan disiram sayur pecel bahkan biasanya juga ditambahkan mentimun rebus. Glondhong Juruh,asli Sambitan, terbuat dari kukusan ketela pohon disiram juruh kental atau dibuat dengan memasukkan singkong kedalam ke jadi/wajan besar tempat orang memasak gula jawa/gula tebu sehingga menjadi manis, kadang-kadang disebut juga Cimplung yang mungkin karena dibuat dengan nyemplung/memasukan singkong ke wadah pengolahan gula. Sego Bantingan, nasi bungkus yang dijual secara murah meriah, pelengkapnya sederhana (lauk standar dan sambal/keringan) dan apabila ingin menambahkan sayur atau lauk ada disiapkan secara terpisah. Gembrot, kuliner khas yang terbuat dari beberapa jenis dedaunan yang dicampur dengan parutan kelapa yang telah dibumbui sedemikian rupa kemudian dibungkus dengan daun kelapa dan dikukus, kadang-kadang didalamnya juga ditambahkan sejenis ikan sungai atau udang. Gathot, makanan yang terbuat dari singkong yang direndam air garam kemudian dijemur hingga kering menjadi Gaplek, gaplek yang dicacah/diiris tipis apabila ditanak menjadi Gathot dan disajikan dengan parutan kelapa muda, sementara itu Gaplek yang ditumbuk menjadi Tiwul dan ditanak sebagai pengganti nasi Klethek, klethek merupakan makanan yang terbuat dari singkong yang dalam pengolahannya dicampur dengan bumbu-bumbu lainnya, seperti terasi dan kedelai. Klethek mirip dengan keripik singkong hanya saja dalam pemasakannya klethek digoreng sedikit lebih lama. Kesehatan Rumah Sakit Pemerintah : RSUD dr. ISKAK RSUD dr. KARNENI Campurdarat Rumah Sakit POLRI : RS Bhayangkara Tulungagung Rumah Sakit swasta : RSU Era Medika RSU Madinah RSU Satiti RSU Muhammadiyah RSUI Orpeha RSU Putra Waspada RSIA Fausiyah RSIA Amanda RSIA Cita Sehat Klinik Nita Jaya Husada Klinik DKT Transportasi Transportasi di Kabupaten Tulungagung cukup banyak pilihan mulai dari Bus dan Kereta Api dan agen agen travel lokal di Tulungagung sehingga warga Kota Tulungagung mudah untuk melakukan perjalanan keluar kota.Berikut Transportasi yang ada di Tulungagung: Terminal Gayatri Pelita Indah AC Tarif Biasa via Tol Panjang & Via Arteri: Trenggalek–Kertosono–Surabaya Pelita Indah PATAS via Arteri: Trenggalek–Kertosono–Surabaya Harapan Jaya AC Tarif Biasa: Tulungagung–Kertosono / Pare–Surabaya Harapan Jaya AC Tarif Biasa via Tol Panjang: Tulungagung–Kertosono–Surabaya Harapan Jaya PATAS via Arteri: Tulungagung–Kertosono–Mojokerto–Surabaya Harapan Jaya PATAS via TOL: Tulungagung–Kediri–Surabaya Harapan Jaya Bus Malam: Tulungagung–Ngawi–Semarang–Jakarta–Lampung–Palembang Harapan Jaya Bus Malam: Tulungagung–Ngawi–Bandung Harapan Jaya Bus Malam Patas: Tulungagung–Ngawi–Yogyakarta–Magelang Damri Perintis: Tulungagung–Pagerwojo–Bendungan–Sooko–Pulung–Ponorogo Gunung Harta: Tulungagung–Denpasar Gunung Harta: Tulungagung–Jakarta Restu Mulya: Tulungagung–Denpasar Antar Lintas Sumatra: Tulungagung–Medan Bagong AC Tarif Biasa: Trenggalek–Tulungagung–Blitar–Malang Bagong AC Tarif Biasa via Tol Panjang & via arteri: Tulungagung–Kediri–Surabaya Bagong PATAS via Tol : Tulungagung–Kediri–Surabaya Bagong PATAS : Tulungagung–Blitar–Kesamben–Penarukan–Kendalpayak–Hamid Rusdi–Malang (Arjosari) Setiawan: Trenggalek–Tulungagung–Denpasar MTrans: Ponorogo–Trenggalek–Tulungagung–Blitar–Malang–Denpasar Harapan Baru: Trenggalek–Banyuwangi Arimbi: Tulungagung–Tangerang (Tidak beroperasi) Rosalia Indah: Tulungagung–Jakarta Rosalia Indah: Tulungagung–Lampung Stasiun Tulungagung dan Jalur selatan Jawa : – : – Jalur tengah Jawa dan : – : – : –Malang Jalur utara Jawa : –– : –Semarang Tawang– dan : Pasar Senen–Semarang Tawang–Malang Selain rel aktif Tulungagung juga rel nonaktif ke Tugu Trenggalek Tokoh Terkenal Berikut ini sebagian tokoh terkenal asal Tulungagung: Wahono, mantan Ketua MPR-RI (1992-1997) Brigadir Jenderal Polisi (Purn.) Dra. Rumiyah Kartoredjo, S.Pd. (Kepala Kepolisian Daerah Banten 2008-2010) Komisaris Jenderal Polisi (Purn.) Drs. Putut Eko Bayu Seno, S.H. (Inspektur Pengawasan Umum POLRI 2017-2019) Inspektur Jenderal Polisi, Drs. Istiono, M.H., KAKORLANTAS POLRI Ali Masykur Musa, politikus Sri Somantri, pakar hukum tata negara Universitas Padjadjaran Yogi Sugito, rektor Universitas Brawijaya (2006–2010) Inspektur Jenderal Polisi Drs. Mudji Waluyo, SH, MM. (Kepala Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan 2012-sekarang) Inten Suweno, Mantan Menteri Peranan Wanita (UPW) Triyogi Yuwono, Guru besar, Rektor (2011-2015) ITS-Surabaya Pangeran Adipati Soejono, politikus Belanda Yongki Ariwibowo, Pesepak bola timnas Indonesia AFF cup 2010 Prof.Dr.H.Suparno, Rektor Universitas Negeri Malang 2007-2014 Ardian Syaf, Komikus DC Comics (2012-sekarang), Marvel Comics (2009), dan Dynamite (2007) Arsyad Yusgiantoro, Pesepak bola Persegres Gresik United, Danone Cup Referensi Pranala luar Tulungagung Tulungagung
4149
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Bantul
Kabupaten Bantul
Bantul (, ) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kapanewon Bantul. Semboyan pembangunan kabupaten ini adalah Projotamansari, yang merupakan singkatan dari Produktif-Profesional, Ijo royo royo, Tertib, Aman, Sehat, dan Asri. Pada 27 Mei 2006, gempa bumi besar berkekuatan 5,9 skala Richter mengakibatkan kerusakan yang besar terhadap daerah ini dan kematian sedikitnya 3.000 penduduk Bantul. Daerah yang terkena dampak terparah dari gempa tersebut adalah Pundong dan Imogiri. Sejarah Bantul memang tak bisa dilepaskan dari sejarah Yogyakarta sebagai kota perjuangan dan sejarah perjuangan Indonesia pada umumnya. Bantul menyimpan banyak kisah kepahlawanan, seperti perlawanan Pangeran Mangkubumi di Ambarketawang, upaya pertahanan Sultan Agung di Pleret, dan perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong. Kisah perjuangan pionir penerbangan Indonesia yaitu Adisucipto, pesawat yang ditumpanginya jatuh ditembak Belanda di Desa Ngoto. Sebuah peristiwa penting yang dicatat dalam sejarah adalah Perang Gerilya melawan pasukan Belanda. Saat itu, pasukan Indonesia berada di bawah kepemimpinan Jenderal Sudirman (1948) dan mereka banyak bergerak di sekitar wilayah Bantul. Wilayah ini pula yang menjadi basis, "Serangan Oemoem 1 Maret" (1949) yang dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Tolok awal pembentukan wilayah Kabupaten Bantul adalah perjuangan gigih Pangeran Diponegoro melawan penjajah bermarkas di Selarong sejak tahun 1825 hingga 1830. Seusai meredam perjuangan Diponegoro, Pemerintah Hindia Belanda kemudian membentuk komisi khusus untuk menangani daerah Vortenlanden. Komisi tersebut bertugas menangani pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung Kidul. Kontrak kasunanan Surakarta dengan Yogyakarta dilakukan baik dalam hal pembagian wilayah maupun pembayaran ongkos perang, penyerahan pemimpin pemberontak, dan pembentukan wilayah administratif. Pemerintah Hindia Belanda dan sultan Yogyakarta pada tanggal 26 dan 31 Maret 1831 mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administratif baru dalam kasultanan disertai penetapan jabatan kepala wilayahnya. Saat itu Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Bantulkarang untuk kawasan selatan, Denggung untuk kawasan utara, dan Kalasan untuk kawasan timur. Menindaklanjuti pembagian wilayah baru Kasultanan Yogyakarta, tanggal 20 Juli 1831 atau Rabu Kliwon 10 Sapar tahun Dal 1759 (Jawa) secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya dikenal bernama Bantulkarang tersebut di atas. Seorang nayaka Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro kemudian dipercaya Sri Sultan Hamengkubuwono V untuk memangku jabatan sebagai bupati Bantul. Berdasarkan peristiwa tersebut, tanggal 20 Juli setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul. Selain itu, tanggal 20 Juli juga memiliki nilai simbol kepahlawanan dan kekeramatan bagi masyarakat Bantul mengingat Perang Diponegoro dikobarkan tanggal 20 Juli 1825. Pada masa pendudukan Jepang, pemerintahan berdasarkan pada Usamu Seirei nomor 13 sedangkan stadsgemente ordonantie dihapus. Kabupaten memiliki hak mengelola rumah tangga sendiri (otonom). Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintahan ditangani oleh Komite Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No 1 tahun 1945. Akan tetapi, Yogyakarta dan Surakarta undang-undang tersebut tidak diberlakukan hingga dikeluarkannya UU Pokok Pemerintah Daerah No 22 tahun 1948. dan selanjutnya mengacu UU Nomor 15 tahun 1950 yang isinya pembentukan Pemerintahan Daerah Otonom di seluruh Indonesia. Pusaka dan Identitas Daerah Tombak Kiai Agnya Murni berasal dari kata agnya berarti perintah atau pemerintahan dan murni adalah suci/bersih. Sehingga dengan tegaknya pusaka itu membawa pesan ditegakkannya nilai kehidupan berperadaban sebagai pilar utama membangun pemerintahan yang bersih. Tombak pusaka Kiai Agnya-murni mengisyaratkan pamoring kawula Gusti. Dalam khazanah Jawa, dikenal istilah budaya berpamor agama. Sehingga dalam dimensi vertikal memiliki makna pasrah diri dan tunduk patuh insan ke haribaan Sang Khalik. Dalam dimensi horizontal mengisyaratkan luluhnya pemimpin dengan rakyat. Tombak pusaka ini diberikan oleh sultan Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Peringatan Hari Jadi ke-169 Kabupaten Bantul, Kamis 20 Juli 2007. Tombak ini memiliki dapur Pleret, yang mengisyaratkan Kabupaten Bantul agar mengingat keberadaan Pleret sebagai historic landmark yang menandai titik awal pembaruan pemerintahan Mataram Sultan Agungan yang cikal bakalnya berada di Kerta Wonokromo. Tombak yang memiliki pamor wos wutah wengkon (melimpahnya kemakmuran bagi seluruh rakyat), dapat eksis bila ditegakkan pada landeyan (dasar) kayu walikukun. Landeyan itu simbul keluhuran budaya berbasis ilmu berintikan keteguhan iman. Geografi Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44′ 04″ – 08° 00′ 27″ Lintang Selatan dan 110° 12′ 34″ – 110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten adalah Bantul 508,85 Km2, berarti 15,90% dari luas Daerah Istimewa Yogyakarta. Batas Wilayah Kabupaten Bantul berbatasan dengan beberapa wilayah berikut: Topografi Topografi sebagai dataran rendah 40% dan lebih dari separuhnya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari: Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah). Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %). Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%). Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek. Kabupaten Bantul dialiri 6 Sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 km2. Yaitu: Sungai Oyo: 35,75 km Sungai Opak: 19,00 km Sungai Code: 7,00 km Sungai Winongo: 18,75 km Sungai Bedog: 9,50 km Sungai Progo: 24,00 km Iklim dan Cuaca Menurut klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kabupaten Bantul memiliki iklim muson tropis (Am). Sama seperti kabupaten lain di Indonesia, musim hujan di Bantul dimulai bulan November hingga April dan musim hujan ini dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat yang bersifat lembab dan basah. Sementara itu, musim kemarau yang diakibatkan oleh angin muson tenggara–timur yang bersifat kering dan dingin berlangsung pada bulan Mei hingga Oktober. Curah hujan di Bantul adalah 1942 mm per tahun dengan hari hujan berkisar antara 100–130 hari hujan, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Januari dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata berkisar pada 22° hingga 31° derajat Celsius. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kapanewon Penduduk Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020, jumlah penduduk kabupaten Bantul sebanyak 954.706 jiwa. Penduduk tersebut dengan wilayah terbanyak ada di Kapanewon Banguntapan berjumlah 113.298 jiwa, dan paling sedikit berada di Kapanewon Srandakan berjumlah 31.082 jiwa. Mayoritas mata pencaharian penduduk di bidang pertanian (25 %), perdagangan (21 %), industri (19 %) dan jasa (17 %). Transportasi Kabupaten Bantul dilintasi oleh Jalan Nasional sebagai jalan arteria primer, di antaranya Jalan Pantai Selatan melewati Kapanewon Srandakan, Sanden, dan Kretek. Jalan Nasional lintas tengah dan selatan Jawa penghubung Kota Yogyakarta melewati Jalan Bantul segmen utara, Jalan Lingkar Timur Kota Bantul, Jalan Bakulan, serta Jalan Parangtritis segmen selatan. Dan juga Jalan Nasional lintas selatan–tengah Jawa penghubung Kota Yogyakarta dengan Jakarta/Bandung di kawasan Jalan Wates segmen Sedayu, serta sebagian segmen Jalan Nasional di lingkar luar Yogyakarta. Untuk jalan daerah istimewa di antaranya Jalan Srandakan, Jalan Bantul segmen selatan, Jalan Parangtritis segmen utara, Jalan Wonosari segmen Banguntapan dan Piyungan, Jalan Imogiri Timur, Jalan Imogiri Barat, dan Jalan Lingkar Luar Selatan Sedayu–Pandak–Bantul–Imogiri–Jetis–Pleret–Banguntapan. Jalur perkeretaapian di Bantul sudah dibangun sejak zaman kolonial Belanda. Jalur kereta api di Bantul terdiri atas jalur utama lintas selatan dan tengah Jawa di Kapanewon Sedayu dengan Stasiun Rewulu (hanya digunakan untuk angkutan BBM Pertamina), serta jalur rel kereta mati yang direncanakan akan dihidupkan kembali antara Yogyakarta–Bantul–Brosot dengan stasiun di Madukismo, Cepit, Bantul Kota, Palbapang, dan Srandakan, dan juga jalur mati Yogyakarta–Kotagede–Pleret–Pundong. Pada Januari 2021, mulai dibangun sebuah jembatan Jembatan Kretek 2 di wilayah Kecamatan Kretek. Jembatan yang menghubungkan antara Kalurahan Parangtritis dan Kalurahan Tirtohargo di Kecamatan Kretek ini berdiri di atas Sungai Opak. Jembatan ini memiliki panjang keseluruhan 2,6 kilometer dengan panjang jembatan utama sepanjang 554 meter dan lebar 24 meter, dibangun untuk mengkoneksikan Jalan Lintas Selatan (JLS) Jawa yang merupakan bagian dari Jalur Pantai Selatan (Pansela) di Kabupaten Bantul. Jembatan ini rampung pada tahun 2023 dan diresmikan pada 2 Juni 2023 oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Pariwisata Wisata Pantai Kabupaten Bantul memang terkenal akan wisata pantainya yang indah dan sangat luas, contohnya Pantai Parangtritis, Pantai Parangtritis merupakan objek wisata yang paling terkenal di Kabupaten Bantul. Selain itu terdapat beberapa objek wisata pantai seperti : Pantai Parangendog Pantai Parangtritis Pantai Parangkusumo Pantai Cemara Sewu Pantai Depok Pantai Samas Pantai Pandansimo Pantai Goa Cemara Pantai Kuwaru Pantai Baru Pantai Pandansari Gumuk Pasir Parangkusumo Wisata Alam Objek wisata alam di Kabupaten Bantul memang sangat populer di kalangan wisatawan saat ini, karena wisata alamnya menawarkan keindahan yang jarang ditemui di tempat lain. Wisata alam di Kabupaten Bantul terdiri dari goa, air terjun, hutan pinus, bukit dan lain-lain. Beberapa objek wisata alam diantaranya : Gua Selarong Gua Cerme Curug Pulosari Curug Banyunibo Air Terjun Randusari Air Terjun Tuwondo Air Terjun Kedung Pengilon Air Terjun Kedung Tolok Grojogan Lepo Bukit Bego Gardu Pandang Lemah Rubuh Hutan Pinus Mangunan Hutan Pinus Pengger Hutan Pinus Asri Hutan Pinus Sari Seribu Batu Songgo Langit Kebun Buah Mangunan Puncak Pinus Becici Bukit Lintang Sewu Bukit Pangguk Kediwung Jurang Tembelan Kanigoro Tebing Watu Mabur Tebing Watu Amben Watu Goyang Pintu Langit Dahromo Bukit Bintang Taman Glugut Wisata Religi/Sejarah Selain wisata pantai dan wisata alam, Kabupaten Bantul juga memiliki wisata religi dan sejarah. Wisatawan dapat mengunjungi objek wisata religi, wisata religi yang terkenal di Kabupaten Bantul adalah Pemakaman Imogiri. Selain Pemakaman Imogiri, Kabupaten Bantul juga memiliki beberapa wisata religi/sejarah lain dan beberapa museum diantaranya : Masjid Agung Manunggal Bantul Masjid Kauman Pleret Masjid Pathok Negoro Taqwa Wonokromo Masjid Pathok Negoro Nurul Huda Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus History of Java Museum Museum Gumuk Pasir Museum Padepokan Sumber Karahayon Museum Soeharto Museum Tani Jawa Indonesia Museum Purbakala Pleret Museum Rumah Budaya Tembi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Museum Wayang Kekayon Desa Wisata Sementara itu, terdapat berbagai desa wisata di Kabupaten Bantul yang umumnya merupakan desa penghasil kerajinan, kerajinan tersebut juga dapat diperoleh di Pasar Seni Gabusan yang berada di Jalan Parangtritis, Sewon, Bantul. Desa-desa wisata tersebut diantaranya : Desa Wisata Kasongan, di Kasihan (penghasil gerabah) Desa Wisata Pundong, di Pundong (penghasil gerabah) Desa Wisata Pucung, di Imogiri (penghasil kerajinan kulit) Desa Wiaata Gendeng, di Kasihan (penghasil kerajinan kulit, terutama wayang) Desa Wisata Krebet, di Pajangan (penghasil kerajinan kayu, termasuk topeng) Desa Wisata Giriloyo, di Imogiri (penghasil batik) Desa Wisata Wijirejo, di Pandak (penghasil batik, salah satu batik terkenal adalah Batik Bantul) Desa Wisata Manding, di Bantul (penghasil kerajinan kulit untuk barang sehari-hari, contohnya tas, jaket, sandal dan sebagainya) Perayaan (Event) Kabupaten Bantul memiliki beberapa event, yaitu: Kirab Budaya HUT RI Kirab Budaya HUT Bantul Lomba Pawai Paskibra HUT RI Lomba Pawai Drumband HUT RI Festival Layang-layang Bantul Kirab Budaya Dlingo Bantul Expo Media Massa Terdapat beberapa stasiun radio di Bantul seperti Radio Persatuan 94.2 FM dan lain-lain Olahraga Stadion Stadion Sultan Agung Stadion Sultan Agung atau yang biasa disebut SSA atau Stadion Pacar, stadion ini terletak di Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Stadion Sultan Agung memiliki kapasitas kurang lebih 35.000 penonton. Stadion ini pertama diresmikan oleh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X pada tahun 2007. Stadion Sultan Agung merupakan markas dari klub sepak bola Persiba Bantul (berdiri tahun 1967) dan klub amatir Protaba Bantul. Stadion Dwi Windu Stadion Dwi Windu terletak di Jalan Jendral Sudirman, Kecamatan Bantul, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta atau tepatnya di sisi selatan Masjid Agung Manunggal Bantul. Stadion ini sering digunakan sebagai tempat untuk menggelar event-event tertentu di Kabupaten Bantul. Stadion Dwi Windu juga sering juga digunakan untuk latihan atau pertandingan sepakbola di Kabupaten Bantul. Kesehatan Puskesmas Kabupaten Bantul memiliki beberapa Puskesmas, diantaranya adalah : Puskesmas Srandakan, di Trimurti, Srandakan Puskesmas Sanden, di Murtigading, Sanden Puskesmas Kretek, di Donotirto, Kretek Puskesmas Pundong, di Srihardono, Pundong Puskesmas Bambanglipuro, di Sidomulyo, Bambanglipuro Puskesmas Pandak 1, di Wijirerjo, Pandak Puskesmas Pandak 2, di Triharjo, Pandak Puskesmas Bantul 1, Palbapang, Bantul Puskesmas Bantul 2, di Bantul, Bantul Puskesmas Jetis 1, di Trimulyo, Jetis Puskesmas Jetis 2, di Patalan, Jetis Puskesmas Imogiri 1, di Karangtalun, Imogiri Puskesmas Imogiri 2, di Sriharjo, Imogiri Puskesmas Dlingo 1, di Terong, Dlingo Puskesmas Dlingo 2, di Dlingo, Dlingo Puskesmas Pleret, di Wonokromo, Pleret Puskesmas Piyungan, di Srimulyo, Piyungan Puskesmas Banguntapan 1, di Baturetno, Banguntapan Puskesmas Banguntapan 2, di Tamanan, Banguntapan Puskesmas Banguntapan 3, di Rejowinangun, Kotagede Puskesmas Sewon 1, di Timbulharjo, Sewon Puskesmas Sewon 2, di Bangunharjo, Sewon Puskesmas Kasihan 1, di Bangunjiwo, Kasihan Puskesmas Kasihan 2, di Tirtonirmolo, Kasihan Puskesmas Pajangan, di Sendangsari, Pajangan Puskesmas Sedayu 1, di Argomulyo, Sedayu Puskesmas Sedayu 2, di Argorejo, Sedayu Rumah sakit RSUD Panembahan Senopati, di Bantul RSPAU Hardjolukito di, Banguntapan RSK Paru Respira di, Bantul RS PKU Muhammadiyah Bantul, di Bantul RSKB Ringroad Selatan, di Sewon RS Griya Mahardika, di Sewon RS Patmasuri di, Sewon RS Rajawali Citra, di Banguntapan RS Permata Husada, di Pleret RS Santa Elisabeth, di Bambanglipuro RS Nur Hidayah, di Jetis RS Rachma Husada, di Jetis RSKIA Umi Khasanah, di Bantul RS Universitas Islam Indonesia, di Pandak Kuliner Khas Kabupaten Bantul memiliki makanan khas, yaitu: Geplak Gudeg Manggar Sate Klathak Miedes (Bakmi Pedes) Bakmi Pentil Bakmi Letheg Tolpit Peyek Undur-Undur Peyek Tumpuk Oseng-oseng Mercon Karangan Wedang Uwuh Seni dan Budaya Kesenian Sholawat Montro Sholawat Montro adalah kesenian religius dari Kabupaten Bantul. Kesenian ini pertama kali ditemukan di Kauman, Pleret dan diciptakan oleh Kanjeng Pangeran Yudhonegoro, atau menantu dari Sultan Hamengkubuwono VIII. Kesenian ini berisi sekelompok penampil dan pengiring musik yang semuanya laki-laki, mereka menyanyikan puji-pujian kepada Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW dengan cara nembang, diiringi musik tradisional gamelan dan terbangan. Jathilan Diponegaran Jathilan Diponegaran adalah salah satu kesenian tradisional yang menjadi ikon Kabupaten Bantul. Kesenian ini mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro saat perang. Penarinya terdiri dari seorang pria yang menjadi Pangeran Diponegoro dan beberapa wanita yang membawa keris yang menjadi pasukannya. Reog Wayang Reog Wayang juga merupakan kesenian tradisional khas Kabupaten Bantul. Reog Wayang adalah kesenian tari yang dimainkan oleh beberapa orang yang berkostum dan memerankan tokoh dalam cerita pewayangan. Reog Wayang biasanya dimainkan oleh 20 lebih penari, dengan mengangkat tema kisah-kisah pewayangan. Pek Bung Pek Bung adalah kesenian yang seluruh alat musiknya berasal dari bambu. Nama tersebut berasal dari bambu yang dipukul dan berbunyi "pek", serta ban karet yang dipasang di tembikar (bahasa Jawa: klenthing) dan berbunyi "bung". Motif Batik Batik Ceplok Kembang Kates Batik Ceplok Kembang Kates merupakan motif batik yang identik dengan Kabupaten Bantul. Motif ini menggunakan ide dasar tanaman kates atau pepaya, motif utamanya biji dan bunga, dengan motif tambahan putik, terdapat isen-isen cecek dan sawut. Warna yang diterapkan pada motif ini merah, hijau, dan biru. Makna simbolik Ceplok Kembang Kates sebagai simbol semangat mempertahankan bangsa, negara, dan kesejahteraan masyarakat. Batik Gringsing Batik Grigsing adalah salah satu motif batik khas Kabupaten Bantul. Motif batik Gringsing berupa bulatan-bulatan kecil seperti sisik ikan yang saling bersinggungan. Warna asli batik Gringsing adalah sogan, tetapi sekarang menggunakan warna-warna lain seperti merah, hijau, kuning atau lainnya. Makna simbolik dari motif Gringsing adalah doa atau harapan agar terhindar dari pengaruh buruk dan kehampaan. Julukan Kota Geplak Kabupaten Bantul memiliki kuliner khas dan legendaris yaitu Geplak. Geplak terbuat dari parutan kelapa dan gula pasir atau gula jawa, rasanya yang manis membuat masyarakat dan wisatawan yang berkunjung suka akan makanan ini. Industri Geplak umumnya dapat ditemui di seluruh penjuru Kabupaten Bantul. Geplak juga dapat ditemui di pasar-pasar tradisional di Kabupaten Bantul dan sering juga dijadikan oleh-oleh jika berkunjung ke Kabupaten Bantul. Kota Gerabah Kabupaten Bantul memiliki daerah tujuan wisata yaitu Kasongan. Kasongan merupakan daerah industri gerabah terbesar di Kabupaten Bantul. Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci, pot, hiasan dinding, meja, kursi dan lain-lain. Hasil kerajinan tersebut telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Sahara van Java Kabupaten Bantul memang layak dijuluki sebagai Sahara van Java, karena di Bantul terdapat objek wisata yang cukup terkenal yaitu Gumuk Pasir Parangkusumo. Tak jauh dari Gumuk Pasir Parangkusumo terdapat Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo, kedua pantai ini memiliki pasir berwarna hitam yang mirip seperti gurun pasir, hal ini yang menambah kesan Bantul memang layak dijuluki Sahara van Java. Gumuk Pasir ini sangat istimewa dan langka, karena hanya ada sedikit di dunia. Karena tempatnyanya yang mirip Gurun Sahara di Afrika maka Kabupaten Bantul dijuluki Sahara van Java atau Saharanya Pulau Jawa. Pendidikan Kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan dan Institut Ilmu Al-Qur'an (IIQ) An-Nur terletak di kabupaten ini. Beberapa perguruan tinggi lain juga melakukan pembangunan kampusnya di wilayah Kabupaten Bantul, antara lain Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta. Dan adapula kampus dibawah naungan Kementerian Perindustrian yaitu Politeknik ATK yang terdapat di Jalan Ringroad Selatan untuk Kampus 2 dan di Jalan Ateka untuk Kampus 1. Bahasa Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Yogya-Solo merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kabupaten Bantul. Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kabupaten Bantul. Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Bantul adalah bahasa Indonesia. Tokoh terkenal Muhammad Rian Ardianto (pebulu tangkis) Pangeran Diponegoro Ronaldo Kwateh Arif Dwi Pangestu (pemanah) Soeharto (mantan Presiden Indonesia) Mohamad Sobary (budayawan dan kolumnis) Lasiyah Soetanto (mantan Menteri Negara Peranan Wanita Indonesia) Aprilia Yuswandari (pebulu tangkis) Yati Pesek Lihat pula Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Bantul Referensi Pranala luar Kabupaten Bantul Bantul Bantul DAS Opak
4152
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sleman
Kabupaten Sleman
Sleman (; ) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ibu kotanya adalah kapanewon Sleman. Sleman dikenal sebagai asal buah salak pondoh. Geografi Kabupaten ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Klaten) di utara dan timur, Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul, dan Kota Yogyakarta di selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di barat. Pusat pemerintahan di Kapanewon Sleman, yang berada di jalur utama antara Yogyakarta–Semarang. Topografi Bagian utara kabupaten ini merupakan pegunungan, dengan puncaknya Gunung Merapi di perbatasan dengan Jawa Tengah, salah satu gunung berapi aktif yang paling berbahaya di Pulau Jawa. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur. Di antara sungai-sungai besar yang melintasi kabupaten ini adalah Kali Progo (membatasi Kabupaten Sleman dengan Kabupaten Kulon Progo), kali Code, kali Kuning, kali Opak dan Kali Tapus. Sejarah Etimologi Terdapat beberapa perbedaan mengenai asal usul nama Sleman: Versi pertama menyebutkan kata Sleman berasal dari kata Saliman, kata Liman sendiri berarti gajah dalam Bahasa Jawa. Nama tersebut muncul setelah ditemukannya sebuah patung gajah beserta dua anaknya yang di tempat yang kini menjadi Lapangan Denggung. Konon gajah itu merupakan tunggangan Sultan Hadiwijaya, penguasa Kesultanan Pajang. Versi lain menyebutkan bahwa kata Saliman sudah lama tercatat di Kakawin Ramayana, yang ditulis pada masa kepemimpinan Sri Maharaja Rakai Pikatan era kerajaan Mataram Kuno. Dalam Kakawin Ramayana, saliman adalah kata yang merujuk pada pohon Randu alas (bombax ceiba). Secara harfiah, arti kata saliman adalah api, namun pada masa tersebut pohon randu alas sering dilambangkan dengan api. Hal itu karena ketika berbunga, daun randu alas akan gugur semua dan digantikan oleh bunga yang berwarna merah seperti api. Sejarah Keberadaan Kabupaten Sleman dapat dilacak pada Rijksblad no. 11 Tahun 1916 tanggal 15 Mei 1916 yang membagi wilayah Kasultanan Yogyakarta dalam 3 Kabupaten, yakni Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (yang kemudian disebut Sleman), dengan seorang bupati sebagai kepala wilayahnya. Dalam Rijksblad tersebut juga disebutkan bahwa kabupaten Sulaiman terdiri dari 4 distrik yakni: Distrik Mlati (terdiri 5 onderdistrik dan 46 kalurahan), Distrik Klegoeng (terdiri 6 onderdistrik dan 52 kalurahan), Distrik Joemeneng (terdiri 6 onderdistrik dan 58 kalurahan), Distrik Godean (terdiri 8 onderdistrik dan 55 kalurahan). Sedangkan Dalam peta vorstenlanden yang dirilis oleh pemerintah Hindia Belanda pada sensus penduduk tahun 1930, Kabupaten Sleman ditulis sebagai Kabupaten Kota Yogyakarta dan terbagi dalam tiga kawedanan, yakni Sleman, Mlati dan Kalasan. Berdasarkan Peraturan Daerah no.12 Tahun 1998, tanggal 15 Mei tahun 1916 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadi Kabupaten Sleman. Menurut Almanak, hari tersebut tepat pada Hari Senin Kliwon, Tanggal 12 Rejeb Tahun Je 1846 Wuku Wayang. Berdasar pada perhitungan tahun Masehi, Hari Jadi Kabupaten Sleman ditandai dengan surya sengkala "Rasa Manunggal Hanggatra Negara" yang memiliki sifat bilangan Rasa=6, Manunggal=1, Hanggatra=9, Negara=1, sehingga terbaca tahun 1916. Sengkalan tersebut, walaupun melambangkan tahun, memiliki makna yang jelas bagi masyarakat Jawa, yakni dengan rasa persatuan membentuk negara. Sedangkan dari perhitungan tahun Jawa diperoleh candra sengkala "Anggana Catur Salira Tunggal". Anggana=6, Catur=4, Salira=8, Tunggal=1. Dengan demikian dari candra sengkala tersebut terbaca tahun 1846. Beberapa tahun kemudian Kabupaten Sleman sempat diturunkan statusnya menjadi distrik di bawah wilayah Kabupaten Yogyakarta. Dan baru pada tanggal 8 April 1945, Sri Sultan Hamengkubuwono IX melakukan penataan kembali wilayah Kasultanan Yogyakarta melalui Jogjakarta Koorei angka 2 (dua). Penataan ini menempatkan Sleman pada status semula, sebagai wilayah Kabupaten dengan Kanjeng Raden Tumenggung Pringgodiningrat sebagai bupati. Pada masa itu, wilayah Sleman membawahi 17 Kapenewon/Kecamatan (Son) yang terdiri dari 258 Kalurahan (Ku). Ibu kota kabupaten berada di wilayah utara, yang saat ini dikenal sebagai desa Triharjo. Melalui Maklumat Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 5 tahun 1948 tentang perubahan daerah-daerah kelurahan, maka 258 kelurahan di Kabupaten Sleman saling menggabungkan diri hingga menjadi 86 kelurahan/desa. Kelurahan/desa tersebut membawahi 1.212 padukuhan. Pusaka dan Identitas Daerah Kabupaten Sleman memiliki tombak "Kyai Turunsih Tangguh Ngayogyakarto", pemberian dari Raja Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Sabtu Kliwon 15 Mei 1999 (Tanggal Jawa, 29 Sapar 1932 Ehe). Penyerahan Pusaka tersebut kepada Bupati Sleman, dikawal 2 bergada prajurit Kraton Yogyakarta yakni Bregada Ketanggung berbendera Cakraswandana dan Bregada Mantrijero berbendera Purnamasidi. Pusaka itu dibawa seorang abdi Keraton Yogyakarta, KRT Pringgohadi Seputra. Tombak Kyai Turunsih memiliki dhapur (pangkal) cekel beluluk Ngayogyakarta dan pamor beras wutah (wos wutah) wengkon. Pamor pusaka itu sesuai kondisi Sleman sebagai gudang berasnya Daerah Istimewa Yogyakarta. Tombak tersebut memiliki panjang sepanjang kurang lebih 270 cm dan pangkal sepanjang 49 cm. Menurut Sri Sultan Hamengkubuwono X, Tombak Kyai Turunsih mengisyaratkan laku ambeg paramarta, dijiwai olah rasa kasih sayang, yang mencakup wilayah se-Kabupaten Sleman sebagaimana sebuah keluarga besar yang harmonis, mulat sarira sesuai hari jadinya 'Anggana Catur Sarira Tunggal' yang terbaca tahun 1846 Jawa. Candra Sengkala tersebut mengemukakan sikap kearifan tradisional di empat penjuru yang manunggal pada jiwa kesatuan, yang menjadi unsur kasepuhannya. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kapanéwon Ekonomi Sleman merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada tahun 2020, tercatat produk domestik regional bruto (PDRB) lapangan usaha atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp 45,83 triliun. Perekonomian Sleman mayoritas ditopang melalui sektor pengolahan, yakni mencapai Rp 6,16 triliun (13,4%) dan sektor konstruksi yang mencapai Rp 5,04 triliun (10,99%) dari total PDRB. Pasar tradisional tersebar di seluruh kapanewon di Sleman. Pusat perekonomian Sleman justru bukan berada di Kota Sleman. Kota Sleman difokuskan sebagai wilayah kerja pemerintahan kabupaten. Pusat perekonomian Sleman berada di wilayah yang menjadi kota satelit dari Kota Yogyakarta, seperti Depok, Mlati, Gamping, dan Ngaglik. Sebagian pasar modern yang menggunakan nama "Yogyakarta" juga berada di Sleman, seperti Plaza Ambarrukmo, Hartono Mall Yogyakarta, Jogja City Mall, dan Sleman City Hall. Demografi Pada tahun 2021, jumlah penduduk kabupaten Sleman adalah 1.125.804 jiwa, dengan kepadatan mencapai 2.076,32 per km2 nya. Kapanewon Depok menjadi wilayah dengan jumlah penduduk paling tinggi di Sleman, yakni 131.005 jiwa. Hal tersebut sangat wajar mengingat kapanewon Depok merupakan bagian dari kota satelit Kota Yogyakarta. Sedangkan kapanewon Cangkringan menjadi wilayah dengan jumlah penduduk paling rendah di Sleman, yakni 31.131 jiwa. Kabupaten Sleman bersama dengan kota Yogyakarta dan kabupaten Bantul tergabung dalam wilayah penyangga urban bernama Kartamantul, yang merupakan akronim dari Yogyakarta, Sleman, dan Bantul. wilayah Sleman yang masuk dalam aglomerasi Kartamantul berada di Kapanewon Depok, Mlati, Gamping dan Ngaglik. Dengan luas wilayah 1.114,15 km², wilayah aglomerasi Kartamantul memiliki total jumlah penduduk lebih dari 2.4 juta jiwa. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Surat Keputusan Gubernur No.163/KEP/2017 menyatakan pembentukan sekretariat bersama Kartamantul, dengan tujuan untuk mempermudah sinergi kerjasama antar ketiga wilayah dalam hal sampah, pengolahan limbah, drainase, jalan, transportasi, dan air bersih. Agama Islam merupakan agama mayoritas yang dianut masyarakat kabupaten Sleman dengan persentase 90,48%, dengan jumlah penganut Kristen yang relatif signifikan (Katolik 6,39% dan Protestan 2,35%). Sebagian kecil lagi adalah pemeluk agama Hindu yakni 0,10%, Buddha 0,03% dan agama Lainnya 0,006%, termasuk Konghucu yang memiliki persentase 0,004%. Sleman pernah menjadi basis keagamaan Hindu dan Buddha pada masa Kerajaan Mataram Kuno, hal ini dibuktikan dengan adanya temuan beberapa candi di sekitar Kalasan, Prambanan, Ngemplak dan Berbah. Sleman juga memiliki peran penting dalam penyebaran agama Islam di era Mataram Baru, khususnya setelah dibagi ke dalam wilayah Yogyakarta. Beberapa masjid Pathok Negoro milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berada di Sleman, seperti masjid Pathok Negoro Mlangi di Gamping dan masjid Pathok Negoro Plosokuning di Ngaglik. Transportasi Kabupaten Sleman dilintasi jalur antarprovinsi yang menghubungkan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Jawa Tengah. Ruas jalan lingkar dalam kota Yogyakarta juga melewati kabupaten ini. Hal tersebut membuat banyak angkutan umum, angkutan kota dan angkutan antarkota dari Kota Yogyakarta dan Kota Magelang melewati Sleman. Berikut adalah terminal yang ada di Sleman: Terminal Jombor Terminal Sleman Terminal Condong Catur Trans Jogja Trans Jogja adalah moda transportasi bus rapid transit yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, terkhusus kawasan aglomerasi Kartamantul. Beberapa tempat di Sleman menjadi titik awal keberangkatan bus Trans Jogja, seperti: Shelter Terminal Prambanan yang menjadi titik awal keberangkatan trayek 1A atau Koridor 3 (Prambanan-Malioboro); Shelter Bandara Adisutjipto yang menjadi titik keberangkatan awal trayek 1A Pakem (Adisutjipto-Jangkang-Pakem), (1B (Adisutjipto-Kantor Pos Besar) dan 3A (Adisutjipto-Ngabean-Giwangan); Shelter Terminal Condong Catur yang menjadi titik keberangkatan trayek Koridor 1 (Condongcatur-UGM-Pakem), 2A atau Koridor 2 (Condongcatur-Jombor-Malioboro) dan 2B (Condongcatur-Ngabean-Jombor); Shelter Terminal Jombor yang menjadi titik keberangkatan trayek 5A (Jombor-Babarsari), 5B (Jombor-Kridosono), dan 8 (Jombor-Jogokaryan); Shelter Gamping yang menjadi titik keberangkatan trayek 6A (Gamping-Ngabean-Madukismo), 6B (Gamping-Madukismo-Ngabean), dan 10 (Gamping-SGM). Angkutan kereta api Stasiun Maguwo di Kapanéwon Depok merupakan satu-satunya stasiun kereta api di Sleman yang masih melayani layanan kereta api penumpang. Terletak di jalur utama selatan dan tengah Pulau Jawa, Stasiun Maguwo hanya melayani komuter Commuter Line Yogyakarta. Ada pula Stasiun Patukan yang berada di Kapanéwon Gamping, namun hanya melayani persilangan dan persusulan antar kereta api. Dulu juga ada stasiun, namun di nonaktifkan. Berikut adalah stasiun nonaktif: Stasiun Sleman Stasiun Tempel Stasiun Beran Stasiun Medari Stasiun Kutu Halte Kricak Stasiun Kalasan Angkutan udara Kabupaten ini terdapat Bandar Udara Internasional Adisutjipto, namun sejak ada Bandar Udara Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Bandara ini jadi Lanud Militer hingga saat ini. Pariwisata Tempat wisata Candi Prambanan Candi Kalasan Candi Ratu Boko Candi Ijo Candi Banyunibo Candi Gebang Candi Barong Candi Sambisari Candi Bubrah Monumen Yogya Kembali Museum Affandi Museum Dapur Tradisional Museum Gunung Merapi Museum Ullen Sentalu Kaliurang Kuliner khas Sleman memiliki banyak makanan dan minuman khas daerah. Jadah tempe adalah makanan khas Sleman yang merupakan gabungan dari dua jenis makanan yaitu jadah yang merupakan olahan dari ketan dan tempe ataupun tahu. Baik tempe atau tahunya biasanya diolah dengan cara dibacem. Di masyarakat umum, jadah lebih dikenal dengan nama gemblong. Jadah tempe banyak ditemui di daerah Kaliurang. Sedangkan di Sleman bagian barat, terdapat sentra industri keripik belut yang terletak di Kapanewon Godean. Keripik belut mulai dikembangkan oleh masyarakat Godean sejak dekade 1980-an dan berkembang hingga saat ini. Godean juga memiliki sentra kuliner keripik belut yang terletak tak jauh dari pasar Godean. Ayam goreng Kalasan juga menjadi salah satu makanan utama khas sleman. Ayam goreng Kalasan memiliki cita rasa yang berbeda dikarenakan memakai bumbu yang sederhana dengan cara diungkep. Selain itu, kremes atau remahan rennyah yang terbuat dari tepung kanji juga menjadi salah satu daya tarik dari ayam goreng Kalasan. Pusat kuliner ayam goreng Kalasan berada di Dusun Bendan, Kalurahan Tirtomartani, yang terletak di pinggir jalan raya Yogyakarta-Surakarta. Kuliner ini sudah menjadi franchise restoran di Seluruh Indonesia. Flora dan Fauna Salak pondoh Tanaman ini dipilih menjadi flora identitas Kabupaten Sleman karena merupakan jenis tanaman Salak khas di wilayah Sleman dan telah menjadi kebanggaan masyarakat Sleman. Awalnya, Partodiredjo, seorang Jogoboyo desa pada Kapanewon Tempel, pada tahun 1917 menerima kenang-kenangan empat butir biji salak dari seorang warga negara Belanda yang akan kembali ke negerinya karena masa tugasnya telah berakhir. Biji salak yang kemudian ditanam dan dibudidayakannya dengan baik ternyata menghasilkan buah yang manis dan tidak sepat, tidak seperti buah Salak yang selama itu dikenalnya. Pada tahun 1948-an tanaman Salak tersebut kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Muhadiwinarto (putra Partodiredjo) warga Sokobinangun, Merdikorejo, Tempel. Karena kelebihannya dalam hal rasa, tanaman salak tersebut cepat berkembang pesat penyebarannya. Burung punglor Di wilayah Sleman, burung yang bersuara merdu ini berhabitat kebun Salak Jawa. Dengan makanan utama cacing tanah dan kumbang (uret). Punglor merupakan predator bagi hama tanaman Salak Jawa. Namun, keberadaannya semakin berkurang seiring berkurangnya habitat kebun Salak Jawa. Masyarakat lebih banyak memilih menanam salak pondoh. Pendidikan Empat dari lima perguruan tinggi negeri Yogyakarta berada di Sleman, yakni Universitas Gajah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta, dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Menariknya, instansi perguruan tinggi tetap menggunakan nama "Yogyakarta" dalam hal surat-menyurat dan tugas akhir, meskipun berada di wilayah Sleman. Pendidikan tinggi Universitas Universitas Mahakarya Asia (Unmaha) Universitas Gajah Mada Universitas Negeri Yogyakarta Universitas Atma Jaya Yogyakarta Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta Universitas Islam Indonesia Universitas Sanata Dharma Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta Universitas Proklamasi 45 Universitas Kristen Immanuel Universitas Respati Yogyakarta Universitas Teknologi Yogyakarta Universitas AMIKOM Yogyakarta Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta Institut Institut Pertanian STIPER Institut Pertanian Yogyakarta Institut Teknologi Nasional Yogyakarta Sekolah tinggi Sekolah Tinggi Bahasa Asing Lembaga Indonesia-Amerika Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (Akademi Administrasi Notokusumo) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Bank Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Mitra Indonesia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata API (Akademi Pariwisata Indonesia) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Solusi Bisnis Indonesia Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (Yayasan Keluarga Pahlawan Negara) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Guna Bangsa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Husada Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN Sekolah Tinggi Pariwisata AMPTA Sekolah Tinggi MultiMedia "MMTC" Bahasa Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Jogja-Surakarta merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kabupaten Sleman. Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kabupaten Sleman. Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Sleman adalah bahasa Indonesia. Seni budaya Sleman sebagai salah satu bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta tentunya memiliki kebudayaan daerah yang beragam. Beberapa seni, budaya dan tradisi yang berasal dari Sleman antara lain: Tari Badui Tari Peksi Eka Kapti Jathilan Batik Slemanan (Sinom Parijotho) Saparan Merti Dusun Wiwitan Bregada Rakyat Bregada rakyat berbeda dengan prajurit bregada yang ada di dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Bregada rakyat dibentuk oleh masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, sebagai wujud rasa cinta mereka kepada bregada keraton. Bregada rakyat juga dapat ditemui di Sleman. Biasanya bregada ini dimiliki oleh paguyuban warga di suatu pedukuhan, dan biasanya akan ditampilkan dalam beberapa acara desa yang bertajuk budaya. Beberapa bregada rakyat dari Sleman, seperti bregada Manunggaling Kawula dari kapanewon Berbah, bregada Pager Bumi dari kapanewon Turi, dan bregada Wira Manggala dari kapanewon Gamping. Bregada-bregada ini juga menjadi daya tarik wisata di Sleman. Olahraga Sleman memiliki fasilitas olahraga berupa dua stadion, satu berada di Maguwoharjo dan satu lagi berada di kota Sleman, yakni Stadion Tridadi. Stadion Maguwoharjo dipersiapkan untuk pergelaran sepak bola nasional maupun internasional. stadion tersebut sama-sama menjadi markas klub sepak bola PSS Sleman. PSS Sleman merupakan klub sepak bola yang berdiri pada tanggal 20 Mei 1976 semasa periode kepemimpinan Bupati Drs. KRT. Suyoto Projosuyoto. Kini, PSS Sleman merupakan salah satu peserta kompetisi tertinggi dalam pergelaran sepak bola Indonesia, yakni Liga 1 Indonesia. Tokoh terkenal Seto Nurdiantoro, pesepak bola Nasional Mbah Maridjan, Juru Kunci Merapi Mubyarto, ekonom Indonesia Doni Tata Pradita, pembalap Indonesia Muchdi Purwoprandjono, Komandan Jendral Kopassus Wifqi Windarto, pebulu tangkis Nasional Wahidin Soedirohoesodo, Pahlawan Nasional Indonesia M. Arief Budiman, Ilmuwan Sayuti Melik, pengetik Naskah Proklamasi Kemerdekaan RI Eross Candra, musisi, personil Sheila On 7 Akhdiyat Duta Modjo, musisi, personil Sheila On 7 Muhammad Awal Purbani, musisi, personil Seventeen Affandi, Maestro Seni Lukis Indonesia Amien Rais, politikus senior Shani Indira Natio, musisi, personil JKT48 Referensi Lihat pula Lembaga Ombudsman Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta Pranala luar Sleman Sleman DAS Opak
4153
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Yogyakarta
Kota Yogyakarta
Kota Yogyakarta (, , atau dikenal oleh masyarakat setempat dengan sebutan nama Yogya atau Jogja) adalah ibu kota daerah istimewa sekaligus pusat pemerintahan dan perekonomian dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kota ini adalah kota besar yang mempertahankan konsep tradisional dan budaya Jawa. Salah satu kemantren di Yogyakarta, yaitu Kotagede pernah menjadi pusat Kesultanan Mataram antara kurun tahun 1575–1640. Kini, Yogyakarta menjadi tempat tinggal dua penerus Mataram, yakni Sultan Hamengkubuwana dan Adipati Paku Alam, yang berada di Keraton Ngayogyakarta dan Pura Pakualaman. Etimologi Nama Yogyakarta terambil dari dua kata, yaitu Ayogya atau Ayodhya yang berarti "kedamaian" (atau tanpa perang, a "tidak", yogya merujuk pada yodya atau yudha, yang berarti "perang"), dan Karta yang berarti "baik". Ayodhya merupakan kota yang bersejarah di India di mana wiracarita Ramayana terjadi. Tapak keraton Yogyakarta sendiri menurut babad (misalnya Babad Giyanti) dan leluri (riwayat oral) telah berupa sebuah dalem yang bernama Dalem Gerjiwati; lalu dinamakan ulang oleh Sunan Pakubuwana II sebagai Dalem Ayogya. Pusaka dan Identitas Daerah Pusaka Daerah Tombak Kyai Wijoyo Mukti Tombak Kyai Wijoyo Mukti merupakan pusaka pemberian Raja Kraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Tombak ini dibuat tahun 1921 semasa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VIII. Senjata yang sering dipergunakan para prajurit ini mempunyai panjang 3 meter. Tombak dengan pamor wos wutah wengkon dengan dhapur kudhuping gambir ini, landeannya sepanjang 2,5 meter terbuat dari kayu walikun, yakni jenis kayu yang sudah lazim digunakan untuk gagang tombak dan sudah teruji kekerasan dan keliatannya. Sebelumnya tombak ini disimpan di bangsal Pracimosono dan sebelum diserahkan terlebih dahulu dijamasi oleh KRT. Hastono Negoro, di dalem Yudonegaran. Pemberian nama Wijoyo Mukti baru dilakukan bebarapa hari menjelang upacara penyerahan ke Pemkot Yogyakarta, pada peringatan hari ulang tahun ke-53 Pemerintah Kota Yogyakarta tanggal 7 Juni 2000. Upacara penyerahan dilakukan di halaman Balaikota dan pusaka ini dikawal khusus oleh prajurit Kraton ”Bregodo Prajurit Mantrijero”. Tombak Kyai Wijoyo Mukti melambangkan kondisi Wijoyo Wijayanti. Artinya, kemenangan sejati pada masa depan, di mana seluruh lapisan masyarakat dapat merasakan kesenangan lahir batin karena tercapainya tingkat kesejahteraan yang benar-benar merata. Identitas Daerah Sesuai dengan Keputusan Wali Kotamadya Yogyakarta Nomor 2 tahun 1998, pemerintah kota Yogyakarta menetapkan kelapa gading dan tekukur biasa sebagai flora dan fauna resmi kota Yogyakarta. Penetapan tersebut dilakukan dalam rangka menumbuhkan kebanggaan dan maskot daerah. Kelapa Gading Keberadaan pohon kelapa gading begitu melekat pada kehidupan masyarakat kota Yogyakarta. Kelapa gading dikenal sebagai tanaman raja serta mempunyai nilai filosofis dan budaya yang sangat tinggi, sebagai kelengkapan pada upacara tradisional/religius, mempunyai makna simbolis dan berguna sebagai obat tradisional. Tekukur Burung tekukur (Streptopelia chinensis) adalah jenis burung merpati kecil yang mempunyai paruh, berekor agak panjang, berdarah panas, dan bereproduksi dengan cara bertelur. Burung ini termasuk ke dalam genus streptopelia dari famili Columbidae. Tekukur yang memiliki suara merdu dan tubuh yang indah diyakini mampu memberikan suasana kedamaian bagi yang mendengar. Tekukur juga menjadi kesayangan para pangeran di lingkungan keraton. Sejarah Masa awal Berdirinya kota Yogyakarta tidak lepas dari Perjanjian Giyanti pada Tanggal 13 Februari 1755 yang ditandatangani Kompeni Belanda di bawah tanda tangan Gubernur Nicholas Hartingh atas nama Gubernur Jenderal Jacob Mossel. Perjanjian tersebut berisi tentang pembagian wilayah Kesultanan Mataram, dimana wilayah Mataram bagian timur masih menjadi milik Kasunanan Surakarta Hadiningrat yang kala itu dipimpin oleh Susuhunan Pakubuwana III, dan bagian barat menjadi hak Pangeran Mangkubumi. Wilayah tersebut dibatasi oleh Sungai Opak. Pangeran Mangkubumi pun diakui menjadi Raja pada wilayah tersebut dengan Gelar Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senopati Ing Ngalaga Abdul Rahman Sayidin Panatagama Khalifatullah. Pangeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengkubuwana I segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama "Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat", sebulan setelah penandatanganan Perjanjian Giyanti. Pangeran Mangkubumi memilih wilayah Hutan Beringin (Pabringan), dimana pada wilayah tersebut terdapat sebuah desa bernama Pacethokan dan Pesanggrahan Gerjiwati (Garjitawati) yang dibuat oleh Susuhunan Pakubuwana II. Pangeran Mangkubumi pun mengubah nama wilayah tersebut menjadi Ayodya. Setelah perubahan nama tersebut, Pangeran Mangkubumi segera memerintahkan kepada rakyat untuk membabat hutan tersebut agar dapat didirikan keraton. Calon keraton baru tersebut terletak di suatu kawasan di antara Kali Winongo dan Kali Code. Lokasi tersebut dinilai strategis dari sisi pertanahan dan keamanan. Sebelum pembangunan keraton selesai, pemerintahan sementara dipusatkan di daerah Gamping, tepatnya di Pesanggrahan Ambarketawang. Pada tanggal 7 Oktober 1756, bangunan keraton selesai dibangun, sekaligus menjadi tanggal pemindahan pusat pemerintahan dari Gamping ke keraton baru, yang kelak bernama Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Peristiwa pemindahan pusat pemerintahan Kesultanan Yogyakarta tersebut diperingati sebagai hari ulang tahun Kota Yogyakarta, sampai saat ini. Hari jadi tersebut diwujudkan pula dengan surya sengkala Dwi Naga Rasa Tunggal, yang memiliki nilai tahun 1756 Masehi. bermakna tentang kesatuan kegotong-royongan, serta kewibawaan, kesaktian, dan kesucian seorang raja atau pemimpin, dan sebagai tolak bala serta keyakinan akan keselamatan, ketenteraman, dan harapan pencapaian kemakmuran sebuah kerajaan yang dibangun, Sengkalan tersebut juga ditandai dengan adanya sengkalan memet berbentuk relief dua ekor ular naga yang kini masih ada di Regol Gadhung Mlathi Keraton Yogyakarta. Masa Hindia Belanda dan Inggris Ketika pemerintah Belanda datang menguasai Nusantara, wilayah Kesultanan Yogyakarta dijadikan keresidenan dengan ibu kota di Kabupaten Kota Kasultanan, maka dibuat kesepakatan birokrasi antara Belanda dengan Keraton. Dari keputusan tersebut, muncul Residen dan Patih untuk menjembatani birokrasi antara pihak Belanda dengan pihak Keraton. Fungsinya adalah sebagaimana kedutaan besar sekarang. Di antara keduanya, perlu menguasai bahasa Jawa dan Belanda. Danureja I dipilih sebagai Patih pertama untuk tugas di Pemerintahan Hindia-Belanda dan J.M. van Rhijn sebagai Residen pertama untuk Yogyakarta. Posisi Residen disini setara dengan Patih, di mana ia harus mengabdi kepada raja. Residen memiliki loyalitas ganda kepada kompeni dan kepada rajanya, sebagaimana fungsi kerja Patih di Jawa. Residen Yogyakarta bertempat tinggal di Gedung Residen yang terletak di sisi barat Benteng Vredeburg, di mana kini dikenal sebagai Gedung Agung. Kasultanan Yogyakarta diakui oleh Pemerintah Hindia Belanda (termasuk pula Kabupaten Kasultanan) sebagai kerajaan dengan hak mengatur rumah tangga sendiri. Pemerintahan tersebut diatur kontrak politik yang dilakukan pada tahun 1877, 1921, dan 1940. Selain itu, wilayah Kasultanan (yang kemudian terbagi menjadi Kasultanan dan Pakualaman pada tahun 1811) juga dimasukkan ke dalam sebuah wilayah otonomi vorstenlanden oleh Hindia Belanda, Bersama dengan Kasunanan dan Mangkunegaran di Surakarta. Tahun 1811, Inggris menaklukkan Hindia Belanda. Di masa ini terjadi peristiwa Geger Sepoy, di mana pasukan Inggris dibantu dengan pasukan Sepoy dari India dan beberapa pasukan dari Mangkunegaran menyerang Keraton. Hasilnya, Pada tahun 1813, wilayah Yogyakarta kembali terpecah. Kali ini, berdiri sebuah kadipaten bernama Kadipaten Pakualaman yang didirikan oleh Pangeran Notokusumo yang diangkat oleh Inggris. Notokusumo sendiri adalah adik dari Sultan Hamengkubuwana II, dan kemudian bergelar Adipati Paku Alam I. Ia mendapatkan tanah dari Kesultanan meliputi sebuah kemantren di dalam kota Yogyakarta, berada di antara Kali Code dan Kali Manunggal. Di tanah tersebut kemudian didirikan istana Pura Pakualaman (sekarang menjadi wilayah kemantren Pakualaman). Inggris juga mengangkat Tan Jin Sing, kapitan Tionghoa yang berasal dari Kedu, sebagai Bupati Nayaka dalam Kabupaten Kota Yogyakarta dengan gelar KRT. Secodiningrat. Yogyakarta juga menjadi pusat perkembangan kebangkitan nasional. Berlakunya politik etis di Hindia Belanda pada awal abad ke-20 memunculkan tokoh-tokoh terpelajar yang berpengaruh terhadap pergerakan nasional saat itu. Mereka menjadikan Yogyakarta sebagai basis kegiatan tersebut. Salah satunya dengan diselenggarakannya kongres nasional Boedi Oetomo yang pertama pada tanggal 3-5 Oktober 1908 di gedung sekolah Kweekschool yang terletak di sekitar Jetis (kini menjadi gedung SMA Negeri 11 Yogyakarta). Selain itu, berdiri pula organisasi Muhammadiyah yang dibentuk oleh KH Ahmad Dahlan, penghulu Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada tahun 1912, yang bergerak dalam bidang sosial dan pendidikan Islam. Masa Pendudukan Jepang Pendudukan Jepang di Yogyakarta berlangsung sejak tanggal 6 Maret 1942. Mereka menempati gedung-gedung pemerintah yang semula ditempati pemerintah Belanda. Pendudukan tentara Jepang atas Kota Yogyakarta berjalan sangat lancar tanpa ada perlawanan. Pemerintah Jepang memberlakukan UU nomor 1 tahun 1942 bahwa kedudukan pimpinan daerah tetap diakui tetapi berada di bawah pengawasan Kooti Zium Kyoku Tjokan (Gubernur Jepang) yang berkantor di Gedung Tjokan Kantai (Gedung Agung). Pusat kekuatan tentara Jepang ditempatkan di Kotabaru dan di Benteng Vredeburg. Masa Kemerdekaan Yogyakarta menjadi ibu kota Indonesia pada tahun 1946 hingga 1948, dilatarbelakangi oleh situasi keamanan ibu kota Jakarta (saat itu masih disebut Batavia) yang memburuk dengan terjadinya saling serang antara kelompok pro-kemerdekaan dan kelompok pro-Belanda. Alhasil, Presiden Soekarno memberikan perintah rahasia kepada Balai Yasa Manggarai untuk segera menyiapkan rangkaian kereta api demi menyelamatkan para petinggi negara. Pada tanggal 3 Januari 1946 diputuskan bahwa Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Hatta beserta beberapa menteri/staf dan keluarganya meninggalkan Jakarta dan pindah ke Yogyakarta sekaligus pula memindahkan ibu kota. Yogyakarta juga menjadi tempat terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949, serangan mempertahankan kemerdekaan yang dipimpin langsung oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX saat itu. Pada tahun 1947, terbit Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1947 pasal I yang menyatakan status Kota Praja Yogyakarta. Pasal tersebut menyebutkan bahwa Kabupaten Kota Yogyakarta yang meliputi wilayah Kasultanan dan Pakualaman serta beberapa daerah dari Kabupaten Bantul yang sekarang menjadi Kecamatan Kotagede dan Umbulharjo ditetapkan sebagai daerah yang berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tanggal ditetapkannya undang-undang ini diperingati sebagai hari jadi pemerintahan Kota Yogyakarta setiap tahunnya. Untuk melaksanakan otonomi tersebut, pemerintah mengangkat M. Enoch sebagai wali kota pertama. Pada awalnya, wali kota mengalami kesulitan karena wilayah tersebut masih merupakan bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan statusnya belum dilepas. Hal itu semakin nyata dengan adanya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1948 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Daerah, di mana Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai Tingkat I dan Kotapraja Yogyakarta sebagai Tingkat II yang menjadi bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Masa setelah Kemerdekaan Di era wali kota Mr. Soedarisman Poerwokoesoemo, Yogyakarta memiliki Badan Pemerintah Harian dan Badan Legislatif yang bernama DPR-GR dengan anggota 25 orang, di mana badan tersebut dipimpin pula oleh wali kota. DPRD Kota Yogyakarta baru dibentuk pada tanggal 5 Mei 1958 dengan anggota 20 orang sebagai hasil Pemilu 1955. Dengan kembali ke UUD 1945 melalui Dekret Presiden 5 Juli 1959, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 diganti dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Undang-undang tersebut mengatur pemisahan tugas Kepala Daerah dan DPRD, serta pembentukan Wakil Kepala Daerah dan badan Pemerintah Harian. sebutan Kota Praja Yogyakarta diganti dengan Kotamadya Yogyakarta. Masa kini pada tahun 1999, terbitlah Undang-undang nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang mengatur kewenangan Daerah menyelenggarakan otonomi daerah secara luas, nyata dan bertanggung jawab. Dengan berlakunya undang-undang tersebut, sebutan untuk Kotamadya Daerah Tingkat II Yogyakarta diubah menjadi Kota Yogyakarta, sedangkan untuk pemerintahannya disebut denan Pemerintahan Kota Yogyakarta dengan Wali kota Yogyakarta sebagai Kepala Daerahnya. Geografi Letak Kota Yogyakarta dilalui oleh tiga sungai, yaitu Sungai Winongo, Sungai Gajahwong dan Sungai Code. Sungai Winongo berada di bagian barat Kota Yogyakarta, sedangkan Sungai Gajahwong berada di bagian timur. Sementara Sungai Code berada di tengah Kota Yogyakarta. Keberadaan Sungai Code membelah Kota Yogyakarta menjadi dua bagian. Kota ini terletak pada jarak 600 KM dari Jakarta, 116 KM dari Semarang, dan 65 KM dari Surakarta, pada jalur persimpangan Bandung–Semarang–Surabaya–Pacitan. Kota ini memiliki ketinggian sekitar 112 m dpl. Meski terletak di lembah, kota ini jarang mengalami banjir karena sistem drainase yang tertata rapi yang dibangun oleh pemerintah kolonial, ditambah dengan giatnya penambahan saluran air yang dikerjakan oleh Pemkot Yogyakarta. Tata Ruang Kota Sejak awal berdirinya, Yogyakarta telah memiliki penataan kota yang cukup baik. Arah perkembangan kota didasarkan pada Garis Imajiner Yogyakarta, yang membentang dari arah utara menuju ke selatan, satu garis lurus dengan keraton. Disini dibangun beberapa fasilitas umum seperti pasar, kantor pemerintahan, dan perkampungan abdi dalem yang dibedakan menjadi perkampungan jeron beteng (di dalam benteng baluwarti) dan jaba beteng (di luar benteng baluwarti). Kedatangan Belanda di Yogyakarta turut mewarnai penataan kota. Belanda membangun Benteng Rustenburg di sisi timur laut keraton pada 1767 (kemudian dikenal dengan Benteng Vredeburg), dilanjutkan dengan membangun beberapa fasilitas seperti gedung Nederlandsch-Indische Levensverzekeringen en Lijfrente Maatschappij atau NILLMIJ (kini menjadi gedung Bank BNI), gedung Post, Telegraaf en Telefoonkantoor (kini menjadi Kantor Pos Besar Yogyakarta), gedung De Javasche Bank (kini menjadi gedung Bank Indonesia Yogyakarta), dan Gedung Residen Yogyakarta (kini menjadi Istana Kepresidenan Gedung Agung) di sekitar garis imajiner tersebut. Belanda juga mengatur beberapa pemukiman untuk masyarakat non-pribumi pada masa itu. Etnis Eropa tinggal di wilayah bernama loji kecil dan Bintaran yang terletak di sebelah timur benteng. Etnis Cina tinggal di kampung Ketandan yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono III. Perkampungan Ketandan terletak di sisi utara Pasar Besar (Pasar Beringharjo). Sedangkan etnis Arab tinggal di kampung Sayidan yang terletak di barat Sungai Code, di dekat Gondomanan. Berkembangnya penduduk etnis Eropa di Yogyakarta membuat Belanda kembali membangun kawasan permukiman Eropa atas izin Sri Sultan Hamengkubuwono VII di timur Sungai Code, dekat Gondolayu. Pembangunan dimulai pada tahun 1917 dan selesai pada tahun 1922, di mana wilayah tersebut diberi nama Nieuwe Wijk. Pembangunan kawasan ini mengusung konsep kota taman (garden city) seperti halnya kawasan Menteng di Jakarta. Pada masa sekarang, kawasan tersebut menjadi wilayah dari kelurahan Kotabaru di kemantren Gondokusuman, serta menjadi kawasan cagar budaya. Kini, segala perencanaan penataan ruang kota dituangkan dalam Rencana Strategis yang disusun oleh Dinas Pertanahan dan Tata Ruang kota. Biasanya rencana-rencana strategis ini disusun untuk tiga bahkan lima tahun. Batas Wilayah Kota Yogyakarta telah terintegrasi dengan sejumlah kawasan di sekitarnya, sehingga batas-batas administrasi sudah tidak terlalu menonjol. Meski begitu, Pemerintah kota Yogyakarta tetap membangun beberapa gapura batas kota dan memasang papan penanda batas wilayah kota Yogyakarta di perbatasan. Terdapat dua gapura kota Yogyakarta, yakni di Jalan Magelang (sisi utara) dan Jalan Adisucipto (sisi timur). Sedangkan di beberapa titik perbatasan dipasang papan penanda bertuliskan "Batas Wilayah Kota Yogyakarta", serta lampu berbentuk wayang dengan tulisan "Jogja Berhati Nyaman". Adapun batas-batas administratif Yogyakarta adalah: Iklim & Cuaca Kota Yogyakarta memiliki iklim yang sama dengan wilayah lain di Indonesia yaitu beriklim tropis, dengan tipe iklim muson tropis (Am). Angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin menyebabkan musim kemarau di wilayah Kota Yogyakarta dan angin muson ini berlangsung pada periode Mei hingga Oktober. Sementara itu, angin muson barat–barat daya yang bersifat lembap dan membawa banyak uap air menyebabkan musim penghujan di wilayah Kota Yogyakarta dan angin muson ini bertiup pada periode November hingga April. Rata-rata curah hujan di wilayah Kota Yogyakarta adalah ±2012 milimeter per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100–150 hari hujan per tahunnya. Tingkat kelembapan rata-rata per tahun di wilayah ini adalah ±77%. Pemerintahan Wali Kota Wali Kota Yogyakarta () adalah pemimpin tertinggi di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. Wali kota Yogyakarta bertanggungjawab kepada Gubernur Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat ini, wali kota atau kepala daerah yang menjabat di kota Yogyakarta adalah Singgih Raharjo, yang ditunjuk menjadi pelaksana tugas wali kota Yogyakarta sejak 22 Mei 2023, menggantikan penjabat wali kota sebelumnya, Sumadi. Sedangkan jabatan wakil wali kota dikosongkan hingga Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024. Dewan Perwakilan Yogyakarta menjadi salah satu kota pertama di Indonesia yang menyelenggarakan pemilihan umum untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tingkat kotapraja. Pemilihan umum tersebut berlangsung sejak 16 Juli hingga 24 Desember 1951. Kemantren Ekonomi Kota Yogyakarta mengandalkan sektor industri, perdagangan, dan jasa, khususnya dalam bidang pariwisata. Seiring dengan pesatnya perkembangan Kota Yogyakarta, perubahan struktur perekonomian menjadi hal yang alami. Beberapa sektor ekonomi terus meningkat kontribusinya terhadap perekonomian daerah dan sektor-sektor lain terlihat mengalami penurunan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Yogyakarta memiliki beberapa sentra industri menengah, kebanyakan dari mereka memproduksi barang yang masih ada kaitannya dengan kebudayaan Yogyakarta. Seperti industri pembuatan blangkon gaya Yogyakarta di Mantrijeron, industri perak di Kotagede, dan industri batik gaya Yogyakarta di Ngasem. Meski begitu, Yogyakarta juga memiliki sentra industri modern, seperti CV Karya Hidup Sentosa produsen alat-alat pertanian, yang memiliki pabrik di Jalan Magelang, Kelurahan Karangwaru, Kemantren Tegalrejo. Di sektor perdagangan, Yogyakarta memiliki beberapa pasar tradisional yang tersebar di beberapa kemantren, dengan Pasar Beringharjo sebagai pasar terbesar. Beberapa pasar besar lainnya, seperti Pasar Kranggan, Pasar Legi Kotagede, Pasar Sentul, dan Pasar Giwangan. Pasar tradisional di Yogyakarta tidak hanya menjual bahan pokok, melainkan juga menjual beberapa barang bekas atau barang antik. Salah satu pasar barang bekas dan antik di Yogyakarta adalah Pasar Klithikan Pakuncen yang terletak di Kelurahan Pakuncen, Wirobrajan. Selain itu terdapat pula kawasan-kawasan perdagangan di Kawasan Malioboro dan Jalan Urip Sumoharjo. Sedangkan pasar modern yang berdiri di Kota Yogyakarta antara lain Plaza Malioboro, Galeria Mall, Lippo Plaza Jogja, Ramai Mall, Ramayana, Gardena, Toko Progo, dan Mirota Kampus. Pesatnya perkembangan pariwisata membuat kota Yogyakarta memiliki banyak hotel, losmen dan home stay. Peningkatan pembangunan hotel di Yogyakarta mulai berlangsung sejak era 2010-an. Biasanya pembangunan hotel di Yogyakarta berfokus di kawasan-kawasan wisata, seperti Malioboro, Pasar Kembang, dan Prawirotaman. Beberapa hotel yang berada di kota Yogyakarta, antara lain Hotel Tentrem Yogyakarta (bintang 5, Jetis), Hotel Meliá Purosani Yogyakarta (bintang 5, Suryatmajan), Hotel Grand Inna Malioboro (bintang 4, Malioboro), Hotel Phoenix Yogyakarta (bintang 4, Jalan Jenderal Sudirman), KHAS Hotel Tugu Yogyakarta (bintang 3, Jalan Pangeran Diponegoro) dan lain sebagainya. Demografi Kependudukan Jumlah penduduk Kota Yogyakarta, berdasar Sensus Penduduk 2010., berjumlah 388.088 jiwa, dengan proporsi laki-laki dan perempuan yang hampir setara. Sementara tahun 2021 jumlah penduduk kota ini bertambah menjadi 415.509 jiwa dengan kepadatan 12.784 jiwa/km². Penduduk kota Yogyakarta termasuk dalam 10,18% dari total penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika dibandingkan dengan kota lain di Indonesia, kota Yogyakarta menjadi kota terpadat ke-6 di Indonesia, dengan luas wilayah terkecil ke-6, dan populasi terbanyak ke-38 dari 93 kota otonom dan 5 kota administratif di Indonesia. Kepadatan penduduk tertinggi di kota Yogyakarta terdapat di Kemantren Ngampilan dengan kepadatan 18.729 jiwa/km², sedangkan kepadatan penduduk terendah terdapat di Kemantren Umbulharjo dengan kepadatan 8.395 jiwa/km². Kota satelit Yogyakarta memiliki wilayah penyangga urban bernama Kartamantul, yang merupakan akronim dari Yogyakarta, Sleman, dan Bantul dengan wilayah utama berada di Kapanewon Depok, Mlati, Gamping dan Ngaglik di Kabupaten Sleman dan Kapanewon Sewon, Banguntapan dan Kasihan di Kabupaten Bantul. Dengan luas wilayah 1.114,15 km², wilayah metropolitan Yogyakarta memiliki total jumlah penduduk lebih dari 2.4 juta jiwa. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Surat Keputusan Gubernur No.163/KEP/2017 menyatakan pembentukan sekretariat bersama Kartamantul, dengan tujuan untuk mempermudah sinergi kerjasama antar ketiga wilayah dalam hal sampah, pengolahan limbah, drainase, jalan, transportasi, dan air bersih. Agama Islam adalah agama mayoritas yang dianut masyarakat Kota Yogyakarta 83,40%, dengan jumlah penganut Kristen yang relatif signifikan (Katolik 9,89% dan Protestan 6,30%). Sebagian kecil lagi adalah pemeluk agama Buddha yakni 0,28%, Hindu 0,12% dan Konghucu 0,01%. Seperti kebanyakan dari Islam kebanyakan di kota-kota pedalaman Jawa, mayoritas masih mempertahankan tradisi Kejawen yang cukup kuat. Sejak awal berdirinya, Yogyakarta sudah menjadi kota majemuk yang dihuni oleh beberapa etnis dan agama. Tercatat beberapa tempat ibadah yang sudah berdiri sejak dahulu, seperti Masjid Gede Kauman, Masjid Syuhada, Masjid Mataram Kotagede, Gereja HKBP, Gereja Kotabaru, Kelenteng Tjen Ling Kiong, dan Kelenteng Fuk Ling Miau. Yogyakarta juga menjadi tempat lahirnya salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1912 di Kauman, Ngupasan, Gondomanan, Yogyakarta. Hingga saat ini, Pengurus Pusat Muhammadiyah masih tetap berkantor pusat di Yogyakarta. Bahasa Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Jogja-Surakarta merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kota Yogyakarta. Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kota Yogyakarta. Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kota Yogyakarta adalah bahasa Indonesia. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2021 menetapkan Bahasa Jawa menjadi bahasa resmi Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk Kota Yogyakarta. Budaya Kota Yogyakarta menjadi salah satu pusat pelestarian Budaya Jawa, khususnya gaya Yogyakarta. Budaya Jawa gaya Yogyakarta memiliki ciri khas tersendiri dibandingkan dengan gaya kebudayaan Jawa di daerah lainnya. Hal ini dikarenakan keberadaan Kesultanan Yogyakarta yang memilih untuk mempertahankan budaya Jawa murni yang telah ada sejak masa Kesultanan Mataram pada Perjanjian Jatisari. Tarian Tarian khas Yogyakarta berkembang dari dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Pura Pakualaman, di mana kedua keraton memiliki beberapa tarian Srimpi dan Bedaya sesuai dengan pakem masing-masing. Salah satu tarian yang dikenal oleh masyarakat adalah tari Beksan Lawung Ageng. Beksan Lawung Ageng adalah salah satu tarian pusaka Keraton Yogyakarta yang diciptakan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I, dan biasanya dipentaskan pada ritual kenegaraan. Tarian ini menggambarkan adu ketangkasan prajurit bertombak. Batik Batik gaya Yogyakarta memiliki ciri khas pada warna dasaran atau latar belakang putih atau hitam. Batik Yogyakarta juga dapat dilihat dari seret atau bagian putih di pinggir kain batik . Adapun motif batik yang berkembang di Yogyakarta, seperti motif Parang dan Kawung. Pakaian adat Surjan adalah salah satu pakaian adat Yogyakarta yang dikenakan untuk kegiatan sehari-hari. Masyarakat Yogyakarta biasanya melengkapi pakaian Surjan dengan mengenakan penutup kepala yang disebut Blangkon. Blangkon gaya Yogyakarta memiliki ciri khas berupa mondolan (tonjolan di belakang) yang membulat. Mondolan tersebut pada awalnya adalah rambut masyarakat yang digulung ke dalam, mengingat pada saat itu masyarakat sekitar Keraton Yogyakarta masih memanjangkan rambutnya. Perayaan Perayaan dan upacara adat di kota Yogyakarta biasanya diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dan Pura Pakualaman. Beberapa perayaan tersebut antara lain: Sekaten Sekaten adalah pergelaran rangkaian kegiatan tahunan untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad yang diadakan oleh Keraton Yogyakarta. Rangkaian perayaan secara resmi berlangsung dari tanggal 5 dan berakhir pada tanggal 12 Mulud penanggalan Jawa (dapat disetarakan dengan Rabiul Awal penanggalan Hijriah). Biasanya pergelaran ini dimeriahkan dengan pasar malam, dan dimainkannya gamelan pusaka (miyos gongso) di halaman Masjid Agung. Hajad Dalem Mubeng Beteng Mubeng Beteng atau Tapa Bisu adalah tradisi yang dilakukan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta dan masyarakat dalam menyambut tahun baru Hijriyah. Tradisi ini dilakukan dalam bentuk jalan kaki bersama mengitari Benteng Baluwerti Keraton Yogyakarta pada malam hari sambil membisu sebagai sarana merefleksikan diri dalam keheningan. Tradisi mubeng beteng diilhami dari tradisi Jawa-Islam yang dimulai ketika Kerajaan Mataram yang saat itu beribukota di Kotagede membangun benteng mengelilingi kerajaan atau keraton yang kemudian selesai pada tanggal 1 Suro 1580 Masehi. Setelah itu para prajurit rutin mengelilingi benteng untuk menjaga dari ancaman musuh. Setelah dibangunnya parit, tugas berkeliling digantikan oleh abdi dalem agar tidak terkesan seperti militer. Para abdi berkeliling dengan membisu sambil membacakan doa-doa dalam hati agar mereka diberi keselamatan. Biasanya tradisi ini diawali pada pukul 20.00 dengan serangkaian acara seperti tahlilan, pembagian makanan berkah, tembangan macapat hingga prosesi mubeng beteng dilakukan tepat pukul 00.00 WIB. Grebeg Grebeg atau Garebeg merupakan tradisi yang rutin diselenggarakan oleh masyarakat Jawa untuk memperingati peristiwa penting. Dalam acara grebeg, biasanya dilakukan pembagian gunungan sebagai wujud rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa. Di Yogyakarta, grebeg dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam setahun, yakni pada bulan Rabiul Awal (Maulud), Syawal, dan Dzulhijjah (Besar). pembagian gunungan bertempat di tiga titik, seperti Masjid Gedhe Kauman, Kepatihan, dan Pura Pakualaman. Ganti Dwaja Bregada Jaga Upacara ini diselenggarakan oleh Kadipaten Pakualaman, yang menandai pergantian penjaga Pura Pakualaman. Pura Pakualaman memiliki dua bregada yang masing-masing saling bergiliran pada hari sabtu kliwon setiap bulannya. Sebelumnya upacara ini dilakukan tertutup di kalangan intern Pakualaman, namun saat ini Kadipaten Pakualaman membuat upacara tersebut dapat dinikmati oleh kalangan umum dengan tujuan mendekatkan Pura Pakualaman kepada masyarakat. Garis imajiner kota Yogyakarta memiliki garis imajiner khusus yang menghubungkan antara Gunung Merapi, Keraton Yogyakarta, dan Laut Selatan, di mana hubungan antar ketiga tempat tersebut ditandai dengan Tugu Yogyakarta di bagian utara dan Panggung Krapyak di bagian selatan. Garis imajiner ini menjadi ciri khas Kota Yogyakarta dibandingkan wilayah lain, sekaligus menjadi titik awal perkembangan perkotaan Yogyakarta, di mana Keraton membangun beberapa fasilitas fisik di ruas ini seperti Pasar Beringharjo, Alun-alun Utara, Alun-alun Selatan, dan Masjid Gedhe Kauman. Garis imajiner tersebut dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I ketika membangun Keraton di antara Sungai Code dan Sungai Winongo. Garis imajiner memiliki filosofi tentang hubungan manusia kepada Sang Pencipta. Laut Selatan yang merupakan titik terendah dan Gunung Merapi yang lebih tinggi melambangkan sikap manusia yang semakin dekat dengan Sang Pencipta seiring berjalannya waktu. Budaya populer Kota Yogyakarta menjadi inspirasi bagi Ismail Marzuki untuk menciptakan lagu Sepasang Mata Bola pada tahun 1946. Lagu tersebut mencitrakan suasana senja di Stasiun Yogyakarta. Ada pula lagu Yogyakarta, lagu yang diciptakan oleh Katon Bagaskara pada tahun 1990 dalam album Kedua. Lagu tersebut mencitrakan suasana Yogyakarta yang hangat dan ramah. Beberapa film yang mengangkat tema Yogyakarta antara lain Jagad X Code (2009), Sang Pencerah (2010). Pariwisata Pariwisata merupakan salah satu sektor penting di Kota Yogyakarta. Sejak dahulu, Kota Yogyakarta menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia dan menjadi andalan pariwisata Indonesia, bersama dengan Bali. Pada Januari 2022, tercatat 780.000 wisatawan berkunjung ke Kota Yogyakarta. Wisata sejarah, edukasi dan budaya Posisi Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Kesultanan Yogyakarta menjadikan kota ini memiliki banyak tempat bersejarah yang menjadi objek wisata seperti Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Taman Sari, Malioboro, Alun-alun Selatan, Situs Warungboto, Pura Pakualaman, Benteng Vredeburg, Kawasan Kotabaru, Keraton Kotagede dan lain sebagainya. Yogyakarta juga memiliki beberapa objek wisata edukasi, seperti Taman Pintar, Museum Sonobudoyo, Museum Biologi, Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Sudirman, Museum Perjuangan, dan lain sebagainya. Yogyakarta juga memiliki kebun binatang bernama Kebun Binatang Gembira Loka, yang menjadi sentra wisata edukasi keanekaragaman hayati. Kebun binatang ini memiliki beberapa jenis hewan dan tumbuhan dari berbagai belahan dunia. Kampung wisata Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pariwisata juga memberdayakan beberapa kampung wisata di setiap kemantren di wilayah Kota Yogyakarta. Bahkan, tiap kampung wisata memiliki identitas yang berbeda-beda, seperti kampung wisata di Kelurahan Tahunan yang berfokus kepada wisata industri kreatif, kampung wisata Dipowinatan yang berfokus kepada wisata kebudayaan, dan kampung wisata Kauman yang berfokus pada wisata religi dan sejarah. Festival Sebagai kota pariwisata dan kebudayaan, Yogyakarta memiliki banyak pergelaran festival guna menarik wisatawan, sekaligus menjadi agenda rutin setiap tahunnya. Pergelaran yang rutin digelar di Kota Yogyakarta, seperti : Pasar Kangen Pasar Kangen Yogyakarta adalah agenda rutin tahunan yang digelar oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta. Festival ini diselenggarakan sejak tahun 2007 yang dikemas dengan nuansa klasik tempo dahulu. Jogja Night Carnival Jogja Night Carnival merupakan agenda rutin tahunan yang diselenggarakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun Kota Yogyakarta pada tanggal 7 Oktober. Biasanya pergelaran ini menyajikan aksi karnaval jalanan yang menampilkan tokoh-tokoh wayang dikombinasikan dengan lakon pewayangan dibalut dalam seni koreografi, busana serta musik kontemporer. Selasa Wagen Pergelaran selasa wagen rutin diselenggarakan setiap hari selasa wage dalam penanggalan Jawa di kawasan Malioboro, di mana kawasan Malioboro dijadikan sebagai kawasan bebas kendaraan bermotor mulai dari jam 06.00 pagi hingga jam 21.00 malam. Selama waktu tersebut, diselenggarakan beberapa pementasan kebudayaan Yogyakarta. Dalam mitos Jawa, selasa wage adalah hari di mana manusia beristirahat dari aktivitas sehari-hari. Selasa wage juga menjadi hari Wiyos Dalem atau hari kelahiran Sultan Hamengkubuwana X, raja Kesultanan Yogyakarta sekaligus gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini. Festival Kesenian Yogyakarta Festival Kesenian Yogyakarta (FKY) diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Juni atau Juli setiap tahunnya. Festival ini diselenggarakan sejak tahun 1989, dan melibatkan seluruh kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, termasuk kota Yogyakarta. Di kota Yogyakarta, acara berpusat di Benteng Vredeburg, Jalan Malioboro, Taman Budaya Yogyakarta, Monumen Serangan Umum 1 Maret dan kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Festival Kotagede Festival Kotagede rutin diselenggarakan sejak tahun 1999, dan diadakan untuk pengembangan seni budaya, peningkatan ekonomi masyarakat setempat, dan peningkatan pariwisata yang ada di daerah Kotagede. Festival ini diadakan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan melibatkan dua wilayah yang termasuk dalam kawasan cagar budaya Kotagede, yakni Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Wisata ramah pejalan kaki Yogyakarta juga memiliki beberapa kawasan khusus untuk wisata pejalan kaki. Penataan kawasan wisata khusus pejalan kaki dimulai di jalan Malioboro pada tahun 2016 hingga 2018, kemudian dilanjutkan dengan penataan kawasan khusus pejalan kaki di sekitar Kotabaru dan Jalan Jenderal Sudirman pada 2019 hingga 2021. Julukan Kota Yogyakarta memiliki beberapa julukan, antara lain : Kota Perjuangan Yogyakarta dijuluki sebagai kota perjuangan, karena beberapa peristiwa perjuangan pergerakan nasional Indonesia terjadi di kota ini, seperti Serangan Umum 1 Maret 1949 dan Pertempuran Kotabaru. Kota Pelajar Hampir 20% penduduk produktif kota Yogyakarta adalah pelajar, dan terdapat 137 perguruan tinggi. Kota ini juga diwarnai dinamika pelajar dan mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Kota Gudeg Gudeg adalah makanan khas berbahan nangka muda dari Kota Yogyakarta. Gudeg asli Yogyakarta memiliki citarasa khas berupa rasa manis dan bertekstur kering. Kota Wisata Yogyakarta dijuluki kota wisata karena tingginya angka jumlah wisatawan dari tahun ke tahun, serta memiliki banyak tempat wisata menarik dari sisi sejarah, budaya, dan pendidikan. Kota Murah Meriah Kota Yogyakarta dikenal dengan biaya hidupnya yang murah dibandingkan dengan kota lain di Indonesia. Kota Berhati Nyaman Berhati Nyaman adalah slogan resmi Kota Yogyakarta, yang berasal dari akronim kata BERsih, seHAT, Indah dan NYAMAN. Kota Kedai Kopi Kota Yogyakarta juga terkenal dengan wisata malam angkringan dan kedai kopi, tercatat ribuan kedai kopi ada di kota ini, jumlahnya paling padat se-Indonesia, valuasi nya pun mencapai ratusan milyar per tahun. Kuliner khas Masyarakat Yogyakarta memiliki tradisi pawon anget, yang secara harfiah berarti “dapur hangat”. Filosofi dari tradisi tersebut adalah, kebersamaan di rumah menikmati apa yang ada amat diutamakan. Seorang istri dan ibu tertuntut untuk memasak lebih dari satu menu demi dapat berhimpunnya seluruh anggota keluarga di meja makan. Tradisi ini merupakan perlawanan halus Sultan Hamengkubuwana I terhadap VOC setelah Perjanjian Giyanti. Dari tradisi pawon anget inilah, muncul beberapa kuliner khas Yogyakarta yang ada hingga saat ini. Salah satu kuliner yang sudah akrab di masyarakat umum adalah Gudeg, sajian dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Gudeg biasanya dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tempe, tahu dan sambal goreng krecek. Di Kota Yogyakarta, gudeg dapat dijumpai di setiap sudut kota. Salah satu sentra kuliner gudeg di Yogyakarta adalah Jalan Wijilan, yang masih berada di dalam komplek Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Ada pula Brongkos, makanan berupa sayur kuah hitam berkat keluak yang berisi daging sapi, kacang beras (tolo), tahu, dan tempe, dan Bakpia, kue yang dibuat dari gulungan tepung panggang dengan berbagai isi. Di Kota Yogyakarta, sentra kuliner bakpia terletak di wilayah pasar Pathuk dan Jalan KS Tubun, Kemantren Ngampilan. Makanan khas Kota Yogyakarta yang lainnya, seperti Nasi kucing (nasi porsi kecil dengan sambal, ikan, dan tempe, lalu dibungkus daun pisang), Sate Kere (sate yang dibuat dari gajih sapi), dan lain sebagainya. Sementara minuman yang berasal dari Yogyakarta antara lain Kopi Joss (kopi hitam yang dicampur dengan arang), Wedang Ronde (minuman yang disajikan dengan bola-bola dari tepung ketan), dan lain sebagainya. Angkringan Angkringan adalah sebuah gerobak dorong untuk menjual berbagai macam makanan dan minuman dengan harga yang sangat terjangkau. Di Kota Yogyakarta, angkringan dapat ditemui dengan mudah. Biasanya pedagang angkringan akan membuka dagangannya pada sore hari, dan tutup menjelang dini hari. Transportasi Kota Yogyakarta sangat strategis karena merupakan titik tengah dari lintas selatan menghubungkan Bandung dengan Surabaya beserta lintas tengah Jawa menghubungkan Jakarta dengan Surabaya melalui Purwokerto. Oleh karena itu, angkutan di Yogyakarta cukup memadai untuk memudahkan mobilitas antara kota-kota tersebut. Kota ini mudah dicapai oleh transportasi darat dan udara, sedangkan karena lokasinya yang cukup jauh dari laut (27–30 KM) menyebabkan tiadanya transportasi air di kota ini. Transportasi darat Bus kota Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang tidak mengenal istilah angkutan kota (seperti angkot dengan armada minibus). Transportasi darat di dalam Yogyakarta dilayani oleh sejumlah bus kota. Kota Yogyakarta dahulu memiliki sejumlah jalur bus yang dioperasikan oleh koperasi masing-masing (antara lain Aspada, Kobutri, Kopata dan Puskopkar) yang melayani rute-rute tertentu. Saat ini keberadaan bus kota di Yogyakarta semakin terbatas, hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa permasalahan dalam operasional bus tersebut. Selain itu, diluncurkannya Trans Jogja yang lebih cepat dan nyaman juga menjadi titik awal dari pembatasan bus-bus tersebut. Trans Jogja Sejak Maret 2008, sistem transportasi bus yang baru, bernama Trans Jogja hadir melayani sebagai transportasi massal yang cepat, aman dan nyaman. Trans Jogja merupakan bus 3/4 yang melayani berbagai kawasan di Kota, Sleman dan sebagian Bantul. Hingga saat ini (Tahun 2017), telah ada 17 (tujuh belas) trayek yang melayani berbagai sarana vital di Yogyakarta, yaitu: Trayek 1B, melayani ruas protokol dan kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan, seperti Stasiun Yogyakarta, Malioboro, Istana Kepresidenan Yogyakarta, Kampus UGM. Trayek 2B, melayani kawasan perkantoran Kotabaru dan Sukonandi. Trayek 3A dan Trayek 3B, melayani kawasan selatan, termasuk juga Kampus UGM dan kawasan sejarah Kotagede. Trayek 4A dan Trayek 4B, melayani kawasan pendidikan, seperti Kampus UGM, UII, APMD, UIN Sunan Kalijaga, dan Stasiun Lempuyangan. Trayek 5A dan Trayek 5B, melayani kawasan Jalan Magelang, Kampus UGM dan kawasan Seturan. Trayek 6A dan Trayek 6B, melayani kawasan barat daya, seperti kampus UMY dan Jalan Parangtritis. Trayek 7, melayani kawasan Jalan Wonosari dan Babarsari. Trayek 8, melayani kawasan barat seperti Gamping dan Ringroad Barat. Trayek 9, melayani kawasan sejarah bagian barat seperti Ngabean dan Pojok Beteng. Trayek 10, melayani kawasan Gamping dan Stasiun Lempuyangan. Trayek 11, melayani kawasan Kampus UGM dan Condongcatur. Trayek 13, melayani kawasan wisata dan sejarah seperti Jalan P Mangkubumi, Malioboro, Stasiun Yogyakarta dan Terminal Ngabean, menuju ke Pusat Kuliner Belut di Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman. Layanan ini hanya beroperasi secara terbatas (limited service) pada jam-jam tertentu. Trayek 14, melayani kawasan timur seperti Bandar Udara Adisutjipto, Kalurahan Maguwoharjo, menuju ke Terminal Pakem di Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman. Trayek 15, melayani kawasan selatan seperti Dongkelan, Pojok Beteng Kulon, Tamansari dan Pasar Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta, menuju ke Terminal Palbapang di Kapanewon Bantul, Kabupaten Bantul. Ada pula tiga jaringan trayek yang dikelola oleh kolaborasi PT Anindya Mitra Internasional dan PT Jogja Tugu Trans bersama dengan Kementerian Perhubungan Republik Indonesia melalui jaringan Teman Bus, yaitu: Koridor 1 (K1J) atau Trayek 12, melayani kawasan pendidikan seperti UNY dan UGM, menuju ke Terminal Pakem di Kapanewon Pakem, Kabupaten Sleman. Koridor 2 (K2J) atau Trayek 2A, melayani kawasan perkantoran Kotabaru dan Sukonandi. Koridor 3 (K3J) atau Trayek 1A, melayani ruas protokol dan kawasan pusat perekonomian dan pemerintahan, seperti Stasiun Yogyakarta, Malioboro, Istana Kepresidenan Yogyakarta. Trans Jogja sangat diminati selain karena aman dan nyaman, tarif yang saat ini diterapkan juga terjangkau, yaitu Rp 3.600,- untuk sekali jalan, dengan dua sistem tiket: sekali jalan dan berlangganan. Bagi tiket berlangganan, dikenakan potongan sebesar 50% untuk pelajar dan 15% untuk umum. Taksi Taksi mudah dijumpai di berbagai ruas jalan di Yogyakarta, terutama di ruas protokol dan kawasan pusat ekonomi dan wisata. Ada berbagai perusahaan taksi yang melayani angkutan ini, dari yang berupa sedan hingga minibus. Masa kini, taksi di Yogyakarta terbagi menjadi taksi konvensional dan taksi online. Becak Meski populasinya kian menyusut, becak masih dijadikan alat transportasi andalan di Yogyakarta. Kebanyakan dari mereka dapat ditemui di pusat kota dan kawasan-kawasan wisata. Saat ini mayoritas becak di Yogyakarta merupakan becak bermesin atau biasa disebut dengan "bentor" oleh masyarakat sekitar. Meski begitu masih terdapat pula beberapa becak kayuh khas Yogyakarta. Andong Andong adalah salah satu transportasi tradisional beroda empat yang ditarik oleh kuda. Di masa Sultan Hamengkubuwono VII, andong menjadi kendaraan prestisius di mana hanya kalangan elite dan kerabat keraton saja yang boleh menaiki kendaraan ini. Namun pada masa Sultan Hamengkubuwono VIII, andong mulai digunakan oleh masyarakat umum. Di masa kini, keberadaan andong dapat ditemui di kawasan-kawasan wisata seperti Malioboro, Keraton Yogyakarta, atau Pasar Ngasem. Keunikan andong Yogyakarta adalah sang kusir yang menggunakan pakaian adat jawa. Bus antarkota Bus antarkota tersedia dari dan ke semua kota di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, datang dan berangkat dari Terminal Bus Tipe A Giwangan, yang berada di Jalan Imogiri Timur, Giwangan, berada di tepi Jalan Lingkar Luar Selatan Yogyakarta, di batas wilayah antara Kota Yogyakarta dengan Kabupaten Bantul. Transportasi rel Kota Yogyakarta merupakan pusat dari Daerah Operasi VI Yogyakarta, wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang menaungi perkeretaapian di Daerah Istimewa Yogyakarta, Solo Raya, dan sebagian Purworejo. Kota Yogyakarta dilewati oleh jalur kereta api Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan/lintas selatan dan tengah Jawa. Jalur kereta api yang melewati Kota Yogyakarta telah terelektrifikasi listrik aliran atas sebesar 1.500 V DC, mulai dari Stasiun Yogyakarta hingga Stasiun Palur. Layanan kereta api antarkota maupun aglomerasi di kota ini melayani berbagai tujuan di Pulau Jawa yang menghubungkan Yogyakarta dengan Bandung, Surabaya, serta Malang di jalur selatan Jawa; sedangkan jalur tengah Jawa menghubungkan Yogyakarta dengan Cirebon, Jakarta, dan kereta api aglomerasi menghubungkan Yogyakarta dengan berbagai kota di Jawa Tengah. Terdapat sebanyak kurang lebih 33 kereta api antarkota dan aglomerasi yang melintasi Kota Yogyakarta (dengan sebanyak 112 dari total jadwal perjalanan perharinya). Terdapat 2 stasiun besar di Kota Yogyakarta, yaitu Stasiun Yogyakarta (dikenal sebagai Stasiun Tugu) di Kemantren Gedongtengen merupakan stasiun utama di Daerah Istimewa Yogyakarta, melayani kereta api antarkota lintas selatan beserta tengah Jawa serta aglomerasi di Jawa Tengah–DIY seperti kelas eksekutif dan campuran; sedangkan Stasiun Lempuyangan di Kemantren Danurejan melayani sebagian kereta api antarkota campuran beserta kereta api ekonomi di jalur selatan dan tengah Jawa. Tersedia layanan kereta api lokal yang menghubungkan Kutoarjo dengan Yogyakarta, nama kereta api tersebut bernama Commuter Line Prambanan Ekspres serta untuk penghubung Solo Raya dengan Yogyakarta tersedia Commuter Line Yogyakarta, layanan KRL komuter menggantikan KA Prameks relasi Yogyakarta-Solo Balapan dan dikelola oleh KAI Commuter. Selain itu, tersedia pula KA Bandara YIA, layanan kereta api bagi masyarakat yang ingin bepergian menuju Bandar Udara Internasional Yogyakarta, dengan tujuan akhir Stasiun Yogyakarta International Airport. Yogyakarta juga memiliki beberapa jalur kereta api menuju Stasiun Palbapang, Stasiun Pundong dan Stasiun Magelang Kota bersambung ke Stasiun Ambarawa yang sudah dinonaktifan sejak dekade 1970-an. Salah satu peninggalan jalur kereta api nonaktif di kota Yogyakarta yang masih bisa disaksikan hingga saat ini adalah Stasiun Ngabean yang terletak di komplek Taman Parkir Wisata Ngabean. Transportasi udara Transportasi udara dari dan ke seluruh wilayah DI Yogyakarta sekarang utamanya dilayani oleh Bandara Internasional Yogyakarta atau Yogyakarta International Airport (YIA) terletak di kapanéwon Temon, kabupaten Kulon Progo. Bandara ini merupakan pintu gerbang utama bagi wilayah udara Daerah Istimewa Yogyakarta yang melayani penerbangan domestik maupun internasional menuju Kota Yogyakarta. Sedangkan Bandara Adisucipto yang terletak di Kalurahan Maguwoharjo, Kapanéwon Depok, Kabupaten Sleman masih difungsikan untuk penerbangan jarak pendek menuju Halim Perdana Kusuma Jakarta, Husein Sastranegara Bandung, dan Juanda Surabaya. Kesehatan Rumah sakit Pendidikan Data Pokok Pendidikan (Dapodik) pada tahun ajaran 2022/2023 mencatat 109.217 siswa dan 840 sekolah di Yogyakarta, dengan perincian 210 KB, 221 TK dan RA, 165 SD dan MI, 58 SMP dan MTs, 42 SMA dan MA, 30 SMK, 9 SLB, 36 TPA, 18 PKBM, 182 SPS, serta 1 Sanggar Kegiatan Belajar. Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, karena hampir 20% penduduk produktifnya adalah pelajar. selain itu, 45 dari 137 perguruan tinggi di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berada di kota ini. Perguruan tinggi yang dimiliki oleh pemerintah adalah Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga dan Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta yang secara administratif berada di wilayah Sleman dan Bantul. Beberapa perguruan tinggi lainnya seperti Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Universitas Ahmad Dahlan, Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta, Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Universitas Janabadra, Universitas Teknologi Yogyakarta, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa, Universitas Widya Mataram, Universitas Cokroaminoto Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, Universitas Kristen Duta Wacana, Universitas Sanata Dharma, Universitas Terbuka, Institut Sains & Teknologi AKPRIND, Politeknik LPP Yogyakarta, Akademi Keperawatan Bethesda Yogyakarta dan lainnya. Olahraga Yogyakarta memiliki beberapa fasilitas penunjang dalam bidang keolahragaan. Stadion Kridosono merupakan stadion tertua di kota Yogyakarta yang dibangun pada masa kolonial, bersama dengan Kotabaru. Selain stadion Kridosono, terdapat pula Stadion Mandala Krida yang kini menjadi stadion utama. Stadion ini digunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola pada umumnya, serta beberapa acara seperti drag race dan Sholat Ied. Stadion Mandala Krida memiliki fasilitas yang cukup lengkap setelah renovasi besar-besaran pada 2013 hingga 2019, di mana terdapat penambahan sejumlah fasilitas di komplek stadion, antara lain untuk olahraga panjat tebing, bola voli pasir, sepatu roda, tenis lapangan, balap motor, dan panahan. Tak jauh dari stadion Mandala Krida, tepat di bagian tenggara stadion terdapat GOR Among Rogo, gedung olahraga serbaguna yang sering pula digunakan untuk beberapa kejuaraan olahraga basket dan bulu tangkis. Yogyakarta menjadi cikal bakal Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, organisasi keolahragaan yang mengelola sepak bola di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh Soeratin Sosrosoegondo pada tanggal 19 April 1930 dengan nama awal Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia, di sebuah bangunan yang kini menjadi Monumen Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia. PSIM Yogyakarta PSIM Yogyakarta didirikan pada 5 September 1929. Nama "Mataram" digunakan karena Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan kesultanan Mataram (keraton Ngayogyakarta Hadiningrat). PSIM menjadikan Stadion Mandala Krida sebagai kandang utama. Saat ini, PSIM bertanding di Liga 2 Indonesia bagian tengah. Tokoh penting Beberapa tokoh penting yang berasal dari kota Yogyakarta, antara lain: Pangeran Diponegoro, Pahlawan Nasional Indonesia yang berjuang dalam Perang Jawa. Hamengkubuwana I, raja Kasultanan Yogyakarta ke-1. Hamengkubuwana IX, raja Kasultanan Yogyakarta ke-9, Wakil Presiden ke-2 Republik Indonesia. Paku Alam VIII, adipati Paku Alam ke-8, Pahlawan Nasional Indonesia. KH Ahmad Dahlan, Penghulu Keraton Yogyakarta, Pahlawan Nasional Indonesia, pendiri organisasi Muhammadiyah. Ki Hadjar Dewantara, Pahlawan Nasional Indonesia, mantan menteri Pendidikan Nasional ke-1 di Indonesia, Pendiri Perguruan Taman Siswa. Soerjopranoto, Pahlawan Nasional Indonesia. Soeratin Sosrosoegondo, Pahlawan Nasional Indonesia, pendiri dan ketua umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia yang pertama. Radius Prawiro, ekonom Nasional, mantan Menteri Koordinator Perekonomian pada Kabinet Pembangunan V. Selo Soemardjan, tokoh sosiologi Indonesia. Megawati Soekarnoputri, presiden Republik Indonesia ke-5. Abdul Malik Fadjar, mantan menteri Pendidikan Nasional pada Kabinet Gotong Royong dan mantan menteri Agama pada Kabinet Reformasi Pembangunan. M. Busyro Muqoddas, mantan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia. Hanung Bramantyo, sutradara Nasional. Bagong Kussudiardja, seniman Nasional. Butet Kartaredjasa, seniman Nasional. Djaduk Ferianto, seniman Nasional. Seno Nugroho, seniman dan dalang Nasional. Roro Fitria, aktris Nasional. Kota kembar Gangbuk-gu, Seoul, Baalbek, Referensi Pranala luar BPS Yogyakarta (kota) Yogyakarta, Kota Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta DAS Opak
4154
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Badung
Kabupaten Badung
Badung () adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali, Indonesia. Ibu kota Badung berada di Mangupura, yang sebelumnya ibu kota Badung berada di Kota Denpasar. Daerah Badung meliputi Kuta dan Nusa Dua, objek wisata yang terkenal di Bali. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk Badung sebanyak 526.029 jiwa. Kabupaten Badung saat ini dipimpin oleh seorang Bupati yang saat ini dijabat oleh I Nyoman Giri Prasta, dan sebagai Wakil Bupati yaitu I Ketut Suiasa. Pusat Pemerintahan Kabupaten Badung yang meliputi kantor bupati, kantor DPRD, kantor dinas, gedung kesenian dan perpustakaan kini berlokasi di Pusat Pemerintahan (Puspem) Mangupraja Mandala Kabupaten Badung, di Mangupura. Sejarah Kabupaten Badung dulunya bernama Nambangan sebelum diganti oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan pada akhir abad ke-18. Dengan memiliki keris dan cemeti pusaka, Ia dapat menundukkan Kerajaan Mengwi dan Jembrana hingga tahun 1810, sampai ia akhirnya diganti oleh 2 orang raja berikutnya. Kematiannya seolah sudah diatur oleh penerusnya, barangkali saudaranya, Raja Kesiman, yang kemudian memerintah dan mencapai puncaknya tahun 1829-1863. Kerajaan ini dipengaruhi oleh kekuatan dari luar Bali dan menggantungkan harapan kepada Pemerintah Hindia Belanda pada saat itu. Belanda diijinkan untuk mendirikan tangsi militer di Kuta pada tahun 1826, sebagai balasan atas kerjasama itu, raja mendapatkan hadiah yang sangat indah. Seorang pedagang berkebangsaan Denmark, bernama Mads Johansen Lange yang datang ke Bali pada usia 18 tahun dan memegang peranan sebagai mediator antara Pemerintah Belanda dan kerajaan Badung menulis bahwa raja Badung mendapat bagian yang cukup menarik. Mulai saat itu, Mads Lange yang lahir tahun 1806, dapat meningkatkan hubungan baik dengan raja-raja di Bali. Pada tahun 1856, Mads Lange sakit dan mohon pensiun serta memutuskan untuk kembali ke Denmark, tetapi sayang dia meninggal pada saat kapal yang akan ditumpangi akan berangkat dan akhirnya dikubur di Kuta. Di samping itu, Kuta juga dikenal sebagai tempat di mana Kapten Cornelis de Houtman dengan beberapa pengikutnya berlabuh pada tahun 1557, ketika 20.000 pasukan Bali kembali dari perjalanan mempertahankan Blambangan dari Kesultanan Mataram. Pada tahun 1904, sebuah kapal China berbendera Belanda bernama "Sri Komala" kandas di pantai Sanur. Pihak pemerintah Belanda menuduh masyarakat setempat melucuti, merusak, dan merampas isi kapal dan menuntut kepada raja atas segala kerusakan itu sebesar 3.000 mata uang perak dan menghukum orang-orang yang merusak kapal. Penolakan raja atas tuduhan dan pembayaran kompensasi itu menyebabkan pemerintah Belanda mempersiapkan expedisi militernya yang ke-6 ke Bali pada tanggal 20 September 1906. Tiga batalyon infantri dan 2 batalyon pasukan artileri segera mendarat dan menyerang Kerajaan Badung. Setelah menyerang Badung, Belanda menyerbu kota Denpasar, hingga mencapai pintu gerbang kota, mereka belum mendapatkan perlawanan yang berarti. Namun tiba-tiba mereka disambut oleh sekelompok orang berpakaian serba putih, siap melakukan "perang puputan" (mati berperang sampai titik darah terakhir). Dipimpin oleh raja, para pendeta, pengawal, sanak saudara, laki-laki perempuan menghiasi diri dengan batu permata dan berpakaian perang keluar menuju tengah-tengah medan pertempuran. Puputan dilakukan sesuai ajaran agama Hindu Bali saat itu bahwa tujuan ksatria adalah mati di medan perang sehingga arwah dapat masuk langsung ke surga. Menyerah dan mati dalam pengasingan adalah hal yang paling memalukan. Raja Badung beserta laskarnya yang dengan gagah berani dan tidak kenal menyerah serta memilih melakukan perang puputan akhirnya gugur demi mempertahankan kedaulatan dan kehormatan rakyat Badung. Beberapa hari kemudian, Belanda pun menyerang Tabanan dan Kesiman. Pada tahun 1908, Kerajaan Klungkung juga melakukan puputan dan dengan jatuhnya kerajaan Klungkung maka Belanda menguasai Bali sepenuhnya. Pada tahun 1914, Belanda mengganti pasukan tentara dengan kepolisian sambil melakukan reorganisasi pemerintahan. Beberapa raja dicabuti hak politiknya, tetapi mereka tetap menjaga nilai kebudayaan dan raja pun masih berpengaruh kuat. Kota Denpasar yang terdiri dari 3 kecamatan merupakan bagian dari Kabupaten Badung, sebelum ditetapkan sebagai Kota Madya pada tanggal 27 Februari 1993. Geografi Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Bali. Kabupaten ini terletak membujur dari tengah hingga selatan Pulau Bali. Secara astronomis, wilayah Kabupaten Badung terletak di antara 8°14' hingga 8°50' Lintang Selatan serta 115°5' hingga 115°14' Bujur Timur. Kabupaten Buleleng memiliki luas wilayah sebesar 418,52 km² yang terbagi ke dalam enam kecamatan dengan kecamatan terbesarnya yaitu Kecamatan Petang yang luas wilayahnya adalah 115 km² dan kecamatan terkecilnya yaitu Kecamatan Kuta yang luas wilayahnya sebesar 17,52 km². Batas Wilayah Secara administratif, wilayah Kabupaten Badung berbatasan dengan beberapa wilayah kabupaten/kota di Bali, yaitu: Topografi Secara topografis, wilayah Kabupaten Badung memiliki kontur muka daratan yang beragam. Di wilayah selatan, kontur muka daratan yang dominan adalah dataran rendah hingga wilayah pesisir pantai. Sementara itu, wilayah tengah didominasi oleh dataran rendah yang kemudian diikuti kontur muka daratan perbukitan dan pegunungan di wilayah utara. Ketinggian muka daratan di Kabupaten Badung bervariasi antara 0 hingga ±2000 mdpl. Berdasarkan ketinggiannya, wilayah kecamatan Kuta Selatan, Kuta Utara, dan Kuta berada di ketinggian 0–65 mdpl, wilayah kecamatan Mengwi berada pada ketinggian 0–350 mdpl, wilayah kecamatan Abiansemal berada di ketinggian 75–350 mdpl, dan wilayah kecamatan Petang berada di ketinggian antara 250–2075 mdpl. Iklim Seperti wilayah lain di selatan Indonesia, Kabupaten Badung beriklim tropis yang bertipe iklim monsun (Am) dengan dua perbedaan musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Badung terjadi akibat dari hembusan angin monsun baratan yang bersifat basah, lembap, serta banyak membawa uap air penghasil awan hujan dan musim penghujan biasanya terjadi antara bulan November hingga April dengan puncaknya biasa terjadi antara bulan Januari ataupun Februari. Sementara itu, musim kemarau di wilayah Badung berlangsung pada periode Mei hingga Oktober yang disebabkan oleh tiupan angin monsun timuran yang bersifat kering dan dingin. Suhu udara di wilayah Badung bervariasi berdasar ketinggian muka daratannya. Namun, secara umum suhu udara di wilayah Badung berkisar antara 22°–34°C, kecuali untuk wilayah perbukitan dan pegunungan yang suhu reratanya umumnya kurang dari 26°C. Tingkat kelembapan relatif di wilayah Badung biasanya berkisar antara 50%–90%. Pemerintahan Daftar Bupati Bupati Badung adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Badung. Bupati Badung bertanggungjawab kepada Gubernur provinsi Bali. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Badung ialah I Nyoman Giri Prasta, dengan wakil bupati I Ketut Suiasa. Jabatan I Nyoman Giri Prasta sebagai bupati Badung saat ini untuk periode kedua sejak 26 Februari 2021. Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Suku bangsa Provinsi Bali merupakan rumah bagi etnis Bali dan Bali Aga, demikian juga di kabupaten ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 425.988 jiwa atau 78,40% dari 543.332 jiwa penduduk kabupaten Badung adalah suku Bali. Penduduk Badung dari suku lainnya, banyak berasal dari suku Jawa, dan sebagian lagi adalah orang Madura, Sasak,Sunda, Tionghoa, Flores, Melayu, Bugis, Batak, dan beberapa suku lainnya. Berikut adalah banyaknya penduduk Kabupaten Badung berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010: Agama Agama yang dianut penduduk kabupaten Badung sangat beragam dengan mayoritas beragama Hindu. Orang Bali umumnya beragama Hindu, dan sebagian beragama Islam dan Kristen. Sementara penduduk dari suku Jawa, Melayu, Bugis, Sunda, Sasak umumnya beragama Islam. Sebagian orang Flores, Batak, dan sebagian Tionghoa, beragama Kristen. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri semester 1 tahun 2023, sebanyak 82,57% penduduk kabupaten Badung menganut agama Hindu. Kemudian penduduk yang beragama Islam sebanyak 10,66%. Selebihnya beragama Kristen sebanyak 6,00%, dimana Protestan sebanyak 3,76% dan Katolik sebanyak 2,24%. Penduduk yang beragama Buddha sebanyak 0,76%, Lainnya Konghucu sebanyak 0,01%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat 6.244 pura , kemudian 16 masjid, 77 mushola, 113 gereja Protestan, 17 gereja Katolik dan 8 vihara. Kesehatan Beberapa rumah sakit di Kabupaten Badung diantaranya adalah: RSUD Kab. Badung Mangusada RS Siloam Bali RS Khusus Bedah BIMC RS Graha Asih RS Kasih Ibu Kedonganan Rumah Sakit Khusus Bedah BIMC RSU Surya Husadha Nusa Dua Pariwisata Di Kabupaten Badung banyak terdapat objek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal dan wisatawan mancanegara, misalnya: Air terjun Nungnung Atraksi Makotek di Desa Munggu Ayung Rafting Bumi Perkemahan Dukuh, Blahkiuh Bungy Jumping Desa Petang Desa Plaga Desa Kapal Perang Tipat Bantal (Desa Kapal) Pantai Dreamland Pantai Padang-Padang Jembatan Tukad Bangkung (terpanjang di Bali Nusa tenggara dan Tertinggi di Asia Tenggara Pura Penataran Puspem Badung Pantai Seseh Pantai Batu Bolong Pantai Brawa Kawasan Industri Badung (Jalan Bay Pass Sunset Road, Kuta) Kawasan Wisata Malam Oberoi Desa Wisata Baha Garuda Wisnu Kencana (GWK) Geger Sawangan Kawasan Indonesia Tourism Development Corporation Nusa Dua Mandala Wisata Monumen Tragedi Kemanusiaan Bom Bali Panggung Kesenian Kuta Timur Pantai Canggu Pantai Jimbaran Pantai Kedonganan Pantai Kuta, Legian, Seminyak Kawasan Internasional Legian Pantai Labuan Sait Pantai Nyang-Nyang Pantai Suluban Patung Satria Gatot Kaca Penangkaran Penyu Deluang Sari Pura Peti Tenget Pura Pucak Tedung Pura Sadha Pura Taman Ayun Pura Uluwatu Safari Kuda Sangeh Taman Reptil Indonesia Jaya Kota Mangupura Tanah Wuk Tanjung Benoa Waka Tangga Water Boom Park, Kuta, Badung Wisata Agro Pelaga Puja Mandala Nusa Dua Galeri Referensi Pranala luar Situs resmi Profil di bali.go.id Badung Badung
4155
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Bangli
Kabupaten Bangli
Bangli (aksara Bali: ) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Bali, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Bangli. Kabupaten Bangli adalah satu-satunya kabupaten di provinsi Bali yang tidak memiliki wilayah laut atau berbatasan langsung dengan laut, sehingga Bangli tidak memiliki pantai di tepi laut. Kabupaten Bangli berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah Utara, kabupaten Klungkung dan Karangasem di Timur, dan Kabupaten Klungkung, Gianyar di Selatan serta Badung dan Gianyar di sebelah Barat. Pada tahun 2021, Bangli mempunyai luas sebesar 519,00 km², dengan jumlah penduduk sebanyak 254.738 jiwa. Objek wisata di daerah ini antara lain adalah danau Batur. Sejarah Menurut Prasasti Pura Kehen yang tersimpan di Pura Kehen, diceritakan bahwa pada abad ke-11 di Desa Bangli berkembang wabah penyakit yang disebut kegeringan yang menyebabkan banyak penduduk meninggal. Penduduk lainnya yang masih hidup dan sehat menjadi ketakutan setengah mati, sehinnga mereka berbondong-bondong meninggalkan desa guna menghindari wabah tersebut. Akibatnya Desa Bangli menjadi kosong karena tidak ada seorangpun yang berani tinggal di sana. Raja Ida Bhatara Guru Sri Adikunti Ketana yang bertahta ketika itu berusaha mengatasi wabah tersebut. Setelah keadaan pulih kembali, sang raja yang bertahta pada tahun Caka 1126, tanggal 10 Tahun Paro Terang, Hari Pasaran Maula, Kliwon, Chandra (senin), Wuku Klurut tepatnya pada tanggal 10 Mei 1204, memerintahkan kepada putra-putrinya yang bernama Dhana Dewi Ketu agar mengajak penduduk kembali ke Desa Bangli guna bersama-sama membangun dan memperbaiki rumahnya masing-masing sekaligus menyelenggarakan upacara/yadnya pada bulan Kasa, Karo, Katiga, Kapat, Kalima, Kalima, Kanem, Kapitu, Kaulu, Kasanga, Kadasa, Yjahstha dan Sadha. Disamping itu, raja juga memerintahkan kepada seluruh penduduk agar menambah keturunan di wilayah Pura Loka Serana di Desa Bangli dan mengijinkan membabat hutan untuk membuat sawah dan saluran air. Untuk itu pada setiap upacara besar penduduk yang ada di Desa Bangli harus melakukan persembahyangan. Pada saat itu juga, tanggal 10 Mei 1204, Raja Idha Bhatara Guru Sri Adikunti Katana mengucapkan pemastu yaitu:“Barang siapa yang tidak tunduk dan melanggar perintah, semoga orang itu disambar petir tanpa hujan atau mendadak jatuh dari titian tanpa sebab, mata buta tanpa catok, setelah mati arwahnya disiksa oleh Yamabala, dilempar dari langit turun jatuh ke dalam api neraka”.Bertitik tolak dari titah-titah Sang Raja yang dikeluarkan pada tanggal 10 Mei 1204, maka pada tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari lahirnya Kota Bangli. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Suku bangsa Sebagian besar suku penduduk yang ada di Bangli adalah suku Bali, dan Bali Aga. Sementara suku lainnya lebih sedikit, jika dibandingkan dengan kabupaten dan kota lainnya di provinsi Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 207.779 jiwa atau 96,48% dari 215.353 jiwa penduduk kabupaten Bangli adalah suku Bali. Kemudian suku Bali Aga sebanyak 2,18%, dan beberapa lainnya seperti suku Jawa, Sasak, Madura, dan beberapa suku lainnya. Berikut adalah banyaknya penduduk kabupaten Bangli berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010: Pariwisata Terdapat beberapa objek wisata di kabupaten Bangli, antara lain: Air Panas Penelokan Museum Geopark Batur Kaldera Gunung Batur Bukit Demulih Air Terjun Dusun Kuning Air Terjun Slau Air Terjun Tukad Cepung Danau Batur Desa Penglipuran Desa Purbakala Batukaang Pura Dalem Jawa (Langgar) Pura Kehen Terunyan Krisik Waterfall Galeri Referensi Pranala luar Situs pariwisata resmi Profil di bali.go.id BPS Kabupaten Bangli Tempat Wisata di Bali Daftar Harga Tiket Masuk Objek Wisata di Bangli Cerita Kaki Gatal - Indonesia Travel Blog Bangli Bangli
4156
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Buleleng
Kabupaten Buleleng
Buleleng () adalah salah satu kabupaten di provinsi Bali, Indonesia. Ibu kotanya adalah Singaraja. Buleleng berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Selat Bali di sebelah barat, Kabupaten Karangasem di sebelah timur. Kabupaten Jembrana, Bangli, Tabanan serta Badung di sebelah selatan. Panjang ruas pantai di wilayah Kabupaten Buleleng sekitar 144 km, 19 km-nya melewati kecamatan Tejakula. Selain sebagai penghasil pertanian terbesar di Bali (terkenal dengan produksi salak bali dan jeruk keprok Tejakula), Kabupaten ini juga memiliki objek pariwisata yang banyak seperti pantai Lovina, pura Pulaki, Air Sanih dan tentunya kota Singaraja sendiri. Kota Pendidikan Buleleng merupakan salah satu wilayah di Bali yang terkenal dengan sebutannya yakni Kota Pendidikan. Memasukin tahun 1980-an didirikan Fakultas Keguruan (FKG) yang merupakan salah satu bagian fakultas dari Universitas Udayana. Tahun 1985, berubah menjadi STKIP Singaraja dan melepaskan dari bagian Universitas Udayana. Hal ini menyebabkan redupnya perkembangan kota Singaraja sebagai kota pendidikan. Setelah perjalanan panjang STKIP berubah menjadi IKIP Singaraja dan hingga saat ini dikenal dengan Universitas Pendidikan Ganesha yang terletak di Kota Singaraja. Geografi Secara geografis Kabupaten Buleleng terletak di antara 8°3'40"–8°23'00" Lintang Selatan dan 114°25'55"–115°27'28" Bujur Timur yang posisinya berada di bagian utara Pulau Bali. Luas Kabupaten Buleleng adalah 1.365,88 km² (24,25% dari Luas Pulau Bali). Kabupaten Buleleng terdiri atas 9 Kecamatan dengan 129 desa, 19 kelurahan, 551 dusun/banjar dan 58 lingkungan. Batas wilayah Batas-batas wilayah Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut: Topografi Kabupaten Buleleng yang terletak di Utara Pulau Bali yang topografinya sangat beragam, yaitu terdiri dari dataran rendah, perbukitan, dan pegunungan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Buleleng merupakan daerah berbukit dan bergunung membentang di bagian Selatan, sedangkan di bagian Utara, yakni sepanjang pantai merupakan dataran rendah. Kondisi yang khas tersebut menjadikan topografi Kabupaten Buleleng sering disebut Nyegara Gunung. Kondisi topografi Kabupaten Buleleng berdasarkan kemiringan lereng, perbedaan ketinggian dari permukaan laut serta bentang alamnya dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) satuan topografi yaitu: Daerah datar dengan tingkat kemiringan 0 – 1,9% seluas 12.264,75 Ha atau 8,98%; Daerah landai dengan tingkat kemiringan 2 – 24,9% seluas 70.226 Ha atau 51,41%; Daerah miring dengan tingkat kemiringan 25 – 39,9% seluas 21.462,75 Ha atau 15,71%; Daerah terjal dengan tingkat kemiringan diatas 40% seluas 32.634,5 Ha atau 23,89%. Berdasarkan letak ketinggian tempat, dikelompokkan menjadi 4 (empat) ketinggian tempat, yaitu: Dataran Rendah (0 – 24.9 m dpl dan 25 – 99.9 m dpl) Dataran Sedang (100 – 499.9 m dpl) Dataran Tinggi (500 – 999.9 m dpl) Dataran Pegunungan (>1000 m dpl) Geologi Secara stratigrafi, pelapisan batuan yang terdapat di Kabupaten Buleleng pada umumnya terdiri dari batuan bereksi, lava, tufa dan lahar yang tersebar hampir di sebagian besar wilayah Kabupaten Buleleng. Terdapat sesar/fault yang diperkirakan terdapat di wilayah Kecamatan Gerokgak, yaitu dua busur besar yang sejajar memanjang ke arah barat dan timur yang berada pada formasi Batuan Gunung Api Pulaki yang terdiri dari bereksi dan lava. Dua buah sesar mendatar yang diperkirakan di wilayah Ujung Barat Pulau Bali (di antaranya formasi Prapat Agung yang dominan ditutupi oleh batuan gamping dengan formasi palasari yang terdiri dari batu pasir, konglomerat dan batuan gamping terumbu). Dua buah sesar lagi yang diperkirakan berada di wilayah Kecamatan Tejakula yaitu terletak di antara formasi batuan tufa dan endapan lahar Buyan, Bratan dan Batur dengan formasi Buyan Bratan dan Batur Purba. Di samping struktur tersebut, di atas masih ditemukan juga struktur pelapisan pada batuan tufa, lava dari kelompok batuan api Buyan Bratan purba. Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, sebagian besar wilayah Kabupaten Buleleng beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan suhu udara bervariasi berdasarkan ketinggian, yaitu antara 19°–33 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini berkisar antara 82%–75%. Oleh karena beriklim tropis basah dan kering, wilayah Buleleng memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Buleleng berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim penghujan berlangsung pada periode Desember–Maret dengan curah hujan bulanan lebih dari 200 mm per bulan. Di antara musim kemarau dan hujan terdapat musim pancaroba yang biasanya terjadi pada bulan April dan November. Curah hujan tahunan wilayah Buleleng berkisar antara 1.000–2.300 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80–120 hari hujan per tahun. Pemerintahan Daftar Bupati Bupati Buleleng adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Buleleng. Bupati Buleleng bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Bali. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Buleleng ialah Putu Agus Suradnyana, didampingi wakil bupati I Nyoman Sutjidra. Jabatan bupati dan wakil bupati dari pasangan Suradyana dan Sutjidra ini sebagai periode kedua sejak tahun 2012 hingga 2022. Untuk peride kedua, mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Buleleng 2017, dan dilantik pada 22 Agustus 2017. Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Suku bangsa Sebagian besar suku penduduk yang ada di Buleleng adalah suku Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 575.905 jiwa atau 92,27% dari 624.125 jiwa penduduk kabupaten Buleleng adalah suku Bali. Kemudian suku Jawa sebanyak 2,41%, dan beberapa lainnya seperti suku Bali Aga, Madura, Bugis, dan beberapa suku lainnya. Di Singaraja, terdapat kampung Bugis, dimana mayoritas warganya adalah orang Bugis. Berikut adalah banyaknya penduduk kabupaten Buleleng berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010: Pariwisata Beberapa tempat pariwisata yang ada di kabupaten Buleleng, diantaranya: Air Sanih Air terjun Gitgit Air terjun Sing Sing Danau Buyan Danau Tamblingan Gedong Kirtya (perpustakaan lontar) Pantai Lovina Jagaraga Pura Beji Sangsit Pura dalem Sangsit Wisata spiritual di Pura Tirta Sudhamala, Pura Taman Alit dan Pura Patirtaan Lingga Pawitra di Desa Adat Banyuasri Desa Sawan (tempat pembuatan alat musik Gamelan). Pura Batu Bolong Pura Meduwe Karang Ponjok Batu Sembiran Danau Buyan dan danau Tamblingan Desa Beratan (tempat produksi perhiasan emas dan perak). Desa Banyuning (terkenal karena kerajinan perangkat tanah liat) Kuburan Belanda Patung ganesha terbesar di asia tenggara Air panas Banjar dan wihara yang ada di desa Banjar Pura Pulaki Pura Melanting Air Terjun Kembar Gitgit Kuburan Jayaprana Pura Celukterima Pulau Menjangan Desa Mayong Desa Bulian Referensi Pranala luar Profil di bali.go.id Buleleng Buleleng
4157
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Denpasar
Kota Denpasar
Denpasar () adalah ibu kota dan sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari provinsi Bali, Indonesia. Denpasar adalah kota terbesar di Kepulauan Nusa Tenggara dan kota terbesar kedua di wilayah Indonesia Timur setelah Kota Makassar. Pertumbuhan industri pariwisata di pulau Bali mendorong kota Denpasar menjadi pusat kegiatan bisnis, dan menempatkan kota ini sebagai daerah yang memiliki pendapatan per kapita dan pertumbuhan tinggi di provinsi Bali. Pemerintah akan mempersiapkan tiga kota yaitu Medan, Denpasar, dan Makassar sebagai kota metropolitan baru. Tata ruang tiga kota itu masuk dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Perpres 45/2011). Etimologi Nama Denpasar berasal dari kata "den" (utara) dan "pasar" sehingga secara keseluruhan bermakna "Utara Pasar". Asal kata ini menunjukkan asal kota sebagai kota pasar, di tempat yang sekarang disebut Pasar Kumbasari (sebelumnya "Peken Payuk"), di bagian utara kota modern. Sejarah Era Kolonial Belanda Denpasar pada mulanya adalah sebuah taman. Taman tersebut tidak seperti taman pada umumnya, karena menjadi taman kesayangan dari Raja Badung saat itu, Kyai Jambe Ksatrya. Pada waktu itu, Kyai Jambe Ksatrya tinggal di Puri Jambe Ksatrya, yang kini menjadi Pasar Satria. Taman ini unik, karena dilengkapi dengan tempat untuk bermain adu ayam (tajen). Hobi Kyai Jambe Ksatrya adalah bermain adu ayam, oleh karena itu tidak jarang sang raja mengundang raja-raja lainnya di Bali untuk bermain adu ayam di taman tersebut. Sebelumnya kawasan ini merupakan bagian dari Kerajaan Badung, sebuah Kerajaan Hindu Majapahit yang berdiri sejak abad ke-18 s.d abad ke-19, sebelum kerajaan tersebut ditundukan oleh Belanda pada tanggal 20 September 1906, dalam sebuah peristiwa heroik yang dikenal dengan Perang Puputan Badung.<ref>{{cite book|last1=Sutaba |first1=Made |authorlink1= Made Sutaba |last2= Kartadarmadja |first2= Soenyata |authorlink2= M. Soenyata Kartadarmadja |authorlink3= I Gusti Bagus Arthanegara |authorlink4=Anak Agung Gede Putra Agung |authorlink5=FX. Soenaryo |date=1983 |title=Sejarah perlawanan terhadap imperialisme dan kolonialisme di daerah Bali |publisher= Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional}}</ref> Era Kemerdekaan Indonesia Setelah kemerdekaan Indonesia, berdasarkan Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958, Denpasar menjadi ibu kota dari pemerintah daerah Kabupaten Badung, selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor Des.52/2/36-136 tanggal 23 Juni 1960, Denpasar juga ditetapkan sebagai ibu kota bagi Provinsi Bali yang semula berkedudukan di Singaraja. Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1978, Denpasar resmi menjadi ‘’Kota Administratif Denpasar’’, dan seiring dengan kemampuan serta potensi wilayahnya dalam menyelenggarakan otonomi daerah, pada tanggal 15 Januari 1992, berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1992, dan Kota Denpasar ditingkatkan statusnya menjadi ‘’kotamadya’’, yang kemudian diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 27 Februari 1992. Geografi Kota Denpasar berada pada ketinggian 0-75 meter dari permukaan laut, terletak pada posisi 8°35’31” sampai 8°44’49” Lintang Selatan dan 115°00’23” sampai 115°16’27” Bujur Timur. Sementara luas wilayah Kota Denpasar 127,78 km² atau 2,18% dari luas wilayah Provinsi Bali. Dari penggunaan tanahnya, 2.768 Ha merupakan tanah sawah, 10.001 Ha merupakan tanah kering dan sisanya seluas 9 Ha adalah tanah lainnya. Tingkat curah hujan rata-rata sebesar 244 mm per bulan, dengan curah hujan yang cukup tinggi terjadi pada bulan Desember. Sedangkan suhu udara rata-rata sekitar 29.8 °C dengan rata-rata terendah sekitar 24.3 °C. Sungai Badung merupakan salah satu sungai yang membelah Kota Denpasar, sungai ini bermuara di Teluk Benoa. Pemerintahan Wali Kota Wali kota Denpasar adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kota Denpasar. Wali kota Denpasar bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Bali. Saat ini, wali kota atau kepala daerah yang menjabat di Kota Denpasar ialah I Gusti Ngurah Jaya Negara, dengan wakil wali kota Kadek Agus Arya Wibawa. Mereka mulai menjabat sebagai wali kota dan wakil wali kota sejak 26 Februari 2021. Dewan Perwakilan Kecamatan Secara administratif pemerintahan kota ini terdiri dari 4 kecamatan, 43 kelurahan dengan 209 dusun. Saat ini pemerintah Kota Denpasar telah mengembangkan berbagai inovasi dalam meningkatkan layanan kepada masyarakatnya, diantaranya mulai membenahi sistem administrasi kependudukannya. Demografi Penduduk Laju pertumbuhan penduduk Kota Denpasar per tahun dalam rentang waktu 2000-2010 adalah sebesar 4 %, dengan perbandingan jumlah penduduk laki-laki lebih banyak 4.57 % dibandingkan dengan jumlah penduduk wanitanya. Dalam kaitannya sebagai kota wisata, maka Denpasar juga didukung oleh beberapa kawasan seperti Kuta dan Ubud. Kawasan ini sering disebut sebagai SarBaGiTa atau DenpaSar, Badung, Gianyar dan Tabanan berdasarkan Peraturan Presiden No. 45 tahun 2011. Berikut adalah populasi dari beberapa wilayah tersebut: Suku bangsa Provinsi Bali merupakan rumah bagi etnis Bali dan Bali Aga, demikian juga di kota ini. Sebagai ibu kota provinsi Bali, kota Denpasar dihuni oleh penduduk yang berasal dari beragam suku bangsa dan lebih hete. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 516.708 jiwa atau 65,52% dari 788.589 jiwa penduduk kota Denpasar adalah suku Bali. Penduduk Denpasar dari suku lainnya, banyak berasal dari suku Jawa, dan beberapa lainnya adalah orang Tionghoa, Sasak, Madura, Sunda, Flores, Melayu, Bugis, Batak, dan beberapa suku lainnya. Berikut adalah banyaknya penduduk kota Denpasar berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010: Agama Agama yang dianut penduduk kota Denpasar sangat beragam dengan mayoritas beragama Hindu. Orang Bali umumnya beragama Hindu, dan sebagian beragama Islam dan Kristen. Sementara penduduk dari suku Jawa, Melayu, Bugis, Sunda, Sasak umumnya beragama Islam. Sebagian orang Flores, Batak, dan sebagian Tionghoa, beragama Kristen. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri pada pertengahan tahun 2023, sebanyak 67,59% penduduk Denpasar menganut agama Hindu, sedangkan agama Islam dianut warga Denpasar sebanyak 22,44%. Kemudian pemeluk agama Kekristenan berjumlah 7,58%, Buddha sebanyak 2,34% dan Konghucu sebanyak 0,05%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat 941 pura, kemudian 29 masjid, 116 mushola, 183 gereja Protestan, 5 gereja Katolik dan 17 vihara. Ekonomi Pembangunan pariwisata berpengaruh kuat terhadap perubahan struktur dan peningkatan perekonomian di Kota Denpasar. Namun struktur perekonomian Kota Denpasar sedikit berbeda bila dibandingkan dengan struktur perekonomian Provinsi Bali pada umumnya, dengan menempatkan sektor perdagangan, hotel dan restoran mendominasi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Denpasar. Ikut pula mendongkrak ekonomi Kota Denpasar adalah produksi barang kerajinan berupa barang kerajinan untuk cendera mata, seperti ukiran dan patung. Namun industri kerajinan ini tengah mengalami tekanan, selain karena dampak krisis dan persaingan antar daerah, tekanan lain berasal dari persaingan antar negara berkembang Asia lainnya seperti Vietnam, Thailand, India, Malaysia dan Cina. Negara pesaing ini lebih memaksimalkan besarnya skala produksi dengan memanfaatkan teknologi industri, sedangkan di Kota Denpasar industri kerajinan ini masih mempertahankan keterampilan tangan (hand made'') sehingga menjadi kendala pada pemenuhan kuantitas produksinya. Kesehatan Kota Denpasar telah memiliki sarana pelayanan kesehatan yang baik di Provinsi Bali, terdapat 3 rumah sakit milik pemerintah diantaranya RSUP Sanglah Denpasar, RSUD Wangaya dan RSAD Udayana serta 13 buah rumah sakit swasta. Pemerintah Kota Denpasar juga telah membangun 10 buah Puskesmas dan 26 buah puskesmas pembantu, dengan rasio puskesmas per 100.000 penduduk adalah 1,7. Pendidikan Berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di provinsi Bali banyak berada kota Denpasar. Sementara untuk tingkat Sekolah Dasar sederajat hingga Sekolah Menengah Atas sederajat, hingga tahun ajaran 2021/2022, jumlah sekolah di Denpasar sebanyak 399 sekolah. Beberapa perguruan tinggi yang ada di Denpasar diantaranya: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Hita Widya Sekolah Tinggi Desain Bali Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Indonesia STMIK Bandung Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Denpasar Universitas Udayana Universitas Mahasaraswati Universitas Warmadewa Universitas Terbuka Denpasar Universitas Dwijendra Universitas Hindu Indonesia Universitas Ngurah Rai Universitas Pendidikan Nasional Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar Universitas Mahendradatta Institut Seni Indonesia Denpasar IKIP PGRI Bali Politeknik Negeri Bali Politeknik Nasional Denpasar Politeknik Kesehatan Denpasar Akademi Akuntansi Denpasar Akademi Keuangan dan Perbankan Denpasar Akademi Pariwisata Denpasar Pelayanan Umum Air Bersih Untuk melayani kebutuhan air bersih bagi masyarakat Kota Denpasar, dilayani oleh PDAM Kota Denpasar, dan sampai tahun 2003 telah dapat melayani 64.82 % penduduknya. Sumber air baku PDAM Kota Denpasar adalah air permukaan dan sumur dalam yang pengolahannya menggunakan Instalasi Pengolahan Air Lengkap (IPAL). Sedangkan sistem pengalirannya menggunakan sistem gravitasi dan pemompaan. Sampah Dalam penanganan masalah sampah, pemerintah Kota Denpasar memanfaatkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di Desa Sanur Kauh, Kecamatan Denpasar Selatan seluas 40 Ha. Dari data tahun 2002, jumlah timbulan sampah Kota Denpasar adalah sebanyak 127.750 m³, sebagian besar adalah sampah domestik yang mencapai 71.14 %. Namun volume sampah yang telah tertangani baru sebanyak 1.904 m³, sehingga banyaknya sampah yang belum terlayani adalah 125.846 m³ atau 98.5 %. Mengatasi hal tersebut pemerintah kota dengan masyarakat menerapkan sistem swakelola guna mengatasi masalah penumpukan sampah di TPA tersebut. Transportasi Pelabuhan Benoa merupakan pintu masuk ke Kota Denpasar melalui jalur laut dan saat ini dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia. Pelabuhan ini berada sekitar 10 km dari pusat kota, dan telah beroperasi sejak dari tahun 1924. Sarana transportasi darat di Kota Denpasar terutama untuk angkutan kota saat ini sudah mulai tidak efektif dan efisien, sampai tahun 2010 hanya 30 % yang masih beroperasi, seiring dengan berkurangnya minat masyarakat untuk menggunakan jasa angkutan tersebut, yang diperkirakan hanya sekitar 3 % dari total jumlah penduduknya. Sementara pertumbuhan kepemilikan kendaraan pribadi terus meningkat menjadi 11 % per tahunnya, dan tidak sebanding dengan pembangunan jalan baru. Sehingga terjadi kemacetan di Kota Denpasar tidak dapat dihindari. Pada tanggal 18 Agustus 2011 Trans Sarbagita diluncurkan sebagai jawaban atas kemacetan yang terjadi di Kota Denpasar. Sejak Februari 2022, Trans Sarbagita dioperasikan oleh Perum PPD dengan 2 koridor yakni : Koridor 1 Kota–GWK Koridor 2 Kota–Nusa Dua Kini Kota Denpasar memiliki transportasi massal baru yang bernama Trans Metro Dewata yang diluncurkan pada 7 September 2020. Trans Metro Dewata memiliki 105 unit dengan rute layanan di 4 koridor, yakni: Koridor 1 (K1B): Sentral Parkir Kuta Badung–Terminal Pesiapan Tabanan Koridor 2 (K2B): GOR Ngurah Rai–Bandara Ngurah Rai Koridor 3 (K3B): Terminal Ubung–Pantai Matahari Terbit Koridor 4 (K4B): Terminal Ubung–Sentral Parkir Monkey Forest Koridor 5 (K5B): Sentral Parkir Kuta Badung–Terminal Ubung Selain itu Denpasar memiliki Jalan Tol Bali Mandara yang mempunyai 4 jalur dan dibuka untuk kalangan tertentu pada 23 September 2013. Jalan tol ini lalu dibuka untuk umum pada 1 Oktober 2013, menghubungkan Pelabuhan Benoa, Bandara Ngurah Rai dan Nusa Dua. Jalan sepanjang 12.45 km ini juga dibangun dengan jalur khusus untuk motor. Olahraga, Seni, dan Budaya Klub utama sepak bola Perseden Denpasar merupakan klub sepak bola kebanggaan masyarakat Kota Denpasar, dan menjadikan Stadion Ngurah Rai sebagai markas dan tempat pertandingan laga kandang. Sementara seni dan budaya di Kota Denpasar secara garis besar identik dengan seni dan budaya Bali umumnya, walau di sini telah terjadi interaksi perpaduan dengan budaya lain seiring dengan kedatangan para wisatawan dari berbagai kalangan. Namun nilai tradisional yang dijiwai oleh ritual-ritual agama Hindu masih kental mewarnai kota ini. Peranan Adat Bali masih mengakar pada masyarakat Kota Denpasar, Adat Bali yang dimaksud meliputi, nilai, norma dan perilaku dalam masyarakat umumnya pada sistem kekeluargaan patrilineal. Namun seiring zaman beberapa hukum adat yang berlaku mulai dipertentangkan oleh masyarakatnya, terutama dalam masalah gender dan pewarisan. Pariwisata Perkembangan pariwisata dan daya tarik pulau Bali, secara tidak langsung telah mendorong kemajuan pembangunan di Kota Denpasar. Pada tahun 2000, jumlah wisatawan mancanegara yang datang berkunjung mencapai 1.413.513 orang, dan menempatkan jumlah wisatawan terbanyak dari Jepang kemudian disusul dari Australia, Taiwan, Eropa, Inggris, Amerika, Singapura dan Malaysia. Kebijakan pengembangan pariwisata di Kota Denpasar menitikberatkan pada pariwisata budaya berwawasan lingkungan. Sebagai salah satu sentra pengembangan pariwisata, Kota Denpasar menjadi barometer bagi kemajuan pariwisata di Bali, hal ini dapat dilihat dengan munculnya berbagai hotel berbintang sebagai sarana menunjang aktivitas pariwisata tersebut. Pantai Sanur merupakan salah satu kawasan wisata pantai yang ramai dikunjungi. Sementara Lapangan Puputan merupakan kawasan ruang terbuka hijau di Kota Denpasar sekaligus berfungsi sebagai "paru-paru kota". Destinasi wisata Denpasar memiliki beberapa tempat wisata yang memiliki unsur sejarah dan rekreasi diantaranya adalah: Museum Bali–tempat ini awalnya adalah tempat berdiamnya keluarga kerajaan Lapangan Renon–pusat aktivitas keluarga dan juga terdapat Monumen Bajra Sandhi yaitu monumen perjuangan rakyat Bali Taman Puputan–tempat pentas seni Pasar Kreneng Simpang Dewa Ruci atau Simpang Siur–terdapat Mal Simpang Siur atau Discovery Mall Puri Santrian Pantai Sanur Ekowisata hutan mangrove atau bakau Taman Budaya Desa Budaya Kertalangu Pasar Burung Satria Pantai Sindu Pura Agung Jagatnatha Pura Sakenan Wisata kuliner Denpasar juga terkenal dengan wisata kulinernya. Beberapa tempat yang sangat dikenal baik oleh turis lokal maupun mancanegara adalah: Nasi Ayam Kedewatan–Jalan Tukad Badung, Denpasar Nasi Ikan Mak Beng–dekat Hotel Radisson Nasi Campur–Pantai Segara, Sanur Babi Guling Chandra–Jalan Teuku Umar (non-halal) Warung Wardana–Jalan Merdeka, Denpasar Bebek Goreng HT–Jalan Merdeka, Denpasar Sate Plecing–Jalan Yudhistira, Denpasar (non-halal) Depot Kepiting Super–Jalan Bypass Ngurah Rai Resto Bali Nikmat–Jalan Raya Kuta deket Alfa Warung Batan Waru–sebelah Discovery Mall Warung Made–Kuta Ikan Bakar–Jimbaran Nyoman Cafe–Jimbaran Menega Cafe–Four Seasons Jimbaran Jebak (Jejak Bali Kuliner)–Jalan Teuku Umar, Denpasar Beberapa oleh-oleh Bali yang terkenal diantaranya adalah dodol bali, brem, kacang rahayu, pie susu, kacang disco, salak bali, kacang kapri, kerupuk ceker ayam, pia legong dan kopi bali. Beberapa tempat khusus yang menjual oleh-oleh diantaranya adalah: Toko Krisna Toko Erlangga Pasar Kumbasari Konsulat jenderal Kota Kembar - Veracruz, Veracruz, Meksiko - Gran Canaria, Spanyol - Miami, Florida, Amerika Serikat Phuket, Provinsi Phuket, Thailand Haikou, Provinsi Hainan, Republik Rakyat China Referensi Pranala luar Situs web resmi Kota Denpasar Tempat wisata di Bali Daftar tarif objek wisata di Denpasar, Bali Denpasar, Kota Denpasar Denpasar Bali
4158
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Gianyar
Kabupaten Gianyar
Gianyar () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Bali, Indonesia. Ibu kota Gianyar berada di kecamatan Gianyar. Kabupaten ini merupakan pusat budaya ukiran di Bali. Gianyar berbatasan dengan Kota Denpasar di Barat Daya, Kabupaten Badung di Barat, Kabupaten Bangli di Utara dan Kabupaten Klungkung di Timur. Penduduk Gianyar berjumlah 523.972 jiwa pada tahun 2022. Sejarah Kabupaten Gianyar Sejarah Kabupaten Gianyar ditetapkan dengan Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 9 tahun 2004 tanggal 2 April 2004 tentang Hari jadi Kabupaten Gianyar. Sejarah 2,5 abad lebih, tepatnya 252 tahun yang lalu, 19 April 1771, ketika Gianyar dipilih menjadi nama sebuah keraton, Puri Agung yaitu Istana Raja (Anak Agung) oleh Ida Dewa Manggis Sakti maka sebuah kerajaan yang berdaulat dan otonom telah lahir serta ikut pentas dalam percaturan kekuasaan kerajaan-kerajaan di Bali. Sesungguhnya berfungsinya sebuah keraton, yaitu Puri Agung Gianyar yang telah ditentukan oleh syarat sekala niskala yang jatuh pada tanggal 19 April 1771 adalah tonggak sejarah yang telah dibangun oleh raja (Ida Anak Agung) Gianyar I, Ida Dewata Manggis Sakti memberikan syarat kepada kita bahwa proses menjadi dan ada itu bisa ditarik ke belakang (masa sebelumnya) atau ditarik ke depan (masa sesudahnya). Masa kerajaan Berdasarkan bukti arkeologis di wilayah Gianyar, diperkirakan bahwa munculnya pemukiman manusia di Gianyar terjadi sudah sejak 2.000 tahun yang lalu dengan ditemukannya situs perkakas (artefak) berupa batu, logam perunggu berupa nekara (Bulan Pejeng), relief-relief yang menggambarkan kehidupan candi-candi atau goa-goa di tebing-tebing sungai (tukad) Pakerisan. Setelah bukti-bukti tertulis ditemukan berupa prasasti di atas batu atau logam terindetifikasi situs pusat-pusat kerajaan dari dinasti Warmadewa di Keraton Singamandawa, Bedahulu. Setelah ekspedisi Gajah Mada (Majapahit) dapat menguasai Pulau Bali maka di bekas pusat markas laskarnya didirikan sebuah Keraton Samprangan sebagai pusat pemerintahan kerajaan yang dipegang oleh Lima Raja Bali, yaitu: Raja Adipati Ida Dalem Krena Kepakisan (1350-1380), sebagai cikal bakal dari dinasti Kresna Kepakisan, kemudian Keraton Samprangan mampu bertahan selama lebih kurang tiga abad. Ida Dalem Ketut Ngulesir (1380-1460) Ida Dalem Waturenggong (1460-1550) Ida Dalem Sagening (1580-1625) Ida Dalem Dimade (1625-1651). Dua Raja Bali yang terakhir yaitu Ida Dalem Segening dan Ida Dalem Dimade telah menurunkan cikal bakal penguasa di daerah-daerah. Ida Dewa Manggis Kuning (1600-an) penguasa di Desa Beng adalah cikal bakal Dinasti Manggis yang muncul setelah generasi II membangun Kerajaan Payangan (1735-1843). Salah seorang putra raja Klungkung Ida Dewa Agung Jambe yang bernama Ida Dewa Agung Anom muncul sebagai cikal bakal dinasti raja-raja di Sukawati (1711-1771) termasuk Peliatan dan Ubud. Pada periode yang sama, yaitu periode Gelgel muncul pula penguasa-penguasa daerah lainnya, yaitu I Gusti Ngurah Jelantik menguasai Blahbatuh dan kemudian I Gusti Agung Maruti menguasai daerah Keramas yang keduanya adalah keturunan Arya Kepakisan. Masa kolonialisme Dinamika pergumulan antara elit tradisional dari generasi ke generasi telah berproses pada momentum tertentu, salah seorang di antaranya sebagai pembangunan kota keraton atau kota kerajaan pusat pemerintahan kerajaan yang disebut Gianyar. Pembangunan Kota kerajaan yang berdaulat dan memiliki otonomi penuh adalah Ida dewa Manggis Sakti, generasi IV dari Ida Dewa Manggis Kuning. Sejak berdirinya Puri Agung Gianyar 19 April 1771 sekaligus ibu kota Pusat Pemerintah Kerajaan Gianyar adalah tonggak sejarah. Sejak itu dan selama periode sesudahnya Kerajaan Gianyar yang berdaulat, ikut mengisi lembaran sejarah kerajaan-kerajaan di Bali yang terdiri atas sembilan kerajaan di Klungkung, Karangasem, Buleleng, Mengwi, Bangli, Payangan, Badung, Tabanan dan Gianyar. Namun sampai akhir abat ke-19, setelah runtuhnya Payangan dan Mengwi di satu pihak dan munculnya Jembrana dilain pihak maka Negara): Klungkung, Karangasem, Bangli dan Gianyar (ENI, 1917). Masa awal kemerdekaan Ketika Belanda telah menguasai seluruh Pulau Bali, ke-8 bekas kerajaan tetap diakui keberadaannya oleh Pemerintah Guberneurmen namun sebagai bagian wilayah Hindia Belanda yang dikepalai oleh seorang raja (Selfbestuurder) di daerah swaprajanya masing-masing. Selama masa revolusi, ketika daerah Bali termasuk dalam wilayah Negara Indonesia Timur (NIT) otonomi daerah kerjaan (Swapraja) ke dalam sebuah lembaga yang disebut Oka, Raja Gianyar diangkat sebagai Ketua Dewan Raja-raja menggantikan tahun 1947. Selain itu pada periode NIT dua tokoh lainnya yaitu Tjokorde Gde Raka Sukawati (Puri Kantor Ubud) menjadi Presiden NIT dan Ida A.A. Gde Agung (Puri Agung Gianyar) menjadi Perdana Menteri NIT, Ketika Republik Indonesia Serikat (RIS) kembali ke Negara Kesatuan (NKRI) pada tanggal 17 Agustus 1950, maka daerah-daerah diseluruh Indonesia dengan dikeluarkan Undang-undang N0. I tahun 1957, yang pelaksanaannya diatur dengan Undang-Undang No. 69 tahun 1958 yang mengubah daerah Swatantra Tingkat II (Daswati II). Nama Daswati II berlaku secara seragam untuk seluruh Indonesia sampai tahun 1960. Setelah itu diganti dengan nama Daerah Tingkat II (Dati II). Namun Bupati Kepala Derah Tingkat II untuk pertama kalinya dimilai pada tahun 1960. Bupati pertama di DATI II Gianyar adalah Tjokorda Ngurah (1960-1963). Bupati berikutnya adalah Drh. Tjokorda Anom Pudak (1963-1964) dan Bupati I Made Sayoga, BA (1964-1965). Ketika dilaksanakannya Undang-Undang No. 18 tahun 1965, maka DATI II diubah dengan nama Kabupaten DATI II. Kemudian disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 5 tahun 1974 yang menggantikan nama Kabupaten. Kepala daerahnya tetap disebut Bupati. Masa Pemerintahan Kabupaten Gianyar Dari sisi otonomi jelas tampak bahwa proses perkembangan yang terjadi di Kota Gianyar. Otonomi dan berdaulat penuh melekat pada Pemerintah kerjaan sejak 19 April 1771 kemudian berproses sampai otonomi Daerah di Tingkat II Kabupaten yang diberlakukan sampai sekarang. Berbagai gaya kepemimpinan dan seni memerintah dalam sistem otonomi telah terparti di atas lembaran Sejarah Kota Gianyar. Proses dinamika otonomi cukup lama sejak 19 April 1771 sampai 19 April 2023 saat ini, sejak kota keraton dibangun menjadi pusat pemerintahan kerajaan yang otonomi sampai sebuah kota kabupaten, nama Gianyar diabadikan. Sampai saat ini telah berusia 252 tahun, para pemimpin wilayah kotanya, dari raja (kerajaan) sampai Bupati (Kabupaten), memiliki ciri dan gaya serta seni memerintah sendiri-sendiri di bumi seniman. Seniman yang senantiasa membumi di Gianyar dan bahkan mendunia. Pemerintahan Bupati Bupati Gianyar adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Gianyar. Bupati Gianyar bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Bali. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Gianyar ialah I Made Agus Mahayastra, didampingi wakil bupati Anak Agung Gde Mayun. Mahayastra dan Mayun, maju dalam Pemilihan umum Bupati Gianyar 2018, dan menang, kemudian dilantik pada 20 September 2018, hingga masa jabatan tahun 2023. Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Suku bangsa Sebagian besar suku penduduk yang ada di Gianyar adalah suku Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 95,27% dari 496.777 jiwa penduduk kabupaten Gianyar adalah suku Bali. Kemudian suku Jawa sebanyak 3,26%, dan beberapa lainnya seperti suku Sasak, Sunda, Madura, dan suku lainnya. Berikut adalah banyaknya penduduk kabupaten Gianyar berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010: Pariwisata Berikut adalah beberapa objek wisata yang terdapat di Kabupaten Gianyar: Air terjun Tegenungan Bali Bird Park Bali Safari & Marine Park Taman Nusa–Indonesian Cultural Heritage Center Desa Batuan Desa Batubulan Desa Celuk Desa Mas Goa Gajah Pura Gunung Kawi Monkey Forest Ubud Pasar Sukawati Tampaksiring Ubud Pasar seni guwang Pasar seni desa pekraman sukawati Pantai Ketewel Pantai Purnama Pantai Lebih Pantai Masceti Pantai Saba Pantai Keramas Bali Zoo Bali Bird Park Pura Payogan Agung Museum Purbakala Beji Guwang, Ketewel Stadion Kapten I Wayan Dipta Taman Kota Gianyar Pura Samuan Tiga Terasering ceking Pura Tirta Empul Pura Sebatu Istana Tampaksiring Pasar Sukawati Candi Tebing Kerobokan Referensi Pranala luar Situs resmi Profil Kabupaten di situs Pemprov Bali Daftar Objek Wisata di Gianyar Bali Tempat Wisata di Bali Gianyar Gianyar
4159
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Jembrana
Kabupaten Jembrana
Jembrana () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di ujung Barat pulau Bali, Indonesia. Ibu kotanya adalah kecamatan Kecamatan Negara. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Tabanan di Timur, Kabupaten Buleleng di Utara, Selat Bali di Barat dan Samudra Hindia di Selatan. Pada tahun 2021, penduduk kabupaten Jembrana berjumlah 321.931 jiwa. Sejarah Berdasarkan bukti-bukti arkeologis dapat diinterprestasikan bahwa munculnya pemukiman di Jembrana sudah sejak 6000 tahun yang lalu. Dari perspektif semiotik, asal-usul nama tempat atau kawasan mengacu nama-nama fauna dan flora. Munculnya nama Jembrana berasal dari kawasan hutan belantara (Jimbar-Wana) yang dihuni raja ular (Naga-Raja). Sifat-sifat mitologis dari penyebutan nama-nama tempat telah menjadi tradisi melalui cerita turun-temurun di kalangan penduduk. Berdasarkan cerita rakyat dan tradisi lisan (folklore) yang muncul, memberi inspirasi di kalangan pembangun lembaga kekuasaan tradisional (raja dan kerajaan) Raja dan pengikutnya yaitu rakyat yang berasal dari etnik Bali Hindu maupun dari etnik non Bali yang beragama Islam telah membangun kraton sebagai pusat pemerintahan yang diberi nama Puri Gede Jembrana pada awal abad XVII oleh I Gusti Made Yasa (penguasa Brangbang). Raja I yang memerintah di kraton (Puri) Gede Agung Jembrana adalah I Gusti Ngurah Jembrana. Selain kraton, diberikan pula rakyat pengikut (wadwa), busana kerajaan yang dilengkapi barang-barang pusaka berupa tombak dan tulup. Demikian pula keris pusaka yang diberi nama "Ki Tatas" untuk memperbesar kewibawaan kerajaan. Tercatat bahwa ada tiga orang raja yang berkuasa di pusat pemerintahan yaitu di Puri Agung Jembrana. Sejak kekuasaan kerajaan dipegang oleh Raja Jembrana I Gusti Gede Seloka, Puri baru sebagai pusat pemerintahan dibangun. Puri yang dibangun itu diberi nama Puri Agung Negeri pada awal abad XIX yang kemudian lebih dikenal dengan nama Puri Agung Negara. Patut diketahui bahwa raja-raja yang memerintah di Kerajaan Jembrana berikutnya pun memusatkan birokrasi pemerintahannya di Puri Agung Negara. Patut dicatat pula bahwa ada dua periode birokrasi pemerintahan yang berpusat di Puri Agung Negara. Periode pertama ditandai oleh birokrasi pemerintahan kerajaan tradisional yang berlangsung sampai tahun 1855. Tercatat pada lembaran dokumen arsip pemerintahan Gubernemen bahwa kerajaan Jembrana yang otonom diduduki oleh Raja Jembrana V (Sri Padoeka Ratoe) I Goesti Poetoe Ngoerah Djembrana (1839-1855). Dalam pemerintahannya telah ditandatangani piagam perjanjian persahabatan bilateral antara pihak pemerintah kerajaan dengan pihak pemerintah Kolonial Hindia Belanda (Gubernemen) pada tanggal 30 Juni 1849. Periode kedua selanjutnya digantikan oleh birokrasi modern, melalui tata pemerintahan daerah (Regentschap) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Karesidenan Banyuwangi. Pemerintahan daerah Regentschap dikepalai oleh seorang kepala pribumi (Regent) sebagai pejabat yang dimasukkan dalam struktur birokrasi Kolonial Modern Gubernemen yang berpusat di Batavia. Status pemerintahan daerah (Regentschap) berlangsung selama 26 tahun (1856–1882). Pada masa Kerajaan Jembrana VI, I Gusti Ngurah Made Pasekan (1855–1866) mengalami dua peralihan status yaitu 1855–1862 sebagai Raja Jembrana dan 1862–1866 sebagai status Regent (Bupati) kedudukan kerajaan berada di Puri Pacekan Jembrana. Ketika reorganisasi pemerintahan di daerah diberlakukan berdasarkan Staatblad Nomor 123 tahun 1882, maka untuk wilayah administratif Bali dan Lombok diberi status wilayah administratif Keresidenan tersendiri. Wilayah Keresidenan Bali dan Lombok dibagi lagi menjadi dua daerah (Afdelingen) yaitu Afdeling Buleleng dan Afdeling Jembrana berdasarkan Staatblad Nomor 124 tahun 1882 dengan satu ibu kota yaitu Singaraja. Selanjutnya daerah Afdeling Jembrana terbagi atas distrik-distrik yang waktu itu terdiri dari tiga distrik yaitu Distrik Negara, Distrik Jembrana dan Distrik Mendoyo. Masing-masing distrik dikepalai oleh seorang Punggawa. Selain distrik juga diberlakukan jabatan Perbekel, khusus yang mengepalai komunitas Islam dan komunitas Timur Asing sebagai kondisi daerah yang unik dari sudut interaksi dan integrasi antar etnik dan antar umat beragama. Sejak reorganisasi tahun 1882 telah ditetapkan dan disahkan nama satu ibu kota untuk Keresidenan Bali dan Lombok yaitu Singaraja, yang akan membawahi daerah-daerah (Afdeling) Buleleng dan Jembrana. Akan tetapi, pada proses selanjutnya, memperhatikan munculnya aspirasi masyarakat di dua daerah afdeling (Buleleng dan Jembrana), maka pihak Gubernemen menanggapi positif. Respons positif pihak Gubernemen di Batavia dapat dibuktikan dengan diterbitkannya sebuah Lembaran Negara (Staatsblad) tersendiri untuk melakukan pembenahan (reorganisasi) tata pemerintahan daerah di daerah-daerah (Afdeling) Buleleng dan Jembrana. Pihak Gubernemen dan segenap jajaran bawahan di Departemen Dalam Negeri (Binnenlandsch Bestuur) memperhatikan dan mendukung aspirasi masyarakat untuk menetapkan nama-nama ibu kota Daerah-daerah Afdeling Buleleng dan Afdeling Jembrana. Pihak Gubernemen dalam pertimbangannya ingin mengakhiri kebiasaan yang menyebut nama Ibu kota Afdeling Buleleng dan Jembrana di Keresidenan Bali dan Lombok dengan nama lebih dari satu. Semula (tahun 1882-1895) hanya diberlakukan satu nama Ibu kota yaitu Singaraja untuk wilayah Keresidenan Bali dan Lombok yang membawahi daerah Afdeling Buleleng dan Afdeling Jembrana. Sejak disetujui dan untuk kemudian, ditetapkanlah nama ibu kota daerah tersendiri terhadap Afdeling Buleleng dan Afdeling Jembrana di Keresidenan Bali dan Lombok. Berdasarkan Staatsblad Van Nederlandsch - Indie Nomor 175 Tahun 1895, sampai seterusnya ditetapkanlah Singaraja dan Negara sebagai ibu kota dari masing-masing Afdeling. Dengan demikian, sejak 15 Agustus 1895 berakhirlah nama satu ibu kota: Singaraja sebagai ibu kota Keresidenan Bali dan Lombok yang membawahi Daerah-daerah Afdeling Buleleng dan Afdeling Jembrana. Sejak itu pula dimulailah nama-nama Ibu kota: Singaraja untuk Keresidenan Bali dan Lombok dan daerah bagiannya di Afdeling Buleleng, serta Negara untuk Daerah Bagian Afdeling Jembrana. Munculnya nama-nama Jembrana dan Negara hingga sekarang, memiliki arti tersendiri dari perspektif historis. Nama yang diwarisi itu telah ada dalam lembaran sejarah sejak digunakan sebagai nama Puri yaitu Puri Gede / Agung Jembrana dan Puri Agung Negeri Negara. Karena Puri adalah pusat birokrasi pemerintahan kerajaan tradisional, maka dapat dikatakan bahwa Jembrana dan Negara merupakan Puri yang dibangun pada permulaan abad XVIII dan permulaan abad XIX adalah tipe kota-kota kerajaan yang bercorak Hindu. Jembrana sebagai sebuah kerajaan yang ikut mengisi lembaran sejarah delapan kerajaan (asta negara) di Bali. Sejak 1 Juli 1938, Daerah (Afdeling, regentschap) Jembrana dan juga daerah-daerah afdeling (Onder-afdeling, regentschap) lainnya di Bali ditetapkan sebagai daerah-daerah swapraja (Zelfbestuurlandschapen) yang masing-masing dikepalai oleh Zelfbestuurder (Raja). Raja di Swapraja Jembrana (Anak Agoeng Bagoes Negara) dan Raja-raja di swapraja lainnya di seluruh Bali terlebih dahulu telah menyatakan kesetiaannya terhadap pemerintah Gubernemen. Anak Agung Bagoes Negara memegang tampuk pemerintahan di swapraja Jembrana secara terus-menerus selama 29 tahun meskipun terjadi perubahan tatanegara dalam sistem pemerintahan. Kepemimpinannya di Jembrana berlangsung paling lama dibandingkan dengan kepemimpinan yang dipegang oleh pejabat-pejabat sebelumnya. Selama kepemimpinannya pula, dua nama yaitu Jembrana dengan ibu kotanya Negara senantiasa terpateri dalam sejarah pemerintah di Jembrana, baik dalam periode Pendudukan Jepang (tahun 1943-1945), periode Republik Indonesia yang hanya beberapa bulan (tahun 1946-1950) maupun pada waktu kembali ke periode bentuk Negara Indonesia Timur (Tahun 1946-1950) maupun pada waktu kembali ke periode bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (tahun 1950-1958). Dapat dikatakan bahwa, sejak gelar "Bupati" yang mengepalai pemerintahan di Daerah Tingkat II Jembrana untuk pertama kali diberlakukan pada tahun 1959 sampai saat ini, nama "Negara" sebagai ibu kota Daerah Kabupaten Jembrana tetap dilestarikan. Geografi Kabupaten Jembrana adalah satu dari 9 (sembilan) Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Bali. Kabupaten Jembrana terletak di belahan Barat pulau Bali, membentang dari arah Barat ke Timur pada 8°09'30"–8°28'02" LS dan 114°25'53"–114°56'38" BT. Luas wilayah Kabupaten Jembrana secara keseluruhan adalah 841,80 Km² atau 84.180 Ha. Batas wilayah Batas-batas wilayah Kabupaten Jembrana adalah sebagai berikut: Topografi Kondisi topografi wilayah Kabupaten Jembrana meliputi daerah pegunungan di bagian utara dan dataran rendah (pesisir pantai) di bagian selatan yang berbatasan dengan Samudera Indonesia. Pada bagian tengah merupakan daerah perkotaan. Berdasarkan tingkat kemiringan lereng, wilayah Kabupaten Jembrana dapat diklasifikasi ke dalam empat (4) kelompok, yaitu: Wilayah dengan kemiringan lereng 0–2% (datar), tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten Jembrana, khususnya di Kecamatan Jembrana dan Kecamatan Negara. Wilayah dengan kemiringan lereng 2–15% (landai), tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana. Wilayah dengan kemiringan lereng 15–40% (bergelombang/berbukit), tersebar hampir di seluruh kecamatan di Kabupaten Jembrana. Wilayah dengan kemiringan lereng >40% (curam sampai sangat curam), merupakan bagian terluas dari keseluruhan luas wilayah Kabupaten Jembrana. Bagian utara wilayah Kabupaten Jembrana mempunyai morfologi dan fisiografi pegunungan yang dibentuk oleh deretan pegunungan Penginuman, Gunung Klatakan, Gunung Bakungan, Gunung Nyangkrut, Gunung Sanggang dan Gunung Batas. Ketinggian tempat bervariasi antara 250–700 m dpl. Sementara itu, bagian selatan wilayah Kabupaten Jembrana topografinya relatif datar hingga bergelombang dengan ketinggian tempat berkisar antara 1–250 m dpl. Geologi Secara geologi, Kabupaten Jembrana terdiri dari batuan gunung api yang terdiri dari lava, breksi, tufa, yang diperkirakan berumur kwarter kawah dan daerah dataran yang sebagian daerah persawahan terbentuk dari batuan yang tergabung dan disebut dengan Formasi Palasari yang terdiri dari batu pasir, konglomerat dan batu gamping terumbu dan diperkirakan berumur kwarter, sedangkan untuk daerah pesisir pantai pada umumnya endapan aluvium yang terdiri dari pasir, lanau, lempung dan kerikil, yang dijumpai di sekitar daerah pantai di Pengambengan, Tegalbadeng, Perancak, Yeh Kuning, Mendoyo dan di pantai Gilimanuk. Wilayah Kabupaten Jembrana tersusun dari lima jenis batuan, yaitu Formasi Gamping Agung Batuan Gunung Api Jembrana Formasi Palasari Formasi Alluvium Alluvium Formasi Sorga Gunung yang terdapat di Kabupaten Jembrana berjumlah 17 buah termasuk gunung yang tidak aktif. Dari jumlah tersebut, Kecamatan Melaya mempunyai gunung paling banyak sehingga topografi di Kecamatan Melaya termasuk berbukit-bukit. Dari 17 gunung yang dijumpai di Kabupaten Jembrana, ternyata Gunung Merbuk merupakan gunung tertinggi (1.386 m dpl) di Kabupaten Jembrana yang terletak di Kecamatan Jembrana, kemudian disusul dengan Gunung Mesehe (1.300 mdpl) di Kecamatan Mendoyo, Gunung Bangul (1.253 m dpl) di Kecamatan Negara, dan Gunung Lesung (1.047 m dpl) di Kecamatan Mendoyo. Jenis tanah yang berada di wilayah Kabupaten Jembrana terdiri dari: Tanah Latosol Coklat dan Litosol (Inceptisol), Jenis tanah ini tersebar di lima wilayah Kabupaten Jembrana, yang paling luas terdapat di Kecamatan Mendoyo ( 25.985 ha), di Kecamatan Melaya (16.319 ha), Kecamatan Negara dan Jembrana (14.130 ha), dan Kecamatan Pekutatan (12.169 ha). Tanah Alluvial Coklat Kelabu, jenis tanah ini merupakan tanah endapan sungai dengan luas kurang lebih 10.750 Ha sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana (5.725 ha). Tanah Regosol Cokelat Kelabu, jenis tanah ini sebagian besar terdapat di Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana seluas 772 ha dan di wilayah Kecamatan Mendoyo seluas 648 ha. Tanah ini terbentuk oleh induk vulkanik intermedier dengan bentuk wilayah landai sampai berombak. Tanah Alluvial Hidromorf, jenis tanah ini terdapat di wilayah Kecamatan Negara dan Kecamatan Jembrana khususnya di sepanjang wilayah pantai selatan dan di sekitar Desa Pengambengan dan Desa Cupel. Luas jenis tanah ini kurang lebih 1.420 Ha. Tanah ini merupakan sedimen darat dan laut yang dibentuk oleh lempeng pasir dan pecahan karang. Iklim Suhu udara di wilayah Kabupaten Jembrana bervariasi antara 19°–33 °C, untuk wilayah perbukitan dan pegunungan biasanya suhu bisa berada kurang dari 19 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini pun bervariasi setiap bulannya antara 75%–81%. Wilayah Kabupaten Jembrana beriklim muson tropis (Am) dengan dua musim yang dipengaruhi pergerakan angin muson, yaitu musim penghujan yang dipengaruhi oleh hembusan angin muson barat yang bersifat lembap dan basah dan musim kemarau yang dipengaruhi angin muson timur–tenggara yang bersifat kering dan dingin. Musim kemarau di wilayah Jembrana berlangsung pada periode Mei–September yang merupakan periode bertiupnya angin muson timur–tenggara dan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Juli. Sementara itu, musim penghujan di Kabupaten Jembrana berlangsung pada periode bulan-bulan basah November–Maret dan puncak musim hujan terjadi pada bulan Januari dengan curah hujan bulanan lebih dari 290 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Jembrana berkisar antara 1.300–1.900 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 80–140 hari hujan per tahun. Selain kedua musim tersebut, terdapat pula musim pancaroba yang merupakan musim peralihan antara musim penghujan dan musim kemarau ataupun sebaliknya dan musim ini terjadi pada bulan April dan Oktober. Pemerintahan Bupati Bupati yang menjabat saat ini di kabupaten Jembrana ialah I Nengah Tamba, didampingi wakil bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna. Mereka menjadi pemenang pada pemilihan umum bupati Jembrana 2020, dan dilantik pada 26 Februari 2021, untuk periode 2021-2024. Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Suku bangsa Provinsi Bali merupakan rumah bagi etnis Bali dan Bali Aga, demikian juga di kabupaten ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 202.777 jiwa atau 77,50% dari 261.638 jiwa penduduk kabupaten Jembrana adalah suku Bali. Penduduk Jembrana dari suku lainnya, banyak berasal dari suku Jawa, dan sebagian lagi adalah orang Melayu, Bugis, Madura, Sunda, Tionghoa, Sasak, Flores, Batak, dan beberapa suku lainnya. Berikut adalah banyaknya penduduk Kabupaten Jembrana berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010: Agama Agama yang dianut penduduk kabupaten Jembrana sangat beragam dengan mayoritas beragama Hindu. Orang Bali kebanyakan beragama Hindu, dan sebagian beragama Islam dan Kristen. Sementara penduduk dari suku Jawa, Melayu, Bugis, Sunda, Sasak umumnya beragama Islam. Sebagian orang Flores, Batak, dan sebagian Tionghoa, beragama Kristen. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, sebanyak 71,21% penduduk Jembrana menganut agama Hindu. Kemudian penduduk yang beragama Islam sebanyak 26,40%. Selebihnya beragama Kristen sebanyak %, dimana Protestan sebanyak 1,25% dan Katolik sebanyak 0,83%. Penduduk yang beragama Buddha sebanyak 0,30%, dan Konghucu sebanyak 0,01%. Untuk sarana rumah ibadah, terdapat 912 pura , kemudian 63 masjid, 105 mushola, 34 gereja Protestan, 3 gereja Katolik dan 7 vihara. Pariwisata Beberapa tempat wisata yang di kabupaten Jembrana: Pura Rambut Siwi Pura Jati Pura Majapahit Pantai Baluk Rening Pantai Delod Berawah Perancak Taman Nasional Bali Barat Bendungan Palasari Pantai Medewi Tukad Gelar Bendungan Benel Bunut Bolong Pantai Pengeragoan Teluk Gilimanuk Taman Siwa Mahadewa Gilimanuk Air Terjun Juwuk Manis Taman dan Pura Jagatnatha Taman Pecangakan Galeri Referensi Pranala luar Profil di bali.go.id Pura Rambut Siwi di pawongan.com Jembrana Jembrana
4160
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Karangasem
Kabupaten Karangasem
Karangasem () adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Bali, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kota Amlapura. Memiliki dua Pelabuhan yakni Padang Bai dan Tanah Ampo. Di kabupaten ini terletak pura terbesar di Bali, yaitu Pura Besakih. Penduduk Karangasem berjumlah 416.600 jiwa pada tahun (2019), sedangkan menurut Kemendagri berjumlah 522.729 jiwa pada tahun 2022. Sejarah Sejarah Karangasem tidak lepas dengan sejarah berdirinya Kerajaan Karangasem. Nama Karangasem sebenarnya berasal dari kata Karang Semadi. Beberapa catatan yang memuat asal-muasal nama karangasem adalah seperti yang diungkapkan dalam Prasasti Sading C yang terdapat di Geria Mandara, Munggu, Badung. Lebih lanjut diungkapkan bahwa Gunung Lempuyang di timur laut Amlapura, pada mulanya bernama Adri Karang yang berarti Gunung Karang. Dalam penelitian sejarah keberadaan pura, Lempuyang dihubungkan dengan kata lampu yang artinya terpilih, dan Hyang yang berarti Tuhan (Bathara Guru, Hyang Parameswara). Di Adri Karang inilah Hyang Agnijaya membuat Pura Lempuyang Luhur sebagai tempat bersemadi (Karang Semadi). Lambat laun nama Karang Semadi ini berubah menjadi Karangasem. Geografi Karangasem merupakan kabupaten yang terletak di ujung paling timur Pulau Bali. Secara astronomis, kabupaten ini berada pada posisi 8°00'00"–8°41'37,8" Lintang Selatan dan 115°35'9,8"–115°54'8,9" Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Karangasem adalah 839,54 km² atau 83.954 Ha yang terdiri atas 8 Kecamatan, 75 desa, dan 3 kelurahan. Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Karangasem meliputi: Kecamatan Rendang, Sidemen, Manggis, Karangasem, Abang, Bebandem, Selat, dan Kubu. Batas wilayah Batas-batas wilayah Kabupaten Karangasem adalah sebagai berikut: Topografi Kabupaten Karangasem mempunyai wilayah yang berbatasan dengan laut sampai ke pegunungan dengan puncaknya Gunung Agung. Dengan demikian maka ketinggian tempatnya bervariasi dari 0–3.142 m di atas permukaan laut dan sebagian besar dari wilayah Karangasem memiliki ketinggian antara 100–500 m dpl dan 500–1000 m dpl. Ini berarti bahwa sebagian wilayahnya merupakan perbukitan sampai pegunungan. Daerah datarannya hanya meliputi 13,4% dari luas wilayah yakni hanya tersebar di daerah pantai atau pesisir. Berdasarkan tingkat kelerengan, daerah dataran terbesar adalah di Kecamatan Karangasem dengan luas 3.798 ha, kemudian diikuti Kecamatan Abang seluas 3.718 ha, sedangkan daerah sangat curam terluas adalah di Kecamatan Kubu dengan luas wilayah sebesar 4.898 ha, kemudian diikuti Kecamatan Manggis dengan luas wilayah 2.306 ha. Berikut adalah klasifikasi mendetail mengenai tingkat kemiringan lahan: Kemiringan lereng 0–8% merupakan daerah datar (flat to almost flat), dengan penyebarannya meliputi semua kecamatan dengan luas daerah 23.090,00 Ha atau 27,5% dari total luas wilayah Kabupaten Karangasem. Luasan terbesar adalah di Kecamatan Kubu yaitu seluas 5.011,00 Ha atau 21,7% dari luas daerah dengan kemiringan 0–8%. Kemiringan lereng 8–15% merupakan daerah agak landai (gentle sloping), dengan penyebarannya meliputi semua kecamatan kecuali Kecamatan Sidemen dengan luas daerah 12,860 Ha atau 15,3% dari total luas wilayah Kabupaten Karangasem. Luasan terbesar adalah di Kecamatan Kubu yaitu seluas 5.826 Ha atau 45,3% dari luas daerah dengan kemiringan 8–15%. Kemiringan lereng 15–25%, merupakan daerah agak curam (moderately steep), dengan penyebarannya meliputi semua kecamatan dengan luas daerah 16.682,00 Ha atau 19,9% dari total luas wilayah Kabupaten Karangasem. Luasan terbesar adalah di Kecamatan Rendang yaitu seluas 5.634 Ha atau 33,8% dari luas daerah dengan kemiringan 15–25%. Kemiringan lereng 25–40%, merupakan daerah curam (moderately steep), dengan penyebarannya meliputi semua kecamatan dengan luas daerah 14.794 Ha atau 17,6% dari total luas wilayah Kabupaten Karangasem. Luasan terbesar adalah di Kecamatan Abang yaitu seluas 3.495 Ha atau 23, 6% dari luas daerah dengan kemiringan 25–40%. Kemiringan di atas 40%, merupakan daerah sangat curam semua kecamatan dengan luas daerah 16.258 Ha atau 19,7% total luas wilayah Kabupaten Karangasem. Luasan terbesar adalah di Kecamatan Kubu yaitu seluas 4.898 Ha atau 29,6% dari luas daerah dengan kemiringan di atas 40%. Geologi Secara geologi Kabupaten Karangasem terdiri dari formasi Kuarter, Kuarter Bawah, dan Miosin. Formasi Kuarter meliputi sebagian besar wilayah kabupaten. Formasi Kuarter dengan Litologi Tufa Pasiran dan endapan lahar terdapat di pesisir utara yakni di daerah Tianyar. Litologi berupa lahar, pasir, lapili diarahkan bom, warna coklat tua hingga hitam. Sebarannya di daerah Gunung Agung, Selat, Muncan, sepanjang aliran Tukad Buhu, dan Tukad Bangka. Di Belahan utara mulai dari daerah Gunung Agung, wilayah Kecamatan Kubu, sebagian Kecamatan Abang, daerah aliran sungai Unda. Komposisi lahar terdiri dari batuan beku andesit dan batu apung dengan masa dasar tufa pasiran. Pasir komposisinya terdiri dari faalspar, gelas vulkanik, dan mineral hitam. Lapili dan bom komposisinya terdiri dari batu apung dan lava andesit, umumnya batuan ini belum mengeras dan mudah lepas. Setempat-setempat pada batuan ini terdapat lava dan breksi, kompak dan keras, pada lava sebagian berongga. Formasi Kuarter Bawah terdapat di daerah ujung timur kabupaten yakni Kecamatan Karangasem bagian timur dan Kecamatan Abang bagian utara. Litologinya berupa lava dan breksi Gunung Api Seraya. Lava berwarna abu-abu kehitaman. Breksi berwarna coklat. Formasi Miosin terdapat di perbukitan Kecamatan Manggis dan Selat. Litologinya berupa breksi dan lava merupakan formasi Ulakan. Lava berwarna abu-abu kehitaman dan breksi berwarna coklat kehitaman. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Karangasem berupa jenis mediteran, alluvial, latosol, dan regosol. Jenis tanah mediteran merupakan bagian terkecil (147 ha atau 0,2%), sebarannya di bagian pesisir kecamatan Manggis seperti sebagian wilayah Desa Antiga, wilayah Desa Ulakan, wilayah Desa Manggis, wilayah Nyuh Tebel (Kecamatan Karangasem). Jenis tanah alluvial tersebar di Kecamatan Sidemen, Manggis, Karangasem, Bebandem dan Selat. Kemudian latosol (luas 36.325 ha atau 43,3%) di wilayah Kecamatan Karangasem bagian timur (Desa Seraya, Seraya Barat, Seraya Timur), sebagian wilayah Kecamatan Abang seperti Desa Purwakerti, daerah perbukitan Manggis sampai sebagian Kecamatan Selat bagian selatan, dan sebagian Kecamatan Sidemen. Jenis tanah latosol ini umumnya sangat rawan terhadap erosi, lebih-lebih di Kecamatan Karangasem Timur karena tanahnya banyak terdiri dari batu lepas dengan vegetasi yang kurang serta kemiringan yang terjal. Jenis tanah regosol (luas 36.784 ha atau 43,8%) meliputi sebagian terbesar wilayah Kabupaten Karangasem. Sebarannya adalah dari bagian utara sampai bagian tengah. Tanah jenis ini juga rawan erosi khususnya pada daerah dengan kemiringan lahan tinggi. Hidrologi Terdapat beberapa sungai yang melewati wilayah Kabupaten Karangasem, di antaranya terdapat dua sungai yang cukup potensial untuk dikembangkan menjadi sumber air yang dapat memenuhi kebutuhan air warga Karangasem, yaitu Sungai Tukad Unda dan Sungai Tukad Telaga Waja. Berdasarkan tingkat kontinuitas aliran, sungai di wilayah Kabupaten Karangasem terbagi menjadi tiga, yakni: Mengalir sepanjang tahun (perennial streams) umumnya mengalir ke bagian selatan. Berikut adalah contoh sungai yang mengalir sepanjang tahun: Tukad Janga, Tukad Telagawaja, Tukad Mangereng, Tukad Jinah, Tukad Nyuling, Tukad Kekeruk, Tukad Buhu dan lainnya. Mengalir hanya pada musim hujan (intermitten streams). Sungai jenis ini banyak terdapat di Desa Seraya, Seraya Barat, Bugbug dan Perasi. Mengalir hanya pada saat hujan (ephemeral streams) umumnya semua sungai di Kecamatan Kubu, sebagian Kecamatan Abang (Purwakerthi, Labasari), dan sebagian Kecamatan Karangasem (Seraya Timur). Iklim Suhu udara di wilayah Kabupaten Karangasem sangat beragam oleh karena faktor ketinggian suatu tempat, tetapi pada umumnya suhu udara rata-rata di wilayah Karangasem berkisar antara 20°–32 °C, tetapi untuk suhu udara di wilayah perbukitan dan pegunungan biasanya kurang dari 20 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini pun bervariasi antara 76%–81%. Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, sebagian besar wilayah Kabupaten Karangasem beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Karangasem biasanya berlangsung pada periode Mei–Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus dan September dengan curah hujan bulanan di bawah 20 mm per bulan. Sementara itu, musim penghujan di Kabupaten Karangasem berlangsung pada periode November–April dengan bulan terbasah Januari dan Februari yang curah hujan bulanannya di atas 200 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten Karangasem berkisar antara 1.000–1.700 mm per tahun dengan jumlah curah hujan berkisar antara 90–140 hari hujan per tahun. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Pariwisata Tempat Wisata Di Karangasem terdiri banyak objek wisata yang cukup populer dan dikunjungi banyak wisatawan, baik lokal maupun internasional. Berikut beberapa daftar objek wisata di Karangasem: Pura Besakih Pura Pasar Agung Gunung Agung Bukit Jambul Telaga Waja Kebun Salak Sibetan Taman Ujung Candidasa Tirta Gangga Puri Agung Karangasem Tulamben Amed Tenganan Labuan Amuk Padang Bai Pantai Bias Tugel Pura Lempuyang Bukit Asah Pantai Perasi (Virgin Beach) Pelukatan Jaga Satru Referensi Lihat Juga Daftar Daerah Tingkat II Pranala luar Karangasem Karangasem
4161
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Klungkung
Kabupaten Klungkung
Klungkung () adalah sebuah wilayah kabupaten terkecil di Provinsi Bali, Indonesia. Ibu kotanya adalah Semarapura. Klungkung berbatasan dengan Kabupaten Bangli di sebelah utara, Kabupaten Karangasem di timur, Kabupaten Gianyar di barat dan dengan Samudra Hindia di sebelah selatan. Sepertiga wilayah Kabupaten Klungkung (112,16 km²) terletak di antara pulau Bali dan dua pertiganya (202,84 km²) lagi merupakan kepulauan, yaitu Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan. Sejarah Masa Kerajaan Gelgel dan Klungkung Pada masa kerajaan, Klungkung menjadi pusat pemerintahan raja-raja Bali. Ida I Dewa Agung Jambe adalah Pendiri Kerajaan Klungkung tahun 1686 dan merupakan penerus Dinasti Gelgel. Pada waktu itu, Kerajaan Gelgel merupakan pusat kerajaan di Bali dan masa keemasan kerajaan ini tercipta pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Raja Klungkung adalah pewaris langsung dan keturunan dari Dinasti Kresna Kepakisan. Karenanya, sejarah Klungkung berhubungan erat dengan raja-raja yang memerintah di Samprangan dan Gelgel. Pada tahun 1650, terjadi pemberontakan oleh seorang Perdana Menteri Kerajaan bernama I Gusti Agung Maruti yang menyebabkan runtuhnya Kerajaan Gelgel yang pada saat itu diperintah Dalem Di Made. Gusti Agung Maruti mengambil alih Kerajaan tersebut dari tangan Dalem Di Made raja terakhir yang memerintah kerajaan Gelgel. Pada waktu itu Dalem Di Made menyelamatkan diri dengan mengungsi ke Desa Guliang di wilayah Kerajaan Bangli. Salah seorang Putranya, Ida I Dewa Agung Jambe, kemudian berhasil merebut kembali kerajaan Gelgel dari cengkraman I Gusti Agung Maruti pada tahun 1686 M. Sejak itu Gelgel tidak lagi sebagai tempat kerajaan. Di daerah utara dari Gelgel, yang kemudian dinamai Klungkung, disitulah kemudian Ida I Dewa Agung Jambe mendirikan Istana tempat tinggal. Istana ini kemudian dinamakan Semarapura atau Semarajaya. Sejak itu gelar "Dalem" tidak lagi dipergunakan bagi raja- raja yang memerintah di Kerajaan Klungkung. Gelar yang disandang secara turun–temurun oleh raja – raja Klungkung disebut "Dewa Agung". Selama pemerintahan Dinasti Kepakisan di Bali, terjadi dua kali perpindahan pusat kerajaan (tahun 1350-1908): Pertama: dari Samprangan ke Gelgel – Swecapura berlangsung secara damai (abad ke-14) dengan raja yang berkuasa: Dalem Ketut Nglesir, Dalem Waturenggong, Dalem Bekung, Dalem Segening, dan Dalem Dimade. Kedua: pusat kerajaan pindah dari Gelgel – Swecapura ke pusat Kerajaan Klungkung – Semarapura antara abad 17–20 dengan Raja Dewa Agung Jambe, Dewa Agung Made, Dewa Agung Di Madya, Sri Agung Sakti, Sri Agung Putra Kusamba, dan Dewa Agung Istri Kanya. Kerajaan Klungkung Bali telah berhasil mencapai punjak kejayaan dan keemasannya dalam bidang pemerintahan, adat dan seni budaya pada abad ke 14 – 17 di bawah kekuasaan Dalem Waturenggong dengan pusat kerajaan di Keraton Gelgel – Swecapura memiliki wilayah kekuasaan sampai Lombok dan Blambangan. Terjadinya perang Puputan Klungkung ketika pusat kerajaan Klungkung sudah berada di keraton Semarapura. Beberapa raja telah memerintah secara turun – temurun di Kerajaan klungkung, dan yang terakhir adalah Ida I Dewa Agung Gede Jambe (Ida I Dewa Agung Putra IV), nama yang sama dengan nama raja yang telah mendirikan Kerajaan Klungkung. Kerajaan Klungkung tidak bertahan lama, wilayah kerajaan terbelah menjadi kerajaan-kerajaan kecil seperti kerajaan Badung, Gianyar, Karangasem, Buleleng, Bangli, Tabanan, Jembrana, Denpasar dan kerajaan Klungkung sendiri. Pada masa pemerintahan raja Klungkung terakhir yaitu Ida I Dewa Agung Gede Jambe, pada tanggal 28 April 1908, terjadi suatu peristiwa yang menggemparkan di Kerajaan Klungkung. Serdadu Belanda dibawah Komando Jenderal M.B.Rost Van Tonningen telah melakukan serangan terhadap Kerajaan Klungkung. Raja Ida I Dewa Agung Jambe dengan disertai para Bahudanda (Pembesar Kerajaan) dan segenap rakyatnya yang setia berupaya melakukan perlawanan yang gigih terhadap serangan pasukan Belanda tersebut, namun sia–sia. Raja bersama dengan pengikutnya gugur di medan Puputan. Sedangkan di pihak Belanda walaupun ada juga beberapa yang tewas dan luka–luka, tapi tidak berarti apa–apa bagi keutuhan pasukan Belanda, namun cukup memberikan pukulan psikologis terhadap Belanda. Kejadian itu dikenal sebagai "Puputan Klungkung". Sejak itu Kerajaan Klungkung menjadi jajahan Belanda. Perang Kusamba (24 Mei 1849) Kusamba, sebuah desa yang relatif besar di timur Semarapura hingga abad ke-18, lebih dikenal sebagai sebuah pelabuhan penting Kerajaan Klungkung. Secara geografis, Desa Kusamba memiliki posisi yang strategis sebagai pelabuhan utama Kerajaan Klungkung. Desa Kusamba memiliki jejak sejarah/historis yang penting dalam sejarah Bali. Nama Desa Kusamba diambil dari urat kata kusa (ilalang) karena pada waktu itu banyak ditemukan tanaman tersebut didaerah yang saat ini kita kenal dengan nama Desa Kusamba. Desa Kusamba semakin dikenal dalam sejarah perpolitikan Bali manakala Raja I Dewa Agung Putra membangun sebuah istana di desa yang terletak di pesisir pantai itu. Bahkan, I Dewa Agung Putra menjalankan pemerintahan dari istana yang kemudian diberi nama Kusanegara itu. Sampai di situ, praktis Kusamba menjadi pusat pemerintahan kedua Kerajaan Klungkung. Pemindahan pusat pemerintahan ini tak pelak turut mendorong kemajuan Kusamba sebagai pelabuhan yang kala itu setara dengan pelabuhan kerajaan lainnya di Bali seperti Kuta. Nama Kusamba makin melambung manakala ketegangan politik makin menghebat antara Dewa Agung Istri Kanya selaku penguasa Klungkung dengan Belanda di pertengahan abad ke-19. Sampai akhirnya pecah peristiwa perang penting dalam sejarah heroisme Bali, Perang Kusamba, yang menuai kemenangan telak dengan berhasil membunuh jenderal Belanda, Jenderal AV Michiels. Drama heroik itu bermula dari terdamparnya dua skoner (perahu) milik G.P. King, seorang agen Belanda yang berkedudukan di Ampenan, Lombok di pelabuhan Batulahak, di sekitar daerah Pesinggahan. Kapal ini kemudian dirampas oleh penduduk Pesinggahan dan Dawan. Raja Klungkung sendiri menganggap kehadiran kapal yang awaknya sebagian besar orang-orang Sasak itu sebagai pengacau sehingga langsung memerintahkan untuk membunuhnya. Oleh Mads Lange, seorang pengusaha asal Denmark yang tinggal di Kuta yang juga menjadi agen Belanda dilaporkan kepada wakil Belanda di Besuki. Residen Belanda di Besuki memprotes keras tindakan Klungkung dan menganggapnya sebagai pelanggaran atas perjanjian 24 Mei 1843 tentang penghapusan hukum Tawan Karang. Kegeraman Belanda bertambah dengan sikap Klungkung membantu Buleleng dalam Perang Jagaraga, April 1849. Karenanya, timbullah keinginan Belanda untuk menyerang Klungkung. Ekspedisi Belanda yang baru saja usai menghadapi Buleleng dalam Perang Jagaraga, langsung dikerahkan ke Padang Cove (sekarang Padang Bai) untuk menyerang Klungkung. Diputuskan, 24 Mei 1849 sebagai hari penyerangan. Klungkung sendiri sudah mengetahui akan adanya serangan dari Belanda itu. Karenanya, pertahanan di Pura Goa Lawah diperkuat. Dipimpin Ida I Dewa Agung Istri Kanya, Anak Agung Ketut Agung dan Anak Agung Made Sangging, Klungkung memutuskan mempertahankan Klungkung di Goa Lawah dan Puri Kusanegara di Kusamba. Perang menegangkan pecah di Pura Goa Lawah. Namun, karena jumlah pasukan dan persenjatan yang tidak berimbang, laskar Klungkung pun bisa dipukul mundur ke Kusamba. Di desa pelabuhan ini pun, laskar Klungkung tak berkutik. Sore hari itu juga, Kusamba jatuh ke tangan Belanda. Laskar Klungkung mundur ke arah barat dengan membakar desa-desa yang berbatasan dengan Kusamba untuk mencegah serbuan tentara Belanda ke Puri Klungkung. Jatuhnya Kusamba membuat geram Dewa Agung Istri Kanya. Malam itu juga disusun strategi untuk merebut kembali Kusamba yang melahirkan keputusan untuk menyerang Kusamba 25 Mei 1849 dini hari. Kebetulan, malam itu, tentara Belanda membangun perkemahan di Puri Kusamba karena merasa kelelahan. Hal ini dimanfaatkan betul oleh Dewa Agung Istri Kanya. Beberapa jam berikutnya sekitar pukul 03.00, dipimpin Anak Agung Ketut Agung, sikep dan pemating Klungkung menyergap tentara Belanda di Kusamba. Kontan saja tentara Belanda yang sedang beristirahat itu kalang kabut. Dalam situasi yang gelap dan ketidakpahaman terhadap keadaan di Puri Kusamba, mereka pun kelabakan. Dalam keadaaan kacau balau itu, Jenderal Michels berdiri di depan puri. Untuk mengetahui keadaan tentara Belanda menembakkan peluru cahaya ke udara. Keadaan pun menjadi terang benderang. Justru keadaan ini dimanfaatkan laskar pemating Klungkung mendekati Jenderal Michels. Saat itulah, sebuah meriam Canon yang dalam mitos Klungkung dianggap sebagai senjata pusaka dengan nama I Selisik, konon bisa mencari sasarannya sendiri ditembakkan dan langsung mengenai kaki kanan Michels. Sang jenderal pun terjungkal. Kondisi ini memaksa tentara Belanda mundur ke Padang Bai. Jenderal Michels sendiri yang sempat hendak diamputasi kakinya akhirnya meninggal sekitar pukul 23.00. Dua hari berikutnya, jasadnya dikirim ke Batavia. Selain Michels, Kapten H Everste dan tujuh orang tentara Belanda juga dilaporkan tewas termasuk 28 orang luka-luka. Klungkung sendiri kehilangan sekitar 800 laskar Klungkung termasuk 1000 orang luka-luka. Namun, Perang Kusamba tak pelak menjadi kemenangan gemilang karena berhasil membunuh seorang jenderal Belanda. Sangat jarang terjadi Belanda kehilangan panglima perangnya apalagi Michels tercatat sudah memenangkan perang di tujuh daerah. Meski akhirnya pada 10 Juni 1849, Kusamba jatuh kembali ke tangan Belanda dalam serangan kedua yang dipimpin Lektol Van Swieten, Perang Kusamba merupakan prestasi yang tak layak diabaikan. Tak hanya kematian Jenderal Michels, Perang Kusamba juga menunjukkan kematangan strategi serta sikap hidup yang jelas pejuang Klungkung. Perang Puputan Klungkung (21 April 1908) Puputan Klungkung diawali oleh peristiwa Perang Gelgel yang meletus tanggal 18 April 1908. kemudian tanggal 21 April 1908 Belanda mengerahkan angkatan lautnya dari pantai Jumpai dan keesokan harinya mendarat di Kusamba dan menyerang Klungkung dari arah timur, barat, dan selatan. Raja Klungkung I Dewa Agung Jambe beserta keluarga dan rakyat bertempur habis-habisan (puputan) sampai gugur. Ini adalah perlawanan bunuh diri yang sarat ritual oleh penguasa dan pengikut mereka terhadap detasemen pasukan kolonial Belanda yang dipersenjatai dengan baik. Pada akhirnya hampir dua ratus orang Bali terbunuh oleh peluru Belanda. Setelah kejadian ini, Klungkung ditempatkan di bawah pemerintahan langsung Belanda. Pada tahun 1929 keponakan penguasa terakhir, Dewa Agung Oka Geg, diangkat menjadi bupati oleh penguasa kolonial. Pada tahun 1938 statusnya dan tujuh bupati Bali lainnya diakui kedaulatannya sebagai zelfbestuurder atau raja. Setelah pembentukan negara Indonesia kesatuan di 1949-1950, jabatan raja telah dihapuskan di Bali dan di tempat lainnya. Gelar Dewa Agung tidak dipergunakan lagi seiring dengan kematian Dewa Agung Oka Geg pada tahun 1964. Sejak itu anggota-anggota keluarganya beberapa kali terpilih untuk memimpin Klungkung sebagai bupati. Masa Hindia Belanda (1929-1942) Guna memulihkan situasi Kerajaan Klungkung yang baru saja ditaklukkan yaitu dalam upaya agar rakyatnya mau memberikan simpati dan dukungan kepada Pemerintah Kerajaan yang baru, maka Pemerintah Hindia Belanda memutuskan untuk mengangkat seorang tokoh yang tepat untuk menjadi raja. Tokoh tersebut tiada lain ialah Ida I Dewa Agung Gede Oka Geg. Penobatannya yakni sebagai regen (Zelfbesturder Landschap Van Klungkung) dilakukan pada bulan Juli 1929. Siasat ini dapat memulihkan keadaan di Kerajaan Klungkung sampai akhirnya bangsa Indonesia memploklamirkan Kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Masa Pendudukan Jepang (1929-1945) Zelfbestuur atau dikenal juga dengan istilah swapraja adalah istilah untuk wilayah yang memiliki hak pemerintahan sendiri. Status swapraja berarti daerah tersebut dipimpin oleh pribumi serta berhak mengatur urusan administrasi, hukum, dan budaya internalnya. Pemerintahan pendudukan Jepang (1942-1945) menggantikan status daerah swapraja menjadi kochi. Selanjutnya Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, melalui Undang-undang Darurat Republik Indonesia no 69 tahun 1958 tanggal 9 Agustus 1958 tentang Pembentukan daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, Daerah Swapraja Klungkung diubah bentuknya menjadi Daerah Tingkat II Klungkung. Masa Pemerintahan Indonesia (1945-sekarang) Ketika dilaksanakannya Undang-Undang No. 18 tahun 1965, maka DATI II diubah dengan nama Kabupaten DATI II dan kemudian disempurnakan lagi dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 5 tahun 1974 yang menggantikan nama Kabupaten. Dan seiring dengan perjalanan sang waktu, ibu kota kabupaten yakni Kota Klungkung pun diubah dan diresmikan namanya menjadi Kota Semarapura pada 28 April 1992 oleh Menteri Dalam Negeri Rudini berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No.18 tahun 1992. Selanjutnya, setiap 28 April ditetapkan sebagai Hari Puputan Klungkung dan HUT Kota Semarapura. Hari jadi kota Semarapura bertepatan juga dengan peresmian Monumen Puputan Klungkung. Geografi Kabupaten Klungkung merupakan kabupaten yang luasnya terkecil kedua setelah Kota Denpasar dari 9 (sembilan) kabupaten dan kota yang berada di Bali yakni dengan luas wilayah sebesar 315 km². Secara astronomis, Kabupaten Klungkung terletak di antara 115°21'28" BT – 115°37'43" BT dan 8°27'37" LS – 8°49'00" LS. Kabupaten Klungkung terdiri dari beberapa pulau, yakni sebagian berada di Pulau Bali (Kecamatan Banjarangkan, Kecamatan Klungkung, dan Kecamatan Dawan), sedangkan Kecamatan Nusa Penida terpisah dari Pulau Bali dengan tiga pulau terbesar yaitu Pulau Nusa Penida, Pulau Nusa Lembongan, dan Pulau Nusa Ceningan. Kabupaten Klungkung terbagi atas empat kecamatan dengan kecamatan terbesarnya adalah Kecamatan Nusa Penida dengan luas wilayah 202,84 km² dan kecamatan terkecilnya adalah Kecamatan Klungkung dengan luas wilayah 29,05 km². Batas wilayah Secara administratif, wilayah Kabupaten Klungkung berbatasan dengan beberapa wilayah, yaitu Topografi Secara topografis, wilayah Kabupaten Klungkung memiliki ketinggian muka tanah yang beragam. Berdasarkan ketinggiannya, wilayah Kabupaten Klungkung didominasi oleh wilayah perbukitan dengan ketinggian antara 100-500 mdpl yang luas wilayahnya sebesar 227,48 km² atau 72,22% dari total luas wilayah Kabupaten Klungkung, kemudian disusul oleh dataran rendah dengan ketinggian antara 0-100 mdpl yang luas wilayahnya adalah 86,27 km² atau 27,38% dari total luas wilayah Kabupaten Klungkung, dan terakhir diikuti oleh dataran tinggi dengan ketinggian lebih dari 500 mdpl yang luasnya hanya 1,25 km² atau 0,4% dari total luas wilayah Kabupaten Klungkung. Berdasarkan tingkat kemiringan lereng, daerah Kabupaten Klungkung sebagian besarnya adalah wilayah dengan tingkat kemiringan 0-15% yang berarti dominan datar hingga landai dengan luas wilayahnya adalah 154,26 km², kemudian disusul oleh tingkat kemiringan 15%-40% yakni agak curam hingga curam yang luasnya adalah 144,27 km², dan diikuti tingkat kemiringan >40% yakni sangat curam dengan luasnya adalah 16,47 km². Hidrologi Secara hidrologis, wilayah Kabupaten Klungkung dilalui oleh beberapa aliran sungai yang berhulu dari wilayah utara den tengah Pulau Bali yang kemudian bermuara di Selat Badung dan juga beberapa aliran sungai yang berhulu di tengah Pulau Nusa Penida kemudian bermuara ke Selat Badung, Samudera Indonesia, maupun Selat Lombok. Sungai terpanjang di Kabupaten Klungkung adalah Tukad Telaga Waja, Tukad Rangka, dan Tukad Pulo dengan panjang aliran sungai adalah 33 km. Sementara itu, sungai terpendek di wilayah kabupaten ini adalah Tukad Bubungan dengan panjang aliran sebesar 6 km. Iklim Seperti wilayah lain di selatan Indonesia, wilayah Kabupaten Klungkung beriklim tropis dengan tipe iklim tropis basah dan kering (Am) yang memiliki dua pola musim yang diakibatkan oleh pergerakan angin monsun, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Kabupaten Klungkung terjadi akibat hembusan angin monsun baratan yang bersifat basah, lembap, serta banyak membawa uap air dan biasanya berlangsung pada periode November hingga April. Sementara itu, musim kemarau di wilayah ini terjadi karena hembusan angin monsun timuran yang bersifat kering dan umumnya berlangsung pada periode Mei hingga Oktober. Jumlah hari hujan di wilayah Kabupaten Klungkung berkisar antara 100 hingga 160 hari hujan per tahunnya. Suhu udara di wilayah Kabupaten Klungkung berkisar antara 22 °C hingga 34 °C dengan tingkat kelembapan relatif berada pada angka 60% hingga 90%. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Pariwisata Beberapa tempat menarik untuk dikunjungi antara lain: Monumen Puputan Monumen Puputan Klungkung merupakan monumen kebanggaan masyarakat Klungkung. Monumen ini merupakan simbol perjuangan rakyat dan kerajaan Klungkung melawan penjajah. Monumen Puputan Klungkung berlokasi di tengah-tengah kota Semarapura ibu kota Klungkung tepatnya di jalan Untung Surapati. Tempat ini berada di posisi yang strategis karena terletak di tengah-tengah keramaian kota, pusat pertokoan di Klungkung, pasar tradisional, kantor pemerintahan Klungkung dan terletak berdampingan dengan Kertha Gosa. Jika dari pusat kota Denpasar dapat ditempuh melalui Jalan By Pass Ngurah Rai. Dari Jalan By Pass Ngurah Rai terus masuk ke arah Jalan By Pass Prof. Ida Bagus Mantra. Di sepanjang jalan ini kita dapat menyaksikan garis pantai selatan Bali dan juga jalan yang masih mulus karena memang proyek By Pass di jalur ini baru saja selesai. Terus melalui jalur jalan ini hingga sampai di desa Takmung yang merupakan bagian dari Kabupaten Klungkung. Perjalanan sudah semakin dekat karena kita hanya perlu berkendara sekitar 10 menit untuk mencapai pusat kota Semarapura (ibu kota Klungkung). Monumen Puputan Klungkung dibangun untuk mengenang jasa para pahlawan dan ksatria kerajaan Klungkung melawan serangan kolonialisme Belanda pada zaman penjajahan. Monumen Puputan Klungkung merupakan tugu peringatan hari bersejarah Puputan Klungkung yang dulu terjadi pada hari Selasa Umanis 28 April 1908. Di sekitar areal monumen inilah dahulu terjadi perlawanan habis-habisan (perang puputan) melawan penjajah Belanda. Monumen Puputan Klungkung tampak menjulang tinggi di tengah-tengah keramaian pusat kota Semarapura. Monumen ini memiliki tinggi sekitar 28 meter dan berdiri di areal tanah dengan luas sekitar 128 m2. Bentuk dari monumen ini umumnya sama seperti monumen-monumen peringatan di Bali dan mencirikan karya seni arsitektur Bali, yaitu terdiri dari lingga dan yoni. Pada bagian bawah lingga terdapat sebuah ruangan berpetak yang dilengkapi dengan pintu masuk bergapura sebanyak 4 buah yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Pintu tersebut terletak di sebelah utara, timur, selatan dan barat dari bangunan lingga di bagian bawah. Di tengah-tengah antara ruangan berpetak dengan lingga terdapat bangunan kubah bersegi delapan yang alasnya dihiasi dengan kembang teratai sebanyak 19 buah. Dan secara keseluruhan angka-angka pada monumen ini akan mencerminkan pada tanggal bersejarah bagi masyarakat Klungkung 28-4-1908. Di sekitar monumen dilengkapi dengan bale bengong di setiap sudut halamannya dan biasanya bale bengong ini dimanfaatkan sebagai tempat belajar kelompok oleh para pelajar SD, SMP maupun SMA di Klungkung. Desa Wisata Kamasan Menyebut nama Desa Kamasan, Klungkung, maka ingatan kita akan tertuju pada sebentang kanvas berhiaskan tokoh-tokoh pewayangan. Kamasan memang sudah sangat identik dengan lukisan tradisional wayang klasik Bali itu. Dari generasi ke generasi, krama Kamasan begitu suntuk menekuni kesenian warisan leluhurnya. Gemuruh perkembangan seni rupa dunia yang menawarkan beragam aliran, tak kuasa membuat mereka berpaling. Bahkan, tidak sedikit krama Kamasan menggantungkan sumber penghidupannya dari aktivitas berkesenian. Kamasan adalah sebuah komunitas seniman lukisan tradisional. Begitu intim dan begitu lama berkembangnya seni lukis tradisional maka para seniman menyebut hasil-hasil lukisan di sana memiliki gaya (style) tersendiri yaitu lukisan tradisional Kamasan. Sesungguhnya bakat seni tumbuh pula pada karya-karya seni lainnya yaitu berupa seni ukir emas dan perak dan yang terakhir ialah seni ukir peluru. Meskipun dari segi material yang digunakan kain warna logam mengikuti perubahan yang terjadi tetapi ciri khasnya tetap tampak dalam tema lukisan atau ukiran yaitu menggambarkan tokoh-tokoh wayang. Lukisan Tradisional Wayang Kamasan Asal usul lukisan wayang tradisional gaya Kamasan, menurut I Made Kanta (1977), merupakan kelanjutan dari tradisi melukis wong-wongan (manusia dengan alam sekitar) pada zaman pra-sejarah hingga masuknya agama Hindu di Bali dan keahlian tersebut mendapatkan kesempatan berkembang dengan baik. Cerita yang dilukis gaya Kamasan banyak yang mengandung unsur seni dan makna filosofis yang diambil dari Ramayana dan Mahabharata, termasuk juga bentuk pawukon dan palelidon. Salah satu contoh warisan lukisan Kamasan telah menghiasi langit-langit di Taman Gili dan Kerthagosa, Semarapura, Klungkung. Kamasan sebagai pusat berkembangnya lukisan dan ukiran tradisional klasik Bali adalah nama sebuah desa di Kecamatan dan Kabupaten Klungkung. Desa Kamasan secara geografis termasuk desa dataran rendah dekat dengan pantai Klotok atau pantai Jumpai ± 3 km. Jarak dari Denpasar ke desa ini sekitar 43 km. Akses sangat mudah karena dekat dengan pusat Kota Semarapura, Klungkung. Referensi Lihat Juga Daftar Daerah Tingkat II Pranala luar Situs resmi Profil di bali.go.id Klungkung Klungkung
4162
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Tabanan
Kabupaten Tabanan
Tabanan () adalah sebuah kabupaten di provinsi Bali, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Tabanan Kota. Kabupaten ini terletak sekitar 35 km di sebelah barat Kota Denpasar. Tabanan berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Kabupaten Badung di timur, Samudra Indonesia di selatan dan Kabupaten Jembrana di barat. Luas Kabupaten Tabanan adalah 1.013,88 km² Geografi Topografi Kabupaten Tabanan terletak di bagian selatan Pulau Bali, Kabupaten Tabanan memiliki luas wilayah 1.013,88 km² atau 17,54% dari luas provinsi Bali yang terdiri dari daerah pegunungan dan pantai. Secara geografis wilayah Kabupaten Tabanan terletak antara 114°54'52" - 115°12'57" bujur timur dan 8°14'30" - 8°30'70" lintang selatan. Topografi kabupaten ini terletak di antara ketinggian 0 – 2.276 mdpl, dengan rincian; pada ketinggian 0 – 500 mdpl merupakan wilayah datar dengan kemiringan 2 – 15%. Sedangkan pada ketinggian 500 – 1.000 mdpl merupakan wilayah datar sampai miring dengan kemiringan 15 – 40 %. Pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan 2 – 15 % dan 15 – 40 % merupakan daerah yang cukup subur yang menjadi lahan pertanian. Di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian di atas 1.000 m di atas permukaan laut dan dengan kemiringan 40 % ke atas merupakan daerah berbukit- bukit dan terjal. Adapun batas wilayah Kabupaten Tabanan adalah meliputi: sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Buleleng, yang dibatasi oleh deretan pegunungan seperti Gunung Batukaru (2.276 m), Gunung Sanghyang (2.023 m), Gunung Pohen (2.051 m), Gunung Penggilingan (2.082 m), dan Gunung Beratan (2.020 m) ; di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Badung, yang dibatasi oleh Tukad Yeh Sungi, Tukad Yeh Ukun dan tukad Yeh Penet. Di sebelah selatan dibatasi oleh Samudera Hindia, dengan panjang pantai selebar 37 km ; di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Jembrana yang dibatasi oleh Tukad Yeh Let. Wilayah Kabupaten Tabanan sebanyak 23.358 Ha atau 28,00% dari luas lahan merupakan lahan persawahan, sehingga Kabupaten Tabanan dikenal sebagai daerah agraris. Potensi unggulan Tabanan adalah bidang pertanian kerena sebagian besar mata pencaharian, soko guru perekonomian daerah, serta penggunaan lahan wilayah Tabanan masih didominasi bidang pertanian dalam arti luas. Kabupaten Tabanan terdiri dari 10 Kecamatan (Kecamatan Tabanan, Kecamatan Kediri, Kecamatan Kerambitan, Kecamatan Selemadeg, Kecamatan Selemadeg Barat, Kecamatan Selemadeg Timur, Kecamatan Penebel, Kecamatan Pupuan, Kecamatan Marga, dan Kecamatan Baturiti), Kabupaten Tabanan berada di daerah tropis dengan dua musim yang berbeda antara musim kemarau dan musim penghujan dengan diselingi musim pancaroba. Temperatur udara bervariasi dan juga ditentukan oleh ketinggian tempat, rata-rata berkisar 27,60 C. Keadaan pengairan dipengaruhi oleh bentuk pantai dan curah hujan yang menjadi sumber penyimpanan air dan sumber pengairan disamping danau yang luasnya 377 Ha terletak di kecamatan Baturiti. Penggunaan Tanah Bila dilihat dari penguasaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada, sekitar 22,562 km2 (26,88 %) wilayah Tabanan merupakan lahan persawahan dan 61,371 km² (73,12% ) merupakan lahan bukan sawah. Dari 73,12 persen lahan bukan sawah, 99,95 persen diantaranya merupakan lahan kering yang sebagian besar berupa tegal, kebun, dan hutan negara, sisanya 0,05 persen adalah lahan lainnya seperti kolam, tambak dan rawa-rawa. Curah Hujan Dari topografinya, Kabupaten Tabanan merupakan daerah pegunungan dan pantai. Ini mengakibatkan perbedaan suhu dimasing-masing daerah di wilayah Kabupaten Tabanan. Perbedaan suhu tersebut pada akhirnya dapat mempengaruhi tingkat curah hujan. Dari dua stasiun pencatat curah hujan yang aktif di Kabupaten Tabanan, curah hujan yang tertinggi pada tahun 2010 terjadi pada bulan januari, april, dan bulan septsember hingga desember. Hal tersebut artinya pada bulan bulan bersangkutan, frekwensi curah hujannya tinggi. Pertanahan Berdasarkan catatan Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tabanan, banyaknya hak atas tanah yang telah terdaftar sampai pada Tahun 2010 sebanyak 201.988 buah, yang sebagian besar (94,97 %) merupakan hak milik. Kepemilikan hak atas tanah ini mengalami peningkatan sekitar 5,49 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pemerintahan Daftar Bupati Bupati Tabanan adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Tabanan. Bupati Tabanan bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Bali. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Tabanan ialah I Komang Gede Sanjaya, didampingi wakil bupati I Made Edi Wirawan. Pada periode sebelumnya, Sanjaya merupakan wakil bupati, mendampingi bupati Ni Putu Eka Wiryastuti hingga 2021. Kemudian Sanjaya bersama Edi Wirawan maju dalam Pemilihan umum Bupati Tabanan 2020, dan menang, kemudian dilantik pada 21 Februari 2021, hingga masa jabatan tahun 2024. Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Tabanan tahun 2004 tercatat sejumlah 404.582 jiwa dengan laju pertumbuhan sejak lima tahun terakhir rata-rata 0,36 persen per tahun. Pada periode 2000–2004, kepadatan penduduk rata-rata 469,43 jiwa/km². Laju pertumbuhan penduduk terkonsentrasi di Kota Tabanan dan Kediri yang meliputi Desa Abiantuwung, Kediri, Banjar Anyar, Delod Peken, Dajan Peken, Dauh Peken, Denbantas, Subamia dan Bongan akibat adanya urbanisasi yang tersebar pada kompleks perumahan KPR/BTN dan pembukaan pemukiman penduduk baru. Komposisi penduduk menunjukkan Sex Ratio 98,27. Jumlah kepala keluarga (KK) di Kabupaten Tabanan tercatat sejumlah 98.913 dengan rata-rata jiwa setiap rumah tanggga 4,1 orang. Angka penundaan usia kawin wanita rata-rata mencapai 24,2 tahun. Suksesnya penanganan kependudukan selain adanya keberhasilan pengendalian juga karena adanya dukungan sosial seperti: pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan dalam perekonomian. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan membaiknya pendapatan per kapita. Dari tahun ke tahun pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Tabanan menunjukkan kecenderungan meningkat, tahun 2000 sebesar Rp 3.706.700,52,- dan tahun 2004 sebesar Rp 5.358.758,91,- Sebagai wilayah yang berbatasan dengan Samudera Indonesia, Kabupaten Tabanan memiliki garis pantai sepanjang 35 km yang terbentang dari Timur ke Barat, mulai di pantai Nyanyi, Kecamatan Kediri sampai di pantai Selabih, Kecamatan Selemadeg Barat. Potensi kelautan dan pantai ini telah dimanfaatkan melalui usaha penangkapan ikan dan objek wisata. Berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2010, penduduk Kabupaten Tabanan tercatat berjumlah 431.162 jiwa dengan laju pertumbuhan alaminya sebesar 0,15. Dari 431.162 jiwa, 214.264 (49,69 %) diantaranya merupakan penduduk laki laki dan 216.898 (50,31 %) merupakan penduduk perempuan. Dilihat dari komposisi penduduknya, rasio jenis kelamin atau sex ratio penduduk Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah sebesar 98,79. Nilai ini berarti, setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten Tabanan terdapat 98 penduduk laki laki. Kabupaten Tabanan dengan luas wilayah sebesar 839 km2 dan jumlah penduduk sebanyak 431.162 jiwa, kepadatan penduduknya mencapai 513 jiwa per km2. Apabila dilihat tingkat kepadatan penduduk per kecamatan, persebaran penduduk di Kabupaten Tabanan tidak merata. Terdapat beberapa kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya jauh di atas rata-rata, antara lain kecamatan Kediri (1.399 jiwa per km2), Tabanan (1.235 jiwa per km2), Marga (970 jiwa per km2), dan Kerambitan (930 jiwa per km2), Baturiti (515 jiwa per km2) sedangkan lainnya tingkat kepadatan penduduknya 500 jiwa per km2 kebawah. Agama Sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, Negara menjamin kehidupan beragama serta menjaga kerukunan antar umat beragama. Untuk itu, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai untuk peningkatan pelayanan bagi seluruh umat beragama. Sebagian besar penduduk Kabupaten Tabanan beragama Hindu, hal ini tercermin dari jumlah peribadatan yang terdapat di Kabupaten Tabanan. Pada tahun 2010 di Kabupaten Tabanan terdapat 1.163 buah tempat peribadahan untuk Agama Hindu, 43 buah untuk Agama Islam, 6 buah untuk Agama Katolik, 3 buah untuk Agama Budha dan 9 buah untuk Agama Protestan. Suku bangsa Sebagian besar suku penduduk yang ada di Tabanan adalah suku Bali. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Sensus Penduduk Indonesia tahun 2010, sebanyak 93,38% dari 624.125 jiwa penduduk kabupaten Tabanan adalah suku Bali. Kemudian suku Jawa sebanyak 4,80%, dan beberapa lainnya seperti suku Madura, Sasak, dan suku lainnya. Berikut adalah banyaknya penduduk kabupaten Tabanan berdasarkan suku bangsa pada tahun 2010: Tenaga Kerja Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) tahun 2010, angkatan kerja di Kabupaten Tabanan sebanyak 261.534 jiwa. Dari angkatan kerja yang ada254.402 jiwa (97,27 %) diantaranya adalah penduduk yang bekerja, dan sisanya 7.132 (2,73 %) merupakan pengangguran terbuka. Penduduk angkatan kerja yang berada di Kabupaten Tabanan, penduduknya bekerja di sektor pertanian, yaitu sekitar 43,96 persen. Penduduk angkatan kerja yang bekerja di sektor perdagangan terdapat 44.250 jiwa (17,39 %), di sektor industri sebanyak 35.313 jiwa (13,88 %), dan sisanya tersebar di keenam sektor lainnya. Jumlah penduduk yang bukan angkatan kerja di Kabupaten Tabanan sebanyak 82.354 jiwa, di mana 19.249 jiwa (23,37 %) karena masih bersekolah, 48.697 jiwa (59,13 %) mengurus rumah tangga dan 14.408 (17,05 %) karena alasan lainnya. Pendidikan Jumlah sekolah TKK di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 terdapat sebanyak 219 buah dengan jumlah murid sebanyak 6.394 orang. Jumlah SD yang ada di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 adalah sebanyak 339 buah, dengan jumlah murid dan guru masing-masing sebanyak 35.969 dan 3.383 orang. Dari keadaan tersebut dapat diketahui bahwa nilai rasio murid terhadap guru untuk Sekolah Dasar adalah sebesar 11. Nilai rasio ini berarti setiap 1 orang guru SD harus mendidik 13 orang murid. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah murid SLTP di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 1,01 persen. Dari 18.232 murid SLTP, terdapat 1.644 orang guru yang mengajar ditingkat SLTP. Ini berarti rasio murid terhadap guru untuk tingkat SLTP adalah sebesar 11. Untuk sekolah menengah atas (SMU dan SMK), jumlah murid di Kabupaten Tabanan mengalami kenaikan yaitu dari 12.551 orang pada tahun 2009 menjadi 12.551 orang pada tahun 2010.Jumlah pengajar yang mengajar di sekolah menengah atas sebanyak 1.517 orang guru. Berarti rasio murid terhadap guru untuk tingkat sekolah menengah atas adalah sebesar 9. Di Kabupaten Tabanan terdapat 4 perguruan tinggi, di mana ketiganya merupakan Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Jumlah mahasiswa PTS di Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 meningkat dari 1.913 orang pada tahun 2009 menjadi 2.079 orang pada tahun 2010. Kesehatan Di Kabupaten Tabanan terdapat 20 Puskesmas, 78 puskesmas pembantu, dan 30 puskesmas keliling. Sedangkan jumlah rumah sakit negeri yang terdapat di Kabupaten Tabanan terdapat satu buah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 190 buah. Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah tenaga kesehatan di RSUD Kabupaten Tabanan pada tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 1,17 persen. Jumlah pasien yang tercatat di RSUD Tabanan selama tahun 2010 sebanyak 125.141 pasien, di mana 110,301 diantaranya adalah pasien rawat jalan, dan 14.840 pasien rawat inap. Dari pasien rawat inap yang tercatat di RSUD Tabanan, paling banyak pasien dirawat disebabkan oleh kasus Single live birth (15,61%). Sedangkan untuk kasus kematian, kebanyakan disebabkan oleh penyakit keracunan darah (42,02 %). Hukum Peradilan Statistik Peradilan Kabupaten Tabanan tahun 2010 terdapat 302 terdakwa yang perkaranya telah mendapatkan putusan pengadilan. Bila dilihat dari kelompok umur, sebagian besar terdakwa berumur 21 tahun keatas, yaitu sekitar 93,98%. Jumlah tahanan yang masuk Rumah Tahanan Negara Tabanan tahun 2010 sebanyak 246 orang, terdiri dari 224 orang berstatus penjara kurang dari 1 tahun dan 15 orang berstatus penjara 1 – 5 tahun dan 6 orang berstatus lebih dari 5 tahun. Pelanggaran lalu lintas di Kabupaten Tabanan selama tahun 2010 terdapat 8.331 buah. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah ini mengalami penurunan sebesar 48,82 persen. Tahun 2010 tercatat 253 kasus kecelakaan, dengan 73 orang diantaranya meninggal, 145 orang luka berat dan 226 orang luka ringan. Pariwisata Beberapa tempat wisata yang ada di kabupaten Tabanan, yakni: Pura Tanah Lot Pura Ulun Danu Bratan Alas Kedaton Jatiluwih Museum Subak Museum Keramik Tanteri Pura Batukaru Taman Pujaan Bangsa Margarana Vihara Dharma Giri Air Terjun Blahmantung Kebun Raya Bali Taman Kupu-Kupu Bali Pantai Yeh Gangga Pantai Balian Pantai Kelating Pantai Pasut Pantai Soka Puri Anom Tabanan Puri Agung & Puri Anyar Kerambitan Pemandian Air Panas Angseri Galeri Referensi Pranala luar Situs Resmi Kabupaten Tabanan Tabanan di bali.go.id Tabanan Tabanan
4163
https://id.wikipedia.org/wiki/Bima
Bima
Etnografi dan geografi Suku Bima, suatu suku di Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Bahasa Bima, bahasa yang dituturkan oleh suku Bima. Kabupaten Bima, di Nusa Tenggara Barat. Kota Bima, di Nusa Tenggara Barat. Tokoh dan hiburan Bimasena, atau Wrekodara, salah satu tokoh Mahabharata yang juga terkenal dalam pewayangan. Bima Satria Garuda, karakter pahlawan super dari Indonesia. Bima (seri televisi), seri televisi animasi yang ditayangkan di RCTI pada tahun 2020 Lain-lain Bima+, layanan teknologi informasi dan komunikasi yang diperuntukkan untuk bagi pengguna operator seluler 3 (telekomunikasi). Kereta Bima, sebuah layanan kereta api penumpang kelas eksekutif dan compartment suite yang melayani rute Gambir-Surabaya Gubeng. Kesultanan Bima di Pulau Sumbawa.
4164
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Dompu
Kabupaten Dompu
Dompu adalah sebuah kabupaten di bagian tengah Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Ibu kotanya bernama sama. Wilayahnya seluas 2.321,55 km² dan jumlah penduduknya sekitar 241.836 jiwa (2021). Kabupaten Dompu berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa dan Teluk Saleh di sebelah Barat, Kabupaten Bima di sebelah Utara dan Timur serta Samudra Hindia di bagian Selatan. Pariwisata Di Dompu terdapat beberapa objek wisata terkenal seperti Gunung Tambora, Pulau Satonda, Padang Savana Doroncanga, dan Pantai Lakey. Pantai Lakey sering dijadikan lokasi kompetisi surfing internasional sedangkan Padang Savana Doroncanga merupakan savana yang sangat unik sehingga membuat orang luar menjulukinya Africa van Sumbawa. Dompu terkenal sebagai penghasil susu kuda liar dan madu. Selain itu Dompu saat ini Dompu juga dikenal sebagai daerah penghasil jagung dan sapi, dan kerbau yang dipasok untuk kebutuhan konsumsi maupun industri ke berbagai daerah. Dompu juga dikenal sebagai daerah yang kaya akan keragaman hayati maupun hewani seperti rusa Timor (maju ndere kala). Kebudayaan Budaya masyarakat Dompu sangat dekat dengan masyarakat Bima (Mbojo), demikian juga bahasanya. Bahasa yabg dituturkan penduduk Dompu sebenarnya memiliki variasi dialek yang berbeda dengan bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Bima (Mbojo). Namun perbedaan dialek ini belum pernah diteliti sehingga sering kali dianggap sama dengan dialek masyarakat Bima. Misalnya: Jarimpi (Dompu) - Wide (Mbojo) : Bedhek Kajarasa (Dompu) - Nadu (Mbojo) : Bayam Kampaja (Dompu) - Panja (Mbojo) : Pepaya Kalanggo (Dompu) - Bue (Mbojo) : Kacang panjang Karoro (Dompu) - Kampi (Mbojo) : Karung Tune (Dompu) - Muja (Mbojo) : Dulang Dll Tokoh Dompu Tokoh yang berasal dari Dompu antara lain adalah Muhammad Feisal Tamin, Burhanuddin Magenda, dan beberapa lagi yang mempunyai tempat dalam pergulatan Nasional, bahkan internasional. Salah seorang gelandang Timnas Australia bernama Massimo Luongo, memiliki darah Dompu dari ibunya. Dompu juga merupakan daerah asal Syaikh Subuh bin Ismail, ayah dari Syaikh Abdul Ghani Bima Al-Jawi. Syaikh Abdul Ghani adalah guru dari Syaikh Nawawi Al-Bantani Al Jawi. Dompu adalah salah satu daerah di Indonesia yang mengklaim asal usul dan makam Gajah Mada. Legenda tentang Gajah Mada sangat akrab di kalangan masyarakat asli Dompu bahkan sebuah makam di Kecamatan Hu'u dipercaya sebagai makam Gajah Mada. Namun legenda dan klaim ini sama sekali belum pernah diteliti oleh pihak luar. Penduduk Populasi penduduk asli Dompu berkurang drastis akibat letusan Gunung Tambora tahun 1815. Saat ini, sebagian besar penduduk Dompu adalah keturunan pendatang. Ada lebih dari separuh penduduk Dompu adalah migran dari Bima. Sehingga hal ini turut menentukan persepsi masyarakat dunia terhadap bahasa, budaya, dan sejarah Dompu. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Geografi Geografi wilayah Kabupaten Dompu dapat dijelaskan sebagai berikut: Keadaan kemiringan tanah dan ketinggian Kemiringan tanah (lereng) Berdasarkan data yang telah diklarifikasi dapat diketahui bahwa: Lereng 0-2,5% (datar) seluas 42.950 ha atau 18,48% Lereng 2,5-15% (landai) seluas 73.349 ha atau 31,55% Lereng 15-40% (begelombang sampai dengan berbukit) seluas 87,911 ha atau 37,82% Lereng di atas 40% (terjal) seluas 28.250 ha atau 12,15% masing-masing dari luas wilayah Ketinggian Ketinggian tempat dari permukaan air laut merupakan faktor yang perlu diperhatikan di dalam menilai fisik suatu wilayah/daerah terutama yang berhubungan dengan penyediaan sumber daya tanah. Bersumber pada perhitungan peta ketinggian Kabupaten Dompu pada skala 1:100.000, diperoleh data ketinggian sebagai berikut: Ketinggian 0–100 m dpl seluas 7.705 ha (31,28%) Ketinggian 100–500 m dpl seluas 107.815 ha (46,38%) Ketinggian 500-1.000 m dpl seluas 34.150 ha (14,69%) Ketinggian di atas 1.000 m dpl seluas 17.790 ha (7,65%) Dari data tersebut di atas terlihat bahwa wilayah Kabupaten Dompu terbesar berada pada ketinggian 100–500 m dpl, menyebar pada masing-masing kecamatan. Iklim Kabupaten Dompu termasuk daerah yang beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan musim hujan rata-rata bulan November sampai April setiap tahun, mempunyai tipe iklim D, E dan F (menurut Ferguson dan Smith). Pada musim kemarau, suhu udara relatif rendah (20 °C - 30 °C) pada siang hari dan di bawah 20 °C pada malam hari. Curah hujan di wilayah Kabupaten Dompu berkisar antara 900–1.400 mm per tahun dengan dengan jumlah hari hujan berkisar pada 60–120 hari hujan per tahun. Air Tanah Air cukup tersedia di Kabupaten Dompu. Persediaan air cukup untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan untuk kebutuhan pengairan bagi daerah pertanian. Di Kabupaten Dompu terdapat 19 buah sungai besar dengan debit yang bervariasi. Pada musim hujan sering terjadi kebanjiran yang kadang-kadang merusak tanaman pertanian ataupun pemukiman penduduk. Selanjutnya disamping 19 buah sungai besar tersebut masih ada beberapa buah sungai kecil serta mata air yang berair sepanjang tahun sebagai sumber penghidupan masyarakat. Geologi Berdasarkan peta Geologi Pulau Sumbawa keadaan geologi di Kabupaten Dompu adalah sebagai berikut: Endapan permukaan, menyebar diseluruh wilayah kecamatan dengan luas areal 11.602 ha atau 5% dari luas wilayah. Endapan permukaan terdiri dari kerikil, pasir dan lempung. Batuan gunung api, terdiri dari gunung api muda, hasil gunung api tua dan lebih tua. Tersebar di wilayah Kecamatan Pekat, Kecamatan Kempo dan Kecamatan Dompu bagian timur. Luas areal 113.557 ha atau 48,85% dari luas wilayah Kabupaten Dompu. Batuan endapan, lempung tufan, tersebar di wilayah Kecamatan Pekat dengan luas areal penyebaran 1.562,5 ha. Jenis tanah Jenis tanah dijadikan sebagai dasar pemanfaatan tanah, terutama untuk menentukan jenis tanaman yang cocok sesuai dengan jenis tanahnya dan juga menentukan sifat fisik, yaitu kepekatan terdapat erosi sehingga sangat penting dalam menentukan fungsi lindung. Berdasarkan peta Provinsi Nusa Tenggara Barat diperoleh data bahwa jenis tanah yang ada di Kabupaten Dompu antara lain kompleks litosal mediteran coklat, kompleks renzina dan litosal dengan luas areal 63.460 ha. Referensi Pranala luar Dompu, Kabupaten Dompu, Kabupaten
4165
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Lombok%20Barat
Kabupaten Lombok Barat
Lombok Barat adalah kabupaten di Pulau Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Ibu kota Lombok Barat berada di kecamatan Gerung. Jumlah penduduk kabupaten Lombok Barat pada pertengahan tahun 2023 sebanyak 737.647 jiwa, dengan kepadatan 800 jiwa/km2. Sejarah Masa Hindia Belanda & Pendudukan Jepang Pada masa Pemerintahan Hindia Belanda, wilayah Kabupaten Lombok Barat merupakan salah satu Onder Afdeling dibawah Afdeling Lombok yakni Onder Afdeling van west Lombok yang dipimpin oleh seorang Controleur. Onder Afdeling menurut hierarki kelembagaan sama dengan Regenschap (Kabupaten). Pada masa Pendudukan Jepang, status Lombok Barat berubah menjadi daerah administratif yang disebut Bun Ken yang dikepalai oleh seorang Bun Ken Kanrikan. Status ini berlangsung sampai Jepang menyerahkan kekuasaan kepada sekutu Belanda (NICA) pada tahun 1945. Dibawah Pemerintah NICA, wilayah Indonesia Timur dijadikan beberapa wilayah administratif yang dinamakan Neo Landschappen termasuk di dalamnya semua bekas Afdeling (Stb. No. 15 Th. 1947). Di dalam wilayah Neo Landschap Lombok, wilayah Lombok Barat merupakan salah satu wilayah administratif yang dipimpin oleh seorang Hoofdvan Plastselijk Bestuur sebagai perubahan nama dari controleur. Masa Kemerdekaan Namun sesudah Konferensi Meja Bundar, dan terjadinya pemulihan kekuasaan Negara RI pada tanggal 27 Desember 1949, dengan berdirilah Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) yang terdiri atas beberapa Negara Bagian, diantaranya Negara Indonesia Timur (NIT). Menurut Undang-undang Pemerintahan Daerah NIT No.44 Tahun 1950, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa wilayah administratif Lombok Barat menjadi daerah bagian yang otonom. Namun dalam praktiknya, otonomi ini tidak pernah terlaksana sepenuhnya karena tidak dipimpin oleh Kepala Daerah Bagian melainkan oleh seorang Kepala Pemerintahan setempat yang sifatnya administratif belaka. Pada masa ini, daerah Lombok Barat membawahi wilayah administratif Kedistrikan Ampenan Barat, Kedistrikan Ampenan Timur, Kedistrikan Tanjung, Kedistrikan Bayan, Kedistrikan Gerung, Asisten Kedistrikan Gondang, dan Kepunggawaan Cakranegara. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957 dimana daerah Indonesia dibagi habis dalam daerah Swatantra Tingkat I, Tingkat II, dan Tingkat III. Selanjutnya berdasarkan UU No. 1 Tahun 1957, lahirlah UU No.64 dan 69 Tahun 1958 masing-masing tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Bali, NTB dan NTT serta Daerah Tingkat II di dalam wilayah Daerah Tingkat I yang bersangkutan, yang diundangkan pada tanggal 14 Agustus 1958. Oleh karena itu secara yuridis Daerah Swatantra Tingkat II Lombok Barat sudah terbentuk sejak 14 Agustus 1958. Sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958, dengan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No.Up.7/14/34 diangkat J.B.Tuhumena Maspeitella sebagai Pejabat Sementara Kepala Daerah Swatantra Tk.II Lombok Barat, yang pelantikannya dilaksanakan pada tanggal 17 April 1959. Tanggal 17 April 1958 ­kemudian ditetapkan sebagai hari lahir Kabupaten Lombok Barat. Pada tahun 1960, Pejabat Sementara Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Lombok Barat membentuk DPRD yang berjumlah 34 kursi sekaligus memilih Lalu Djapa sebagai Ketua DPRD Lombok Barat dari unsur Partai Nasional Indonesia. Namun setelah Dekret Presiden 5 Juli 1959, berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 6 Tahun 1959, jabatan Kepala Daerah merangkap menjadi Ketua DPRD, sehingga Ketua DPRD yang sudah dipilih ditetapkan menjadi Wakil Ketua. Berdasarkan hasil Pemilihan Anggota DPRD Lombok Barat, pada tanggal 31 Mei 1960, dilantiklah Lalu Anggrat, BA sebagai Bupati Kepala Daerah. Pada masa ini, dilakukan perubahan berupa penataan personil dan aparat Pemerintah Daerah serta perubahan status Kepunggawaan Cakranegara menjadi Kedistrikan Cakranegara. Dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat Nomor:205/Des.1/1/35 tanggal 7 Mei 1965, Lalu Anggrat, BA mengakhiri masa baktinya dan sebagai penggantinya ditunjuk Drs.Said, Ahli Praja pada Kantor Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat sebagai Bupati Kepala Daerah. Pada saat itu berlaku Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 yang melakukan perubahan meliputi: Sebutan Daerah Swatantra Tingkat II berubah menjadi Kabupaten Daerah Tingkat II. Bupati Kepala Daerah tidak lagi merangkap sebagai Ketua DPRD. Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 1967, setelah terjadinya G30S/PKI, diadakan perombakan dan penyempurnaan DPRD menjadi DPRD-GR (Gotong Royong) Lombok Barat dari 34 kursi menjadi 32 kursi, dengan Ketua yang baru yakni Usman Tjipto Soeroso dari Golongan Karya dan Wakil Ketua Fathurrahman Zakaria dari Parpol Nahdatul Ulama. Pada masa ini, sesuai perkembangan pemerintahan dan kebutuhan, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat No.228/Pem. 20/1/12 diadakan perubahan yakni peningkatan status Asisten Kedistrikan Gondang menjadi Kecamatan Gangga dan Kedistrikan Gerung dipecah menjadi Kecamatan Gerung dan Kecamatan Kediri. Dengan perubahan tersebut maka Kabupaten Lombok Barat terdiri dari 8 Kecamatan yakni; Kecamatan Ampenan, Kecamatan Cakranegara, Kecamatan Narmada, Kecamatan Tanjung, Kecamatan Gangga, Kecamatan Bayan, Kecamatan Gerung, dan Kecamatan Kediri. Dengan SK Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat No. 156/Pem.7/2/226 tanggal 30 Mei 1969 ditetapkan pemecahan dua kecamatan yakni Kecamatan Ampenan dan Kecamatan Cakranegara dengan mengambil beberapa desa dari dua Kecamatan tersebut untuk dijadikan Kecamatan Mataram, sehingga sampai saat itu Kabupaten Lombok Barat telah membawahi 9 Wilayah Kecamatan. Pada tahun 1972-1978, Kabupaten Lombok Barat dipimpin oleh H.L.A Rachman sebagai Bupati Kepala Daerah. Sampai dengan tahun 1978, Kota Mataram sebagai Ibu kota Kabupaten Lombok Barat telah mengalami perkembangan yang demikian pesat, sehingga banyak menghadapi permasalahan yang kompleks dan perlu ditangani secara khusus oleh Pemerintah Kota. Maka berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1978 dibentuklah Kota Administratif Mataram yang membawahi tiga kecamatan masing-masing Kecamatan Ampenan, Mataram, dan Cakranegara. Sebagai Wali kota Mataram pertama dilantiklah Drs. H. L. Mudjitahid oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat H. R. Wasitakusumah sesaat setelah peresmian pembentukan Kota Administratif Mataram oleh Menteri Dalam Negeri H. Amir Machmud pada tanggal 29 Agustus 1978. Selain menetapkan Kota Administratif Mataram, Peraturan tersebut juga menetapkan tiga Perwakilan Kecamatan yakni Perwakilan Kecamatan Narmada di Gunungsari, Perwakilan Kecamatan Kediri di Labuapi, dan Perwakilan Kecamatan Gerung di Sekotong Tengah. Dengan demikian sejak 29 Agustus 1978 Wilayah Kabupaten Lombok Barat terdiri dari 1 Kota Administratif, 9 Kecamatan dan 3 Perwakilan Kecamatan. Sehubungan dengan berakhirnya masa jabatan H.L.A Rachman, pada tanggal 20 Januari 1979, Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat H. Gatot Suherman melantik Drs. H. Lalu Ratmadji dalam Sidang Khusus DPRD Tingkat II Lombok Barat sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lombok Barat. Pada masa jabatan lima tahun pertama (1979–1984), Drs. H. Lalu Ratmadji sebagai Bupati Lombok Barat mengusulkan tiga Perwakilan Kecamatan untuk ditingkatkan statusnya menjadi Kecamatan penuh. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1983 diresmikanlah peningkatan status Perwakilan Kecamatan Narmada menjadi Kecamatan Gunungsari, Perwakilan Kecamatan Kediri menjadi Kecamatan Labuapi, dan Perwakilan Kecamatan Gerung menjadi Kecamatan Sekotong Tengah. Peresmian itu dilaksanakan setelah pelantikan Drs. H. Lalu Ratmadji sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lombok Barat untuk masa jabatan lima tahun kedua (1985-1989). Dengan diresmikannya ketiga Perwakilan Kecamatan menjadi Kecamatan penuh, maka Lombok Barat membawahi 12 wilayah Kecamatan yakni Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram, Gunungsari, Tanjung, Gangga, Bayan, Labuapi, Kediri, Gerung, Sekotong Tengah, dan Narmada. Dalam sidang khusus DPRD Tingkat II Lombok Barat, pada tanggal 20 Januari 1989, Gubernur NTB Warsito melantik Drs. H.Lalu Mudjitahid menjadi Bupati Lombok Barat menggantikan Drs. H.Lalu Ratmadji yang telah berakhir masa jabatannya. Pada periode jabatan pertama Drs. H.Lalu Mudjitahid (1989-1994) wilayah Kabupaten Lombok Barat terus mengalami kemajuan, di mana Kota Mataram sebagai Ibu kota Kabupaten Lombok Barat mengalami peningkatan status dari Kota Administratif menjadi Kotamadya. Oleh karena itu sejak ditetapkannya Pembentukan Kotamadya Mataram sebagai Daerah Tingkat II maka wilayah Kabupaten Lombok Barat berkurang dari 12 wilayah Kecamatan menjadi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Bayan, Gangga, Tanjung, Gunung Sari, Narmada, Labuapi, Kediri, Gerung, dan Sekotong Tengah. Setelah Drs.H.Lalu Mudjitahid mengakhiri Jabatan periode kedua (1994-1999) Kabupaten Lombok Barat dipimpin oleh Drs. H.Iskandar untuk masa jabatan 1999-2004. Pada Tahun 2000 wilayah Kabupaten Lombok Barat terus dikembangkan dengan membentuk Kecamatan Pembantu, yakni Kecamatan Pembantu Lingsar, Kecamatan Pembantu Lembar, Kecamatan Pembantu Kayangan, dan Kecamatan Pembantu Pemenang sehingga secara keseluruhan wilayah Lombok Barat terdiri atas 9 Kecamatan dan 4 Kecamatan Pembantu. Selanjutnya pada tahun 2001 keempat Kecamatan Pembantu tersebut ditingkatkan statusnya menjadi Kecamatan. Sesuai Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2000 wilayah Kecamatan dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah, maka wilayah Kabupaten Lombok Barat dapat dimekarkan menjadi 15 Kecamatan yaitu Kecamatan Bayan, Gangga, Pemenang, Kayangan, Gunung Sari, Batu Layar, Narmada, Lingsar, Labuapi, Kediri, Gerung, Lembar, dan Sekotong Tengah. Pada masa jabatan periode pertama Drs. H.Iskandar, Ibu kota Kabupaten Lombok Barat dipindahkan dari Kota Mataram ke Giri Menang, Gerung, sesuai dengan rekomendasi dari Menteri Dalam Negeri dan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dengan Surat Menteri Dalam Negeri Nomor: 135/3638/PUOD tanggal 22 Desember 1999 dan Surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 49/M.PAN/2/2000 tanggal 2 Februari 2000. Geografi Kabupaten Lombok Barat terletak di antara 115°49'12,04" BT hingga 116°20'15,62" BT dan 8°24'33,2" LS hingga 8°55'19" LS. Kabupaten yang mengelilingi seluruh wilayah Kota Mataram ini memiliki luas wilayah yakni sebesar 1.053,92 km² (105.392 ha). Batas Wilayah Wilayah Kabupaten Lombok Barat berbatasan dengan beberapa kota & kabupaten berikut di provinsi NTB Iklim Seperti kabupaten & kota lain di wilayah Nusa Tenggara, Kabupaten Lombok Barat beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua pola musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Lombok Barat berlangsung pada periode November hingga April yang bertepatan dengan bertiupnya angin monsun baratan yang bersifat lembap dan basah, sehingga memunculkan banyaknya awan-awan hujan. Sementara itu, musim kemarau di wilayah Lombok Barat terjadi pada periode Mei hingga Oktober yang juga bertepatan dengan angin monsun timuran yang bersifat kering, sehingga sangat jarang memunculkan awan-awan hujan. Suhu udara di wilayah Lombok Barat bervariasi antara 21°–34 °C berdasarkan topografi atau ketinggian permukaan daratan. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini pun relatif pada angka ±70%–80%. Pemerintahan Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Sejarah pemekaran wilayah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Barat bagian utara yaitu Kecamatan Pemenang, Tanjung, Gangga, Kayangan, dan Kecamatan Bayan adalah wilayah pemekaran dari Kabupaten Lombok Barat yang kemudian menjadi wilayah Pemerintahan Kabupaten Lombok Utara (KLU). Berdasarkan Undang-Undang tersebut, dilantik Pejabat Bupati Kabupaten Lombok Utara (KLU) pada tanggal 30 Desember 2008, secara administrasi pembentukan Kabupaten Lombok Utara (KLU) sudah resmi, sehingga Kabupaten Lombok Barat yang sebelumnya membawahi 15 Kecamatan, menjadi 10 (sepuluh) Kecamatan, yakni: Kecamatan Batu Layar Kecamatan Gerung Kecamatan Gunung Sari Kecamatan Kediri Kecamatan Kuripan Kecamatan Labu Api Kecamatan Lembar Kecamatan Lingsar Kecamatan Narmada Kecamatan Sekotong Menjelang akhir tahun 2008, Kabupaten Lombok Barat melaksanakan pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Lombok Barat masa jabatan 2009-2014 secara langsung oleh rakyat untuk pertama kalinya, dimana calon yang mendapat dukungan suara terbanyak adalah pasangan Dr. H. Zaini Arony, M.Pd - H. Mahrip, SE., MM, dan dilantik dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lombok Barat tanggal, 23 April 2009. Pariwisata Tempat wisata Tempat wisata di Kabupaten Lombok Barat antara lain: Pantai Senggigi Taman Narmada Hutan Sesaot Pantai Sekotong dengan beberapa Gili (Gili = Pulau Kecil dalam bahasa Sasak/Lombok) Bukit Malimbu Pantai Kerandangan Pantai Batu Bolong Pemandian dan Hutan Lindung Suranadi Hutan Wisata Pusuk Taman Suranadi Pura Batu Bolong Referensi Pranala luar Lombok Barat Lombok Barat
4166
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Lombok%20Tengah
Kabupaten Lombok Tengah
Lombok Tengah adalah kabupaten di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Ibu kota daerah ini ialah kecamatan Praya. Kabupaten Lombok Tengah memiliki luas wilayah 1.095,03 km² dengan populasi sebanyak 1.059.324 jiwa (2021). Geografis Kabupaten Lombok Tengah terletak pada posisi 82° 7' - 8° 30' Lintang Selatan dan 116° 10' - 116° 30' Bujur Timur, membujur mulai dari kaki Gunung Rinjani di sebelah Utara hingga ke pesisir pantai Kuta di sebelah Selatan dengan beberapa pulau kecil yang ada disekitarnya. Batas Wilayah Kabupaten Lombok Tengah dengan batas-batas sebagai berikut: Topografi Wilayah Lombok Tengah yang membujur dari utara ke selatan tersebut mempunyai letak dan ketinggian yang bervariasi mulai dari nol (0) hingga 2000 meter dari permukaan laut. Secara garis besar topografi masih mirip dengan kabupaten lain di pulau Lombok. Jenis-jenis tanah yang ada di kawasan ini antara lain: Aluvial: 2.764 Ha Regusol Kelabu: 20.387 Ha Kompleks Gromusol Kelabu Tua: 3.947 Ha Gromusol Kelabu: 34.306 Ha Regusol Coklat: 8.225 Ha Brown Forest Soil: 9.575 Ha Kompleks Mediteran Coklat: 41.635 Ha Iklim Berdasarkan klasifikasi Schmid dan Ferguson, Kabupaten Lombok Tengah memiliki iklim D dan iklim E, yaitu hujan tropis dengan musim kemarau kering, yaitu mulai bulan Mei sampai dengan November, sementara curah hujan berkisar antara 1.000 hingga 2.500 mm per tahun. Curah hujan tersebut dapat dirincikan sebagai berikut: 1000–1750 mm, biasanya terjadi di Kecamatan Janapria, Praya dan Kecamatan Praya Tengah 1000–2000 mm, biasanya terjadi di Kecamatan Janapria 1500-2500, biasanya terjadi di Kecamatan Batukliang Utara, Jonggat, Kopang, Praya Barat Daya dan Kecamatan Pringgarata Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, sebagian besar wilayah Kabupaten Lombok Tengah beriklim sabana tropis (Aw) dengan dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Lombok Tengah biasanya berlangsung pada periode November hingga April dengan bulan terbasah adalah Januari yang rerata curah hujannya >300 mm per bulan. Sementara itu, musim kemarau biasanya terjadi pada periode Mei hingga Oktober dengan bulan terkering adalah Agustus yang rerata curah hujannya kurang dari 20 mm per bulan. Pemerintah Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Pemekaran Daerah Praya merupakan ibu kota Kabupaten Lombok Tengah akan dinaikkan menjadi kotamadya. Penduduk Menurut data hasil sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Kabupaten Lombok Tengah sebanyak 745.433 jiwa (laki-laki 350.734 jiwa dan perempuan 394.699 jiwa) dengan Sex Ratio 89. Laju pertumbuhan sebesar 0.97%. Tingkat pertumbuhan merupakan kemajuan dari sebelumnya, yaitu 211% per tahun (periode 1970 - 1980) dan 1,64% per tahun (periode 1980 - 1990). Tingkat kepadatan mencapai 617 jiwa/km². Mata Pencaharian Mengingat sebagian wilayah Kabupaten Lombok Tengah merupakan areal pertanian, maka sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani. Secara keseluruhan, persentase pembagian penduduk di Kabupaten Lombok Tengah dari segi mata pencaharian adalah: pertanian 72%, industri 7%, jasa 7%, perdagangan 7%, angkutan 3%, konstruksi 2% dan lainnya 2%. Tokoh Terkenal Suhaili Fadhil Thohir, Mantan Bupati Lombok Tengah Lalu Pathul Bahri, Bupati Lombok Tengah Lalu Muhamad Iqbal, Duta Besar RI untuk Turki Lalu Wiratmaja, Mantan Bupati Lombok Tengah Lalu Normal Suzana, Mantan Wakil Bupati Lombok Tengah Lalu Rudy Irham Srigede, Komandan Korem 162/Wira Bhakti Dian Sandi Utama, Staf Khusus Gubernur NTB Lalu Srigede, Mantan Wakil Gubernur NTB Lalu Suprapta, Mantan Wakapolda NTB Nursiah, Wakil Bupati Lombok Tengah Referensi Pranala luar Profil Lombok Tengah di Pemprov NTB Lombok Timur Lombok Timur
4167
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Lombok%20Timur
Kabupaten Lombok Timur
Lombok Timur adalah kabupaten di bagian timur Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Ibu kota Lombok Timur berada di kecamatan Selong. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.230,76 km2 dengan populasi pada tahun 2020 sebanyak 1.319.537 jiwa. Geografi Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Lombok. Secara geografis kabupaten ini terletak diantara 8°–9° Lintang Selatan dan 116°–117° Bujur Timur dengan luas wilayah mencapai 2.679,88 km² yang terdiri dari 1.605,55 km² daratan dan 1.074,33 km² lautan. Batas wilayah Kabupaten Lombok Timur berbatasan dengan laut Flores di sebelah utara dan di sebelah selatan berbatasan dengan Samudra Hindia. Kabupaten Lombok Timur berbatasan dengan Selat Alas di sebelah timur. Di sebelah barat, Kabupaten Lombok Timur berbatasan dengan Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Tengah. Topografi Secara umum wilayah Kabupaten Lombok Timur terletak pada ketinggian 0-3.726 mdpl. Kemiringan lahan bervariasi mulai dari 0 sampai dengan >40%. Kemiringan lahan 0-2% sebagian besar terletak di daerah-daerah sepanjang pantai dari utara ke arah timur hingga ke bagian selatan. Sementara kemiringan lahan >40% mencakup wilayah Pegunungan Rinjani di bagian utara. Wilayah kemiringan lahan terluas adalah tingkat kemiringan 2–15% seluas 967,6 km³, kemudian disusul tingkat kemiringan lahan 0–2% seluas 257,6 km², lalu diikuti oleh tingkat kemiringan lahan 15–40% seluas 242,2 km², dan terakhir adalah wilayah dengan tingkat kemiringan lahan >40% seluas 138,1 km². Hidrologi Wilayah Kabupaten Lombok Timur dilalui banyak aliran sungai besar maupun kecil, tetapi tidak semua sungai tersebut berair sepanjang tahun. Sementara danau yang terdapat di wilayah ini hanya 1 (satu) danau, yakni Danau Segara Anak. Danau tersebut terletak di antara Kabupaten Lombok Barat dan Timur. Luas danau tersebut sekitar 30 km² dengan kedalaman maksimal 200 m. Iklim Suhu udara di wilayah Lombok Timur bervariasi antara 20°–33 °C dengan tingkat kelembapan nisbi berkisar antara 70%–82%. Wilayah Kabupaten Lombok Timur sebagian besarnya beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Lombok Timur biasanya berlangsung pada periode Mei–Oktober. Sementara itu, musim penghujan berlangsung pada periode bulan-bulan basah November–April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan bulanannya lebih dari 200 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Lombok Timur berkisar antara 900–1800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 70–150 hari hujan per tahun. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Wilayah Kabupaten Lombok Timur secara administratif terbagi dalam 21 wilayah kecamatan, 13 kelurahan dan 96 desa. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah: Aikmel Jerowaru Keruak Labuhan Haji Lenek Masbagik Montong Gading Pringgabaya Pringgasela Sakra Barat Sakra Timur Sakra Sambelia Selong Sembalun Sikur Suela Sukamulia Suralaga Terara Wanasaba Demografi Agama Di Lombok Timur, tepatnya di kota Pancor terdapat organisasi Nahdlatul Wathan, sebuah organisasi Islam lokal dengan pengaruh terbesar di Lombok. Mata pencaharian penduduk Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu penyedia jasa tenaga kerja ke luar negeri, menurut data tahun 2003 dari BPS, terdapat 8.885 TKI yang berasal dari Lombok Timur. Sebagian besar bekerja di Malaysia, Arab Saudi, dan Brunei Darussalam. Transportasi Alat transportasi unik yang dapat dijumpai di Lombok Timur adalah Cidomo dan Cikar, kendaraan bertenaga kuda ini mirip dengan Delman yang biasa kita jumpai di pulau Jawa. Penggunaan kendaraan ini masih cukup luas pada daerah-daerah tertentu terutama yang dekat dengan daerah pasar tradisional. Di Kayangan dapat ditemukan pelabuhan penyeberangan (ferry) yang beroperasi 24 jam dan dikelola oleh ASDP Indonesia Ferry menuju pelabuhan penyeberangan Poto Tano (Kabupaten Sumbawa Barat, Pulau Sumbawa). Tokoh terkenal Muhammad Zainul Majdi, Gubernur Nusa Tenggara Barat ke-7 Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, seorang ulama karismatis dan pendiri Nahdlatul Wathan Referensi Pranala luar Situs Pemerintah Daerah Lombok Timur Bupati Lotim Terbitkan SK Komite Pemekaran Lotim Lombok Timur Lombok Timur
4168
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Mataram
Kota Mataram
Mataram merupakan ibu kota provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Adat Sasak cukup mewarnai masyarakat di kota ini. Mataram merupakan bagian dari Mataram Raya kawasan metropolitan terbesar kedua di Kepulauan Nusa Tenggara setelah Sarbagita. Jumlah penduduk kota Mataram pertengahan tahun 2023 sebanyak 452.812 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebanyak 7.400 jiwa/km2. Etimologi Nama Mataram, di Lombok disebutkan dengan beragam, ada Mataram, Metaram, Mentaram, atau Mataharam. Beberapa literatur menyebutkan, Mataram berasal dari bahasa Sansekerta dari kata mata yang berarti ibu dan kata aram yang berarti hiburan. Mataram juga berarti persembahan untuk ibu pertiwi. Kata Mataram juga berasal dari kata matta yang berarti gembira atau gairah dan aram berarti hiburan. Sehingga matta-aram atau mataram berarti pembangunan kerajaan atau kota ini adalah sebagai lambang pernyataan kegembiran sebagai hiburan sekaligus lambang kegairahan hidup untuk membangun tanah harapan yang menjanjikan masa depan lebih cerah. Sejarah Dalam Babad Lombok, terdapat ekspedisi untuk menaklukkan wilayah Nusa Tenggara. Ekspedisi ini dipimpin Sunan Prapen yang berangkat bersama para mubalig dan armadanya didukung puluhan kapal dengan 10 ribu pasukan berasal dari daerah di pulau Jawa seperti Mataram, Majalengka, Madura, Sumenep, Surabaya, Semarang, Gresik, Besuki Gembong, Candi, Betawi dan lainnya. Mereka dipimpin pemukanya seperti Arya Majalengka, Ratu Madura dan Sumenep, Adipati Surabaya, Adipati Semarang, Patih Ki Jaya Lengkara, dan Raden Kusuma Betawi. Dari Mataram sendiri dipimpin seseorang yang disebut Patih Mentaram. Di Lombok, setelah mengislamkan raja Lombok Prabu Rangkesari, dengan berbasis di kotaraja Lombok di teluk Lombok, ekspedisi dipecah-pecah menjadi rombongan yang dikirim ke seluruh penjuru pulau Lombok. Salah satu peran penting patih Mataram mendapat tugas menaklukkan semua orang di utara gunung dari Samulya (saat ini Sambelia). Literatur lain menyebutkan, di masa itu, pulau Lombok diperintah raja-raja. Raja Mataram pada 1842 menaklukkan Kerajaan Pagesangan. Setahun kemudian yakni 1843 menaklukkan Kerajaan Kahuripan. Kemudian ibukota Kerajaan dipidahkan ke Cakranegara dengan ukiran Kawi pada nama Istana Raja. Raja Mataram (Lombok) selain terkenal kaya raya juga adalah raja yang ahli tata ruang kota, melaksanakan sensus penduduk kerajaan dengan meminta semua penduduknya mengumpulkan jarum. Penduduk laki - laki dan perempuan menggunakan jarum untuk menandakan suatu ikatan. Setelah Kerajaan Mataram jatuh oleh pemerintah Hindia Belanda, yang dibayar mahal dengan tewasnya Jend. P.P.H. van Ham (monumennya ada di Karang Jangkong), Cakranegara mulai menerapkan sistem pemerintahan dwitunggal berada di bawah Afdeling Bali Lombok yang berpusat di Singaraja, Bali. Pulau Lombok dalam pemerintahan dwitunggal terbagi menjadi 3 (tiga) onder afdeling, dari pihak kolonial sebagai wakil disebut kontrolir dan dari wilayah disebut Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) sampai ke tingkat Kedistrikan. Adapun ketiga wilayah administratif masih disebut West Lombok (Lombok Barat), Middle Lombok (Lombok Tengah) dan East Lombok (Lombok Timur) dipimpin oleh seorang 7 (tujuh) wilayah administratif yang meliputi Kedistrikan Ampenan Barat di Dasan Agung, Kedistrikan Ampenan Tmur di Narmada, Kedistrikan Bayan di Bayan Belek, Asisten Distrik Gondang di Gondang, Kedistrikan Tanjung di Tanjung, Kedistrikan Gerung di Gerung, dan Kepenggawaan Cakranegara di Mayura. Geografi Kota Mataram memiliki topografi wilayah berada pada ketinggian kurang dari 50 meter di atas permukaan laut (dpl) dengan rentang ketinggian sejauh 9 km, terletak pada 08° 33’ - 08° 38’ Lintang Selatan dan 116° 04’ - 116° 10’ Bujur Timur. Struktur geologi Kota Mataram sebagian besar adalah jenis tanah liat dan tanah endapan tuff yang merupakan endapan alluvial yang berasal dari kegiatan Gunung Rinjani, secara visual terlihat seperti lempengan batu pecah, sedangkan di bawahnya terdapat lapisan pasir. Batas Wilayah Batas-batas wilayah Kota Mataram adalah sebagai berikut: Iklim Seperti kota-kota lain di Indonesia, kota Mataram beriklim tropis dengan tipe iklim muson tropis (Am) yang memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Suhu udara di Kota Mataram berkisar antara 20.1 °C sampai dengan 31.6 °C. Kelembapan maksimum 83% terjadi pada bulan Januari–Maret dan Desember, sedangkan kelembapan minimum 77% terjadi pada bulan Agustus dan September. Rata-rata penyinaran matahari maksimum pada bulan September. Sementara jumlah hari hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari sebanyak 20 hari, dengan curah hujan rata-rata mencapai 1200–2000 mm per tahun, dan jumlah hari hujan relatif ≥120 hari per tahun. Pemerintahan Secara administratif Kota Mataram memiliki luas daratan 61,30 km² dan 56,80 km² perairan laut, terbagi atas 6 kecamatan, yaitu Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram, Sandubaya, Selaparang dan Sekarbela dengan 50 kelurahan dan 297 lingkungan. Daftar Wali Kota Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Suku bangsa Suku Sasak merupakan suku bangsa mayoritas penghuni Kota Mataram, selain Suku Bali, Tionghoa, Melayu dan Arab. Keharmonisan kehidupan antar suku di Mataram sempat terganggu oleh peristiwa pecahnya Kerusuhan Lombok 17 Januari 2000 yang menyeret isu agama dan ras sebagai penyebab kerusuhan. Agama Kota Mataram merupakan kota yang multi etnis dan agama. Pengaruh budaya Sasak dan Bali, sangat terasa di kota ini. Adapun keberagaman penduduk kota Mataram menurut agama yang dianut, berdasarkan data kementerian Dalam Negeri tahun 2023, yakni pemeluk agama Islam 82,87% yang umumnya dianut suku Sasak. Kemudian Hindu 13,84% dianut suku Bali, kemudian Kristen 2,36% di mana Protestan 1,55% dan Katolik 0,81% yang umumnya dianut penduduk dari Nusa Tenggara Timur, Batak dan Tionghoa. Sebagian lagi beragama Buddha yakni 0,93% yang dianut masyarakat Tionghoa. Bahasa Masyarakat Kota Mataram sebagian menggunakan Bahasa Sasak dalam keseharian, selain Bahasa Indonesia, Bahasa Bali, Bahasa Samawa, serta bahasa Bima. Bahasa Sasak itu sendiri terbagi atas beberapa dialek, bergantung daerah masing-masing pengguna di Pulau Lombok, serta dapat digunakan sebagai acuan perbedaan strata sosial di masyarakatnya. Transportasi Udara Keberadaan Bandar Udara Selaparang merupakan pintu masuk melalui udara ke Kota Mataram khususnya serta Pulau Lombok dan Nusa Tenggara Barat umumnya. Dan seiring dengan perkembangan Mataram dan NTB pada umumnya, saat ini Bandar Udara Selaparang sudah ditutup dan digantikan dengan Bandar Udara Internasional Lombok, Bandara tersebut berlokasi di wilayah Lombok Tengah. Darat Terminal Induk di Kota ini bernama Terminal Mandalika yang terletak di sebelah Timur di kelurahan Bertais Kota Mataram, disamping itu juga ada Terminal Kebon Roek yang berada di sebelah barat di wilayah Ampenan. Terminal Kebon Roek merupakan sarana transportasi darat melayani angkutan kota di Kota Mataram. Untuk sarana transportasi darat lainnya di kota ini dikenal dengan nama Cidomo, kendaraan seperti Bemo serta Ojek. Laut Sebelum pelabuhan Lembar di Kabupaten Lombok Barat dikembangkan, Ampenan merupakan pelabuhan laut yang ramai, Pelabuhan Ampenan ini berada di sebelah barat Kota Mataram, Namun karena faktor keganasan arus laut Selat Lombok, dipilihlah lokasi yang lebih ideal untuk pelabuhan Laut yaitu sekarang ini di Lembar Pariwisata Kota Mataram terletak di pualu Lombok, merupakan sentra dari perjalanan wisata di Pulau Lombok. Kota Mataram saat ini dikembangkan menjadi salah satu kota pariwisata. Akomodasi dan penginapan Di Kota Mataram terdapat beberapa hotel, mulai dari hotel kelas Melati sampai Hotel Berbintang. Beberapa di antaranya adalah Hotel Lombok Raya, Hotel Grand Legi, Hotel Lombok Garden, Hotel Lombok Plaza, Hotel Santika Mataram, Hotel Nitour, Hotel Chandra, Hotel Mataram Square, Hotel Handayani dan Hotel Lombok Vaganza. Tempat wisata Wisata Alam Pulau Lombok dengan pusat di Kota Mataram, merupakan tempat yang sangat terkenal dengan eksotisme alamnya. Dari kota ini anda bisa menuju tempat wisata alam yang sangat terkenal di antaranya Pantai Senggigi, Gili Trawangan, Pantai Kuta, Pantai Ampenan, Pesona Gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia yaitu Rinjani. Wisata Budaya Untuk wisata budaya, perpaduan antara budaya Lombok dan Bali dan sentuhan dari etnis lainnya, melahirkan suatu kolaborasi budaya yang sangat menarik, dan ada beberapa tempat menarik yang layak untuk dikunjungi terkait dengan hal tersebut antara lain, Kuburan Tionghoa Bintaro, Taman Mayura, Pura Meru, Pura Segara, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, Loang Baloq, Kota Tua Ampenan, Taman Budaya Provinsi Nusa Tenggara Barat Belanja Kota ini juga memiliki berbagai pusat perbelanjaan, misalnya Mataram Mall,Lombok Epicentrum Mall, Pusat Kerajinan Mutiara Pagesangan dan Ampenan Cerah Ceria. Disamping itu untuk anda yang suka belanja oleh-oleh Senggigi Square, Sukarara, Pusat Mutiara Di desa Sekarbela, bisa menjadi pilihan anda. Kuliner Kota ini menyajikan sajian khas Lombok di antaranya adalah ayam taliwang, beberuk terong, sate bulayak, plecing kangkung, nasi balap puyung, ares, sate rembiga, sate tanjung, poteng jaje tujak, iwel, dan bebalung. Pendidikan Fasilitas pendidikan di Kota Mataram tersedia dengan cukup memadai, di Kota ini terdapat beberapa perguruan tinggi baik Negeri maupun Swasta. Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi Negeri yang cukup terkenal di kota ini adalah Universitas Mataram dan UIN Mataram. Sementara, beberapa Perguruan Tinggi Swasta juga banyak di Kota Mataram, di antaranya adalah: Sekolah Tinggi Pariwisata Mataram Universitas Pendidikan Mandalika Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Gde Pudja Mataram Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram STIE Mataram Universitas Islam Al-Azhar Mataram (Unizar) Universitas Nahdlatul Wathan Mataram Universitas Muhammadiyah Mataram Universitas NTB Universitas 45 Mataram Universitas Saraswati STMIK Bumigora Mataram Universitas Terbuka Daerah Mataram Kesehatan Kota Kembar Pengzhou, China Referensi Lihat pula Wilayah metropolitan Mataram Daftar stasiun televisi di Nusa Tenggara Barat Pranala luar Situs web resmi Kota Mataram Mataram Mataram Mataram
4169
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sumbawa
Kabupaten Sumbawa
Sumbawa adalah kabupaten di bagian barat Pulau Sumbawa, provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Sumbawa Besar. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk kabupaten Sumbawa sebanyak 521.861 jiwa. Sejarah Tana Samawa atau yang sekarang disebut Kabupaten Sumbawa, kelahirannya tidak lepas dari kelahiran Bangsa Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dan ditetapkan Undang-undang Dasar 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 yang merupakan landasan konstitusional dalam rangka penyelenggaraaan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 18 UUD 1945 (sebelum amendemen), yaitu: Pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang dengan memandang dan mengingat dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara dan hak-hak asal usul dalam daerah-daerah yang bersifat istimewa. Selanjutnya pemerintah di Tana Samawa menjadi Swapraja Sumbawa yang bernaung dibawah Provinsi Sunda Kecil, sejak saat itu pemerintahan terus mengalami perubahan mencari bentuk yang sesuai dengan perkembangan yang ada sampai dilikuidasinya daerah pulau Sumbawa pada tangal 22 Januari 1959. Kelahiran Kabupaten Sumbawa tidak terlepas dari pembentukan Provinsi Nusa Tenggara Barat sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 64 Tahun 1958 dan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 yang merupakan tonggak sejarah terbentuknya Daswati I Nusa Tenggara Barat dan Daswati II dalam Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri dari: Daswati II Lombok Barat Daswati II Lombok Tengah Daswati II Lombok Timur Daswati II Sumbawa Daswati II Dompu Daswati II Bima Sesuai dengan ketentuan pasal 7 ayat 1 Undang-undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang PS Kepala Daerah Swantantra Tingkat I NTB menetapkan likuidasi daerah Pulau Sumbawa pada tanggal 22 Januari 1959 dilanjutkan dengan pengangkatan dan pelantikan PS Kepala Daerah Swantantra Tingkat II Sumbawa, Sultan Muhammad Kaharuddin III sebagai Kepala Daerah Swantantra Tingkat II Sumbawa. Oleh karena itu tanggal 22 Januari 1959 dijadikan hari lahirnya Kabupaten Sumbawa yang ditetapkan dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 06/KPTS/DPRD, tanggal 29 Mei 1990 dengan jumlah kecamatan 14 wilayah yang terdiri dari: Kecamatan Empang Kecamatan Sumbawa Kecamatan Plampang Kecamatan Batu Lanteh Kecamatan Lape Lopok Kecamatan Utan Rhee Kecamatan Moyo Hilir Kecamatan Alas Kecamatan Moyo Hulu Kecamatan Seteluk Kecamatan Ropang Kecamatan Taliwang Kecamatan Lunyuk Kecamatan Jereweh Perkembangan selanjutnya, dalam rangka implementasi Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, kabupaten Sumbawa dimekarkan dan bertambah 5 kecamatan, sehingga menjadi 19 kecamatan, yaitu: Kecamatan Sekongkang Kecamatan Brang Rea Kecamatan Alas Barat Kecamatan Labangka Kecamatan Labuhan Badas Aspirasi masyarakat yang berkembang dipandang perlu adanya pemekaran kecamatan lagi, sehingga pada tahun 2003 berkembang menjadi 25 kecamatan dengan bertambahnya 6 kecamatan baru, yaitu: Kecamatan Tarano Kecamatan Maronge Kecamatan Unter Iwes Kecamatan Rhee Kecamatan Buer Kecamatan Moyo Utara Pada perkembangan selanjutnya, kecamatan Lunyuk pecah menjadi dua: Kecamatan Lunyuk Kecamatan Orong telu Dengan ditetapkan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2003, tanggal 18 Desember 2003, Kabupaten Sumbawa resmi dimekarkan menjadi Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Sumbawa Barat dengan pembagian; Kabupaten Sumbawa meliputi 20 kecamatan, sedangkan 5 kecamatan menjadi bagian dari Kabupaten Sumbawa Barat, yaitu: Kecamatan Brang Rea Kecamatan Jereweh Kecamatan Sekongkang Kecamatan Seteluk Kecamatan Taliwang Geografi Wilayah Kabupaten Sumbawa punya lima gunung. Gunung Batu Lanteh mempunyai ketinggian 1.730 meter di atas permukaan laut, Gunung Takan 1.400 meter, Gunung Jaran Pusang 1.283 meter, Gunung Tongo 1.167 meter dan Gunung Dodo 1.147 meter. Secara astronomis, Kabupaten Sumbawa terletak antara posisi 116°42’ sampai dengan 118°22’ Bujur Timur dan 8°8’ sampai dengan 9°7’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 6.643,98 km². Batas Wilayah Kabupaten Sumbawa memiliki luas wilayah 6.643,98 km² dengan batas wilayah sebagai berikut; Wilayah Kabupaten Sumbawa juga mencakup sejumlah pulau-pulau di sebelah utara Pulau Sumbawa, termasuk Pulau Moyo (pulau terbesar), Pulau Medang, Pulau Panjang, Pulau Liang, Pulau Ngali dan Pulau Rakit. Pada tanggal 18 Desember 2003, bagian barat wilayah Kabupaten Sumbawa dimekarkan menjadi kabupaten baru, yakni Kabupaten Sumbawa Barat. Iklim Seperti wilayah lain di Indonesia, Kabupaten Sumbawa beriklim tropis dengan suhu yang hangat hingga panas sepanjang tahun dengan suhu udara rerata berkisar antara 17°–34 °C. Berdasarkan klasifikasi iklim, sebagian besar wilayah Kabupaten Sumbawa beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim yang berbeda, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan di wilayah Kabupaten Sumbawa dipengaruhi oleh hembusan angin monsun baratan yang bersifat lembap, basah, dan banyak mengandung awan-awan hujan yang biasanya terjadi pada periode November hingga April. Puncak musim penghujan di wilayah Kabupaten Sumbawa biasanya terjadi pada bulan Januari dan Februari dengan rerata curah hujan bulanan lebih dari 260 mm per bulan. Sementara itu, musim kemarau di wilayah Kabupaten Sumbawa berlangsung karena pengaruh hembusan angin monsun timuran yang bersifat kering dan dingin serta biasa terjadi pada periode Mei hingga Oktober. Puncak musim kemarau di wilayah ini biasanya berlangsung pada bulan Juli dan Agustus dengan rerata curah hujan bulanan kurang dari 20 mm per bulan. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah Kabupaten Sumbawa hampir selalu tinggi di atas angka 70%. Rerata curah hujan tahunan di wilayah ini berkisar pada angka 1000–1600 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 100-140 hari hujan per tahun. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Kebudayaan Makanan khas Sumbawa memiliki beberapa makanan khas, antara lain: Hidangan Sepat Gecok Singang Pelu lenga Rambarang Kue Manjareal Permen jadi Putri mandi Janda berenang Referensi Lihat Pula Pulau Sumbawa Kesultanan Sumbawa Kabupaten Sumbawa Barat Sumbawa Besar Pranala luar Kabupaten di Nusa Tenggara Barat Kabupaten di Indonesia
4170
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Alor
Kabupaten Alor
Kabupaten Alor adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota Alor berada di Kalabahi. Penduduk Alor berjumlah sekitar 213.994 jiwa (2021), sedangkan luasnya adalah 2.928,88 km². Kabupaten ini berbentuk kepulauan dan dilintasi jalur pelayaran dagang internasional ke Samudera Pasifik. Pada tahun 2006, PAD kabupaten ini sebesar Rp. 13 miliar dengan laju pertumbuhan ekonomi 5,9% dan pendapatan per kapita Rp. 1.200.000,- Sejarah Menurut cerita yang beredar di masyarakat Alor, kerajaan tertua di Kabupaten Alor adalah kerajaan Abui di pedalaman pegunungan Alor dan kerajaan Munaseli di ujung timur pulau Pantar. Suatu ketika, kedua kerajaan ini terlibat dalam sebuah Perang Magic. Mereka menggunakan kekuatan-kekuatan gaib untuk saling menghancurkan. Munaseli mengirim lebah ke Abui, sebaliknya Abui mengirim angin topan dan api ke Munaseli. Perang ini akhirnya dimenangkan oleh Munaseli. Konon, tengkorak raja Abui yang memimpin perang tersebut saat ini masih tersimpan dalam sebuah goa di Mataru. Kerajaan berikutnya yang didirikan adalah kerajaan Pandai yang terletak dekat kerajaan Munaseli dan Kerajaan Bunga Bali yang berpusat di Alor Besar. Munaseli dan Pandai yang bertetangga, akhirnya juga terlibat dalam sebuah perang yang menyebabkan Munaseli meminta bantuan kepada raja kerajaan Majapahit, mengingat sebelumnya telah kalah perang melawan Abui. Sekitar awal tahun 1300-an, satu detasmen tentara bantuan kerajaan Majapahit tiba di Munaseli tetapi yang mereka temukan hanyalah puing-puing kerajaan Munaseli, sedangkan penduduknya telah melarikan diri ke berbagai tempat di Alor dan sekitarnya. Para tentara Majapahit ini akhirnya banyak yang memutuskan untuk menetap di Munaseli, sehingga tidak heran jika saat ini banyak orang Munaseli yang bertampang Jawa. Peristiwa pengiriman tentara Majapahit ke Munaseli inilah yang melatarbelakangi disebutnya Galiau (Pantar) dalam buku Negarakartagama karya Mpu Prapanca yang ditulisnya pada masa jaya kejayaan Majapahit (1367). Buku yang sama juga menyebut Galiau Watang Lema atau daerah-daerah pesisir pantai kepulauan. Galiau yang terdiri dari 5 kerajaan, yaitu Kui dan Bunga Bali di Alor serta Blagar, Pandai dan Baranua di Pantar. Aliansi 5 kerajaan di pesisir pantai ini diyakini memiliki hubungan dekat antara satu dengan lainnya, bahkan raja-raja mereka mengaku memiliki leluhur yang sama. Pendiri ke 5 kerajaan daerah pantai tersebut adalah 5 putra Mau Wolang dari Majapahit dan mereka dibesarkan di Pandai. Yang tertua di antara mereka memerintah daerah tersebut. Mereka juga memiliki hubungan dagang, bahkan hubungan darah dengan aliansi serupa yang terbentang dari Solor sampai Lembata. Jalur perdagangan yang dibangun tidak hanya di antara mereka tetapi juga sampai ke Sulawesi, bahkan ada yang menyebutkan bahwa kepulauan kecil di Australia bagian utara adalah milik jalur perdagangan ini. Mungkin karena itulah beberapa waktu lalu sejumlah pemuda dari Alor Pantar melakukan pelayaran ke pulau Pasir di Australia bagian utara. Laporan pertama orang-orang asing tentang Alor bertanggal 8–25 Januari 1522 adalah Pigafetta, seorang penulis bersama awak armada Victoria sempat berlabuh di pantai Pureman, Kecamatan Alor Barat Daya. Ketika itu mereka dalam perjalanan pulang ke Eropa setelah berlayar keliling dunia dan setelah Magelhaen, pemimpin armada Victoria mati terbunuh di Philipina. Pigafetta juga menyebut Galiau dalam buku hariannya. Observasinya yang keliru adalah penduduk pulau Alor memiliki telinga lebar yang dapat dilipat untuk dijadikan bantal sewaktu tidur. Pigafetta jelas telah salah melihat payung tradisional orang Alor yang terbuat dari anyaman daun pandan. Payung ini dipakai untuk melindungi tubuh sewaktu hujan. Geografi Kabupaten Alor secara geografis terletak di antara 125°48" -123°48" BT dan antara 8°6"-8°36" LS. Kabupaten ini berada di wilayah timur laut provinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah Kabupaten Alor terdiri atas sembilan pulau. Terdapat 3 pulau besar yang telah dihuni penduduk, yakni: Pulau Alor, Pulau Pantar, Pulau Pura dan kemudian ada enam pulau kecil, yaitu Pulau Tereweng, Pulau Ternate, Pulau Nuha Kepa, Pulau Buaya, Pulau Kangge dan Pulau Kura. Luas wilayah yang dimiliki Kabupaten Alor adalah 2.928,88 km². Batas Wilayah Sebagai daerah kepulauan paling timur Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Alor berbatasan dengan: Topografi Topografi Kabupaten Alor adalah merupakan konfigurasi wilayah daratan yang bergunung dan berbukit dengan iklim yang variatif sehingga cocok untuk pengembangan aneka komoditi pertanian, tanaman pangan, perkebunan, kehutanan dan peternakan. Keadaan topografi wilayah Kabupaten Alor adalah: Kemiringan di atas 40 derajat: 64,25% Kemiringan 15–40 derajat: 25,61% Kemiringan 3–15 derajat: 8,69% Kemiringan 0–3 derajat: 3,45% Jenis tanah di Kabupaten Alor temasuk Vulkanik muda sehingga kaya unsur hara dengan struktur tanah yang gembur dan subur. Solum tanah sedang sampai dalam, sehingga tanah lebih stabil dengan kemampuan menahan air tinggi dan dapat diusahakan berbagai jenis tanaman. Kondisi geografi Kabupaten Alor berkonfigurasi bergunung-gunung dan memberikan variasi iklim yang berbeda dan sangat menguntungkan bagi daerah dan rakyat dalam pengembangan tanaman produksi. Iklim Seluruh wilayah Kabupaten Alor masuk dalam kategori iklim sabana tropis (Aw). Dalam jangka waktu setahun, durasi musim penghujan berlangsung relatif cukup singkat, yakni dari bulan Desember hingga bulan Maret, sedangkan musim kemarau mempunyai periode yang cukup panjang yakni ≥7 bulan. Oleh karena iklimnya yang cukup kering, periode hari hujan per satu bulannya biasanya ≤20 hari. Suhu udara di wilayah Kabupaten Alor berkisar antara 21°–33 °C dengan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±74%. Pemerintahan Bupati dan Wakil Bupati Bupati adalah pimpinan tertinggi di pemerintahan Kabupaten Alor. Seorang bupati Alor akan bertanggung jawab atas wilayah tersebut kepada gubernur Nusa Tenggara Timur. Saat ini, bupati yang menjabat di Alor ialah Amon Djobo, dan didampingi wakil bupati yakni Imran Duru. Jabatan saat ini menjadi periode kedua bagi Amon dan Imran. Mereka menjadi pemenang dalam Pilkada 2013 dan Pilkada 2018. Untuk periode kedua, Amon dan Imran dilantik oleh gubernur Nusa Tenggara Timur, Viktor Laiskodat, pada 17 Maret 2019 di Kota Kupang, masa jabatan 2019-2024. Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Suku bangsa Pada sensus penduduk Indonesia tahun 2010, jumlah penduduk Alor sebanyak 190.026 jiwa. Sekitar 39.605 jiwa atau 20,84% tinggal di daerah perkotaan dan sebanyak 150.421 jiwa atau 79,16% berada di daerah pedesaan. Sementara pada sensus 2020, jumlah penduduk Alor bertambah menjadi 211.872 jiwa. Jumlah penduduk paling banyak berada di kecamatan Teluk Mutiara di mana ibu kota kabupaten Kalabahi berada. Sementara jumlah penduduk paling sedikit berada di kecamatan Pureman. Penduduk asli kabupaten Alor termasuk orang Abui, dan Alor. Orang Abui disebut juga sebagai orang Gunung, sementara orang Abui lebih menyukai disebut Abui Laku. Mereka tinggal di daerah gunung dan pedalaman kabupaten Alor. Desa Takpala, yakni sebauh desa di Lembur Barat, kecamatan Alor Tengah Utara, Alor, dihuni oleh orang Abui, yang hidup secara tradisional tanpa aliran listrik. Takpala menjadi salah satu kawasan wisata cagar budaya di Alor. Sebagian besar orang Abui bekerja sebagai petani, tanaman yang umum dikelola yakni jagung dan ubi. Agama Sebelum masuknya agama-agama besar, penduduk Alor menganut paham animisme dan dinamisme. Mereka menyembah matahari (Larra/Lera), bulan (Wulang), sungai (Neda/dewa air), hutan (Addi/dewa hutan), dan laut (Hari/dewa laut). Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri hingga 30 Juni 2022, mayoritas penduduk kabupaten Alor adalah penganut agama Kristen sebanyak 74,80% di mana Protestan sebanyak 71,71% dan sebahagian Katolik sebanyak 3,09%. Sementara pemeluk agama Islam juga cukup banyak, sekitar 25,14%, dan selebihnya adalah pemeluk agama Hindu 0,06% dan Buddha, kurang dari 0,01%. Transportasi Bandara Bandara Mali memiliki panjang landasan/arah/PCN: 1.600 x 30 m /03-21/ 22 FCZU. Tergolong kelas IV/A dengan kemampuan bisa untuk mendarat jenis Pesawat C-212, ATR 42, Fokker-50 dan memiliki terminal domestik seluas 600 m2 , Perusahaan penerbangan yang melayani Kupang-Alor-Kupang adalah TransNusa Aviation Mandiri dgn jenis Pesawat Fokker-50 & ATR 42-600. Bandara ini berada di kecamatan Kabola, dan sejak tahun 2020, pesawat jenis Boeing bisa mendarat di bandara Mali, sehingga panjang landasan menjadi 1.850 m. Pelabuhan Pelabuhan Baranusa memiliki panjang dermaga dengan panjang 64 meter. Selain Baranusa, terdapat juga pelabuhan laut di Kalabahi dan Maritaing, dalam TA. 2011 dibangun pula pelabuhan duliono di Kota Kalabahi. Sementara untuk pelabuhan Penyeberangan terdapat di Kalabahi yang dikelola oleh UPT Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan. Dan dalam TA. 2011 dibangun pula pelabuhan pelabuhan penyeberangan di Pulau Pantar yanitu di Baranusa berdampingan dengan pelabuhan laut yang eksis (Dishub Prov. NTT) Pariwisata Wisata budaya Desa tradisional Takpala terletak di desa Lembur Barat, kecamatan Alor Tengah Utara, Alor. Kampung Takpala dihunia oleh orang Abui, yang masih hidup secara tradisional. Wisata pantai Secara geografis, kabupaten Alor berada di pulau tersendiri dengan dua pulau utama, yakni pulau Alor dan Pantar, dan sebagian besar penduduknya berada di Pulau Alor. Dan hal ini memengaruhi potensi pariwisata di kawasan ini, wisata laut atau pantai menjadi salah satu wisata yang mudah ditemukan di kabupaten Alor. Salah satu pantai yang ada di Alor ialah pantai Deere. Pantai Deere dikenal juga sebagai pantai Pasir Putih, kondisi air laut lebih tenang, berlokasi sekitar 15 km dari Kalabahi. Selain Deere, pantai lain yang ada di Alor yakni pantai Maimol, pantai Mali, pantai Batu Putih, pantai Sabanjar, pantai Ling'Al, dan beberapa wisata pantai lainnya. Kuliner Kuliner khas Alor adalah kue rambut, kenari, jagung bose dan jagung titi. Kue rambut bentuknya mirip gumpalan rambut dan orang Alor biasanya disajikan bersama dengan kopi atau teh. Kudapan ini terbuat dari adonan tepung tapioka, tepung beras, air gulan pohon lontar, dan gula pasir, kemudian semua bahan dicampur. Cetakan berbahan kaleng yang dasarnya dilubangi seperti saringan lalu diteteskan ke wajan yang telah diisi minyak panas. Adonan dibentuk seperti kerucut dengan melipatnya kemudian digoreng. Kuliner Jagung bose diolah dari jagung berbiji putih, kemudian direndam di air kapur sirih. Kulit arinya dibuang lalu bulir jagung dijemur, lalu direbus hingga matang kemudian disiram santan. Bubur jagung ini biasanya sebagai pengganti nasi, dan dapat dihidangkan bersama ikan bakar. Sementara kuliner jagung titi, diolah dari jagung yang sudah dipipil bijinya, kemudian disangrai dalam kuali. Berikutnya ditumbuk perlahan atau dititi dengan batu hingga pipih. Biasanya jagung titi ini dihidangkan bersama kenari. Lihat pula Bandar Udara Mali Referensi Pranala luar Alor Alor
4171
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Belu
Kabupaten Belu
Kabupaten Belu adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten ini beribu kota di Atambua. Memiliki luas wilayah 1.284,94 km² (menurut BPS) atau 1.284,97 km² (menurut Kemendagri), terbagi dalam 12 kecamatan, 12 kelurahan dan 69 desa, termasuk 30 desa dalam 8 kecamatan perbatasan. Secara astronomis, kabupaten ini terletak pada 124°40’33” BT – 125°15’23”BT dan 08°70’ 30”LS – 09°23’30”LS, dengan berbatasan geografi dengan Selat Ombai di utara, Kabupaten Malaka di selatan, Timor Leste di timur, dan Kabupaten TTU di barat. Kabupaten ini juga merupakan kabupaten dengan penanggulanganan korupsi terbaik di Nusa Tenggara Timur, diikuti oleh Kabupaten Manggarai pada posisi kedua. Sejarah Masa Prasejarah Umumnya penduduk Kabupaten Belu berasal dari ras Melayu Tua (Proto Melayu), ras yang diyakini lebih tua dan lebih awal mendiami Pulau Timor. Selain Ras Melayu Tua, terdapat juga ras Melayu Muda (Deutero Melayu) dan Asia (Cina). Baik ras Proto Melayu, Deutero Melayu dan Asia, telah berbaur dan telah terikat dalam sistem kawin-mawin, sejak beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun silam. Di Kota Atambua, juga beberapa kampung kecil seperti Atapupu, Lahurus, Wedomu, Haekesak, Weluli, Halilulik, terdapat juga sejumlah kecil penduduk yang berasal dari luar Kabupaten Belu, entah dari Pulau Timor sendiri, ataupun dari luar Pulau Timor. Penutur adat Kabupaten Belu, yang dijuluki gelar Mako’an, menuturkan bahwa konon Pulau Timor ini belum muncul ke permukaan. Semua masih ditutupi air. Hal itu dibayangkan dengan Zaman es (atau Zaman Glasial) yang terjadi sekitar 500 atau 600 ribu tahun silam. Menurut Kepercayaan Adat Belu Konon, seluruh permukaan bumi tertutup air, termasuk di Timor. Namun pada suatu ketika, di Timor, muncullah sebuah titik, yang ternyata itu adalah puncak tertinggi dari keseluruhan Pulau Timor kelak. Titik kecil itu muncul dan bersinar sendiri. Orang di generasi sesudahnya menggambarkan kembali titik bumi yang muncul itu dengan sapaan adat: Fo’in Nu’u Manu Matan (baru seperti biji mata ayam), Foin Nu’u Bua Klau (baru seperti potongan sebelah pinang), Foin Nu’u Etu Kumun (baru seperti gumpalan nasi di tangan), dan Foin Nu’u Murak Husar (baru sebesar pusar mata uang). Titik kecil itulah yang kelak dikenal dengan Gunung Lakaan sekarang, sebagai puncak tertinggi di Kabupaten Belu. Oleh karenanya, tidaklah heran kalau Orang Belu menjuluki puncak itu dengan nama Foho Laka An (gunung yang memiliki cahara sendiri), Manu Aman Laka An (ayam jantan merah bercahaya sendiri), Sa Mane Mesak (seperti lelaki tunggal), atau Baudinik Mesak (seperti bintang tunggal). Dan di puncak Gunung Lakaan ini pula, diyakini oleh masyarakat Kabupaten Belu, lahirlah Manusia Pertama Belu. Sebenarnya ada nama yang dikenakan kepada Leluhur Pertama Orang Belu yang pertama kali hidup di Puncak Gunung Lakaan. Manusia pertama di Belu ternyata seorang Puteri Cantik. Tidaklah heran kalau masyarakat Belu kebanyakan menganut paham matrilineal karena kisah Tuan Putri Laka Loro Kmesak ini. Walau akhirnya dalam sejarah yang panjang, anak-cucu Manu Aman Lakaan mengembangkan pula sistem patrilineal dengan mem-faen-kotu seorang istri untuk dimasukkan ke rumah suku lelaki. Itu merupakan pengembangan lebih lanjut atau penafsiran terhadap sistem matrilineal yang sudah ada sejak leluhur, di mana, perempuan yang di-faen-kotu, memiliki arti bahwa perempuan itu sangat tinggi harkatnya dan sangat disanjung sehingga suku suami, rela mengorbankan harta bendanya demi mendapatkan perempuan baru sebagai anggota inti rumah suku sang suami. Menurut Penelitian Manusia Belu pertama yang mendiami wilayah Belu adalah "Melus". Orang Melus dikenal dengan sebutan "Emafatuk Oan Ema Ai Oan", (manusia penghuni batu dan kayu). Tipe manusia Melus adalah berpostur kuat, kekar dan bertubuh pendek. Semua para pendatang yang menghuni Belu sebenarnya berasal dari “"Sina Mutin Malaka". Malaka merupakan tanah asal-usul pendatang di Belu yang berlayar menuju Timor melalui Larantuka. Konon "Malaka" ini merujuk pada wilayah semenanjung Malaka yang kini menjadi wilayah Negara Malaysia yang juga meliputi sebagian Cina Selatan. Khusus untuk para pendatang baru yang mendiami daerah Belu terdapat berbagai versi cerita. Kendati demikian, intinya bahwa, ada kesamaan universal yang dapat ditarik dari semua informasi dan data. Ada cerita bahwa ada tiga orang bersaudara dari tanah Malaka yang datang dan tinggal di Belu, bercampur dengan suku asli Melus. Nama ketiga bersaudara itu menurut para tetua adat masing-masing daerah berlainan. Dari Makoan Fatuaruin menyebutnya Nekin Mataus (Likusaen) Suku Mataus (Sonbai) Bara Mataus (Fatuaruin). Sedangkan Makoan asal Dirma menyebutnya Loro Sankoe (Debuluk, Welakar) Loro Banleo (Dirma, Sanleo) Loro Sonbai (Dawan). Namun menurut beberapa makoan asal Besikama yang berasal dari Malaka ialah; Wehali Nain Wewiku Nain Haitimuk Nain. Ketiga orang bersaudara dari Malaka tersebut bergelar raja atau loro dan memiliki wilayah kekuasaan yang jelas dengan persekutuan yang akrab dengan masyarakatnya. Kedatangan mereka dari tanah Malaka hanya untuk menjalin hubungan dagang antar daerah di bidang kayu Cendana dan hubungan etnis keagamaan. Penguasa asli dan origin Timor terkhusus Belu adalah Manuaman Lakaan Nain, di Belu Utara atau Kabupaten Belu sekarang. Para pendatang di Belu dari Malaka Malaysia adalah Sina Mutin Malaka, mendiami wilayah Belu Selatan. Penguasa Asli Manuaman Lakaan dan Pendatang Sina Mutin Malaka tidak membagi Belu atas utara dan selatan. Menurut para sejarahwan, pembagian Belu menjadi Belu bagian Selatan dan Utara hanyalah merupakan strategi pemerintah jajahan Belanda untuk mempermudah system pengontrolan terhadap masyarakatnya. Dalam keadaan pemerintahan adat tersebut muncullah siaran dari pemerintah rajaraja dengan apa yang disebutnya “Zaman Keemasan Kerajaan”. Apa yang kita catat dan dikenal dalam sejarah daerah Belu adalah adanya Kerajaan Wewiku-Wehali (pusat kekuasaan separuh Belu). Ada juga kerajaan Fialaran di Belu bagian Utara yang dipimpin Dasi Mau Bauk dengan kaki tangannya seperti Loro Bauho, Lakekun, Naitimu, Mandeu, Asumanu, Dualilu, Takirin, Lasiolat dan Lidak. Selain itu ada juga nama seperti Dafala, Manleten, Umaklaran, Sorbau dan Selaoan, serta "Torilai Balibo Dirbati Mauubu, Bobiknuan Maubara, Atabae Atsabe Leimea, juga Lookeu. Dalam perkembangan pemerintahannya muncul lagi tiga bersaudara yang ikut memerintah di Utara yaitu Tohe Nain, Maumutin dan Aitoun. Sesuai pemikiran sejarawan Belu, perkawinan antara Loro Bauho dan Klusin yang dikenal dengan nama As Tanara membawahi dasi sanulu yang dikenal sampai sekarang ini yaitu Lasiolat, Asumanu, Lasaka, Dafala, Manukleten, Sorbau, Lidak, Tohe Maumutin dan Aitoun. Dalam berbagai penuturan di Utara maupun di Selatan terkenal dengan nama empat jalinan terkait. Di Belu Utara bagian Barat dikenal Umahat, Rin besi hat yaitu Dafala, Manuleten, Umaklaran Sarabau dibagian Timur ada Asumanu Tohe, BesikamaLasaen, Umalor-Lawain. Dengan demikian rupanya keempat bersaudara yang satunya menjelma sebagai tak kelihatan itu yang menandai asal-usul pendatang di Belu membaur dengan penduduk asli Melus yang sudah lama punah. Masa Kolonial Belanda Pada masa penjajahan Belanda, wilayah Kabupaten Belu merupakan gabungan dari 20 wilayah Swapraja/Kerajaan yang meliputi Belu dan sebagian Timor Tengah Utara yaitu Wewiku, Haitimuk, Alas, Wehali, Fatuaruin, Lakekun, Dirma, Mandeu, Insana, Biboki, Harneno, Naitimu, Lidak, Jenilu, Fialaran, Silawan, Maukatar, Lamaknen, Makir, dan Lamaksanulu. Tahun 1862 pusat pemerintahannya berada di Atapupu dengan kepala pemerintahannya disebut Gezakheber. Pada tahun 1910 Swapraja Anas diserahkan kepada Swapraja Amanatun (Timor Tengah Selatan). Pada tanggal 25 Maret 1913, Kerajaan Lidak digabung dengan Kerajaan Jenilu yang dipimpin oleh Raja Don Josef Da Costa dengan nama Swapraja Jenilu. Kemudian setelah lahirnya Beslit Gubernemen 7 Oktober 1914 maka Kerajaan Jenilu dan Naitimu digabung menjadi sebuah kerajaan baru bernama Kakuluk Mesak di bawah pimpinan Raja Don Josef Da Costa. Jumlah kerajaan di Belu pun tinggal 17 dari sebelumnya 18 buah. Kemudian tanggal 1 April 1915, Swapraja Insana, Swapraja Biboki, dan Swapraja Harneno, dimasukkan ke dalam wilayah Timor Tengah Utara sehingga jumlah kerajaan di Belu tinggal 14 buah. Sebulan kemudian tanggal 29 Mei 1915, Civil Militair Asisten Resident Gramberg menggelar rapat di Besikama dihadiri oleh Swapraja Wehali, Wewiku, Haitimuk, Fatuaruin, Lakekun, Dirma, dan Mandeu. Dalam rapat ini disepakati pembentukan sebuah Swapraja baru bernama Swapraja Malaka.Belu Pemimpin dan Sejarah:Jejak Tapak Dari Masa Ke Masa, 2007:4 Sementara itu, Beredao yang terletak di tapal batas dengan Timor Portugis telah menjadi Benteng Pertahanan Belanda dari 1911 hingga 1916. Pada tahun 1916, Pusat Pemerintahan Belanda untuk Belu Utara dipindahkan dari Atapupu ke Atambua. Pada tanggal 19 Januari 1916, Gesachebber melaksanakan rapat dengan Swapraja Makir, Lamaknen, Lamaksanulu, Kakuluk Mesak, Fialaran, dan Silawan yang mengasilkan terbentuknya “Swapraja Belu Tasifeto”. Pada tanggal 20 September 1923, Controleur Belu Van Raesfild Meyer menerbitkan memori tentang struktur pemerintahan di wilayah Belu, yang meliputi seluruh wilayah Belu ditambah Insana, dan Biboki di TTU (sekarang), sebagai berikut: Menghapuskan Swapraja Malaka dan Swapraja Belu Tasifeto. Membentuk satu Swapraja yang terdiri dari wilayah Belu seluruhnya ditambah Swapraja Insana dan Biboki (Timor Tengah Utara). Mengakui, walau kemudian menolak Bria Nahak sebagai Raja Belu dengan gelar “Maromak Oan”. Dalam melaksanakan pemerintahan Maromak Oan dibantu oleh seorang mangkubumi yang bergelar Liurai. Pada tanggal 14 Mei 1930 dengan Resident Timor en Onderhoorgheden, Seran Asit Fatin diakui sebagai kepala Swapraja Belu dengan gelar Liurai. Setelah Seran Asit Fatin meninggal dunia pada pada tanggal 9 November 1931 terjadilah kevakuman jabatan Liurai Belu. Pada tanggal 20 Juli 1940 pemerintah Belanda oleh Controleur W. Ch. J. J. Buffart melaporkan kepada pemerintah pusat bahwa Swapraja Belu dihapus dan dibentuk 3 Swapraja baru yaitu Swapraja Malaka, Swapraja Tasifeto, dan Swapraja Lamaknen. Mengakui Antonius Tei Seran sebagai Raja Malaka dengan gelar Liurai, Atok Samara sebagai Raja Tasifeto dengan gelar Astanara, dan Bau Liku Raja Lamaknen bergelar Loro.Belu Pemimpin dan Sejarah:Jejak Tapak Dari Masa Ke Masa, 2007:10 Masa Kolonial Jepang Pada 20 Februari 1942, Tentara Jepang mendarat di Batulesa, Kab. Kupang (sekarang), di bawah pimpinan Jenderal Hayakawa. Selanjutnya pada 8 Maret 1942 Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang, dan meninggalkan Pulau Timor beserta Kabupaten Belu. Sekitar April 1942, tentara Jepang masuk wilayah Atambua. Controleur Belanda, Mr. H. C. de Haan dan keluarga ditawan. Wilayah pemerintahan Belu dipimpin oleh seorang pejabat Jepang yang disebut “Bunken Kanrikan”. Pemerintah Jepang mengakui wilayah Belu terbagi mejadi 2 Swapraja: Swapraja Tasimane dipimpin oleh Arnoldus Klau sebagai Raja I dan Edmundus Tei Seran (Na’i Fatuaruin) sebagai Raja II. Swapraja Tasifeto dipimpin oleh Nikolas Manek sebagai Raja I dan Hendrikus Besin Siri Da Costa sebagai Raja II. Pemerintahan Jepang di Belu dikendalikan dari laut oleh Onderafdelling yang dipimpin pembesar Jepang dengan sebutan Atambua Bun Ken. Terdapat sistem kerja paksa diterapkan Jepang atas rakyat Belu (Romusha). Rakyat wajib membuat lubang-lubang perlindungan dan pertahanan bagi tentara Jepang (masih ada di Teluk Gurita sampai sekarang). Selain itu, rakyat juga diwajibkan menanam tumbuhan jati untuk kepentingan perang Jepang (masih ada sebagai Hutan Jati Nenuk di Tasifeto Barat) Situasi Pasca Kemerdekaan RI Pada 6 Agustus-8 Agustus 1945, Jepang menyerah kepada AS dan sekutu, atas seruan Kaiser Tenno Heika. Berakhir pula pendudukan tentara Jepang di Indonesia termasuk Belu. Sejak berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, Panitia Pemerintahan Sementara (PPS) Swapraja Belu yang dibentuk dengan Beslit Resident Timor en Ondertiooroghden tanggal 2 Mei tahun 1932 No. 842 tetap diakui, dengan anggotanya Loro Lakekun (Benekdiktus Leki Tahuk), Loro Bauho (Hendrikus Besin Siri Da Costa), dan Raja Kewar (A. A. Bere Tallo). Panitia Pemerintahan Sementara (PPS) meliputi 3 Swapraja dan 37 ke-Na’i-an. Pada tanggal 15 Agustus 1946 dibentuk Dewan Raja-Raja Federasi kepulauan Timor di Kefamenanu yang terdiri dari 20 anggota yaitu semua Kepala Swapraja di pulau Timor, Rote, Sabu, dan Alor Pantar. Pada tanggal 31 Maret 1949, keluar peraturan No. 121 oleh Beslit Resident Timor, mengangkat Hendrikus Besin Siri Da Costa sebagai Raja Tasifeto dan A. A. Bere Tallo sebagai Raja Kewar. Dengan SKP Ketua Dewan Raja-raja Timor dan Kepulauan Nomor P.3/21/1 tanggal 20 Agustus 1949 mengangkat A. A. Bere Tallo untuk memangku jabatan Ketua PPA Swapraja Belu, kemudian dibubarkan dengan Undang-Undang Negara Indonesia Timur Nomor 44 tahun 1950 tanggal 1 Oktober 1950 dan membentuk Pemerintahan Daerah Timor yang dikepalai oleh seorang Kepala Daerah dan didampingi oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sejarah Singkat Rai Belu, 2011:3 Pada tanggal 1 April 1951, Kepala Daerah Timor (H. A. Koroh) mengangkat Raja Lamaknen (A. A. Bere Tallo) sebagai anggota Dewan Pemerintahan Daerah (DPD) Timor di Kupang sekaligus merangkap Pj. Ketua Panitia Pemerintahan Sementara (PPS) Swapraja Belu di Atambua dan Raja Lamaknen. SKP Gubernur NTT di Singaraja Nomor Des.2/1/2 tanggal 15 Februari 1954, mengesahkan Majelis Pemerintah Harian Swapraja Belu dengan Ketua A. A. Bere Tallo. Kemudian dengan SKP Gubernur NTT di Singaraja Nomor 115/UP.3/3//63 tanggal 9 Juni 1954, mengangkat A. A. Bere Tallo sebagai Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) Belu.Sejarah Singkat Rai Belu, 2011:3-4 Pada 29 Oktober 1958, lahirlah UU No. 69 Tahun 1958, tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan terbentuk pula Daerah Tingkat II Belu. Kabupaten Belu berdiri pada tanggal 20 Desember 1958 berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 69 tahun 1958 dengan Atambua sebagai ibu kota kabupaten dan terdiri dari 6 kecamatan. Pejabat Pemerintahan Belu terpilih pada 16 Februari 1960, yakni Alfonsius Andreas Bere Tallo sebagai Kepala Daerah Tingkat II Belu, ia kemudian dilantik oleh Gubernur NTT W. J. Lalamentik pada 9 Mei 1960. Pada 20 Mei 1959, DPRD Peralihan Daerah Tingkat II Belu berdiri yang terdiri dari 15 Anggota dengan Ketua B.J Manek dan Wakil Ketua C. Mau. Perkembangan Kabupaten Belu hingga kini Pada awal pembentukannya, Kabupaten Belu terdiri dari 6 kecamatan yaitu: Kecamatan Lamaknen Kecamatan Tasifeto Timur Kecamatan Tasifeto Barat Kecamatan Malaka Timur Kecamatan Malaka Tengah Kecamatan Malaka Barat Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1992 maka pada tahun 1992 terjadi pemekaran kecamatan menjadi 8 kecamatan yaitu: Kecamatan Lamaknen Kecamatan Tasifeto Timur Kecamatan Tasifeto Barat Kecamatan Malaka Timur Kecamatan Malaka Tengah Kecamatan Malaka Barat Kecamatan Kobalima Kecamatan Kota Atambua Pada tahun 2001 terjadi pemekaran kecamatan lagi menjadi 12 kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belu No. 12 Tahun 2001, yakni: Kecamatan Lamaknen Kecamatan Tasifeto Timur Kecamatan Tasifeto Barat Kecamatan Malaka Timur Kecamatan Malaka Tengah Kecamatan Malaka Barat Kecamatan Kobalima Kecamatan Kota Atambua Kecamatan Raihat Kecamatan Kakuluk Mesak Kecamatan Sasitamean Kecamatan Rinhat Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Belu No. 10 Tahun 2004 terjadi pemekaran kecamatan di Kabupaten Belu menjadi 16 kecamatan, yaitu: Kecamatan Lamaknen Kecamatan Tasifeto Timur Kecamatan Tasifeto Barat Kecamatan Malaka Timur Kecamatan Malaka Tengah Kecamatan Malaka Barat Kecamatan Kobalima Kecamatan Kota Atambua Kecamatan Raihat Kecamatan Kakuluk Mesak Kecamatan Sasitamean Kecamatan Rinhat Kecamatan Weliman Kecamatan Wewiku Kecamatan Raimanuk Kecamatan Laen Manen. Pada Tahun 2006 Kecamatan di Kabupaten Belu mengalami pemekaran sebanyak tiga kali sehingga pada akhir 2006 Kabupaten Belu terdiri dari 21 kecamatan. Pemekaran ini terjadi didasarkan atas Peraturan Daerah Kabupaten Belu berikut: No. 4 Tahun 2006 tentang pembentukan Kecamatan Lamaknen Selatan. No. 5 Tahun 2006 tentang pembentukan Kecamatan Io Kufeu dan Botin Leobele. No. 18 Tahun 2006 tentang pembentukan Kecamatan Atambua Barat dan Atambua Selatan. Pada tahun 2007, kecamatan di Kabupaten Belu kembali mengalami pemekaran sebanyak dua kali sehingga pada akhir 2007 Kabupaten Belu terdiri dari 24 kecamatan. Pemekaran ini terjadi didasarkan atas Peraturan Daerah Kabupaten Belu berikut: No. 2 Tahun 2007 tentang pembentukan Kecamatan Nanaet Dubesi dan Kecamatan Kobalima Timur. No. 3 Tahun 2007 tentang pembentukan Kecamatan Lasiolat. Kemudian pada tahun 2012 terjadi pemekaran Kabupaten Malaka sehingga dibagi 12 kecamatan untuk Kabupaten Belu dan 12 kecamatan untuk Kabupaten Malaka. Kabupaten Belu Kecamatan Raimanuk Kecamatan Tasifeto Barat Kecamatan Kakuluk Mesak Kecamatan Nanaet Dubesi Kecamatan Kota Atambua Kecamatan Atambua Barat Kecamatan Atambua Selatan Kecamatan Tasifeto Timur Kecamatan Raihat Kecamatan Lasiolat Kecamatan Lamaknen Kecamatan Lamaknen Selatan Kabupaten Malaka Kecamatan Malaka Barat Kecamatan Rinhat Kecamatan Wewiku Kecamatan Weliman Kecamatan Malaka Tengah Kecamatan Sasitamean Kecamatan Io Kufeu Kecamatan Botin Leobele Kecamatan Malaka Timur Kecamatan Laen Manen Kecamatan Kobalima Kecamatan Kobalima Timur Identitas daerah Lambang daerah Bentuk Lambang Bentuk Lambang Daerah adalah Perisai bersisi lima mempunyai arti sebagai berikut: Perisai melambangkan alat perlindungan rakyat Sisi lima melambangkan Pancasila sebagai dasar negara Warna dan Isi Lambang adalah Tata warna lambang berwarna Merah, Kuning, Coklat, Hijau, Putih dan Hitam; melambangkan kain tenunan rakyat Kabupaten Belu, yang mempunyai arti: Arti Lambang Lukisan bintang berwarna kuning emas melambangkan Keagungan Tuhan Yang Maha Esa; Padi dan kapas melambangkan kemakmuran sandang pangan; Padi 20 butir dan kapas 12 biji serta angka 1958 menunjukkan hari, tanggal, dan tahun terbentuknya Kabupaten Belu dalam wilayah daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur; Tihar melambangkan alat asli seni tari rakyat (tarian Likurai) yang telah ada serta tumbuh dalam masyarakat Belu sejak dahulu dan berkembang terus hingga sekarang; Kelewang dalam keadaan tersarung terletak di antara warna merah dan Kuning melambangkan perjuangan keberanian, kesungguhan hati dan semangat; Pohon beringin melambangkan persatuan dan tempat rakyat berlindung, terletak di atas tiber dan kelewang; Dibawah Bintang dan di atas Pohon Beringin tertulis dengan kata latin berbunyi “BELU“ yang berarti “SAHABAT“. Nama daerah Nama Lain: Rai Belu, Tasifeto, Fialaran/Fehalaran, Lamaknen, Manuaman Laka'an. Kata "Belu" menurut penuturan para tetua adat bermakna "persahabatan" yang bila diterjemahkan secarah harafiah ke dalam bahasa Indonesia berarti "teman" atau "sobat". Ini merupakan makna simbol yang mendeskripsikan bahwa pada zaman dahulu para penghuni Belu memang hidup saling memperhatikan dan bersahabat dengan siapa saja. Namun secara politis oleh Pemerintah Belanda, Belu dibagi menjadi dua bagian yaitu Belu bagian utara dan Belu bagian selatan, yang hingga sekarang masih terasa pengaruhnya. Demografi Kependudukan Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu tahun 2018, jumlah penduduk kabupaten Belu pada akhir tahun 2017 adalah 213.596 jiwa; dibagi menjadi 106.782 jiwa laki-laki dan 106.814 jiwa perempuan. Laju pertumbuhan penduduk di kabupaten Belu antara rahun 2016 dan 2017 adalah 3,00%, dengan angka pernikahan sebanyak 826 rumah tangga baru dan angka kelahiran sebanyak 8843 jiwa. Rasio jenis kelamin tahun 2017 adalah 1,00 yang berarti jumlah penduduk laki-laki dan perempuan hampir sama. Pada tahun 2018, jumlah penduduk Kabupaten Belu adalah 216.780, dengan laju pertumbuhan penduduk 2,40% per tahun, menjadikannya kabupaten dengan pertumbuhan penduduk tertinggi ke-5 di Nusa Tenggara Timur. 4,02% penduduk Nusa Tenggara Timur tinggal di Kabupaten Belu. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Belu pada tahun 2018 adalah sekitar 33.910 jiwa (15,70%). Angka ini turun dari sebelumnya 15,92% pada tahun 2017, dan 15,82% pada tahun 2016. Sementara itu, Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Belu pada tahun 2018 adalah 61,86, turun dari sebelumnya 63,42 pada tahun 2017. Ketenagakerjaan Berdasarkan hasil Sakernas 2017, angkatan kerja tahun 2017 berjumlah 97.869 orang atau 70,55 persen terhadap penduduk kabupaten Belu usia 15 tahun ke atas. Dari jumlah tersebut sebanyak 97,53 persen berstatus pekerja. Tingkat pengangguran kabupaten Belu tahun 2017 tercatat 2414. Pada tahun 2018, Tingkat Pengangguran Terbuka di Kabupaten Belu adalah 5,26%. Agama Mayoritas penduduk di Kabupaten Belu beragama Katolik 89,83% dengan diikuti Kristen Protestan 7,11%, Islam 2,76%, Hindu 0,12%, dan Buddha 0,01%. Budaya Asal-usul Secara adat-istiadat dan kebudayaan, Kabupaten Belu merupakan masyarakat adat Timor, yang hidup dalam empat kelompok suku-bangsa dan bahasa. Penduduk Kabupaten Belu, kebanyakan Orang Tetun. Selain Orang Tetun yang berkonsentrasi di sebagian besar Tasifeto; terdapat juga Orang Marae atau Bunak yang berkonsentrasi di hampir seluruh wilayah Lamaknen Utara dan Lamaknen Selatan serta beberapa perkampungan lain di Tasifeto; Orang Kemak yang berkonsentrasi di Sadi (Tasifeto Timur), dan beberapa perkampungan lain di Tasifeto serta Orang Dawan R yang berkonsentrasi di Manlea dan Biudukfoho, wilayah Malaka. Umumnya penduduk Kabupaten Belu, berasal dari ras Melayu Tua (Proto Melayu), ras yang diyakini lebih tua dan lebih awal mendiami Pulau Timor. Selain Ras Melayu Tua, terdapat juga ras Melayu Muda (Deutero Melayu) dan Asia (Cina). Baik ras Proto Melayu, Deutero Melayu dan Asia, telah berbaur dan telah terikat dalam sistem kawin-mawin, sejak beratus-ratus bahkan beribu-ribu tahun silam. Corak bahasa dan budaya Di Atambua, juga beberapa kota kecil seperti Atapupu, dan Halilulik, terdapat juga sejumlah kecil penduduk yang berasal dari luar Kabupaten Belu, entah dari Pulau Timor sendiri, ataupun dari luar Pulau Timor. Bahasa daerah Kabupaten Belu adalah bahasa tetun. Bahasa ini sama seperti bahasa daerah dari Kabupaten Malaka, karena kedua kabupaten tersebut memiliki satu nenek moyang. Daerah kabupaten Belu pada umumnya terdiri atas daratan bukit dan pegunungan serta hutan. Daerah Belu tergolong daerah yang curah hujannya sedikit yang secara tidak langsung iklim tersebut mempengaruhi pola hidup dan watak keseharian masyarakat Belu. Tradisi Tempat tinggal orang-orang Belu dahulunya banyak berada di daerah perbukitan yang dikelilingi oleh semak berduri dan batu karang yang tidak mudah didatangi orang dan hidup secara berkelompok, dengan maksud untuk menjaga keamanan dari gangguan orang luar maupun binatang buas. Rumah asli penduduk Belu bernama Klobor-Laen, yaitu rumah yang berbentuk seperti kapal terbalik dan ada yang seperti gunung. Atapnya menjulur ke bawah hampir menyentuh tanah. Dinding rumah terbuat dari Pelepah Gewang, biasa disebut Bebak, tiang-tiangnya terbuat dari kayu-kayu balok, sedang atapnya dari daun gewang. Di bagian dalam rumah dibagi menjadi dua ruangan yaitu bagian luar diberi nama Sulak, untuk ruang tamu, tempat tidur tamu, dan tempat anak-anak laki-laki dewasa. Pada bagian dalam disebut Nanan, yaitu tempat untuk tidur keluarga dan tempat makan. Sebelum pengaruh agama masuk ke daerah ini masyarakat di sini sudah mempunyai kepercayaan kepada Sang Pencipta, Sang Pengatur, yang biasa mereka sebut dengan Uis Neno, Dewa Langit dan Uis Afu, Dewa Bumi. Banyak ragam upacara dan sesaji yang ditujukan kepada dewa-dewa tersebut untuk meminta berkah kesuburan tanah, hasil panen dan lain-lain. Salah satu contoh adalah upacara Hamis Batar no Hatama Mamaik suatu upacara sebagai tanda rasa syukur dimulainya musim petik jagung. Objek budaya Adapula Kerajaan Terpenting di Kabupaten Belu adalah Loro Bauho-Fialaran dan Lamaknen; Gereja Tertua adalah Paroki Atapupu, Paroki Lahurus, Paroki Halilulik, Katedral Atambua, dan Paroki Nualain; Tarian Asli Belu, yakni Likurai, Tebe dan Bidu Kikit; Bahasa Daerah Terpenting yakni Tetun, Bunak, Kemak dan Dawan. Lagu Daerah Terkenal yakni Oras Loro Malirin, Manumutin Torok, Olala, dan Lolon Gol; Hotel Terkenal antara lain Hotel Matahari, Hotel King Star, dan Hotel Timor; dan Makanan Terkenal yakni Ut Moruk, Sambal Tomat Lahurus, Bawang Weluli, Ikan Atapupu, Padi Haekesak, Jagung Bose, Batar Da'an, Tua Mutin, dan roti paung. Geografi Gunung Tertinggi: Foho Lakaan. Bukit-bukit penting: Lidak, dan Mandeu. Pelabuhan Laut Terpenting: Pelabuhan Atapupu. Bandara Terpenting: A. A. Bere Tallo di Haliwen. Pintu Imigrasi (Pos Lintas Batas Negara) Terpenting: Gerbang Motaain, dan Gerbang Turiskain. Topografi Keadaan topografi Kabupaten Belu dapat dikelompokan atas beberapa kelompok berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut. Terdapat 2 kecamatan yang ketinggiannya di bawah 500 m dpl, yakni Kakuluk Mesak dan Tasifeto Timur dan 10 kecamatan dengan ketinggian di atas 500m dpl. Batas Wilayah Wilayah Kabupaten Belu berbatasan dengan: Klimatologi Secara umum Kabupaten Belu beriklim sabana tropis yang kering (Aw), dengan musim hujan yang pendek dengan temperatur udara berkisar 21,5oC – 33,7o C dan temperatur udara rata-rata sekitar 27,6oC. Temperatur udara tertinggi 37,7oC terjadi pada Bulan November, sedangkan temperatur udara terendah 20,5oC terjadi Bulan Agustus. Biasanya hujan turun antara Bulan Desember sampai Bulan Maret, sedangkan kemarau berlangsung antara Bulan April sampai Bulan November. Curah hujan di Kabupaten Belu tahun 2005 sebesar 10.903 mm, dengan angka rata-rata curah hujan untuk setiap stasiun sebesar 727 mm. Rata-rata hari hujan 40 hari/tahun, stasiun Haekesak (Raihat) mencatat jumlah hari hujan terbesar, yaitu 97 hari hujan sedangkan terendah di tercatat di stasiun Wemasa (Kobalima) sebesar 19 hari hujan. Pada tahun 2017, wilayah di Kabupaten Belu memiliki rata-rata curah hujan yang tercatat pada stasiun meteorologi/klimatologi antara 0 – 580 mm. Angka ini lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun 2016. Berdasarkan jumlah hari hujan dalam setahun, bulan Desember memiliki rata-rata jumlah hari hujan tertinggi yaitu 22 hari hujan dalam satu bulan. Sedangkan bulan yang memiliki rata-rata jumlah hari hujan terendah adalah bulan Mei, Juni, Agustus yaitu 0 hari hujan. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Perekonomian Perekonomian di Kabupaten Belu berkembang cukup pesat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2017, nilai PDB Kabupaten Belu adalah Rp2.657.736,600, naik dari Rp2.511.902,300 pada tahun 2016, atau sebanyak 5,292%. Kegiatan perekonomian di Kabupaten Belu didominasi oleh lapang usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, dengan kontribusi terhadap angka Produk Domestik Bruto Kabupaten Belu sebanyak Rp606.193,500 atau sekitar 22,81% dari jumlah PDB Kabupaten Belu. Jasa pendidikan merupakan lapang usaha dengan kontribusi terhadap PDB kedua tertinggi, sebanyak Rp412.029,600 atau sebanyak 15,50% dari jumlah PDB Kabupaten Belu. Kegiatan perekonomian juga mendapatkan dorongan yang pesat setelah munculnya restoran bergaya barat, KFC di Atambua Plaza pada November 2015 yang lalu. Pariwisata Kegiatan pariwisata di Kabupaten Belu berkembang pesat sejak hadirnya Jabal Mart (2014), dan KFC (2015). Dinas Pariwisata Kabupaten Belu selalu mencoba memperbaiki dan menambah berbagai objek wisata. Beberapa objek wisata terkenal di kabupaten Belu adalah: Wisata Alam dan Bahari Tempat Wisata Gunung antara lain Ksadan Takirin, Ksadan Fatulotu, Gunung Lakaan, Fulan Fehan, Air Terjun Sihata Mauhalek, Anin Nawan, Bukit Mandeu, Bukit Lidak, Mata air Lahurus, Mata air Webot Haekesak, Niki Tohe Leten, Kampung Kewar, Air Terjun Weró, Bendungan Rotiklot; Tempat Wisata Pantai antara lain Pasir Putih, Kolam Susuk, dan Teluk Gurita. Padang Fulan Fehan Fulan Fehan merupakan suatu padang sabana yang sangat luas dan berada di kaki Gunung Lakaan, di Kecamatan Lamaknen. Jarak dari pusat kota Atambua ke Fulan Fehan adalah 29,3 km, dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam (apabila cuaca memungkinkan). Kondisi jalan ke tempat ini juga sudah cukup bagus. Air Terjun Sihata Mauhalek Air terjun ini berada di Kecamatan Lamaknen. Air terjun ini biasa disebut Air Terjun Bidadari karena bentuknya sangatlah indah. Lokasinya juga berdekatan dan searah dengan padang Fulan Fehan. Jarak dari pusat kota Atambua adalah 31,6 km Pantai Pasir Putih AtapupuPantai ini terletak di Kecamatan Kakuluk Mesak, berjarak 29,3 km dari pusat Kota Atambua, pantai ini dapat dijangkau dalam waktu kurang dari 45 menit. Pantai ini memiliki fasilitas yang baik dan ramah pengunjung, seperti lopo, Toilet, warung & kios, serta dalam beberapa hari dalam setahun, pemerintah menggelar acara Music on Vacation di tempat ini. Wisata Mangrove Kolam SusukTempat wisata ini merupakan salah satu tempat wisata baru di Kabupaten Belu. Tempat wisata ini menawarkan panorama eksotis hutan Mangrove sepanjang kurag lebih 1 km. Terdapat pula lopo-lopo dan ragam kios di sekitar objek wisata ini. Anda juga bisa membeli ikan bandeng yang banyak dijual oleh warga sekitar dengan harga yang amat terjangkau. PLBN Terpadu MotaainMerupakan gerbang utama negara Indonesia dengan Timor Leste, merupakan suatu tempat dengan keindahan arsitektur. Bendungan RotiklotMerupakan suatu bendungan yang dibangun pada masa pemerintahan Joko Widodo dengan tujuan menyediakan irigasi bagi lahan pertanian para petani. Bendungan ini diresmikan pada 20 Mei 2019, dan belum dibuka untuk umum hingga pemeliharaan berakhir pada Agustus 2019 (tiga bulan setelah diresmikan). Pantai SukaerlaranPantai ini merupakan saingan Pantai Pasir Putih. Pantai ini menawarkan pemandangan yang lebih alami'' karena banyak ditumbuhi pepohonan. Pantai ini luas dan biasanya penuh saat musim liburan dan akhir pekan tiba. Kuliner Beberapa kuliner yang dapat ditemui di Kabupaten Belu antara lain jagung bose, dan jagung bakar. Referensi Catatan Pranala luar Situs Resmi Pemerintah Facebook Dinas Pariwisata Badan Pusat Statistik Kabupaten Belu Protokol dan Komunikasi Pimpinan Setda Belu Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Belu Belu Belu
4172
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Ende
Kabupaten Ende
Kabupaten Ende adalah sebuah kabupaten di Pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Luas kabupaten ini ialah 2.067,75 km² dan pusat pemerintahan atau ibu kota kabupaten berada di Kota Ende. Ende Lio memiliki banyak objek wisata, yaitu wisata alam seperti Kelimutu, wisata budaya, dan wisata sejarah. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk kabupaten Ende sebanyak 278.817 jiwa. Sejarah Cerita asal mula berdirinya Nua Ende meningkat menjadi Kota Ende hanya samar-samar saja. Dongeng-dongeng yang mengarah kesana tidak sama benar. Fragmen sejarah tidak memberi kejelasan. Karena itu tidak mudah memberikan jawaban atas pertanyaan oleh siapa dan kapan Nua Ende dimulakan. Mitos yang samar-samar perlu diteliti bersampingan dengan fragmen sejarah, agar dua sumber ini bantu membantu dalam usaha mencarikan jawaban yang baik. Mitos didirikan Nua Ende adalah unsur pra sejarah yang dapat dijadikan sumber penelitian. Dongeng-dongeng yang diteliti ini adalah kutipan dari karangan S.Roos “Iets Over Ende“ dan karangan Van Suchtelen tentang onderafdeling Ende. S.Roos membicarakan antara lain masalah berdirinya Nua Ende dan Tanah Ende B.B.C.M.M. Van Suchtelen Kontroleur onderafdeling Endemengemukan mythos Dori Woi, Kuraro, Jari Jawa. Perbedaan antara S.Roos dan van Suchtelen ialah mythos Kontroleur S.Roos (Sumbi) dibawakan dengan umum saja, sedangkan mythos Van Suchtelen diceritakan dengan diperinci. S.ROOS Tentang Nua Ende,Tana Ende Walaupun tidak diperinci namun ceritera yang dikemukan Roos amat berharga. Diceriterakan kepadanya tahun 1872 bahwa kira-kira sepuluh turunan lalu sudah turun dua orang dari langit, Ambu Roru lelaki dan Ambu Mo` do wanita. Mereka kawin dan mendapat lima anak, tiga wanita dua lelaki. Satu wanita menghilang tanpa kembali lagi. Empat anak yang lain melanjutkan turunan Ambu Roru dan Ambu Mo`do Pada suatu hari, Borokanda, Rako Madange, Keto Kuwa bersampan dari Pulau Ende ke Pulau Besar karena mereka memasang bubuk disana, untuk menangkap ikan. Mereka mendapat banyak ikan yang separohnya mereka makan ditempat dan yang sisa mereka bawa ke rumah. Sementara makan itu datang tuan tanah Ambu Nggo`be yang diajak turut makan.Pertemuan mereka membawakan persahabatan.Ambu Nggo`be mengajak orang-orang itu meninggalkan Pulau Ende supaya berdiam dipulau besar. Anak isteri dan harta milik dapat diboyong kemudian. Ambu Nggo`be berikan tanah dengan syarat mereka harus bayar, satu gading dan se utas rantai mas. Bahan warisan itu masih disimpan Kai Kembe seorang turunan lurus Ambu Nggo`be. Jadi semua syarat dipenuhi dan diselesaikan.Mereka menebang pohon dan semak memulaikan perkembangan yaitu Nua Roja yang kemudian diganti dengan nama Nua Ende. Terjadi kawin mawin antara penduduk asal pulau Ende dan penduduk asli. Maka putera Ambu Roru kawin dengan putera Ambu Nggo`be.Beberapa waktu kemudian datang seorang lelaki dari Modjopahit dengan mengendarai ngambu atau ikan paus. Ia berdiam di Ende dan kawin dengan wanita anak putera ambu Roru dan Ambu Nggo`be .Pun seorang Cina berdiam di Ende dan kawin dengan dari keluarga sama ini. Orang Cina itu bernama Maga Rinu ( Sic Bapak Kapitan Nggo`be ). Dari ceritera ini dapat disimpulkan bahwa Nua Ende dimulaikan oleh Ambu Nggo`be dan bantuan Ambu Roru dari Pulau Ende dan bantuan orang Majapahit serta orang Cina. Geografi Topografi Sedangkan untuk letak astronomis, kabupaten Ende Lio terletak pada 8°26’24,71” LS – 8°54’25,46” LS dan 121°23’40,44” BT – 122°1’33,3” BT. Wilayah Kabupaten Ende Lio Ini Termasuk Juga Dalam Deretan Jalur Gunung Berapi, Sebut Saja Gunung Berapi Iya Yang Memiliki Ketinggian 637 Mdpl, Di mana Letusan Terakhirnya Terjadi Pada Tahun 1969. Masih Ada Juga Gunung Berapi Mutubusa Yang Memiliki Ketinggian 1.690 Mdpl, Di mana Terakhir Kalinya Tercatat Memuntahkan Lahar Panas Pada Tahun 1938. Iklim & Curah Hujan Curah Hujan Di Kabupaten Ende Lio Tercatat Lebih Signifikan Pada Bulan Nopember Hingga Bulan April. Dengan Curah Hujan Rata-Rata Pertahun 1.129 Mm. Perbedaan Amplitudo Suhu Harian Rata-Rata Juga Tidaklah Terlampau Signifikan, Berada Dalam Ambang 6,0 °C. Di mana Suhu Terpanas Pada Siang Hari Adalah 33 °C Dan Suhu Udara Malam Hari Memiliki Suhu Terendah Pada Titik 23 °C. Kelembaban Nisbi Kabupaten Ende Lio Berada Dalam Kisaran Rata-Rata 85%. Hidrologi Sumber Utama Pertanian Bagi Masyarakat Kabupaten Ende Lio Adalah Dari Beberapa Mata Air Yang Relatif Bertahan Debit Airnya, Selain Dari Sumber Mata Air Tadahan Lainnya. Beberapa Lokasi Mata Air Ini Antara Lain: Mata Air Wolowona Yaitu Mencapai 200 Lt/Dtk Yang Terdapat Di Kecamatan Ndona Tepatnya Berada Di Desa Onelako, Mata Air Aekemele Dengan Debit 40 Lt/Dtk, Mata Air Moni Dengan Debit 35 Lt/Dtk, Mata Air Aeuri Dan Aewenanda Di Kecamatan Ende Selatan. Jenis Tanah Di Kabupaten Ende Lio Adalah Tanah Mediteran, Latosol, Alluvial, Regosol, Grumosol, Dan Andosol. Satu Mata Air Bersih lainnya, yang sangat sehat sebab bisa langsung diminum tanpa harus direbus adalah Mata Air "Ae Bhobho", terletak di desa Wolokota kecamatan Ndona. Mata Air ini berdebit mencapai 40Lt/Detik, dan memenuhi kebutuhan dua desa yakni Wolokota dan Reka. Mata Air ini sebenarnya sangat potensiil untuk dikelola sebagai air minum bersih, sebab tidak ada sat kapur sama sekali. Sayangnya, belum dipergunakan secara optimal sebagai salah satu usaha ekonomi. hal ini terutama karena masih sulitnya akses ke desa ini karena belum dihubungkan dengan jalan raya. Batas Wilayah Batas wilayah Kabupaten Ende yaitu: Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Lambang Daerah Lambang Daerah Kabupaten Ende berbentuk perisai bersisi lima yang mengandung arti sebagai berikut: Perisai melambangkan alat perlindungan rakyat Sisi lima melambangkan Pancasila sebagai Dasar Negara Warna dan Isi Lambang Daerah Warna lambang terdiri dari warna merah, kuning, hitam dan biru yang diambil dari warna kain tenun rakyat Ende-Lio yang mencerminkan ciri khas kebudayaan rakyat Daerah Tingkat II Ende yang mempunyai arti sebagai berikut: Merah melambangkan keberanian Kuning melambangkan keagungan, kekayaan dan kemuliaan Hitam melambangkan siap demi cita-cita yang luhur serta teguh dan abadi Biru melambangkan kerukunan, kesetiaan di dalam kekeluargaan Arti Lambang Daerah Lambang Daerah Kabupaten Ende berisi: Lukisan bintang yang berwarna kuning keemasan yang melambangkan keagungan dan kemuliaan Tuhan Yang Maha Esa, pencipta alam semesta yang memberi hidup dan menyinari kehidupan manusia pada umumnya, khususnya rakyat Daerah Tingkat II Ende. Di bawah lukisan bintang tertulis dengan huruf latin "DAERAH TINGKAT II ENDE". Rantai yang melingkari lukisan danau Kelimutu melambangkan ikatan kerukunan dan kekeluargaan yang hidup dikalangan rakyat Daerah Kabupaten Ende. Danau Kelimutu adalah satu-satunya keindahan alam di dunia yang hanya terdapat di Daerah Kabupaten Ende, melambangkan keagungan, kemegahan dan ketenangan hidup rakyatnya dengan tabah dan penuh semangat membangun daerahnya sepanjang masa. Lukisan padi dan kapas yang terdapat di bawah lukisan danau Kelimutu mengandung arti tujuan kesejahteraan material dan spiritual rakyat Daerah Kabupaten Ende. 14 butir padi dan 12 buah kapas melambangkan 14 Desember, tanggal dan bulan berdirinya Daerah Kabupaten Ende, sedangkan angka 1958 yang terletak di bawah lukisan pohon beringin melambangkan tahun berdirinya Daerah Kabupaten Ende. Lukisan pohon beringin yang terletak di bawah lukisan padi dan kapas melambangkan persatuan dan kesatuan. Empat corak garis yang melintang sebagai dari lukisan waran dasar lambang ini yang memberi perisai atau lima bagian, melambangkan rencana pembangunan lima tahun yang terus menerus untuk mencapai cita-cita bangsa seperti yang termaktub dalam sila ke lima dari Pancasila. Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Ende pada pertengahan tahun 2023 sebanyak 278.817 jiwa, dengan kepadatan penduduk 140 jiwa/kilometer persegi. Kepadatan penduduk terpadat terdapat pada Kecamatan Ende Tengah sebesar 3.801 jiwa per km2 dan yang terendah pada Kecamatan Lempembusu Kelisoke dengan kepadatan penduduk-nya 46 jiwa per km2. Jumlah Kepala Keluarga hasil Registrasi Penduduk adalah sebesar 57.550 RT dengan rata-rata penduduk per RT tidak terlalu bervariasi yakni antara 3-6 jiwa per RT pada setiap kecamatan, sedangkan rata-rata penduduk per RT untuk Kabupaten Ende yaitu 4 jiwa per RT. Suku Asli yang mendiami kabupaten Ende Lio adalah : Suku Lio, Suku Ende, Suku Nage. Suku terbanyak di kabupaten ini adalah suku Lio yang mayoritas mendiami bagian pedalaman, bagian utara dan timur kabupaten ini. Agama mayoritas di Ende adalah Kristen, dengan penganut agama Islam yang cukup siginifikan. Data Kementerian Dalam Negeri pada pertengahan tahun 2023, penduduk Ende yang menganut agama Kekristenan sebanyak 72,83%, dengan mayoritas Katolik sebanyak 70,76%, dan selebihnya Protestan sebanyak 2,07%. Penduduk yang menganut gama Islam sebanyak 27,10%, selebihnya menganut agama Hindu sebanyak 0,06%, dan Buddha sebanyak 0,01%%. Pendidikan Kabupaten Ende Lio memiliki 3 Unit SMA/SMK/MA Negeri, 12 Unit SMA/SMK/MA Swasta, 54 Unit SMP/MTs Negeri, 32 Unit SMP/MTs Swasta, 176 Unit SD/MI Negeri, 156 Unit SD/MI Swasta, 107 Unit Taman Kanak-kanak. Total siswa di Kabupaten Ende Lio mencapai 67.758 Siswa dengan banyaknya tenaga pengajar yaitu 4.541 guru. Berikut beberapa nama sekolah di Kabupaten Ende Lio : Perguruan Tinggi Universitas Flores Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) Santa Ursula Sekolah Tinggi Pastoral Atma Reksa (STIPAR) Ende Akademi Bahasa Asing Santa Mary Ende Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Mataram Akademi Keperawatan (AKPER) Ende Kesehatan Kabupaten Ende Lio mempunyai 3 Rumah Sakit, 1 RS Bersalin, 24 Puskesmas, 52 Puskesmas Pembantu dan 6 Balai Pengobatan. Tiga rumah sakit masing-masing adaalah RSUD Ende Lio, Rumah Sakit Misi Ende Lio, dan RS St Antonius Jopu. Sedangkan RS Bersalin yakni RS Bersalin SSPS Ende. Rencananya akan dibangun rumah sakit baru bernama RSU Pratama di Kecamatan Wewaria. Terdapat 443 orang tenaga medis meliputi dokter umum, dokter gigi, bidan, Perawat / SPK, Perawat Gigi, Akademi Perawat maupun Sanitarian (SPPH). Transportrasi Untuk melayani mobilisasi angkutan darat di Kabupaten Ende Lio terdapat 130.30 Km jalan nasional, 160.30 Km jalan provinsi, 824.60 Km jalan kabupaten dan 338.70 Km jalan pedesaan. Sementara itu Kabupaten Ende Lio memiliki 5 terminal tipe A dan C yaitu Terminal Ndao, Terminal Rewarangga, Terminal Detusoko, Terminal Maukaro dan Terminal Wolowaru. Sedangkan untuk angkutan udara, Kabupaten Ende Lio mempunyai Bandar Udara H. Hasan Aroeboesman dengan maskapai Lion Air dioperasikan oleh Wings Air, Kalstar, Pelita Air Service dan TransNusa Air Services. Letak Kabupaten Ende Lio yang strategis, yang batas wilayahnya berhubungan langsung dengan dua perairan laut utara dan selatan sehingga terdapat Pelabuhan Barang dan Penumpang, Pelabuhan Pertamina dan Pelabuhan Ikan. Pariwisata Berbagai tempat wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi antara lain: Danau Kelimutu, terletak di Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende Lio (hanya berjarak 55 km dari Ende atau 100 km dari Maumere) Kerikil Hijau di Pantai Penggajawa Museum Bung Karno, berupa sebuah rumah pengasingan Bung Karno oleh Belanda selama 4 tahun (1934-1938) Monumen Pancasila, sebuah pohon sukun tempat Soekarno merenungkan dan merumuskan dasar-dasar negara Indonesia yang dikemudian hari dikenal dengan nama Pancasila Pantai Berpasir Putih, tempat kura-kura & penyu bertelur di kecamatan Ndona Timur, 20 km dari Kota Ende Taman Renungan Bung Karno, terletak di pusat kota Ende, tempat di mana Bung Karno mendapatkan ilham Pancasila. Terdapat patung Bung Karno dari perunggu yang sedang menatap ke arah laut. Berbagai atraksi dan atau kegiatan yang memiliki nilai wisata: Ritual Pati Ka Du'a Bapu Ata Mata Catatan Referensi Pranala luar [http://portal.endekab.go.id/ Situs web resmi pemerintah Kabupaten Ende Ende Ende
4173
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Flores%20Timur
Kabupaten Flores Timur
Kabupaten Flores Timur atau disingkat Flotim, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Pembentukan Kabupaten Flores Timur berdasarkan Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tanggal 9 Agustus 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Jumlah penduduk Flores Timur pada tahun 2021 berdasarkan data registrasi Badan Pusat Statistik (BPS) berjumlah 283.626 jiwa, dengan kepadatan 156,48 jiwa/km2. Kabupaten Flores Timur terdiri dari tiga wilayah utama yaitu daratan Pulau Flores bagian timur yang terdapat ibukota kabupaten di Larantuka, Pulau Adonara, dan Pulau Solor. Larantuka dulunya merupakan pusat Kerajaan Larantuka yang bercorak katolik dan mendapat pengaruh kuat dari Portugis. Geografi Luas wilayah Kabupaten Flores Timur mencapai 5.983,38 km² yang terdiri dari luas daratan sebesar 1.812,85 km² dan luas perairan sekitar 4.170,53 km². Wilayah kabupaten ini meliputi ujung timur Pulau Flores, Pulau Adonara, dan Pulau Solor, serta beberapa pulau kecil. Topografi Kabupaten Flores Timur terdiri atas wilayah daratan, wilayah pesisir dan laut, memiliki topografi mulai dari datar (kemiringan 0–8%), landai (kemiringan 9–15%), agak curam (kemiringan 16–25%), curam (kemiringan 26–40%), sampai sangat curam (kemiringan ≥40%). Keadaan topografi tersebut dapat digambarkan melalui kelerengan beberapa wilayah. Wilayah Flores Timur (Larantuka) mempunyai tingkat kemiringan lahan sebagai berikut 3 Ha lahan datar, 16 Ha lahan landai, 5 Ha lahan agak curam, 20 Ha lahan curam, dan 62 Ha lahan sangat curam. Wilayah Solor memiliki tingkat kemiringan lahan sebagai berikut 621 Ha lahan datar, 1 Ha lahan landai, 5 Ha lahan agak curam, 3 Ha lahan curam, dan 14 Ha lahan sangat curam. Wilayah Adonara punya tingkat kemiringan lahan sebagai berikut 4 Ha lahan datar, 3 Ha lahan landai, 718 Ha lahan agak curam, 4 Ha lahan curam, dan 40 Ha lahan sangat curam. Dengan demikian, total luas lahan datar di wilayah Kabupaten Flores Timur adalah 629 Ha, total luas lahan landai adalah ±19,8 Ha, total luas lahan agak curam sebesar 728 Ha, total luas lahan curam 27 Ha, dan total luas lahan sangat curam sebesar 115 Ha. Vulkanologi Kabupaten Flores Timur berada dalam jalur Gunung Api yang masih aktif sebanyak 4 (empat) buah, yaitu: Gunung Lewotobi Laki – Laki dengan tinggi 1.584 meter dari permukaan laut di Pulau Flores. Gunung Lewotobi Perempuan dengan tinggi 1.703 meter dari permukaan laut di Pulau Flores. Gunung Leraboleng dengan tinggi 1.117 meter dari permukaan laut di Pulau Flores. Gunung Ileboleng dengan tinggi 1.659 meter dari permukaan laut di Pulau Adonara. Iklim Letak geografis Flores Timur memiliki dampak pada iklim di wilayah ini yaitu iklim sabana tropis (Aw) yang mempunyai 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Pada periode bulan Juni-September angin muson bertiup dari Australia dan tidak banyak mengandung uap air sehingga mengakibatkan musim kemarau. Sebaliknya, pada bulan Desember-Maret angin banyak mengandung uap air yang berasal dari Asia dan Samudera Pasifik & Hindia, sehingga terjadi musim hujan. Keadaan ini berganti setiap enam bulan setelah melewati masa peralihan pada bulan April-Mei dan Oktober-November. Oleh karena itu, wilayah Flores Timur menjadi wilayah yang tergolong kering dan selalu terancam bencana kekeringan setiap tahun, karena hanya 4 bulan (Januari-Maret dan Desember) yang keadaannya relatif basah, sedangkan 8 bulan sisanya relatif kering. Pemerintahan Daftar Bupati Daftar Sekretaris Daerah Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Suku bangsa Para penduduk pribumi adalah suku Lamaholot berbahasa Lamaholot sebagai basantara serta bahasa dan dialek setempat seperti bahasa Adonara. Dalam kabupaten ini mereka hidup berdampingan dengan kelompok-kelompok pendatang Bugis, Makassar, Buton, serta keturunan Tionghoa-Indonesia. Tradisi Masyarakat Flores Timur terikat dengan adat-istiadat serta tata cara yang telah menjadi tradisi dari generasi ke generasi yang menjadikannya sebagai masyarakat yang sangat menghargai etnis, budaya, agama dan ras yang lain di dalam tatanan kehidupan dan bermasyarakat. Agama Sebagian besar penduduk beragama Kristen sebesar 79,53% dimana mayoritas adalah Katolik 78,14% dan Protestan 1,39%. Kemudian yang menganut agama Islam juga cukup banyak yakni 20,44%, dan sebagian kecil memeluk agama Hindu 0,03%, dan umumnya adalah warga yang berasal dari Bali. Mata Pencaharian Pertanian: Palawija, Jagung, Singkong, Ubi, Kemiri, Jambu Mete, Kopi, Vanili, Asam dan lain-lain. Nelayan Wiraswasta Pegawai Negeri Sipil Pariwisata Objek Wisata Upacara Keagamaan Paskah-"Semana Santa", dimana penduduk kota biasa melakukan perarakan membawa Patung Yesus dan Bunda Maria sebagai Pelindung dan Penyelamat umat manusia umumnya dan masyarakat Larantuka khususnya untuk diarak mengelilingi kota Larantuka. Pembuatan Tenun Ikat atau semacam kain yang proses pembuatan sampai menjadi kain yang siap dipakai menggunakan cara tradisional. Wisata Bahari, yaitu menikmati pantai dan pulau yang indah atau juga melakukan kegiatan seperti scuba, snorkeling atau renang karena pantai dan laut yang terhampar semuanya masih perawan dan belum dirusak oleh tangan ataupun limbah, baik industri ataupun rumah tangga. Pertapaan Trappist Lamanabi di Desa Lamanabi, Tanjung Bunga, dikenal sebagai tempat wisata rohani bagi mereka yang mencari kesunyian untuk retret. Danau Waibelen, Batu Payung, Batu Bertulis, Pantai Painghaka yang di sebut Situs Sejarah semuanya ini terletak di Desa Waibao - Riangpuho. Peristiwa Bencana alam 4 April 2021 Pada tanggal 4 April 2021 dini hari, yang bertepatan dengan hari Minggu Paskah, telah terjadi bencana longsor dan banjir bandang di pulau Adonara, kabupaten Flores Timur, yang menimpa 3 kecamatan. Ketiga kecamatan tersebut ialah kecamatan Ile Boleng dengan titik bencana di desa Lamanele, kemudian kecamatan Adonara Timur dengan titik bencana di kelurahan Waiwerang Kota dan desa Waiburak, dan kecamatan Wotan Ulumado dengan titik bencana terdampak ialah desa Oyang Barang. Tanggal 5 April 2021 sekitar pukul 19.00 WIB, kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Doni Monardo, kepada media menyampaikan bahwa korban yang telah ditemukan berjumlah 84 orang, dan masih dalam proses pencarian sebanyak 71 orang. Sementara itu, ada 15 orang mengalami luka-luka dan 938 kepala keluarga atau 2.655 jiwa mengungsi. Catatan Referensi Pranala luar Flores Timur Flores Timur
4174
https://id.wikipedia.org/wiki/Kupang%20%28disambiguasi%29
Kupang (disambiguasi)
Nama tempat Indonesia Kabupaten Kupang Kota Kupang Kupang, Pagar Gunung, Lahat Kupang, Tebing Tinggi, Empat Lawang Kupang, Ambarawa, Semarang Kupang, Karangdowo, Klaten Kupang, Curahdami, Bondowoso Kupang, Jabon, Sidoarjo Kupang, Jetis, Mojokerto Kupang, Pakem, Bondowoso Kupang, Kandangan, Hulu Sungai Selatan Kupang, Lampihong, Balangan Kupang, Tapin Utara, Tapin Kupang Baru, Muara Kaman, Kutai Kartanegara Kupang Bersih, Pematang Karau, Barito Timur Kupang Kota, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung Kupang Nunding, Muara Uya, Tabalong Kupang Raya, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung Kupang Rejo, Sungai Pinang, Banjar Kupang Samhurang, Labuan Amas Utara, Hulu Sungai Tengah Kupang Teba, Teluk Betung Utara, Bandar Lampung Malaysia Kupang, Malaysia Singapura Stasiun LRT Kupang Lain-lain Kupang (moluska), sejenis kerang-kerangan Kupang (makanan), adalah makanan khas dari Jawa Timur dengan bahan dari kerang kupang. Kupang (keuangan), satuan mata uang masa lalu di bawah ringgit.
4175
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Manggarai
Kabupaten Manggarai
Kabupaten Manggarai adalah sebuah kabupaten yang berada di pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten Manggarai yakni Kota Ruteng yang terletak di Kecamatan Langke Rembong. Luas wilayahnya adalah 2.096,44 km², dengan jumlah penduduk pada tahun 2021 sebanyak 325.530 jiwa. Geografis Kabupaten Manggarai merupakan salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak di sebelah barat Pulau Flores. Kabupaten Manggarai mempunyai luas wilayah sebesar 2.096,44 km² yang terdiri dari daratan Pulau Flores dan pulau kecil yaitu Pulau Molas. Secara astronomis, Kabupaten Manggarai terletak di antara 08°14'27,32" hingga 08°54'57,17" Lintang Selatan dan 120°13'41,34" hingga 120°32'47,22" Bujur Timur. Batas Wilayah Batas Wilayah dari Kabupaten Manggarai adalah sebagai berikut: Topografi Secara topografis, Kabupaten Manggarai merupakan daerah dataran tinggi yang didominasi oleh bentuk permukaan daratan yang bergelombang dengan kemiringan lahan ≥40% (pegunungan) yaitu seluas 38,36% dan kemiringan lahan antara 15%-40% yakni seluas 55,41% dari luas wilayah Kabupaten Manggarai. Sedangkan, sisanya yang seluas 6,23% merupakan dataran rendah dengan tingkat kemiringan lahan antara 8%-15%. Kondisi Hidrologi Keadaan hidrologis di Kabupaten Manggarai terdiri atas sumber-sumber air yang berasal dari air tanah, air permukaan, dan curah hujan. Sebagai daerah yang mempunyai permukaan bergunung-gunung, air tanah pada umummya diperoleh dari mata air yang berasal dari kawasan pegunungan yang masih mempunyai kondisi jenis flora dari tumbuhan pepohonan yang cukup rapat. Beberapa sungai besar yang keberadaan airnya mengalir sepanjang tahun di antaranya sungai Wae Pesi, Wae Neuring, Wae Renca yang mengalir dan bermuara ke pantai Utara (kecamatan Reok), dan sungai Wae Naong, Wae Reno yang mengalir ke arah selatan dan bermuara ke pantai Selatan (kecamatan Satar Mese). Sumber air tanah dan air permukaan (sungai) yang cukup penting keberadaannya di wilayah kabupaten Manggarai ini adalah dengan adanya gunung Golo Lusang, Poco Ranaka dan gunung-gunung lainnya, di mana keberadaan beberapa sungai tersebut berasal dari mata air pada gunung tersebut Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Koppen, sebagian besar wilayah Kabupaten Manggarai beriklim muson tropis (Am) dengan sebagian kecil beriklim dataran tinggi subtropis (Cwb) terutama di wilayah dataran tinggi pegunungan. Suhu udara di wilayah Kabupaten Manggarai terbilang cukup sejuk, yakni pada rentang 15°C hingga 30°C, kecuali untuk wilayah pesisir yang suhunya bisa berkisar antara 22° hingga 34°C. Seperti wilayah lainnya di Indonesia, Kabupaten Manggarai pun memiliki 2 musim yang dipengaruhi oleh pergerakan angin monsun, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim penghujan dipengaruhi oleh angin monsun baratan yang bersifat basah. lembap, serta banyak membawa uap air dan biasanya berlangsung pada periode November hingga April dengan puncaknya pada bulan Januari. Sementara itu, musim kemarau dipengaruhi oleh angin monsun timuran yang bersifat kering dan sedikit membawa uap air dan biasanya berlangsung pada periode Mei hingga Oktober dengan puncaknya pada bulan Agustus. Tingkat kelembapan di wilayah Manggarai bervariasi antara 65% hingga 85%. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Lambang Kabupaten Bentuk lambang kabupaten Manggarai 1. Bentuk lambang Daerah Manggarai ialah ”Prisai” bersisi lima yang mempunyai arti: a. Prisai melambangkan alat pertahanan dan perlindungan seluruh rakyat; b. Sisi lima melambangkan Pancasila sebagai Dasar Negara. 2. Tata warna lambang berupa kuning, hijau, merah dan hitam diambil dari warna kain tenun rakyat daerah Manggarai yang mempunyai arti: a. Kuning adalah keluhuran dan keagungan serta kejayaan; b. Hijau adalah harapan masa depan atas dasar potensi yang ada di daerah; c. Merah adalah keberanian; d. Hitam adalah teguh dan abadi; 3. Lambang berisikan Rumah Adat melambangkan: a. Alat pemersatu seluruh rakyat dalam satu kesatuan dan persatuan nasional dalam setiap derap langkah pembangunan mental dan fisik yang mencerminan dalam tingkat kebudayaan, peradaban dan perjuangan hidup dari zaman ke zaman; b. Sembilan tiang Rumah Adat memperteguh adanya pendirian bahwa seorang bayi yang baru dilahirkan setelah sembilan bulan dalam kandungan ibu adalah harapan bangsa. 4. Lukisan Gasing yang terdapat pada puncak rumah adat melambangkan keabdian dan keagungan Tuhan yang maha penyayang memberi dan menyinari segala yang hidup serta menyelenggarakan seluruh pusaran tata kehidupan daerah khususnya dan rakyak Indonesia pada umumnya. 5. Lukisan sepuluh (10) batang tulang ijuk (rimang) di atas kepala manusia melambangkan 10 jari tangan manusia menunjukan bahwa rakyat Manggarai senantiasa memuliakan Tuhan dan memohon berkat dan perlindunganNya. 6. Kepala manusia bertanduk mengandung arti bahwa rakyat didaerah Manggarai adalah manusia banteng dan atau manusia yang kokoh, kuat dan berani serta berkemauan bagaikan baja dalam menghadapi tantangan hidup. 7. Lilitan tali ijuk yang terdapat di bawah kepala manusia bertanduk yang mengikat seluruh kasau dan ujung atas atap ijuk melambangkan: a. Bhinneka Tunggal Ika, keutuhan rasa kesatuan yang kokoh mengikat seluruh segi kehidupan rakyat didaerah yang tidak mudah terpengaruh; b. Keutuhan dalam mufakat dan musyawarah yang melembaga dalam kehidupan seluruh rakyat daerah Manggarai. 8. Buaya darat/Komodo (Varanus Commodoensis) sebagai satu-satunya reptil pra sejarah yang masih tetap hidup di daerah Manggarai, berwarna kuning berbintik coklat dan berdiri dalam keadaan siaga di depan rumah adat melambangkan: a. Daya tahan hidup seluruh rakyat daerah dalam menghadapi pelbagai tantangan hidup; b. Kesiapsiagaan yang penuh ketenangan, kecermatan kewaspadaan dan kecekatan dalam setiap gerak kehidupan seluruh rakyat didaerah; c. Museum bagi binatang jenis reptil pra sejarah yang bernilai tinggi untuk kepentingan ilmu pengetahuan. 9. Lukisan satu tangkai kopi dengan 14 butir dan 8 daun kopi serta satu tangkai padi dengan 58 bulir padi melambangkan: a. Potensi Daerah Manggarai dalam perjuangan untuk mempertinggi taraf hidup dan kesejahteraan seluruh rakyat; b. Tanggal dan Tahun berdirinya Daerah Tingkat II Manggarai secara yuridis formil 14 agustus 1958. 10. Pita merah dengan tulisan ”KABUPATEN MANGGARAI” melambangkan: keberanian, sedangkan tulisan hitam di atas pita merah melambangkan keteguhan dan pendirian yang kuat dan tidak mudah tergoyahkan dalam menghadapi segala tantangan hidup. 11. Ukuran Lambang: a. Lebar prisai: 22 cm b. Tinggi prisai: 18,5 cm kiri/kanan c. Tinggi prisai tengah: 24 cm Demografi Agama Sebagian besar penduduk Kabupaten Manggarai beragama Kristen sebesar 96,01% dimana mayoritas adalah Katolik 95,24% dan Kristen Protestan 0,77%. Selebihnya adalah menganut agama Islam 3,98% dan Hindu serta kepercayaan dan Buddha 0,10%. Ekonomi Pertanian Kabupaten Manggarai dikenal dengan pertaniannya, antara lain: kopi, cengkih, vanili, cokelat, dan masih banyak yang lainnya. Industri Kawasan Industri Manggarai Utara Kawasan Olahan Sawit Manggarai Utara Kawasan UMKM Manggarai Utara Kawasan Pertanian Manggarai Utara Kawasan Agrabinta Manggarai Utara & Selatan Pariwisata Budaya Salah satu tarian yang terkenal dari Manggarai adalah tarian Caci. Alam Media Massa RCTI, dibangun th 1994 SCTV, dibangun th 1995-6 ANTV, dibangun th 1993-94 MNCTV, dibangun th 1992 Indosiar, dibangun th 1996 TransTV, dibangun th 2001 Trans7, dibangun th 2002-03 GlobalTV, dibangun th 2003-2004 Lativi, dibangun th 2003 hancur 2004 dipasang th 2005 Metro TV, dibangun th 2001 TVRI dibangun th 1985 SpaceToon dibangun th 2006-2007 Nirwana TV dibangun th 2004 Nuansa TV dibangun th 2009 Delta TV dibangun th 1999, putus tahun 2005 dan Delta TV siaran tahun 2006 Referensi Pranala luar Kabupaten di Indonesia Kabupaten di Nusa Tenggara Timur Pendirian tahun 1958 di Indonesia
4176
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Ngada
Kabupaten Ngada
Kabupaten Ngada adalah sebuah kabupaten di pulau Flores, provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten adalah Bajawa. Luas wilayah 1.620,92 km² dengan jumlah penduduk 167.396 jiwa. Kabupaten Ngada memiliki tiga suku besar, yaitu Suku Nagekeo, Suku Bajawa dan Suku Riung. Geografi Kabupaten Ngada membentang antara 8°20'24.28"–8°57'28.39" Lintang Selatan dan 120°48"–121°11' Bujur Timur. Kabupaten Ngada memiliki Luas daratan 1.776,72 km², luas perairan 708,64 km² dan panjang pantai 102,318 km dengan rincian sebagai berikut: luas perairan pantai Utara 381,58 km2 dengan panjang pantai 58,168 km, luas perairan pantai Selatan 327,06 km² dengan panjang pantai 44,15 km. Batas Wilayah Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Topografi Kondisi topografi Kabupaten Ngada pada umumnya berbukit dan tingkat kemiringan lahan yang relatif tinggi, dengan komposisi kemiringan 0 – 15 derajat seluas 45,02% dari luas wilayah Kabupaten Ngada; kemiringan 16 – 20 derajat seluas 40,64% dari total luas wilayah kabupaten ini; dan kemiringan di atas 20 derajat seluas 14,34% dari total luas wilayah Kabupaten Ngada. Hidrologi Keadaan hidrologis di Kabupaten Ngada terdiri atas sumber-sumber air yang berasal dari air tanah, air permukaan dan curah hujan. Sebagai daerah yang mempunyai permukaan bergunung-gunung, air tanah pada umummya didapatkan dari mata air yang berasal dari kawasan pegunungan yang masih mempunyai kondisi jenis flora dari tumbuhan pepohonan yang cukup rapat. Kondisi hidrologi di Kabupaten Ngada merupakan air sungai dengan sungai-sungai yang bermuara baik di pantai utara maupun pantai selatan. Kabupaten Ngada juga merupakan hulu dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Aesesa yang meliputi sub DAS Wulabhara dan sub DAS Wae Woki. Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim, wilayah Kabupaten Ngada sebagian besar beriklim sabana tropis (Aw) dan sebagian kecil lainnya beriklim muson tropis (Am). Suhu udara di wilayah Ngada sangat erat kaitannya dengan kontur topografinya yang berbukit-bukit. Oleh karena itu, suhu udara di sebagian besar wilayah Ngada cenderung lebih sejuk dibandingkan wilayah lain di Nusa tenggara Timur, yaitu berkisar antara 15°–30 °C dengan tingkat kelembapan bervariasi antara 66%–83%. Oleh karena beriklim sabana tropis, wilayah Kabupaten Ngada memiliki dua musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau. Musim kemarau di wilayah Kabupaten Ngada berlangsung pada bulan-bulan Mei hingga Oktober dengan bulan terkering adalah bulan Agustus. Sementara itu, musim penghujan di wilayah ini berlangsung pada periode bulan-bulan basah, yaitu November hingga April dengan puncak musim hujan terjadi pada pertengahan bulan Januari hingga bulan Februari dengan rata-rata curah hujan bulanan lebih dari 250 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Ngada berkisar antara 1.300–1.900 mm per tahun dengan jumlah hari hujan bervariasi antara 80–140 hari hujan per tahun. Pemerintahan Bupati Ngada Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Penduduk Jumlah penduduk Kabupaten Ngada pada tahun 2014 sebanyak 162.299 Jiwa terdiri dari 80.090 Laki-laki dan 82.209 Perempuan. Jumlah penduduk terbanyak dan terpadat berada di Kecamatan Bajawa dan jumlah penduduk paling sedikit berada di Kecamatan Wolomeze. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terjarang berada di Kecamatan Riung Barat. Suku dan bahasa Kabupaten Ngada memiliki tiga suku besar, yaitu Suku Nagekeo, Suku Bajawa dan Suku Riung. Masing-masing suku ini mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri yang masih dipertahankan sampai saat ini, seperti rumah adat, bahasa yang berbeda satu sama lainnya, tarian, pakaian adat dan lain-lain. Dalam kebudayaan Ngada, rumah adat main peranan penting dalam pola kemasyarakatan. Seorang Ngada adalah bagian dari suatu rumah adat, berarti dari satu marga. Lambang marga berupa ukiran. Daerah Ngada dimasukkan ke dalam World Heritage Tentative List UNESCO tanggal 19 Oktober 1995 dalam kategori "Kebudayaan. Bahasa utama di daerah Ngada adalah bahasa Ngada. Agama Mayoritas penduduk kabupaten Ngada menganut agama Kekristenan yakni sebesar 93,74% dengan rincian Katolik sebanyak 92,10% dan selebihnya menganut agama Kristen Protestan sebanyak 1,64%. Sebagian lainnya menganut agama Islam sebanyak 6,17%, dan Hindu sebanyak 0,08%. Pariwisata Wisata budaya Kabupaten Ngada sangat terkenal di kalangan wisatawan asing yang tertarik dengan kebudayaan. Beberapa kampung adat yang paling banyak dikunjungi di Kabupaten Ngada adalah: Kampung Bena di Desa Tiworiwu, Kecamatan Jerebuu Kampung Wogo di Desa Ratogesa, Kecamatan Golewa, di mana terdapat rumah adat dan peninggalan megalithik Kampung Bela di Desa Beja, Kecamatan Bajawa Kampung Gurusina di Desa Watumanu, Kecamatan Jerebuu Kampung Belaraghi di Desa Keligejo, Kecamatan Aimere Wisata alam Kabupaten Ngada memiliki banyak objek wisata dan potensi wisata alam yang lengkap mulai dari pantai, danau, air terjun, bukit, gunung hingga pemandian air panas. Berikut sejumlah objek wisata dan potensi wisata alam di Kabupaten Ngada: Taman Laut Nasional 17 Pulau Riung, di tempat ini terdapat antara lain mawar laut, aneka jenis terumbu karang, Pulau Pasir Putih, kelelawar bakau di pulau Ontoloe, Mbou (Varanus riungnensis) yaitu Kadal Raksasa yang merupakan Binatang Purbakala, masih hidup secara alamiah di habitatnya hingga saat ini. Wisata air dan pantai yang ada di sini yakni air terjun Ogi, air terjun Wae Roa, air terjun Wae Pua, air terjun Wae Waru, air terjun Wae Niba, air terjun Wae Laja, air terjun Soso, pantai Waewaru, pantai Enabhara, pantai Sewowoto, permandian air panas Mengeruda, dan danau Wawomudha. Tempat wisata lainnya yakni Gunung Inerie, bukit Wolobobo, dan ekowisata Lekolodo. Ekonomi Perikanan Kabupaten Ngada memiliki wilayah perairan/ laut yang sangat potensial baik di pantai utara yaitu Laut Flores (Kecamatan Riung), maupun pantai laut selatan yaitu Laut Sawu masing-masing Kecamatan Golewa Selatan dan Kecamatan Aimere. Kekayaan laut yang utama yaitu ikan, Lobster, rumput laut dan mutiara. Sumber daya perikanan dan kelautan di Kabupaten gada memiliki garis pantai sepanjang 219 km dengan rincian: Pantai utara 105 Km, pantai selatan 114 Km. Sesuai PP nomor 25 tahun 1999, luas laut yang menjadi kewenangan Kabupaten hanya mencapai 4 mil laut. Luas wilayah perairan Laut sebesar 344.363 Ha dengan potensi lestari sebanyak 10.334,82 Ton/tahun yang terdiri dan potensi ikan Pelagis sebanyak 6.717,63 Ton dan ikan Demersal sebanyak 3.617,18 ton. Sampai dengan Tahun 2000 tingkat pemanfaatannya baru mencapai 55,51 ton dan sisanya dan perairan umum serta budidaya, dengan jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) sebanyak 1.101 Rumah Tangga yang terdiri dan 989 Rumah Tangga Perikanan Nelayan dan 131 Rumah Tangga Perikanan Budidaya. Dan jumlah tersebut yang berstatus sebagai Nelayan Penuh sebanyak 265 orang dan176 orang sebagai Nelayan Sambilan. Pertambangan Jenis potensi pertambangan, lokasi dan jumlah kandungannya masing-masing, terinci sebagai berikut: Besi/ Mangan lokasi: Mbong Milong- Riung 1.359 Ha, Emas Lokasi: Rawangkalo, Wangka, Lindi 1.177.100 Ha (5.789 ton),Perak, Belerang Lokasi:Mataloko 30 Ha, Tembaga 33.088 %, Pasir Besi 65 Ha, Pasir dan Batu Lokasi:Naru, Aimere 908.209.977 M3, Tanah Liat Lokasi:Bomari-Langa 30.512.619 M3, Marmer Lokasi:Sambinasi, Rawangkalo, Wangka 15.452.336 M3, Granodiort 339.000.000 M3, Zeolit 266.721.653 M3, Batu Permata / 1/2, Permata 1.00.000 M3 Perkebunan Kabupaten Ngada memiliki potensi perkebunan yang cukup potensial untuk dikembangkan. Beberapa jenis komoditas andalan yang dikembangkan di Kabupaten Ngada adalah: Kopi, Kakao, Jambu Mete, Kemiri, Kelapa, Cengkih, Vanili dan Merica. Luas lahan kering potensial: 98.100 ha, fungsional seluas 47.943 ha sedangkan sisanya adalah sebesar 50.157 ha belum dimanfaatkan Referensi Pranala luar Ngada traditional house and megalithic complex - UNESCO World Heritage Centre Accessed 2009-02-27. Phillimore, J. & Lisa Goodson (2004), Qualitative Research in Tourism: Ontologies, Epistemologies and Methodologies, Routledge, 2004. ISBN 0-415-28087-7 Ngada Ngada
4177
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sikka
Kabupaten Sikka
Kabupaten Sikka adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten Sikka adalah Maumere. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kabupaten Sikka tahun 2021, penduduk kabupaten ini pada berjumlah 321.953 jiwa (2020) dengan kepadatan 186 jiwa/km². Sejarah Dahulu Kabupaten Sikka merupakan sebuah Onderafdeling dan kemudian menjadi Swapraja yang dipimpin oleh 12 raja dan ratu secara turun temurun. Yakni sejak pemerintahan Portugis saat dipimpin oleh Raja Don Alesu Ximenes da Silva hingga masa pemerintahan Belanda oleh Raja Andreas Djati da Silva pada tahun 1874. Saat kepemimpinan Raja J. Nong Meak da Silva pada tahun 1902 sistem pemerintahan Swapraja Sikka diubah dengan sistem Desentralisasi. Hingga kemudian berlakunya Undang - undang nomor 69 tahun 1958 tentang pembentukan daerah tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur maka pada tanggal 1 Maret 1958, daerah Swapraja Sikka dijadikan Daerah Tingkat II dengan ibu kotanya Maumere dengan kepala daerah pertama pada masa itu adalah D. P. C. Ximenes da Silva. Penyelengaraan pemerintahannya di dasarkan atas Undang - undang nomor I tahun 1957 tentang pokok - pokok pemerintahan daerah. Pada tahun 1967 daerah tingkat II Swapraja Sikka di ganti namanya menjadi Kabupaten Sikka dengan kepala daerahnya Laurensius Say. Geografi Secara geografis, luas wilayah Kabupaten Sikka 7.553,24 Km² terdiri atas luas daratan (Pulau Flores) 1.614,80 km² dan pulau-pulau kecil sebanyak 18 buah 117,11 km² serta luas lautan 5.821,33 Km². Luas daratan Kabupaten Sikka dibandingkan dengan luas wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur maka hanya sebesar 3,66% dari luas wilayah NTT atau seluas 47.349,91 km². Kabupaten Sikka terletak di antara 8°22'–8°50' Lintang Selatan dan 121°55'40"–122°41'30" Bujur Timur. Batas wilayah Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Topografi Keadaan topografi sebagian besar berbukit, bergunung, dan berlembah dengan lereng-lereng yang curam yang umumnya terletak di daerah pantai. Keadaan tersebut di atas dapat dirinci: topografi dengan ketinggian 0–25 m dpl, yaitu dengan luas 29.863 ha atau sekitar 17,24% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, meliputi daerah pesisir pantai utara (sebagian besar) dan daerah pesisir pantai selatan serta daerah pesisir pantai pulau-pulau kecil lainnya. Topografi dengan ketinggian 25–100 m dpl, yaitu dengan luas 20.843 ha atau sekitar 12,03% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, merupakan wilayah lanjutan daerah pesisir yang sebagian besar juga terdapat di bagian utara wilayah Kabupaten Sikka dan sebagian kecilnya di bagian selatan dan pulau-pulau kecil lainnya. Topografi dengan ketinggian 100-500 mdpl, yaitu seluas 48.171 ha atau sekitar 27,81% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, merupakan wilayah lereng atau kaki gunung dan perbukitan yang juga merupakan daerah peralihan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau pegunungan. Sementara itu, topografi dengan ketinggian 500–1000 m dpl, yaitu seluas 70.216 ha atau sekitar 40,54% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, yang merupakan daerah pegunungan. Selanjutnya, topografi dengan ketinggian lebih dari 1000 m dpl, yaitu seluas 4.098 ha atau sekitar 2,37% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka, yang merupakan daerah pegunungan atau dataran tinggi dan hanya terdapat di beberapa kecamatan saja. Kondisi kemiringan tanah (kelerengan) di wilayah Kabupaten Sikka cukup bervariasi, berkisar dari 0% hingga 70% dan didominasi oleh kemiringan tanah yang lebih besar dari 40% dengan luas 81.167 ha atau sekitar 46,87% dari total luas wilayah Kabupaten Sikka. Iklim Kabupaten Sikka beriklim tropis seperti pada daerah-daerah lain di Indonesia pada umumnya dengan tipe iklim sabana tropis (Aw) yang memiliki dua musim, musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Sikka biasanya berlangsung selama 7 hingga 8 bulan (April/Mei–Oktober/November) dengan bulan terkering adalah Agustus. Sementara itu, musim penghujan berlangsung kurang lebih selama 4–5 bulan (November/Desember–Maret/April). Curah hujan di wilayah ini berkisar antara 1.000–1.500 mm per tahun, dengan jumlah hari hujan sebesar 60-120 hari per tahun. Suhu udara di wilayah Sikka berkisar antara 20 °C-33 °C. Tingkat kemebapan kelembaban nisbi 64%-86%. Kecepatan angin rata-rata 12–20 knots. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2020, mencatat penduduk Kabupaten Sikka berdasarkan agama yakni Kristen 89,60%, dengan mayoritas Katolik sebanyak 87,95% dan selebihnya Protestan 1,65. Sejak tahun 2005, Sikka menjadi keuskupan baru, yakni keuskupan Maumere, di bawah Keuskupan Agung Ende dengan Uskup pertamanya Mgr. Vincentius Sensi Potokota. Agama Islam cukup signifikan di kabupaten Sikka yakni 10,32%. Sebagian lagi beragama Hindu 0,06% dan Buddha 0,02% Kawasan pesisir utara cukup banyak dihuni oleh warga keturunan etnik Bajo, Buton, Bugis, Jawa dan ada sebagian Tionghoa dan Bali. Kawasan berpenduduk padat adalah di kawasan utara yang berbatasan dengan Laut Flores, sedang kawasan selatan yang berbatasan dengan Laut Sawu/Lautan Hindia berpenduduk jarang. Konsentrasi penduduk perkotaan ada di kota Maumere, termasuk ke dalam kecamatan Alok, Alok Timur dan Alok Barat, dan kawasan Geliting di Kewapante. Perkantoran Beberapa perusahaan papan atas skala Nasional yang sudah masuk di Maumere - Flores adalah Adira Finance (Jl Anggrek), Apotek K-24, Lab. Prodia, Apotek Kimia Farma, Batavia Air, Telkomsel, Bank Danamon, Bank BNI 46, Bank Mandiri, Gramedia, Bank Sinarmas dan sisanya lagi adalah perusahaan lokal atau daerah provinsi. Bencana Pada 12 Desember 1992 Maumere dilanda gempa dengan kekuatan 6,8 SR yang menyebabkan terjadinya tsunami, mengakibatkan sekitar 2000 penduduk meninggal dunia. Gempa tersebut disebabkan oleh penunjaman Lempeng Eurasia-Lempeng Indo-Australia yang terletak di sisi utara Maumere, yakni di Laut Flores. Korban terbanyak berasal dari penduduk yang tinggal di pulau-pulau di teluk Maumere, seperti Pulau Pemana, Pulau Besar dan Pulau Babi. Transportasi Kota Maumere dapat diakses via udara dari Denpasar (transit dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya dan Makassar), Ende, Kupang dan Labuan Bajo. Bandara bernama Wai Oti yang sejak bulan Juli 2010 telah megalami pergantian nama menjadi Bandar Udara Frans Seda dengan panjang landasan aspal 2250 meter, dan dapat didarati oleh jenis pesawat Boeing seri 737-500. saat ini terdapat 3 maskapai penerbangan yang melayani mobilitas penduduk antar pulau dan aktivitas ekspor dan impor. transportasi laut dapat diakses melalui pelabuhan laut Laurensius Say. Kekayaan Alam Kawasan ini memiliki potensi kekayaan alam yang cukup beragam, misalnya: Ikan laut Jambu mente (organik) Kakao (organik) Rumput laut Kemiri Asam Pariwisata Tempat Wisata Kabupaten Sikka juga memiliki tempat tujuan wisata yang layak untuk dikunjungi, yaitu: Wisata Selam dan Pantai (Eko-Wisata) di Kojogete, Pulau Pemanaa, Pulau Babi, Pantai Magepanda dan Pantai Paga. Wisata Lansekap atau Saujana (Eko-Wisata) Gunung Api Egon dan Gunung Kimangbuleng. Wisata Budaya di gereja antik peninggalan Portugis di Lela, Katedral St. Yosef di Maumere dan regalia peninggalan raja-raja Sikka. Lihat pula Bendungan Napun Gete Referensi Pranala luar Sikka Sikka
4178
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sumba%20Barat
Kabupaten Sumba Barat
Sumba Barat adalah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Waikabubak. Kabupaten Sumba Barat pernah mengalami pemekaran wilayah menjadi Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Tengah pada tahun 2007. Jumlah penduduk kabupaten Sumba Barat pertengahan tahun 2023 sebanyak 150.874 jiwa. Geografi Kabupaten Sumba Barat terletak di Pulau Sumba bagian barat dan merupakan kabupaten dengan luas wilayah terkecil. Secara geografis, Kabupaten Sumba Barat terletak pada 119° 6’ 43,61” - 119° 32’ 5,87” Bujur Timur dan 9° 22’ 24,27” - 9° 47’ 50,14” Lintang Selatan. Jaraknya sekitar dari 128 Kilometer dari Kota Waingapu. Luas wilayahnya 737,42 km2. Batas Wilayah Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: Topografi Topografi Kabupaten Sumba Barat berupa pesisir, rangkaian pegunungan dan bukit-bukit kapur yang curam. Sebagian besar wilayah pesisirnya berada di bagian selatan berbatasan dengan Samudra Hindia. Ketinggian wilayahnya antara 0-800 meter di atas permukaan air laut (mdpl) dengan karakteristik wilayah yang sama dengan wilayah lain di Pulau Sumba tergolong kering. Jenis tanah di Kabupaten Sumba Barat umumnya mediteran dengan jenis batuan batu gamping dengan kemiringan lahan 14°-40°. Sebanyak 94,34% wilayah Kabupaten Sumba Barat digunakan sebagai lahan kering. Iklim dan hidrologi Kabupaten Sumba Barat memiliki iklim tropis basah dan kering (Aw) di pesisir dan iklim muson tropis (Am) di pedalaman dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim hujan di Kabupaten Sumba Barat berdurasi ±6 bulan yakni pada bulan November–April, sedangkan musim kemarau berlangsung sejak awal bulan Mei hingga pekan-pekan pertama di bulan November. Curah hujan tahunan cukup rendah hingga menengah yakni berkisar antara 800–1900 mm per tahun dengan hari hujan sekitar 70-150 hari hujan per tahun. Suhu udara berkisar 25 °C - 33 °C dengan suhu minimum 21,8 °C dan maksimum 33,9 °C di musim kemarau. Sungai-sungai yang melintasi wilayah ini yaitu Sungai Wanokaka (Sungai Labariri), Sungai Kadengar, Sungai Kalada, dan Sungai Watupanggata. Pemerintahan Kepala daerah Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Sumba Barat. Bupati Sumba Barat bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Nusa Tenggara Timur. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Sumba Barat ialah Nikson Nababan, dengan wakil bupati John Lado Bora Kabba. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Sumba Barat 2020. Yohanis merupakan bupati Sumba Barat ke-14. Yohanis dan John dilantik oleh gubernur Nusa Tenggara Timut, Victor Laiskodat, pada 26 April 2021 di aula Eltari kantor gubernur Nusa Tenggara Timur, untuk periode 2021-2024. Dewan Perwakilan Kecamatan Penduduk Jumlah penduduk Penduduk Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2019 tercatat 148.916 jiwa, mengalami pertumbuhan sebesar 1,7% dari tahun sebelumnya, dengan jumlah rumah tangga pada tahun 2015 sebanyak 22.929 rumah tangga. Kepadatan penduduk Kabupaten Sumba Barat pada tahun 2015 sebesar 168 jiwa/km2, dengan Kecamatan Kota Waikabubak merupakan daerah terpadat penduduknya dengan 712 jiwa/km² dan Kecamatan Lamboya Barat merupakan daerah terjarang penduduknya dengan 50 jiwa/km². Agama dan suku Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2023, mayoritas agama yang dianut penduduk Kabupaten Sumba Barat adalah pemeluk Kristen Protestan yakni 71,24%, kemudian Katolik sebanyak 19,23%. Penghayat kepercayaan Marapu sebanyak 5,29%, agama Islam sebanyak 4,13%, dan sebagian memeluk agama Hindu yakni 0,11%. Namun masih banyak warga Sumba Barat yang meyakini ajaran tradisional Marapu sebagai keyakinan turun temurun warga sekitar, mencakup 5,29% penduduk Sumba Barat. Pengaruh adat-istiadat masih cukup kuat bagi sebahagian penduduk Sumba Barat. Selain itu di kabupaten ini masih terdapat masyarakat terasing, yaitu suku bangsa Balikeda di desa Dokakaka, Kecamatan Loli. Perekonomian Secara tradisional (renca) sebagian besar penduduk di kabupaten ini bergantung hidup pada sektor pertanian. Karena keadaan tanahnya, tanaman cokelat dan tembakau dapat tumbuh di areal seluas 110 hektare dan 2.280 hektare. Sektor peternakan juga merupakan nafkah tambahan utama penduduk setempat. Kerbau banyak digunakan dalam pelaksanaan upacara adat. Selain itu kerbau juga digunakan untuk menggarap tanah pertanian. Budaya Di Kabupaten Sumba Barat masih bisa ditemukan daerah-daerah yang memiliki nilai historis, baik dari segi sejarah maupun sosial budayanya. Kampung Kadung Tana, Watu Karagata dan Bulu Peka Mila merupakan daerah yang terdapat makam-makam megalitik. Juga di desa Tarung yang berjarak setengah kilometer dari Kota Waikabubak, terdapat makam megalitik yang bercirikan tanduk kerbau dan taring-taring babi yang pada masa lalu merupakan hewan sakral. Di Kecamatan Lamboya dan Kecamatan Wanokaka sering dilaksanakan acara perang tanding di atas kuda atau pasola pada bulan Februari dan Maret. Pasola adalah keterampilan menunggang kuda sambil melemparkan tombak kayu berujung tumpul yang di arahkan ke tubuh lawan. Sebelum upacara tersebut berlangsung, diadakan terlebih dahulu acara Nyale, yaitu mencari sejenis cacing yang terdapat di antara batu-batu di tepi pantai saat menjelang subuh kala purnama mulai muncul dan kemudian akan dimakan. Pariwisata Beberapa tempat wisata di Sumba Barat: Taman Nasional Manupeu Tanah Daru Air Terjun Lapopu Kampung Adat Praijing Kampung Adat Tarung Pantai Nihiwatu Pantai Nihioka Pantai Rua Pantai Lailiang Pantai Pahiwi Pantai Watuwawi Pantai Marangaba Pantai Dewa Pustaka Ensiklopedia Nasional Indonesia. BPS Kab. Sumba Barat Referensi Kabupaten Sumba Barat Sumba Barat Sumba Barat Pendirian tahun 1958 di Indonesia Sumba
4179
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sumba%20Timur
Kabupaten Sumba Timur
Sumba Timur adalah kabupaten di Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Kabupaten Sumba Timur sendiri meliputi 55% wilayah yang ada di pulau Sumba, yang terdiri dari 4 kabupaten. Pusat pemerintahan atau ibukota kabupaten terletak di kecamatan Kota Waingapu. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk Sumba Timur sebanyak 262.881 jiwa. Geografis Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur yang terletak pada koordinat 119°45'–120°52' Bujur Timur (BT) dan 9°16'–10°20' Lintang Selatan (LS). Luas wilayah Kabupaten Sumba Timur adalah 7.000,5 km² atau 700.050 Ha. Dari 98 pulau-pulau kecil di sekelilingnya, hanya 3 pulau sudah dihuni yaitu Pulau Salura, Pulau Menggudu, dan Pulau Kotak. Batas Wilayah Kabupaten Sumba Timur menempati wilayah timur Pulau Sumba dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Selain itu kabupaten Sumba Timur juga meliputi empat pulau kecil di selatan, yakni Pulau Salura, Pulau Mengkudu, Pulau Kotak dan Pulau Nusa. Topografi Kondisi topografi Sumba Timur secara umum datar (di daerah pesisir), landai sampai bergelombang (wilayah dataran rendah <100 meter) dan berbukit (pegunungan). Daerah dengan ketinggian di atas 1000 meter hanya sedikit di wilayah perbukitan dan gunung. Lahan pertanian terutama di dataran pantai utara yang memiliki cukup air di permukaan maupun sungai-sungai besar. Setidaknya terdapat 88 sungai dan mata air yang tidak kering di musim kemarau. Rangkaian pegunungan dan bukit-bukit kapur curam yang menguasai wilayah bagian tengah dengan empat puncak: Mawunu, Kombapari, Watupatawang dan Wanggameti. Dataran rendah terdapat di sepanjang pesisir dengan bagian yang cukup luas di Tanjung Undu (pesisir paling barat). Amplitudo suhu yang tinggi mengakibatkan batu-batuan menjadi lapuk, tanah merekah dan terjadi seleksi alam terhadap tumbuhan dan hewan yang dapat hidup dalam kondisi demikian. Karena itu, jenis tumbuhan yang ada umumnya berupa tanaman keras seperti jati, kelapa dan aren, sementara hewan peliharaan umumnya adalah sapi, kerbau dan kuda yang telah menyesuaikan diri dengan keadaan alam Sumba yang berpadang sabana luas. Keadaan tanah di Sumba Timur mengandung pasir, kapur dan batu karang karena ratusan ribu tahun yang lalu daerah ini berada di bawah permukaan laut. Setelah zaman es berlalu, daratan ini muncul di atas permukaan laut, sehingga sering dijumpai berbagai jenis hewan laut seperti kerang, ikan dan tanaman laut yang telah menjadi fosil di bukit-bukit karang. Rumput-rumput pun tumbuh di atas batu-batu karang. Iklim Kabupaten Sumba Timur beriklim sabana tropis (Aw) dengan musim hujan yang relatif singkat dan musim kemarau yang panjang (≥7 bulan). Suhu rata-rata adalah 22,5 derajat sampai 31,7 derajat Celsius dan tingkat kelembapan nisbi sebesar ±73% per tahun. Musim penghujan biasanya terjadi di bulan Desember sampai akhir bulan Maret dengan rata-rata curah hujan ≥150 mm per bulan. Sementara itu, musim kemarau biasanya berlangsung sejak pertengahan bulan April sampai dasarian kedua bulan November dengan puncak musim kemarau yakni pada bulan Juli–September. Jumlah curah hujan yang cenderung sedikit dalam setahun yakni berkisar 700–1800 milimeter per tahun dengan jumlah hari hujan tahunan berkisar antara 60–130 hari hujan per tahun menyebabkan sebagian besar daerah Kabupaten Sumba Timur termasuk dalam wilayah yang cukup kering. Pemerintahan Kepala daerah Bupati adalah pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Sumba Timur. Bupati Sumba Timur bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Nusa Tenggara Timur. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Sumba Timur ialah Khristofel Praing, dengan wakil bupati David Melo Wadu. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Sumba Timur 2020. Khristofel merupakan bupati Sumba Timur ke-11. Kristofel dan David dilantik oleh gubernur Nusa Tenggara Timut, Victor Laiskodat, pada 26 Februari 2021 di aula Eltari kantor gubernur Nusa Tenggara Timur, untuk periode 2021-2024. Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Penduduk Jumlah penduduk kabupaten Sumba Timur tahun 2002 adalah 190.214 jiwa atau dengan kepadatan rata-rata 27 jiwa/km². Kepadatan tertinggi di Kecamatan Waingapu, yaitu 1.049 jiwa/km², sedang kepadatan terendah ada di Kecamatan Haharu, yaitu 13 jiwa/km². Disamping orang Sumba Timur asli juga terdapat orang Sabu, keturunan Tionghoa, Arab, Bugis, Jawa dan penduduk yang berasal dari daerah Nusa Tenggara Timur lainnya. Bahasa daerah yang digunakan adalah Bahasa Sumba Kambera. Tahun 2021, penduduk kabupaten Sumba Timur mencapai 250.788 jiwa dengan kepadatan 36 jiwa/km². Agama Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri kabupaten Sumba Timur tahun 2023 mencatat bahwa sebagian besar penduduk di kabupaten ini menganut agama Kristen sebanyak 87,30% di mana Protestan sebanyak 78,03% dan Katolik sebanyak 9,27%. Penghayat kepercayaan Marapu sebanyak 6,20%, kemudian penganut agama Islam sekitar 6,33% yang kebanyakan tinggal di ibukota kabupaten, kemudian Hindu sebanyak 0,17% dan Buddha 0,01%. Sejumlah penduduk Sumba Timur masih memegang tradisi leluhur dengan menganut aliran tradisional yakni Marapu, aliran kepercayaan di pulau Sumba yang masih ada hingga saat ini. Pemerintah telah menjamin dan mengakui setiap aliran kepercayaan yang ada di Indonesia. Meskipun keadaan tanahnya kurang subur, lebih dari separuh penduduk kabupaten Sumba Timur ini adalah petani. Selain itu ada juga yang bekerja sebagai peternak, pegawai, buruh, nelayan dan lain-lain. Walaupun sektor pertanian menempati tempat pertama dalam pendapatan regional, luas sawah yang bisa digarap baru 11 persen dari luas tanah kabupaten seluruhnya. Penggarapan sawah ini dilakukan dengan cara tradisional yang disebut renca, yaitu pengerahan tenaga manusia dan kerbau dalam jumlah besar di atas tanah sawah yang akan ditanami. Kaki-kaki kerbau yang berjumlah puluhan ini digunakan sebagai pengganti bajak dan pekerjaan renca ini diawali dan diakhiri dengan upacara keagamaan (ritus). Kehidupan sehari-hari penduduknya pada dasarnya merupakan cerminan kehidupan agama tradisional mereka. Hal ini bisa dilihat saat mereka melaksanakan berbagai upacara adat berkenaan dengan daur hidup seperti upacara kelahiran (habola), perkawinan (lalei atau mangoma) dan kematian (pa taningu). Perekonomian Perekonomian penduduk Sumba Timur ini sebagian besar adalah pertanian, (termasuk peternakan), industri rumah tangga (terutama kerajinan tekstil/tenun) serta pariwisata. Kerajinan Industri rumah tangga di Sumba Timur didominasi kerajinan kain tenun ikat yang terdapat di hampir seluruh penjuru kabupaten. Kerajinan kain tenun ikat ini sudah terkenal sejak ratusan tahun. Ada dua kelompok pengrajin, yaitu yang menggantungkan seluruh penghasilannya pada pekerjaannya dan yang melakukannya hanya sebagai kerjaan sambilan. Seniman sambilan ini umumnya adalah mereka yang secara sosial masih memiliki fungsi adat seperti kaum bangsawan (maramba). Walaupun merupakan hasil sambilan, tenun jenis ini bermutu tinggi karena sebenarnya tenunan tersebut bukanlah barang dagangan, hanya sebagai koleksi atau digunakan dalam upacara adat. Ada beberapa daerah yang terkenal dengan kain tenunnya, seperti Desa Kaliuda yang terletak di Kecamatan Pahungalodu, Rindi dan Watuhadang yang terletak di kecamatan Rindiumalulu, Rambangaru yang terletak di kecamatan Pandawai dan Kelurahan Prailulu. Tenunan dari daerah ini bermutu tinggi karena dibuat dengan menggunakan ramuan tradisional dan membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikannya. Tidak jarang ada tenunan yang lama penyelesaiannya hingga tahunan, yang menyebabkan harga jualnya pun mencapai jutaan rupiah, terutama yang berasal dari Rindi, Kaliuda dan Kampung Pau. Kerajinan tenun ini juga mendukung kegiatan pariwisata di kabupaten ini. Pertanian tanaman Pada sektor pertanian tanaman, padi, jagung dan ubi kayu menjadi andalan. Hasil pertanian lainnya adalah cengkih, kapuk, kemiri, kelapa, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, sorgum dan jambu mete. Hasil pertanian tersebut telah dikembangkan sejak tahun 1977. Peternakan Sektor peternakan memiliki sejarah panjang dan cukup berbeda dari daerah lain di Indonesia, oleh sebab keadaan alam wilayah ini yang memiliki musim penghujan pendek dan padang rumput (sabana) luas. Sumba Timur terkenal sebagai pusat penangkaran dan perdagangan kuda sejak abad ke-19. Kuda sandel yang merupakan hasil perbaikan (grading up) kuda lokal dengan kuda Arab telah menjadi maskot daerah dan figurnya dimasukkan dalam lambang daerah. Pada awal abad ke-20 (1906-1907) pemerintah Hindia Belanda memasukkan empat ras sapi ke Sumba, sapi jawa, sapi madura, sapi bali dan sapi ongole dari India. Hanya yang terakhir yang diketahui bisa beradaptasi dengan baik dan segera menjadi komoditas peternakan unggulan, menggeser kuda. Tujuh tahun sejak introduksi, pemerintah menetapkan Sumba sebagai pusat penangkaran sapi ongole murni dan sejak itu biakannya dikenal sebagai ras SO (Sumba Ongole) dan ini berlangsung hingga sekarang. Pariwisata Pantai Kalala, Pantai Alfon Ndawa Lu, Tarimbang, Purukambera dan Walakiri sudah mendunia dan dikenal sebagai tempat berselancar yang indah. Sisa-sisa kebudayaan megalitik berupa kubur batu dan rumah-rumah adat asli yang sering menjadi tempat pelaksanaan upacara adat penguburan jenazah bangsawan menarik minat para wisatawan. Wisata alam dapat dilakukan di Taman Nasional Laiwangi Wanggameti. Tempat wisata populer lainnya adalah Londa Lima, Watuparunu dan Purukambera. Selain itu, Sumba Timur juga mempunyai objek wisata alam Air Terjun Laputi. Referensi Pustaka Ensiklopedia Nasional Indonesia. Pranala luar Sumba Timur Sumba Timur
4180
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Timor%20Tengah%20Selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan
Kabupaten Timor Tengah Selatan atau disingkat TTS, adalah salah satu kabupaten yang berada di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, dengan ibukota berada di kota Soe. Pada pertengahan tahun 2023, kabupaten ini memiliki penduduk sebanyak 473.091 jiwa, dengan kepadatan 120 jiwa/km². Nama kabupaten ini adalah terjemahan dari Zuid Midden Timor yaitu wilayah administrasi kolonial Belanda setingkat onderafdeling. Wilayah ini adalah penggabungan tiga kerajaan yaitu Kerajaan Amanatun, Amanuban, dan Molo. Geografi Kabupaten Timor Tengah Selatan merupakan salah satu Kabupaten di propinsi Nusa Tenggara Timur yang berada di Pulau Timor. Secara geografis terletak pada koordinat 120°4'00"-124°49'0" Bujur Timur (BT) dan 9°28'13" LS - 10°10'26" Lintang Selatan (LS). Kabupaten ini dilalui oleh jaringan jalan Negara yang menghubungkan Kota Kupang dengan Kota Atambua (Kabupaten Belu) bahkan dengan negara tetangga Timor Leste. Wilayah administrasi Kabupaten Timor Tengah Selatan memiliki 32 kecamatan yang terdiri dari 228 desa dan 12 kelurahan, memiliki luas wilayah 3.955,36 km² atau 395.536 Ha. Batas Wilayah Wilayah ini berbatasan dengan: Sungai Di Kabupaten Timor Tengah Selatan terdapat tiga sungai utama yaitu (beserta panjangnya): Tuasene (55 km) Noelmina (100 km) Noelmuke (45 km) Topografi Kabupaten TTS memiliki sejumlah dataran dengan tipe yang berlainan. Dataran Pantai Selatan Pulau Timor di Kabupaten TTS didominasi oleh dataran aluvial yang datar sampai berkemiringan landai. Pada bagian lain pulau dalam wilayah Kabupaten TTS didominasi pegunungan. Sedangkan tingkat kelerengan wilayah Kabupaten TTS berkisar antara : kelerengan 0–8 % seluas 1.737,42 km² sebaran lokasi sebagian Kecamatan Kualin, Amanuban Selatan (Panite), sebagian Kecamatan Kolbano, sebagian Kecamatan Kuatnana, sebagian Kecamatan Oenino, sebagian Kecamatan Kota Soe, sebagian Kecamatan Polen, sebagian Kecamatan Amanuban Timur (Oeekam) dan sebagian Kecamatan Mollo Barat, tingkat kelerengan antara 08–15 % seluas 1.146,48 Km2 lokasinya berupa spot-spot dan hampir ada disetiap kecamatan, kemiringan lereng antara 15–25 % seluas 826,99 Km2 lokasinya menyebar dan hampir ada di setiap kecamatan, kemiringan antara 25 – 40 % seluas 244,82 Km2 lokasinya menyebar di setiap kecamatan dan tingkat kemiringan lereng 40 % ke atas seluas 39,91 km² lokasinya yang terluas di Kecamatan Fatumnasi, Kecamatan Oenlasi dan sebagian di Kecamatan Nunkolo. Wilayah Kabupaten TTS memiliki ketinggian dari 0 meter dpl (garis pantai) hingga 2.477 mdpl (puncak gunung Mutis). Sedangkan hasil dari proses tektonik lempeng dan mempunyai deformasi relief yang ekstrem. Berdasarkan pada peta Landsystem (RePPProT skala 1 : 250.000 (1988) lembar Kupang, Kefamenanu dan Atambua), sistem lahan yang terdapat di dalam wilayah Kabupaten TTS sebanyak 29 (dua puluh sembilan) buah dengan total areal seluas 3.955,36 km². Secara morfologi wilayah Kabupaten TTS dikelompokkan dalam wilayah dataran seluas 235,54 km², berombak seluas 836,21 km², bergelombang seluas 980,30 km² dan berbukit seluas 1929,78 km². Sedangkan relief ketinggian antara 0 – 500 sekitar 49 % dan relief 500 meter ke atas sekitar 51% di atas permukaan laut (dpl) dengan rincian sebagai berikut: 0 - 500 Mdpl seluas 2.086,88; 500 - 1000 Mdpl seluas 1.556,98; 1000 - 1500 Mdpl seluas 276,15; 1500 - 2000 Mdpl seluas 74,92; 2000 - 2500 Mdpl seluas 2,91. Iklim Suhu udara di wilayah di wilayah Kabupaten TTS bervariasi oleh karena beragamnya tingkat ketinggian permukaan tanah, tetapi secara umum suhu udara di wilayah ini berkisar antara 18°–31 °C. Tingkat kelembapan nisbi di wilayah ini pun bervariasi antara 62%–81%. Wilayah Kabupaten TTS beriklim sabana tropis (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Kabupaten TTS bisa berlangsung sangat lama yakni lebih dari 7 bulan antara periode April hingga November dengan puncak periode terkering Juli–September yang tingkat curah hujan bulanannya berada di bawah 20 mm per bulan. Sementara itu, musim penghujan di wilayah Kabupaten TTS berlangsung cukup singkat yakni ≤5 bulan pada periode Desember–Maret yang curah hujan bulanannya di atas 150 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Kabupaten TTS berkisar antara 1.000–1.700 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 70–140 hari hujan per tahun. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Ekonomi Pemanfaatan Lahan Di kabupaten ini terdapat beberapa dataran yang sangat luas yang kemudian dimanfaatkan oleh masyarakat setempat sebagai lahan pertanian atau sawah. Komoditas utama pertanian saat ini adalah Jeruk Soe yang terkenal. Selain itu kabupaten ini terkenal sebagai gudang ternak dan juga kayu cendana yang harum, tetapi semakin langka. Penggunaan lahan di kabupaten ini adalah: Sawah: 4.493 ha Tegal: 49.263 ha Pemukiman: 14.920 ha Padang: 114.396 ha Hutan: 155.532 ha Tambak/Kolam/Rawa: 17.323 ha Lain-lainnya: 38.773 ha Saat ini Kabupaten Timor Tengah Selatan mengandalkan proyek pertambangan marmer yang ada di Mollo dan penambangan Batu Warna Di Kolbano. Komoditas Komoditas pertama: apel dan jeruk benar - benar khas Timor Tengah Selatan yang diusahakan secara tradisional oleh para petani dengan luas kebun yang ada. Hal ini telah lama dilakukan oleh para petani, dan hasil buah yang telah di panen akan dipasarkan hingga ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur ( Kupang ) yang berjarak sekitar 113 kilometer. Bahkan dipasarkan hingga Surabaya dan kota lainnya. Dari dua primadona itu, hingga kini hanya jeruk yang bertahan meskipun buahnya semakin mengecil dan produksinya terus menurun. Dugaan sementara karena perawatan tanaman terabaikan, mungkin juga karena usia tanaman yang kian semakin tua tanpa diikuti perawatan dan menanam bibit baru. Komoditas unggulan yang ada di Timor Tengah Selatan adalah Cendala yang memiliki luas wilayahnya mencapai 3.947 kilometer persegi atau 8,34 persen dari luas Timor Tengah Selatan. Namun hingga saat ini komuditas cendana mulai memasuki ambang kepunahan. Referensi Pranala luar Timor Tengah Selatan Timor Tengah Selatan
4181
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Timor%20Tengah%20Utara
Kabupaten Timor Tengah Utara
Kabupaten Timor Tengah Utara atau disingkat TTU adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ibu kota kabupaten berada di Kota Kefamenanu. Luas wilayahnya adalah 2.669,70 km² dengan jumlah pendududuk pada pertengahan tahun 2023 sebanyak 269.797 jiwa dan kepadatan penduduk 97 jiwa/km². Kabupaten TTU berbatasan dengan eksklave Timor Leste di Oecusse-Ambeno. TTU memiliki gunung tertinggi di Pulau Timor bagian barat yaitu Gunung Mutis. Nama kabupaten ini adalah terjemahan dari wilayah administrasi Belanda yaitu Noord Midden Timor yang merupakan gabungan tiga swapraja atau kerajaan di wilayah ini yang terdiri dari Biboki, Insana, dan Miomaffo sehingga juga disebut dengan "Biinmafo". Sejarah Masa Pendudukan Belanda 1915-1942 Kabupaten TTU yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang nomor 69 tahun 1958 (Lembaran Negara tahun 1958 no.122) mula-mula disebut Onderafdeeling Noord Midden Timor semasa pemerintahan Hindia Belanda. Berdasarkan pada BS/Gubernemen nomor 9–10 tahun 1915 Onderafdeeling Noord Midden Timor meliputi gabungan tiga wilayah kerajaan/swapraja yaitu swaraja Miomaffo, Insana dan Biboki. Pusat penyelenggaraan pemerintahan Onderafdeeling Noord Miden Timor berkedudukan di Noeltoko yakni antara tahun 1915–1921. Pada tahun 1921, Controleur Pedemors (Pemimpin Oderafdeling) memindahkan pusat penyelenggaraan pemerintahan dari Noeltoko ke Kefamenanu. Sesuai ketentuan Pemerintahan Hindia Belanda tentang aturan pemerintahan kerajaan yang diberlakukan bagi semua swapraja yang ada di Timor, setiap onderafdeling dipimpin oleh controleur berkebangsaan Belanda dibantu seorang petugas pangreh praja orang Indonesia. Struktur kekuasaan yang dibentuk pemerintahan Hindia Belanda tersebut dipadukan dengan sisa-sisa struktur pemerintahan asli sehingga mulai dari struktur kekuasaan yang paling tinggi sampai terendah berturut-turut sebagai berikut; Controleur kemudian kepala Swapraja, membawahi fetor, kemudian temungkung, membawahi wakil temungkung dan wakil temungkung membawahi rakyat. Berdasarkan struktur pemerintahan kekuasaan pemerintahan Hindia Belanda tersebut maka Onderafdeeling Noord Miden Timor membawa 3 kepala swapraja, 18 kefetoran dan 176 temungkung, yakni; Swapraja Miomaffo (Kepala Swapraja : G. A. Kono) memiliki 8 kefetoran masing-masing kefetoran Tunbaba, Manamas, Bikomi, noemuti, Nilulat, Noeltoko, Naktimun dan Aplal. Swapraja Insana (Kepala Swapraja : L. A. N. Taolin) memiliki 5 kefetoran masing-masing kefetoran Oelolok, Ainan, Maubesi, Subun dan Fafinesu. Swapraja Biboki (Kepala Swapraja L. T. Manlea) memiliki 5 kefetoran masing-masing kefetoran Ustetu, Oetasi, Bukifan, Taitoh dan Harneno. Masa Pendudukan Jepang (1942-1945) Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942, struktur organisasi pemerintahan yang ditetapkan Belanda tidak diubah namun yang berubah adalah nama daerah pemerintahan dan jabatannya. Oderafdeling diubah menjadi Bunken yang dipimpin oleh Bunken Kanrikan. Sedangkan struktur pemerintahan asli di bawah Bunken Kanrikan mulai dari kepala swapraja sampai wakil temungkung tetap dipertahankan. Setelah Jepang menyerah dan Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya Raja-Raja (Kepala Swapraja) seluruh keresidenan Timor dalam Konferensi Malino tanggal 18 Juli 1946 mendukung penggabungan keresidenan Timor, Flores, Sumba dan daerah taklukannya dengan Bali, Lombok dan pulau-pulau selatan daya menjadi suatu daerah otonom dalam lingkup Pemerintahan Republik Indonesia, yang kemudian dikenal dengan wilayah Propinsi Sunda Kecil. Masa Kemerdekaan (1945-sekarang) Pada tanggal 21 Oktober 1946, Raja-Raja (Kepala Swapraja) seluruh keresidenan Timor mengadakan sidang di Kota Kefamenanu guna membentuk Timor Eiland Federatie (gabunga kerajaan afdelling Timor). Dalamπ sidang tersebut, H.A.Koroh (Raja Amarasi) dan A.Nisnoni (Raja Kupang) terpilih masing-masing sebagai ketua dan ketua muda Timor Eiland Federatie. Raja-raja Timor Tengah Utara yang hadir dalam sidang tersebut adalah Sobe Senak dari Kerajaan Swapraja Miomaffo, L.Taolin dari Kerajaan Insana dan L. Manlea dari Kerajaan Biboki Utara. Masih dalam forum yang sama berhasil dibentuk Dewan Perwakilan Rakyat Timor Eiland Federatie yang susunan keanggotaannya berdasarkan asal kerajaan/swapraja. Swapraja Miomaffo mendudukan P. Koning, swapraja Insana mendudukan Th. Van de Tilart dan swapraja Biboki mendudukan H. Van Wissing. Dalam tahun 1949 terjadi reorganisasi Timor Eiland Federatie menjadi daerah Timor dan kepualauannya yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Timor dan Kepualuannya nomor 10/DR tanggal 29 April 1949. sesuai reorganisasi tersebut dipilih kembali anggota-anggota DPRD Timor dan kepulauannya mewakili wilayah kerajaan yakni Tan Soe Fat (mewakili kerajaan Miomaffo), L. Taneo (Insana) dan L. Atie (Biboki). Sidang DPRD Timor dan kepulauannya di Kupang tanggal 10-12 Mei 1950 dan juga disetujui secara aklamasi dewan raja-raja Timor dan kepulauannya yang menghasilkan resolusi mendesak kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat dan Negara Indonesia Timur supaya secepat mungkin Negara Indonesia Timur dibubarkan dan dileburkan ke dalam Republik Indonesia serta menganjurkan agar daerah Timor dan pulau-pulaunya dijadikan bagian dari Republik Indonesia. B. Pembentukan Kabupaten Dati II Timor Tengah Utara Berdasarkan Undang-Undang nomor 64 tahun 1958 (lembaran Negara no. 115 tahun 1958) Propinsi Sunda Kecil dipecah menjadi daerah Swatantra tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Kemudian berdasarkan Undang-undang nomor 69/1958 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II, maka daerah swatantra tingkat I Nusa Tenggara Timur dibagi menjadi 12 daerah swatantra tingkat II termasuk daerah tingkat II Timor Tengah Utara. Kabupaten Dati II Timor Tengah Utara dibentuk meliputi 3 wilayah bekas kerajaan/swapraja, 18 kefetoran dan 176 ketemungkungan. Secara de yure Kabupaten TTU ada sejak diundangkannya UU no. 69 tahun 1958 tanggal 9 Agustus 1958, namun secara de facto baru dimulai pada bulan Nopember 1958 bersamaan dengan pelantikan pejabat sementara Kepala Daerah Tingkat II TTU yang dijabat oleh D. C. Saudale. Setahun kemudian tepatnya tanggal 1 Maret 1959 dilantik pula pejabat sementara sekretaris daerah yang dijabat oleh G. M. Parera. Antara tahun 1958 – 1960 anggaran belanja dariy ketiga swapraja tersebut belum dicabut, dan baru pada 1 Januari 1961 disatukan dalam Anggaran Belanja Daerah Tk. II Timor Tengah Utara berdasarkan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Timur nomor 81/Des.65/2/23 tanggal 15 Desember 1960. Dengan diberlakukannya keputusan Gubernur tersebut, maka secara diam-diam penghapusan daerah swapraja Miomaffo, Insana dan Biboki telah dilakukan secara de facto, sedangkan de yure baru pada saat diundangkannya Undang-Undang no 18 tahun 1965 tanggal 1 September 1965. Selanjutnya sesuai peraturan daerah Kabupaten TTU nomor 11 tahun 2000 dilakukan peningkatan status tiga kecamatan perwakilan menjadi kecamatan definitif yakni perwakilan kecamatan Miomaffo Timur menjadi kecamatan Noemuti, perwakilan kecamatan Insana menjadi kecamatan Insana Utara dan perwakilan kecamatan Biboki Utara menjadi Kecamatan Biboki Anleu. Dengan demikian sampai dengan tahun 2003 terdapat 9 kecamatan serta 126 desa dan 33 kelurahan atau 159 desa/kelurahan. Padat penghujung tahun 2004 terjadi lagi pemekaran desa sesuai amanat Surat Keputusan Bupati TTU no 44 tahun 2004 dibentuklah tiga desa di kecamatan Insana dan satu desa lainnya di Kecamatan Insana Utara. Dengan demikian sampai dengan akhir tahun 2004 secara administratif Kabupaten TTU terdiri dari 9 wilayah kecamatan serta 126 desa dan 33 kelurahan atau 159 desa/kelurahan. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten TTU Nomor 08 Tahun 2007, maka jumlah kecamatan di wilayah Kabupaten TTU sampai dengan saat ini adalah 24 kecamatan atau bertambah sebanyak 15 kecamatan baru yang dimekarkan dari 9 kecamatan sebelumnya, dengan desa/ kelurahan sebanyak 174 buah atau bertambah sebanyak 11 desa/ kelurahan. Dari Kecamatan Miomaffo Barat mekar 3 kecamatan baru, yaitu: Kecamatan Miomaffo Miomaffo Tengah, Musi, dan Mutis; Kecamatan Miomaffo Timur bertambah 5 kecamatan baru yaitu: Kecamatan Bikomi Selatan, Bikomi Tengah, Bikomi Nilulat, Bikomi Utara, dan Naibenu; Kecamatan Noemuti bertambah 1 kecamatan baru yaitu Kcamatan Noemuti Timur; Kecamatan Insana mekar 2 kecamatan baru, yaitu: Kecamatan Insana Barat dan Insana Tengah; Kecamatan Insana Utara bertambah 1 kecamatan baru yaitu Kecamatan Insana Fafinesu; Kecamatan Biboki Selatan bertambah 2 kecamatan yaitu Kecamatan Biboki Tanpah dan Biboki Moenleu; dan Kecamatan Biboki Utara bertambah 1 kecamatan baru yaitu Kecamatan Biboki Feotleu. (Disarikan dari buku Gerakan Cinta Hari Esok Kabupaten Dati II TTU memasuki abad 21 dan sumber-sumber lainnya). Sesuai Keputusan Gubernur KDH Tk. I NTT tanggal 1 Nopember 1971 nomor 41 tahun 1971 maka Bupati KDH Tk. II TTU mengeluarkan Surat Keputusan tanggal 26 Oktober 1972 tentang pengangkatan para kepala desa, panitera desa, pamong desa dan pesuruh desa se Kabupaten TTU yang masa jabatannya baru berakhir pada tahun 1977. Pada tahun 1978 jumlah desa 112 buah sama seperti periode 1969-1971 namun tersebar dalam 5 wilayah kecamatan, 3 perwakilan kecamatan dan 1 Kopeta Kota Kefamenanu. Kemudian menindaklanjuti suraty edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 8 September 1976 nomor Pem.2/3/35 tentang pembentukan dan pemekaran desa maka berturut-turut tahun 1993 jumlah desa kelurahan menjadi 115 buah dan tahun 1997 telah menjadi 118 buah desa/kelurahan. Seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan kinerja pelayanan publik yang prima dari institusi pemerintah, maka sesuai surat Keputusan Gubernur NTT nomor 20/1999 tanggal 29 Mei 1999,y jumlah desa kelurahan sebanyak7 127 pada tahun 1998 dimekarkan lagi menjadi 159 buah pada tahun 1999. Dan saat ini jumlah Desa dan Kelurahan sebanyak 175 dengan Kecamatannya menjadi 24 Kecamatan sejak Tahun 2008. Pada tanggal 9 Januari 2018 Presiden Joko Widodo meresmikan proyek infrastruktur Bendungan Raknamo yang berada di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, serta dua Pos Lintas Batas Negara (PLBN), yaitu PLBN Wini di Kabupaten Timor Tengah Utara dan PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka. Geografis Luas wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara ±2.669,70 km² atau sekitar 5,6 % dari luas daratan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Secara geografis wilayah kabupaten ini terletak antara 9°01'06"–9°39'41" Lintang Selatan dan antara 124°05'36"–124°51'14" Bujur Timur. Batas Wilayah Wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara berbatasan dengan: Topografi Dipandang dari aspek topografis, sebanyak 177,60 km² (6,63%) memiliki ketinggian kurang dari 100 meter di atas permukaan laut; sementara 1.449,45 km² (56,17%) berketinggian 100 meter sampai 500 meter di atas permukaan laut dan sisanya 993,19 km² (37,20%) adalah daerah dengan ketinggian di atas 500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan data topografi, wilayah ini berada pada kemiringan kurang dari 400 dengan luas 2,065,19 km2 atau 77,4 % dari luas wilayah Timor Tengah Utara; sedangkan sisanya 604,51 km² atau 22,6 % mempunyai kemiringan lebih dari 400, wilayah dengan kemiringan kurang dari 400 sebagian besar berada pada ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut yakni seluas 1676,51 km² atau 62,8 %. Dari 174 desa/kelurahan, terdapat 9 desa yang dikategorikan ke dalam desa pantai yakni desa Oepuah (Biboki Selatan), Humusu C, dan Oesoko (Insana Utara) serta Nonotbatan, Maukabatan, Tuamese, Oemanu, Motadik, dan Ponu (Biboki Anleu), sedangkan sisa 165 desa lainnya yang tersebar di 24 wilayah kecamatan yang ada merupakan desa/daerah bukan pantai. Dilihat dari aspek rona fisik tanah, wilayah dengan kemiringan kurang dari 40% meliputi areal seluas 2.065,19 km2 atau 77,4 % dari luas wilayah Timor Tengah Utara, sedangkan sisanya 604,51 km2 atau 22,6 % mempunyai kemiringan lebih dari 40 %. Wilayah dengan kemiringan kurang dari 40% sebagian besar berada pada ketinggian kurang dari 500 meter di atas permukaan laut yakni 1676,51 km2 atau 62,8%. Hidrologi Daerah yang kaya dengan sumber mata air terletak disebelah utara Kabupaten Timor Tengah Utara yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Ambenu (wilayah negara Timor Leste). Sumber-sumber air tersebut terletak di dataran yang agak tinggi. Hal ini memang menguntungkan, karena air dari letak ketinggian tersebut dapat dialirkan ke daerahdaerah yang lebih rendah. Namun sayangnya debit air dari sumber-sumber tersebut tidak cukup besar, sehingga sumber air tersebut hanya dimanfaatkan oleh daerah di sekitarnya yang jangkauannya tidak terlalu luas. Selain sumber-sumber mata air tersebut, ternyata Kabupaten Timor Tengah Utara juga banyak ditemukan aliran sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun, meskipun pada musim kemarau debitnya menurun drastis. Sungai-sungai tersebut antara lain Noeltoko, Nabesi, Taisola, Noel Muti, Haekto, Naen, Maubesi, Mena/Kaubele, Ponu, dan beberapa anak sungai lainnya. Daerah yang memiliki produksi air tanah sedang, secara sporadis berada di sekitar pantai utara dan bagian tengah Kabupaten Timor Tengah Utara. Di bagian utara kabupaten Timor Tengah Utara juga terdapat potensi air tanah dalam. Sedangkan air dangkal pada umumnya terdapat di daerah pelapukan. Daerah yang memiliki air tanah produktif dalam penyebaran luas terdapat di bagian selatan dan sedikit di bagian timur wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara dekat perbatasan dengan Kabupaten Belu. Di bawah permukaan tanah dengan debit lebih dari 5 liter/detik. Selain itu, bagian selatan dan sedikit di bagian timur wilayah kabupaten Timor Tengah Utara terdapat daerah yang memiliki potensi air tanah pada celahan dan rekahan dengan debit yang kecil. Geologi Dari kandungan tanah atau potensi tanah, kabupaten Timor Tengah Utara memilki 3 jenis tanah yang membentuk muka bumi di wilayah ini, yaitu litosal, tanah kompleks, dan grumosal. Tanah litosal meliputi areal seluas 1.666,96 km² atau 62,4%; tanah kompleks seluas 479,48 km² atau 18,0 % dan tanah grumosal 522,26 km2 atau 19,6 % dari luas wilayah Timor Tengah Utara. Komposisi kedalaman efektif tanah Kabupaten Timor Tengah Utara memperlihatkan tanah dengan kedalaman efektif kurang dari 30 cm seluas 35.316 Ha (13,2%); kedalaman 30–60 cm seluas 73.201 Ha (27,4 %); kedalaman 60–90 cm seluas 16.354 Ha (6,1 %) dan kedalaman efektif di atas 90 cm dengan luas 142.099 Ha (53,2%). Kemampuan dan daya tahan tanah yang rawan erosi seluas 105.226 Ha (39,4 %), dan sisanya 161.744 Ha (60,6 %) merupakan tanah dengan struktur yang relatif stabil. Secara parsial tanah labil yang rawan erosi terdapat pada tiga wilayah kecamatan yakni Miomaffo barat 37.921 Ha, Biboki Selatan 28.538 Ha, dan Biboki Utara 28.538 Ha. Iklim Kabupaten Timor Tengah Utara memiliki iklim sabana tropis (Aw). Hal ini ditandai dengan durasi musim penghujan yang sangat singkat di wilayah ini serta durasi musim kemarau yang sangat panjang (>7 bulan). Oleh karena wilayahnya yang berada di ketinggian ±600 mdpl, rata-rata suhu tahunan di kabupaten ini berkisar antara 22 °C–26 °C. Musim penghujan biasanya terjadi sejak bulan Desember hingga bulan Maret dengan rata-rata curah hujan per bulan di atas 150 mm per bulan dan musim kemarau biasanya berlangsung sejak pekan pertama bulan April hingga bulan Oktober dengan rata-rata curah hujan di bawah 100 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah kabupaten ini berkisar antara 900–1600 milimeter per tahun dengan jumlah hari hujan di bawah 140 hari hujan per tahun, sehingga wilayahnya cukup gersang. Pemerintahan Bupati Bupati yang menjabat saat ini di Timor Tengah Utara ialah Juandi David, didampingi wakil bupati, Eusabius Binsasi. Mereka merupakan pemenang pada pemilihan umum bupati Timor Tengah Utara 2020. Juandi dan Eusabius dilantik pada 21 Februari 2021, untuk masa jabatan 2021-2024. Dewan Perwakilan Kecamatan Penduduk Penduduk Kabupaten Timor Tengah Utara pada pertengahan 2023 tercatat sebanyak 269.797 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak berada di kota Kefamenanu yang mecapai 47.766 jiwa dan paling sedikit di kecamatan Biboki Feotleu yakni 4.254 jiwa. Kepadatan penduduk di Kabupaten Timor Tengah Utara adalah 97 jiwa/ km2 . Kecamatan terpadat yaitu Kota Kefamenanu yakni 646 jiwa/km2, dan yang lebih sedikit berada di Kecamatan Biboki Feotleu yaitu 34 jiwa/ km2 . Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2023, agama yang dianut penduduk Timor Tengah Utara mayoritas adalah Kekristenan yakni 98,11%, dimana Katolik 89,77% dan Protestan 8,34%. Sebanyak 1,84% memeluk Islam, yang banyak berada di ibukota kabupaten kota Kefamenanu. Kemudian sebagian kecil memeluk agama Hindu 0,05% dan yang beragama Buddha kurang dari 0,01%. Pariwisata Pariwisata yang ada di Kabupaten Timor Tengah Utara adalah berupa wisata alam dan budaya serta wisata religi. Berikut sejumlah wisata yang terkenal: Air terjun Pah Koto di Tasinifu, Kecamatan Mutis Air terjun Bonemnaisio di Tuntun, Kecamatan Miomaffo Timur Pantai Wini di Humusu C, Kecamatan Insana Utara Pantai Tanjung Bastian di Humusu C, Kecamatan Insana Utara Cagar Alam Gunung Mutis di Kecamatan Mutis Wisata Desa Adat Tamkesi di Tautpah, Kecamatan Biboki Selatan Referensi Pranala luar Sejarah Kabupaten Timor Tengah Utara Timor Tengah Utara Timor Tengah Utara
4182
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Kapuas%20Hulu
Kabupaten Kapuas Hulu
Kabupaten Kapuas Hulu adalah kabupaten di provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Putussibau yang dapat ditempuh lewat transportasi sungai Kapuas sejauh 846 km, lewat jalan darat sejauh 814 km dan lewat udara ditempuh dengan pesawat berbadan kecil dari Pontianak melalui Bandar Udara Pangsuma. Memiliki luas wilayah 29.842,03 km² (20% luas Kalimantan Barat) dan berpenduduk 253.740 menurut data Badan Pusat Statistik Kabupaten Kapuas Hulu tahun 2022. Sejarah Masa penjajahan Belanda Sekitar tahun 1823, Belanda memasuki wilayah Kapuas Hulu dengan izin dari Kerajaan Selimbau. Belanda segera melakukan perjanjian dengan Kerajaan Selimbau. Perjanjian tersebut menegaskan kedaulatan dari Kerajaan Selimbau. Adapun isi dari perjanjian tersebut, antara lain sebagai berikut: Tiada raja-raja yang lalu di air Hulu Kapuas dari Hulu Negeri Silat, yang lain dari Raja Selimbau dan Negeri Selimbau itulah yang ada bernama negeri dan raja yang berkuasa dari dahulu kala (berdaulat dan diakui). Tiada raja-raja dan negeri yang lain di air Hulu Kapuas ada yang menerima kontrak lebih dahulu atau bersamaan dari Sri Paduka Gouvernement, melainkan Raja Selimbau yaitu pada zaman Pangeran Suma memegang tahta Kerajaan Negeri Selimbau, sebabnya yang lain tiada memiliki kekuasaan negara yang tiada raja dan kerajaan kedaulatan. Pada masa Raja Selimbau menerima kontrak yang pertamanya dari Sri Paduka Gouvernement maka semuanya yang ada di Air Kapuas takluk di bawahnya di Negeri Selimbau, dan perintah Raja Negeri Selimbau, dan kontrak yang terberi di Selimbau (tercatat) pada tanggal 15 November 1823 atau 11 Rabiul Awal 1279 Hijriah. Sebelum adanya kontrak dengan pemerintah Hindia-Belanda yang berkedudukan di Kota Sintang, wilayah Hulu Negeri Silat sebagian berada di bawah kekuasaan pemerintah Hindia-Belanda. Melalui kontrak yang tertuang dalam surat persaksian perang Raja Negeri Selimbau, maka tidak diragukan bahwa semua wilayah Kapuas Hulu takluk di bawah kekuasaan Raja Negeri Selimbau. Pada masa pemerintahan Sri Paduka Panembahan Haji Gusti Muhammad Abbas Surya Negara, Kerajaan Selimbau kedatangan seorang utusan Belanda yang adalah seorang Asisten Residen Sintang yang bernama Cettersia. Utusan Belanda tersebut datang dengan maksud meminta izin kepada Raja Selimbau untuk menebang kayu yang akan digunakan untuk membangun benteng di daerah Sintang. Keseluruhan hasil kayu tersebut sebanyak 10 persen akan dibagikan kepada Raja Negeri Selimbau. Permohonan izin tersebutpun disetujui. Dengan mengetahui banyaknya sumber daya alam yang ada di wilayah Kapuas Hulu, maka pemerintah Hindia-Belanda terus berupaya menempatkan dan menambah kekuatan militernya di daerah-daerah potensial dan yang transportasinya lancar. Pemerintah Hindia-Belanda mulai mengintervensi sistem pemerintahan kerajaan di wilayah Kapuas Hulu melalui politik “adu domba”. Dengan menjalankan politik “adu domba” dan kekuatan militer, pemerintah Hindia-Belanda di Kapuas Hulu semakin leluasa menindas rakyat dan menguras kekayaan alamnya. Raja Selimbau tidak mampu mengendalikan pemerintahannya secara utuh sebab Belanda selalu mencampuri setiap keputusan yang dibuat oleh raja. Pada tahun 1925, setelah Panembahan Haji Gusti Usman mangkat yang juga menandai berakhirnya kedaulatan Kerajaan Selimbau, pemerintah Hindia-Belanda dapat menguasai wilayah Kapuas Hulu secara utuh. Masa penjajahan Jepang Jepang masuk ke wilayah Kapuas Hulu pada tahun 1942 dengan membuka pertambangan batu bara di bagian hulu sungai Tebaung dan sungai Mentebah. Pada masa itu, wilayah Kalimantan Barat dipimpin oleh Abang Oesman, K.Kastuki dan Honggo. Pada masa awal kedatangannya, Jepang disambut dengan baik dengan harapan akan membebaskan rakyat dari penjajahan Belanda. Tetapi pada kenyataannya, Jepang bahkan tidak lebih baik dari Belanda. Jepang melakukan eksploitasi besar-besaran terhadap sumber daya alam dan manusia demi kepentingan sepihak. Melihat ketimpangan ini, banyak rakyat yang melakukan perlawanan terhadap Jepang. Pada masa Jepang seluruh wilayah Kalimantan berada di bawah kekuasaan angkatan laut Jepang Borneo Menseibu Coka yang berpusat di Banjarmasin, sedangkan untuk Kalimantan Barat berstatus "Minseibu Syuu". Masa Kemerdekaan Berdasarkan Keputusan Gabungan Kerajaan-Kerajaan Borneo Barat pada tanggal 22 Oktober 1946 Nomor 20L, wilayah Kalimantan Barat terbagi kedalam 12 Swapraja dan 3 Neo Swapraja. Wilayah Kapuas Hulu termasuk salah satu wilayah Neo Swapraja. Dengan dukungan Besluit Luitenant Gouveneur General Nomor 8 tanggal 2 Maret 1948 yang berisi pengakuan Belanda terhadap status Kalimantan Barat sebagai daerah istimewa dengan pemerintahan sendiri beserta sebuah dewan Kalimantan Barat, maka pada tahun 1948, melalui Surat Keputusan Nomor 161 tanggal 10 Mei 1948 Presiden Kalimantan Barat membentuk suatu ikatan federasi dengan nama Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB). Dengan adanya tuntutan rakyat, DKIB yang dipandang sebagai peninggalan pemerintah Belanda, kemudian dihapuskan. Pada masa Republik Indonesia Serikat (RIS), daerah Kalimantan Barat berstatus sebagai daerah bagian yang terdiri dari Dayak Besar, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Banjar. Setelah bergabung menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan dikeluarkannya Undang-Undang Darurat No.3 Tahun 1953 dibentuklah Pemerintahan Administrasi Kabupaten Kapuas Hulu dengan ibu kota Putussibau. Bupati pertama yang menjabat adalah J. C. Oevang Oeray (1951-1955). Geografis Kabupaten Kapuas Hulu secara astronomi terletak antara 0,50° Lintang Utara sampai 1,40° Lintang Selatan dan antara 111,40° Bujur Timur sampai 114,10° Bujur Timur. Secara umum Kabupaten Kapuas Hulu memanjang dari arah Barat ke Timur, dengan jarak tempuh terpanjang ±240 km dan melebar dari Utara ke Selatan ±126,70 km. Kabupaten Kapuas Hulu pun merupakan kabupaten paling timur di Provinsi Kalimantan Barat. Jarak tempuh dari ibu kota provinsi Pontianak adalah ±657 Km melalui jalan darat, ±842 Km melalui jalur aliran sungai kapuas dan ± 1,10 jam penerbangan udara. Kabupaten Kapuas Hulu memiliki luas wilayah sebesar 29.842 km². Batas Wilayah Batas-batas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai berikut: Iklim Oleh karena wilayahnya yang dilalui garis khatulistiwa, wilayah Kabupaten Kapuas Hulu beriklim hutan hujan tropis (Af) dengan pengaruh ekuatorial yang kuat yang ditandai dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun. Suhu udara di wilayah ini cenderung konstan antara 23°–34 °C di wilayah dataran rendah dan kurang dari 25 °C di wilayah dataran tinggi. Wilayah ini memiliki tingkat kelembapan relatif yang juga tinggi antara 70%–90%. Pemerintahan Kepala daerah Bupati merupakan pemimpin tertinggi di lingkungan pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu. Bupati Kapuas Hulu bertanggungjawab kepada gubernur provinsi Kalimantan Barat atas wilayah Kapuas Hulu. Saat ini, bupati atau kepala daerah yang menjabat di Kabupaten Kapuas Hulu ialah Fransiskus Diaan, dengan wakil bupati Wahyudi Hidayat. Mereka menang pada Pemilihan umum Bupati Kapuas Hulu 2020, untuk periode tahun 2021-2024. Fransiskus dan Wahyu dilantik oleh gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, pada 26 Februari 2021 di Kantor gubernur Kalimantan Barat. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kecamatan Demografi Suku bangsa Sebagian besar penduduk kabupaten Kapuas Hulu berasal dari suku bangsa Dayak dan Melayu. Suku Dayak sendiri terdiri dari beberapa sub suku, yakni Dayak Iban, Dayak Kayan Mendalam, Dayak Embaloh, Dayak Taman, dan Dayak Kantuk. Selain itu, suku pendatang lain seperti Jawa, Bugis, Sunda, Batak, Tionghoa dan beberapa suku lain juga ada di Kapuas Hulu. Pengaruh budaya Dayak dan Melayu sangat kuat di Kapuas Hulu, sehingga tradisi-tradisi suku tersebut memengaruhi adat istiadat Kapuas Hulu. Kebudayaan Melayu yang terdapat di Kapuas Hulu seperti tarian Jepin, Syair, Pantun, Qasidah dan juga Hadrah, yang sering diadakan pada upacara adat dan pesta perkawinan. Sementara untuk suku Dayak, budaya yang ada di Kapuas Hulu yakni budaya Ngajat dan Sandauari dan Gawai Kenalang dari Dayak Iban, kemudian budaya Baranangis dan Nyonjoan dari Dayak Embaloh. Ada juga budaya Bejande, Betimang dan Bedudu dari Dayak Kantuk, kemudian budaya Mandung dari Dayak Taman, dan Dange’ dari Dayak Kayan Mendalam. Agama Penduduk kabupaten Kapuas Hulu memiliki beragam agama dan kepercayaan, dengan mayoritas menganut agama Islam. Dalam Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Kapuas Hulu yang menganut agama Islam sebanyak 59,50%. Kemudian penduduk yang menganut agama Kekristenan dengan jumlah signifikan yakni 40,22% dengan mayoritas Katolik sebanyak 32,04%, dan selebihnya Protestan sebanyak 8,18%. Sebagian lagi menganut agama Buddha sebanyak 0,12%, kemudian Konghucu sebanyak 0,10%, dan Hindu serta kepercayaan sebanyak 0,05%. Untuk sarana rumah ibadah masing-masing agama, terdapat 245 masjid, 311 musala, 294 gereja Katolik, dan 210 gereja Protestan. Ekonomi Hasil hutan di wilayah Kesatuan Pemangku Hutan Putussibau dan Semitau jadi andalan utama roda perekonomian Kapuas Hulu. Hasilnya berupa kayu bulat yang terbagi dalam tiga kelompok, meranti, rimba campuran dan kayu indah. Di sektor perikanan, Kapuas Hulu tergolong habitat puluhan jenis ikan hias, seperti arwana dan ulanguli. Habitat ikan ini hanya ada di dalam Danau Sentarum. Di kawasan lain seperti kawasan hulu sungai Kapuas, Embaloh, Mendalam dan Sibau dengan hasil seperti ikan jelawat, semah, toman, tengadak, belida, lais, entokan dan baung. Transportasi Transportasi utama menuju dan dari Kabupaten Kapuas Hulu yakni melalui darat dan udara. Transportasi udara, kabupaten Kapuas Hulu memiliki sebuah lapangan terbang atau bandara yang terletak di kelurahan Kedamin Hulu, kecamatan Putussibau Selatan, yakni Bandara Pangsuma. Bandara ini menjadi pintu masuk utama ke Kapuas Hulu. Bandara Pangsuma memiliki Panjang Landasan/Arah/PCN: 1.004 x 23 m / 10-28 / 5 FCZU, dan termasuk bandara Kelas IV dengan kemampuan daya tampung untuk pesawat jenis DHC-6. Luas terminal Domestik bandar ini sekitar 240 m2. Olahraga Kabupaten Kapuas Hulu memiliki klub sepak bola, yaitu Persatuan Sepakbola Kapuas Hulu (PSKH). Persatuan Sepak bola Kapuas Hulu saat ini berada di Divisi 1 Liga Amatir Indonesia. Pariwisata Secara geografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Kapuas Hulu masih terdiri dari hutan, yang di dalamnya terdapat beragama jenis pohon dan tumbuh-tumbuhan. Sektor pariwisata di Kapuas Hulu bergerak di bidang budaya dan peninggalan sejarah, serta beberapa wisata alam. Wisata yang ada di Kapuas Hulu diantaranya: Danau Sentarum di Batang Lupar, berbatasan dengan Malaysia Bukit Ampan di desa permata dusun nanga pedian kecamatan pengkadan Gereja Tua Bersejarah St Fedelis di Sejiram Batu Kapal di Riam Mengelai Masjid Tua Baiturrahim di Nanga Bunut Masjid Jami Selimbau di Selimbau Batu Puja di Semitau Situs Purbakala di Nanga Balang Rumah Betang Sawe/suai di Suai Rumah Betang Melapi 1-5 di desa Malapi Rumah Betang Inko’ Tambe di Inko’ Tambe Rumah Betang Lunsa Hilir di Lunsa Hilir Rumah Betang Lunsa Hulu di Lunsa Hulu Rumah Betang Semangkok 1-2 di desa Semangkok Rumah Betang Sibau Hilir di desa Sibau Hilir Rumah Betang Sibau Hulu di desa Sibau Hulu Rumah Betang Sei Uluk Palin di esa Palin Rumah Betang Benua Tengah di desa Benua Tengah Rumah Betang Panjang Nanga Nyabau di desa Nanga Nyabau Referensi Pranala luar Kapuas Hulu Kapuas Hulu
4183
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Ketapang
Kabupaten Ketapang
Kabupaten Ketapang adalah salah satu Daerah tingkat II yang terletak di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kota kabupaten Ketapang berada di kecamatan Delta Pawan atau yang dikenal sebagai Kota Ketapang, yang terletak di Delta Sungai Pawan. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 31.588,00 km² dan memiliki penduduk sebanyak 591.917 jiwa (2022). Sejarah Masa pemerintahan Hindia Belanda Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, sejak tahun 1936 Kabupaten Ketapang adalah salah satu daerah (afdeling) yang merupakan bagian dari Keresidenan Kalimantan Barat (Residente Western Afdeling van Borneo) dengan pusat pemerintahannya di Pontianak. Kabupaten Ketapang ketika itu dibagi menjadi tiga Onder Afdeling, yaitu: Sukadana, berkedudukan di Sukadana Matan Hilir, berkedudukan di Ketapang Matan Hulu, berkedudukan di Nanga Tayap Masing-masing Onder Afdeling dipimpin oleh seorang Wedana. Tiap-tiap Onder Afdeling dibagi lagi menjadi Onder Distrik, yaitu: Sukadana terdiri dari Onder Distrik Sukadana, Simpang Hilir dan Simpang Hulu Matan Hilir terdiri dari Onder Distrik Matan Hilir dan Kendawangan Matan Hulu terdiri dari Onder Distrik Sandai, Nanga Tayap, Tumbang Titi dan Marau Masing-masing Onder Distrik dipimpin oleh seorang Asisten Wedana. Afdeling Ketapang terdiri atas tiga kerajaan, yaitu: Kerajaan Matan yang membawahi Onder Afdeling Matan Hilir dan Matan Hulu Kerajaan Sukadana yang membawahi Onder Distrik Sukadana Kerajaan Simpang yang membawahi Onder Distrik Simpang Hilir dan Simpang Hulu Masing-masing kerajaan dipimpin oleh seorang Panembahan. Sampai tahun 1942, wilayah-wilayah ini dipimpin oleh: Kerajaan Matan oleh Gusti Muhammad Saunan dan sekarang dipimpin Raja PRK Haji Gusti Kamboja Kerajaan Sukadana oleh Tengku Betung Kerajaan Simpang oleh Gusti Mesir Masa Pendudukan Jepang Masa pemerintahan Hindia Belanda berakhir dengan datangnya bala tentara Jepang pada tahun 1942. Dalam masa pendudukan tentara Jepang, Kabupaten Ketapang masih tetap dalam status Afdeling, hanya saja pimpinan langsung diambil alih oleh Jepang. Pemerintahan pendudukan Jepang yang berakhir kekuasaannya pada tahun 1945 diganti oleh Pemerintahan Tentara Belanda (NICA). Pada masa ini bentuk pemerintahan yang ada sebelumnya masih diteruskan. Kabupaten Ketapang berstatus Afdeling yang disempurnakan dengan Stard Blood 1948 No. 58 dengan pengakuan adanya Pemerintahan swapraja. Pada waktu itu Kabupaten Ketapng terbagi menjadi tiga pemerintahan swapraja, yaitu Sukadana, Simpang dan Matan, kemudian semua daerah swapraja yang ada digabungkan menjadi sebuah Federasi. Pembentukan Kabupaten Ketapang pada masa Pemerintahan Republik Indonesia adalah berdasakan Undang-undang Nomor 25 tahun 1956 yang menetapkan status Kabupaten Ketapang sebagai bagian Daerah Otonom Provinsi Kalimantan Barat yang dipimpin oleh seorang Bupati. Geografi Kabupaten Ketapang merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Kalimantan Barat, terletak di antara garis 0º 19’00” - 3º 05’ 00” Lintang Selatan dan 108º 42’ 00” - 111º 16’ 00” Bujur Timur. Dibandingkan kabupaten lain di Kalimantan Barat, Kabupaten Ketapang merupakan kabupaten terluas, memiliki pantai yang memanjang dari selatan ke utara dan sebagian pantai yang merupakan muara sungai, berupa rawa-rawa terbentang mulai dari Kecamatan Teluk Batang, Simpang Hilir, Sukadana, Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan, Kendawangan dan Pulau Maya Karimata, sedangkan daerah hulu umumnya berupa daratan yang berbukit-bukit dan diantaranya masih merupakan hutan. Sungai terpanjang di Kabupaten Ketapang adalah Sungai Pawan yang menghubungkan Kota Ketapang dengan Kecamatan Sandai, Nanga Tayap dan Sungai Laur serta merupakan urat nadi penghubung kegiatan ekonomi masyarakat dari desa dengan kecamatan dan kabupaten. Batas Wilayah Adapun batas-batas wilayah administrasi Kabupaten Ketapang adalah sebagai berikut: Topografi Daerah pantai memanjang dari utara ke selatan dan daerah aliran sungai merupakan dataran berawa-rawa, yakni mulai dari kecamatan Telok Batang, Simpang Hilir, Sukadana, Matan Hilir Utara, Matan Hilir Selatan, Kendawangan dan Pulau Maya Karimata. Sedangkan wilayah perhuluan umumnya berupa daerah berbukit-bukit. Sungai terpanjang di Kabupaten Ketapang adalah sungai Pawan. Juga terdapat sungai-sungai besar lainnya, yakni sungai Merawan , Kendawangan dan Jelai. Geologi Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Ketapang berupa tanah podsolik merah kuning, litosol/regosol, latosol, andosol dan organosal. Tanah podsolik merah kuning terdapat di daerah hulu bagian tengah, memanjang dari utara ke selatan, meliputi kecamatan: Tumbang Titi Jelai Hulu Marau Simpang Hulu Sandau Nanga Tayap Sungai Laur Sebagian kecamatan Manis Mata Tanah litosol/rigosol terdapat di daerah hulu agak ke timur, sebagian besar terdapat di kecamatan: Sungai Laur Simpang Hulu Sandai Nanga Tayap Tanah latosol terdapat di kecamatan: Sandai Sungai Laur Tanah organosal sebagian besar terdapat di daerah pantai, memanjang dari utara ke selatan, yaitu di kecamatan: Simpang Hilir Pulau Maya Karimata Sukadana Matan Hilir Utara Matan Hilir Selatan Kendawangan Manis Mata Jenis tanah andosol hanya terdapat di kecamatan Sandai bagian timur. Iklim Kabupaten Ketapang beriklim tropis dengan suhu rata-rata 23,70 °C - 26,70 °C dan suhu pada siang hari mencapai 30,80 °C serta memiliki curah hujan rata-rata 3696,1 mm/tahun dengan curah hujan rata-rata per tahun sebanyak 214 kali, sedangkan kecepatan angin adalah 3,1 knot dan merupakan yang tertinggi di Kalimantan Barat. Pemerintahan Bupati Bupati Ketapang saat ini dijabat oleh Martin Rantan, didampingi wakil bupati, Farhan. Martin dan Farhan adalah pemenang pada pemilihan umum bupati Ketapang 2020. Gubernur Kalimantan Barat, Sutarmidji, melantik mereka pada 26 Februari 2021, untuk masa jabatan 2021-2024. Jabatan bupati ini menjadi periode kedua bagi Martin. Sebelumnya ia berpasangan dengan Soeprapto. Dewan Perwakilan Kecamatan Ekonomi Pendapatan utama Kabupaten Ketapang berasal dari bisnis kayu, kelapa sawit, sarang burung walet dan jasa perdagangan. Pendidikan Terdapat beberapa SD, SMP, SMA dan SMK di kota ini. MIN Ketapang SD Pangudi Luhur Santo Yosef Ketapang SD Santa Monika Ketapang SD 04 Ketapang SD 05 Ketapang SD 04 Ketapang SD 07 Ketapang SD 18 Ketapang MTsN Ketapang SMP Muhammadiyah 2 Ketapang SMP Pangudi Luhur Santo Albertus Ketapang SMP Santo Agustinus Ketapang SMP 1 Ketapang SMP 2 Ketapang SMP 3 Ketapang SMP 4 Ketapang SMP 5 Ketapang SMP 6 Ketapang SMP 7 Ketapang SMP 8 Ketapang SMA Antiokhia Ketapang SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes Ketapang SMA Santo Petrus Ketapang SMA Muhammadiyah 1 Ketapang MAN Ketapang SMA 1 Ketapang SMA 2 Ketapang SMA 3 Ketapang SMA 4 Ketapang SMK 1 Ketapang SMK 2 Ketapang Beberapa perguruan tinggi juga ada di daerah ini, antara lain: STAI Al Haudl (Sekolah Tinggi Agama Islam) Politeknik Negeri Ketapang (Politap) Akademi Manajemen Komputer dan Informatika (AMKI) Ketapang Universitas Terbuka (UT) Kesehatan Terdapat Tiga rumah sakit di kota ini, yakni : Rumah Sakit Umum Daerah Agoesdjam (Negri/Pemerintah Daerah) Rumah Sakit Fatima (Swasta/Yayasan Pelayanan Kasih) dan Rumah Sakit Bersalin Permata Bunda (Swasta). Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Ketapang yang meliputi 20 kecamatan adalah 570.657 jiwa (tahun 2020) yang terdiri dari laki-laki 297.266 jiwa dan perempuan 273.391 jiwa. Kota Ketapang adalah kota yang multi suku dan etnis, yaitu Suku Dayak dan Melayu serta Tionghua yang merupakan tiga suku terbesar di kota ini. Selain itu juga ada suku Jawa dan Madura. Orang Tionghua di kota ini menggunakan dialek Tiochiu (dalam ejaan Mandarin: Chaozhou) sebagai bahasa pengantar sesama warga Tionghua. Juga terdapat sebagian kecil orang Tionghua yang menggunakan bahasa Khek (Hakka). Transportasi Kota Ketapang dapat dijangkau dari kota lain melalui Bandar Udara Rahadi Oesman, Terminal Bis Ketapang dan Pelabuhan Sukabangun Ketapang. Terdapat penerbangan ke Pontianak dan Semarang via Pangkalan Bun. Juga telah ada penerbangan langsung ke Jakarta oleh armada Aviastar dengan waktu tempuh kurang lebih 1 jam. Armada penerbangan lain yang melayani penerbangan dari dan ke Kota Ketapang adalah NAM Air dan Wings Air. Selain penerbangan, saat ini juga telah tersedia angkutan perjalanan darat dari Kota Ketapang menuju Pontianak atau sebaliknya, menggunakan bis DAMRI dengan waktu tempuh berkisar 10 hingga 12 jam. Transportasi antar desa di Ketapang menggunakan bus, kapal cepat (speed boat). Terdapat bus dari Ketapang ke Sukadana (ibukota Kabupaten Kayong Utara dengan jarak tempuh 80 km, sekitar 2 jam perjalanan. Transportasi di tengah kota dapat menggunakan angkot yang dalam bahasa setempat disebutoplet (mobil jenis minibus atau van) serta ojek. Pariwisata Terdapat banyak pantai sepanjang garis pantai Kabupaten Ketapang. Pantai-pantai yang indah dan mudah terjangkau di antaranya: Pantai Sungai Jawi (Pantai Penage) (10 km ke Selatan), Pantai Tanjung Batu (30 km ke Selatan), Pantai Pagar Mentimun (45 km ke Selatan), Pantai Air Mata Permai (13 km ke Utara) dan Pantai Tanjung Belandang (15 km ke Utara). Tugu Ale-ale terletak di perempatan Jl. R. Suprapto dan jalan menuju jembatan Pawan 1 yang melintasi Sungai Pawan. Ale-ale adalah sejenis kerang berkulit halus yang menjadi makanan khas dari daerah Ketapang. Tugu ini juga sebagai titik 0 Kilo meter Kota Ketapang. Tugu Tolak Bala terletak di tengah Kota Ketapang, yakni di pertigaan Jl. Merdeka dan Jl. A. Yani. Keraton Matan Tanjungpura, dahulu merupakan Kesultanan/Kerajaan, saat ini dipimpin Raja PRK Haji Gusti Kamboja, terletak di Kelurahan Mulia Kerta KetPang dan menghadap ke Sungai Pawan. Kelenteng Tua Pek Kong, yaitu tempat ibadah umat Tridharma yang terletak di Jl. Merdeka, Ketapang. Lihat Pula Dialek Tiochiu, bahasa pengantar sesama Tionghua di kota Ketapang. Hamzah Haz, mantan Wakil Presiden Republik Indonesia, lahir di Ketapang. Tanah Kayong, nama lain Ketapang. Rahadi Oesman, tokoh dari ketapang Kerajaan Tanjungpura, Kerajaan tertua dari ketapang Bandar Udara Rahadi Oesman, Bandara dari Ketapang. Referensi Pranala luar Situs Website Resmi Pemerintah Kabupaten Ketapang Aviastar (Penerbangan Langsung Jakarta-Ketapang PP) Kalstar Aviation (Penerbangan dari Ketapang-Pontianak-Jakarta dan Ketapang-Pangkalan Bun-Semarang/Surabaya/Banjarmasin) Keraton Saunan (Matan) Tiket Pesawat Murah Online Ketapang (Melayani Penjualan Tiket Pesawat Domestik dan Mancanegara) Ketapang Ketapang
4184
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota%20Pontianak
Kota Pontianak
Pontianak (Jawi: كوتا ڤونتيانق, , Hakka: Khuntîen) adalah ibu kota Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia yang sekaligus menjadi pusat pemerintahan dan perekonomian dari Provinsi Kalimantan Barat. Kota ini didirikan pertama kali sebagai pelabuhan perdagangan di Pulau Kalimantan, menempati area seluas 118,31 km² di delta Sungai Kapuas yang menjadi titik temu dengan anak sungai utamanya, Sungai Landak. Perlintasan dua sungai tersebut diabadikan menjadi lambang Kota Pontianak. Selain karena sungainya, Pontianak juga dikenal luas sebagai Kota Khatulistiwa karena letaknya yang berada di garis ekuator/khatulistiwa. Adapun pusat kota berada kurang dari 3 km selatan khatulistiwa. Pontianak memiliki penduduk sebanyak 676.096 jiwa dan menjadi kota terpadat ke-26 di Indonesia dan kota terpadat kelima di Pulau Kalimantan (Borneo) setelah Samarinda, Balikpapan, Kuching, dan Banjarmasin. Etimologi Nama Pontianak yang berasal dari bahasa Melayu yang dipercaya ada kaitannya dengan kisah Syarif Abdurrahman yang sering diganggu oleh hantu Kuntilanak ketika dia menyusuri Sungai Kapuas. Menurut ceritanya, Syarif Abdurrahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu sekaligus menandakan di mana peluru meriam itu jatuh, di sanalah wilayah kesultanannya didirikan. Peluru meriam itu jatuh di dekat persimpang Sungai Kapuas dan Sungai Landak, yang kini dikenal dengan nama Kampung Beting. Sejarah Masa pendirian Kota Pontianak didirikan oleh Syarif Abdurrahman Alkadrie pada hari Rabu, 23 Oktober 1771 (14 Rajab 1185 H) yang dimulai dengan membuka hutan di persimpangan Sungai Landak, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Kapuas Besar untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal. Pada 1778 (1192 H), Syarif Abdurrahman dikukuhkan menjadi Sultan Pontianak. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan berdirinya Masjid Jami' (kini bernama Masjid Sultan Syarif Abdurrahman) dan Istana Kadariah yang sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Sejarah pendirian menurut V.J. Verth Sejarah pendirian kota Pontianak yang dituliskan oleh seorang sejarawan Belanda, V.J. Verth dalam bukunya Borneos Wester Afdeling, yang isinya sedikit berbeda dari versi cerita yang beredar di kalangan masyarakat saat ini. Menurutnya, Belanda mulai masuk ke Pontianak tahun 1194 Hijriah (1773 Masehi) dari Batavia. Verth menulis bahwa Syarif Abdurrahman, putra ulama Syarif Hussein bin Ahmed Alqadrie (atau dalam versi lain disebut sebagai Al Habib Husin), meninggalkan Kerajaan Mempawah dan mulai merantau. Di wilayah Banjarmasin, ia menikah dengan adik Sultan Banjar, Sunan Nata Alam dan dilantik sebagai pangeran. Ia berhasil dalam perniagaan dan mengumpulkan cukup modal untuk mempersenjatai kapal pencalang dan perahu lancangnya sebelum memulai perlawanan terhadap penjajahan Belanda. Dengan bantuan Sultan Pasir, Syarif Abdurrahman kemudian berhasil membajak kapal Belanda di dekat Bangka, juga kapal Inggris dan Prancis di Pelabuhan Pasir. Abdurrahman menjadi seorang kaya dan kemudian mencoba mendirikan pemukiman di sebuah pulau di Sungai Kapuas. Ia menemukan percabangan Sungai Landak, kemudian mengembangkan daerah itu menjadi pusat perdagangan yang makmur. Wilayah inilah yang kini bernama Pontianak. Kolonialisme Belanda dan Jepang Pada 1778, kolonialis Belanda dari Batavia memasuki Pontianak dipimpin oleh Willem Ardinpola. Belanda saat itu menempati daerah di seberang istana kesultanan yang kini dikenal dengan daerah Tanah Seribu atau Verkendepaal. Pada tanggal 5 Juli 1779, Belanda membuat perjanjian dengan Sultan mengenai penduduk Tanah Seribu agar dapat dijadikan daerah kegiatan bangsa Belanda yang kemudian menjadi kedudukan pemerintahan Resident het Hoofd Westeraffieling van Borneo (Kepala Daerah Keresidenan Borneo Barat) dan Asistent Resident het Hoofd der Affleeling van Pontianak (Asisten Residen Kepala Daerah Kabupaten Pontianak). Area ini selanjutnya menjadi Controleur het Hoofd Onderafdeeling van Pontianak atau Hoofd Plaatselijk Bestuur van Pontianak. Assistent Resident het Hoofd der Afdeeling van Pontianak (semacam Bupati Pontianak) mendirikan Plaatselijk Fonds. Badan ini mengelola eigendom atau kekayaan Pemerintah dan mengurus dana pajak. Plaatselijk Fonds kemudian berganti nama menjadi Shintjo pada masa kependudukan Jepang di Pontianak. Masa Stadsgemeente Berdasarkan besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 14 Agustus 1946 No. 24/1/1940 PK yang disahkan menetapkan status Pontianak sebagai stadsgemeente. R. Soepardan ditunjuk menjadi syahkota atau pemimpin kota saat itu. Jabatan Soepardan berakhir pada awal tahun 1948 dan kemudian digantikan oleh Ads. Hidayat. Kemudian, pusat PPD ini dipindahkan ke Pontianak yang awalnya berasal dari Sanggau pada 1 November 1945 dan menjadi suatu wadah kebangkitan Dayak pada 3 November 1945, sekitar 74 hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Masa pemerintahan kota Pembentukan stadsgerneente bersifat sementara, maka Besluit Pemerintah Kerajaan Pontianak diubah dan digantikan dengan Undang-undang Pemerintah Kerajaan Pontianak tanggal 16 September 1949 No. 40/1949/KP. Dalam undang-undang ini disebut Peraturan Pemerintah Pontianak dan membentuk Pemerintah kota Pontianak, sedangkan perwakilan rakyat disebut Dewan Perwakilan Penduduk Kota Pontianak. Wali kota pertama ditetapkan oleh Pemerintah Kerajaan Pontianak adalah Rohana Muthalib. Ia adalah seorang wanita pertama yang menjadi wali kota Pontianak. Masa kota praja Sesuai dengan perkembangan tata pemerintahan, maka dengan Undang-undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953, bentuk Pemerintahan Landschap Gemeente, ditingkatkan menjadi kota praja Pontianak. Pada masa ini urusan pemerintahan terdiri dari Urusan Pemerintahan Umum dan Urusan Pemerintahan Daerah yang ada. Masa kotamadya dan kota Pemerintah Kota Praja Pontianak diubah dengan berdasarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1957, Penetapan Presiden No.6 Tahun 1959 dan Penetapan Presiden No.5 Tahun 1960, Instruksi Menteri Dalam Negeri No.9 Tahun 1964 dan Undang-undang No. 18 Tahun 1965, maka berdasarkan Surat Keputusan DPRD-GR Kota Praja Pontianak No. 021/KPTS/DPRD-GR/65 tanggal 31 Desember 1965, nama Kota Praja Pontianak diganti menjadi Kotamadya Pontianak, kemudian dengan Undang-undang No. 5 Tahun 1974, nama Kotamadya Pontianak berubah menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Pontianak. Berdasarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah di Daerah mengubah sebutan untuk Pemerintah Tingkat II Pontianak menjadi sebutan Pemerintah Kota Pontianak, sebutan Kotamadya Pontianak diubah kemudian menjadi Kota Pontianak. Geografi Kota Pontianak terletak pada Lintasan Garis Khatulistiwa dengan ketinggian berkisar antara 0,1 sampai 1,5 meter di atas permukaan laut. Kota dipisahkan oleh Sungai Kapuas Besar, Sungai Kapuas Kecil, dan Sungai Landak. Dengan demikian Kota Pontianak terbagi atas tiga belahan. Zona waktu Pada tahun 1963 berdasarkan Keppres No. 243 Tahun 1963, Kota Pontianak dimasukkan ke zona Waktu Indonesia Tengah (WITA). Namun, berdasarkan Keppres RI No. 41 Tahun 1987. Bersama-sama dengan Kalimantan Tengah pada tanggal 1 Januari 1988, Kalimantan Barat yang sebelumnya masuk zona Waktu Indonesia Tengah (WITA) beralih menjadi zona Waktu Indonesia Barat (WIB). Sehingga pada tahun 1988 Kota Pontianak merayakan tahun baru sebanyak dua kali yaitu pada pukul 00.00 WITA (23.00 WIB) dan 00.00 WIB. Iklim dan topografi Struktur tanah kota Pontianak berupa lapisan tanah gambut bekas endapan lumpur Sungai Kapuas. Lapisan tanah liat baru dicapai pada kedalaman 2,4 meter dari permukaan laut. Kota Pontianak termasuk beriklim tropis dengan suhu tinggi (28-32 °C dan siang hari 30 °C). Rata–rata kelembaban nisbi dalam daerah Kota Pontianak maksimum 99,58% dan minimum 53% dengan rata–rata penyinaran matahari minimum 53% dan maksimum 73%. Besarnya curah hujan di Kota Pontianak berkisar antara 3.000–4.000 mm per tahun. Curah hujan terbesar (bulan basah) jatuh pada bulan Mei dan Oktober, sedangkan curah hujan terkecil (bulan kering) jatuh pada bulan Juli. Jumlah hari hujan rata-rata per bulan berkisar 15 hari. Batas wilayah Pemerintahan Daftar Wali Kota Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Berdasarkan sensus penduduk tahun 2019, penduduk Kota Pontianak berjumlah 665,017 jiwa, terdiri dari 277.971 (50,1%) laki-laki dan 276.793 (49,9%) perempuan. Suku bangsa Penduduk kota Pontianak sangat heterogen, dengan didominasi Tionghoa 31,24%, kemudian Melayu 26,05%, Bugis 13,12%, Jawa 11,67%, Dayak 8,57%, Madura 6,35%. Suku lainnya termasuk Sunda, Banjar, Batak, Minangkabau, dan lain-lain. Agama Sebagian besar penduduk beragama Islam (63,4%), sisanya memeluk agama Buddha (23,2%), Katolik (9,1%), Protestan (3,2%), Konghucu (1,3%), Hindu (0,1%), dan lainnya (0,1%). Ekonomi Sebagian besar perekonomian kota Pontianak bertumpu pada industri, pertanian, dan perdagangan. Industri Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Kota Pontianak yang telah terdata selama tahun 2005 adalah 34 perusahaan. Tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan industri tersebut berjumlah 3.300 orang yang terdiri dari pekerja produksi 2.700 orang dan pekerja lainnya atau administrasi 600 orang. Perusahaan industri besar atau sedang yang terletak di Kecamatan Pontianak Utara menyerap tenaga kerja terbesar, yaitu 2.952 orang. Nilai keluaran yang dihasilkan dari perusahaan industri besar atau sedang adalah sebesar 1,51 triliun rupiah, di mana perusahaan industri besar atau sedang yang berada di Kecamatan Pontianak Utara yang didominasi oleh perusahaan industri karet, sedangkan nilai keluaran yang terkecil berasal dari perusahaan yang terdapat di Kecamatan Pontianak Kota, senilai 2,85 miliar Rupiah. Untuk Nilai Tambah Bruto (NTB) yang diperoleh dari seluruh perusahaan industri besar /sedang di Kota Pontianak selama tahun 2005 adalah sebesar 217,57 miliar Rupiah dan pajak tak langsung yang diperoleh adalah sebesar 462,78 juta Rupiah, sedangkan NTB atas Biaya Faktor yang diperoleh adalah sebesar 217,10 miliar Rupiah. Jumlah unit usaha industri, tenaga kerja, besarnya nilai investasi dan nilai penjualan dari sentra industri kecil jenis Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan (IHPK) terlihat bahwa sentra industri kecil jenis IHPK terbanyak adalah usaha industri makanan ringan yang terpusat di Kelurahan Sungai Bangkong dengan tenaga kerja yang diserap sebanyak 329 orang, nilai investasinya mencapai 249,50 juta rupiah dan nilai penjualannya sebesar 780,50 juta rupiah. Sedangkan industri anyaman keladi air pada tahun 2005 ini hanya memiliki 16 unit usaha dengan nilai investasi 17,5 juta Rupiah dan nilai penjualan 110 juta Rupiah yang terletak di Tanjung Hulu, Pontianak Timur. Pertanian Pada tahun 2006, jenis tanaman pangan yang hasilnya paling besar adalah ubi kayu, padi, ubi rambat. Penduduk juga bertani sayuran dan lidah buaya. Tanaman buah-buahan yang banyak ada di Kota Pontianak adalah nangka, pisang, serta nanas. Perternakan di kota Pontianak terdiri dari sapi (potong dan perah), kambing, babi, dan ayam (ras dan buras). Perdagangan Perdagangan merupakan salah satu usaha yang berkembang pesat di Kota Pontianak. Perdagangan modern mulai berkembang pada tahun 2001 dengan berdirinya Mal Matahari Pontianak di Pontianak Kota. Pusat perbelanjaan modern mulai dibangun di berbagai sudut kota, seperti Mal Pontianak, Ayani Mega Mall Pontianak (Pontianak Selatan) dan Gaia Bumi Raya City (Kabupaten Kubu Raya). Berbagai perusahaan retail nasional mulai mendirikan usahanya di Pontianak, seperti Alfamart dan Indomaret. Kesehatan Rumah sakit Pendidikan Sekolah dasar Sekolah menengah pertama Sekolah menengah pertama yang terawal baru didirikan pada tahun 1951 yang kelak dikenal dengan sebutan SMP Negeri 1 Pontianak. Penambahan dilakukan selanjutnya pada tahun 1960 dengan pendirian SMP Negeri 2 Pontianak. Di dalam sekolah-sekolah itu, ditambahkan pula kurikulum pelajaran ilmu administrasi dan kesejahteraan keluarga. Sekolah menengah atas Perguruan tinggi Pariwisata Pariwisata Kota Pontianak didukung oleh keanekaragaman budaya penduduk Pontianak, yaitu Tionghoa, Dayak, dan Melayu. Masyarakat Tionghoa memiliki kegiatan pesta tahun baru Imlek, Cap Go Meh, dan perayaan Sembahyang Kubur (Cheng Beng atau Kuo Ciet) yang memiliki nilai atraktif turis. Suku Dayak memiliki pesta syukur atas kelimpahan panen yang disebut Gawai. Kota Pontianak juga dilintasi oleh garis khatulistiwa yang ditandai dengan Tugu Khatulistiwa di Pontianak Utara. Selain itu kota Pontianak juga memiliki visi menjadikan Pontianak sebagai kota dengan pariwisata sungai. Kuliner Pontianak juga dikenal sebagai tempat wisata kuliner. Kuliner di Pontianak didominasi Hidangan Tionghoa. Keanekaragaman makanan menjadikan Pontianak sebagai surga kuliner. Makanan yang terkenal antara lain: Air Tahu dan Kembang Tahu Otak otak ikan tenggiri Bakcang Bakpao Bubur Pedas Chai Kwe Hekeng Hu Ju Ie atau Jan atau onde-onde Ikan asam pedas (ikan asam pedas rata-rata memakai ikan sungai) Kaloci atau kue mochi Keladi Kengci Kwetiau Ki Cang Kuan Chiang Kue Bulan atau Gwek Pia Kwe Cap Kwe Kia Theng Kwetiau Lemang Lempok Durian Minuman Lidah Buaya Nasi Kari Nasi Ayam Nasi Capcai Pacri Nanas Pekasam Peng Kang Pindang Pwe Ki Mue atau bubur pesawat Sambal Goreng Tempoyak Tau Swan Sio Bi Sotong Pangkong Tun Koi Yam Mi Transportasi Transportasi darat Bus Sistem transportasi darat Kota Pontianak dilayani oleh minibus angkutan kota yang biasa disebut oplet, taksi, dan beberapa rute dilayani oleh bus kota. Sebagian besar rute dalam kota dilayani oleh oplet yang menghubungkan beberapa terminal. Untuk keberangkatan jalan darat ke luar kota dilayani di Terminal Batulayang. Melalui jalan darat pula dilayani bus antar negara, yakni ke Kuching dan ke BSB yang keberangkatannya dilayani di Terminal Sei Ambawang, Kubu Raya. Bus ini disediakan oleh berbagai penyedia layanan, termasuk DAMRI. Transportasi darat ke Malaysia dan Brunei menjadi mungkin melalui Jalan Lintas Kalimantan. Layanan imigrasi Indonesia-Malaysia dilaksanakan di Entikong, Kabupaten Sanggau. Taksi Layanan Taksi Pontianak dapat menjadi pilihan bagi wisatawan lokal maupun asing untuk dalam maupun luar Kota seperti Entikong, Singkawang, dan beberapa rute lainnya. Jalan tol Selama ini, waktu yang ditempuh dari Pontianak menuju Singkawang berkisar antara 3–4 jam. Apabila ada Jalan Tol dapat menghemat waktu hingga satu setengah jam lewat jungkat atau pelabuhan kijing Transportasi udara Transportasi udara dari Kota Pontianak menggunakan Bandar Udara Supadio yang terletak di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Bandara ini menghubungkan Pontianak dengan beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Batam, Medan, Ranai, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Palangka Raya dan Balikpapan. Selain itu bandara ini juga mempunyai penerbangan internasional langsung ke Kuching, dan Kuala Lumpur. Dari Pontianak juga dapat dilayani penerbangan perintis ke kota kabupaten di Kalimantan Barat seperti Ketapang, Sintang dan Putussibau. Transportasi air Pelabuhan Bardan melayani kapal barang maupun penumpang. Beberapa rute kapal penumpang yang tersediaː Pontianak–Semarang (KM Leuser), Pontianak–Surabaya (KM Bukit Raya), Pontianak–Serasan (KM Bukit Raya) Prasarana publik Rumah sakit Berikut rumah sakit yang ada di Kota Pontianakː RSUD Sultan Syarif Muhammad Alkadrie RSUD Dr. Sudarso RS St. Antonius RSI Yarsi Pontianak RS Pro Medika RS Bhayangkara Pontianak RS Jiwa Daerah Sungai Bangkong RS Anugerah Bunda Khatulistiwa RS Bersalin Jeumpa RS Bersalin Nabasa RS Universitas Tanjungpura RS Kharitas Bhakti RS Mitra Medika Budaya Bahasa Hampir seluruh penduduk Kota Pontianak memahami dan menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi. Namun bahasa ibu masing-masing juga umum digunakan, antara lain Bahasa Melayu Pontianak, Bahasa Tiociu, Bahasa Khek, dan Bahasa Dayak, yang terdiri dari Dayak Kanayatn, Dayak Bukit, Dayak Salako, Dayak Kantu, Dayak Iban, dan Dayak Jangkang. Catatan kaki Referensi Daftar pustaka Pranala luar Badan Pusat Statistik: Hasil Sensus Penduduk Kota Pontianak 2010 Pontianak, Kota Pontianak Pontianak
4185
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Mempawah
Kabupaten Mempawah
Kabupaten Mempawah (Melayu Jawi: كابوڤاتين ممڤاوه) sebelumnya bernama Kabupaten Pontianak adalah salah satu kabupaten di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kotanya adalah Mempawah Hilir. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.797,88 km² dan memiliki penduduk sebanyak 307.742 jiwa (2020). Geografi Secara geografis Kabupaten Mempawah terletak pada posisi 0°44’ Lintang Utara dan 0°0,4’ Lintang Selatan serta 108°24’ - 109°21,5’ Bujur Timur. Karakter fisik wilayah terdiri dari daerah daratan dan pulau-pulau pesisir yang memiliki lautan. Batas Wilayah Secara administratif perbatasan Kabupaten Mempawah adalah sebagai berikut: Luas Wilayah Pada tahun 2007 Kabupaten Mempawah dimekarkan dengan membentuk Kabupaten Kubu Raya yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 35 tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Kubu Raya. Sebelumnya pada tahun 1999 Kabupaten Mempawah juga telah dimekarkan dengan membentuk Kabupaten Landak yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 55 tahun 1999 yang kemudian diubah dengan Undang-undang Nomor 15 tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 55 tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Landak. Sebagai konsekuensi langsung dari pemekaran tersebut adalah berkurangnya luas Kabupaten Mempawah secara signifikan dari 18.171,20 km² dengan 28 kecamatan sebelum tahun 1999 (dimekarkannya Kabupaten Landak) menjadi 8.262,10 km² dengan 18 kecamatan setelah pemekaran. Selanjutnya dengan pemekaran kembali Kabupaten Mempawah dengan membentuk Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2007, maka luas Kabupaten Mempawah semakin mengecil menjadi hanya seluas 1.276,90 km² dengan 9 kecamatan, 60 desa serta 7 (tujuh) kelurahan. Dengan kondisi demikian dapat dilihat bahwa Kabupaten Mempawah pada tahun 2008 memiliki 9 kecamatan dengan komposisi luas sebagai berikut: Sumber: BPS Kabupaten Mempawah Daerah Pemerintahan Kabupaten Mempawah pada tahun 2008 paska pemekaran dengan Kabupaten Kubu Raya terdiri dari 9 kecamatan, 7 kelurahan dan 60 desa. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Sadaniang dengan luas 213,90 km2 atau 16,75 persen, sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Anjongan dengan luas wilayah 80,58 km2 atau 6,31 persen dari luas wilayah Kabupaten Mempawah. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (FORKORPIMDA) Kabupaten Mempawah meliputi: Bupati Wakil Bupati Sekretaris Daerah Ketua DPRD Kapolres Dandim 1201/Mempawah Ketua Pengadilan Negeri Ketua Pengadilan Agama Kepala Kejaksaan Negeri Perubahan nama kabupaten Sebelumnya nama Kabupaten Mempawah adalah Kabupaten Pontianak. Berdasarkan inspirasi dari masyarakat daerah Mempawah untuk mengubah nama kabupaten Pontianak, maka diusulkanlah perubahan tersebut pada tahun 2011. Mengingat nama Kabupaten Pontianak sangat mirip dengan Kota Pontianak yang selama ini selalu terjadi kesalahpahaman mengenai nama daerah, dan berdasarkan pemekaran dua kabupaten, yaitu Kabupaten Landak dan Kabupaten Kubu Raya yang menggunakan nama daerahnya, sehingga sangat memungkinkan Kabupaten Pontianak untuk mengubah namanya sesuai dengan nama daerahnya. Hal ini juga didasari pada nama kerajaan yang berkuasa di Mempawah yang juga menggunakan nama Mempawah sebagi nama kerajaannya. Nama Kabupaten Pontianak berubah menjadi Kabupaten Mempawah sesuai dengan PP Nomor 58 tahun 2014 tanggal 21 Juli 2014. Referensi Pranala luar Kabupaten Mempawah Mempawah Mempawah
4186
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sambas
Kabupaten Sambas
Kabupaten Sambas (Melayu Jawi: كابوڤاتين سمباس; Hanzi: 三發縣 ; Pinyin: Sānfā xiàn) adalah sebuah wilayah kabupaten di provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Ibu kotanya adalah Sambas. Kabupaten Sambas memiliki luas wilayah 6.395,70 km² atau 639.570 ha (4,36% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Barat), merupakan wilayah Kabupaten yang terletak pada bagian pantai barat paling utara dari wilayah provinsi Kalimantan Barat. Panjang pantai ± 128,5 km dan panjang perbatasan negara ± 97 km. Kabupaten Sambas yang terbentuk sekarang adalah hasil pemekaran kabupaten pada tahun 2000. Sebelumnya wilayah Kabupaten Sambas sejak tahun 1960 adalah meliputi juga Kota Singkawang dan Kabupaten Bengkayang sekarang dimana pembentukan Kabupaten Sambas pada tahun 1960 itu adalah berdasarkan bekas wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas. Sambas memiliki 19 kecamatan Sejarah Sejarah Kerajaan Sambas berkaitan dengan Kerajaan Majapahit dan Kesultanan Banjar. Kerajaan Sambas kemudian dilanjutkan oleh Kesultanan Sambas yang asal-usulnya tidak bisa terlepas dari kerajaan di Brunei Darussalam. Antara kedua kerajaan ini mempunyai kaitan persaudaraan yang sangat erat. Pada zaman dahulu, di Negeri Brunei Darussalam bertahta seorang raja yang bergelar Sri Paduka Sultan Muhammad. Setelah dia wafat, tahta kerajaan diserahkan kepada anak cucunya secara turun temurun. Sampailah pada keturunan yang kesembilan, yaitu Sultan Abdul Djalil Akbar. and Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam zuid-ooster-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8 Geografi Batas Wilayah Kabupaten Sambas terletak di antara 1’23” LU dan 108’39” BT dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut: Iklim Kabupaten Sambas termasuk daerah beriklim tropis dengan curah hujan bulanan rata-rata 227,94 mm dan jumlah hari hujan rata-rata 11 hari/bulan. Curah hujan yang tertinggi terjadi pada bulan September sampai dengan Januari dan curah hujan terendah antara bulan Juni sampai dengan Agustus. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 22,9°C. Sampai 31,05 °C. Suhu udara terendah 21,2 °C terjadi pada bulan Agustus dan yang tertinggi 33,0 °C pada bulan Juli. Kelembaban udara relatif 81-90%, tekanan udara 1,001-1,01/Hm Bar, kecepatan angin 155 – 173 km/hari, elipasi sinar matahari 50.73%, penguapan (evaporasi ) harian antara 4,2-5,9 Hm dan evapotranspirasi bulanan 134,7 – 171,4 mm. Jenis Tanah Jenis tanah di daerah datar meliputi jenis Organosol, Aluvial dan Podsolik Merah Kuning (PMK) sedangkan di daerah berbukit dan bergunung meliputi jenis tanah Latosol dan Podsolik Merah Kuning (PMK). Secara terperinci luas masing-masing jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut: Organosol: 136.230 ha Podsolik Merah Kuning (PMK): 157.320 ha Aluvial: 230.630 ha Podsol: 44.600 ha Latosol: 70.790 ha Tekstur Tanah Halus: 300.798 ha Sedang: 157.320 ha Kasar: 76.112 ha Gambut: 69.510 ha Lainnya: 72.990 ha Geomorfologi Kondisi wilayah Kabupaten Sambas bedasarkan ketinggian di atas permukaan laut dapat dikelompokkan sebagai berikut: Ketinggian 0–7 m di atas permukaan laut terdapat di kecamatan: Sejangkung Sambas Tebas Selakau Jawai Paloh Teluk Keramat Ketinggian 8–25 m di atas permukaan laut terdapat di kecamatan: Sejangkung Sambas Tebas Selakau Pemangkat Teluk Keramat Ketinggian 26–100 m di atas permukaan laut terdapat di kecamatan: Sejangkung Sambas Tebas Selakau Pemangkat Teluk Keramat Paloh Daerah Aliran Sungai Secara umum Kabupaten Sambas memiliki 3 (tiga) Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan total hamparan 516.200 ha, meliputi: DAS Paloh: 64.375 ha. DAS Sambas: 258.700 ha DAS Sebangkau: 193.125 ha. DAS Salakau : 190.155 ha. Pemerintahan Daftar Bupati Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Jumlah Penduduk Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sambas per Agustus 2013 Jumlah penduduk Kabupaten Sambas sebanyak 667.921 jiwa. Total penduduk laki-laki sebanyak 341.982 jiwa (51%), sedangkan penduduk perempuan sebanyak 325.939 jiwa (49%). Jumlah Penduduk berdasarkan kelompok umur (pertengahan tahun 2013): 0 - 14 tahun sebanyak 26%. 15 - 64 tahun sebanyak 66% 65 tahun keatas sebanyak 8% dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk sambas lebih di dominasi penduduk dengan usia produktif di bandingkan penduduk usia tidak produktif. Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin dengan rincian total kelompok umur 0-9 tahun sebanyak 58.467 orang (urutan pertama terbesar), total kelompok umur 0-4 tahun sebanyak 57.301 orang (urutan kedua terbesar), total kelompok umur 10-14 sebanyak 52.607 orang (urutan ketiga terbesar), (Tabel 4.1). Kepadatan penduduk sekitar 78 jiwa/km² atau 2.724 jiwa per desa. Penyebaran penduduk di Kabupaten Sambas tidak merata antar kecamatan yang satu dengan yang lainnya. Kecamatan Pemangkat merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 403 jiwa/km². Sebaliknya Kecamatan Sajingan Besar dengan luas sekitar 21,75% dari total wilayah Kabupaten Sambas hanya dihuni 7 jiwa/km². Laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,01 persen. Laju pertumbuhan penduduk Kecamatan Tangaran adalah yang tertinggi dibandingkan kecamatan-kecamatan lain di Kabupaten Sambas yakni sebesar 3,50 persen. Sedangkan yang terendah adalah Kecamatan Jawai Selatan yaitu sebesar -0,33 persen. Kecamatan Tebas berada pada urutan pertama dari jumlah penduduk, namun dari sisi laju pertumbuhan penduduk masih berada di bawah laju pertumbuhan Kabupaten Sambas yaitu 0,92 persen. Kepadatan Penduduk & Laju Pertumbuhan Penduduk Kepadatan penduduk sekitar 78 jiwa/km² atau 2.724 jiwa per desa. Penyebaran penduduk di Kabupaten Sambas tidak merata antar kecamatan yang satu dengan yang lainnya. Kecamatan Pemangkat merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi yaitu 403 jiwa/km². Sebaliknya Sajingan Besar dengan luas sekitar 21,75% dari total wilayah Kabupaten Sambas hanya dihuni 7 jiwa/km². Suku bangsa Mayoritas suku penghuni Sambas adalah Suku Melayu Sambas yang menempati wilayah pesisir pantai dan bantaran sungai Sambas bagian hilir. Di beberapa kota kecamatan seperti Pemangkat dan Kota Sambas terdapat orang-orang Tionghoa. Di pedalaman atau beberapa daerah yang berbatasan dengan Bengkayang dihuni oleh mayoritas Suku Dayak, contoh suku Dayak yang mendiami wilayah ini adalah Suku Dayak Kanayatn. Ekonomi Struktur perekonomian Kabupaten Sambas masih di dominasi oleh 3 sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian memberikan kontribusi 39,77%, sektor perdagangan-hotel-restoran memberikan kontribusi 30,37% dan kontribusi sektor industri olahan sebesar 11,27% (tahun 2012). Laju inflasi atas dasar harga produsen tahun 2012 di Kabupaten Sambas menurun dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu dari 7,26% menjadi 5,41% pada tahun 2012. Tingkat pendapatan suatu daerah dapat diukur antara lain dari pendapatan per kapita, penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta gambaraan kualitatif tentang keadaan sandang, pangan dan perumahan masyarakat. Berdasarkan data tahun 2003 dapat dilihat Keadaan perekonomian Kabupaten Sambas, yaitu: PAD sebesar Rp. 16.350.041.018,- Pendapatan per kapita sebesar Rp. 3.419.922,- Pajak bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp. 8.560.013.046,- Upah minimum regional (UMR) sebesar Rp .400.000,- Sedangkan tingkat pendapatan mata pencaharian menurut sektor, yaitu: Pertanian berjumlah 207.350 orang Industri Pengolahan berjumlah 152.028 orang Listrik, gas, dan air berjumlah 9.053 orang Bangunan berjumlah 28.308 orang Perdagangan berjumlah 34.695 orang Perhubungan berjumlah 2.874 orang Keuangan berjumlah 9.723 orang Jasa kemasyarakatan lainnya berjumlah 34.678 orang Pariwisata Kabupaten Sambas menjadi salah satu kabupaten di Kalimantan Barat yang dikembangkan menjadi destinasi wisata. Wisata bahari dan wisata budaya menjadi andalan Kabupaten Sambas. Selain itu juga terdapat wisata agro, wisata alam, wisata religi, wisata ritual, dan wisata buatan. Wisata Bahari Pantai Polaria, Selakau Pantai Saadi, Selakau Pantai Tanjung Batu, Pemangkat Pantai Sinam, Pemangkat Pantai Kahona, Jawai Pantai Natuna Indah, Jawai Pantai Datok Buntar, Jawai Pantai Puteri Serayi, Jawai Selatan Pantai Muare Jalan Indah, Tangaran Pantai Daratan Merdeka, Tangaran Pantai Tanjung Terabitan, Tangaran Pantai Tanjung Lestari, Paloh Pantai Harapan, Paloh Pantai Pulau Selimpai, Paloh Pantai Kampak Indah, Paloh Pantai Kalangbau, Jawai Selatan Pantai Tanjung Bendera, Paloh Pantai Tanjung Kemuning, Paloh Pantai Banyuan, Paloh Pantai Camar Bulan, Paloh Dermaga Asam Jawe, Paloh Pantai Telok Atong Bahari, Paloh Pantai Batu Pipih, Paloh Pantai Kalimantan, Paloh Wisata Budaya Komplek Istana Alwatzikoebillah, Kota Sambas Makam Bujang Nadi-Dare Nandong, Sebawi Makam Bantilan, Sajad Makam Ratu Sepudak, Galing Rumah Batu, Subah Wisata Agro Perkebunan Sawo, Tekarang Agro Wisata Matang Nangka, Tebas Agro Wisata Kota Jeruk, Tebas Agro Wisata Buah Naga, Kota Sambas Agro Wisata Buah Naga, Jawai Agro Wisata Buah Naga, Jawai Selatan Perkebunan Salak, Teluk Keramat Wisata Alam Air Terjun Gunung Selindung, Salatiga Taman Rekreasi Batu Mak Jage, Tebas Goa Kelelawar Danau Sebedang, Sebawi Air Terjun Riam Merasap, Sajingan Besar Air Terjun Riam Caggat, Sajingan Besar Hutan Hujan Tropis Tanjung Dato', Paloh Air Terjun Teluk Nibung Air Terjun Gunung Pangi Bukit Piantus, Sejangkung Wisata Religi Masjid Jami' Sultan Muhammad Tsafiuddin II, Kota Sambas Toa Pekong Ular Putih, Pemangkat Toa Pekong Dewi Kwan Im, Pemangkat Goa Alam Satok, Sajingan Besar Wisata Ritual Taman Rekreasi Batu Bejamban, Paloh Wisata Buatan Waterfront City Sambas, Kota Sambas Kebun Raya Sambas, Subah Lihat pula Kesultanan Sambas Kota Sambas, ibu kota kabupaten Batu Ballah Kabupaten Bengkayang Kota Singkawang Kalimantan Barat Referensi Pranala luar Sejarah Singkat Kabupaten Sambas Sejarah Kerajaan Sambas Kecamatan di Kabupaten Sambas E-Sambas Media Sambas Sambas
4187
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten%20Sanggau
Kabupaten Sanggau
Kabupaten Sanggau adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Kalimantan Barat. Ibu kotanya adalah Kapuas. Kabupaten Sanggau merupakan salah satu daerah yang terletak di tengah-tengah dan berada di bagian utara provinsi Kalimantan Barat dengan luas daerah 12.857,70 km² dengan kepadatan 29 jiwa per km². Dilihat dari letak geografisnya kabupaten sanggau terletak di antara 1° 10" Lintang Utara dan 0° 35" Lintang Selatan serta di antara 109° 45", 111° 11" Bujur Timur. Pada pertengahan tahun 2023, jumlah penduduk Sanggau sebanyak 492.770 orang. Sejarah Kontrak 1756, Sultan Tamjidullah I dari Banjarmasin dengan VOC-Belanda mendaftarkan Sanggau dalam wilayah pengaruh Kesultanan Banjarmasin. Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie, pada 27 Agustus 1849, No. 8. Geografis Batas Wilayah Kabupaten Sanggau memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Iklim Likuefaksi gempa bajir tdk bisa jadi ibukota Kabupaten Sanggau beriklim tropis dengan rata-rata curah hujan tertinggi mencapai 196 mm terjadi pada bulan Januari dan terendah mencapai 54 mm terjadi pada bulan Juli. Pada umumnya Kabupaten Sanggau merupakan daerah dataran tinggi yang berbukit dan rawa-rawa yang dialiri oleh beberapa sungai seperti Sungai Kapuas dan Sungai Sekayam. Adapun jenis tanah yang terdapat di kabupaten Sanggau adalah jenis podsolik yang hampir merata di seluruh kecamatan. Topografi Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Sanggau adalah jenis tanah podsolid merah kuning batuan dan padat yg hampir seluruh Kecamatan dengan luas mencapai sekitar 576,910 ha. Geologi Formasi geologi antara lainj adalah Formasi kwartir, Kapur, Trias, Pistosen, Instruksif dan Plutonik Basa menengah, Intruksif Plutonik Asam, Seksi Hablur Intruksif dan Plutonik Lapisan Batu dan Permo Karbon. Pemerintahan Bupati Paolus Hadi, menjadi bupati Sanggau untuk periode 2014-2019 dan periode 2019-2024. Paolus didampingi wakil bupati, Yohanes Ontot. Pada 3 November 2023, Yohanes Ontot diangkat menjadi pelaksana tugas bupati Sanggau, karena Paolus Hadi mengundurkan diri sebagai bupati Sanggau. Dewan Perwakilan Kecamatan Demografi Suku Bangsa Suku bangsa yang ada di daerah ini adalah: Suku Dayak Pompakng di Kec. Kapuas Suku Dayak Jangkang di Kec. Jangkang, Kapuas, dan Mukok. Suku Dayak Bidayuh di Kecamatan Noyan, Sekayam, Kembayan, dan Beduai, Jangkang, dan Sanggau Suku Dayak Kerambay di sebagian Kecamatan Sekayam dan Entikong Suku Dayak Mali di Kecamatan Balai, Tayan Hulu,Tayan Hilir, Teraju, Meliau, Parindu, dan Sanggau Suku Dayak Tobak di Toba dan Tayan Hilir. Suku Dayak Banyuke di kecamatan Tayan Hulu, Kembayan, Toba Suku Dayak Desa di Kecamatan Toba, Sanggau Suku Dayak Pandu di sebagian Kecamatan Parindu dan Kapuas Suku Dayak Ribun di sebagian Kecamatan Parindu, Tayan Hulu, Tayan Hilir, Bonti, Kembayan, dan Meliau Suku Dayak Iban di sebagian besar wilayah perbatasan dengan Serawak, Malaysia Suku Dayak Senganan atau dikenal juga sebagai orang Sinan, istilah untuk menyebut masyarakat Dayak yang memeluk agama Islam di Kabupaten Sanggau Suku Melayu yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Sanggau, terutama di daerah pesisir sungai besar di Kab. Sanggau. Terbagi Menjadi dua subetnis yang berbeda bahasa. Etnis Melayu Sanggau tersebar di (Kec. Kapuas, Mukok, Jangkang, Bonti, Kembayan, Beduai, Sekayam, dan Entikong). Etnis Melayu Tayan tersebar di (Kec. Tayan, Meliau, Toba, Balai, dan Tayan Hulu). Selain suku-suku setempat terdapat pula suku-suku lain yang merupakan pendatang, seperti suku Jawa, Tionghoa, Sunda, Batak, Minang, Bugis, Madura, Toraja, Bima, Flores Jumlah penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Sanggau pada tahun 2010 tercatat sebanyak 407.989 jiwa terdiri atas 211.304 Laki-laki dan 196.685 Perempuan (BPS 2010) dengan laju Pertumbuhan sebesar 1,63 Persen per tahun. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Kapuas dengan jumlah penduduk sebanyak 78.702 jiwa sedangkan jumlah penduduk yang terkecil terdapat di Kecamatan Noyan dengan jumlah penduduk sebanyak 9.872 jiwa. Tabel 2. 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Administrasi Kependudukan Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio Kab. Sanggau Kepadatan penduduk Kepadatan penduduk Kabupaten Sanggau rata-rata 32 jiwa per km2, dengan jumlah kepadatan penduduk terbesar adalah Kecamatan Kapuas yakni 57 jiwa per kilometer persegi dan paling jarang penduduknya adalah kecamatan Toba sebesar 11 jiwa per kilometer persegi. Masalah pokok dalam bidang kependudukan antara lain adalah jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, penyebaran penduduk yang belum merata, komposisi penduduk yang tidak seimbang serta arus urbanisasi dari desa ke kota. Untuk mengetahui secara jelas mengenai jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Sanggau pada tahun 2009 dapat dilihat pada link Kabupaten Sanggau terkait. Agama Badan Pusat Statistik 2010 mencatat bahwa terdapat 200.798 umat Katolik (49.16%), 135.394 Muslim (33.15%), 65.105 adalah umat Protestan (15.94%), 3.168 adalah umat Buddha (0.78%), 479 adalah umat Konghucu (0.12%), 167 adalah umat Hindu (0.04%) dan selebihnya memilih lainnya dan tidak menjawab Pariwisata Rumah Kuta Rumah Kuta merupakan nama sebuah bangunan Istana Kerajaan Sanggau pada zaman dahulu, yang beralamatkan di jalan Pangeran Mas No 1 Kelurahan Ilir Kota Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Bangunan ini dibangun oleh Sultan Zainudin dari Dinasty Surya Negara pada masa perpindahan pusat Ibu kota Kerajaan dari Mengkiang ke Kampong Kantu'. Saat ini, Rumah kuta dijadikan sebagai pusat Kebudayaan Melayu Sanggau dan kediaman resmi Sri Paduka Yang Mulia Raja Sanggau Surya Negara. Bangunan yang sudah berumur empat ratus tahun lebih ini sudah mengalami renovasi, namun tidak mengurangi bentuk asli dari bangunan lamanya. Sampai saat ini Istana Surya Negara masih terpelihara dengan baik. Bangunan yang memiliki luas ± 1000 Meter persegi ini memiliki lima belas ruang. Ketika memasuki Istana Surya Negara, ruangan yang pertama dilalui adalah ruang tamu. Ruangan ini cukup besar, dan terlihat banyak foto-foto tua dari Raja dan Sultan serta Ratu terdahulu, hingga foto Putri, dan Ratu hingga Raja saat ini. Diruangan lain, terdapat sebuah ruangan yang sangat luas dengan singasana bernuansa emas. Ruangan ini digunakan sebagai ruang musyawarah dan pemberian titah. Rumah Kuta merupakan salah satu dari ikon Kabupaten Sanggau yang berada dijalan Pangeran Mas Kelurahan Hilir Kota Kecamatan Kapuas. Istana ini juga terbuka untuk umum, sehingga banyak wisatawan berkunjung kesini dan menjadi salah satu destinasi wisata yang digemari turis di Sanggau. Istana Surya Negara dapat dikunjungi secara gratis dan dibuka setiap hari sejak 09.00 pagi hingga pukul 20.00 WIB. Selama berkunjung, para wisatawan dapat bersuafoto dan masuk ke dalam Istana dengan ditemani juga oleh penjaga, yang bisa sekaligus menceritakan sekilas tentang bangunan bersejarah ini. Pancur Aji Pancur Aji merupakan salah satu objek wisata alam yang terdapat di Kabupaten Sanggau, Wisata ini terletak di kota Sanggau dengan jarak kurang lebih 4 km dari kota Sanggau. Lokasi ini dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat. Konon ceritanya lokasi ini merupakan persembunyian Bujang Melaka membentengi diri dari kejaran musuh. Kawasan ini nantinya akan dikembangkan atau ditata menjadi kawasan yang memiliki kesesuaian dan integritas antara satu dengan lainnya. Rencana pengembangan kawasaan wisata Pancur Aji akan di kembamgkan antara lain: resort, villa, cottege dan fasilitas perlengkapan,sarana dan prasarananya, kebun binatang, aktrasi wisata air ( kolam pemancingan, kolam renang bagi anak, perahu dayung bagi anak-anak ), wisata minat khusus (camping ground, outbond) dan pentas hiburan, taman bunga,warung rakyat dan warung kuliner, pendopo, wisata aktraksi kereta api mini. Arung jeram Arung Jeram merupakan salah satu olahraga yang bernilai rekreasi ( sport tourism) yang banyak menarik minat orang untuk mengikutinya. Arung jeram juga dianggap sebagai wisata petualangan yang menantang sekaligus atraktif dan memberikan pengalaman yang cukup mendalam bagi yang pernah mengikutinya. Kabupaten Sanggau memiliki lokasi arum jeram yang terletak Entikong di Kecamatan antara suruh tembawang ke kota Entikong Kecamatan Entikong, kurang lebih 115 Km dari kota Sanggau. Arung jeram suruh tembawang memiliki 20 riam ( kesulitan ) yang terjal dengan waktu tempuh dari Entikong ke Suruh Tembawang 5 sampai 12 jam tergantung kondisi air, serta memiliki tikungan sungai yang sempit. Arung jeram suruh tembawang merupakan peluang bagi investasi untuk mengembangkan olahraga arung jeram ini. Sipatn Lotup (air panas) Objek wisata sumber air panas ini terletak di kampung Peruntan, Desa Sape, Kecamatan Jangkang yang dapat dikunjungi melalui jalan darat dari Kecamatan Kembayan menuju Jangkang atau dari kota Sanggau melalui Kecamatan Mukok selanjutnya menuju lokasi air panas tersebut dengan jarak tempuh kurang lebih 70 km dari kota Sanggau. Sumber air panas ini oleh penduduk setempat dinamakan Sipatn Lotup yang artinya air mendidih. Keunikan sumber air panas Sipatn Lotup ini berasal dari mata air yang di panaskan oleh panas bumi (geothermal) dengan temperatur 52-55 derajat Celsius, Air panas Sipant Lotup termasuk andalan wisata kabupaten Sanggau, namun belum banyak yang mengetahui potensi wisata ini, sehingga belum banyak yang mengunjungi sumber air panas yang unik ini. Kedepannya sumber air panas ini dapat dikembangkan atau ditata sehingga memiliki kesesuain dan intergrasi antara satu dengan lainnya berupa tempat pemandian air panas, sarana dan prasarana lainnya, tempat parkir tempat penggantian pakaian, warung rakyat, pendopo, dan taman bermain. Gunung Tiong Kandang Gunung Tiong Kandang merupakan salah satu objek wisata alam dan sebagai kawasan hutan lindung yang terjaga dengan baik oleh masyarakat setempat yang terdapat di Kabupaten Sanggau. Wisata gunung Tiong Kandang ini terletak di Dusun Mangkit dan Dusun Mak Ijing dengan jarak 83 km dari kota Sanggau, dapat ditempuh dengan kenderaan roda dua atau roda empat melalui Dusun Mangkit dengan jarak 2.502 meter sampai di pedagi, atau melalui Dusun Mak Ijing dengan jarak 2.855 meter sampai ke pedagi di tengah-tengah gunung Tiong Kandang, sebuah batu dengan ketinggian 160 cm berbentuk pintu masuk oleh masyarakat menuju puncak gunung, sedangkan kiri kanan batu terdapat jurang yang sangat dalam. Objek wisata gunung Tiong Kandang terdapat lokasi air terjun yaitu air terjun Kajang memiliki tiga tingkatan yang terletak disebelah utara Dusun mangkit dan air terjun Nosok dengan ketinggian 6 meter terletak di sebelah selatan Dusun mangkit,dan terdapat batu berbentuk kulintang serta batu pengasih di puncak gunung Tiong Kandang. Dengan menjaga keseimbangan antara pola pengembangan dan karakteristik ekologi atau lingkungan alam dan budaya yang dimiliki, dengan menekankan pada upaya mengembangkan perekonomian lokal untuk meningkatkan kesejahteraan setempat,berupa home stay, sarana dan prasarana, camping ground, taman safari, penjelajahan, penelitian, dan outbond. Gunung tiong kandang pada bulan Agustus 2008 pernah di kunjungi oleh delegasi Dinas kehutanan Kanada dan Amerika Serikat. Jembatan Tayan Jembatan Tayan yang terletak di Kabupaten Sanggau terbagi menjadi dua bagian. Panjang totalnya adalah 1480 meter dengan jalan penghubung sepanjang 3,7 km yang terbagi menjadi 3 bagian. Lebar Jembatan Tayan adalah 11,5 meter yang digunakan untuk dua jalur dan dua lajur. Jembatan Tayan melintang di Sungai Kapuas dan melewati Pulau Tayan, di Kecamatan Tayan Hilir. Objek Wisata ini adalah wisata baru yang sedang ramai dikunjungi karena keindahan rancangan dan desainnya yang didominasi warna merah dan putih. Riam Odong (air terjun) Riam Odong merupakan salah satu objek wisata air terjun yang indah. Riam Odong ini terletak di Dusun Engkolai, Kecamatan Jangkang, Kabupaten Sanggau. Pengunjung lokal maupun luar daerah yang datang untuk menikmati keindahan wisata alam Riam Odong ini tidak dipungut biaya. Kuliner Tradisional Sungkui, merupakan kuliner khas masyarakat Melayu Sanggau dan menjadi identitas utama Sanggau yang pembuatannya menggunakan bahan dasar beras yang dibungkus dengan daun dan dimasak secara khas. Sungkui biasanya disajikan dengan Opor ayam dan sambal nenas. Penganan tradisional ini biasa disajikan saat hari raya idul Fitri dan pada acara adat Melayu lainnya. Lemang/Ajan merupakan kuliner tradisional yang terbuat dari beras ketan dimasak dalam seruas bambu. Lemang pada dasarnya merupakan makanan khas Melayu namun lambat lain diserap oleh masyarakat lainnya. Makanan ini biasanya disajikan saat Hari raya idul Fitri dan pesta Gawai (Panen Padi). Tuak, (Boramp/beram) minuman tradisional masyarakat Dayak yang terbuat dari beras ketan yang difermentasi sampai menjadi air. Tuak ini merupakan minuman yang mengandung alkohol. Pansuh (bahasa Melayu Sanggau)/ Ponsouh (bahasa Dayak Bokidoh) Merupakan masakan tradisional asli Sanggau yang biasanya terbuat dari daging ayam, ikan, dll yang dimasak didalam seruas bambu. Tempoyak atau disebut juga Tempuyak/empuyak (bahasa Melayu Sanggau)/Tompek (bahasa Dayak Jangkang) merupakan penganan tradisional yang berbahan dasar durian yang di fermentasi. Jorok (Bahasa Melayu Sanggau), yaitu sayur-sayuran yang difermentasi sehingga menghasilkan citarasa keasaman. Umumnya sayuran yang difermentasi yaitu daun ubi dan sawi. Rusip olahan fermentasi ikan oleh masyarakat Melayu Sanggau Lempok durian, merupakan panganan dodol khas Melayu Sanggau yang berbahan dasar durian. Biasanya mudah di jumpai saat musim durian. Keturi piring, olahan khas ikan Keturi yang dijemur melingkar mengikuti piring khas masyarakat Melayu Sanggau khususnya Balai Sebut. Ikan Salai, merupakan ikan yang diawetkan menggunakan asap. Umumnya dibuat oleh masyarakat Balai sebut, Kec. Jangkang Pekasam/Jikot (bahasa Dayak pandu), yaitu daging yang difermentasi sehingga menghasilkan citarasa keasaman biasanya dibuat dari bahan daging ikan Ekonomi Ekonomi Sanggau ditopang oleh dua komoditas utama,yakni karet dan sawit. Transportasi Sebagian besar transportasi di Kabupaten Sanggau masih mengandalkan transportasi sungai seperti sampan, speedboat dan lain-lain. Daerah ini juga masih mengandalkan transportasi umum seperti bus, angkutan dalam kota dan lain-lain. Pendidikan Tersedia lebih dari 670 fasilitas sekolah di Kabupaten Sanggau. Mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) Rumah Anak (RA), Sekolah Dasar (SD) baik swasta maupun negeri, Sekolah Menengah Pertama (SMP) baik swasta maupun negeri, Sekolah Menengah Atas (SMA) baik swasta maupun negeri, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik swasta maupun negeri Serta Sekolah Dasar Luar Biasa atau yang sering disebut dengan SDLB. Lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini: Referensi Pranala luar Situs web resmi kabupaten Sanggau Sanggau Sanggau